Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology


Vol.I, No.2, Juli 2012

UJI AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL BIJI TERATAI PUTIH


(Nymphaea pubescens Willd) TERHADAP MENCIT
DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL

Tri Wahyuni*, Saeful Hidayat*, Tedjo Narko**


*Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Bandung
**Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFI AU), Bandung
Abstrak
Telah dilakukan uji aktivitas antidiare ekstrak etanol biji teratai putih (Nymphaea
pubescens Willd) terhadap mencit putih jantan galur swiss webster dengan metode transit
intestinal. Dari hasil karakterisasi simplisia biji teratai putih diperoleh kadar abu total (3,83%),
kadar abu tidak larut asam (2,90%), kadar abu larut air (0,80%), susut pengeringan (9,42%), kadar
sari larut etanol (3,86%), kadar sari larut air (20,48%), dan kadar air (9,99%). Hasil skrining
fitokimia menunjukkan adanya senyawa alkaloid, fenolat, tanin, flavonoid, monoterpen &
seskuiterpen, steroid & triterpenoid, kuinon, serta saponin. Hasil pengukuran panjang marker
terhadap panjang usus (rasio) setelah t = 65 menit menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji teratai
putih memiliki aktivitas antidiare pada variasi dosis yaitu dosis 0,52 mg/20 g BB; 0,585 mg/20 g
BB; 0,65 mg/20 g BB; 0,715 mg/20 g BB dan 0,78 mg/20 g BB. Kesimpulan, semakin besar dosis
ekstrak etanol biji teratai putih menghasilkan aktivitas antidiare yang semakin kuat.
Kata Kunci: Biji teratai putih, Antidiare, Metode transit intestinal.

Abstract
Anti-diarrheal activity of ethanol extract of the white lotus seeds (Nymphaea pubescens
Willd) has been tested on swiss webster mice by using intestinal transit method. From the
characterization of white lotus simplicia showed that total ash content of 3.83 %, acid insoluble
ash content 2.90 %, water soluble ash content 0.80 %, drying shrinkage 9.42 %, levels of ethanol
soluble extract 3.86 % , the levels of water -soluble extract 20.48%, and water content of 9.99 %.
The results of the phytochemical screening showed the presence of alkaloid, phenolic, tannin,
flavonoid, monoterpene and sesquiterpen, steroid and triterpenoid, quinone, and saponin. The
measurement the length of the marker on intestinal length (rasio) after 65 minutes showed that the
ethanol extract of the white lotus seeds have antidiarrheal activity at variaous dose of 0.52 mg/20 g
BW; 0,585 mg/20 g BW, 0.65 mg/20 g BW; 0.715 mg/20 g BW, and 0.78 mg/20 g BW.
Conclusion, the greater the dose of ethanol extracts of white lotus seeds will be producing a
stronger antidiarrheal activity.
Keywords: White lotus seeds, Anti-diarrheal, Intestinal transit method.

PENDAHULUAN penderita. Penyakit diare termasuk


Diare adalah keadaan buang- dalam 10 penyakit yang sering
buang air dengan banyak cairan menimbulkan kejadian luar biasa.
(mencret), dan merupakan gejala dari Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu
penyakit-penyakit tertentu atau Penyakit bersumber data KLB (STP
gangguan lainnya (Tjay & Rahardja, KLB) tahun 2010, diare menempati
2010). Di Indonesia, penyakit diare urutan ke-6 frekuensi KLB terbanyak
masih merupakan masalah di bidang setelah DBD, chikungunya, keracunan
kesehatan terutama di daerah pedesaan. makanan, difteri dan campak. Keadaan
Penyakit diare pada dasarnya menyerang ini tidak berbeda jauh dengan tahun
siapa saja tanpa memandang umur 2009. Menurut data STP KLB 2009,

