TAKHRIJ AL-) 858 $/$/ 868/: Periode Ijtihad Di Masa 6+$+$%$7 '$1 7$%,, 1 (Kajian Sosiologi - Antropologi Hukum Islam)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

TAKHRIJ AL-)858· $/$/ 868/ PERIODE IJTIHAD DI MASA

6+$+$%$7 '$1 7$%,·,1 (Kajian Sosiologi - Antropologi Hukum Islam)

Erwan
-XUXVDQ 6\DUL·DK STAI-YDI Lubuk Sikaping
Jl. Prof Dr. Hamka. No 16 Lubuk Sikaping
e-mail: erwanerwan81@gmail.com

Abstract: This research reveals the truth about the reality of Islamic law and its scope. This study was a
library research. The data were obtained through the library method, namely by collecting data and
materials from books that are relevant to this discussion, by reading, studying, and analyzing all the
sources. Sociological-anthropological understanding means discussing the truth of a fact in depth.
Law as something that is related to humans, then the relationship between humans and other human
beings is in a life interaction. Because without the interaction of life there will be no law (ibi societas
ibi ius, zoon politicon). Law serves to regulate relations between people. But not all human actions
have their regulation. Only actions or behavior that are classified as legal actions. Legal law
relations consist of bonds between individuals and individuals and between individuals and
communities. In its efforts to regulate, the law adapts to the interests of society well. As a collection of
rules or principles, the law has a general and normative content, the legal principle aims to protect the
interests of human beings as social beings. Therefore the law must be obeyed, must be carried out and
maintained, but not violated. Humans are given the mind to think, then ijtihad is the deployment of
the ability of the brain. The real fact shows that thisdynamics had existed during the Prophet's
benediction and tabi'in.

Kata kunci: Sosiologi, Antropologi, Ijtihad, Hukum Islam

PENDAHULUAN Hubungan yang cukup lama antara


sistem hukum dari masyarakat dan
S osiologi Hukum dalam
pengetahuan, bertolak kepada apa
ilmu
kebudayaan-kebudayaan lain (the other
cultures) selain state law (hukum negara)
yang disebut disiplin ilmu, yaitu sistem
ajaran tentang kenyataan, yang meliputi menjadikan sistem- sistem hukum
disiplin analitis dan disiplin hukum tersebut berjalan secara dinamis sesuai
(perskriptif). Disiplin analitis, seperti dengan laju kebudayaannya. Sebagian
sosilogis, psikologis, antropologis, sejarah, pihak menganggap the other laws bagian
sedangkan disiplin hukum meliputi: ilmu- dari masa lalu, namun sebagian lagi
ilmu hukum yang terpecah menjadi ilmu menyatakan bahwa mereka tetap eksis
tentang kaidah atau patokan tentang hingga kini. Dan, sebagian lainnya
prilaku yang sepantasnya, seharusnya, menyatakan ada, namun semakin terkikis.
ilmu tentang pengertian-pengertian dasar Seperti diketahui, AlqXU·DQ adalah
dan sistem dari pada hukum dan lain-lain. salah satu bahkan satu-satunya kitab
suci agama yang pada satu sisi
162 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶DK 9ROXPH 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018

