109
SIFILIS
Rudi Wisaksana
PENDAHULUAN
Siflis adalah penyakit tertua yang dikenal umat manusia.
Pertama dikenal saat epidemi di Eropa pada abad 15
‘walaupun bukti-bukti menunjukan epidemi telah terjadi lama
sebelum itu. Sifls pertama kali cikenal dari puisi yang dituls
ppada tahun 1530 tentang seorang penderita penyakitini**
Sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual dengan
‘manifestasi lokal dan sistemik berbentuk bermacam
macam dan dapat menyerupai banyak penyakit sehingga
sering disebut sebagai “the great imitator” atau “the
{great impostor’. stilah Iues berasal dari bahasa latin “lues
venereum" yang berarti penyakit kelamin merupakan
sinonim yang dikenal sejak permulzan abad ke 20. Sifiis
dalam perjalanan penyakitnya kadang dapat dikenali karena
pada sebagian besar infeksi berlangsung silent, dapat
diselingi dengan periode laten tanpa gejala, dan dapat
hilang sendiri walau tidak mendapat pengobatan.'2*
DEFINISI
Penyaktsifls adalah infeksisistemik yang disebabkan oleh
Treponema patdum (7 pallidum), yang terutamaditularkan
melalui hubungan seksual. Siflis secara khas ditandai
dengan periode aktif yang disela oleh periode infeksi
laten. Tidak seperti penyakit infeksilainnya, sifls jarang
5 sel darah putihy
LL), peningkatan protein (>45mg/dl) dan VDRL positif,
Semua penderita sifiis dengan gejala neurologi harus
menjalani pemeriksaan cairan SSP tanpa melihat stadium
siflisnya. Karena penderitasiflis mempunyairisiko tinggi
untuk terken HIV maka semua penderita siflisharus dites
HIV dan juga sebaliknya. Penderita HIV dan sifis harus
dievalusi untuk kemungkinan adanya neurosifilis”
KLASIFIKASI
Klasifikas Sifilis berdasarkan manifestasi klinisnya seperti
yang telah disebutkan di atas, dapat dirangkum pada
‘abel 2.
PENATALAKSANAAN
T pallidum dapat dihambat oleh pencillin G dengan
dosis 0,01 ug/ml. Karena treponema lambat membelah
Giri dan Penisilin bekerja saat Treponema membelah
diri, maka Penisilin perlu diberikan selama beberapa
hari (label 3). Sifilis dini (kurang dari 1 tahun) diobati
dengan injeksi Penisilin G 2,4 juta unit dosis tunggal, yang
‘memberikan kader serum yang efektifselama 2 minggu dan
menyembuhkan 95% penderta sifilis dini. Pada penderita
yang alergi terhadap penisilin, doxycycline 2x 100 mg yang
dliberikan selama 2 minggu dapat menggantikan Penisilin,
Stadium ‘Manifestasi Klinis
Siflis primer ‘Chanere imfadenopati regional
Siflis sekunder
alopesia, meningitis
siflis ater ‘Asimtomatil
Siflis tersier Siflis kerdiovaskular
Neurosifis
Gumma
Sifliskongenital Dini
Lanjut
Pemberian obat yang lama dapat memengaruhi kepatuhan,
pengobatan. Seftriakson 500 mg hingga 1 g sehari dapat
diberikan secara intramuskular selama 10 hari. Kuinolon
tidak mempunyai efek pengobatan siflis.*4"""
Sifiis yang telah berlangsung lebih dari 1 tahun
diobati dengan injeksi 2.4 juta unit Benzathin Penislin
G selama 3 minggu. Pengobatan ini merupakan pilihan
pada penderitasiflslaten atau sflls dengan durasi yang
tidak diketahui, Karena Bemzathin penisilin G tidak dapat
menembus sawar darah otak, maka pemeriksaan cairan
SSP perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
neurosifilis terutama penderita dengan HIV positif.
