Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS KESIAPSIAGAAN PERAWAT INSTALASI RAWAT


INAP KELAS 3 TERHADAP BENCANA KEBAKARAN
DI RUMAH SAKIT X KOTA SEMARANG

Astari Sari Nastiti, Hanifa Maher Denny,


Bina Kurniawan
Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
astarisari.osh@gmail.com

ABSTRACT
Preparedness of fire hazard has an important part to be a first step in
minimizing losses due to fire. One of those places which have a risk to be
burned is hospital. Hospital X have many potential hazards at third class of
inpatient installation such as utilization of electricity and utilization of pressured
gas cylinder. The purpose of this research was to evaluate nurses
preparedness at third class of inpatient installation, room N1, about fire hazard
in hospital x Kota Semarang. This was a qualitative research with in depth
interview. The subject of this research consisted of six peoples as the main
informants and three peoples as the triangulation informants with purposive
sampling as the sample technique. The result showed that nurses at third
class of inpatient installation have a good knowledge and attitude about fire
hazard, Hospital X have a policy and standard operational procedure
relate to fire prevention, HSE section make a fire response plan and fire
extinguisher, hydrant, sprinkler, detector, alarm is available in this hospital.
Nurses have been trained on fire prevention once in every 6-12 months.
Hospital X should do a re-socialization about policy and SOP of fire prevention,
and organize the simulation once in a year.

Keywords : Preparedness, Fire, Hospital,Nurse

49
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN besar yaitu 32 kamar/ ruang, ruang rawat


inap kelas 3 ini juga memilki gedung
Kesiap siagaan merupakan salah bagian bertingkat sehingga perlu upaya evakuasi
dari proses manajemen bencana dan pasien dari lantai atas ke titik kumpul,
kesiapsiagaan merupakan salah satu letak rawat inap kelas 3 ini juga dekat
elemen penting dari kegiatan pencegahan dengan laundry dan kantin dimana tempat
pengurangan risiko bencana yang bersifat tersebut dapat menjadi sumber potensi
pro-aktif, sebelum terjadinya bahaya kebakaran, fasilitas yang ada di
suatu bencana. 1 Salah satu rawat inap kelas 3 juga cukup lengkap
tempat yang mempunyai risiko sehingga penulis ingin mengetahui
kebakaran adalah rumah sakit, rumah kesiapsiagaan perawat dalam menghadapi
sakit perlu membangun situasi aman, bencana kebakaran. Berdasarkan hasil
terutama saat bencana dan keadaan wawancara singkat dengan perawat
darurat, rumah sakit harus mampu bahwa September 2011, Rumah Sakit X
menyelamatkan jiwa dan menyediakan ini juga pernah mengalami kebakaran di
pelayanan kesehatan bagi ruang pendaftaran rawat jalan dan rekam
medic yang terletak di lantai pertama dan
masyarakat.2 kedua, tidak ada korban dalam kejadian ini
Kebakaran rumah sakit pernah terjadi
di Rumah Sakit Angkatan Laut Mintoharjo disebabkan karena hubungan arus listrik.4
Jakarta, terjadi pada ruangan tabung Peran perawat instalasi rawat inap
chamber, ruang udara bertekanan tinggi tentu memilki peran penting apabila terjadi
yang digunakan untuk terapi oksigen bencana yaitu sebagai edukator kesiapan
murni, kebakaran disebabkan karena bencana, sebagai evakuator korban dan
timbulnya percikan api didalam tabung pemberi pertolongan kegawatdaruratan
dan kejadian kebakaran ini pada pasien dan masyarakat.
3 Perawat harus memiliki pengetahuan
menelan korban jiwa sebanyak 4 orang. kebencanaan dan kesiapsiagaan
bencana yang baik. Oleh karena itu
Rumah Sakit X adalah salah peneliti ingin menganalisis kesiapsiagaan
satu Rumah Sakit di Kota Semarang yang perawat instalasi rawat inap kelas 3
termasuk Rumah Sakit rujukan tipe B yang terhadap bencana kebakaran di Rumah
bertugas melakukan pelayanan Sakit X Kota Semarang.
kesehatan. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti,
Rumah Sakit X telah memiliki bagian METODE PENELITIAN
Instalasi Keselamatan danKesehatan
Kerja (K3). Setiap ruang pada ruang Jenis penelitian yang digunakan
instalasi rawat inap kelas 3 (IRNA 3) di adalah penelitian kualitatif. Pengambilan
Rumah Sakit ini memiliki kapasitas kamar sampel dalam penelitian ini menggunakan
sebanyak 32 kamar, selain itu juga purposive sampling. Pengumpulan data
dilengkapi dengan sarana alat pada penelitian ini dilakukan dengan
pemadam api ringan (APAR), hidran, teknik wawancara mendalam (in-depth
detektor asap, fire alarm, tangga darurat, interview).
ramp, papan code red serta telah Subyek penelitian dalam penelitian
dilengkapi petunjuk jalur evakuasi. Hasil ini adalah informan utama terdiri dari
observasi menunjukkan masih terdapat perawat pelaksana di instalasi rawat inap
papan code red yang kosong di salah kelas 3 sejumlah 6 orang, informan
satu ruang rawat inap kelas 3, belum triangulasi ada 3 orang terdiri dari Kepala
terdapat daenah evakuasi pada setiap Ruang Rawat Inap Kelas 3 (Ruang N1),
ruang, serta masih ditemukan satu kotak Kepala Instalasi Rawat inap Kelas 3 dan
hidran yang kosong di sekitar ruang rawat Kepala Instalasi K3 Rumah Sakit X Kota
inap kelas 3. Penulis memilih ruang rawat Semarang.
inap kelas 3 sebagai tempat penelitian
karena ruang rawat inap kelas 3 ini
memiliki kapasitas pasien yang cukup
50
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HASIL DAN PEMBAHASAN 5,


