Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Bahasa Sebagai Simbolisasi Mempertahankan Kekuasaan

Nur Sofyan
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP Angkatan VI
Email : sovian_20070530125@yahoo.com

Abstract
The language has an important role in a power. The relation of language and power had existed centu-
ries ago. Language not only reflects the social status, but more than that. The language is used as the symbol
of maintaining power. World leaders use the speech as a tool to legitimize power. This is apparent from the
order of the sentences and the way they played a series of issues in his speech. As it was done by President,
State leaders or a King. Power requires its own way to maintain legitimacy. So the language is viewed can be
used as a tool and a symbol of maintaining power. In Javanese language used as a means to differentiate the
social classes among the nobility and common people. Blatantly disrespectful language should only be used
by those who are included on the nobility. As for the political scene and domination, the language used by
President Bush in an effort justification of effort in Kuwait attack upon himself and his allies. While President
Susilo Bambang Yudhoyono used a speech to the language to clarify the truth of the case of Century Bank.
This was done as an attempt to preserve his power by giving information about the sat question. This article
truly wanted to give an explanation on the application form of the language as a symbol of the mass and re-
tain power. Through a series of speeches a leader can play a social issue. At the end of this article the author
created to provide shared understanding that the potential of the language and symbols of power have been
known to the authorities in maintaining his rule until this time.

Keywords : language, symbol, power

Abstraksi :
Bahasa memiliki peranan penting dalam sebuah kekuasaan. Relasi bahasa dan kekuasaan telah ada
berabad yang lalu. Bahasa tidak hanya mencerminkan status sosial belaka, tetapi lebih dari itu, bahasa di-
gunakan sebagai simbol mempertahankan kekuasaan. Para pemimpin dunia menggunakan pidato sebagai
alat untuk melegitimasi kekuasaan. Hal ini terlihat dari susunan kalimat dan cara mereka memainkan isu
dalam serangkaian pidatonya. Sebagaimana hal tersebut dilakukan oleh presiden, pemimpin negara ataupun
seorang raja. Kekuasaan membutuhkan cara tersendiri untuk mempertahankan legitimasinya. Sehingga ba-
hasa dipandang dapat digunakan sebagai alat sekaligus simbol mempertahankan kekuasaan. Bahasa dalam
suku Jawa digunakan sebagai sarana untuk membedakan kelas sosial antara kaum bangsawan dengan rakyat
biasa. Nampak jelas bahasa sopan hanya boleh digunakan oleh mereka yang termasuk pada kaum bang-
sawan. Adapun didalam percaturan politik dan dominasi kekuasaan, bahasa digunakan oleh Presiden Bush
dalam upaya pembenaran atas upaya penyerangan di Kuwait atas dirinya dan sekutunya. Sedangkan pres-
iden Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan bahasa pidatonya untuk mengklarifikasi kebenaran kasus
Bank Century. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan kekuasaannya dengan memberikan
informasi tentang duduk persoalan yang sesungguhnya. Artikel ini sesungguhnya ingin memberikan penjela-
san mengenai bentuk aplikasi bahasa sebagai simbol mempertahankan kekuasaan pada massa lalu. Melalui
serangkaian pidato seorang pemimpin bisa memainkan sebuah isu sosial. Pada akhirnya artikel ini penulis
buat untuk memberikan pemahaman bersama bahwa potensi bahasa dan simbol kekuasaan telah diketahui
para penguasa dalam mempertahankan kekuasaannya sampai detik ini.

Kata kunci: bahasa, simbol, kekuasaan.

