Adoc - Tips - Hubungan Antara Nomophobia Dengan Kepercayaan Diri

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Psikologi Psibernetika

Vol. 10 No. 1 April 2017

HUBUNGAN ANTARA NOMOPHOBIA DENGAN


KEPERCAYAAN DIRI
Shanty Sudarji
Program Studi Psikologi Universitas Bunda Mulia
gbu120711@gmail.com

ABSTRACT
Technology such as smartphones is growing rapidly. Development of applications such as instant
messengers, social networks even easier for everyone to communicate, the distance is not an obstacle
now. In addition to ease of access, the smartphone can also give confidence to users, in addition to
models of smartphones increasingly stylish, applications that can be installed therein can make
smartphone users are always updated with the latest news. The psychological impact caused by the use of
smartphones on individuals and society in general about changing behavior and habits before and after
use. Nomophobia (no-mobile-phone-phobia) is a type of phobia characterized by excessive fear if
someone loses or does not exist near his smartphone. People who experience nomophobia always live in
fear and are always anxious to put or keep his smartphone, so always take it anywhere to go. The
questionnaire used to nomophobia is an adaptation of the questionnaire Yildirim (2014), composed of 4
dimensions with 20 statements. As for the questionnaire confidence, based on the theory of Justice (2002)
derived into 3 dimensions with 46 statements. Results of the reliability values obtained for instruments
confidence of 0.944, while the result of the reliability values for nomophobia instrument amounted to
0,939. The results of the data analysis of the correlation between nomophobia and confidence showed a
p-value = 0.626> α = 0.05. This shows that there is no relationship between nomophobia with
confidence.

Keywords: Smartphone, Nomophobia, Confidence

ABSTRAK
Teknologi seperti smartphone yang semakin berkembang dengan pesat menjadikan era informasi semakin
mudah diakses. Muncul dan berkembangnya aplikasi seperti instant messenger, social network semakin
memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi, jarak kini bukanlah menjadi halangan. Selain untuk
kemudahan akses, smartphone juga dapat memberikan rasa percaya diri bagi penggunanya, selain dengan
model-model smartphone yang semakin stylish, aplikasi yang dapat diinstalasi didalamnya dapat
membuat pengguna smartphone selalu update dengan berita-berita terkini. Dampak psikologis yang
diakibatkan oleh penggunaan smartphone pada individu, kelompok dan masyarakat pada umumnya
terkait dengan perubahan perilaku dan kebiasaan sebelum dan sesudah menggunakannya. Nomophobia
(no-mobile-phone-phobia) adalah jenis fobia yang ditandai dengan ketakutan berlebih jika seseorang
kehilangan atau tidak berada dekat dengan smartphone-nya. Orang yang mengalami nomophobia selalu
hidup dalam kekhawatiran dan selalu cemas dalam meletakkan atau menyimpan smartphone miliknya,
sehingga selalu membawanya kemanapun pergi. Kuesioner yang digunakan untuk nomophobia
merupakan kuesioner adaptasi dari Yildirim (2014), terdiri dari 4 dimensi yang berisi 20 pernyataan.
Sedangkan untuk kuesioner kepercayaan diri, berdasarkan teori dari Hakim (2002) yang diturunkan
kedalam 3 dimensi yang berisi 46 pernyataan. Hasil nilai reliabilitas yang didapatkan untuk instrumen
kepercayaan diri sebesar 0,944, sedangkan hasil nilai reliabilitas untuk instrumen nomophobia sebesar
0,939. Hasil analisa data korelasi antara nomophobia dan kepercayaan diri menunjukkan nilai p = 0,626 >
α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara nomophobia dengan kepercayaan
diri.

Kata kunci:Smartphone, Nomophobia, kepercayaan diri

I. PENDAHULUAN akses ke seluruh dunia dengan internet,


1.1 Latar Belakang menjadikan informasi cepat tersebar.
Infrastuktur internet yang semakin Muncul dan berkembangnya perangkat
berkembang dengan cepat menjadikan era lunak seperti chat, instant messenger, social
informasi semakin terbuka; dengan network semakin memudahkan setiap orang
smartphone, kini setiap orang memiliki untuk berkomunikasi, jarak kini bukanlah

