Mobilisasi Dini

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728

Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 196-204

GAMBARAN IMPLEMENTASI PERAWAT DALAM MELAKUKAN MOBILISASI DINI


PADA PASIEN POST OPERASI O.R.I.F. FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH DI
RUANG ORTHOPEDI R.S.U.D. dr. SLAMET GARUT

Wikeu Nopianti1, Diyah Setyorini2, Sandra Pebrianti3


1
Mahasiswa Keperawatan Universitas Padjdjaran
Email: 28wikeunovianti@gmail.com
2
Dosen Keperawatan Universitas Padjdjaran
Email: dyahsetyorini60@gmail.com
3
Dosen Keperawatan Universitas Padjdjaran
Email: Sandrapebrianti7@gmail.com

ABSTRACT: DESCRIPTION OF NURSE IMPLEMENTATION IN DOING EARLY


MOBILIZATION IN POST OPERATING PATIENTS O.R.I.F. DOWNTOWN
FRACTURES IN THE ORTHOPEDIC ROOM R.S.U.D. dr. SLAMET GARUT

Background: One of the actions performed by patients of post O.R.I.F. (Open


Reduction and Internal Fixation) installation at lower extremity fracture is early
mobilizationto prevent contractures. Early mobility is a body movement
performed by patients who are conscious after the use of anesthesia. The
movements are left-tilt oblique exercises, sitting, standing, and walking. These
exercises are done with nurse’s guidance.
Purpose: This study intends to determine the Nurse’s Implementation of Early
Mobilization in Patients of Post O.R.I.F installation on Lower-Extremity fractures
in the Orthopedic Room in dr.Slamet Public Hospital, Garut.
Methods: The research design was quantitative descriptive. The population was
orthopedic nurses, taken by total sampling technique, 30 respondents. The data
were collected using early mobilization questionnaire and early mobilization
observation sheet made by the researchers. The data were analyzed in S.P.S.S.
and presented in the frequency distribution.
Results: The results show that almost all respondents implemented early
mobilization (83.3%). However, based on the observation, fewer than half of
respondents did the implematation of early mobilization (33.3%).
Conclusion: It can be concluded that early mobilization has not been well
implemented. Therefore, it is suggested to the nurses to conduct supervision
during its implementation.

Keywords: Fracture, Nurse’s treatment, Early Mobilization

INTISARI: GAMBARAN IMPLEMENTASI PERAWAT DALAM MELAKUKAN


MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST OPERASI O.R.I.F. FRAKTUR EKSTREMITAS
BAWAH DI RUANG ORTHOPEDI R.S.U.D. dr. SLAMET GARUT

Pendahuluan: Salah satu tindakan yang dilakukan pasien post operasi


pemasangan O.R.I.F. (Open Reduction and Internal Fixation). pada fraktur
ekstremitas bawah adalah mobilisasi dini, yaitu untuk mencegah terjadinya
kontraktur. Mobiliasi dini merupkan suatu pergerakan tubuh yang dilakukan oleh
pasien yang sudah sadar dari penggunaan anestesi, pergerakan yang dimaksud
antara lain: latihan miring kanan-miring kiri, duduk, berdiri, serta berjalan dan
latihan ini dilakukan dengan bimbingan perawat.

196
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 196-204

Tujuang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Implementasi


Perawat dalam Melakukan Mobilisasi Dini pada Pasien Post Operasi O.R.I.F.
fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang Orthopedi R.S.U.D. dr. Slamet Garut.
Metode: Rancangan penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Populasi
adalah perawat orthopedi, diambil dengan teknik total sampling, sebanyak 30
responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner mobilisasi dini dan
lembar observasi mobilisasi dini yang telah dibuat oleh peneliti, data diolah
dengan S.P.S.S. dan disajikan dalam distribusi frekuensi.
Hasil: Hasil penelitian, menemukan hampir seluruh responden melakukan
implementasi mobilisasi dini (83.3%), sedangkan dari hasil observasi
implementasi mobilisasi dini tidak sampai setengah responden melakukan
implementasi (33.3%).
Kesimpulan: Dapat disimpulkan mobilisasi dini belum terlaksanakan dengan baik,
sehingga disarankan supervisi lepada perawat dlam pelaksanaannya.

