Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 28

Fable

The Ant And The Grasshopper

In a field one summer’s day a grasshopper was hopping about,


chirping and singing to its heart’s content. An ant passed by,
bearing along with great toil an ear of corn he was taking to
the nest.
“Why not come and chat with me,” said the grasshopper,
“instead of toiling and moiling in that way?”
“I am helping to lay up food for the winter,” said the ant, “and
recommend you to do the same.”
“Why bother about winter?” said the grasshopper; we have
got plenty of food at present.” The Ant went on its way and
continued its toil.
When the winter came the grasshopper found itself dying of
hunger while it saw the ants distributing, every day, corn and
grain from the stores they had collected in the summer.
Artinya
Di suatu lapangan, saat musim panas, seekor belalang
melompat girang, berkicau dan bernyanyi sesuka hatinya.
Sementara seekeor semut sedang lewat, sambil mambawa
bongkahan biji jagung dibawahnya dengan susah payah
menuju sarangnya.
“Mengapa kamu tidak disini saja sambil ngobrol denganku,”
kata Belalang, “dari pada lalulalang kerja keras seperti itu??”
“Aku bekerja untuk mengumpulkan makanan sebegai
persediaan musim dingin nanti,” kata semut itu, “dan
memeberikan contoh padamu supaya kamu juga
mengumpulkan makanan seperti aku.”
“Kenapa aku harus repot-repot mengkhawatirkan musim
dingin” kata Belalang; “Kami sudah punya banyak makanan
saat ini.” Meskipun begitu semut itu tetap melanjutkan dan
terus kerja keras.
Ketika musim dingin datang, belalang itu pun mati kelaparan,
sementara si semut mendistribusikan jagung dan gandum
setiap hari dari toko mereka yang sudah dikumpulkan saat
musim panas yang lalu.
The Smart Monkey And The Dull Crocodile
One day there was a monkey. He wanted to cross a river.
There he saw a crocodile so he asked the crocodile to take him
across the other side of the river. The crocodile agree and told
the monkey to jump on its back. Then the crocodile swam
down the river with the monkey on his top.
Unluckily, the crocodile was very hungry, he stopped in the
middle of the river and said to the monkey, “My father is very
sick. He has to eat the heart of the monkey. So he will be
healthy again.”
At the time, the monkey was in dangerous situation and he
had to think hard. Then he had a good idea. He told the
crocodile to swim back to the river bank. “What’s for?” asked
the crocodile. “Because I don’t bring my heart,” said the
monkey. “I left it under a tree, near some coconuts in the river
bank.”
The crocodile agreed and turned around. He swam back to the
bank of the river. As soon as they reached the river bank, the
monkey jumped off the crocodile’s back. Then he climbed up
to the top of a tree.
“Where is your heart?” asked the crocodile. “You are
foolish,” said the monkey to the crocodile. “Now I am free
and I have my heart.”
Artinya
Suatu hari, ada seekor monyet. Ia ingin menyeberangi sungai.
Di sana ia melihat buaya sehingga ia meminta buaya untuk
membawanya kesisi lain dari sungai itu. Buayapun setuju dan
mengatakan kepada monyet untuk melompat di punggungnya.
Kemudian buaya berenang menyusuri sungai dengan monyet
di atas punggungnya.
Akan tetapi saat buaya itu merasa sangat lapar, ia berhenti di
tengah-tengah sungai dan berkata kepada monyet, “Ayah saya
sangat sakit. Dia harus makan jantung monyet supaya bisa
sehat kembali.
Saat itu, monyet itu ada dalam situasi yang sangat berbahaya.
Ia harus berpikir keras. Kemudian ia memiliki ide yang bagus.
Iapun mengatakan kepada buaya supaya berenang kembali ke
tepi sungai. “Apa?” Tanya buaya. “Karena aku tidak
membawa hati saya,” kata monyet. “Aku meninggalkannya di
bawah pohon, dekat pohon kelapa, di tepi sungai itu.”
Buayapun setuju dan berbalik, berenang kembali ke tepi
sungai. Begitu sampai di tepi sungai, monyetpun melompat
dari punggung buaya. Kemudian ia naik ke atas pohon.
“Dimana hatimu?” Tanya buaya. “Dasar buaya bodoh,” kata
monyet. “Sekarang saya bebas dan tetap mempunayi jantung.”
The Ugly Duckling And New Friend

