Professional Documents
Culture Documents
Program GASTIZI 1000 For Increasing Capacity of Posyandu Cadres
Program GASTIZI 1000 For Increasing Capacity of Posyandu Cadres
Program GASTIZI 1000 For Increasing Capacity of Posyandu Cadres
penimbangan. Pos Pelayanan Terpadu juga dan perkembangan yang kurang optimal, dan
memiliki peran dalam pendeteksian masalah dapat berakibat pada gangguan metabolisme
gizi pada anak. Namun, dalam menjalankan tubuh.4,9–11
perannya ada berbagai permasalahan yang Kecamatan Ngaringan merupakan salah
sering dihadapi oleh Posyandu, diantaranya satu kecamatan di Kabupaten Grobogan dengan
bahwa sebagian posyandu masih belum kasus kematian neonatal, kematian bayi dan
berfungsi dengan baik, sebagian besar kader balita yang tinggi di Kabupaten Grobogan.
belum mampu mandiri dan lebih dari separuh Kasus gizi buruk pada balita juga masih terjadi
jumlah posyandu di Indonesia tidak memiliki di wilayah tersebut.12 Selain itu, meskipun saat
peralatan memadai untuk pelaksanaan ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan
kegiatan. 1,2 Kurang berfungsinya Posyandu telah memiliki Aplikasi Pencatatan dan
dalam penjaringan dan deteksi masalah gizi Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat atau yang
seringkali disebabkan karena kemampuan disebut e-PPGBM. 13 Aplikasi tersebut belum
kader yang masih rendah. 3 optimal terlaksana di Desa Ngarap-arap
Deteksi masalah gizi oleh kader Posyandu Kecamatan Ngaringan karena akses internet dan
dilakukan melalui pengukuran antropometri jaringan yang masih sangat kurang di wilayah
Berat Badan (status gizi buruk, status gizi timur Kabupaten Grobogan ini.
kurang, status gizi baik, dan status gizi lebih). Hasil studi pendahuluan menunjukkan
Selain itu, pengukuran Tinggi Badan juga tidak adanya pengukuran tinggi badan di
diperlukan untuk mengukur status gizi stunting posyandu-posyandu, sehingga status gizi
yang ditandai dengan panjang/tinggi badan anak stunting pada balita tidak dapat terdeteksi sejak
kurang dari anak seusianya (PB/U atau TB/U < - dini melalui program Posyandu. Kader Posyandu
3 SD). 4,5 juga belum mengetahui istilah 1000 HPK dalam
Secara nasional, status gizi balita 0-59 pencegahan dan penanggulangan stunting. Hal
bulan dengan indeks TB/U menunjukkan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan,
persentase balita pendek dan sangat pendek di keterbatasan informasi, serta kurangnya sarana
Indonesia masih tinggi. Berdasarkan Hasil Riset dan prasarana.
Kesehatan Dasar Tahun 2018 diketahui Hasil penelitian pada tahun 2011 di Tegal,
persentase balita sangat pendek sebesar 11,5% Jawa Tengah menunjukkan bahwa ada
dan pendek sebesar 19,3%. Padahal, target perbedaan keterampilan kader posyandu dalam
persentase balita pendek dan sangat pendek pengukuran antropometri sebelum dan sesudah
adalah kurang dari 20%. Sedangkan pada balita pelatihan.14 Laporan lain di Banyumas
0-23 bulan persentase sangat pendek sebesar menyebutkan bahwa pelatihan pemantauan
7,1% dan pendek sebesar 14,6%.6 status gizi balita pada kader posyandu terbukti
Terkait stunting, pemerintah Indonesia telah dapat meningkatkan pengetahuan dan
telah memprakarsai “Gerakan 1000 Hari keterampilan kader tentang pemantauan status
Pertama Kehidupan (HPK)” 4,7 Seribu Hari gizi.15
Pertama Kehidupan (HPK) merupakan masa Program GASTIZI 1000 dilaksanakan
emas awal kehidupan yang berlangsung hanya dengan sasaran utama yaitu kader posyandu.