melahirkan berbagai disiplin ilmu mengumpulkan data dan bahan-bahan


pengetahuan yang dihasilkan untuk dari buku yang relevan dengan
memahami AlqXU·DQ itu sendiri. Tidak pembahasan ini, dengan cara membaca,
ada kitab suci lain apalagi buku-buku mempelajari, dan menganalisa untuk
biasa yang untuk memahaminya dapat dipahami.
memerlukan perangkat ilmu
pengetahuan yang dapat dibilang tidak
PEMBAHASAN
terbatas. Demikian pula dengan ilmu
pengetahuan yang dihasilkan dari
padanya (kitab suci atau buku) selain al- Memaknai Sosiologi Dan Antropologi
4XU·DQ 3HUWXPEXKDQ takhrij seiring Hukum
dengan perkembangan ushul fiqh, fiqh atau
1. Sosiologi Hukum
Hukum Islam.
3HULRGH VKDKDEDW GDQ WDEL·LQ Sosiologi hukum (sociology of low)
merupakan periode tafsir dan takmil the sociological study of the social context,
(penjelasan dan penyempurnaan) yang development, and operation of law: the
berlangsung selama 90 tahun kurang syistem of rules and sanctions, the
lebihnya, yaitu terhitung mulai kewafatan specialist institutions and specialist
Rasulullah pada tahun 11 H sampai personal, and the several types of low (for
dengan akhir abad pertama Hijriah (101 H example, constitutional, civil, criminal)
atau 632-720 M). Dan masa setelah that constitute the legal system in complex
shahabat adalah masa WKDEL·LQ. Masa socienties (David Jarry & Julia Jary, n.d:
WKDEL·LQ DGDODK PDVD \DQJ JHPLODQJ 477).
dalam perkembangan ijtihad. Maka dapat dipahami bahwa
sosiologi hukum (sociology of law)
METODE PENELITIAN adalah pengetahuan hukum terhadap
Dalam penulisan ini, baru dikatakan pola perilaku masyarakat dalam
ilmiah bila telah menggunakan metode konteks sosialnya. Dan juga sosiologi
ilmiah, yakni presedur dan langkah- hukum adalah ilmu yang mempelajari
langkah sistematis untuk mendapatkan hubungan timbal balik antara hukum
pengetahuan-pengetahuan ilmiah (ilmu dengan gejala-gejala sosial lainnya
tertentu). Sedangkan metode penelitian secara empiris analisis. Sociology af the
adalah tata cara yang menjelaskan tentang law, menjadikan hukum sebagai alat
bagaimana suatu penelitian dilaksanakan pusat penelitian secara sosiologis yakni
(methods = tata cara). (Iqbal Hasan, 2002: sama halnya bagaimana sosiologi
21). Metode yang digunakan dalam meneliti suatu kelompok kecil lainnya.
penelitian ini adalah metode deskriptif Tujuan penelitian adalah selain untuk
dan analisis komparatif (analytical ² menggambarkan betapa penting arti
comporative method). Dalam pembahasan hukum bagi masy a r ak at luas juga
dan penelitian dan pengumpulan data ini, untuk menggambarkan proses
penulis memakai teknik pengumpulan internalnya hukum.
bahan melalui metode kepustakaan Ruang lingkup sosiologi hukum
(library research) yaitu dengan secara umum, yaitu berkisar pada:
7DNKULM DO )XUX· $ODO 8VXO Periode Ijtihad di Masa Sahabat GDQ 7DEL·in (Kajian Sosiologi-Antropologi Hukum Islam) `163