51
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 10 No. 1 April 2017

menjadi halangan (Pradana, Muqtadiroh & akan mempermudah untuk melakukan


Nisafani, 2016). Fungsi komunikasi dalam pengumpulan donasi kepada orang yang
kehidupan sehari-hari menyangkut banyak membutuhkan tersebut. Seperti kita ketahui
aspek, melalui komunikasi juga seseorang sekarang jaringan internet sudah begitu luas
menyampaikan apa yang ada dalam benak bahkan tidak hanya di daerah perkotaan saja
pikiran dan perasaan kepada orang lain baik tetapi juga di pedesaan.Meskipun perubahan
secara langsung maupun tidak (Mayangsari teknologi komunikasi ini membawa dampak
& Ariana, 2015). Interaksi individu dengan positif kepada masyarakat dalam hal
smartphone sangat mempengaruhi perilaku kehidupan sosial, hal ini juga membawa
interpersonal dan kebiasaan sosial. dampak negatif. Dampak negatif dengan
Teknologi komunikasi juga membuat adanya perkembangan teknologi komunikasi
perubahan dalam interaksi masyarakat dan informasi ini adalah menurunnya
dengan dunia, persepsi pada interaksi yang kepedulian masyarakat terhadap orang-orang
nyata dan interaksi lewat smartphone (Lucia, yang ada disekitarnya. Sering dijumpai
dalam Mayangsari & Ariana, 2015). sekumpulan keluarga besar, lengkap dari
Dampak psikologis yang diakibatkan oleh orangtua dan anak-anaknya berserta asisten
penggunaan teknologi pada individu, rumah tangga duduk dalam satu meja makan
kelompok dan masyarakat pada umumnya bersama-sama tetapi tidak saling berbincang,
terkait dengan perubahan perilaku dan mereka seakan-akan sibuk dengan
kebiasaan sebelum dan sesudah smartphone-nya masing-masing untuk
menggunakan smartphone (King & Valenca, bercengkrama dengan orang lain yang
2013).Darmawan (2012) mengemukakan jaraknya lebih jauh dibanding keluarganya
bahwa perkembangan teknologi yang sedang berada di dekatnya.
komunikasisangat berdampak pada Penggunaan smartphonejuga
kehidupan sosial masyarakat. Dampak merupakan suatu hal yang wajar di masa
positif yang dapat dirasakan dari kini. Smartphone sudah seperti menjadi
perkembangan teknologi komunikasi antara benda yang wajib dibawa kemanapun
lain kemudahan dalam berkomunikasi individu berada, fungsinya bisa menjadi
dengan kerabat yang jaraknya sangat jauh perangkat bermain game, berjejaring sosial,
sekalipun. Dengan adanya teknologi mengedit foto dan video, dan lainnya.
jaringan membuat seseorang dapat Otomatis, hadirnya beragam fitur menarik
mengakrabkan diri kembali dengan teman- ini semakin "mengikat" pengguna agar terus
teman lama, dan juga sanak saudara lainnya. bermain dengan smartphone-nya sehingga
Dengan menggunakan smartphone yang di menjadi kecanduan (Reza, 2015).
isi dengan aplikasi chat, email, telepon, dan Penggunaan smartphone juga secara tidak
media sosial kita dapat bertukar informasi langsung dapat menjadi ukuran eksistensi
dalam hitungan detik. Selain itu dampak seseorang dalam kelompoknya. Sebuah
positif lainnya adalah masyrakat akan lebih organisasi riset di Inggris yang meneliti
mudah menyebarkan kebaikan antar umat kecemasan yang diderita oleh pengguna
manusia, misalnya saja terdapat sebuah smartphone menemukan bahwa hampir 53%
bencana alam pada suatu daerah tertentu pengguna smartphone di Inggris cenderung
maka orang yang sedang dekat dengan menjadi cemas ketika kehilangan
lokasi dapat mengabarkan atau menyebarkan smartphone mereka, kehabisan baterai, atau
informasi bahwa sedang terjadi musibah tidak memiliki jangkauan jaringan (Bivin,
bencana alam di lokasi orang itu sedang 2013). No-mobile-phone-phobia atau yang
berada. Dengan demikian apabila ada biasa disebut nomophobia baru-baru ini
sebuah organisasi atau orang tertentu yang telah digunakan untuk menggambarkan
ingin mengadakan penggalangan dana untuk ketidaknyamanan atau kecemasan yang
membantu beban korban-korban bencana disebabkan oleh tidak berada dekat dengan
alam melalui media ini seseorang atau perangkat komunikasi virtual seperti telepon
organisasi tersebut akan dengan mudah selular (King & Valenca, 2013).
menyebarkan informasinya yang nantinya Berdasarkan survei yang dilakukan Secur