75
JURNAL INTERAKSI, Vol III No.1, Januari 2014 : 75-84

Pendahuluan golongan apapun, diizinkan untuk berbicara dengan


Sebagaimana kekuasaan di masa lalu, bahasa atasannya dalam bahasa daerah atau sehari hari”. Ini
menjadi bagian penting dalam membedakan domina- menandakan ada aturan kebahasaan yang mewajibkan
si kekuasaan. Dominasi kekuasaan ini nampak pada bagi kaum biasa untuk menggunakan bahasa sopan
penggunaan bahasa tertentu dalam mengukuhkan ketika berkomunikasi dengan atasannya utamanya
status kekuasaan atas bangsa atau penguasa dalam dengan kaum bangsawan. Bahasa sehari-hari dalam
lingkup sosial. Sehingga terjadi pembentukan per- tatanan suku Jawa hanya boleh digunakan bagi orang-
sepsi mengenai penggunaan bahasa sebagai simbol orang yang lebih rendah dan tidak berpendidikan.
pembeda kekuasaan dalam lingkup kehidupan sos- Perihal penggunaan bahasa sopan di atas menan-
ial. Hal ini dilakukan untuk membedakan kekuasaan dakan konstruksi dan dominasi atas kaum bangsawan
kaum bangsawan/kaum intelektual dengan masyara- terhadap kaum biasa di dalam suku Jawa. Rakyat
kat biasa. Bahasa bukan sekedar sebagai alat perekat biasa dan tidak berpendidikan tidak diperkenankan
komunikasi, namun lebih dari itu, yaitu sebagai alat menggunakan bahasa sehari-hari dalam berkomuni-
melegitimasi kekuasaan. Bahasa mampu menjadi alat kasi dengan atasannya sebagai kaum bangsawan. Se-
efektif dalam pembentukan kekuasaan, utamanya di- hingga bahasa dalam pandangan ini digunakan untuk
gunakan dalam menandai dominasi kaum dominan di mengukuhkan kedudukan seseorang dalam strata sos-
dalam kekuasaan. ial. Sehingga tampak sang penguasa yang didominasi
Sejarah mengenai penggunaan bahasa sebagai kaum bangsawan dalam struktur sosial suku Jawa.
alat untuk menandai kekuasaan salah satunya dapat Penggunaan bahasa sebagai simbol mempertah-
diruntut dari penggunaan bahasa sopan dalam suku ankan kekuasaan menandakan bahwa bahasa adalah
Jawa. Penggunaan bahasa sopan menegaskan domi- modal sosial yang menentukan kapasitas seseorang
nasi kaum bangsawan terhadap rakyat jelata dapat dalam ranah kehidupan sosial. Sebagaimana ilus-
dilihat dari catatan-catatan yang disampaikan oleh trasi yang digambarkan oleh Thomas Stamford Raf-
Thomas Stamford Rafles dalam bukunya The History les tersebut, penggunaan bahasa sebagai cara untuk
of Java. Ia mengatakan bahwa: memperoleh keuntungan politik, sosial, ekonomi juga
“Tidak ada gambaran dalam bahasa yang lebih digunakan para penganut Mazhab Sofisme. Hal ini
pantas untuk dilihat, daripada perbedaan dialeg, sesuai dengan penjelasan mengenai penggunaan ba-
atau perbedaan antara bahasa sehari-hari, dan apa hasa sebagai modal sosial kekuasaan oleh penganut
yang disebut sebagai bahasa sopan atau bahasa mazhab tersebut. Pernyatan ini disampaikan oleh Mu-
kehormatan. Batas yang digariskan dalam bahasa ridan S. Widjojo dan Mashudi Noorsalim dalam bu-
Jawa sangat jelas, antara kelas sosial yang tinggi kunya “Bahasa Negara Versus Bahasa Gerakan Ma-
dan yang rendah, yang tidak ada catatan untuk hasiswa”. Kedua penulis ini mengemukakan bahwa:
siapapun, dari golongan apapun, diizinkan untuk “Secara historis, keberadaan bahasa sebagai alat
berbicara dengan atasannya dalam bahasa daerah untuk mempengaruhi seseorang/kelompok telah
atau bahasa sehari-hari. Bahasa sehari-hari terse- muncul sejak jaman Yunani (5 abad sebelum
but digunakan oleh orang-orang yang lebih ren- masehi). Mazhab Soffisme telah memanfaatkan
dah dan tidak berpendidikan, dimana kelas ma- bahasa sebagai cara untuk memperoleh keun-
syarakat yang lebih tinggi tidak mengenalnya.” tungan sosial, politik dan ekonomi. Pada saat itu
(Raffles, 2008: 259). muncul kesadaran bahwa kepandaian berbahasa
dapat dipandang sebagai modal sosial seseorang
Pernyatan yang dituliskan oleh Thomas Stam- untuk menentukan status sosialnya dalam ma-
ford Rafles memberikan pemahaman mengenai peng- syarakat. Semakin tinggi kemampuan berbahasa
gunaan bahasa sopan dalam struktur dialektika dalam seseorang semakin tinggi penghargaan masyara-
suku Jawa. Bahasa sopan digunakan oleh kaum yang kat terhadapnya. Kemampuan bahasa disamakan
mempunyai status sosial yang tinggi dalam masyara- dengan kemampuan intelektual seseorang, pada
kat. Bahasa sopan menandakan perbedaan struktur akhirnya berpengaruh besar pada kekuasaan
kelas sosial, antara kaum bangsawan dengan kelas yang akan dimilikinya” (Widjojo & Noorsalim,
rendah. Bahasa sopan digunakan oleh kaum rendah 2004: 2).
dalam komunikasinya dengan kaum bangsawan. Bah-
kan kata-kata “tidak ada catatan untuk siapapun, dari Pernyataan di atas memberikan pemahaman
bahwa dalam struktur penduduk suku Jawa maupun
76
Nur Sofyan, Bahasa Sebagai Simbolisasi Mempertahankan Kekuasaan

penganut mazhab Soffisme telah menggunakan ba- konteks ini, bahasa lebih menunjukkan kekua-
hasa sebagai simbol atau tanda kekuasaan. Hal ini saan simbolik. Dalam buku Language and Sym-
didasarkan pada fakta di penggunaan bahasa sopan bolic Power, Bourdieu menyatakan bahwa kekua-
atas, bahasa sopan dalam suku Jawa dikonstruksikan saan simbolik merupakan suatu kekuasaan untuk
untuk mengukuhkan kekuasaannya sebagai kaum mengkrontruksi realitas melalui apa yang disebut
bangsawan yang mempunyai kekuasaan dan tingkat dengan tatanan genoseological, yaitu pemaknaan
pendidikan yang baik. Sehingga masyarakat tidak di- yang paling dekat mengenai dunia sosial suatu ke-
perkenankan menggunakan bahasa sehari-hari dalam lompok/orang. Disini, simbol-simbol dipandang
melakukan komunikasi dengan kaum bangsawan. sebagai instrumen pengetahuan dan komunikasi
Selain membedakan dari faktor pendidikan yang yang memungkinkan terciptanya suatu konsen-
berpengaruh pada status sosial. Bahasa sopan meng- sus mengenai makna dan dunia sosial. Tentunya,
gambarkan tingkat kekuasaan, kebangsawanan, dan hal ini dilakukan dengan melakukan pemaksaan
tingkat pendidikan yang tinggi pada suku Jawa. terhadap kelas subdominan, yang secara funda-
Sedangkan tinjauan Mazhab Soffisme tersebut mental akan memberi kontribusi bagi terciptanya
memberikan pemahaman bahwa kesadaran untuk reproduksi tatanan sosial yang diinginkan oleh
menggunakan bahasa sebagai tujuan kekuasan adalah suatu kelas yang dominan” (dalam Widjojo &
tujuan dari mazhab ini. Setidaknya penganut paham Noorsalim, 2004: 11).
ini menyadari bahwa bahasa adalah modal sosial yang
akan menentukan kekuasaan mereka baik dalam segi Definisi di atas memberikan pemahaman akan
ekonomi, sosial ataupun politik. Sehingga konstruksi penggunaan bahasa sebagai simbol sekaligus cara un-
sosial yang diinginkan adalah penghargaan atas sta- tuk menuju satu kekuasaan. Ini merupakan satu fakta
tus sosial dalam sebuah relasi sosial atau kekuasaan bahwa di dalam setiap sistem sosial atau relasi sosial
dalam ranah sosial. terdapat tujuan tertentu yaitu kekuasaan. Di setiap rela-
si itulah juga memungkinkan terjadinya pertarungan-
Pembahasan pertarungan yang tidak lain adalah untuk mendapat-
Bahasa dan Simbol Kekuasaan kan hal tersebut. Bahasa dalam konteks relasi sosial
tidak memandang kesamaan antara aturan dengan
Setelah mengetahui sejarah penggunaan bahasa aturan main penggunaan bahasa tersebut. Menjadi
dalam konstruksi kekuasaan masa lalu. Pada bagian hal yang penting dalam konteks ini adalah tujuan dan
kedua peneliti ingin sampaikan kaitan bahasa dan makna penggunaan bahasa yang lebih menunjukkan
simbol kekuasaan. Melalui pemahaman terhadap ba- kekuasaan simbolik.
hasa dan simbol kekuasaan diharapkan mampu meli- Kekuasaan simbolik atas penggunaan bahasa
hat kekuasaan simbolik bahasa pada tatanan praktis merupakan bentuk kekuasaan untuk mengkonstruksi
pada bagian berikutnya. Kajian ini diharapkan mam- realitas melalui pemaknaan yang paling dekat dengan
pu menjadi petunjuk untuk menjelaskan logika baha- kehidupan sosial/kelompok atau seseorang. Perspe-
sa sebagai simbol kekuasaan. Utamanya fungsi kerja ktif ini lebih menekankan bahwa bahasa tidak hanya
bahasa dalam konteks mempertahankan kekuasaan. sebagai cara komunikasi dalam dunia sosial. Namun
Sebagaimana pokok bahasan tersebut, peneliti lebih dari itu bahasa dapat digunakan untuk meng-
paparkan mengenai bahasa dan simbol kekuasan oleh konstruksi realitas melalui pemaknaan dunia sosial.
Muridan S. Widjojo dalam bukunya “Bahasa Negara Fenomena ini dapat dilihat dari konstruksi atas baha-
versus Bahasa Gerakan Mahasiswa” yang mengutip sa sopan yang dikonstruksikan oleh para bangsawan
pernyataan Pierre Bourdieu sebagai berikut: dalam suku Jawa. Pemaknaan atas lingkup kehidupan
“Pierre Bourdieu memandang bahwa kekuasaan sosial yang masih lekat dengan kehidupan kerajaan.
merupakan tujuan utama dalam setiap relasi so- Kehidupan yang mengenal struktur sosial dalam tata
sial. Setiap relasi sosial, selalu terdapat perta- kehidupan dan relasi sosial, misalnya golongan ma-
rungan-pertarungan yang tujuan akhirnya adalah syarakat biasa, bangsawan, atau dalam konteks Jawa
memperoleh kekuasaan. Dalam konteks relasi dikatakan sebagai priayi. Tujuan dari konstruksi tidak
sosial, bahasa memiliki sifat language arbitra- lain untuk mengukuhkan pengakuan atas kaum bang-
ty, yaitu tidak adanya persamaan antara aturan sawan yang mempunyai tingkat pendidikan yang baik
gramatikal dengan maknanya, namun yang lebih dan kekuasaan atas bawahannya.
penting adalah tujuan dari makna tersebut. Dalam Jika dicermati, pemaksaan terhadap kaum sub-
77
JURNAL INTERAKSI, Vol III No.1, Januari 2014 : 75-84