pengetahuannya.
6
A. Deskripsi Hasil Variabel

Pengetahuan B. Deskripsi Hasil Variabel Sikap

Pengetahuan perawat tentanng Sikap terhadap kesiapsiagaan


kesiapsiagaan penanggulangan kebakaran ialah respon yang
kebakaran merupakan salah satu melibatkan pikiran dan perasaan serta
variabel yang diteliti dalam penelitian dapat mempengaruhi praktik/tindakan
ini, pengetahuan dilihat dari informasi pekerja terhadap upaya
yang diketahui informan utama penanggulangan kebakaran. Seluruh
mengenai pengertian kebakaran, teori informan memberikan respon sikap
dasar api, penyebab terjadinya yang positif terhadap upaya
kebakaran, tempat yang berpotensi penanggulangan kebakaran yaitu
kebakaran, fungsi APAR, detektor, berupa informan setuju dan merasa
sprinkler, hidran, alarm, tindakan sangat wajib mengetahui bagaimana
yang dilakukan saat terjadi kebakaran, rencana penanggulangan kebakaran,
fungsi code red dan fungsi tanda karena perawat merasa merekalah
petunjuk keluar. Informan utama yang berhubungan langsung dengan
mengetahui apa yang dimaksud pasien, sehingga sudah menjadi
kebakaran, penyebab – penyebab kewajiban / tugas perawat untuk
terjadinya kebakaran, tempat yang melayani dan menyelamatkan pasien,
berpotensi kebakaran, mampu selain itu informan utama setuju untuk
menjelaskan tentang tindakan yang dilakukan pelatihan serta simulasi
harus dilakukan perawat jika terjadi penanggulangan kebakaran secara
kebakaran. Namun semua informan rutin untuk melatih kesiapsiagaan
utama belum mengetahui tentang teori perawat dalam menghadapi bencana
segitiga api. kebakaran. Hal ini juga dijelaskan
Tingkat pengetahuan perawat oleh informan triangaulasi bahwa
di ruang N1 Rumah Sakit X sudah rumah sakit sudah memilki rencana
baik, karena perawat memperoleh penanggulangan kebakaran dimana
pengetahuan dan informasi mengenai seluruh perawat sudah mengetahui
pencegahan serta penanggulangan pentingnya rencana penanggulangan
kebakaran melalui pelatihan kebakaran, pelatihan dan simulasi
penanggulangan kebakaran yang penanggulangan kebakaran agar bisa
diselenggarakan oleh instalasi lebih siap ketika terjadi bencana
K3 setiap setahun sekali secara kebakaran yang sesungguhnya dan
bergantian secara berkala dilakukan perawat berhubungan langsung
kunjungan ke setiap ruangan secara dengan pasien yang bertugas untuk
bergantian, selain itu juga pihak K3 menyelamatkan pasien.
melakukan kunjungan berkala ke Informan memberikan respon yang
setiap ruang untuk mengingatkan positif terhadap upaya penanggulangan
kembali pada perawat fungsi dan cara kebakaran untuk meningkat
penggunaaan APAR dan alat kesiapsiagaan, hal ini sesuai dengan
keselamatan lainnya. Pengetahuan teori Bimo yaitu sikap merupakan
dapat membentuk perilaku dan sikap pendapat, keyakinan seseorang
kepedulian untuk siap dan siaga mengenai suatu objek/situasi yang relatif
dalam mengantisipasi terjadinya ajeg, yang disertai adanya perasaan
kebakaran. Informasi merupakan tertentu dan memberikan dasar kepada
faktor penting yang dapat orang tersebut untuk membuat respon
mempengaruhi pengetahuan atau berperilaku dalam cara
seeorang, semakin banyak dan sering yang
informasi diperoleh maka semakin dipilihnya.7
meningkat
51
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