Pemeriksaan pungsi lumbal juga dapat dikerjakan
setelah pengobatan 2 minggu untuk menjamin tidak
ada kemungkinan neurosifiis. Dosis Penisilin yang lebih
tinggi diperlukan untuk penderita neurosiflis. Penderita
dengan kelumpuhan unum membaik dengan pengobatan
Penisilin, walaupun perburukan terjadi kemudian pada
sepertiga kasus. Karbamazepin dengan dosis 400-800 mg
dilaporkan dapat mengurangi nyeri pada tabes dorsalis
Penelitian-penelitian menemukan dosis total Penisilin G
hingga 6 atau 9 juta unit memberikan respons yang baik
pada 90% penderita neurosifils. erdapat beberapa laporan
kegagalan terapi pada penderita HIV positif dan terdapat,
panduan yang menganjurkan peningkatan dosis hingga
20 juta unit perhari selama 20 hari pada penderita HIV
dengan neurosifiis. Walaupun tidak terdapat bukti-bukti
bahwa antibiotika bermanfaat pada sifilis kardiovaskular,
pengobatan diberikan untuk mnecegah progresivitas,
penyakit dan karena 15% penderita sifiis kardiovaskular
juga memiliki neurosifilis*'*""
Ibu hamil dengan tes serologis sifilis positif harus
mendapat Penisilin dangan dosis serupa dengan
wanita tidak hamil, Penderita alergi terhadap penisilin
direkomendasikan untuk dilakukan desensitisasi penisilin,
arena pengobatan alternatif dengan tetrasiklin memiliki
risiko toksisitas dan eritromisin mernberikan efikasi yang
rendah. Pada ibu hamil dengan VORL positif dan TPHA atau
FTA-abs negatif, pengobatan dapat ditunda dan tes harus
‘Masa Inkubasi
3 minggu (3-90 hari)
Ruam, demam, linfadenopat, mucous patches, Kondliloma lata, 2-12 minggu (2 minggu- 6 bulan)
Dini: < 7 tahun
Lanjut: > 1 tahun
40-30 tahun
«<2 tahun-20 tahun
1-46 tahun (paling banyak 15 tahun)
<< 2tahun setelah lahir
> 2 tahun setelah lahirsirius
Sifls awal (primer, sekunder laten
awal)
Laten lanjut atau durasi tidak dike-
tahui atau siflis tersier atau sif
pada HIV atau neurosiflis
Siflis pada kehamilan,
Benzathin penisiin G 24 juta unit IM dosis
‘tunggal
Atau
Procaine penisiln, 2.4 juta unit 1M setiap hari,
plus Probenesid $00 mg PO 4 x sehari selama
14 ari atau Seftriakson, 250 mg IM per hari
‘atau IV selama 5 hari atau 1.9 IM per hari se
fama 14 atau Azithromisin 2.0 g PO dilanjutkan,
11g PO perhari selama 8 hari
Benzathine penisilin G 2.4 juta unit IM tiap
minggu sampai 3 kali, Aqueous crystalline
penisiin G, 3.0-40 juta unit IV setiap 4 jam.
selama 10-14 hari, atau seftriakson, 1 g IM
‘atau IV selama 14 hari, atau procaine penisilin
G, 2 juta unit IM, plus Probenesid, 0.5 g PO
tap hari selama 10 hari atau Amoksilin 3 g PO
2.x sehari dengan 500 mg Probenesid PO 2 x
‘sehati selama 10-14 hari
‘Obsati sesuai stadium
‘Aqueous crystalline penisilin G, 100-150,000
tunit/kg IV sehari dalam 2-3 dosis terbagi se-
ama minimum 10 hari, atau Procaine penisiin
809
Alergi Penisilin
Doksisiklin 100 mg PO 2 x sehari selama
‘har, atau tetrasikin hidroklorida, 500
img PO 4 x schari selama 15 hari atau
Azitromisin 2.0 g dosis tunggal atau
oksisklin 100 mg PO 2 x sehari selama
28 hari
Desensitasi dan obati dengan penisiin,
Siflis kongenital
G, $0,000 U/kg IM sehari selama mi
10 hari
Siflis pada anakcanak
diulang setelah 4 minggu. Bila tes ulangan memperiihatkan
ppengikat titer VORL hingga 4 kali dengan gejala Kini yang
jelas, maka pengobatan harus diberikan.
Sifiis kongenital harus segera diobati. Pemeriksaan
cairan SSP diperlukan sebelum pengobatan dimulai. Bila
tak ada kelainan cairan serebrospinalis, injeksi Benzathine
Penislin G 50,000 unit/kg diberikan dalam dosis tunggal,
ssedangkan bila terdapat kelainan cairan SSP maka perisilin
G diberikan dengan dosis 50.000 unit/kg selama minimum
10 hari.
Sebanyak 60% penderita sifilis dini dan sebagian
sifiis stadium lanjut mengalami reaksi Jarish-Herxheimer,
yaitu demam setelah pengobatan sifis. Reaksi ini dapat
terjadi dalam beberapa jam dan menghilang setelah
12 hingga 24 jam pengobatan. Kadang-kadang reaksi
Jorisch-Hersheimer sulit dibedakan karena reaksi alergi
akibat pengobatan sifils. Demam yang tidak terial tinggi
biasanya disertai mialgia, sakit kepala, dan lemah badan,
Lesi kulitsifilis sekunder dapat mengalami eksaserbasi
Reaksi terjadi akibat reaksi tubuh terhadap lipoprotein
yang dilepaskan oleh Treponema yang mati. Pada sebagian
besar kasus reaksi ini dapat membaik dengan pemberian
salisilat. Pemberian steroid tidak terbukti bermanfaat?