ordinat pada masa itu, bahwa kaum dominan (bang- tahankan kekuasaan dapat dilihat dari penggunaan
sawan) tidak mengijinkan kaum subordinat berkomu- bahasa oleh para aktor pemegang kekuasaan dalam
nikasi dengan atasan dengan bahasa sehari-hari. Ini mengendalikan jalannya kekuasaan. Tidak hanya itu
menandakan bahwa pemaksaan terhadap kaum sub- bahasa mampu dijadikan alat untuk mengalihkan isu-
ordinat secara fundamental memberikan kontribusi isu yang bisa membahayakan penguasa. Hal ini dapat
bagi terciptanya reproduksi tatanan sosial yang di- dilihat dari cara politisi dalam membenarkan kepu-
inginkan. Utamanya adalah reproduksi tatanan sosial tusan terhadap suatu kebijakan yang telah diambil.
yang diinginkan kaum bangsawan suku Jawa melalui Sekalipun hal tersebut adalah hal yang kontrofersial
penggunaan bahasa sopan dalam membedakan status dikalangan publik yang terdominasi, pembenaran atas
sosial dan kekuasaan. kasus tertentu dapat dilakukan melalui bahasa.
Peran bahasa dalam konstruksi pengakuan Bahasa sebagai pengendali pikiran dan keso-
kedudukan dan kehormatan tersebut memberikan panan politik setidaknya menjadi sebuah kajian yang
pemahaman bagi peneliti mengenai ungkapan Pierre patut di pelajari. Hal ini sebagai bagian dari peng-
Bourdieu yang disampaikan oleh Richard Jenkins gunaan bahasa dalam tataran kekuasaan, terutama
dalam bukunya yang berjudul “Membaca pikiran sebagai simbol mempertahankan kekuasaan. Seb-
Pierre Bourdieu”. Jenkins memaparkan pemikiran agaimana pendapat George Orwell yang dipaparkan
Bourdieu yang memberikan pemahaman mengenai oleh Linda Thomas & Shan Wareing dalam bukunya
kebudayaan, status dan kehormatan dan manfaat ba- yang berjudul “Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan”
hasa. Ia mengatakan bahwa: Ia mengatakan bahwa:
“Status sosial meliputi praksis yang menekankan “Bahasa politik sebagian besar terdiri dari eufi-
dan menunjukkan kehormatan dan perbedaan misme, pendapat-pendapat yang patut dipertan-
budaya yang merupakan ciri krusial dari semua yakan dan ungkapan-ungkapan yang tidak jelas.
stratifikasi sosial. Status bisa saja dikonsepkan Bahasa dari kalangan politik dan ini mencakup
sebagai gaya hidup, yaitu sebagai totalitas prak- semua partai politik mulai dari kaum Konservatif
tik kultural seperti pakaian, turunan dan watak sampai Anarkis dirancang untuk membuat dusta
badani. Sementara status berkaitan dengan peng- kedengarannya benar dan membuat pembunuhan
hargaan politis dan lokasi legal di dalam masyara- kedengarannya mulia, serta membuat omong ko-
kat sipil. Status juga termasuk dalam beberapa song kedengarannya meyakinkan” (dalam Thom-
aspek, merupakan suatu gaya” ( dalam Richard as & Wareing, 2007: 63).
Jenskins, 2010: 198).
Pernyataan dari Orwell tersebut memberikan
Pernyataan di atas jika dihubungkan dengan pemahaman mengenai penggunaan bahasa dikalan-
contoh penggunaan bahasa sopan dalam suku Jawa gan politisi atau pemegang kekuasaan dalam mem-
dan pandangan mengenai bahasa dan kekuasaan sim- benarkan kebijakannya. Bahasa digunakan sebagai
bolis maka dapat ditarik garis merah. Status sosial di- simbol untuk membenarkan perkara yang tidak benar
tunjukkan melalui konstruksi bahasa yang menunjuk- atau dusta sehingga dikatakan sebagai perkara yang
kan kehormatan dan perbedaan karakter pemikiran benar. Bahasa politik sebagai alat mempertahankan
yang merupakan ciri krusial dari stratifikasi sosial. kekuasaan dikonstruksikan dengan cara kedustaan.
Kehormatan dalam tatanan suku Jawa dikonstruksi- Dusta melalui eksploitasi simbol kebahasaan ini di-
kan melalui penggunaan kebahasaan, yaitu bahasa jadikan sarana yang ampuh untuk melanggengkan
sopan. Kehormatan dikonstruksikan oleh para bang- dan mempertahankan kekuasaan. Bahkan dalam per-
sawan dalam membedakan legitimasi dan pengaruh nyataan di atas disebutkan bahwa bahasa yang diran-
atas kekuasaan. Ini menandakan adanya status yang cang dusta pun bisa dikatakan sebagai sesuatu yang
dikonsepkan melalui bahasa sopan pada kaum bang- benar. Ironis lagi pembunuhan dalam pandangan Or-
sawan atas kaum jelata pada suku Jawa. Status menu- well melalui sudut bahasa dan kekuasaan bisa dipan-
rut peneliti merupakan penghargaan secara politis, dang sebagai sesuatu yang terdengar mulia. Hal ini
misalnya dalam lingkup kerajaan suku Jawa. Adapun menandakan bahasa sebagai simbol kekuasaan dapat
relasi antara penghargaan politik dan letak posisi le- digunakan sebagai cara untuk melegitimasi persoalan
gal dalam masyarakat ditandai dengan politik keba- salah menjadi perkara yang sah dan dibenarkan. Se-
hasaan sebagai simbol kekuasaan. hingga kekuasaan dapat terus berjalan sebagaimana
Pemanfaatan bahasa sebagai simbol memper- harapan dari kaum dominan (politisi dan penguasa)
78
Nur Sofyan, Bahasa Sebagai Simbolisasi Mempertahankan Kekuasaan