C. Deskripsi Hasil Variabel Kebijakan pencegahan dan


Kebijakan kesiapsiagaan penanggulangan
bencana alam sangat penting 9
kebakaran. Berdasarkan
dan merupakan upaya konkrit hasil
untuk melaksanakan kegiatan siaga
bencana sebelum terjadi bencana.
wawancara mendalam, seluruh
Berdasarkan hasil wawancara,
infoman utama menjelaskan bahwa
seluruh informan menjelaskan bahwa
rumah sakit ini sudah memiliki
Rumah Sakit telah memilki Prosedur operasional standar (SOP)
kebijakan terkait
mengenai penanggulangan
penanggulangan kebakaran,
kebakaran, SOP tersebut berisi
namun ada beberapa informan
tentang tahapan – tahapan
yang menjawab sudah terdapat
penanggulangan kebakaran dan
kebijakan tapi belum penyelamatan pasien. Sosialisasi
bisa menjelaskan bagaimana isi
SOP mengenai penanggulangan
dari kebijakan tersebut. Kebijakan
kebakaran dilakukan melalui
dari Rumah Sakit berbentuk
seminar dan pelatihan yang diadakan
surat keputusan yang
oleh rumah sakit. Bentuk SOP
ditandatangani direktur rumah sakit, berupa buku yang tersedia di setiap
disosialisasikan melalui rapat bulanan
ruang rawat inap rumah sakit X ini.
kemudian nanti disampaikan kepada
Sejalan dengan penjelasan
tenaga medis melalui conference,
informan utama, informan triangulasi
namun dari informan triangulasi
menjelaskan jika rumah sakit telah
sendiri juga menjelaskan jika
memiliki SOP penanggulangan
kebijakan ini tidak langsung diketahui
kebakaran, dimana SOP ini
oleh perawat di ruangan hanya
disampaikan saat dilakukan pelatihan
perwakilan kepala ruang dan kepala
dan workshop penanggulangan
unit yang mengikuti proses sosialisasi
kebakaran dan SOP sudah dibagikan
ini, harapannya perwakilan tersebut
pada setiap ruangan. Hasil tersebut
menyampaikan kepada
sejalan dengan penelitian
anggotanya, dari penjelasan diatas sebelumnya dimana didapatkan hasil
maka masih kurang sosialisasi
bahwa RSUD dr. Soediran Mangun
terkait kebijakan penanggulangan
Sumarso Kabupaten Wonogiri telah
kebakaran kepada perawat,
memiliki Standar Operasional
pasien, dan pengunjung. Kebijakan
Prosedur (SOP) terkait
Rumah Sakit tersebut sesuai penanggulangan bencana dan
dengan Keputusan
bencana yang lebih diutamakan
MenteriKesehatan Republik
Indonesia Nomor. adalah bencana kebakaran.10
432/MENKES/SK/IV/2007 yaitu Dengan
menjelaskan komitmen diwujudkan
dalam bentuk kebijakan (policy) demikian rumah sakit sudah
tertulis, jelas dan mudah dimengerti memiliki SOP mengenai
serta diketahui oleh penanggulangan kebakaran, namun
karena SOP berbentuk buku maka
seluruh karyawan rumah sakit.8
informasi terkait prosedur kejadian
kebakaran belum terlihat di sekitar
D. Deskripsi Hasil Variabel Prosedur
area strategis rumah sakit X.
Standar Operasional
E. Deskripsi Hasil Variabel Rencana
Prosedur operasional standar Tanggap Darurat
adalah alur proses atau tahapan
yang harus diikuti dalam rangka
Rencana tanggap darurat yang
dimaksud disini meliputi ketersediaan
52
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