One upon time, a mother duck sat on her eggs. She felt tired
of sitting on them. She just wished the eggs would break out.
Several days later, she got her wish. The eggs cracked and
some cute little ducklings appeared. “Peep, peep” the little
ducklings cried. “Quack, quack” their mother greeted in
return.However the largest egg had not cracked. The mother
duck sat on it for several days. Finally, it cracked and a huge
ugly duckling waddled out. The mother duck looked at him in
surprise. He was so big and very gray. He didn’t look like the
others at all. He was like a turkey.
When the mother duck brought the children to the pond for
their first swimming lesson. The huge grey duckling splashed
and paddled about just as nicely as the other ducklings did.
“That is not a turkey chick. He is my very own son and quite
handsome” the mother said proudly. However, the other
animals didn’t agree. They hissed and made fun of him day by
day. Even his own sisters and brothers were very unkind.
“You are very ugly” they quacked. The little poor duckling
was very unhappy. “I wish I looked like them” he thought to
himself. One day, the ugly duckling run away and hid in the
bushes. The sad duckling lived alone through the cold and
snow winter.
Finally the spring flowers began to bloom. While he was
swimming in the pond, he saw three large white swans
swimming toward him. “Oh, dear. these beautiful birds will
laugh and peck me too” he said to himself. But the swans did
not attack him. Instead, they swam around him and stroked
him with their bills. As the ugly duckling bent his neck to
speak to them, he saw his reflection in the water. He could not
believe his eyes. “I am not an ugly duckling but a beautiful
swam” he exclaimed.
He was very happy. From that day on, he swam and played
with his new friends and was happier than he had never been.
Artinya
Suatu kala, seekot ibu bebek duduk sedang mengerami telur-
telurnya. Dia sudah merasa lelah selalu mendudukinya dan
berharap telur-telur akan segera menetas. Beberapa hari
kemudian, harapannya pun terwujud. Telur itu retak dan
beberapa bebek kecil yang lucu muncul dari dalamnya.
“Peep , peep” bebek kecil menangis. “Quack, quack” ibu
bebek mnyambutnya. Akan tetapi satu telur terbesar masih
belum menetas. Ibu bebek pun mengerami lagi selama
beberapa hari. Akhirnya, telur terbesar itupun retak dan
muncullah seekero itik yang besar bertampang buruk rupa
berjalan tertatih-tatih keluar dari telur itu. Ibu bebek pun
menatapnya dengan heran. Ia begitu besar dan berwarna abu-
abu. Ia tidak terlihat seperti saudara lainnya sama sekali. Ia
mirip seperti kalkun.
Ketika ibu bebek membawa anak-anaknya ke kolam untuk
belajar renang pertama kalinya. Dia memercik dan
mendayung sama baiknya seperti bebek lainnya. “Dia itu
bukan kalkun. Dia adalah anak ku yang cukup tampan” kata
ibunyadengan bangga. Namun, hewan lain tidak setuju.
Mereka mendesis dan mengolok-oloknya hari demi hari.
Bahkan saudara-saudara sendiri juga tidak berlaku baik
kepadanya. “Kau sangat jelek” kata mereka. Diapun merasa
sangat tidak nyaman. “Aku berharap punya rupa seperti
mereka” pikirnya. Suatu waktu Dia sudah tidak tahan lagi dan
berlari, bersembunyi di semak-semak. Dia merasa sedih dan
tinggal sendirian ditengah musim dingin yang bersalju.
Akhirnya musim semipun tiba. Ketika dia sedang berenang di