dalam struktur sosial. tatanan sosial suku Jawa. Semakin orang menggunak-
Penggunaan bahasa sebagai simbolisasi mem- an bahasa sopan dalam dialektikanya menandakan ia
pertahankan kekuasaan secara sadar digunakan sebagai cendikia ataupun penguasa yang mempunyai
oleh para penguasa, cendikia, atau bangsawan guna kekuasaan pada masa lalu.
menunjukkan pengakuannya dalam dominasi kelas Pertanyaan yang muncul dari perspektif di atas
sosial. Dominasi ini ditunjukkan melalui status yang adalah, bagaimana bahasa sebagai simbol kekuasaan
dikonstruksi melalui simbol kebahasaan. Tidak hanya dimanfaat penguasa untuk mempertahankan kekua-
itu dengan bahasa, para politisi menggunakannya un- saan pada era saat ini. Pemanfaatan ini tentunya
tuk melegitimasi berbagai kepentingan kekuasaan. dapat peneliti sampaikan mengenai bahasa politisi
Upaya inilah yang kemudian memberikan pemaha- sebagaimana telah dipaparkan di atas. Politisi meng-
man bagi peneliti bahwa ada relasi atas penggunaan gunakan bahasa untuk melegitimasi dan melakukan
bahasa dengan simbol kekuasaan. Semua bertujuan pembenaran atas kesalahan menjadi sesuatu yang
membentuk dan mempertahankan kekuasaan. patut diapresiasi karena kemuliaannya. Penguasapun
Adanya relasi atas penggunaan bahasa dengan juga menggunakan bahasa sebagai simbol memper-
simbol kekuasaan juga dipertegas oleh Richard Jen- tahankan kekuasaan.
kins dalam bukunya yang berjudul “Bahasa Masyara- Salah satu contoh adalah penggunaan pronomi-
kat dan Kekuasaan” yang mengutip pernyataan Pierre nan atau kata ganti yang digunakan untuk meny-
Bourdieu sebagai berikut: elamatkan pembicara. Menyebutkan pandangan poli-
“Relasi kebahasaan selalu merupakan relasi kekua- tik untuk menyembunyikan orang atau penguasa yang
saan sehingga tidak dapat dijelaskan dalam kon- melakukan tindakan tertentu. Misalnya kebijakan ber-
teks analisis linguistik saja. Bahkan pertukaran perang melawan teroris atau melawan penjajah yang
linguistik paling sederhana dimainkan dalam jar- banyak menelan korban dan biaya. Analogi mengenai
ing relasi kekuasaan historis yang kompleks dan penggunaan pronominan ini dapat peneliti sampai-
menjerat yang melibatkan penutur, yang didu- kan dari contoh kasus yang dipaparkan oleh Linda
kung oleh otoritas sosial, dan audiens, yang men- Thomas dan Shan Wareing dalam bukunya “Bahasa,
gakui otoritas tersebut dengan berbagai derajat, Masyarakat dan kekuasaan. Dalam paparannya kedua
maupun antara kelompok dimana mereka men- penulis itu memberikan analogi mengenai perubahan
jadi bagian darinya” (dalam Jenkins, 2010: 238). kata “kami” menjadi “saya” dalam ucapan Presiden
Bush berkaitan dengan aksi militer yang dilakukan
Pernyataan dari Bourdieu tersebut merupakan tentara Amerika atas seijinnya. Bush dalam pernyata-
pemahaman mengenai kebahasaan yang merupakan annya sebagaimana dikutib Linda Thomas dan Shan
relasi kekuasaan. Ini menunjukkan bahwa dalam Wareing sebagai berikut:
sistem kebahasaan dalam struktur sosial mengandung “Seperti yang sudah kami umumkan kemarin
rangkaian/ hubungan kekuasaan yang tidak dapat dip- malam, kami tidak akan menyerang prajurit tan-
isahkan. Lebih lanjut jika peneliti melihat dari proses pa senjata yang sedang bergerak mundur. Kami
pembentukan bangsa, khususnya bahasa dalam strata tidak punya pilihan lain kecuali menganggap
sosial suku Jawa misalnya. Proses pembentukan ba- unit tempur yang sedang mundur sebagai an-
hasa tersebut menghasilkan pasar-pasar linguistik caman sehingga kami bertindak sesuai dengan
yang menyatu, dimana harga dan keuntungan perte- situasi...(Bush ingin menegaskan bahwa unit
muan antara produksi dan penerimaan. Konteks ini yang diserang tentara AS itu bersenjata. Sejak
menurut peneliti merupakan arti dari perbedaan sosial, awal dari operasi udara, hampir 6 minggu yang
khususnya perbedaan status sosial antara kaum bang- lalu, saya sudah mengatakan bahwa upaya kami
sawan, dengan rakyat biasa. Bahasa berdampak besar telah berjalan sesuai dengan jadwal. Pagi ini den-
dalam arena ini, bahasa legitimasi dominan merupak- gan senang hati saya umumkan bahwa operasi
an modal yang memproduksi nalar kehormatan bagi yang dijalankan koalisi telah lebih awal dari jad-
penutur. Seperti penjelasan mengenai bahasa sopan wal. Kuwait akan bebas tidak lama lagi” (dalam
dalam suku Jawa merupakan modal bagi kaum pri- Thomas & Wareing, 2007: 75).
yayi atau bangsawan dalam memproduksi nalar ke-
hormatan. Sehingga bahasa sopan dimaknai sebagai Jika dilihat secara mendalam penggunaan kata
bahasa kaum bangsawan, kaum cendikia yang meme- “kami” dan “saya” merupakan strategi kebahasaan.
gang tampu kekuasaan dalam status legitimasi dalam Peneliti berasumsi bahwa Presiden Bush menggunak-
79
JURNAL INTERAKSI, Vol III No.1, Januari 2014 : 75-84