rencana tanggap darurat, pemahaman F. Deskripsi Hasil Variabel Sistem


terhadap isi rencana tanggap darurat
kebakaran, letak titik kumpul untuk Peringatan Bencana
evakuasi, inspeksi pengecekan dan
pemeliharaan fasilitas keselamatan. Sistem peringatan bencana
Berdasarkan wawancara mendalam adalah ketersediaan sistem peringatan
diperoleh hasil bahwa rumah sakit ini kebakaran, jenis sistem peringatan
sudah memilki rencana tanggap kebakaran dan sistem komunikasi
darurat kebakaran, yang digunakan apabila terjadi
sedangkan pemahaman perawat kebakaran. Berdasarkan hasil
mengenai rencana tanggap darurat wawancara mendalam, seluruh
kebakaran yaitu tahapan - tahapan informan menjelaskan bahwa rumah
apabila terjadi kebakaran harus sakit ini sudah memilki sistem
seperti apa. Selain itu seluruh peringatan bencana kebakaran berupa
informan utama juga menjelaskan jika alarm yang akan menyala otomatis
letak titik kumpul terdekat ada di ketika mendeteksi api kebakaran, jenis
samping hingga belakang gedung N1 sistem peringatan kebakaran yang ada
dan di lapangan belakang gedung di ruang N1 adalah alarm kebakaran,
rehab medis. selain itu sistem komunikasi yang
Hasil wawancara dengan informan digunakan untuk penanggulangan
triangulasi menyatakan bahwa rumah kebakaran menggunakan telepon dan
sakit sudah memilki rencana pengeras suara. Saat dilakukan
penanggulangan kebakaran berupa observasi oleh peneliti, sudah tersedia
hospital disaster plan yang berisi alarm pada setiap ruangan, sinyal
pembagian tugas saat terjadi darurat suara alarm kebakaran yang dihasil
bencana kebakaran, letak titik kumpul, berbeda dari sinyal suara yang dipakai
disaster plan ini disusun oleh instalasi K3, untuk penggunaan lain, Tombol alarm
proses sosialisasinya melalui pertemuan diletakkan didekat pintu keluar ruang
perwakilan manajemen dan kepala N1 (mudah dijangkau), berwarna
ruang. Hospital disaster plan berbentuk merah dengan tulisan berbahasa
buku ini diberikan ke setiap ruangan, Inggris yaitu fire alarm “PUSH”, sudah
selain itu juga disampaikan pada sesi terdapat cara menggunakan fire alarm
pelatihan dan seminar. Menurut informan namun prosedur penggunaan
triangulasi kedua menjelaskan jika menggunakan bahasa asing / Inggris
seharusnya hospital disaster plan ini dan tulisan padaa prosedur tersebut
diperbaharui karena ada beberapa terlalu kecil sehingga harus dengan
pembangunan gedung di area titik jarak dekat membacanya. Alarm
kumpul, sehingga perlu ada kebakaran bekerja secara otomatis
pemberitahuan kembali kepada seluruh dan manual, alarm akan menyala
instalasi. Inspeksi pengecekan APAR otomais jika suhu dalam ruangan naik
juga sudah dilakukan oleh pihak K3, atau terdapat api, selain itu alarm juga
namun terkadang masih saja ada code bisa dibunyikan secara manual oleh
red yang belum diganti atau bahkan petugas yang menggunakan helm
kosong sehingga perlu pengecekan rutin. merah sebagai koordinator pemadam
Sosialisasi sudah pernah dilaksanakan api. Ruang rawat inap N1 sendiri
terkait dengan hospital disaster plan ini, berada dilantai satu, memiliki jenis
sejalan dengan penelitian Wartatmo yang sistem alarm dan deteksi kebakaran
menyatakan bahwa perencanaan dalam otomatis dan manual, alarm mudah
Hospital Disaster Plan harus sudah diuji dijangkau dan memiliki bunyi yang
dalam suatu simulasi, serta berbeda bunyi lainnya. Terdapat
disosialisasikan ke internal rumah syarat dimana rumah sakit memiliki