52
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 10 No. 1 April 2017

Evoy, sebuah perusahaan yang 1.2 Tujuan Penelitian


mengkhususkan diri dalam password digital, Penelitian ini bertujuan untuk
yang melakukan survei terhadap 1.000 orang mengetahui hubungan nomophobia dengan
di Inggris menyimpulkan bahwa mahasiswa kepercayaan diri.
masa kini mengalami nomophobia, yaitu
perasaan cemas dan takut jika tidak bersama II. TINJAUAN PUSTAKA
telepon selularnya. Hasil survei 2.1 Kepercayaan Diri
menunjukan, 66% responden mengaku tidak Percaya diri berasal dari bahasa
bisa hidup tanpa telepon selulernya. Inggris yakni self confidence yang artinya
Persentase ini semakin meningkat pada percaya pada kemampuan, kekuatan dan
responden berusia 18 dan 24 tahun. penilaian diri sendiri. Jadi dapat dikatakan
Sebanyak 77% responden di antara bahwa penilaian tentang diri sendiri adalah
kelompok usia ini mengalami nomophobia berupa penilaian yang positif. Penilaian
(Ngafifi & Wonosobo, 2015). positif inilah yang nantinya akan
Banyak individu yang merasakan menimbulkan sebuah motivasi dalam diri
kepercayaan dirinya meningkat jika dapat individu untuk lebih mau menghargai
selalu tampak memegang smartphone yang dirinya. Pengertian secara sederhana
dimilikinya, hal ini semakin didukung oleh dapat dikatakan sebagai suatu
perkembangan social media yang begitu keyakinan seseorang terhadap gejala aspek
pesat, smartphone juga telah menjadi gaya kelebihan yang dimiliki oleh individu dan
hidup untuk dapat pengakuan dalam keyakinan tersebut membuatnya merasa
kelompok dan untuk meningkatkan mampu untuk bisa mencapai berbagai
kepercayaan diri seseorang. Namun, sangat tujuan hidupnya (Thursan, 2002).
disayangkan kebanyakan individu kini telah Menurut Perry, kepercayaan diri
kecanduan smartphone, seolah-olah mereka yaitu suatu kemampuan untuk dapat
menemukan dunia sendiri dan sulit untuk mempercayai kemampuan diri sendiri dan
melepaskan diri dari benda tersebut. Benua merasa positif terhadap hal yang bisa
Asia memiliki jumlah pecandu smartphone dilakukan dan tidak mengkhawatirkan
terbanyak dan diprediksi akan terus tentang hal yang tidak bisa dilakukan (dalam
meningkat. Survei terkini yang dilakukan Rombe, 2014). Brennecke dan Amich
Science Direct mengungkap, 25% dari (dalam Karyo, 2013), mengemukakan
pengguna smartphone yang mayoritas bahwa kepercayaan diri merupakan suatu
remaja di Asia mengidap nomophobia. perasaan atau sikap yang tidak perlu untuk
Lebih lanjut, survei tersebut menjelaskan 72 membandingkan dengan orang lain
persen di antara anak-anak berusia 11-12 dikarenakan sudah merasa cukup aman dan
tahun di Korea Selatan menghabiskan tahu mengenai apa yang dibutuhkan didalam
waktunya 5,4 jam sehari untuk hidup ini. Selain itu, kepercayaan diri juga
menggunakan smartphone. Jumlah ini belum diartikan sebagai salah satu aspek
digabungkan dengan total penggunaan kepribadian atau konsep diri yang penting
smartphone oleh remaja di berbagai negara dalam hidup seseorang karena dengan
lain di Asia, termasuk Singapura, yang kepercayaan diri, seseorang mampu
rupanya memiliki tingkat penggunaan mengaktualisasikan segala potensi di dalam
smartphone tertinggi di dunia. Padahal, dirinya (Lauster dalam Longkutoy, 2015).
populasinya hanya sebanyak 6 juta jiwa saja. Hal ini diperkuat oleh Davies (dalam Idrus
Hal tersebut, dipandang Chong Ee-Jau, dan Rohmiati, 2011), dimana rasa percaya
peneliti dari Touch Cyber Wellness Centre diri merupakan keyakinan terhadap
di Singapura, sebagai fenomena yang kemampuan yang dimiliki, keyakinan pada
"mengerikan". Jika tidak ditanggulangi, suatu maksud ataupun tujuan di dalam
maka penggunaan smartphone akan kehidupan , serta percaya bahwa akal budi
disalahgunakan dan menjadi negatif (Reza, mampu untuk melaksanakan apa
2015). yangdiinginkan, direncanakan, dan juga
diharapkan.

53
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 10 No. 1 April 2017

Selain itu, Hakim mendefinisikan satu atau lebih gadget dan selalu membawa
kepercayaan diri juga dapat diartikan charger, b). Merasa cemas dan gugup ketika
sebagai suatu keyakinan terhadap segala telepon seluler tidak tersedia dekat atau
aspek kelebihan yang dimiliki, dan tidak pada tempatnya. Selain itu juga merasa
keyakinan tersebut membuatnya merasa tidak nyaman ketika gangguan atau tidak
mampu mencapai berbagai tujuan hidupnya ada jaringan serta saat baterai lemah, c).
(dalam Wahyuni, 2014).Faktor-faktor yang Selalu melihat dan mengecek layar telepon
mempengaruhi rasa percaya diri pada seluler untuk mencari tahu pesan atau
seseorang menurut Hakim (dalam panggilan masuk. Hal ini seringkali disebut
Sembiring, 2014) antara lain adalah keadaan ringxiety yaitu perasaan seseorang yang
keluarga yang merupakan lingkungan hidup menganggap telepon selularnya bergetar
pertama dan utama dalam kehidupan setiap atau berbunyi. d). Tidak mematikan telepon
manusia, lingkungan sangat mempengaruhi selular dan selalu sedia 24 jam, e). Kurang
pembentukan awal rasa percaya diri pada nyaman berkomunikasi secara tatap muka,
seseorang. Rasa percaya diri merupakan f). Mengeluarkan biaya yang besar untuk
suatu keyakinan seseorang terhadap segala telepon selular.
aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan Adapun aspek atau dimensi dari
diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. nomophobia adalah a). tidak bisa
Berdasarkan pengertian di atas, rasa percaya berkomunikasi (not being able to
diri baru bisa tumbuh dan berkembang baik communicate), b). kehilangan konektivitas
sejak kecil,jika seseorang berada di dalam (Losing Connectedness), c). tidak mampu
lingkungan keluarga yang baik, namun mengakses informasi (not being able to
sebaliknya jika lingkungan tidak memadai access information), d). menyerah pada
menjadikan individu tersebut untuk percaya kenyamanan (giving up convenience). Aspek
diri maka individu tersebut akan kehilangan pertama merujuk kepada adanya perasaan
proses pembelajaran untuk percaya pada kehilangan ketika secara tiba-tiba terputus
dirinya sendiri. Pendidikan keluarga komunikasi dengan orang lain dan atau tidak
merupakan pendidikan pertama dan utama dapat menggunakan pelayanan disaat tiba-
yang sangat menentukan baik buruknya tiba membutuhkan komunikasi. Aspek
kepribadian seseorang. kedua merujuk pada perasaan kehilangan
ketika tidak dapat terhubung dengan layanan
2.2 Nomophobia pada smartphone dan tidak dapat terhubung
Nomophobia (no-mobile-phone- pada identitas sosialnya terkhusus di media
phobia) adalah jenis fobia yang ditandai sosial. Aspek ketiga menggambarkan
ketakutan berlebih jika seseorang kehilangan perasaan ketidaknyamanan ketika tidak
ponselnya. Orang yang menderita dapat mengambil atau mencari informasi
nomophobia selalu hidup dalam melalui smartphone. Sedangkan aspek
kekhawatiran dan selalu cemas dalam keempat mencerminkan keinginan untuk
meletakkan atau menyimpan smartphone memanfaatkan kenyamanan memiliki
miliknya, sehingga selalu membawanya smartphone (Yildirim, 2014).
kemanapun pergi. Penderita nomophobia
bahkan dapat memeriksa smartphonenya III. METODE PENELITIAN
hingga 34 kali sehari dan sering Prosedur penelitian terdiri dari dua
membawanya hingga ke toilet. Ketakutan tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap
tersebut termasuk dalam hal kehabisan pelaksanaan penelitian. Pada tahap
baterai, melewatkan telepon atau sms, dan persiapan, peneliti mencari fenomena
melewatkan informasi penting dari jejaring mengenai kaitan antara nomophobia dan
sosial (Mayasari, 2012). Adapun ciri-ciri kepercayaan diri. Setelah itu, akan
orang mengidap nomophobia sebagai menyusun alat ukur kepercayan diri dan
berikut (dalam Pradana, Muqtadiroh & nomophobia serta melakukan tryout untuk
Nisafani, 2016):a). Menghabiskan waktu proses analisa item, reliabilitas dan validitas.
menggunakan telepon seluler, mempunyai Kemudian menghitung korelasi antara kedua