an dua kata ini dalam menanggapi invasi di Kuwait Bank Century. Diawal kekuasaan SBY tahun 2009
merupakan bagian dari strategi penguatan kekuasaan. sesungguhnya kasus ini sudah menjadi perdebatan
Bahasa secara sadar digunakan oleh Bush sebagai yang cukup keras di tingkat legislatif. Perbedaan
upaya untuk membenarkan tindakan dan menegaskan pendapat pengenai penyelamatan Bank Centurypun
kiprahnya dalam menyelesaikan konflik di Kuwait. kemudian menjadi isu nasional. Hingga puncaknya
Sehingga kata “kami” menurut asumsi peneliti digu- pada tahun 2010 isu Century menjadi isu nasional
nakan untuk menyelamatkan Bush dari tuduhan keja- yang kuat. Hak angket yang justru dimotori par-
hatan perang. Sehingga kata “kami” digunakan untuk tai pendukung pemerintah yaitu Partai Golkar, PKS
membuat persepsi bahwa penyerangan bagi pembe- didukung oleh oposisi membuat stabilitas politik kala
rontak adalah keputusan bersama. Setidaknya “kami” itu memanas. Isu-isu mengenai Bank Century, pejabat
berisi makna tidak hanya satu orang, melainkan be- yang berwenang dalam pengambilan kebijakan terse-
berapa orang yang setuju akan serangan terhadap but diarahkan pada orang kepercayaan SBY yaitu Sri
pasukan pemberontak yang mundur. Dengan dalih Mulyani Indrawati dan Boediono. Kedua tokoh pent-
persenjataan yang dimiliki prajurit yang mundur dari ing ini menjadi bidikan utama dalam kasus tersebut.
peperangan, Bush melegalkan penyerangan tersebut. Seiring berjalannya waktu, isu ini merembet pada
Walaupun tidak secara langsung penggunaan bahasa penggunaan dana talangan Bank Century untuk partai
“kami”, ia ingin menyelamatkan dirinya atas kejahat- tertentu yang mengarah pada kekuasaan SBY. Seb-
an perang. Seolah-olah Bush ingin menegaskan bah- agai seorang pemimpin pemerintahan tertinggi, tentu
wa tidak hanya dirinya yang berperan besar terhadap SBY tidak menginginkan kekuasaannya dirongrong.
pengambilan keputusan atas penyerangan tersebut. Kalkulasi politik menjadi hal yang diperhatikan SBY,
Sedangkan kata “saya” digunakan sebagai sim- sehingga pada tanggal 4 Maret 2010 SBY mengemu-
bol untuk menekankan bahwa dirinya sendiri sebagai kakan tanggapan resminya terkait persoalan Bank
pihak yang menyebabkan pencapaian positif itu. Hal Century sebagai berikut:
ini memberikan pemahaman bagi peneliti bahwa “Hasil penyelidikan itu juga mengesampingkan
kekuasaan dan bahasa mempunyai relasi yang sangat suatu tuduhan bahwa seolah-olah penyelamatan
kuat. Bahasa digunakan oleh kaum yang mendomi- Bank Century merupakan kedok semata untuk
nasi parlemen atau politik untuk melakukan pem- mengalirkan uang kepada partai tertentu dan se-
benaran dan pencitraan. Pembenaran disini berkaitan jumlah nama lainnya. Semua itu juga nyata-nya-
dengan penggunaan bahasa sebagai alat untuk menga- ta tidak terbukti dan memang tidak pernah ada.
burkan persoalan atau mengubah persepsi yang salah Hal ini perlu dinyatakan secara tegas dan nyar-
bisa menjadi benar. Bisa jadi pasukan yang mundur ing, agar tidak siapapun dari kita, apapun latar
itu sudah tidak membawa senjata, sehingga tidak belakang politik dan asal partainya boleh dibiar-
patut jika penyerangan dilakukan tanpa menyebutkan kan mendapatkan penistaan karena nama baiknya
alasan yang realistis. Walaupun akhirnya Bush mem- dicemarkan secara sewenang-wenang dengan
pertahankan kebijakannya atas dasar kalimat “kami” maksud dan niat politik yang buruk”. (http://
sebagai upaya melakukan pembenaran. Bahwa kepu- www.youtube.com/results?search_query=Liputa
tusan diambil atas dasar kesepakatan beberapa pihak. n6+SCTV+pidato+SBY+Bank+Century+4+Ma
Paling tidak ini bisa mengamankan Bush dari tuduhan ret+2010&oq=f&aqi=&aql=&gs_sm=s&gs_up
kejahatan perang. Kata saya juga berkaitan dengan l=6055l28186l0l32583l37l37l0l24l2l2l688l3827
penggunaan bahasa untuk memperkuat kekuasaan l0.3.5.4.0.1l13l0, tanggal akses 20 Juni 2010 jam
melalui pempublikasian capaian positif dari pasukan 18.25 WIB).
yang diterjunkan. Seolah-olah capaian ini dapat di-
raih karena kecerdasan pemimpin dalam menentukan Berdasarkan kutipan di atas dapat penulis sam-
sikapnya terhadap tindakan invasi di lapangan. Se- paikan bahwa, SBY sangat terganggu dengan bere-
hingga masyarakat semakin simpati dan membenar- darnya isu tersebut. Tuduhan beberapa pihak bahwa
kan tindakan tersebut, dalam artian kekuasaan akan talangan Bank Century dimanfaatkan untuk kepentin-
mendapat dukungan dari publik. gan partainya menjadi persoalan yang harus mendapat
Penggunaan bahasa sebagai simbol memper- perhatian khusus. Jika isu ini melebar dan menjadi hal
tahankan kekuasaan dalam konteks Indonesia dapat yang diyakini publik sebagai hal yang benar, maka
dicermati dari pidato resmi presiden Susilo Bambang kepercayaan publik kepada pemerintah akan turun.
Yudhoyono (SBY) dalam menanggapi persoalan Tentu SBY meyakini isu tersebut mendahului
80
Nur Sofyan, Bahasa Sebagai Simbolisasi Mempertahankan Kekuasaan