a. Mempelajari dasar sosial dari bekerja sebagai perumus hukum yang


hukum, berdasarkan anggapan akan diberlakukan, penting yang akan
bahwa hukum timbul dari proses menjalankan hukum, dan penting bagi
sosial lainnya (the genetic sociology of penguasa dan rakyatnya. Perumus
law). hukum adalah perwakilan rakyat,
b. Mempelajari efek hukum terhadp maka setiap anggotanya terlibat dalam
gejala-gejala sosual lainnya dalam perumusan hukum, yakni pemerintah
masyarakat (the operational sociology dan wakil rakyat. Apa yang hendak
of law). dirumuskan dan kemana hukum
Adapun persepektif penelitian hendak dibawa tidak terlepas dari
sosiologi hukum dapat dibedakan penghayatan terhadap aspirasi
antara: masyarakat dan nilai-nilai luhur
a. Sosiologi hukum secara teoritis (Bustanuddin Agus, 2012: 4).
bertujuan untuk menghasilkan Dengan demikian itu, bahwa
generaliasi atau abstrak setelah terjadinya perbedaan di antara para
pengumpulan data, pemeriksaan pakar tentang pendefenisian hukum
terhadap keteraturan sosial, dan disebabkan oleh perbedaan sudut
pengembangan hipotesis (yang pandang.Betapa luas aspek hukum
didalamnya selalu terdapat sehingga menimbulkan beragam
hubungan sebab akibat). defenisi yang luas cakupannya. Hukum
b. Sosiologi hukum empiris atau terkadang dipandang dari sudut
praktis, yang bertujuan untuk sosiologi, hukum biasanya ditinjau dari
menguji berbagai hipotesis tersebut aspek kesejarahan, serta hukum
melalui pendekatan yang sistematis adakalanya dilihat dari segi filsafat,
dan metodologis. dan dari segi agama.
Sosiologi adalah suatu kajian
ilmiah tentang kehidupan masyarakat 2. Antopologi Hukum
manusia. Sosiolog (ahli sosiologi) Hubungan yang cukup lama
berusaha mengadakan penelitian yang antara sistem hukum dari masyarakat
mendalam tentang hakikat dan sebab- dan kebudayaan-kebudayaan lain (the
sebab dari berbagai keteraturan pola other cultures) selain state law (hukum
pikiran dan tindakan manusia secara negara) menjadikan sistem- sistem
berulang-ulang. berbeda dengan hukum tersebut berjalan secara
psikolog, yan memfokuskan sasaran dinamis se sua i de ng an laju
penelitiannya kepada berbagai kebudayaannya. Sebagian pihak
karekteristik pikiran dan tindakan menganggap the other laws bagian dari
perorangan, sosiolog hanya tertarik masa lalu, namun sebagian lagi
pada pikiran dan tindakan yang menyatakan bahwa mereka tetap eksis
dimunculkan seseorang sebagai hingga kini. Dan, sebagian lainnya
anggota suatu kelompok atau menyatakan ada, namun semakin
masyarakat (Dadang Kahmad, 2002: 9). terkikis (Pasudi Suparlan, 1980: 20-23).
Sosiologi hukum penting bagi yang
164 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶DK 9ROXPH 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018

Implikasi konkrit di lapangan dari yang bersifat holistik, yaitu konsep dan
unifikasi hukum ini patut diduga teori dari berbagai disiplin ilmu
terjadinya tumpang tindih, ambivalensi dikombinasikan dan digabungkan
dan ketidak pastian hukum salah satu untuk mengkaji fenomena hukum,
fakta yang terjadi adalah: a) dari sisi yang tidak diisolasi dari konteks sosial,
masyarakat pemilik hukum lokal, politik, ekonomi, budaya, di mana
mereka semakin tidak leluasa dalam hukum itu mengalir.
mengimplementasikan hukumnya, b) Menurut Ihromi (Sartono Sahlan,
dari sisi state, hukum-hukum lain 2010: 150), relevansi menelaah hukum
ditanggapi sebagai ganjalan yang dapat dari segi antropologi, antara lain
menghambat proses pembangunan adalah: (a). Berkenaan dengan masalah
(semesta) (Roger M. Keesing, 1992: yang dihadapi oleh negara-negara
294). berkembang (tentunya termasuk
Gesekan antara dua kutub diatas Indonesia) yang secara budaya bersifat
memang acapkali disikapi dengan pluralistis dalam cita-citanya
disharmonisasi hubungan keduanya, mewujudkan unifikasi hukum atau
dan pasang surut hubungan keduanya modernisasi hukum; (b). berkenaan
memunculkan dinamika dalam dengan kemungkinan munculnya
perilaku, norma dalam masyarakat. masalah bila warga masyarakat dari
Hukum memiliki banyak dimensi, oleh lingkungan sukubangsa tertentu masih
karenanya di kalangan ilmuwan mempunyai norma-norma tradisional
(hukum) tidak ada kesepakatan yang yang kuat dan menuntut ketaatan
tunggal tentang pengertiannya . mengenai hal-hal tertentu, sedangkan
Menurut J.M Otto, Pada umumnya dalam norma hukum yang sudah
hukum diartikan sebagai seperangkat tertulis dan berlaku secara nasional,
rules of conduct yang mengatur dan hal- hal yang harus ditaati itu justru
memaksa masyarakat, juga mengatur dirumuskan sebagai hal yang terlarang.
tentang penyelesaian sengketa Implikasi pendekatan semacam
(Sulistyowati Irianto, 2012: 1-2). ini menjadikan bahwa hukum memberi
Studi hukum di negara input kepada pranata pengendalian
berkembang memerlukan kedua sosial (apapun variant-nya) dan
pendekatan baik pendekatan ilmu kemudian kepada rujukan berpikir
hukum maupun ilmu sosial. masyarakat, dan sebaliknya. Hukum, di
Pendekatan dan analisis ilmu hukum sisi lain, dapat pula menyebabkan
diperlukan untuk mengetahui isi dari perubahan perangkat berpikir, dan
legislasi dan kasus hukum. Namun rujukan kemasyarakatan lainnya atau
pendekatan ini tidak menolong dikenal dalam sosiologi hukum sebagai
memberi pemahaman tentang ´law as tool of social engineeringµ
bagaimana hukum bekerja dalam Pendekatan antropologi hukum
kenyataan sehari-hari, dan bagaimana sengaja menggeser pusat perhatian dari
hubungan hukum dengan konteks aturan-aturan kepada individu atau
kemasyarakatan. Oleh karena itu manusia sebagai aktor yang dalam
dibutuhkan pendekatan interdisipliner mengambil keputusan mengenai
7DNKULM DO )XUX· $ODO 8VXO Periode Ijtihad di Masa Sahabat GDQ 7DEL·in (Kajian Sosiologi-Antropologi Hukum Islam) `165