Kata Kunci :Fraktur, Implementasi Perawat, Mobilisasi Dini

Pendahuluan
Menurut World Health Dampak dari fraktur, yaitu:
Organization (W.H.O., 2013), kurang perubahan pada bagian tubuh yang
lebih terdapat 1,3 juta orang di mengalami cedera, cemas, nyeri,
dunia mengalami kasus fraktur. Data resiko infeksi, resiko perdarahan,
Departemen Kesehatan Republik gangguan integritas kulit sampai
Indonesia (2013), mencatat bahwa dengan kematian (Potter & Perry,
angka kejadian fraktur di Indonesia 2010). Salah satu cara untuk
sebanyak 5,8% dari 84.774 orang. mengembalikan fraktur ke bentuk
Cidera akibat jatuh sebanyak 40,9%, semula, yaitu dengan tindakan
kecelakaan sepeda motor 40,6%, pembedahan orthopedi
cedera benda tumpul atau tajam (Sjamsuhidayat & Jong, 2010).
7,3%, transfortasi darat yang lain Pembedahan orthopedi merupakan
7,1%, terjatuh 2,5%. Sedangkan di suatu tindakan pembedahan yang
Jawa Barat, sebanyak 6% (Riset berguna untuk memulihkan kondisi
Kesehatan Dasar, 2013). Data disfungsi sistem muskuloskeletal
kejadian fraktur ekstremitas bawah (Brunner & Suddart, 2013).
di ruang rawat inap orthopedi Menurut Smaltzer dan Bare
R.S.U.D. dr Slamet Garut pada tahun (2013), salah satu pembedahan
2017 sebanyak 383 kasus. orthopedi yang dapat dilakukan
Fraktur ekstremitas bawah untuk fraktur ekstremitas, yaitu
merupakan suatu kondisi reduksi terbuka menggunakan fiksasi
terputusnya kontinuitas tulang yang secara interna (Open Reduction and
terjadi pada anggota gerak bagian Internal Fixation/ O.R.I.F.), tujuan
bawah yang biasanya disebabkan dari tindakan ini, yaitu:
oleh rudapaksa atau kecelakaan mempertahankan fragmen tulang
(Sjamsuhidayat & Jong, 2010). tetap pada posisinya sampai
Penyebab fraktur yang paling sering, penyembuhan tulang membaik.
yaitu kecelakaan lalu lintas Dalam melaksanakan tindakan
(Mutaqin, 2008). Data kepolisian keperawatan, menurut Konsorium
Negara Republik Indonesia Daerah Ilmu Kesehatan (1989), perawat
Jawa Barat Resor Garut mencatat mempunyai peran dan fungsi sebagai
jumlah kecelakaan pada tahun 2017 berikut: perawat sebagai care
sebanyak 362 jiwa. provider, advokat, edukator,