proses hukum yang sedang berjalan. Seseorang atau Sumber :(http://www.youtube.com/results?search_query


lembaga tertentu sudah dihakimi tanpa memperha- =Liputan6+SCTV+pidato+SBY+Bank+Century+4+Mar
tikan kepastian hukum yang ada. Sehingga presiden et+2010&oq=f&aqi=&aql=&gs_sm=s&gs_upl=6055l2
perlu memberikan tanggapannya guna menanggulan- 8186l0l32583l37l37l0l24l2l2l688l3827l0.3.5.4.0.1l13l0,
gi dampak terbesar dari isu terkait. tanggal akses 20 Juni 2010 jam 18.25 WIB).
SBY tentu tidak ingin manufer politik yang
beredar atas isu Bank Century membuat kepercayaan Mencondongkan tubuh ke depan menandakan
rakyat terhadap pemerintah turun. Satu-satunya jalan “bahasa tubuh orang yang berpikir positif”. Sedang-
adalah mengklarifikasi duduk persoalan Bank Cen- kan mendongakkan kepala sedikit ke atas dapat di-
tury yang sesungguhnya. Sehingga manufer politik maknai melui penelusuran makna bahasa tubuh yang
yang tidak diinginkan dapat dianulir. Penegasan SBY dkemukakan oleh Horriyah dalam bukunya “cara
bahwa tuduhan penyalahgunaan dana Century untuk mudah membaca pikiran dari tafsir bahasa tubuh”. Ia
partai tertentu nyata-nyata tidak benar. Jika diamati mengartikan kepala mendongak ke atas mengandung
secara seksama SBY tidak menyebutkan secara gam- makna sebagai berikut:
blang siapa partai atau pihak yang difitnah. Hal ini ‘Kepala mendongak ke atas mempunyai makna
mencegah kemungkinan besar munculnya manufer bahwa dirinya memiliki rasa percaya diri yang
politik yang lain. Kenyataan inilah yang membuat tinggi. Mereka adalah sosok yang sangat opti-
kalimat berikutnya, SBY menegaskan bahwa tidak mis terhadap segala hal. Mendongakkan kepala
siapapun dari pihak manapun boleh dicemarkan dan merupakan gerakan spontan dari rasa optimis
dijatuhkan martabatnya dengan maksud dan iktikad yang tinggi. Isyarat ini seringkali disebut sebagai
politik yang buruk. orang yang ingin menggapai impian di masa de-
Pidato tersebut memperlihatkan bahwa SBY pan dengan penuh percaya diri” (Horriyah, 2010:
juga menggunakan pronominan atau kata ganti yang 107).
digunakan untuk menyelamatkan pembicaran. Me-
nyebutkan pandangan politik untuk menyembunyikan Berdasarkan kutipan tersebut penulis meng-
orang atau penguasa yang melakukan tindakan terten- garisbawahi bahwa sikap optimisme SBY ditunjuk-
tu. SBY menggunakan kalimat partai-partai tertentu kan dengan kalimat bahwa tuduhan penggunaan dana
atau pihak-pihak lain. SBY tentu tidak ingin dirinya Bank Century kepada pihak-pihak tertentu atau partai
dinilai semata-mata melindungi partai atau orang ter- tertentu nyata-nyata tidak benar. Rasa optimisme yang
dekatnya dari tuduhan politik yang tidak benar adan- ditunjukkan, bahwa ia tidak ingin partai yang dimak-
ya. Sehingga penilaian itu diserahkan kepada publik, sud dalam pidato tersebut dihantam manufer politik
siapa yang dimaksud SBY dalam serangkaian pida- yang tidak berdasar. Hal ini tentu ditujukkan kepada
tonya. mereka yang selama ini gencar menyerang SBY le-
Penulis juga perlu menambahkan penggunaan wat pengadilan opini. Kegeraman inilah yang terlihat
bahasa tubuh SBY dalam mengemukakan pidato- dari kutipan tersebut. Mengingat kekuasaannya baru
nya terkait pembelaan terhadap partai ataupun pihak berjalan satu tahun. Tentu SBY mempunyai kalkulasi
yang dijatuhkan dalam persoalan Bank Century. Pada politik, bahwa setgab tidak boleh pecah, namun kon-
dasarnya bahasa tubuh dan bahasa verbal tentu saling flik kepentingan politik dapat dikendalikan. Sehingga
berkaitan dan membentuk satu konstruksi makna so- tidak bergerak seperti bola liar.
sial. Sehingga dalam hal ini penulis perlu menampil- Penggunaan bahasa visual yang tampak dari
kan gambar SBY terkait dengan pidato di atas sebagai SBY dalam mengukuhkan kekuasaannya adalah me-
berikut: lalui bahasa mata. Pandangan meyipitkan mata oleh
Gambar 1 SBY dalam pidatonya dapat diartikan melaui pema-
SBY berpidato haman terhadap bahasa tubuh. Adapaun pemahaman
bahasa menyipitkan mata tersebut dapat dilihat dari
buku “pintar memahami bahasa tubuh” karya James
Borg. Ia mengartikan gerakan mata menyipit sebagai
“isyarat penolakan atas sesuatu atau isyarat dominasi”
(Borg, 2009: 121).
Jika hal tersebut dihubungkan dengan skan-
dal persoalan Bank Century. Sesungguhnya isyarat
81
JURNAL INTERAKSI, Vol III No.1, Januari 2014 : 75-84

