Program GASTIZI 1000 For Increasing Capacity of Posyandu Cadres

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

P-ISSN : 2527-3310

Program GASTIGIZI 1000 dalam Meningkatkan Kapasitas Kader...


E-ISSN : 2548-5741
http://dx.doi.org/10.30867/action.v4i1.144 Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, Mei 2019 (4)1: 15-21

PROGRAM GASTIZI 1000 DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS KADER


POSYANDU
(Program GASTIZI 1000 for increasing capacity of posyandu cadres)
Rachma Purwanti1*
1
Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.
E-mail: rachmapurwanti@fk.undip.ac.id

Received: 21/1/2019 Accepted: 10/3/2019 Published online: 10/5/2019

ABSTRAK test design. This research was conducted during July –


August 2018. Topics presenting in the GASTIZI 1000
Kader Posyandu merupakan penggerak utama Upaya program are about Stunting and the nutritional
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). improvement at the 1000 days of life. Subjects are chosen
Program “Cegah Stunting dengan Perbaikan Gizi pada by the total sampling method (All of posyandu cadre at
1000 HPK (GASTIZI 1000)” bertujuan untuk Ngarap-arap village that are willingness to join the
meningkatkan kapasitas dari kader Posyandu di Desa GASTIZI 1000 program), 22 people from 6 Hamlet in
Ngarap-arap. Penelitian bertujuan untuk menganalisis Ngarap-arap village. Characteristic and cadre knowledge
efektifitas Program GASTIZI 1000 dalam meningkatkan were collected by pre test-post test questionnaire. Skill of
kapasitas kader posyandu. Penelitian berdesain quasi cadre to monitor the nutritional status of children was
experimental, dengan rancangan one group pre test-post collected by observation and interview. Data were
test design. Penelitian dilakukan selama bulan Juli – compiled by SPSS software. Then analyzed by univariate
Agustus 2018. Topik yang disampaikan dalam program and bivariate test with related samples wilcoxon signed
GASTIZI 1000 yaitu mengenai Stunting dan pentingnya rank test. The results showed the averaged score of cadres
gizi pada periode 1000 HPK. Subjek dipilih dengan knowledge before the GASTIZI 1000 program is 51,8 and
metode total sampling yaitu seluruh kader posyandu di after program is 61,5. Bivariate test shows an increased in
Desa Ngarap-arap yang bersedia mengikuti program cadres knowledge after program (p = 0,001). Conclusions,
GASTIZI 1000 HPK sebanyak 22 orang. Pengumpulan there was an increased in knowledge and skills of cadres
data karakteristik dan pengetahuan kader dilakukan about stunting and nutrition during 1000 days of life after
dengan instrumen kuesioner pre test-post test. Data following the program.
keterampilan kader dalam pemantauan status gizi stunting
pada balita dikumpulkan dengan observasi dan Keywords: GASTIZI 1000 program, stunting, 1000 days
wawancara terhadap subjek. Data diolah dengan software of life, capacity of posyandu cadres
SPSS. Selanjutnya data dianalisis dengan uji univariat dan
bivariat dengan related samples wilcoxon signed rank test.
Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya peningkatan
pengetahuan kader setelah diberikan program GASTIZI PENDAHULUAN
1000 (p=0,001). Kesimpulan, terdapat peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kader mengenai stunting Pos Pelayanan Terpadu yang dikelola dan
dan gizi 1000 HPK setelah mengikuti program GASTIZI. diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam pembangunan kesehatan
Kata kunci : 1000 HPK, kapasitas kader posyandu, merupakan ujung tombak dari pelayanan
program GASTIZI 1000, stunting kesehatan dasar di masyarakat.1,2 Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) merupakan suatu bentuk
ABSTRACT
dari Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Posyandu cadres are the main actor of UKBM. Masyarakat yang ada di tiap wilayah desa.
"Prevention of Stunting with Nutritional Improvement on
Pelaksana dari kegiatan Posyandu adalah kader
the 1000 days of life (GASTIZI 1000)” program has
purpose to increase the posyandu cadre capasity at posyandu yang berasal dari masyarakat
Ngarap-arap Village. This research aims to analyze the setempat dan bekerja secara sukarela.2
effectivity of GASTIZI 1000 program to improve the Pos Pelayanan Terpadu memiliki peran
capacity of the posyandu cadres. This research uses a dalam pemantauan status gizi dan tumbuh
quasi experimental approach with one group pre test-post
kembang balita melalui kegiatan
*
Penulis untuk korespondensi: rachmapurwanti@fk.undip.ac.id

Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 1, Mei 2019 15


Rachma Purwanti

penimbangan. Pos Pelayanan Terpadu juga dan perkembangan yang kurang optimal, dan
memiliki peran dalam pendeteksian masalah dapat berakibat pada gangguan metabolisme
gizi pada anak. Namun, dalam menjalankan tubuh.4,9–11
perannya ada berbagai permasalahan yang Kecamatan Ngaringan merupakan salah
sering dihadapi oleh Posyandu, diantaranya satu kecamatan di Kabupaten Grobogan dengan
bahwa sebagian posyandu masih belum kasus kematian neonatal, kematian bayi dan
berfungsi dengan baik, sebagian besar kader balita yang tinggi di Kabupaten Grobogan.
belum mampu mandiri dan lebih dari separuh Kasus gizi buruk pada balita juga masih terjadi
jumlah posyandu di Indonesia tidak memiliki di wilayah tersebut.12 Selain itu, meskipun saat
peralatan memadai untuk pelaksanaan ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan
kegiatan. 1,2 Kurang berfungsinya Posyandu telah memiliki Aplikasi Pencatatan dan
dalam penjaringan dan deteksi masalah gizi Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat atau yang
seringkali disebabkan karena kemampuan disebut e-PPGBM. 13 Aplikasi tersebut belum
kader yang masih rendah. 3 optimal terlaksana di Desa Ngarap-arap
Deteksi masalah gizi oleh kader Posyandu Kecamatan Ngaringan karena akses internet dan
dilakukan melalui pengukuran antropometri jaringan yang masih sangat kurang di wilayah
Berat Badan (status gizi buruk, status gizi timur Kabupaten Grobogan ini.
kurang, status gizi baik, dan status gizi lebih). Hasil studi pendahuluan menunjukkan
Selain itu, pengukuran Tinggi Badan juga tidak adanya pengukuran tinggi badan di
diperlukan untuk mengukur status gizi stunting posyandu-posyandu, sehingga status gizi
yang ditandai dengan panjang/tinggi badan anak stunting pada balita tidak dapat terdeteksi sejak
kurang dari anak seusianya (PB/U atau TB/U < - dini melalui program Posyandu. Kader Posyandu
3 SD). 4,5 juga belum mengetahui istilah 1000 HPK dalam
Secara nasional, status gizi balita 0-59 pencegahan dan penanggulangan stunting. Hal
bulan dengan indeks TB/U menunjukkan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan,
persentase balita pendek dan sangat pendek di keterbatasan informasi, serta kurangnya sarana
Indonesia masih tinggi. Berdasarkan Hasil Riset dan prasarana.
Kesehatan Dasar Tahun 2018 diketahui Hasil penelitian pada tahun 2011 di Tegal,
persentase balita sangat pendek sebesar 11,5% Jawa Tengah menunjukkan bahwa ada
dan pendek sebesar 19,3%. Padahal, target perbedaan keterampilan kader posyandu dalam
persentase balita pendek dan sangat pendek pengukuran antropometri sebelum dan sesudah
adalah kurang dari 20%. Sedangkan pada balita pelatihan.14 Laporan lain di Banyumas
0-23 bulan persentase sangat pendek sebesar menyebutkan bahwa pelatihan pemantauan
7,1% dan pendek sebesar 14,6%.6 status gizi balita pada kader posyandu terbukti
Terkait stunting, pemerintah Indonesia telah dapat meningkatkan pengetahuan dan
telah memprakarsai “Gerakan 1000 Hari keterampilan kader tentang pemantauan status
Pertama Kehidupan (HPK)” 4,7 Seribu Hari gizi.15
Pertama Kehidupan (HPK) merupakan masa Program GASTIZI 1000 dilaksanakan
emas awal kehidupan yang berlangsung hanya dengan sasaran utama yaitu kader posyandu.
1000 hari yaitu masa kehamilan selama 270 hari Namun, belum diketahui efektivitas dari
hingga anak usia 2 tahun (730 hari).8 Seribu HPK program edukasi mengenai stunting dan
bertujuan untuk percepatan perbaikan gizi pada pencegahannya dalam periode 1000 HPK yang
masa balita untuk kehidupan di masa mendatang. diberikan kepada kader posyandu. Oleh karena
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
intervensi pada 1000 HPK akan menunjang efektivitas program pelatihan “Cegah Stunting
proses tumbuh kembang manusia sampai usia 2 dengan Perbaikan Gizi pada 1000 HPK
tahun secara efektif, sedangkan kegagalan (GASTIZI 1000)” dalam meningkatkan
tumbuh kembang pada periode 1000 HPK akan kapasitas kader posyandu di Desa Ngarap-
berakibat pada daya tahan tubuh anak yang arap, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten
lemah, cenderung kurang aktivitas, pertumbuhan Grobogan.