197
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 196-204

koordinator, kolaborator, konsultan, suatu tindakan. Semua perawat


dan peneliti. Agar pasien post ruangan sudah mengenal S.O.P.
operasi fraktur dapat terselamatkan tersebut, akan tetapi pada rencana
dari kecacatan fisik, pasien tersebut asuhan keperawatan yang sering
harus dilakukan tindakan, salah muncul adalah masalah nyeri, dan
satunya dengan melakukan tindakan masalah keterbatasan gerak tidak
mobilisasi dini secara bertahap ada, sehingga kebutuhan pasien
(Potter dan Perry, 2010). terhadap mobilisasi dini pasien post
Mobilisasi dini merupakan operasi belum tertuliskan.
pergerakan yang dilakukan pasien Akan tetapi, dari hasil
post pembedahan, yang meliputi wawancara dengan dua orang
latihan gerak ringan di atas tempat perawat, mengatakan bahwa: “ada
tidur, seperti miring kanan-miring juga beberapa perawat yang sudah
kiri, menggerakkan kaki hingga mengajarkan pasien post operasi
dapat berdiri dan berjalan disekitar hari pertama untuk melakukan
tempat tidur (Ibrahim, 2013). miring kanan-miring kiri di atas
Mobilisasi bertujuan untuk tempat tidur, hari kedua meminta
memenuhi kabutuhan dasar manusia pasien melakukan duduk di atas
seperti: melakukan aktivitas sehari- tempat tidur, hari ke-3 memantau
hari, melindungi serta kemandirian pasien dalam
mempertahankan diri dari trauma, melakukan mobilisasi dini”. Perawat
mempertahankan keyakinan diri, juga mengatakan: “pada hari
serta mengekspresikan emosi dengan pertama setelah pasien dilakukan
gerakan tubuh nonverbal (Mubarak, tindakan O.R.I.F., sebagian perawat
2015). Menurut Asmadi (2009), sudah ada yang melakukan
dampak apabila pasien post operasi pendidikan kesehatan terkait cara
tidak melakukan mobilisasi dini, untuk melakukan mobilisasi
salah satunya akan mengalami dini/gerakan yang harus dilakukan
kerusakan integritas kulit. pada pasien post operasi O.R.I.F.,
Hasil studi pendahuluan pada seperti: melakukan miring kanan-
beberapa perawat ruangan miring kiri pada hari pertama setelah
orthopedi R.S.U.D. dr. Slamet Garut, operasi, belajar untuk duduk
didapatkan data hampir seluruh ditempat tidur dan sering mengubah
pasien post operasi tidak melakukan posisi tidur pada hari kedua”.
mobilisasi dini dan ada beberapa Perawat ruangan mengatakan
pasien yang telah pulang harus bahwa: “hampir semua pasien
dirawat kembali, karena setelah diperbolehkan pulang setelah post
pulang ke rumah tidak melakukan operasi hari ke 3-4. Pasien yang
mobilisasi, sehingga terjadi diperbolehkan pulang tersebut
gangguan mobilisasi pada area adalah pasien dengan keadaan yang
ekstremitas post operasi. Perawat sudah membaik, adapun beberapa
juga mengatakan jika di ruangan pasien yang harus menggunakan alat
tidak memiliki leaflet terkait bantu jalan. Selama ini rumah sakit
mobilisasi dini, namun sudah belum mempunyai bagian khusus
memiliki Standar Operasional yang bisa menyediakan pembuatan
Prosedur (S.O.P.) tentang mobilisasi alat bantu jalan, sehingga pasien
dini, perawat dapat menjadikannya harus membeli kruk diluar rumah
sebagai rujukan dalam menjalankan sakit. Sehari sebelum pulang,
tindakan keperawatan. S.O.P. biasanya perawat mengajarkan
tersebut dibuat oleh pihak rumah bagaimana cara berjalan dengan
sakit dan sudah dibakukan berupa menggunakan alat bantu kruk
buku panduan dalam melakukan tersebut, namun ada juga beberapa

198
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 196-204

pasien yang keadaannya tidak Metode


memungkinkan untuk pulang seperti: Penelitian ini menggunakan
pasien yang mengalami udim pada rancangan deskriptif kuantitatif,
area post operasi, karena jarang di yaitu: menggambarkan
mobilisasi, sehingga rawat inap implementasi mobilisasi dini
menjadi lebih lama dari waktu yang perawat terhadap pasien post
sudah ditentukan, lama rawat bisa operasi pemasangan O.R.I.F. pada
mencapai lebih dari 5 hari. Hal fraktur ekstremitas bawah di ruang
tersebut menyebabkan dengan orthopedi R.S.U.D. dr Slamet Garut,
lamanya hari rawat, juga berdampak dengan menggunakan teknik total
pada penumpukan jumlah pasien sampling, yaitu: seluruh perawat
baru yang ada di ruang I.G.D., ruangan orthopedi sebanyak 30
karena ruang rawat inap masih responden. Pengumpulan data
dipenuhi oleh pasien lama”. menggunakan kuesioner mobilisasi
Berdasarkan fenomena di atas dini dan observasi mobilisasi dini.
dan mengingat pentingnya mobilisasi Analisa dalam penelitian ini, yaitu:
dini pada pasien post operasi anlisa deskriptif dan penyajian data
pemasangan O.R.I.F., serta menggunakan distribusi frekuensi.
pentingnya peran perawat dalam
melakukan implementasi sesuai Hasil dan Pembahasan
dengan intervensi yang telah dibuat 1. Hasil Penelitian
bersama pasien dan keluarga, Data demografi pada penelitian
sehingga peneliti tertarik untuk ini meliputi: usia, jenis kelamin,
mengetahui lebih jauh tentang pendidikan perawat, dan
Gambaran Implementasi Perawat pengalaman kerja perawat.
dalam Melakukan Mobilisasi Dini Penjelasan berupa penyajian tabel
Pada Pasien Post Operasi O.R.I.F. distribusi frekuensi untuk masing-
Fraktur Ekstremitas Bawah di Ruang masing karakteristik responden pada
Orthopedi R.S.U.D. dr Slamet Garut tabel 1
Tahun 2018.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Perawat Ruang Orthopedi