Sebagaiindikator keberhasilan terapi, VDRL diharapkan
berubah menjaciinegatif setelah 1 tahun pada sifils primer,
‘um,
Benzathine penislin G $0,000 unit/kg/hari IM.
dosis tunggal hingga 24 juta unit
2 tahun setelah siflis sekunder yang diobati dan S tahun
pada penderitasifilis laten atau sifils tersier. Waktu yang
iperlukan untuk tes menjadi negatif tergantung pada
beratnya stadium dan efektivitas pengobatan. Karena
banyak laporan kegagalan pengobatan sifiis dengan
‘menggunakan benzathine Penisiin pada penderita HIV
yang dapat mencapai 3%, maka dianjurkan pengobatan
sifilis pada penderita HIV diberikan dalam waktu yang
lebih lama seperti halnya pengobatan sifilis laten atau
neurosifilis.2""
Semua penderita sifilis awal harus diperiksa VORL
ulangan dan pemeriksaan fisik pada bulan ke-6 dan
ke-12 setelah pengobatan. Pada penderita dengan HIV
pemeriksaan diulang pada bulan 1, 2, 3, 6, 9 dan 12.
Penderita sifs laten diperiksa ulang setelah 24 bulan
pengobatan, Pada 85% penderita siflis dini (primer,
sekunder atau laten dini) VORL kuantitaif menurun 2 kali
atau lebih pada bulan ke-6 dan ke-12 bulan. Titer VDRL
yang tetap tinggi setelah pengobatan berhubungan
dengan tingginya titer pada awal pengobatan, periode
infeksi yang lama, dan stadium lanjut. Peningkatan
titer VDRL 4 kali setelah pengobatan dapat dijadikan
pertimbangan untuk melakukan pengobatan ulangan.
Penderita sfilis dini yang diobati dapat mengalami infeksi
tlang, dan menimbulkan gambaran klinis dan serologis810
yang serupa dengan kegagalan pengobatan.'*"*
Penderita neurosifls periu diulang tes serologisnya
paling tidak selama 3 tahun dengan pemeriksaan cairan
SSP ulangan setiap 6 bulan, Jumlah sel akan menjadi
‘normal dalam waktu 2-3 tahun. Kadar protein cairan SSP
akan menurun perlahan, seperti juga VORL cairan SSP
yang menjadi negatif setelah bertahun-tahun, Peningkatan
jumlah sel, kadar protein dan titer VORL merupakan
ppetunjuk perlunya pengobatan ulang.?*"*
KOMPLIKASI
Selain berbagai manifestasi yang muncul akibat kerusakan
ppada seluruh organ tubuh, terutama pada sifilis tersier,
Sifilis juga menyebabkan peningkatan kemungkinan
penularan HIV hingga 2-5 kali. Lesisifilis mudah berdarah
sehingga memudahkan penularan virus HIV saat
melakukan hubungan seksual.*””
Penularan sifilis dari ibu ke bayi pada saat kehamilan
juga akan meningkatan risiko keguguran dan kematian
bayi beberapa hari setelah melahirkan.*
PENCEGAHAN
Segala jenis aktivitas seksual merupaken faktor risiko
penularan sifilis, Walaupun kontak langsung dengan
lesi aktif merupakan faktor risiko utama, tidak selalu
lesi dapat terlihat sehingga semua penderita sifilis
dianggap mempunyai potensi menularkan sifilis dan
harus menggunakan hubungan seksual yang aman.
Penderita asimptomatik yang memerlukan kontrasepsi
hharus diberiken pengertian mengenai efikasi barrier untuk
‘mencegah transmisi infeksi menular seksual dan juga
HIV, Pasien ini juga harus diberikan konseling tentang
pengurangan perilaku berisiko. Konseling ini juga memberi
pengetahuan tentang perlunya abstinensia seksual,
pengurangan jumiah partner seksual, dan hubungen
seksual yang aman.”