16 Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 1, Mei 2019


Program GASTIGIZI 1000 dalam Meningkatkan Kapasitas Kader...

METODE dilaksanakan. Penyajian data hasil penelitian


dibuat dalam bentuk tabel.
Penelitian ini dilaksanakan dengan
pendekatan quasi experimental, dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
rancangan pre test-post test design. Subjek
dalam penelitian ini adalah seluruh kader Karakteristik subjek dalam penelitian ini
posyandu Desa Ngarap-arap, Kecamatan meliputi jenis kelamin, umur, dan tempat tinggal
Ngaringan, Kabupaten Grobogan yang (tabel 1). Seluruh subjek berjenis kelamin
mengikuti program pelatihan GASTIZI 1000 perempuan (100%). Sebanyak 54,5% subjek
yang diadakan oleh tim peneliti. Penelitian berumur lebih dari sama dengan 40 tahun dan
dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2018. 45,5% subjek lainnya berumur kurang dari 40
Subjek dipilih dengan metode total sampling tahun. Tempat tinggal subjek penelitian
yaitu seluruh kader posyandu yang bersedia berdasarkan asal dusun yaitu Dusun Kagok,
mengikuti program GASTIZI 1000 sebanyak Dusun Jetis, Dusun Tahunan, Dusun Brenggolo,
22 orang yang berasal dari 6 dusun di wilayah Dusun Krajan I dan Krajan II.
desa Ngartap-arap.
Pengumpulan data karakteristik dan Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
pengetahuan kader dilakukan dengan
instrumen kuesioner pre test-post test. Data Jumlah
keterampilan kader dalam pemantauan status Variabel
n %
gizi stunting pada balita dikumpulkan dengan Umur
observasi dan wawancara terhadap subjek. < 40 tahun 10 45,5
Media yang digunakan adalah slide power > 40 tahun 12 54,5
point, poster, dan tikar pertumbuhan anak. Alamat
Metode yang digunakan adalah ceramah, Dusun Kagok 3 13,6
simulasi, dan diskusi kelompok. Pembagian Dusun Jetis 3 13,6
kelompok didasarkan pada alamat tempat Dusun Tahunan 5 22,7
tinggal kader (per dusun). Dusun Brenggolo 3 13,6
Pengolahan data dilakukan dengan Dusun Krajan I 4 18,2
menggunakan software SPSS. Selanjutnya, Dusun Krajan 2 4 18,2
dilakukan analisis data secara deskriptif yaitu Total 22 100
analisis univariat (descriptive statistic) dan
analisis bivariat. Analisis bivariat yang Program GASTIZI 1000 yang dilakukan
digunakan adalah uji non parametrik karena meliputi kegiatan edukasi Kader posyandu
data tidak berdistribusi normal (Berdasarkan
mengenai Stunting, pentingnya Gizi pada 1000
hasil uji normalitas dengan saphiro wilk nilai p Hari Pertama Kehidupan (HPK), dan Training
< 0,05). Uji yang digunakan yaitu related Pemantauan Status Gizi Stunting dengan tikar
samples wilcoxon signed rank test yang pertumbuhan. Hasil analisis univariat
bertujuan untuk menguji apakah ada menunjukkan bahwa skor pengetahuan sebelum
perbedaan/peningkatan skor pengetahuan
program GASTIZI 1000 dilaksanakan terendah
sebelum dan setelah program GASTIZI 1000 adalah 33,3 dan skor tertingginya 80.