R.S.U.D. dr. Slamet Garut

Data Demografi Frekuensi Persentase


(f) (%)
Usia Dewasa awal (26-35 15 50.0
tahun)
Dewasa akhir (36-45 14 46.7
tahun)
Lansia akhir (56-65 1 3.3
tahun)
Jenis kelamin Laki-laki 14 46.7
Perempuan 16 53.3
Pendidikan D3 13 43.3
S1 17 56.7
Pengalaman Baru (<5tahun) 10 33.3
kerja Lama (>5tahun) 20 66.7

199
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 196-204

Berdasarkan tabel 1 kelamin perempuan (53.3%),


diperoleh data demografi yang pendidikan S1 (56.7%), pengalaman
menunjukan bahwa setengahnya kerja sudah lama, yaitu 20 orang
responden berada pada usia dewasa (66.7%).
awal, yaitu 15 orang (50%), berjenis

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Implementasi Perawat, dan Observasi Perawat


dalam Melakukan Implementasi Mobilisasi Dini Berdasarkan Data Demografi
(n=30).

Implementasi Perawat Dalam


Melakukan Mobilisasi

Data Demografi, Implementasi dan Kategori


Observasi Melakukan Tidak Melakukan
F % F %
Usia Dewasa Awal 13 86.7 2 25
(26-35 tahun)
Dewasa akhir 11 78.6 3 21.4
(36-45 tahun)
Lansia akhir 1 100
(46-55 tahun)

Jenis kelamin Laki-laki 12 85.7 2 14.3


Perempuan 13 81.3 3 18.8

Pendidikan D3 12 92.3 1 7.7


S1 13 76.5 4 23.5

Pengalaman kerja Baru (<5 tahun) 9 90.0 1 10.0


Lama (>5 tahun) 16 80.0 4 20.0

Implementsi 25 83.3 5 16.7

Observasi 10 33.3 20 66.7

Berdasarkan tabel 2 diperoleh mobilisasi dini (90.0%), hampir


data bahwa hampir seluruhnya seluruhnya responden melakukan
responden usia dewasa awal implementasi (83.3%), sedangkan
melakukan implementasi mobilisasi hasil observasi tidak sampai
dini (86.7%), hampir seluruh setengahnya melakukan
responden berjenis kelamin laki-laki implementasi (33.3%).
melakukan implementasi mobilisasi
dini (85.7%). 2. Pembahasan
Selain itu, hampir seluruhnya Hasil penelitian
responden berpendidikan D3 menunjukkan hampir seluruh
melakukan implementasi mobilisasi responden melakukan implementasi
dini (92.3%), dan hampir seluruh mobilisasi dini sebanyak 25
responden dengan pengalaman kerja responden (83.3%). Hal ini sejalan
<5 tahun melakukan implementasi dengan Maharani (2013), bahwa