54
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 10 No. 1 April 2017

variabel.Teknik pengambilan sampel yang aitem dinyatakan valid apabila nilai


digunakan yaitu non-probability sampling corrected item total correlation lebih besar
(non-random) yang dimana populasinya dari 0,361.
tidak diketahui secara keseluruhan,
probabilitas individu tidak dapat diketahui, Tabel 1.Blueprint Nomophobia
dan pemilihan didasarkan pada faktor-faktor Sebelum dan Setelah Uji Coba
seperti akal sehat atau upaya untuk Dimensi Item Total
mempertahankan perwakilan dan Not being 10,11,12,13,14,15 6
menghindari bias (Gravetter dan able to
Forzano,2009) melalui metode accidental
communicate
sampling.
Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner. Kuesioner merupakan teknik Losing 16,17,18,19,20 5
pengumpulan data yang dilakukan melalui connectedness
pemberian seperangkat pertanyaan ataupun
pernyataan yang tertulis kepada responden Not being 1,2,3,4 4
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014). able to access
Kuesioner yang digunakan untuk
nomophobia merupakan kuesioner adaptasi information
dari Yildirim (2014), terdiri dari 4 dimensi
dengan 20 pernyataan. Kuesioner ini diisi Giving up 5,6,7,8,9 5
dengan menggunakan skala Likert melalui 7 convenience
alternatif jawaban dari sangat tidak setuju
hingga sangat setuju. Tidak ada pembedaan
aitem pada kuesioner ini, yang ditunjukkan Tabel 2.Blueprint Kepercayaan Diri
dengan penyesuaian skala 1-7 pada setiap setelah Uji Coba
aitem yang dipakai untuk mendukung hasil
akhir skor tinggi atau rendah. Dimen- Item
Sedangkan untuk kuesioner Indikator Jml
si
kepercayaan diri, berdasarkan teori dari Fav Unfav
Hakim (2002) yang diturunkan kedalam 3 Keyakin Kemauan 1,7,20 27,32, 6
dimensi dengan 46 pernyataan. Kuesioner an Diri dan Usaha 39
ini juga diisi dengan menggunakan skala Optimis 2,8,14, 21 ,40 6
Likert melalui 4 alternatif jawaban dari 45
Sikap Mandiri 9 22 2
sangat tidak setuju hingga sangat setuju.
Positif
Butir pernyataan juga mengandung Tidak 10,23, 3,16,4 7
pernyataan yang bersifat mendukung Mudah 28,35 6
(favorable) atau tidak mendukung Menyerah
(unfavorable). Mampu 4,11,3 17, 24, 7
Dalam penelitian ini, dilakukan uji Menyesuai 6,42 29
coba kepada 30 subjek di lingkungan kan diri
Memanf 5,12,1 25,30 6
kampus “BM”. Dari hasil uji coba pada
aatkan Memiliki 8,37
kuesioner nomophobia, didapatkan Kelebih dan
reliabilitas sebesar 0,939 dengan rentang an memanfaat
validitas 0,256-0,877. Sedangkan untuk kan
kuesioner kepercayaan diri, didapatkan hasil kelebihan
reliabilitas sebesar 0,944 dengan rentang Memiliki 6,13,1 38,43 5
validitas sebesar 0,385-0,739. Pada Mental dan 9
kuesioner kepercayaan diri didapatkan 7 Fisik yang
aitem gugur dari 46 aitem. Aitem dibuang Menunjang
dikarenakan jika N=30, maka product Total 39
moment sebesar 0,361. Oleh karena itu,