tersebut menunujukan bahwa SBY menolak tindakan cukup tegak meraih palang pintu tanpa terlihat
pengadilan opini sesat yang dilancarkan oleh pihak oleh rajanya. Tugas yang diberikannya padanya
yang bersebrangan dengan SBY. Tentu penolakan itu cukup penting dan Srisusuhunan tidak menyukai
sangat berdasar mengingat ia tidak mau harga diri penundaan” (Raffles, 2008: 210).
pihak yang dimaksud dihakimi secara sepihak tanpa
bukti hukum yang benar. Disamping memang adanya Berdasarkan catatan yang dikemukakan Raf-
kalkulasi kepentingan politik yang harus diperhatikan fles tersebut maka peneliti dapat menjelaskan bahwa
secara seksama yaitu kekuasaan. isyarat menghadapkan wajah dengan sedikit mendon-
Bagian lain yang tampak dari pemanfaatan gak ke atas mempunyai makna yang cukup penting.
bahasa sebagai simbol kekuasaan terlihat dari se- Sebagaimana dilakukan oleh Susuhunan dalam mem-
nyum agresif presiden SBY. Senyum agresif adalah berikan mandat kepada abdinya untuk ditugaskan
“bibir ditarik tepat ke belakang dan gigi diperlihat- menjemput Adipati sebagai utusan kerajaan. Ketika
kan”. Menurut Judi James ini diartikan sebagai” se- utusan datang dengan posisi tubuh dodok atau jong-
nyum yang mematikan, memperlihatkan kegarangan” kok, kemudian susuhunan menghadapkan wajahnya
(James, 2010: 2009). ke pintu selama sepuluh menit, abdinya baru cukup
SBY dalam hal ini terlihat sangat marah se- tegak untuk meraih palang pintu tanpa terlihat raja-
hingga diungkapkan dalam kalimat tersebut,” hal nya. Berdasarkan hal di atas, tindakan itu merupakan
ini perlu dinyatakan secara tegas dan nyaring, agar mandat mempersilahkan tugas penting, yaitu menjem-
tidak siapapun dari kita apapun latar belakang poli- put Adipati sebagai utusan kerajaan. Menurut peneliti
tik dan asal partainya boleh dibiarkan mendapatkan jika abdi dalem sebagai utusan mandat sampai bisa
penistaan karena nama baiknya dicemarkan secara agak tegak meraih palang pintu tanpa terlihat raja. Be-
sewenang-wenang dengan maksud dan niat politik rarti posisi wajah raja agak diangkat atau mendongak
yang buruk”. Kegarangan ini tentu berdasar mengin- menatap ke atas pintu sehingga abdi tidak terlihat.
gat secara hukum pihak yang dituduh atas persoalan Perspektif yang lain mengenai makna dari men-
tersebut belum terbukti secara sah dan meyakikan. dongakkan kepala juga dijelaskan dalam buku yang
Adapun pihak-pihak penunggang kepentingan sudah berjudul Serat Centhini yang dituliskan oleh Djoko
memastikan keterlibatan partai atau pihak lain yang Dwiyanto M.Hum. Ajaran yang termaktub didalam-
dimaksud SBY dalam kasus tersebut. nya memuat kisah tentang kehidupan politik, sosial
Jika dirunut pada catatan sejarah masa lalu ses- dan komunikasi raja Jawa dimasa itu. Penjelasan men-
ungguhnya dapat ditemukan berbagai catatan yang genai makna mendongakkan kepala dapat dilihat dari
mendukung hal ini. Terkait dengan penggunaan ba- perjalanan politik Raja Giri Kedhaton yaitu Sunan
hasa tubuh dalam mempertahankan kekuasaan. Uta- Giri dalam menyambut utusan Panembahan Senopati
manya dari penggunaan bahasa tubuh para raja Jawa Mataram. Pada masa itu Sultan Agung Mataram men-
pada saat menghadapi situasi pelik dalam kekuasaan- girimkan duta utusan yaitu Pangeran Surabaya un-
nya. tuk Giri Kedhaton agar bergabung dan tunduk pada
Dijelaskan di dalam perjalanan dinamika adat kekuasaan Mataram. Namun hal ini ditolak oleh Su-
keraton bahwa terdapat bahasa tubuh atau tingkah nan Giri dengan nada pembicaraan dan sikap tubuh
laku yang menggambarkan kebesaran raja diband- sebagaimana berikut:
ingkan para pengikutnya. Gerak tubuh biasanya akan “Kanjeng Sunan Giri mendongakkan kepala se-
dilakukan raja ketika mempersilakan sesuatu atau raya berkata dengan sopan, “Ya wallahualam, Al-
mengijinkan sesuatu hal. Hal ini dapat diamati dari lah SWT yang mengetahui, hanya akan menyerah
paparan yang dikemukakan Raffles sebagai berikut: kepada Tuhan”. Pangeran Surabaya ketika men-
“Di Keraton Surakarta, saya mencatat pertama dengar jawaban Kanjeng Sunan Giri segera pergi
kali ketika sedang mengadakan pertemuan priba- meninggalkannya. Sesudah Pangeran Surabaya
di dengan Susuhunan di tempat tinggalnya. Men- pulang mereka bersepakat hendak berperang dan
jadi penting bagi Raden Adipati untuk dikirim bersiap siaga keesokan paginya. Kyai Endro Seno
ke keraton sebagai tanda kerajaan. Orang yang menjadi panglima perang. Perintah Kanjeng Su-
disuruh menjemput biasanya berjongkok, dan nan Giri kepada para sahabat, murid, khatib dan
ketika Srisusuhunan duduk dengan wajah meng- muadzin sudah tersiar merata, para pasukan Giri
hadapkan wajah ke pintu selama sepuluh menit, sudah bersiap siaga” (Dwiyanto, 2008: 17).
orang tersebut mendapatkan kesempatan untuk Berdasarkan gambaran cerita yang termaktub
82
Nur Sofyan, Bahasa Sebagai Simbolisasi Mempertahankan Kekuasaan