1000 hari yaitu masa kehamilan selama 270 hari Namun, belum diketahui efektivitas dari
hingga anak usia 2 tahun (730 hari).8 Seribu HPK program edukasi mengenai stunting dan
bertujuan untuk percepatan perbaikan gizi pada pencegahannya dalam periode 1000 HPK yang
masa balita untuk kehidupan di masa mendatang. diberikan kepada kader posyandu. Oleh karena
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
intervensi pada 1000 HPK akan menunjang efektivitas program pelatihan “Cegah Stunting
proses tumbuh kembang manusia sampai usia 2 dengan Perbaikan Gizi pada 1000 HPK
tahun secara efektif, sedangkan kegagalan (GASTIZI 1000)” dalam meningkatkan
tumbuh kembang pada periode 1000 HPK akan kapasitas kader posyandu di Desa Ngarap-
berakibat pada daya tahan tubuh anak yang arap, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten
lemah, cenderung kurang aktivitas, pertumbuhan Grobogan.
meningkat seiring dengan bertambahnya umur sisi lain mereka tidak pernah dipersyaratkan
sesorang karena pengalamannya juga akan untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan
meningkat. Selain itu, pada umur yang lebih yang memadai di bidang gizi dan kesehatan
muda biasanya seseorang akan lebih mudah untuk menjalankan tugasnya.17,19
dalam menerima stimulus karena belum Rata-rata kader juga memiliki tingkat
turunnya kapasitas kognitif dan fungsi pendidikan menengah ke bawah. Padahal,
perkembangan lainnya. Namun, dalam pendidikan, pengetahuan, dan motivasi terbukti
penelitian ini perbedaan umur diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap peran kader dalam
berdampak signifikan terhadap pengetahuan. upaya perbaikan gizi balita.20 Oleh karena itu,
Hal tersebut dikarenakan perbedaan rentang program yang ditujukan untuk meningkatkan
umur dalam penelitian ini tidak terpaut jauh, dan pengetahuan dan keterampilan akan sangat
rata-rata kader berumur antara 30-40 tahun bermanfaat bagi kader.
sehingga perbedaan penerimaan stimulus antar Program GASTIZI 1000 dalam penelitian
masing-masing juga tidak berbeda signifikan. ini berdampak terhadap peningkatan
Masing-masing wilayah dusun memiliki pengetahuan kader yang ditunjukkan dari hasil
karakteristik yang tidak berbeda sehingga uji statistik wilcoxon bahwa ada peningkatan
karakteristik kader posyandu dari keenam pengetahuan dan keterampilan kader setelah
wilayah dusun ini juga tidak berbeda signifikan. mengikuti program GASTIZI 1000 (p=0,001).
Program GASTIZI 1000 dilakukan Adanya peningkatan pengetahuan meliputi
meliputi kegiatan: 1) Edukasi Kader posyandu pengetahuan tentang ASI eksklusif, IMD,
mengenai Stunting; 2) Edukasi Kader posyandu pengenalan bentuk-bentuk MP-ASI, penyebab
mengenai Pentingnya Gizi pada 1000 Hari stunting, dampak dari stunting, pengukuran
Pertama Kehidupan (HPK); dan 3) Training panjang badan dan tinggi badan sebagai
Pemantauan Status Gizi Stunting dengan tikar indikator stunting, dan masa 1000 Hari Pertama
pertumbuhan. Edukasi memuat beberapa Kelahiran (HPK).