perilakunya dihadapkan kepada (setempat), yaitu berdasarkan


tuntutan-tuntutan dari tatanan hukum pengarahan etnologi yang mempelajari
yang dihadapinya (Ihromi, 2003: 3). lembaga - lembaga hukum dari suatu
Kajian antropologi hukum masyarakat tertentu. Titik tolaknya
memiliki karakteristik metode pada anggapan bahwa sebelum
penelitian yang dapat diidentifikasi penelitian sudah ada pengertian
melalui dua hal berikut ini.Pertama, hukum. Penelitian ini dapat dilakukan
seorang antropolog hukum melakukan dalam bentuk penjajakan (eksploratif)
studi tekstual, pasal-pasal dalam dengan mempelajari kaidah - kaidah
peraturan perundang-undangan dan hukum yang ideal, baik yang tertulis
kebijakan yang dapat dianalisis secara atau tidak tertulis; (b).diskriptif,
kritikal dan dijelaskan makna dan penelitian ini digunakan untuk
implikasinya terhadap subjek mengetahui hal - hal yang praktis
hukum.Kedua, studi sosio -legal dengan melihat pola perilaku yang
mengembangkan berbagai metode sesungguhnya terjadi, metode ini tidak
¶EDUX· hasil perkawinan antara metode mengutamakan perhatiannya pada apa
hukum dengan ilmu sosial, seperti yang tertulis sebagai norma hukum,
penelitian kualitatif sosio-legal, dan atau yang dikatakan norma hukum
etnografi sosiolegal. Pada umumnya oleh para pemuka masyarakat,
para antropolog hukum melainkan tujuannya untuk
mengembangkan etnografi hukum mengetahui sejauh mana aturan -
untuk mengkaji forum penyelesaian aturan tersebut dapat diterima anggota
sengketa berbasis komunitas yang biasa masyarakat; (c). studi kasus (meneliti
dijumpai dalam kehidupan keseharian. permasalahan), untuk mengetahui
Para peneliti yang mempelajari hukum kausalitas dari berbagai
pluralisme hukum mengembangkan kasus yang ada. Perse lisihan
metode etnografi hukum modern kepentinganyang berakhir pada suatu
seiring dengan isu-isu global yang kasus - kasus merupakan salah satu
membuat pendekatan pluralisme bagian dari metode ini, sebagaimana
hukum semakin tajam memandang yang dikatakan oleh Roscoe Pound
fenomena keberagaman hukum. yang dikutip oleh Hilman
Metode yang dikembangkan secara Hadikusuma ´-DGL KXNXP LWX
interdisipliner itu dapat menjelaskan berperan di se kitar adanya
fenomena hukum yang sangat luas, dan pertentangan kepentingan, karena
keterkaitannya dengan relasi hukum itu merupakan usaha untuk
kekuasaan dan konteks sosial, budaya mendamaikan, menyelaraskan, untuk
dan ekonomi di mana hukum berada PHPSHUWHPXNDQ«NHSHQWLQJDQ \DQJ
(Sulistyowati Irianto, 2012: 7). berlebihan atau yang bertentanganµ
Dalam penelitian Antropologi (Hilman Hadikusuma, 2013, 38).
hukum terdapat tiga cara yang pokok Namun, kesimpulan ini tidak dapat
sebagai berikut: (a). ideologi, penelitian digeneralisasikan pada semua bagian
ini hendaklah bersifat etnologi hukum hukum yang ada. Dalam penelitian
166 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶DK 9ROXPH 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018