55
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 10 No. 1 April 2017

Penelitian ini juga menggunakan uji 3 orang responden berusia 51-55 tahun
normalitas yang bertujuan untuk mengetahui dengan persentase sebesar 1,9 %.
hasil penelitian berdistribusi normal atau
tidak. Data dapat dikatakan normal apabila Tabel 4.Persentase Usia Responden
p>0,5 dan dikatakan tidak normal apabila Penelitian
p<0,5. Uji normalitas dalam penelitian ini Freq Percent Valid Cumulative
menggunakan perhitungan One-Sampe Percent Percent
Kolmogorof-Smirnov Test. Analisis
hubungan (korelasi) merupakan sebuah 11-15 2 1.2 1.2 1.2
bentuk analisis data dalam penelitian yang 16-20 112 69.1 69.1 70.4
21-25 26 16.0 16.0 86.4
bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau
26-30 2 1.2 1.2 87.7
bentuk arah hubungan antara dua variabel 31-35 6 3.7 3.7 91.4
ataupun lebih dan juga besarnya pengaruh Valid
36-40 5 3.1 3.1 94.4
yang diakibatkan oleh variabel bebas 41-45 3 1.9 1.9 96.3
terhadap variabel terikat (Siregar, 2013). 46-50 3 1.9 1.9 98.1
51-55 3 1.9 1.9 100.0
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Total 162 100.0 100.0
Penelitian ini melibatkan 48
responden laki-laki dengan persentase Dari 162 responden yang terlibat di
sebesar 29,6 % dan 114 responden dalam penelitian ini, diketahui 125 orang
perempuan dengan persentase 70,4 %. merupakan mahasiswa dengan persentase
Sehingga, total responden yang terlibat sebesar 77,2 %, 11 orang merupakan pelajar
dalam penelitian ini berjumlah 162 orang. dengan persentase sebesar 6,8 %, dan 26
orang merupakan karyawandengan
Tabel 3.Persentase Responden persentase sebesar 16 %.
Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5. Persentase Pekerjaan Responden
Freq Percent Valid Cumulative
Percent Percent Penelitian
Pria 48 29.6 29.6 29.6 Cumulati
Valid
Valid Wanita 114 70.4 70.4 100.0 Freq Percent ve Percent
Percent
Total 162 100.0 100.0
Mahasiswa 125 77.2 77.2 77.2
Pelajar 11 6.8 6.8 84.0
Usia responden tidak dibatasi karena Valid
Karyawan 26 16.0 16.0 100.0
peneliti ingin melihat dan mendapatkan hasil Total 162 100.0 100.0
yang lebih bervariasi, sehingga diperoleh
rentang usia responden yang tergolong Domisili tinggal responden terbagi
kedalam 9 kategori dari usia 11-55 tahun. kedalam 13 wilayah. Sebanyak 92 orang
Terdapat 2 orang responden di rentang usia responden berdomisili di Jakarta Utara
11-15 tahun dengan persentase sebesar 1,2 dengan persentase 56,8 %, 18 orang
%, 112 orang responden berusia 16-20 tahun responden berdomisili di Jakarta Barat
dengan persentase sebesar 69,1 %, 26 orang dengan persentase sebesar 11,1 %, 4 orang
responden berusia 21-25 tahun dengan responden berdomisili di Jakarta Timur
persentase sebesar 16 %, 2 orang responden dengan persentase sebesar 2,5 %, 3 orang
berusia 26-30 tahun dengan persentase 1,2 responden berdomisili di Jakarta Selatan
%, 6 orang responden berusia 31-35 tahun dengan persentase sebesar 1,9 %, 8 orang
dengan persentase sebesar 3,7 %, 5 orang berdomisili di Jakarta Pusat dengan
responden berusia 36-40 tahun dengan persentase sebesar 4,9 %, 16 orang
persentase sebesar 3,1 %, 3 orang responden responden berdomisili di Bekasi dengan
berusia 41-45 tahun dengan persentase persentase sebesar 9,9 %, 3 orang responden
sebesar 1,9 %, 3 orang responden berusia berdomisili di Depok dengan persentase
46-50 dengan persentase sebesar 1,9 %, dan sebesar 1,9 %, 3 orang responden
berdomisili di Cengkareng dengan ersentase