200
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 196-204

gambaran implementasi mobilisasi responden yang melakukan


dini oleh perawat pada pasien post implementasi (33.3%). Hasil ini
O.R.I.F. fraktur ekstremitas bawah sejalan dengan penelitian Lestari
didapatkan dominan perawat (2017), tentang: Pengaruh R.O.M.
melakukan mobilisasi dini sebanyak Exercise Dini pada Pasien Post
16 orang dan hanya selisih 1 dengan Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah
yang tidak melakukan mobilisasi (fraktur femur dan fraktur cruris)
dini. Hal tersebut didukung terhadap Lama Hari Rawat di Ruang
responden terbanyak telah Bedah R.S.U.D. Gambiran Kota
mendapatkan ilmu dan pelatihan Kediri, yang menunjukkan bahwa
mobilisasi dini, dan rata-rata pasien post operasi O.R.I.F. di
responden mendapatkan ilmu Ruang Bedah jarang dilakukan
tentang mobilisasi dini ketika di mobilisasi oleh perawat, karena
bangku kuliah. perawat hanya sekedar
Penelitian di atas sejalan menganjurkan pada pasien untuk
dengan penelitian Nurkolis dan melakukan mobilisasi dengan
Alimansur (2013) tentang: Hubungan menggerak-gerakkan anggota badan
Tingkat Pengetahuan Perawat yang di operasi.
tentang Mobilisasi Dini pada Pasien Dari data di atas, peneliti dapat
Post Operasi, bahwa pelaksanaan menyimpulkan apabila perawat tidak
tindakan mobilisasi dini pada pasien melakukan tindakan, maka perawat
post operasi yang dilakukan oleh akan menjadi tidak terampil dalam
perawat Ruang Dahlia Rumah Sakit mengimplementasikn suatu rencana
H.V.A. Toeloengredjo Pare hampir asuhan keperawatan. Terkait
seluruhnya tepat (77.7%). Oleh implementasi mobilisasi dini, ketika
karena itu, peneliti mengambil perawat tidak melakukan
kesimpulan hal ini bisa disebabkan implementasi kemudian tidak ada
karena perawat dalam penelitian punishment terhadap dirinya, maka
mempunyai pengetahuan dan perawat akan mengulangi kebiasaan
pengalaman dalam bekerja sehingga tersebut, sehingga hampir
membuat perawat tersebut terampil setengahnya perawat tidak
dalam melakukan mobilisasi dini. melakukan implementasi mobilisasi
Hal tersebut ditunjang oleh dini pada pasien post operasi
data usia, pendidikan dan juga O.R.I.F. Perawat juga hanya
pengalaman kerja perawat, yang menuliskan diagnosa keperawatan
memang tampak usia dewasa awal nyeri saja, sedangkan keterbatasan
lebih banyak di mana usia tersebut gerak belum dituliskan.
memungkinkan bagi responden Berdasarkan data demografi,
untuk menerima atau mengingat hasil penelitian menunjukkan hampir
suatu materi dan informasi tentang seluruh responden berada pada usia
mobilisasi dini (Nurkolis, 2013). dewasa awal melakukan
Begitu pula dengan pendidikan implementasi mobilisasi dini
responden pendidikan S1 (86.7%). Penelitian ini sejalan
keperawatan lebih banyak dari D3 dengan penelitian Nurkolis dan
keperawatan, dan juga pengalaman Alimansur (2013), bahwa perawat
kerja lebih banyak yang sudah lama berada pada usia 20-40 tahun
dimana pengalaman kerja yang cenderung melakukan tindakan,
sudah lama merupakan suatu faktor karena pada tingkat usia responden
dari terbentuknya pengetahuan dan saat ini memungkinkan bagi
keterampilan. responden untuk menerima atau
Sedangkan hasil observasi mengingat suatu materi dan
menunjukkan, hampir setengahnya informasi tentang mobilisasi dini,