kolam, ada tiga angsa putih besar berenang ke arahnya.
“Astaga. burung itu pasti akan menertawakanku dan mematuk
aku juga” katanya dalam hati. Ternyata angsa itu tidak
menyerangnya. Sebaliknya, para angsa itu berenang
disekitaranya dan mengelus-elusnya. Ketika dia sedang
membungkukkan lehernya untuk berbicara kepada para angsa
itu, ia melihat bayangannya sendiri didalam air. Diapun tidak
bisa percaya apa yang dilihatnya. “Aku bukanlah si itik buruk
rupa tapi aku adalah sekeor angsah yang cantik” serunya.
Dia merasa sangat senang. Sejak hari itu,dia berenang dan
bermain dengan teman-teman barunya dan merasah lebih
bahagia dari pada sebelumnya.
Legend
The Legend of Rawa Pening
Once upon a time, there was a little poor boy came into a little
village. He was very hungry and weak. He knocked at every
door and asked for some food, but nobody cared about him.
Nobody wanted to help the little boy.
Finally, a generous woman helped him. She gave him shelter
and a meal. When the boy wanted to leave, this old woman
gave him a lesung, a big wooden mortar for pounding rice.
She reminded him; “Please remember, if there is a flood you
must save yourself. Use this lesung; as a boat!”
The little boy was happy and thanked the old woman.He
continued his journey. While he was passing through the
village, he saw many people gathering on the field. The boy
came closer and saw a stick stuck in the ground. People
challenged each other to pull out that stick. Everybody tried,
but nobody succeeded. “Can I try?” asked the little boy. The
crowd laughed mockingly. The boy wanted to try his luck so
he stepped forward and pulled out the stick. He could do it
very easily. Everybody was dumbfounded.
Suddenly, from the hole left by stick, water spouted out. It did
not stop until it flooded the village. And no one was saved
from the water except the little boy and the generous old
woman who gave him shelter and meal. As she told him, he
used the lesung, as a boat and picked up the old woman. The
whole village became a huge lake. It is now known as Rawa
Pening Lake in Salatiga, Central Java, Indonesia.
Artinya
Suatu waktu, ada seorang anak kecil yang malang. Ia tiba di
sebuah desa kecil. Dia sangat lapar dan lemah. Dia mengetuk
setiap pintu dan meminta beberapa makanan, tetapi tidak ada
yangmau peduli dengan dia. Tidak ada yang ingin membantu
si anak kecil tersebut.
Akhirnya, seorang wanita yang murah hati mau
membantunya. Dia memberi anak kecil itu tempat tinggal dan
makanan. Ketika anak itu ingin pergi, wanita tua ini
memberinya lesung , sebuah kayu besar untuk menumbuk
padi. Dia mengingatkan, “Ingatlah, jika ada banjir, kamu
harus menyelamatkan diri. Gunakan lesung ini sebagai
perahu!”. Anak itu senang dan berterima kasih kepada wantita
tersebut. Anak itu melanjutkan perjalanannya. Ketika ia
melewati sebuah desa, anak itu melihat banyak orang
berkumpul di lapangan. Anak itu mendekat dan melihat ada
sebuah tongkat terjtancap di tanah. Orang menantang satu
sama lain untuk menarik keluar tongkat itu. Semua orang
mencoba, tapi tidak ada yang berhasil. “Bisakah saya
mencoba?” tanya anak kecil itu. Kerumunan orang orang
itupun tertawa mengejek. Anak itu ingin mencoba
peruntungannya. Dia melangkah maju dan mencabut tongkat
tersebut. Dia bisa melakukannya dengan sangat mudah.
Semua orang tercengang.