informasi kunci yaitu ASI eksklusif diberikan Hasil penelitian ini sesuai dengan laporan
selama 6 bulan, IMD, pengenalan bentuk-bentuk terdahulu di Posyandu Mawar, Kedungbanteng,
MP-ASI, penyebab dan dampak dari stunting, Banyumas yang melaporkan bahwa pelatihan
pengukuran panjang badan dan tinggi badan pemantauan status gizi balita pada kader
sebagai indikator stunting, dan masa 1000 Hari posyandu terbukti telah dapat meningkatkan
Pertama Kelahiran (HPK). pengetahuan dan keterampilan kader.15 Hasil
Berdasarkan hasil analisis univariat penelitian ini juga sesuai dengan penelitian lain
diketahui bahwa skor pengetahuan sebelum bahwa ada pengaruh pelatihan terhadap
program GASTIZI 1000 dilaksanakan rata-rata pengetahuan dan tindakan kader dalam menilai
51,8 dan setelah program rata-rata 61,5. Nilai dan memantau pertumbuhan balita.21
rata-rata skor pengetahuan meningkat sebesar Kader diharapkan dapat menjembatani
0,7 point. Selain itu terjadi pula peningkatan nilai antara petugas / ahli kesehatan dengan
minimum dan maksimum setelah program masyarakat serta membantu masyarakat
dilaksanakan dari 33,3 – 80,0 menjadi 40,0 – mengidentifikasi dan menghadapi / menjawab
100,0. kebutuhan kesehatan mereka sendiri. Kader
Rendahnya pengetahuan kader sebelum dapat membantu mobilisasi sumber daya
dilakukannya program sesuai hasil penelitian masyarakat, mengadvokasi masyarakat serta
terdahulu yang melaporkan bahwa kader secara membangun kemampuan lokal.17 Dengan
umum memiliki pengetahuan kurang dan tidak adanya peningkatan pengetahuan kader tentang
pernah mengikuti pelatihan. Padahal, tingkat stunting dan 1000 HPK melalui program
partisipasi masyarakat ke posyandu masih GASTIZI 1000 ini maka penyampaian informasi
tergantung pada keaktifan kader dalam kepada masyarakat luas juga akan lebih baik dan
mengingatkan tentang hari buka posyandu.18 lebih cepat.
Kader selama ini juga diharapkan dapat Keterampilan merupakan hasil dari
menjalankan peranannya dengan baik, tetapi di pelatihan yang dilakukan secara berulang,
berupa meningkatnya kemampuan teknis dari dengan perbaikan gizi pada periode 1000 Hari
seseorang. Peningkatan keterampilan dapat Pertama Kehidupan. Pengetahuan kader yang
dilihat dari peningkatan/progresivitas dari masih kurang dan perlu untuk ditingkatkan
kemampuan seseorang setelah mengikuti adalah mengenai penekanan masa growth spurt
kegiatan’aktivitas tertentu. Keterampilan dalam pada anak, bentuk makanan untuk pengenalan
penelitian ini dilihat dengan observasi dan MP-ASI, dampak jangka panjang stunting,
wawancara langsung pada subjek penelitian stunting tidak terjadi karena gen orang tua, serta
yang menunjukkan adanya peningkatan keterampilan kader dalam menentukan status
keterampilan kader posyandu dalam mengukur gizi anak (penentuan status gizi stunting masih
panjang badan dan tinggi badan balita serta perlu dilatih dan didampingi).
menentukan status gizi stunting pada balita (hasil Saran, diperlukan adanya penelitian
observasi). Keterampilan yang baik dalam lanjutan yang menggunakan pembanding
pemantauan Tinggi Badan balita termasuk dalam (kelompok kontrol) agar dampak dari program
faktor non finansial yang dapat mendorong dapat lebih terukur.
kinerja kader posyandu. 17,22
Keterampilan dalam penelitian ini dilihat
secara kualitatif karena berdasarkan hasil KEPUSTAKAAN
observasi dan wawancara. Akan tetapi, 1. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman
berdasarkan hasil wawancara, kader masih perlu Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta:
dibimbing dalam penentuan status gizi secara Departemen Kesehatan RI bekerjasama
cepat dan akurat. Cara menentukan status gizi dengan Kelompok Kerja Operasional
stunting pada balita menentukan kejelian dan Posyandu; 2006.
ketelitian dan perlu latihan serta pembiasaan
2. Kementerian Kesehatan RI. Buku Panduan
sehingga diharapkan dengan seringnya Kader Posyandu Direktorat Bina Gizi Menuju
keterampilan tersebut diaplikasikan maka kader Keluarga Sadar Gizi.; 2011.
akan semakin mahir. Namun, kader masih perlu 3. Sukiarko E. Pengaruh Pelatihan dengan
dibimbing oleh tenaga kesehatan (Bidan/Tenaga Metode Belajar Berdasarkan Masalah dalam
kesehatan lainnya dari Puskesmas). Kegiatan Kader Gizi Posyandu: Studi di
Selain pengetahuan dan juga motivasi, Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.
keterampilan kader posyandu merupakan salah Jurnal Media Medika Indonesia. 2007;3:103-
satu kunci keberhasilan sistem pelayanan di 147.