Tabel 2. Skor pengetahuan kader posyandu

Pengetahuan n Min. Maks. Rerata + Deviasi Nilai p


Sebelum program 22 33,3 80,0 51,8 + 10,3 0,001*
Setelah program 22 40,0 100,0 61,5 + 14,7
*Beda signifikan berdasarkan uji Wilcoxon (beda sebelum – setelah program)

Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 1, Mei 2019 17


Rachma Purwanti

Selanajutnya, setelah dilaksanakan individu.17 Namun, pengetahuan dan


program GASTIZI 1000 terjadi peningkatan keterampilan kader posyandu serta keterbatasan
pengetahuan subjek dengan skor terendah 40 dan sarana dan prasarana untuk pemantauan tinggi
skor tertingginya 100. Skor pengetahuan kader badan juga menjadi kendala sehingga status gizi
sebelum program rata-rata 51,8 dan setelah stunting pada balita tidak terdeteksi sejak dini. 1
program rata-rata 61,5. Hasil uji Wilcoxon (tabel Pemahaman serta keterampilan yang kurang
2) menunjukkan adanya peningkatan terutama tentang masalah gizi stunting dan
pengetahuan dan keterampilan kader setelah periode kritis kehidupan manusia untuk
diberikan program (p=0,001). Hasil penelitian pencegahan stunting yang dikenal dengan istilah
ini sesuai dengan penelitian terdahulu di 1000 HPK.
Posyandu Mawar, Kedungbanteng, Banyumas Kader posyandu merupakan anggota
yang melaporkan bahwa pelatihan pemantauan masyarakat yang bersedia, mampu, dan memiliki
status gizi balita pada kader posyandu terbukti waktu menyelenggarakan kegiatan posyandu
telah dapat meningkatkan pengetahuan dan secara sukarela. Demikian pula kader posyandu
keterampilan kader tentang pemantauan status di Desa Ngarap-arap, berasal dari anggota
gizi.15 masyarakat setempat dan bersedia bekerja secara
Hasil penelitian menunjukkan adanya sukarela untuk Upaya Kesehatan
peningkatan keterampilan kader posyandu dalam Bersumberdaya Masyarakat yaitu posyandu.2
mengukur panjang badan dan tinggi badan balita Kader posyandu memiliki tugas/peran yaitu: 1.
serta menentukan status gizi stunting pada balita Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan,
(hasil observasi pre-post). Akan tetapi, sarana dan prasarana Posyandu, 2.
berdasarkan hasil wawancara, kader masih perlu Melaksanakan pendaftaran, 3. Melaksanakan
dibimbing dalam penentuan status gizi secara penimbangan balita dan ibu hamil yang
cepat dan akurat. berkunjung ke Posyandu, 4. Mencatat hasil
Salah satu teori perubahan perilaku penimbangan di KMS atau buku KIA dan
Stimulus-Organisme-Respon dikemukakan oleh mengisi buku register Posyandu, 5. Modul
Skinner (1938) dan Holland (1953), menyatakan Pelatihan Sistem Informasi Posyandu, 6.
bahwa proses perubahan perilaku pada Melaksanakan penyuluhan kesehatan dan gizi
hakikatnya sama dengan proses belajar yang sesuai dengan hasil penimbangan serta
terdiri dari stimulus (rangsang) dan diberikan memberikan PMT, 7. Memberikan pelayanan
pada organisme dapat diterima atau ditolak. kesehatan dan KB sesuai dengan
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau kewenangannya, misalnya memberikan vitamin
ditolak (direspon) maka stimulus tersebut telah A, tablet besi, oralit, pil KB, kondom. Bila ada
efektif mempengaruhi perhatian individu. petugas kesehatan maka kegiatan kesehatan
Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari dilakukan bersama dengan petugas kesehatan,
organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus dan 8. Setelah selesai penimbangan bersama
ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. petugas kesehatan melengkapi pencatatan dan
Setelah itu organisme mengolah stimulus membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.1,2
tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk Berdasarkan hasil analisis data, tidak
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya ditemukan adanya perbedaan pengetahuan
(perubahan perilaku).16 antara subjek yang berumur kurang dari 40 tahun
Berkaitan dengan permasalahan kesehatan maupun lebih dari 40 tahun. Umur mempunyai
yang terjadi di Desa Ngarap-arap, perubahan kaitan erat dengan tingkat kedewasaan serta
perilaku sehat diharapkan dapat dimulai dari kematangan dari seseorang. Kedewasaan ini
komitmen Kader Posyandu untuk memajukan meliputi kedewasaan teknis dan psikologis.
UKBM. Adanya pelatihan untuk meningkatkan Kedewasaan akan meningkat seiring dengan
keterampilan yang bernilai merupakan faktor meningkatnya pengalaman seseorang. Hal ini
non finansial yang mendorong kader secara menunjukkan bahwa kedewasaan akan