38
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012

diare merupakan penyakit ke-7 bermanfaat untuk mengobati diare


terbanyak yang menimbulkan KLB (Enda, W.G., 2009 ; W.S, Don, 2000).
(Divisi Research and Science Analytico Berdasarkan latar belakang di
UI, 2010). atas, sehingga perlu dikaji secara ilmiah
Teratai termasuk tanaman aktivitas antidiare bahwa ekstrak etanol
keluarga Nymphaeaceae. Marga yang biji teratai putih (Nymphaea pubescens
paling terkenal dari keluarga Willd) terhadap hewan uji mencit putih
Nymphaeaceae adalah Nymphaea atau jantan galur swiss webster dengan
teratai (water lilly). Marga ini pertama metode transit intestinal yang diinduksi
kali diperkenalkan oleh Linnaeus pada Oleum ricini.
tahun 1753, dan menjadi terkenal karena
ALAT, BAHAN DAN METODE
bentuk bunganya yang indah dan
PENELITIAN
budidayanya yang sangat mudah.
Alat yang digunakan dalam
Daerah dengan iklim tropis dan
penelitian ini adalah blender, timbangan
subtropis merupakan tempat tumbuh
analitik, tabung reaksi, labu erlenmeyer,
yang baik bagi teratai. Wilayah
pipet tetes, kawat tembaga, alat-alat uji
penyebarannya cukup luas, mulai dari
fitokimia lainnya, dan alat-alat untuk
Amerika, Asia, Afrika sampai Australia
pengujian pada mencit termasuk alat-
(W.S, Don, 2000).
alat bedah mencit.
Salah satu cara kerja obat
Biji teratai putih (Nymphaea
kimiawi ataupun yang berasal dari
pubescens. Willd) diperoleh dari
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
Cangkuang, Garut-Jawa Barat. Bahan
antidiare yaitu sebagai adstringensia,
yang digunakan antara lain etanol, HCl
berfungsi untuk menciutkan selaput
encer p, kloroform P, Toluena,
lendir usus. Efek adstringensia ini pada
ammonia, HCl 2 N, Dragendorff,
tumbuhan dapat ditemukan pada
Mayer, FeCl3, gelatin 1%, serbuk Mg,
metabolit sekunder, berupa tanin atau
amil alkohol, eter, vanilin 10%, H2SO4
asam samak. Jenis teratai yang selama
pekat, pereaksi Liebermann-Burchard,
ini biasa digunakan oleh masyarakat
KOH 5%, alkohol 70%. Bahan
sebagai antidiare adalah teratai putih
pengujian antidiare yang digunakan
(Nymphaea pubescens Willd) dan teratai
adalah mencit putih jantan, Oleum ricini,
merah (Nymphaea rubra Roxb. Ex
CMC 1%, Loperamid HCl, ekstrak
Salisb). Biji teratai diduga mengandung
etanol biji teratai putih, Norit.
senyawa tanin yang mempunyai efek
Ekstraksi komponen antidiare
adstringent (astringensia) sehingga
dilakukan secara maserasi menggunakan
39
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012

etanol 70% sebagai pelarut semi polar. 0,52 mg/20 g BB; 0,585 mg/20 g BB;
Biji teratai dalam bentuk tepung 0,65 mg/20 g BB; 0,715 mg/20 g BB;
dimaserasi pada suhu ruang dengan dan 0,78 mg/20 g BB.
etanol 70% selama 24 jam dan filtratnya e. Setelah 45 menit, semua sub
diambil sebagai ekstrak etanol, kelompok (kontrol, pembanding, uji
kemudian pelarut diuapkan dengan dosis) diberikan norit per-oral.
evaporator suhu 40°C. Ekstrak yang f. Setelah 20 menit pemberian norit,
diperoleh digunakan sebagai sampel dilakukan diskolasi leher mencit
untuk analisis dan pengujian antidiare sampai mencit mati.
pada mencit putih jantan. g. Kemudian dilakukan pembedahan
Hewan uji yang digunakan perut mencit dengan hati-hati, usus
dalam penelitian adalah mencit putih mencit diambil dan panjang usus
jantan galur swiss webster, berumur 2-3 serta panjang marker diukur.
bulan, dengan berat badan 20-30 gram. Perbandingan jarak yang ditempuh
Adapun urutan penelitian pengujian efek marker terhadap panjang usus
antidiare sebagai berikut : keseluruhan dihitung.
a. Mencit diadaptasikan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
lingkungan penelitian selama 1
Hasil Ekstraksi
minggu.
Ekstraksi merupakan proses
b. Kurang lebih 18 jam sebelum
pemisahan bahan dari campurannya
penelitian, mencit dipuasakan, dan
dengan menggunakan pelarut. Melalui
selanjutnya dikelompokkan menjadi
ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam
5 kelompok masing-masing 5 ekor.
simplisia akan terlepas. Ekstraksi biji
c. Semua mencit diberikan suspensi
teratai putih dengan menggunakan
Oleum ricini
pelarut etanol ini memberikan rendemen
d. Tiga puluh menit setelah pemberian
sebesar 3,11% (hasil ekstraksi dapat
suspensi Oleum ricini, masing-
dilihat pada Tabel 1).
masing kelompok diberi perlakuan
Tabel 1. Hasil ekstrak etanol biji
oral, yaitu: (1) Kelompok I diberikan
teratai putih
suspensi CMC dosis 1% sebagai
Berat simplisia 700 Gram
kontrol, (2) Kelompok II diberikan
suspensi Loperamid HCl dosis 2 mg Volume etanol 2 Liter