terhadap kasus - kasus perselisihan ´Sungguh seperti inilah wafat Nabi SAW
memerlukan pendekatan yang telah diizinkan orang yang mengamalkan
eklektika, yang berpandangan luas dan pertama kali dari amal-amal yang masuk
pluralitas. ijtihad dalam perhatian yang besar
dibandingkan sebelumnya dan telah banyak
Dinamika Hukum Islam Pada Masa \DQJ PHPEROHKNDQQ\Dµ.
Ijtihad Dengan Mempertimbangkan Pada masa ini daerah kekuasaan
Sosiologi Dan Antropologi Hukum Islam semakin luas, meliputi beberapa
daerah di luar semenanjung Arabia,
1. Masa Shahabat seperti Mesir, Syria, Iran (Persia) dan
Iraq. Dan bersamaan dengan itu pula,
Pengertian shahabat menurut
agama Islam berkembang dengan pesat
terminologi ulama fiqh dan ushul fiqh
mengikuti perkembangan daerah
adalah setiap orang yang pernah
tersebut.
bertemu dengan Nabi Muhammad
Di periode shahabat ini, kaum
Saw. dalam status iman kepadanya,
muslimin telah memiliki rujukan
dan meninggal dunia dalam keadaan
KXNXP V\DUL·DW \DQg sempurna berupa
beriman pula.
Al-TXU·DQ GDQ +DGLWV 5DVXO .HPXGLDQ
òÓ âìôàË Ì å•î¿- ”‘Ž¤¼ß• ªì˜Ÿ• GLOHQJNDSL GHQJDQ LMPD· GDQ TL\DV
âà³ í êôàË Ì ðà» Ì Ýߕ “Žô£ diperkaya dengan adat istiadat dan
± ê´à ã òÓ âìÌã é©îŸí ÝŽ£ òÓ ï•î³ peraturan-peraturan berbagai daerah
êèË âì’ôЗ ÝŽ£ òÓ íƒ êç«„‘ yang bernaung dibawah naungan
´6KDKDEDW EHU-ijtihad: Allah SWT Islam. Dapat kita tegaskan bahwa di
meredhai mereka pada kehidupan zaman khulafaur Rasyidin lengkaplah
Rasulullah SAW sama ada dalam dalil-dalil tasyri Islami (dasar-dasar
keadaan adanya pada majelis Rasulullah fiqh Islam) yang empat, yaitu: Al-Kitab,
² dengan izinnya- atau pada keadaan As Sunnah, Al-Qiyas atau ijtihad, atau
ketidakhadiran (ghaib) mereka pada UD·\X GDQ iMPD· yang bersandar pada
PDMHOLV 5DVXOXOODKµ (Usman bin Al-Kitab, atau As-Sunnah, atau Qiyas.
Muhammad al-Akhdar Syausany, tt: âìß •ƒ®Áí âì˜ìŸ• í ”‘Ž¤¼ß• ªìË òÓí
108). âìß ƒ®Ä— âßí æôäà´äß• êŸ•î— îß ï-•îÁ
Masa mulai dari periode
khulafaur Rasyidin dan shahabat-
©Žì˜Ÿû• Þëƒ ŽìôÓ ªì˜ŸŽÓ Ýߕ ªìË òÓ
shahabat yang senior , hingga lahirnya •îÓŽ¿ƒ í •îË®· í •î˜Óƒ í •îÀ×í âìèã
Imam Madzhab yaitu dari tahun 11-132 áŽÜ£ƒ “ªË ðßí÷• ”Ëîä äß• ð߃
H. Ini meliputi periode khulafaur ”Ëîä ã –çŽÜÓ â멎옟Ž‘ ŽëîÁŽ’蘳•
Rasyidin (11-40 H = 632-661 M).
æã ”çîÜã ð玜ߕ Žë-îÁ òÓ ”ôìØÔß• áŽÜ£û•
âà³í êôàË Ì ðà» ð’èß• “ŽÓí –çŽÛ •¬Üëí í ”‘Ž¤¼ß• ïíŽ˜Ó í êßî³- í Ì áŽÜ£•
©Žì˜Ÿû• ð˜ß• Þã•îÌß• æã ÞãŽË Ýíƒ å«ƒ âìôÀ׃
í Þ’× æã ê‘ ŽãŽä˜ë• âÈ˃ -í© òÓ Þ§ªó ´3DGD PDVD shahabat dan ijtihad mereka
êôß• •ïî ß ®œÛƒ dan perkembangan sebagaimana
perkembangan mereka, walaupun dari
7DNKULM DO )XUX· $ODO 8VXO Periode Ijtihad di Masa Sahabat GDQ 7DEL·in (Kajian Sosiologi-Antropologi Hukum Islam) `167