Tiba-tiba, dari lubang yang dicabut tongkatnya tadi, air
menyembur keluar. Semburan air itu tidak berhenti sampai
membanjiri desa. Dan tidak ada yang selamat dari banjir air
tersebut kecuali anak kecil dan wanita tua yang murah hati
yang telah memberinya tempat tinggal dan makanan.
Sebagaiman orang tua itu katakan sebelumnya kepadanya, ia
menggunakan lesung tersebut sebagai perahu dan
menghampiri si wanita tua tersebut. Akhirnyas seluruh desa
berubah menjadi sebuah danau yang besar. Tempat ini
sekarang dikenal sebagai Danau Rawa Pening di Salatiga,
Jawa Tengah, Indonesia.
The Legend Of Prambanan Temple
Once, there was a beautiful Javanese princess whose name
was Rara Jonggrang. Rara Jonggrang whose beauty was very
famous in the land was the daughter of Prabu Baka, and evil
king.
One day, a handsome young man with super natural power
named Bandung Bondowoso defeated and killed Prabu Baka.
On seeing Princess Rara Jonggrang’s beauty, Bandung
Bondowoso fell in love with her and wanted to marry her.
Meanwhile, Princess Rara jonggrang felt sad due to her death
father. She did not want to marry Bandung because he had
killed her father. But she was also afraid of Bandung. So to
refuse politely, she made a condition. “I will marry you but
you have to build one thousand temples in one night as a
wedding gift” requested Rara Jonggrang. Bandung
Bondowoso agreed with the condition. Helped by the spirit of
the demons, Bandung Bondowoso started building the
temples. Approaching midnight, the work would nearly be
done. Rara Jonggrang knew and thought, “What shall I do?
Bandung Bondowoso is smarter than I thought. I would lose
against Bandung.”
Suddenly she got an idea. She woke up all the women in the
palace and ordered them to make the noisy sounds of grinding
rice so that the rooster thought that it had already been dawn.
Bandung Bondowoso got frustrated because he failed
completing one, the thousandth temple.
The Princess has deceived me!” Following his anger, he
cursed Roro Jonggrang, “You have been cheated. Now, the
thousandth temple is you!”
At once, the Princess turned into a statue. knowing this,
Bandung Bondowoso regretted and he went away into a farm
land. From then, people called the temple, Prambanan
Temple, and the Princess statue, Rara Jonggrang statue.
Artinya
Suata ketiak, ada seorang putri yang cantik dari Jawa yang
bernama Rara Jonggrang. Putri Rara Jonggrang yang
kecantikannya sangat terkenal di dareah kekuasaanya ini
adalah putri dari Prabu Baka, seorang raja yang jahat.
Suatu hari, seorang pemuda tampan dengan kekuatan sakti
mandarguna bernama Bandung Bondowoso mengalahkan dan
membunuh Prabu Baka. Karena melihat kecantikan Putri Rara
Jonggrang, Bandung Bondowoso jatuh cinta dan ingin
menikahinya.
Sementara itu, Putri Rara Jonggrang merasa sedih karena
ayahnya telah meninggal. Dia tidak ingin menikah dengan
Bandung karena telah membunuh ayahnya. Tapi dia juga
takut pada Bandung. Jadi untuk menolak dengan halus, Putri
Roro Jonggrang membuat satu syarat. “Aku mau menikah
dengan kamu, tetapi kamu harus membangun seribu candi
dalam satu malam sebagai hadiah pernikahan kita” kata Rara
Jonggrang. Bandung Bondowoso setuju dengan syarat
tersebut. Dengan dibantu oleh pengikut halusnya, Bandung
Bondowoso mulai membangun candi. Mendekati tengah
malam, pekerjaan itu hampir akan selesai. Rara Jonggrang