201
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 196-204

dan semakin tua usia maka seseorang dini, karena permasalahan


semakin sulit dalam menerima serta pekerjaan antara laki-laki dan
memahami informasi yang didapat. perempuan dalam bidang
Peneliti dapat menyimpulkan, keperawatan tidak memiliki
bahwa perawat yang masih muda, perbedaan, baik itu laki-laki maupun
dalam melakukan tindakan perempuan, keduanya harus
mobilisasi dini juga didiukung oleh memiliki kemampuan dalam
adanya S.O.P. yang berlaku di melakukan implementasi mobilisasi
ruangan tersebut, perawat dapat dini.
menjadikannya sebagai rujukan Berdasarkan pendidikan
apabila terjadi kesalahan dalam perawat, hampir seluruhnya
melakukan tindakan. S.O.P. selain responden berpendidikan S1
dijadikan rujukan juga merupakan keperawatan, yaitu sebanyak 17
suatu media yang meliputi langkah- responden (56.7%). Namun yang
langkah suatu prosedural, S.O.P. cenderung melakukan implementasi
dibuat oleh pihak rumah sakit mobilisasi dini adalah perawat yang
sebagai acuan bagi para perawat berpendidikan D3 keperawatan
untuk melakukan suatu tindakan, (92.3%). Penelitian ini sejalan
khususnya S.O.P. mobilisasi dini dengan Penelitian Maharani (2013)
sehingga pelaksanaan perawat tentang: Gambaran Implementasi
dalam melakukan implementasi Mobilisasi Dini Oleh Perawat Pada
mobilisasi dini dapat dilakukan Klien Post Operasi O.R.I.F. Fraktur
dengan tepat. Ekstremitas Bawah di R.S.U.P.
Selanjutnya, dari hasil Fatmawati, bahwa D3 keperawatan
penelitian, jumlah responden lebih dominan melakukan
berjenis kelamin perempuan lebih implementasi keperawatan.
banyak dari laki-laki, yaitu: 16 Menurut Notoadjmodjo (2005),
responden (53.3%), namun yang mengatakan bahwa tingkat
melakukan implementasi mobilisasi pendidikan seesorang akan
dini hampir seluruhnya adalah mempengaruhi pengetahuannya.
responden berjenis kelamin laki-laki Seseorang yang memiliki tingkat
(85.7%). Penelitian ini sejalan pendidikan yang tinggi akan
dengan Gurning (2012) tentang: mempunyai pengetahuan yang lebih
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan luas dibandingkan dengan
Sikap Petugas Kesehatan I.G.D. pendidikan yang lebih rendah, jadi
Terhadap Tindakan Triage semakin tinggi tingkat pengetahuan
Berdasarkan Prioritas, mayoritas seseorang maka akan semakin tinggi
responden berjenis kelamin laki-laki pula tingkat pengetahuan yang
yaitu 19 orang responden (54.4%), dimiliki, karena informasi yang
hal ini menunjukkan bahwa petugas dibutuhkan semakin mudah
kesehatan I.G.D. lebih banyak di diterima. Berdasarkan data di atas
butuhkan tenaganya untuk peneliti dapat menyimpulkan,
menangani beberapa kasus yang pendidikan juga merupakan faktor
cukup serius dibandingkan petugas yang mendukung perawat dalam
kesehatan perempuan, tetapi di melakukan implementasi mobilisasi
dalam ketanggapan memililih pasien dini, dimana D3 keperawatan
tidak perbedaan dengan petugas mempunyai pengalaman praktik
kesehatan berjenis kelamin klinis selama pendidikan, sehingga
perempuan. Peneliti dapat perawat berpendidikan D3 lebih
menyimpulkan, jenis kelamin tidak banyak melakukan implementasi
mempengaruhi perawat dalam mobilisasi dini.
melakukan implementasi mobilisasi

202
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 196-204

Berdasarkan pengalaman kerja, 2. Saran


hampir seluruhnya responden a. Bagi Instansi Rumah Sakit
berpengalaman kerja >5 tahun Bagi instansi rumah sakit, agar
sebanyak 20 responden (66.7%), dilakukan pengawasan serta dapat
namun yang melakukan merekrut perawat laki-laki lebih
implementasi mobilisasi dini hampir banyak untuk ruangan orthopedi
seluruhnya adalah responden dengan serta menyediakan sarana yang
pengalaman kerja <5 tahun (90.0%). dapat membantu perawat dalam
Penelitian ini sejalan dengan melakukan tindakan mobilisasi dini
penelitian sebelumnya yang pada pasien post operasi
dilakukan oleh Maharani (2013), pemasangan O.R.I.F. seperti
penelitian yang dilakukan kepada 31 tersedianya tempat pembuatan alat
perawat, menunjukkan pengalaman bantu jalan didalam gedung rumah
kerja 1-3 tahun sebanyak 15 orang sakit.
melakukan implementasi mobilisasi b. Bagi Profesi Keperawatan
dini (48,4%). Dalam penelitian ini, Semoga penelitian ini dapat
hampir seluruhnya responden digunakan sebagai bahan masukan
dengan pengalaman kerja <5 tahun dalam melaksanakan pelayanan
melakukan implementasi mobilisasi keperawatan yang berfokus pada
dini, dikarenakan perawat muda masalah kesehatan guna memenuhi
dengan berpengalaman kerja baru kebutuhan dasar manusia untuk
masih memiliki kinerja yang lebih meningkatkan perawat dalam
bagus. Dari hasil penelitian tersebut, mobilisasi dini pada pasien dengan
peneliti menyimpulkan terbatasnya post operasi O.R.I.F. fraktur
pengalaman kerja tidak ekstremitas bawah.
mengakibatkan tingkat keahlian dan c. Bagi Pendidikan
keterampilan yang dimiliki akan Bagi pendidikan diharapkan
menjadi semakin rendah, semua skripsi ini dapat menjadi referensi
kembali lagi kepada motivasi dari atau sebagai bahan bacaan bagi
masing-masing perawat. mahasiswa sebagai penunjang untuk
proses belajar. Juga sebagai bahan
Simpulan dan Saran pembuatan leaflet terkait mobilisasi
1. Simpulan dini untuk diaplikasikan pada saat
Penelitian ini menggambarkan dilapangan.
implementasi perawat dalam d. Bagi Peneliti Selanjutnya
melakukan mobilisasi dini pada Peneliti menyarankan kepada
pasien post operasi O.R.I.F. fraktur peneliti selanjutnya agar dapat
ekstremitas bawah di ruang melakukan pengamatan/observasi
orthopedi R.S.U.D. dr. Slamet Garut. lebih rinci juga meneliti lebih
Dapat disimpulkan bahwa hasil mendalam terkait hubungan
penelitian menunjukkan, hampir implementasi mobilisasi dini oleh
seluruh responden melakukan perawat dengan pelaksanaan
implementasi (83.3%), sedangkan mobilisasi dini pada pasien post
hasil observasi tidak setengahnya operasi O.R.I.F. fraktur ekstremitas
responden melakukan implementasi bawah.
(33.3%).