18 Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 1, Mei 2019


Pemberian MP-ASI Dini dengan Status Gizi...

meningkat seiring dengan bertambahnya umur sisi lain mereka tidak pernah dipersyaratkan
sesorang karena pengalamannya juga akan untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan
meningkat. Selain itu, pada umur yang lebih yang memadai di bidang gizi dan kesehatan
muda biasanya seseorang akan lebih mudah untuk menjalankan tugasnya.17,19
dalam menerima stimulus karena belum Rata-rata kader juga memiliki tingkat
turunnya kapasitas kognitif dan fungsi pendidikan menengah ke bawah. Padahal,
perkembangan lainnya. Namun, dalam pendidikan, pengetahuan, dan motivasi terbukti
penelitian ini perbedaan umur diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap peran kader dalam
berdampak signifikan terhadap pengetahuan. upaya perbaikan gizi balita.20 Oleh karena itu,
Hal tersebut dikarenakan perbedaan rentang program yang ditujukan untuk meningkatkan
umur dalam penelitian ini tidak terpaut jauh, dan pengetahuan dan keterampilan akan sangat
rata-rata kader berumur antara 30-40 tahun bermanfaat bagi kader.
sehingga perbedaan penerimaan stimulus antar Program GASTIZI 1000 dalam penelitian
masing-masing juga tidak berbeda signifikan. ini berdampak terhadap peningkatan
Masing-masing wilayah dusun memiliki pengetahuan kader yang ditunjukkan dari hasil
karakteristik yang tidak berbeda sehingga uji statistik wilcoxon bahwa ada peningkatan
karakteristik kader posyandu dari keenam pengetahuan dan keterampilan kader setelah
wilayah dusun ini juga tidak berbeda signifikan. mengikuti program GASTIZI 1000 (p=0,001).
Program GASTIZI 1000 dilakukan Adanya peningkatan pengetahuan meliputi
meliputi kegiatan: 1) Edukasi Kader posyandu pengetahuan tentang ASI eksklusif, IMD,
mengenai Stunting; 2) Edukasi Kader posyandu pengenalan bentuk-bentuk MP-ASI, penyebab
mengenai Pentingnya Gizi pada 1000 Hari stunting, dampak dari stunting, pengukuran
Pertama Kehidupan (HPK); dan 3) Training panjang badan dan tinggi badan sebagai
Pemantauan Status Gizi Stunting dengan tikar indikator stunting, dan masa 1000 Hari Pertama
pertumbuhan. Edukasi memuat beberapa Kelahiran (HPK).
informasi kunci yaitu ASI eksklusif diberikan Hasil penelitian ini sesuai dengan laporan
selama 6 bulan, IMD, pengenalan bentuk-bentuk terdahulu di Posyandu Mawar, Kedungbanteng,
MP-ASI, penyebab dan dampak dari stunting, Banyumas yang melaporkan bahwa pelatihan
pengukuran panjang badan dan tinggi badan pemantauan status gizi balita pada kader
sebagai indikator stunting, dan masa 1000 Hari posyandu terbukti telah dapat meningkatkan
Pertama Kelahiran (HPK). pengetahuan dan keterampilan kader.15 Hasil
Berdasarkan hasil analisis univariat penelitian ini juga sesuai dengan penelitian lain
diketahui bahwa skor pengetahuan sebelum bahwa ada pengaruh pelatihan terhadap
program GASTIZI 1000 dilaksanakan rata-rata pengetahuan dan tindakan kader dalam menilai
51,8 dan setelah program rata-rata 61,5. Nilai dan memantau pertumbuhan balita.21
rata-rata skor pengetahuan meningkat sebesar Kader diharapkan dapat menjembatani
0,7 point. Selain itu terjadi pula peningkatan nilai antara petugas / ahli kesehatan dengan
minimum dan maksimum setelah program masyarakat serta membantu masyarakat
dilaksanakan dari 33,3 – 80,0 menjadi 40,0 – mengidentifikasi dan menghadapi / menjawab
100,0. kebutuhan kesehatan mereka sendiri. Kader
Rendahnya pengetahuan kader sebelum dapat membantu mobilisasi sumber daya
dilakukannya program sesuai hasil penelitian masyarakat, mengadvokasi masyarakat serta
terdahulu yang melaporkan bahwa kader secara membangun kemampuan lokal.17 Dengan
umum memiliki pengetahuan kurang dan tidak adanya peningkatan pengetahuan kader tentang
pernah mengikuti pelatihan. Padahal, tingkat stunting dan 1000 HPK melalui program
partisipasi masyarakat ke posyandu masih GASTIZI 1000 ini maka penyampaian informasi
tergantung pada keaktifan kader dalam kepada masyarakat luas juga akan lebih baik dan
mengingatkan tentang hari buka posyandu.18 lebih cepat.
Kader selama ini juga diharapkan dapat Keterampilan merupakan hasil dari
menjalankan peranannya dengan baik, tetapi di pelatihan yang dilakukan secara berulang,

Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 1, Mei 2019 19


Rachma Purwanti

berupa meningkatnya kemampuan teknis dari dengan perbaikan gizi pada periode 1000 Hari
seseorang. Peningkatan keterampilan dapat Pertama Kehidupan. Pengetahuan kader yang
dilihat dari peningkatan/progresivitas dari masih kurang dan perlu untuk ditingkatkan
kemampuan seseorang setelah mengikuti adalah mengenai penekanan masa growth spurt
kegiatan’aktivitas tertentu. Keterampilan dalam pada anak, bentuk makanan untuk pengenalan
penelitian ini dilihat dengan observasi dan MP-ASI, dampak jangka panjang stunting,
wawancara langsung pada subjek penelitian stunting tidak terjadi karena gen orang tua, serta
yang menunjukkan adanya peningkatan keterampilan kader dalam menentukan status
keterampilan kader posyandu dalam mengukur gizi anak (penentuan status gizi stunting masih
panjang badan dan tinggi badan balita serta perlu dilatih dan didampingi).
menentukan status gizi stunting pada balita (hasil Saran, diperlukan adanya penelitian
observasi). Keterampilan yang baik dalam lanjutan yang menggunakan pembanding
pemantauan Tinggi Badan balita termasuk dalam (kelompok kontrol) agar dampak dari program
faktor non finansial yang dapat mendorong dapat lebih terukur.
kinerja kader posyandu. 17,22
Keterampilan dalam penelitian ini dilihat
secara kualitatif karena berdasarkan hasil KEPUSTAKAAN
observasi dan wawancara. Akan tetapi, 1. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman
berdasarkan hasil wawancara, kader masih perlu Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta:
dibimbing dalam penentuan status gizi secara Departemen Kesehatan RI bekerjasama
cepat dan akurat. Cara menentukan status gizi dengan Kelompok Kerja Operasional
stunting pada balita menentukan kejelian dan Posyandu; 2006.
ketelitian dan perlu latihan serta pembiasaan
2. Kementerian Kesehatan RI. Buku Panduan
sehingga diharapkan dengan seringnya Kader Posyandu Direktorat Bina Gizi Menuju
keterampilan tersebut diaplikasikan maka kader Keluarga Sadar Gizi.; 2011.
akan semakin mahir. Namun, kader masih perlu 3. Sukiarko E. Pengaruh Pelatihan dengan
dibimbing oleh tenaga kesehatan (Bidan/Tenaga Metode Belajar Berdasarkan Masalah dalam
kesehatan lainnya dari Puskesmas). Kegiatan Kader Gizi Posyandu: Studi di
Selain pengetahuan dan juga motivasi, Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.
keterampilan kader posyandu merupakan salah Jurnal Media Medika Indonesia. 2007;3:103-
satu kunci keberhasilan sistem pelayanan di 147.
Posyandu. Keterampilan kader posyandu dalam 4. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
melaksanakan kegiatan posyandu akan Kemiskinan. 100 Kabupaten/Kota Prioritas
meningkatkan kepercayaan dan respon positif
Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). 1st
dari ibu balita yang datang ke posyandu, ed. Jakarta; 2017.
selanjutnya akan berdampak pada meningkatnya 5. Kemenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan
cakupan D/S balita di posyandu. Keterampilan
republik Inodnesia Nomor 1995/ Menkes/ SK/
dari kader posyandu juga akan meningkatkan XII/ 2010. Standar Antropometri Penilaian
kepercayaan diri dari kader serta membantu status Gizi. Kementerian Kesehatan RI. 2010.
kader dalam memecahkan berbagai 6. Kementerian Kesehatan. Riset Kesehatan
permasalahan yang dihadapi dalam Dasar 2018. 2018.
melaksanakan kegiatan posyandu. 7. Kementerian Kesejahteraan Rakyat. Pedoman
Perencanaan Program Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka
KESIMPULAN Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan
Program GASTIZI 1000 yang 1000 HPK).; 2013.
dilaksanakan di Desa Ngarap-arap Kabupaten 8. Kementerian kesehatan. Seribu hari untuk
Grobogan secara keseluruhan dapat negeri. Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Menuju Manusia Indonesia Tetap Prima. :1-
kader posyandu mengenai pencegahan stunting 24.