dalam ajaran Centhini di atas, peneliti juga berasumsi mempertahankan kekuasaan dipandang sebagai cara
bahwa sikap mendongakkan kepala juga melam- yang efektif. Pidato 4 Maret 2010 adalah momentum
bangkan keberanian dan sebuah penolakan. Hal ini tepat dalam rangka mengklarifikasi duduk persoalan
terlihat dari keberanian Sunan Giri menolak ajakan Bank Century yang sesungguhnya. Penggunaan pro-
dari Mataram untuk bergabung. Ditegaskan dengan nominan dan bahasa tubuh menjadi cara yang tepat
kalimat hanya akan menyerah kepada Tuhan, berarti dalam mengamankan kekuasaan. Meskipun dalam
menunjukkan keyakinan kuat Sunan Giri yang tidak kesempatan tersebut SBY lebih menggunakan bahasa
akan menyerah kepada siapapun kecuali Allah. Po- bersayap dan cenderung menyerahkan penilaian ke-
sisi mendongakkan kepala yang disertai kalimat sep- pada publik bahwa ada pengadilan opini sesat yang
erti itu tentunya mempertegas sikap keberanian dan ditujukan pada pihak yang dimaksudnya. Sehingga
menunjukkan sikap penolakan atas dominasi Mata- peran bahasa sebagai simbol kekuasaan benar benar
ram terhadap Giri Kedhaton. Inilah yang kemudian menjadi sarana penting dalam mempertahankan
memberikan inspirasi bagi peneliti bahwa mendon- kekuasaan atau membentuk sebuah kekuasaan.
gakkan kepala juga lekat akan makna keberanian dan Begitu juga yang terjadi pada penggunaan ba-
sebuah penolakan yang menunjukkan kewibawaan hasa pidato Presiden Bush dalam meyakinkan publik
sebagai raja Giri. Hal ini memberikan pemahaman akan tujuan agresi militer atas Kuwait. Penggunaan
bagi peneliti bahwa hal yang sama juga dilakukan simbolisasi bahasa untuk memberikan pemahaman
oleh Presiden SBY dalam menanggapi desakan pub- atas keberlangsungan tindakan yang harus segera di-
lik atas persoalan Bank Century. lakukan demi pembebasan Kuwait dari krisis yang
ada. Sehingga hal ini sesungguhnya menutup ke-
Penutup mungkinan diambilnya kebijakan yang lain selain
Simpulan peperangan. Inilah yang sesungguhnya dapat dilihat
dari peran simbol bahasa dalam mempertahankan,
Bahasa sebagai simbol mempertahankan kekua- mendominasi sebuah kekuasaan. Asalkan hal terse-
saan telah ada dan digunakan oleh para penguasa but sesuai dengan tujuan yang diinginkan penguasa
dimasa lalu. Melalui bahasa seseorang dapat men- maka konstruksi bahasa yang dikemukakanpun akan
ciptakan sebuah dominasi kekuasaan. Sebagaimana bertendensi kuat atas konflik kepentingan.
simbol kekuasaan yang ada sejak zaman kerajaan
Jawa. Bahasa sopan hanya digunakan oleh mereka Saran
yang mempunyai kedudukan sosial yang tinggi dalam
struktur sosial masyarakat. Sehingga ini menunjuk- Artikel ini sesungguhnya memaparkan bentuk
kan betapa bahasa dikonstruksi dan digunakan oleh penggunaan bahasa sebagai simbol mempertahankan
para elit sosial waktu itu untuk memisahkan strata so- kekuasaan. Namun demikian artikel ini perlu penam-
sial yang telah ada. Tidak hanya itu, catatan sejarah bahan peran kajian yang lain seperti dramaturgi untuk
tersebut memberikan pemahaman bahwa aturan main mengetahui secara lebih mendalam motif kekuasaan.
dalam penggunaan bahasapun sudah ada pada waktu Adapun ulasan artikel ini penulis ambil dari catatan
itu. Masing-masing strata sosial memiliki cara sendiri perkembangan sejarah masa lalu. Sehingga mempun-
dalam menggunakan bahasa dialektikanya. yai keterbatasan pada kasus penggunaan bahasa seb-
Tidak hanya digunakan oleh raja pada masa ter- agai simbol mempertahankan kekuasaan pada tahun-
dahulu saja. Bahasa sebagai simbol mempertahankan tahun ini. Akan lebih mempunyai nilai edukasi yang
kekuasaan juga digunakan oleh para aktor politik lebih baik jika ditambahkan ulasan bahasa yang digu-
atau pemimpin negara. Sebagaimana yang dilakukan nakan pemimpin-pemimpin sekarang dalam memper-
oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke- tahankan kekuasaan.
tika dihadapkan pada persoalan Bank Century. SBY
merasa terganggu dengan pengadilan opini sesat yang Daftar Pustaka
disampaikan melalui banyak aspek. Ketika pengadi- Borg, James.(2009). Memahami Bahasa Tubuh. Yog-
lan opini tersebut sudah bergerak menuju kearah par- yakarta: Think.
tai tertentu yang sangat getol mendukung presiden. Dwiyanto, Djoko.(2008). Ensiklopedi Serat Centhini.
Tentu presiden mewaspadai kemungkinan kehilangan Yogyakarta: Panji Pustaka
kepercayaan dari publik dan perpecahan pada koalisi Horriyah.(2010). Cara Mudah Membaca Pikiran
gabungan partai. Penggunaan bahasa dalam rangka Orang Dari Tafsir Bahasa Tubuhnya. Yogyakar-
83
JURNAL INTERAKSI, Vol III No.1, Januari 2014 : 75-84

ta: FlashBook.
James, Judi.(2008). The Body language. Jakarta: Ufuk
Pers.
Jenkins, Richard.(2010). Membaca Pemikiran
Bourdieu. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Noorsalim, Mashudi dan Widjojo, Muridan S.(2004).
Bahasa Negara Versus Bahasa Gerakan Maha-
siswa. Jakarta: Lippi Press.
Thomas, Linda dan Wareing Shang.(2007). Bahasa,
Masyarakat dan Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Montefiore, Simon S.(2008). Pidato-pidato yang
Mengubah Dunia. Jakarta: Esensi.
Raffles, Stamford T.(2008). The History of Java. Yo-
gyakarta: Narasi.

Internet
(http://www.youtube.com/results?search_query=
Liputan6+SCTV+pidato+SBY+Bank+Centu
ry+4+Maret+2010&oq=f&aqi=&aql=&gs_
sm=s&gs_upl=6055l28186l0l32583l37l37l0l24
l2l2l688l3827l0.3.5.4.0.1l13l0, tanggal akses 20
Juni 2010 jam 18.25 WIB).

84

You might also like