203
[MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, P- ISSN: 2655-2728
Juli 2019 E-ISSN: 2655-4712 VOLUME 1, NOMOR 2, JULI 2019] 196-204

DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi


Asmadi. (2009). Konsep Dasar Penelitian Kesehatan.
Keperawatan. Jakarta: EGC. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2014.
Brunner dan Suddarth. (2013). Metodologi Penelitian
Keperawatan Medikal-Bedah Kesehatan. Jakarta: Rineka
Edisi 12. Jakarta: EGC. Cipta.

Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Nurkholis, Z., & Alimansur, M.


Dasar. Jakarta: Badan (2013). Hubungan Tingkat
Penelitian dan Pengetahuan Perawat
Pengembangan Kesehatan Tentang Mobilisasi Dini Pada
Kementrian Kesehatan RI. Pasien Post Operasi. Jurnal
Ilmu Kesehatan, 1(2), 1-5.
Gurning, Y., & Karim, D. (2012).
Hubungan Tingkat Potter, P.A & Perry, A. (2010). Buku
Pengetahuan dan Sikap Ajar Fundamental
Petugas Kesehatan IGD Keperawatan (Terjemah).
Terhadap Tindakan Triage Jakarta: Prima Medika.
Berdasarkan Prioritas. Jurnal
Online Mahasiswa Program Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Studi Ilmu Keperawatan (2013). Badan Penelitian dan
Universitas Riau, 1(1), 1-9. Pengembngan Kesehatan.

Ibrahim, M.N. (2013). Gambaran Sjamsuhidayat&Jong. (2010). Buku


Pengetahuan Pasien Tentang Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
Mobilisasi Post Operasi EGC.
Appendisitis di Ruang Bedah
RSUD Prof.Dr.H.Aloei.Saboe. Smeltzer, Susan C & Bare. (2013).
Kota Gorontalo. Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddart: Alih
Maharani. (2013). Gambaran Bahasa, Devi Yulianti, Amelia
Implementasi Mobilisasi Dini Kimin; Editor edisi bahasa
Oleh Perawat Pada Klien Post Indonesia, Eka Anisa
Operasi ORIF Fraktur Mardella. –ed. 12. Jakarta:
Ekstremitas Bawah Di RSUP EGC.
Fatmawati.
World Health Organization. Global
Mubarak, W.I., Indrawati, I., J. Health Observatory Data
(2015). Buku Ajar Ilmu Repository. (2013).
Keperawatan Dasar, Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika. Zainaro, M. A. (2017). Pengaruh
Sarana Prasarana, Pendidikan
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Dan Masa Kerja Perawat
Asuhan Keperawatan Klien Terhadap Kepuasan Kerja Dan
Gangguan Sistem Kinerja Perawat Di Ruang
Muskuloskeletal. Jakarta: Rawat Inap Rumah Sakit Umum
EGC. Daerah Dr. A. Dadi Tjokrodipo
Bandar Lampung. Holistik
Jurnal Kesehatan, 11(1), 34-
41.

204

You might also like