mengetahui itu dan berpikir keras, “Apa yang harus aku
lakukan? Ternyata Bandung Bondowoso lebih pintar dari aku
kira. Aku akan kalah kalau melawan Bandung.”
Tiba-tiba dia punya pikiran. Rara Jonggrang membangunkan
semua wanita di istana dan memerintahkan kepada mereka
untuk membuat suara berisik dari penggilingan padi sehingga
kawaana ayam jago mengirah wajtu telah fajar. Bandung
Bondowoso menjadi frustrasi karena ia gagal menyelesaikan
candi yang keseribu.
“Putri, kamu telah menipu aku!” Setelah kemarahannya, dia
mengutuk Roro Jonggrang, “Kamu sudah menipu aku.
Sekarang, jadilah candi keseribu itu!”
Seketiak, Putri Rara Jonggrang berubah menjadi patung.
Mengetahui hal ini, Bandung Bondowoso menyesal dan ia
pergi ke sebuah tanah pertanian. Sejak saat itu, orang orang
yang candi tersebut sebai Candi Prambanan dan patung putri
itu sebagai patung Rara Jonggrang.
The Legend of Tangkuban Perahu Mountain
Once, there was a kingdom in Priangan Land. Lived a happy
family. They were a father in form of dog,his name is
Tumang, a mother which was called is Dayang Sumbi, and a
child which was called Sangkuriang.
One day, Dayang Sumbi asked her son to go hunting with his
lovely dog, Tumang. After hunting all day, Sangkuriang
began desperate and worried because he hunted no deer. Then
he thought to shot his own dog. Then he took the dog liver
and carried home. Soon Dayang Sumbi found out that it was
not deer lever but Tumang’s, his own dog. So, She was very
angry and hit Sangkuriang’s head. In that incident,
Sangkuriang got wounded and scar then cast away from their
home. Years go by, Sangkuriang had travel many places and
finally arrived at a village. He met a beautiful woman and felt
in love with her. When they were discussing their wedding
plans, The woman looked at the wound in Sangkuriang’s
head. It matched to her son’s wound who had left severall
years earlier. Soon she realized that she felt in love with her
own son.
She couldn’t marry him but how to say it. Then, she found the
way. She needed a lake and a boat for celebrating their
wedding day. Sangkuriang had to make them in one night. He
built a lake. With a dawn just moment away and the boat was
almost complete. Dayang Sumbi had to stop it. Then, she lit
up the eastern horizon with flashes of light. It made the cock
crowed for a new day.
Sangkuriang failed to marry her. She was very angry and
kicked the boat. It felt over and became the mountain of
Tangkuban Perahu Bandung.
Artinya
Suatu waktu, ada sebuah kerajaan di tanah Priangan.
Tinggallah sebuah keluarga yang bahagia. Mereka adalah
ayah dalam bentuk anjing, namanya Tumang, seorang ibu
yang dipanggil Dayang Sumbi, dan seorang anak yang
dipanggil Sangkuriang.
Suatu hari, Dayang Sumbi meminta anaknya untuk pergi
berburu dengan anjing kesayangannya, Tumang. Setelah
berburu sepanjang hari, Sangkuriang mulai putus asa dan
khawatir karena tidak mendapatkan satu rusapun. Kemudian
ia berpikir untuk menembak anjingnya sendiri. Kemudian ia
mengambil hati anjing dan dibawanya pulang.
Tidak berlangsung lama, Dayang Sumbi menetahui bahwa itu
bukan tuas rusa tapi Tumang, anjingnya sendiri. Maka,
Dayang Sumbi mejadi sangat marah dan memukul kepala
Sangkuriang anaknya ini. Dalam kejadian itu, Sangkuriang
sampai terluka dan bekas luka nya tidak hilang setelah