sebagai pembanding, (3) Tiga Berat ekstrak 21,8 Gram


kelompok masing-masing diberikan Rendemen 3,11%
suspensi ektrak biji teratai putih dosis

40
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012

Hasil Penapisan Fitokimia Simplisia farmakologi sebagai adstringen (zat


dan Ekstrak yang menciutkan). Tanin juga dapat
Penapisan fitokimia dilakukan membentuk kompleks dengan enzim
untuk mengetahui senyawa metabolit mikroba ataupun substrat. Tanin dan
sekunder yang terkandung pada biji asam tanin mendenaturasi protein
teratai (Harbone, J.B., 1985). melalui pembentukan kompleks
Berdasarkan hasil penelitian dapat (protein-tannat). Kompleks tersebut
diketahui bahwa simplisia biji teratai membentuk lapisan pada mukosa usus
dan ekstrak etanol mengandung alkaloid, dan membuatnya lebih tahan, sedangkan
fenolat, tanin, flavonoid, monoterpena sekresi gastrik berkurang secara
dan seskuiterpena, steroid dan simultan. Tanin juga menyebabkan
triterpenoid, kuinon dan saponin (lihat vasokontriksi lokal pembuluh darah
Tabel 2). mukosa usus dan akibatnya dapat
Tabel 2. Hasil penapisan fitokimia mereduksi jumlah sekresi asam lambung
simplisia dan ekstrak oleh mukosa. Senyawa saponin terutama
Golongan Senyawa Deteksi triterpen yang terdapat pada biji teratai
Simplisia Ekstrak putih menunjukkan anti-ulcer melalui
Etanol pembentukan perlindungan pada mukus
Alkaloid + + permukaan mukosa usus.
Fenolat + +
Hasil Karakterisasi Simplisia
Tanin + + Tabel 3. Hasil Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi Hasil
Flavonoid + +
(%)
Monoterpena & + +
Kadar Abu Total 3,83
seskuiterpen
Kadar Abu Tidak Larut 2,90
Steroid & + + Asam

Triterpenoid Kadar Abu Larut Air 0,80


Kuinon + + Susut Pengeringan 9,42
Saponin + + Kadar Sari Larut Etanol 3,86
Keterangan : (+) terdeteksi Kadar Sari Larut Air 20,48
(-) tidak terdeteksi
Kadar Air 9,99
Dari Tabel 2 di atas, terlihat bahwa
biji teratai putih mengandung senyawa Penetapan kadar abu bertujuan
tanin, dimana tanin memiliki aktivitas untuk memberi gambaran kandungan
mineral internal dan eksternal dalam
41
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012

simplisia biji teratai putih, mulai dari bahwa kandungan senyawa pada
proses awal sampai terbentuknya simplisia biji teratai lebih banyak larut
ekstrak. Abu biji teratai ini merupakan dalam air. Salah satu karakteristik yang
residu senyawa oksida dan garam yang penting adalah penentuan kadar air
tersisa dari pengeringan biji teratai pada karena berhubungan dengan adanya
temperatur yang tinggi, sehingga dengan kemungkinan pertumbuhan jamur atau
kata lain pengujian kadar abu ini kapang yang mempengaruhi kandungan
ditujukan untuk mengetahui berapa kimia dalam simplisia. Kadar air
besarnya cemaran bahan-bahan simplisia biji teratai putih memenuhi
anorganik yang terdapat dalam simplisia standard kadar air yang baik dimana
biji teratai putih. kadar air simplisia biji teratai putih tidak
Penetapan kadar sari larut air lebih dari standard umum, yaitu tidak
lebih besar dibandingkan dengan kadar lebih dari 10% (DepKes RI, 1995).
sari larut etanol, hal ini menunjukkan
Pengujian Aktivitas Antidiare
Tabel 4. Hasil pengukuran panjang marker
No Kontrol (-) Kontrol Uji I Uji II Uji III Uji IV Uji V
(+)
0,52 mg 0,585 mg 0,65 mg 0,715 mg 0,78 mg