sakit maupun institusi lainnya yang jumlah lantai satu dengan luas tanpa
berhubungan.1 batas jenis sistem alarm dan deteksi
kebakaran yang digunakan adalah
manual sedangkan untuk rumah sakit
53
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan jumlah lantai lebih dari dua perwakilan perawat setiap ruang.
lantai ke atas harus menggunakan Pelatihan seharusnya dilaksanakan
sistem deteksi dan alarm setiap 6 bulan sekali, pelatihan disini
kebakaran tidak hanya berbentuk formal tapi juga
otomatis.12 berupa pelatihan door to door/
kunjungan ke setiap ruang, selain itu
G. Deskripsi Hasil Variabel Mobilisasi rencana simulasi tiap tahun ada namun
Sumberdaya terganjal pada pendanaan sehingga
frekuensi pelaksanaanya belum bisa
Sumberdaya yang tersedia, ditentukan secara pasti. Bentuk
baik sumberdaya manusia (SDM), pelatihan penanggulangan kebakaran
maupun pendanaan dan sarana yaitu pemberian materi kemudian
prasarana penting untuk keadaan praktek langsung, untuk evaluasinya
darurat merupakan potensi yang dapat kita gunakan pre test dan post test
mendukung atau sebaliknya menjadi serta kemampuan perawat melakukan
kendala dalam kesiapsiagaan bencana praktik langsung.
alam. Karena itu, mobilisasi Sumber daya manusia tetap yang
sumberdaya menjadi faktor yang paling penting diantara sumber daya yang
tersedia dalam rumah sakit atau fasilitas
krusial.1 Mobilisasi kesehatan. Petugas harus cukup siap
sumberdaya untuk situasi darurat dan bencana, ada
juga yang harus mengorganisir kelompok
meliputi keterlibatan perawat dalam -kelompok orang atau komite yang
pelatihan dan simulasi, kompetensi bertanggung jawab untuk perencanaan
dalam pelaksanaan pelatihan, dan dan merespon jika ada keadaan darurat
keterlibatan perawat terhadap proses
penanggulangan kebakaran secara atau bencana.13 Perawat di rumah
langsung. sakit X sudah mendapatkan pelatihan
Seluruh informan sudah mengenai penangggulangan
mengikuti pelatihan penanggulangan kebakaraan seperti pelatihan
kebakaran berupa pelatihan penggunaan APAR dan hidran, hal ini
penggunaan APAR, hidran, sedangkan sejalan dengan penelitian yang telah
hanya ada satu informan dari enam dilakukan oleh Ramli Daud yang
yang sudah mengikuti simulasi menyatakan bahwa pelatihan siaga
kebakaran. Adapun kompetensi yang bencana dapat meningkatkan
diberikan saat pelatihan yaitu definisi kesiapsiagaan dengan bertambahnya
api, faktor penyebab api, cara pengetahuan tentang bagaimana
penggunaan APAR, cara sikap yang tepat serta tindakan yang
memadamkan api, cara evakuasi lebih sesuai dalam menghadapi
pasien, dan kegunaan dari red code. suatu bencana. 4
Hasil wawancara mendalam
menjelaskan jika hanya ada satu KESIMPULAN
informan yang pernah terlibat
langsung dalam kejadian kebakaran 1. Rumah Sakit X Kota Semarang
yang sesungguhnya, karena Rumah merupakan rumah sakit milik
Sakit X ini tahun 2011 pernah pemerintah yang termasuk rumah
mengalami kebakaran yang sakit rujukan tipe B bertugas
disebabkan karena hubungan arus melakukan pelayanan kesehatan
listrik. Informan triangulasi 2. Subjek penelitian berumur antara 25 -
menjelaskan bahwa seluruh informan
utama sudah mengikuti pelatihan 55 tahun, berjenis kelamin laki -laki
penanggulangan kebakaran namun sejumlah 3 orang dan perempuan
memang tidak semua perawat terlibat sejumlah 6 orang, tingkat pendidikan
simulasi penanggulangan kebakaran, terakhir informan yaitu D3 hingga S1,
dalam simulasi juga melibatkan
54
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