kejadian itu, Sangkuriang pergi jauh dari rumahnya.
Tahun telah berganti tahun, Sangkuriang telah banyak
mengujungi tempat dan akhirnya tiba di sebuah desa. Dia
bertemu seorang wanita cantik dan merasa jatuh cinta
padanya. Ketika mereka sedang mendiskusikan rencana
pernikahan mereka, Wanita itu menatap luka di kepala
Sangkuriang ini. Luka itu cocok dengan luka anaknya yang
telah meninggalkannya beberapa tahun sebelumnya. Segera
Dayang Sumbi menyadari bahwa dia telah jatuh cinta dengan
anaknya sendiri.
Dia tidak bisa menikah dengannya tetapi bagaimana
mengatakannya. Kemudian, ia menemukan cara. Dia
mengingikan sebuah danau dan perahu untuk merayakan hari
pernikahan mereka. Sangkuriang harus membuat danau dan
perahu itu dalam satu malam. Dia membangun sebuah danau.
Waktu hampir fajar dan perahu pun hampir selesai. Dayang
Sumbi harus menghentikannya. Kemudian, ia menyalakan
ufuk timur dengan kilatan cahaya. Hal ini membuat ayam
berkokok menyambut hari pagi.
Sangkuriang gagal menikahinya. Dia sangat marah dan
menendang perahu itu. Semuanya telah berakhir dan menjadi
gunung Tangkuban Perahu Bandung.
Fairy
The Fairy Tulips
Once upon a time there was a good old woman who lived in a
little house. She had in her garden a bed of beautiful striped
tulips.
One night she was wakened by the sounds of sweet singing
and of babies laughing. She looked out at the window. The
sounds seemed to come from the tulip bed, but she could see
nothing.
The next morning she walked among her flowers, but there
were no signs of any one having been there the night before.
On the following night she was again wakened by sweet
singing and babies laughing. She rose and stole softly through
her garden. The moon was shining brightly on the tulip bed,
and the flowers were swaying to and fro. The old woman
looked closely and she saw, standing by each tulip, a little
Fairy mother who was crooning and rocking the flower like a
cradle, while in each tulip-cup lay a little Fairy baby laughing
and playing.
The good old woman stole quietly back to her house, and
from that time on she never picked a tulip, nor did she allow
her neighbors to touch the flowers.
The tulips grew daily brighter in color and larger in size, and
they gave out a delicious perfume like that of roses. They
began, too, to bloom all the year round. And every night the
little Fairy mothers caressed their babies and rocked them to
sleep in the flower-cups.
The day came when the good old woman died, and the tulip-
bed was torn up by folks who did not know about the Fairies,
and parsley was planted there instead of the flowers. But the
parsley withered, and so did all the other plants in the garden,
and from that time nothing would grow there.
But the good old woman’s grave grew beautiful, for the
Fairies sang above it, and kept it green; while on the grave
and all around it there sprang up tulips, daffodils, and violets,
and other lovely flowers of spring.
Artinya
Peri Bunga Tulip
Dahulu kala ada seorang wanita tua yang baik yang tinggal di
sebuah rumah kecil. Dia pernah berada di kebunnya tempat
tidur tulip bergaris-garis.
Suatu malam dia terbangun oleh suara nyanyian dan bayi
yang manis sambil tertawa. Dia melihat ke luar jendela. Suara
itu sepertinya berasal dari ranjang tulip, tapi dia tidak bisa
melihat apa-apa.
Keesokan paginya dia berjalan di antara bunga-bunganya, tapi