56
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 10 No. 1 April 2017

sebesar 1,9 %, 9 orang berdomisili di kepercayaan diri menunjukkan koefisien


Tangerang dengan persentase sebesar 5,6 %, korelasi yang positif (r = 0,039) yang
3 orang responden berdomisili di Bogor menandakan jika variabel X atau
dengan persentase sebesar 5,6 %, dan nomophobia naik, maka variabel Y yaitu
terdapat masing-masing 1 orang responden kepercayaan diri juga naik. Sedangkan jika
yang berdomisili di Bintaro, Serpong dan variabel X turun maka variabel Y juga akan
Bandung dengan persentase sebesar 0,6 turun. Dengan nilai p = 0,626 > α = 0,05,
persen pada ketiga wilayah tersebut. maka H0 diterima atau dengan kata lain
Berdasarkan hasil perhitungan tidak terdapat hubungan antara nomophobia
reliabilitas dan validitas yang dilakukan dengan kepercayaan diri.
melalui program komputerisasi SPSS 21, Hal tersebut dapat dikarenakan
nilai reliabilitas instrumen nomophobia adanya faktor-faktor lain yang dapat
adalah sebesar 0,939 yang dapat diartikan berperan dalam menentukan tinggi
bahwa instrument ini reliabel. Sedangkan rendahnya atau ada tidaknya kepercayaan
validitas dari instrumen nomophobia berada diri seseorang. Faktor-faktor yang
pada rentang 0,256-0,877. Nilai reliabilitas mempengaruhi kepercayaan diri seseorang
dari instrumen kepercayaan diri adalah menurut Hapasari dan Primastuti (2014)
sebesar 0,944 yang dapat diartikan yaitu terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal
instrumen tersebut reliabel. Sedangkan dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
validitas dari instrument kepercayaan diri kondisi fisik, usia, jenis kelamin, dan harga
berada pada rentang 0,385-0,739. diri. Sedangkan faktor eksternal meliputi
Berdasarkan tabel One-Sample tingkat pendidikan, dukungan sosial dan
Kolmogorov-Smirnov Test dapat diketahui kesuksesan dalam mencapai tujuan.
bahwa nilai hasil uji normalitas dari 162 Kondisi fisik merupakan faktor yang
responden dengan instrumen nomophobia mempengaruhi kepercayaan diri secara
sebesar 0,954 dan kepercayaan diri sebesar internal, dimana faktor fisik yang
0,784. Data dapat dikatakan normal apabila menunjang atau dengan kata lain individu
p>0,5 dan dikatakan tidak normal apabila dengan fisik yang kurang sempurna dapat
p<0,5. Dari hasil perhitungan yang didapat, merasakan ada sesuatu yang kurang di
dapat disimpulkan bahwa data pada dalam dirinya (Suryabrata dalam Hapasari
penelitian ini merupakan data yang dan Primastuti, 2014). Di masa remaja
berdistribusi normal. terutama, kepercayaan diri remaja menjadi
Dalam menguji ada atau tidaknya rapuh yang dikarenakan adanya faktor
hubungan antara nomophobia dengan kegagalan di masa ini merupakan suatu hal
kepercayaan diri, maka dilakukan uji yang menyakitkan sehingga tidak sedikit
korelasi pearson. Hal ini dikarenakan data remaja yang mengalami rasa tidak percaya
penelitian ini berdistribusi normal. diri baik pada anak laki-laki ataupun
perempuan (Al-Mighwar dalam Hapasari
Tabel 6. Uji Korelasi dan Primastuti, 2014). Memiliki smartphone
Nomophobia dan Kepercayaan Diri bagi remaja mungkin dapat membuat
mereka merasa diterima oleh teman
Nomo- Keper- sebayanya, namun benda tersebut menjadi
phobia cayaan Diri tidak terlalu penting jika dibandingkan
Pearson Correlation 1 .039 dengan kondisi fisik dan penampilan yang
Nomo-
Sig. (2-tailed) .626 sempurna yang mereka miliki.
phobia
N 162 162 Faktor berikutnya yang dapat
Keper- Pearson correlation .039 1
mempengaruhi kepercayaan diri yaitu jenis
cayaandiSig. (2-tailed) .626
ri kelamin dimana perubahan yang terjadi di
N 162 162 usia remaja baik perubahan fisik ataupun
psikologis biasanya lebih banyak memiliki
Hasil analisa yang didapatkan dari data pengaruh pada anak perempuan dikarenakan
korelasi antara nomophobia dengan pertumbuhan pada remaja putri jauh lebih