1 46 cm 29,5 cm 44 cm 38 cm 35 cm 27 cm 26 cm

2 45 cm 30 cm 44 cm 38 cm 33 cm 27,5 cm 26,5 cm

3 43,5 cm 29 cm 44 cm 39 cm 33 cm 27 cm 26 cm

4 43,5 cm 29,5 cm 43 cm 38,5 cm 35 cm 28 cm 26 cm

5 45 cm 29 cm 45 cm 37 cm 34 cm 27,5 cm 26 cm

X 44,6 cm 29,4 cm 44,0 cm 38,1 cm 34,0 cm 27,4 cm 26,1 cm

SD 1,08 0,42 0,71 0,74 1,00 0,42 0,20

Pada Tabel 4 dan Tabel 5, data yang diperoleh merupakan hasil pengukuran pada
7 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit putih jantan
dewasa sehat dengan berat 20-30 gram yang sebelumnya telah dipuasakan selama
lebih kurang 18 jam namun tetap diberi minuman. Pada t = 0 semua kelompok mencit
diberikan Oleum ricini, sedangkan pemberian ekstrak uji, pembawa atau pembanding
pada saat t = 30 menit, setelah t = 45 menit mencit diberikan norit secara oral. Pada t = 65
menit, mencit dibunuh secara dislokasi tulang leher. Setelah dislokasi tulang leher, maka
dilakukan pembedahan untuk mengukur panjang seluruh usus dan bagian usus yang
dilalui marker norit mulai dari pilorus sampai ujung akhir (berwarna hitam).
42
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012

Tabel 5. Hasil pengukuran panjang usus


No Kontrol (-) Kontrol Uji I Uji II Uji III Uji IV Uji V
(+)
0,52 mg 0,585 mg 0,65 mg 0,715 mg 0,78 mg

1 54 cm 53 cm 54 cm 54 cm 53 cm 54 cm 53.5 cm

2 53 cm 53 cm 53 cm 53 cm 53.5 cm 53 cm 53 cm

3 53,5 cm 54 cm 54 cm 54 cm 53 cm 54 cm 53.5 cm

4 54 cm 54 cm 54 cm 53 cm 54 cm 53.5 cm 53 cm

5 54 cm 53 cm 54 cm 53 cm 54 cm 54 cm 54 cm

X 53,7 cm 53 cm 53,8 cm 53,4 cm 53,5 cm 53,7 cm 53,4 cm

SD 0,45 0 0,45 0,55 0,50 0,45 0,42

Tabel 6. Hasil perhitungan rasio


No Kontrol (-) Kontrol Uji I Uji II Uji III Uji IV Uji V
(+)
0,52 mg 0,585mg 0,65 mg 0,715 mg 0,78 mg

1 0,852 0,557 0,815 0,704 0,66 0,5 0,486

2 0,849 0,566 0,83 0,717 0,617 0,519 0,5

3 0,813 0,537 0,815 0,722 0,623 0,5 0,486

4 0,805 0,546 0,796 0,726 0,648 0,523 0,49

5 0,833 0,547 0,833 0,698 0,629 0,509 0,481

x 0,830 0,551 0,818 0,713 0,635 0,510 0,489

SD 0,021 0,011 0,015 0,012 0,018 0,011 0,007

Rasio antara panjang marker terhadap panjang usus pada masing-masing


kelompok yang diujikan dapat dilihat pada Tabel 6. Dari Tabel 6 diketahui rerata untuk
masing-masing kelompok, yaitu kelompok kontrol (-) didapatkan rasio sebesar 0,830;
kelompok kontrol (+) sebesar 0,551; kelompok uji I sebesar 0,818; kelompok uji II
sebesar 0,713; kelompok uji III sebesar 0,635; kelompok uji IV sebesar 0,510; dan
kelompok uji V sebesar 0,489. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pada kelompok uji
I, uji II, uji III, uji IV dan uji V mempunyai aktivitas antidiare dan diketahui juga semakin
besar dosis yang diberikan, semakin kuat pula aktivitas antidiare ekstrak etanol biji teratai
putih.