tidak ada tanda-tanda ada seseorang yang pernah ada di sana
tadi malam.
Pada malam berikutnya dia kembali terbangun oleh nyanyian
dan bayi yang manis sambil tertawa. Dia bangkit dan mencuri
dengan lembut melalui kebunnya. Bulan bersinar terang di
atas tempat tidur tulip, dan bunganya bergoyang-goyang.
Wanita tua itu melihat dari dekat dan dia melihat, berdiri di
samping masing-masing tulip, seorang ibu Peri kecil yang
sedang menyentak dan mengayunkan bunga itu seperti buaian,
sementara di setiap cangkir tulip ada bayi Peri kecil yang
tertawa dan bermain.
Wanita tua yang baik itu mencuri dengan tenang ke
rumahnya, dan sejak saat itu dia tidak pernah memilih tulip,
juga tidak membiarkan tetangganya menyentuh bunga.
Bunga tulip tumbuh lebih cerah setiap hari dan ukurannya
lebih besar, dan mereka mengeluarkan parfum lezat seperti
mawar. Mereka mulai juga mekar sepanjang tahun. Dan setiap
malam ibu Peri kecil membelai bayi mereka dan
mengayunkan mereka untuk tidur di cangkir bunga.
Hari itu tiba ketika wanita tua yang baik meninggal, dan
tempat tidur tulip dirobek oleh orang-orang yang tidak tahu
tentang Peri, dan peterseli ditanam di sana dan bukan di
bunganya. Tapi peterseli layu, begitu juga tanaman lain di
kebun, dan sejak saat itu tidak ada yang tumbuh di sana.
Tapi kuburan wanita tua yang baik itu tumbuh cantik, karena
Peri menyanyikannya di atasnya, dan membuatnya tetap hijau;
Sementara di atas kuburan dan di sekelilingnya, muncul
bunga tulip, bunga daffodil, dan bunga violet, dan bunga
musim semi lainnya yang indah.
The Beauty and the Beast
Once upon a time, there lived a merchant and his beautiful
daughter named Beauty. One day, the merchant got lost in the
forest and arrived at a palace. He went inside and did not see
anyone inside, so he finally decided to spend the night there.
The next morning, when the merchant left, he saw a beautiful
rose in the garden. He thought of Beauty and picked it up.
Suddenly, a terrible beast approached him and screamed at
him for stealing in his garden. The merchant was frightened
and explained that he picked the rose for Beauty, his daughter.
The Beast said that he would let him go if he chose to send
Beauty to stay with him. Fearfully, the merchant finally
agreed. At home, he sadly told it all to Beauty. The Beauty
understood and made the decision to go to the palace.
Initially, she was afraid of the Beast but within a few days she
realized that the Beast was kind and gentle. One day in the
magic mirror the Beast had given her, Beauty saw that his
father was ill. Unable to see his grief, the Beast allowed her to
go home. Beauty was happy to be back again. Under Beauty's
care, his father was able to heal quickly.
One day, Beauty thought of the Beast and looks into the
mirror miraculously. She saw the Beast was also sick. She
went to the palace to meet him. Beauty saw the Beast
groaning in pain and dying. The Beast was sick because he
loved and missed Beauty to much. Beauty then embraced him
and told him that she loved him and kissed him gently. At that
moment, the Beast transformed into a handsome prince.
Beauty was shocked, the prince explained that her sweet
words had destroyed the spell given by a witch to him. They
soon get married and lived happily ever after.
Artinya
Si Cantik dan Si Buruk Rupa