penjelasan orang-orang muslim dan ÝŽ£ òÓ âìèË Ì ð¿- â멎옟• Žã•í


belum terjadi pada masa Rasulullah
SAW. Maka di antara mereka
Þ’× êß•ïî³ æã âìèÜä— áªÌß ê´à ã æË
berijtihad, mengadili, memberi fatwa, Ž’ßŽÏ ÊØó Žäç„Ó êèË âëªÌ’ß Úß«
menetapkan hukum, dan menyandarkan æô’’´ß
dengan semua kumpulan awal yang û ŽóŽÀ× âìß –¿®Ë •«ƒ Ýíõ• •’´ß•
beragam penetapan hukum dengan
ijtihad mereka. maka kumpulan hukum Þ’× æã ŽäÜ£ Žìß åîäàÌó
fiqhiyah dalam perkembangannya padac ºç âìÓ òÓ •îÔà˜§• •«ƒ ðèœß• •’´ß•
dekade ke 2 yang terbentuk dari hukum êèã âܤߕ ÁŽ’蘳• òÓ íƒ æôÌã
Allah, Rasul, fatwa shahabat, dan ´$GDSXQ LMWLKDG PHUHND VHPRJD
ketetapan merekaµ (Abdul Wahab Allah SWT meredhai dalam kondisi
Khalaf, n.d.: 15). di majelis Nabi untuk menolak
Shahabat-shahabat besar dalam kemungkinan mereka dari
periode ini menafsirkan nash-nash keburukkan sebelum itu utk sesudah
KXNXP GDUL $O 4XU·an maupun dari Al mereka. maka secarabiasa disebabkan
Hadits, yang kemudian menjadi oleh dua hal; sebab yang pertama:
pegangan untuk menafsirkan dan apabila bertentangan bagi mereka
menjelaskan nash-nash itu. Selain itu ketetapan tidak mereka ketahui bagi
para shahabat besar memberi pula nya dari sebelum itu, sebab yang
fatwa-fatwa dalam berbagai masalah kedua: apabila terjadi perbedaan pada
besar memberi pula fatwa-fatwa dalam pemahaman nash yang jelas atau
berbagai masalah terhadap kejadian- GDODP SHQHWDSDQ KXNXP µ (Usman
kejadian yang tidak ada nashnya yang bin Muhammad al-Akhdar
jelas mengenai hal itu, yang kemudian Syausany, n.d: 109).
menjadi dasar ijtihad. Untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan baru para
a. Metode dalam Mengenal Hukum
VKDKDEDW NHPEDOL NHSDGD $OTXU·DQ
Para Khulafaur Rasyidin dalam dan Sunnah Nabi. Para shahabat
menghadap suatu masalah atau banyak yang hafal AlqXU·DQ, kendati
berbagai masalah mereka lebih pernah timbul keresahan ketika
dahulu mencari nashnya dari banyak yang gugur ketika
Alquran atau Sunnah, kalau mereka menghadapi peperangan. Karenanya
tidak menemukan dalam Alquran kembali kepada AlqXU·DQ itu mudah.
dan Sunnah mereka mengadakan Hadits memang diriwayatkan dan
pertemuan dengan fuqoha shahabat dihafal. Tetapi nasib hadits tidak
untuk meminta pendapat mereka. sebagus AlqXU·DQ karena perhatian
Apabila mereka telah sepakati suatu mereka lebih terpusat kepada
pendapat, maka mereka menetapkan AlqXU·DQ. Disamping dihafal,
pendapat itu sebagai suatu AlquU·DQ juga ditulis. Namun
keputusan. Inilah yang disebut LMPD· demikian, sumber hukum Islam
dimasa ini adalah AlqXU·DQ dan
168 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶DK 9ROXPH 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018