Posyandu. Keterampilan kader posyandu dalam 4. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
melaksanakan kegiatan posyandu akan Kemiskinan. 100 Kabupaten/Kota Prioritas
meningkatkan kepercayaan dan respon positif
Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). 1st
dari ibu balita yang datang ke posyandu, ed. Jakarta; 2017.
selanjutnya akan berdampak pada meningkatnya 5. Kemenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan
cakupan D/S balita di posyandu. Keterampilan
republik Inodnesia Nomor 1995/ Menkes/ SK/
dari kader posyandu juga akan meningkatkan XII/ 2010. Standar Antropometri Penilaian
kepercayaan diri dari kader serta membantu status Gizi. Kementerian Kesehatan RI. 2010.
kader dalam memecahkan berbagai 6. Kementerian Kesehatan. Riset Kesehatan
permasalahan yang dihadapi dalam Dasar 2018. 2018.
melaksanakan kegiatan posyandu. 7. Kementerian Kesejahteraan Rakyat. Pedoman
Perencanaan Program Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka
KESIMPULAN Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan
Program GASTIZI 1000 yang 1000 HPK).; 2013.
dilaksanakan di Desa Ngarap-arap Kabupaten 8. Kementerian kesehatan. Seribu hari untuk
Grobogan secara keseluruhan dapat negeri. Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Menuju Manusia Indonesia Tetap Prima. :1-
kader posyandu mengenai pencegahan stunting 24.
9. Grantham-McGregor S, Cheung YB, Cueto S, 17. Iswarawanti DN. Kader Posyandu: Peranan
Glewwe P, Richter L, Strupp B. dan Tantangan pemberdayaannya dalam
Developmental potential in the first 5 years for usaha peningkatan gizi anak di Indonesia.
children in developing countries. Lancet. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
2007;369(9555):60-70. doi:10.1016/S0140- 2010;13(04):169-173.
6736(07)60032-4. 18. Akbar MA, Kandarina BI, Gunawan IMA.
10. Grantham-McGregor S, Baker-Henningham Studi ketidakaktifan kader posyandu di
H. Review of the evidence linking protein and Wilayah Kerja Puskesmas Paramasan,
energy to mental development. Public Health Banjar, Kalimantan Selatan. Jurnal Gizi dan
Nutrition. 2005;8(7A):1191-1201.11. Dietetik Indonesia. 2015;3(1):60-67.
Lewit EM, Kerrebrock N. Population- 19. Hardiyanti R, Jus’at I, Angkasa D.
based growth stunting. The Future of Hubungan lama kerja menjadi kader,
Children. Children and Poverty. pengetahuan, pendidikan, pelatihan
2019;7(2):149-156. dengan presisi dan akurasi hasil
12. Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan. penimbangan berat badan balita oleh kader
Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan. Posyandu. AcTion: Aceh Nutrition
Grobogan; 2016. Journal. 2018;3(1):74-81.
13. Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat http://dx.doi.org/10.30867/action.v3i1.10
Jenderal Kesehatan Masyarakat. Buku 2
Panduan Pencatatan Dan Pelaporan Gizi 20. Kartika, Mufida N, Karmila, Marlina.
Berbasis Masyarakat (e-PPBGM). Sistem Factors Affecting Kader Role In
Informasi Gizi Terpadu. Jakarta: Achievement Nutrition Improvement In
Kementerian Kesehatan RI; 2017. Toddlers in. Jurnal Kesehatan Global.
14. M HF, Mardiana. Keterampilan kader 2018;1(2):45-51.
posyandu sebelum dan sesudah pelatihan. 21. Lubis Z, Syahri IM. Pengetahuan dan
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Tindakan Kader Posyandu dalam
2011;7(1):25-31. Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita.
15. Zaki I, Farida, Sari HP. Peningkatan Jurnal Kesehatan Masyarakat.
kapasitas kader posyandu melalui pelatihan 2015;11(1):65-73.
pemantauan status gizi balita. Jurnal 22. AL-Rahmad AH. Peningkatan Ketepatan
pengabdian kepada masyarakat. Kader Melalui Modul Pendamping KMS
2018;3(2):177-187. dalam Menginterpretasikan Hasil
16. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Dan Penimbangan Balita. Jukema (Jurnal
Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. Kesehatan Masyarakat Aceh). 2016;2(2).