Suatu ketika, hiduplah seorang pedagang dan putrinya yang


cantik bernama Si Cantik. Suatu hari, pedagang itu tersesat di
hutan dan sampai di sebuah istana. Dia masuk ke dalam dan
tidak melihat siapa pun di dalam, sehingga akhirnya dia
memutuskan untuk bermalam di sana.

Keesokan paginya, saat pedagang itu pergi, dia melihat mawar


yang indah di kebun. Dia memikirkan Si Cantik dan
memetiknya. Tiba-tiba, seekor binatang mengerikan
mendekatinya dan menjerit kepadanya karena telah mencuri
di kebunnya. Pedagang itu ketakutan dan menjelaskan bahwa
dia memetik bunga mawar itu untuk Si Cantik, puterinya.
Binatang itu mengatakan bahwa dia akan membiarkannya
pergi jika dia memilih untuk mengirim Si Cantik untuk
tinggal bersamanya. Dengan penuh rasa takut, pedagang itu
akhirnya setuju.

Di rumah, dia dengan sedih menceritakan semuanya kepada


Si Cantik. Si Cantik mengerti dan membuat keputusan untuk
pergi ke istana. Awalnya, dia takut pada binatang itu tapi
dalam beberapa hari dia menyadari bahwa binatang itu baik
dan lembut. Suatu hari di cermin ajaib yang diberikan
binatang buas itu, Si Cantik melihat bahwa ayahnya sedang
sakit. Karena tidak dapat melihat kesedihannya, Si Buruk
Rupa mengijinkannya pulang ke rumah. Si Cantik pun senang
bisa pulang lagi. Di bawah perawatan Si Cantik, ayahnya
dapat sembuh dengan cepat.
Suatu hari, Si Cantik memikirkan Si Buruk Rupa dan melihat
ke dalam cermin ajaib. Dia melihat Si Buruk Rupa itu juga
sakit. Dia pergi ke istana untuk menemuinya. Si Cantik
melihat Si Buruk Rupa mengerang kesakitan dan sekarat. Si
Buruk Rupa sakit karena dia sangat mencintai dan
merindukan Si Cantik. Si Cantik kemudian memeluknya dan
terisak-isak dan mengatakan kepadanya bahwa dia
mencintainya dan menciumnya dengan lembut. Pada saat itu
juga, Si Buruk Rupa berubah menjadi pangeran tampan. Si
Cantik terkejut, sang pangeran menjelaskan bahwa kata-kata
manisnya telah menghancurkan mantra yang diberikan oleh
seorang penyihir padanya. Mereka segera menikah dan hidup
bahagia selamanya.
Pinocchio

Once upon a time, an old carpenter named Gepetto carved a


boy-shaped puppet and named it Pinocchio. He hoped that the
boy would become a human being. A fairy heared his words
and fulfilled his wishes. He turned the pupet alive.

But the fairy hoped if the boy really wanted to be a real boy,
he must be a good boy. Gepetto loved her very much, but
Pinocchio was pretty naughty and rarely told the truth. Once
he lies, his wooden nose would grow long. He always
promised to be a good boy. But he forgot his words and
skipped school with his friends to join the circus. Now, he
began to miss Gepetto.

One day, he heard that his father had been swallowed up by a


very large whale. He went directly to find the whale. The
whale also swallowed him. In the belly of a whale, Pinocchio
and Gepetto were delighted to see each other. They made
plans to get out and start to tickle the whale's belly. As the
whale opened his mouth and sneezed, Pinocchio and Gepetto
slipped out.

They got home safely. The fairy was pleased with Pinocchio's
courage and turned him into a human being. From that day on,
he was a very good boy and never skipped school. Father and
son live happily ever after.
Artinya
Pinokio
Dahulu kala, seorang tukang kayu tua bernama Gepetto
mengukir boneka berbentuk anak laki-laki dan
menamakannya Pinokio. Dia berharap agar anak laki-laki itu
menjadi manusia. Seorang peri mendengar kata-katanya dan
memenuhi keinginannya. Dia menghidupkan pada boneka itu.
Tapi Peri menginginkan jika anak itu benar-benar ingin
menjadi anak laki-laki sejati, dia harus menjadi anak yang
baik. Gepetto sangat mencintainya, tapi Pinocchio cukup
nakal dan jarang berkata jujur. Begitu dia berbohong,
hidungnya yang terbuat dari kayu akan tumbuh panjang. Dia
selalu berjanji untuk menjadi anak yang baik. Tapi dia
melupakan kata-katanya dan bolos sekolah bersama teman-
temannya untuk bergabung dalam sirkus. Kini, ia mulai
merindukan Gepetto.
Suatu hari, dia mendengar bahwa ayahnya telah ditelan oleh
ikan paus yang sangat besar. Dia langsung pergi mencari ikan
paus tersebut. Ikan paus juga menelannya. Di dalam perut
ikan paus, Pinocchio dan Gepetto sangat senang bertemu satu
sama lain. Mereka membuat rencana untuk keluar dan mulai
menggelitik perut ikan paus tersebut. Begitu paus membuka
mulut dan bersin, Pinocchio dan Gepetto menyelinap keluar.
Mereka sampai di rumah dengan aman. Peri itu senang
dengan keberanian Pinocchio dan dia mengubahnya menjadi
manusia. Sejak hari itu, dia adalah anak yang sangat baik dan
tidak pernah bolos sekolah. Ayah dan anak hidup bahagia
selamanya.

You might also like