57
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 10 No. 1 April 2017

cepat walaupun demikian, remaja putra kepercayaan diri. Terdapat faktor-faktor lain
mempunyai kesempatan lebih banyak untuk yang lebih kuat yang dapat mempengaruhi
dapat menyesuaikan diri dibandingkan kepercayaan diri seseorang.
dengan remaja putri (Hurlock dalam Kajian mengenai nomophobia masih
Hapasari dan Primastuti, 2014). terbatas, terutama di Indonesia. Topik ini
Faktor internal terakhir yang juga menarik untuk diteliti karena erat kaitannya
dapat mempengaruhi kepercayaan diri yaitu dengan bidang ilmu psikologi. Selanjutnya
harga diri yang merupakan landasan untuk dapat dilakukan penelitian dengan skala
rasa percaya diri dimana dengan adanya yang lebih luas. Data kontrol yang dapat
perasaan bahagia akibat penghargaan yang berpengaruh kepada hasil penelitian seperti
diterima merupakan hal yang penting dalam domisili, usia, pendidikan, dan pekerjaan
menumbuhkan rasa percaya diri (Murdoko, dapat diperluas cakupannya sehingga hasil
2004; Mappiare, 1982 dalam Hapasari dan penelitian lebih dapat digeneralisasi dan
Primastuti, 2014). Banyak hal selain dapat memberikan sumbangan penelitian
memiliki smartphone yang dapat membuat yang bermanfaat bagi bidang ilmu psikologi.
seseorang menjadi percaya diri, misalnya Nomophobia dapat diteliti lebih
apresiasi yang diberikan oleh lingkungan dalam dan dihubungkan dengan variabel-
sekitar yang dapat berupa pujian ataupun hal variabel lainnya seperti agresivitas, konsep
lainnya. diri, ataupun konsep-konsep psikologi
Berikutnya adalah faktor eksternal lainnya yang memiliki hubungan sebab
yang meliputi tingkat pendidikan, dukungan akibat dengan nomophobia. Penggunaan
sosial dan kesuksesan dalam mencapai instrumen penelitian juga perlu ditingkatkan
tujuan.Faktor eksternal yang pertama yaitu kualitasnya, misalnya dengan menggunakan
tingkat pendidikan dimana memiliki lebih dari satu expert judgment untuk
pengaruh dalam menentukan kepercayaan mengevaluasi lebih lanjut mengenai isi dari
diri. Orang yang memiliki tingkat pernyataan yang digunakan, dan ketepatan
pendidikan lebih tinggi memiliki banyak penggunaan tata bahasa yang telah disusun.
pengalaman di dalam hidupnya terutama ia
lebih mengenal terkait kelebihan dan DAFTAR PUSTAKA
kelemahan dirinya yang disesuaikan dengan
standar keberhasilannya sehingga individu Azwar,S. (2012). Reliabilitas dan Validitas.
tersebut memiliki kepercayaan diri di dalam Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
menangani sesuatu tanpa mempunyai
perasaan takut (Monks dalam Hapsari dan Creswell, J.W. (2014). Research Design
Primastuti, 2014). Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
Faktor eksternal kedua ialah adanya dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka
dukungan sosial pada individu yang Pelajar.
didapatkan dari lingkungan sekitar yang
berguna untuk menentukan terwujudnya Crocker. L. & Algina, J.T. (2006).
kepercayaan diri (Sari dalam Hapsari dan Introduction to Classical and Modern
Primastuti, 2014). Terakhir, faktor Test Theory. University of Florida.
kesuksesan dimana semakin banyak
kesuksesan yang diperolehnya, semakin juga Darmawan, D. (2012).Pendidikan Teknologi
orang tersebut juga memiliki kepercayaan Informasi dan Komunikasi. Jakarta:
diri di dalam hidupnya. PT Remaja Rosdakarya.

V. SIMPULAN DAN SARAN Febrianto, B., Herani, I., Supriyono, Y.


Hasil analisa data korelasi antara (2013). “Hubungan Kepercayaan Diri
nomophobia dan kepercayaan diri dengan Kemampuan Hubungan
menunjukkan nilai p = 0,626 > α = 0,05. Hal Interpersonal pada Anggota UB
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat (Universitas Brawijaya) Fitness
hubungan antara nomophobia dengan Center”, 10, diunduh pada tanggal 21

58
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 10 No. 1 April 2017

desember 2016 dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/


http://psikologi.ub.ac.id/wp- actadiurna/article/viewFile/1138/916
content/uploads/2013/10/JURNAL4.p
df Karyo. (2013). “Hubungan pola asuh orang
tua dengan kepercayaan diri pada
Graveter. F. J & Forzano. L. B. (2009). remaja (usia 15-17) tahun siswa kelas
Research Method Behavioral XI di SMA PGRI 3 Tuban tahun
Sciences. United States : Wadsworth 2013”, Jurnal Stikes, diunduh pada
Cengage Learning. tanggal 21 Desember 2016 dari
https://www.google.com/search?q=Hu
Hapasari, A., Primastuti, E. (2014). bungan+Body+Image+dan+Kepercay
Kepercayaan diri mahasiswi Papua aan+Diri+dengan+Perilaku+Konsumti
ditinjau dari dukungan teman sebaya. f+Pada+Remaja+Putri+di+SMA+Neg
Psikodemensia, 13 (1), diunduh pada eri+5+Samarinda+Sufrihana+Rombe
tanggal 7 Februari 2017 dari &ie=utf-8&oe=utf-
journal.unika.ac.id/index.php/psi/artic 8#q=Hubungan+Pola+Asuh+Orang+
le/download/278/269. Tua+Dengan+Kepercayaan+Diri+Pad
a+Remaja+%28Usia+15-
Idrus, M., Rohmiati, A. (2011). “Hubungan 17%29+Tahun+Siswa+Kelas+Xi+Di+
kepercayaan diri remaja dengan pola SMA+PGRI+3+Tuban+Tahun+2013
asuh orang tua etnis Jawa”, diunduh
pada tanggal 21 Desember 2016 dari Lahey. (2012). Psychology an introduction.
https://www.google.com/url?sa=t&rct New York : McGraw-Hill.
=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&
ved=0ahUKEwiu0P3zgojRAhUEo48 King, et al. (2014). “Nomophobia: impact of
KHSrSDtcQFgghMAE&url=http%3A cell phone use interfering with
%2F%2Fkajian.uii.ac.id%2Fwp- symptoms and emotions of
content%2Fuploads%2F2011%2F06 individuals with panic disorder
%2FHUBUNGAN- compared with a control group”,
KEPERCAYAAN-DIRI-REMAJA- Clinical Practice & Epidemiology in
DENGAN_DR-M-IDRUS- Mental Health, 10, diunduh pada
DKK.pdf&usg=AFQjCNEB6x09dqG tanggal 21 Desember 2016 dari
TQjCXJxzUy0eHy8mPYg&bvm=bv. https://benthamopen.com/contents/pdf
142059868,d.c2I&cad=rja /CPEMH/CPEMH-10-28.pdf