hadits. Berdasar kedua sumber Khalifah Umar pun berbuat


hukum itulah para kahlifah dan demikian, yaitu apabila sulit baginya
shahabat berijtihad dengan mendapatkan hukum dalam
menggunakan akal pikiran. AlqXU·DQ dan as-Sunnah, maka
Pada umumnya dalam diperhatikan apakah telah ada
memutuskan hukum, shahabat tidak keputusan-keputusan terhadap
sendirian, tetapi bertanya terlebih masal itu. Jika Abu Bakar
dahulu kepada shahabat lain, takut mendapatkan suatu keputusan
kalau salah. Sikap ini menunjukkan hukum, maka Umar memutuskan
bahwa penafsiran terhadap AlqXU·DQ dengan hukum itu, dan kalau tidak
bukan hak perogratif shahabat. maka beliau memanggil pemuka-
Selanjutanya keputusan diambil dari pemuka kaum muslimin, apabila
hasil consensus, yang lazim disebut sepakat tentang hukum tersebut,
LMPD·. Melihat luasnya kekuasaan maka belau memeberikan keputusan
Islam, tetapi kesepakatan beberapa dengan hukum yang telah di
pemuka Islam yang dipandang sepakati tersebut.
mewakili keseluruhan. Metode yang digunakan pada
”ô玜ߕ ”࣮äß• ”‘Ž¤¼ß• ªìË ®’˜Ìó masa shahabat dapat ditempuh
melalui beberapa cara diantaranya :
ê—„¸ç òÓ ðãü³õ• êØÔß• Þ£•®ã æã
1) Dengan semata pemahaman lafaz
Ì ðà» ð’èß• “ŽÓî‘ ƒª˜‘• é-îÄ—í yaitu memahami maksud yang
”‘Ž¤¼ß• ®œÛƒ “ŽÓî‘ ðì˜ç•í âà³ í êôàË terkandung dalam lahir lafaz.
®§•íƒ òÓ Úß« í âìèË Ì ð¿- Umpamanya bagaimana hokum
Ýí÷• å®Øß• membakar harta anak yatim.
´Terkenal (masa shahabat) tahapan Ketentuan yang jelas dalamm
kedua dari tahapan fiqh Islamy dalam alquran hanya larangan memakan
pertumbuhan dan perkembangannya, harta anak yatim. Ketentuan jelas
dimulai dengan wafat nabi SAW dan dalam alquran hanya larangan
berakhir dengan wafat banyak dari memakan harta anak yatim secara
shahabat, itu pada akhir abad aniaya, sedangkan hukum
SHUWDPDµ (Usman bin Muhammad membakarnya tidak ada. Karena
al-Akhdar Syausany, n.d: 114). semua orang itu tahu bahwa
Pada awal masa shahabat ini, membakar dan memakan harta itu
yaitu pada masa khalifah Abu Bakar sama dalam hal mengurangi atau
dan masa kholifah Umar, para menghilangkan harta anak yatim,
shahabat dengan cara bersama- maka keduanya juga sama
bersama menetapkan hukum hukumnya yaitu haram. Cara ini
terhadap sesuatu yang tidak ada kemudian disebut penggunaan
nashnya. Hukum yang di keluarkan metode mafhum.
oleh para shahabat dengan cara 2) Dengan cara memahami alasan
bersama-sama ini di sebut sebagai atau illat yang terdapat dalam
LMPD· shahabat. suatu kasus (kejadian) yang baru,
kemudian menghubungkannya
7DNKULM DO )XUX· $ODO 8VXO Periode Ijtihad di Masa Sahabat GDQ 7DEL·in (Kajian Sosiologi-Antropologi Hukum Islam) `169