serta memiliki masa kerja yang tata cara perencanaan, pemasangan


variatif antara 3,8 hingga 32 tahun. dan pengujian sistem deteksi dan
3. Pengetahuan informan utama alarm kebakaran untuk pencegahan
tentang kebakaran, penyebab – bahaya kebakaran pada bangunan
penyebab terjadinya kebakaran, gedung.
tempat yangberpotensi kebakaran, 9. Perawat di Rumah Sakit X sudah
fungsi dan cara menggunakan APAR, mendapatkan pelatihan mengenai
hidran, alarm, sprinkler, code red, penanggulangan kebakaraan dengan
petunjuk jalan keluar sudah baik. frekuensi kurang lebih 6 bulan sekali,
Namun beberapa informan utama namun belum semua perawat pernah
masih awam dengan istilah seperti mengikuti simulasi penanggulangan
sprinkler dan detektor. kebakaran
4. Sikap informan utama mengenai
kesiapsiagaan perawat dalam upaya DAFTAR PUSTAKA
penanggulangan kebakaran
menunjukkan respon positif dimana
informan setuju dan wajib mengetahui 1 LIPI-UNESCO/ISDR. Kajian
rencana penanggulangan kebakaran Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam
dan mengikuti pelatihan serta simulasi Mengantisipasi Bencana Gempa
penanggulangan kebakaran secara dan Tsunami, Deputi Ilmu
rutin. Pengetahuan
5. Rumah sakit sudah memiliki
kebijakan penerapan K3RS berupa 2 Kementrian Kesehatan Republik
kebijakan terkait penanggulangan Indonesia. Pedoman Teknis
kebakaran, kebijakan tersebut Bangunan Rumah Sakit yang
berbentuk surat keputusan yang Aman dalam Situasi Darurat dan
ditandatangani Direktur Rumah Sakit. Bencana, Dirjen
Sosialisasi terkait kebijakan terkait Bina Upaya Kesehatan, Jakarta.
penanggulangan kebakaran masih 2012.
kurang kepada perawat, pasien, dan
pengunjung Rumah Sakit. 3 CNN Indonesia. Berita Kebakaran RS
6. Rumah sakit sudah memiliki prosedur Mintohardjo Jakarta. 2016.
operasional standar mengenai http://www.cnnindonesia.com/berita/n
penanggulangan kebakaran, namun asional diakses pada tanggal
karena prosedur operasional standar 2
berbentuk buku maka informasi belum Februari 2017
terlihat di sekitar area strategis rumah
sakit X 4 RSUD Kota Semarang Terbakar.
7. Rumah sakit sudah memiliki rencana Semarang. 2011.
penanggulangan kebakaran http://jateng.tribunnews.com/2011/09/
berupa hospital disaster plan (HDP) 05/rsud-kota-semarang-terbakar.
yang disusun oleh instalasi K3. (diakses tanggal 2 Februari 2017)
Namun, seharusnya HDP ini
diperbaharui karena ada beberapa 5 Chandra FA. Hubungan Antara
pembangunan gedung di area titik Tingkat Pengetahuan dan Pelatihan
kumpul, sehingga perlu ada dengan Keterampilan dalam Upaya
pemberitahuan kembali kepada Penanggulangan Bahaya Kebakaran
seluruh instalasi. (Studi Pada Tim Pemadam Kebakaran
8. Penerapan sistem peringatan di Pusdiklat Migas Cepu, Blora, Jawa
bencana berupa alarm kebakaran di Tengah). SKRIPSI. Univ Airlangga.
Rumah Sakit X Kota Semarang sudah 2006
sesuai dengan standar yaitu pedoman
teknis prasarana rumah sakit sistem 6 Maulana. Promosi Kesehatan. Jakarta:
proteksi kebakaran aktif tahun 2012 Buku Kedokteran EGC; 2009
dan dan SNI 03-3985-2000 tentang
55
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

7 Bimo W. Suatu Pengantar: Psikologi


Sosial. Yogyakarta: Andi Offset; 2002

8 Arrazy Syafran, Elvi Sunarsih, dan


Anita Rahmiwati. Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan
Kebakaran di Rumah Sakit Dr.
Sobirin Kabupaten Musi Rawas.
Jurnal.Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya. 2013

9 Dewi Kurniawati, Taktis Memahami


Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Surakarta: PT Aksara Sinergi
Media.2013

10 Pratamaningtyas, Arlisa Bayu.


Analisis Kesiapsiagaan RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
dalam Penanggulangan Bencana.
Skripsi. 2016.

11 Wartatmo, Hendro. Training of


Trainer. Materi Inti I : Prinsip
Hospital Disaster Plan. 2011.
12 Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik dan Sarana
Kesehatan Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Republik
Indonesia. Pedoman Teknis
Prasarana Rumah Sakit Sistem
Proteksi Kebakaran Aktif.
2012.

13 Direktorat Bina Pelayanan


Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Pedoman Teknis
Bangunan Rumah Sakit Yang
Aman Dalam Situasi Darurat Dan
Bencana. 2012.

14 Daud, Ramli dkk. Penerapan


Pelatihan Siaga Bencana Dalam
Meningkatkan Pengetahuan, Sikap,
dan Tindakan Komunitas SMA Negeri
5 Banda Aceh. Jurnal. 2014

56

You might also like