20 Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 1, Mei 2019


Pemberian MP-ASI Dini dengan Status Gizi...

9. Grantham-McGregor S, Cheung YB, Cueto S, 17. Iswarawanti DN. Kader Posyandu: Peranan
Glewwe P, Richter L, Strupp B. dan Tantangan pemberdayaannya dalam
Developmental potential in the first 5 years for usaha peningkatan gizi anak di Indonesia.
children in developing countries. Lancet. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
2007;369(9555):60-70. doi:10.1016/S0140- 2010;13(04):169-173.
6736(07)60032-4. 18. Akbar MA, Kandarina BI, Gunawan IMA.
10. Grantham-McGregor S, Baker-Henningham Studi ketidakaktifan kader posyandu di
H. Review of the evidence linking protein and Wilayah Kerja Puskesmas Paramasan,
energy to mental development. Public Health Banjar, Kalimantan Selatan. Jurnal Gizi dan
Nutrition. 2005;8(7A):1191-1201.11. Dietetik Indonesia. 2015;3(1):60-67.
Lewit EM, Kerrebrock N. Population- 19. Hardiyanti R, Jus’at I, Angkasa D.
based growth stunting. The Future of Hubungan lama kerja menjadi kader,
Children. Children and Poverty. pengetahuan, pendidikan, pelatihan
2019;7(2):149-156. dengan presisi dan akurasi hasil
12. Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan. penimbangan berat badan balita oleh kader
Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan. Posyandu. AcTion: Aceh Nutrition
Grobogan; 2016. Journal. 2018;3(1):74-81.
13. Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat http://dx.doi.org/10.30867/action.v3i1.10
Jenderal Kesehatan Masyarakat. Buku 2
Panduan Pencatatan Dan Pelaporan Gizi 20. Kartika, Mufida N, Karmila, Marlina.
Berbasis Masyarakat (e-PPBGM). Sistem Factors Affecting Kader Role In
Informasi Gizi Terpadu. Jakarta: Achievement Nutrition Improvement In
Kementerian Kesehatan RI; 2017. Toddlers in. Jurnal Kesehatan Global.
14. M HF, Mardiana. Keterampilan kader 2018;1(2):45-51.
posyandu sebelum dan sesudah pelatihan. 21. Lubis Z, Syahri IM. Pengetahuan dan
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Tindakan Kader Posyandu dalam
2011;7(1):25-31. Pemantauan Pertumbuhan Anak Balita.
15. Zaki I, Farida, Sari HP. Peningkatan Jurnal Kesehatan Masyarakat.
kapasitas kader posyandu melalui pelatihan 2015;11(1):65-73.
pemantauan status gizi balita. Jurnal 22. AL-Rahmad AH. Peningkatan Ketepatan
pengabdian kepada masyarakat. Kader Melalui Modul Pendamping KMS
2018;3(2):177-187. dalam Menginterpretasikan Hasil
16. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Dan Penimbangan Balita. Jukema (Jurnal
Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. Kesehatan Masyarakat Aceh). 2016;2(2).

Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 1, Mei 2019 21

You might also like