Kalaskar, P.B. (2015). “A study of Lesmana, J.M. (2013). Dasar-dasar


awareness of development of konseling. Jakarta : UI-Press.
nomophobia condition in smartphone
user management students in Pune Longkutoy, N., Sinolungan, J., Opod, H.
city”, Journal Incon, diunduh pada (2015). “Hubungan pola asuh orang
tanggal 21 Desember 2016 dari tua dengan kepercayaan diri siswa
http://www.asmgroup.edu.in/incon/E SMP kristen Ranotongkor Kabupaten
%20- Minahasa”, 1,3, Jurnal e-biomedik,
%20JOURNAL%20INCON%202015 diunduh pada tanggal 21 Desember
/INCON- 2016, dari
GM%20Vol1/INCN15_GM_23.pdf http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/
ebiomedik/article/view/6612/6133
Kaparang, O. (2013). “Analisa gaya hidup
remaja dalam mengimitasi budaya MB, P., Madhukumar, S., Murthy, M.
pop Korea melalui televisi”, Jurnal (2015). “A study on nomophobia-
Acta Diurna, 2,2, diunduh pada mobile phone dependence, among
tanggal 21 Desember 2016 dari students of a medical college in

59
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 10 No. 1 April 2017

Bangalore”, National Journal of Diunduh dari Liputan 6.com pada


community medicine, 2, 6, diunduh Jumat, 7 Oktober 2016.
pada tanggal 21 Desember 2016 dari
www.njcmindia.org/home/download/ Rombe, S. (2014). “Hubungan body image
697 dan kepercayaan diri dengan perilaku
konsumtif pada remaja putri di SMA
Mayasari, L. (2012). Tidak Bisa Jauh dari negeri 5 Samarinda”, E-Journal
Ponsel? Anda Mungkin Menderita Psikologi, 2,1, diunduh pada tanggal
Nomophobia. Diunduh pada 7 21 Desember 2016 dari
Oktober 2016 dari Detik Health: https://www.google.com/url?sa=t&rct
http://health.detik.com/read/2012/09/2 =j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
1/175751/2030251/763/tidak-bisa- ved=0ahUKEwiVvO_sw4fRAhVKtY
jauh-dari ponsel-anda-mungkin- 8KHZHDBN4QFggbMAA&url=http
menderita-nomophobia. %3A%2F%2Fejournal.psikologi.fisip-
unmul.ac.id%2Fsite%2Fwp-
Mayangsari, A. P., Ariana, A. D. (2015). content%2Fuploads%2F2014%2F05
Hubungan antara self-esteem dengan %2F3.%2520ISI%2520JURNAL%25
kecenderungan nomophobia pada 20%2805-24-14-03-53-
remaja. Jurnal psikologi klinis dan 23%29.pdf&usg=AFQjCNEeWUpkg
kesehatan mental. Vol. 04 No 3, GxkVPuvogQYhYPThJOdug&cad=rj
Desember 2015. Surabaya: Fakultas a
Psikologi Universitas Airlangga.
Sartana., Helmi, A.F. (2014). “Konsep diri
Myers. A & Hansen.C. (2012).Experimental remaja Jawa saat bersama teman”,
Psychology. United States: Jurnal Psikologi, 2, 41, diunduh pada
Wadsworth Cengage Learning. tanggal 21 Desember 2016 dari
https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/do
Ngafifi, M. (2015). Kemajuan teknologi dan wnload/6949/5410
pola hidup manusia dalam perspektif
sosial budaya. Jurnal pembangunan Sembiring. (2014). Pengertian Self
pendidikan: fondasi dan aplikasi. Confidence. Universitas Sumatera
Wonosobo: SMP Negeri 2 Sukoharjo. Utara.

Nazir, M. (2014) Metode Penelitian. Bogor : Siregar, S. (2013). Metode Penelitian


Ghalia Indonesia. Kuantitatif Dilengkapi Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta:
Papalia, D.E., Feldman, R.D. (2012). Prenadamedia Group.
Experience Human Development.
New York: McGraw-Hill. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung :
Pradana, P.W., Muqtadiroh, F.A., Nisafani, Alfabeta.
A.S. (2016). “Perancangan aplikasi
liva untuk mengurangi nomophobia Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
dengan pendekatan gamifikasi”, Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Jurnal Teknik ITS, 1,5, diunduh pada Bandung : Alfabeta.
tanggal 21 Desember 2016, dari
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/tekni Wahyuni, S. (2014). “Hubungan Antara
k/article/view/14420 Kepercayaan Diri dengan Kecemasan
Berbicara di Depan Umum pada
Reza. (2015). Makin Banyak Remaja di Asia Mahasiswa Psikologi”, 2, 1, e-journal
yang Kecanduan Smartphone. Psikologi, diunduh pada tanggal 21
Desember 2016 dari

60
Jurnal Psikologi Psibernetika
Vol. 10 No. 1 April 2017

http://ejournal.psikologi.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2014/04/JURNAL%2
0SRI%20WAHYUNI%20(04-16-14-
04-07-51).pdf

Yildirim, C. (2014). Exploring the


dimensions of nomophobia:
Developing and validating a
questionnaire using mixed methods
research, Graduate Thesis and
Disertations, diunduh pada tanggal 21
Desember 2016 dari
http://lib.dr.iastate.edu/cgi/viewconten
t.cgi?article=5012&context=etdArif,
I.S. (2006). Skizofrenia: Memahami
dinamika keluarga pasien. Bandung:
Refika Aditama.

61

You might also like