43
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012

Tabel 7. Hasil ANOVA uji aktivitas antidiare ekstrak etanol biji teratai putih
Rasio

Sum of Squares df Mean Square Fhitung Sig. Ftabel

Between Groups .602 6 .100 496.585 .000 2.44

Within Groups .006 28 .000

Total .608 34
Keterangan : Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak
Analisis Data
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh aktivitas antidiare yang
bermakna dari setiap konsentrasi kelima ekstrak terhadap mencit putih jantan, maka
digunakan perhitungan ANOVA (Analisis of Varian) dengan rancangan percobaan desain
acak sempurna. Hasil perhitungan ANOVA dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) aktivitas antidiare ekstrak etanol biji teratai
putih terhadap mencit jantan putih dapat dilihat pada Tabel 7.

Perlakuan

Gambar 1. Diagram batang rata-rata hasil uji aktivitas antidiare

Tabel 8. Hasil uji beda rata-rata Duncan


Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4 5 6
7 5 .4886
6 5 .5102
2 5 .5506
5 5 .6354
4 5 .7134
3 5 .8178
1 5 .8304
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 .172

44
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012

Berdasarkan perhitungan semakin kuat pula aktivitas antidiare


ANOVA (Analisis of Varian), diketahui yang dihasilkan.
bahwa nilai F hitung untuk ektrak etanol
DAFTAR PUSTAKA
biji teratai putih terhadap mencit jantan
putih sebesar 496,585, serta nilai F tabel Departemen Kesehatan Republik
Indonesia., 1995, Materia Medika
pada taraf signifikansi 5% adalah 2,44. Indonesia Jilid VI, Jakarta. Hal 321-325.
Dari hasil uji ANOVA, Fhitung lebih besar Divisi Reaserch and Science Analitico
daripada Ftabel, maka diketahui bahwa UI, 2010, Kasus Diare pada Balita di
Indonesia,
ada perbedaan aktivitas antidiare yang http://analiticoui.blogspot.com/p/jurnal-
berarti dan signifikan di antara berbagai dan-artikel.html, diakses tanggal 14
Maret 2011.
variasi dosis dari ekstrak etanol biji
teratai putih terhadap mencit jantan Enda, W.G., 2009, Uji Efek Antidiare
Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam
putih. Selanjutnya dilakukan (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)
perhitungan uji beda rata-rata Duncan Terhadap Mencit Jantan, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
tiap kelompok perlakuan terhadap Utara.
kontrol (-) maupun kontrol (+). Dari
Harbone, J.B., 1985, Metode Fitokimia
hasil uji ini diketahui bahwa terdapat Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Terbitan Kedua, Bandung,
perbedaan yang bermakna dari masing-
ITB. Hal 1-24.
masing perlakuan, sehingga secara
Tjay, T.H, Rahardja, K., 2010, Obat-
statistik memang antar perlakuan dari Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
variasi dosis ekstrak etanol biji teratai Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke VI,
Jakarta, PT.Elex Medica komputindo.
putih ini berbeda signifikan. Hasil Hal 288-289; 296; 305.
analisis Duncan secara lengkap tersaji
W.S, Don; Emir, Threes; Hadibroto,
pada Tabel 8. Diagram batang rata-rata Cherry., 2000, Lotus dan Teratai,
Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
hasil uji aktivitas antidiare tersaji pada
Hal 20-25; 34-37.
Gambar 1.
KESIMPULAN
Dari hasil uji dapat disimpulkan
bahwa pada variasi dosis 0,52 mg/20 g
BB; 0,585 mg/20 g BB; 0,65 mg/20 g
BB; 0,715 mg/20 g BB dan 0,78 mg/20
g BB, ekstrak etanol biji teratai putih
mempunyai aktivitas antidiare. Hasil
variasi dosis juga menunjukkan bahwa
semakin besar dosis yang diberikan,

45

You might also like