Pada penderita siflis stadium primer, sekunder atau
laten awal; abstinensia seksual pada penderita dan partner
seksualnya dianjurkan hingga terapi pada keduanya
selesai dan respons serologis yang memuaskan dicapai
setalah pengobaten. Sifilis dapat menular dari ibu hamil ke
anaknya sehingga tes rutin skrining sifilis merupakan hal
penting yang harus dilakukan pada setiap kehamilan.’*
Partner notification yang bertujuan menemukan
kontak seksual penderita sifiis dan memberikan peng-
obatan dini harus dilakukan oleh petugas terlatin. Peng-
obatan dini pada semua kontak seksualsifilis dini dengan
2.Ajuta unit Benzathine Penisilin dapat dilakukan walaupun
kontak seksual tidak mempunyai kelainan serologis pada
PENVAKIT AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL
saat pemeriksaan karena sifiis dapat terjadi pada 30%
kontak seksual yang tes serologisnya negatif. Pengobatan
kontak dianjurkan dilakukan pada semua kasus yang
kontak seksual dengan penderita sifilis dini dalam 90 hari
terakir*
PROGNOSIS
Pengobatan pada sifls primer dan sekunder memberikan
hasil yang sangat baik. Kegagalan terapi hanya masih
ditemukan pada penderita HIV. Penderita tabes dorsalis
tidak akan membaik tetapi progresivitas penyakit
akan berkurang dengan pengobatan sifils. Sifilis
kardiovaskular juga memberikan respons yang bail
dengan pengobatan sifils walaupun infark iskemik masih
dapat ditemukan.*""
REFERENSI
1. rench P. Syphilis, BMY 2007; 33851437
2. Goh BT. Syphilis in adults, Sex Transm Infect 2005; 81:448-
52
3. Richens, Mabey DCW. Sexually Transmitted Infections In
Cook GC. Zumla Al (Eds). Manson's Tropical Disease 22nd
ed. 2008. Sounders, Philadelphia: 403-34
4 Lee V, Kinghorn G. Syphilis: an update, Clin Med 2008;
85303,
5, Peterman TA, Collins DE, Aral SO. Responding to the
‘pidemies of syphilis among men who have sex with men:
{introduction t0 the special issue. Sex Transm Dis 2005
22513
6 Peterman TA, Heffelfinger JD, Swint EB, Groseclose SL. The
‘hanging epidemiology of syphilis. Sex Transm Dis 2005;
2s40.
7. Lafond RE, Lukehart SA. Biological bass for syphilis. Clin
Microbiol Rev 2006,18-20-49,
8. Hook EW. Syphilis In: Goldman L, Schafer AI (Eds).
Goldman's Cecil Medicine 24th e4. 2012. Philadelphia:
leevier Saunders, e827-17.
9. Ghanem KG, Review: Neurosyphils: A historical perspective
and review. CNS Neurosci Ther 2010; 16.8157-68
10. _ZSokolavskiy E, Figo N, Rotanov , etal. Guidelines for the
Taboratory diagnosis of syphilis in East European countries,
[Ear Acad Dermatol Venereol 2009; 23623-32.
11, Centre for Communicable Disease and Infection Control.
Canadian guidelines of sexually transmitted infections.
2008,
12, Farhi D, Dupin N. Origins of syphilis and management in
the immunacompetent patient facts and controversies. Cin
Dermatol 2010; 285208.
43, Stoner BP, Current controversies in the management of adult
‘syphilis, Clin Infect Dis 2007; 44 Suppl 3120-46.
14. Centers for Disease Control and Prevention, Sexually
‘Transmitted Diseases. Treatment Guidelines 2010. MMWR
2010; 59(No. RR-22),
15. Blank LJ, Rompalo AM, Esbelding E],Zenilman JM, Ghanem
KG. Treatment of syphilis in HIV-infected subjects: 2
systematic review ofthe literature, Sex Transm Infect 2011;
87946
416, Farhi D, Dupin N. Management of syphilis in the HIV~‘sirius 811
{infected patient facts and controversies. Clin Dermatol 2010,
28:599-45.
17, Ghanem KG, Evaluation and Management of Syphilis inthe
HVntected Patent. Cur Infect Dis Rep 2010; 1240-6.
18, Tucker JD, Bu J, Brown LB, Yin YP, Chen XS, Cohen
(MS. Accelerating worldwide syphilis screening through
rapid testing: a systematic review. Lancet Infect Dis 2010;
10381.
19, Zetola NM, Klausner JD. Syphilis and HIV infection: an
‘wpdate. Clin Infect Dis 2007; 441222-28,
20, LukelustSA. Syphilis In: Longo D, Fauci A, KasperD, Hauser
§ Jameson] Loscalzo] (Eds), Harrison's Principles of intemal
Medicine 18th ed. 2012. Me Craw Hill New York 1380-8,