kepada dalil nash yang memiliki 661 M) dan periode Umayyah (40-
alasan atau illat yang sama 132 H = 661-750 M). Keistimewaan
dengan kasus tersebut. Cara ini yang menonjol pada masa Khulafaur
kemudian disebut metode qiyas. Rasyidin, yaitu:
b. Keistimewaan Takhrij Pada Masa 1) Kodifikasi ayat-ayat al-4XU·DQ
Shahabat serta menyebarkannya yang
dimaksudkan untuk
æÜäó êç„Ó âìèË Ì ò¿- â멎옟• Žãƒ mempersatukan umat Islam
ðàó ŽäôÓ êË•îçƒ ÝŽäŸƒ dalam satu wajah tentang bacaan
al-4XU·DQ DJDU WLGDN DGD
•Ž˜Üß• ¹î¼èß ®ô´Ô˜ß• í åŽô’ß• ûíƒ
perbedaan yang berakibat
”è´ß•í perpecahan.
Žäã ÝŽœã÷•í 鎒·÷• ðàË ±ŽôØß• Žô玛 2) Pertumbuhan WDV\UL· dengan UD·\X
”è´ß• í •Ž˜Üß• òÓ sebagai motivasi besar terhadap
ºç ðàË ªä˜Ìó û ñ¬ß• ñƒ®ß• ŽœßŽ› para fuqaha untuk menggunakan
rasio sebagai sumber ketiga yaitu
”Ìó®¸ß• ¡í- ðàË Žäçƒ í ¹Ž§ qiyas.
Žì»î¼ç ÊôäŸ òÓ ”›îœ’äß• Setelah masa Khulafaur
´$GDSXQ LMWLKDG VKDKDEDW VHPRJD Rasyidin kemudian diganti dengan
Allah meredhai mereka, maka masa Dinasti Umayyah,
sesungguhnyabentuk yang terbaik itu berkembanglah Ahlul Hadist di
berupa; pertama: Keteranagan dan samping $KOX 5D·\L. Bahkan
penjelasan terhadapa nash-nash al- perbedaan pendapat antara 2
4XU·DQ GDQ DV-Sunnah, kedua: Analogi kelompok ini semakin tajam pada
(qiyas) terhadap hal yang sesuai dan dinasti Abbasiyah (132-656 H) dan
misal-misal yang ada dalam al-4XU·DQ kian bertambah subur dan
dan as-Sunnah, ketiga: pendapat yang berkembang dengan baik serta
tidak berseberangan terhadap nash
menjadi gerakan ilmiah yang
khas dan hanya saja terhadap ruh
berpengaruh luas yang kemudian
SHQV\DUL·DWDQ \DQJ GLWHtapkan dalam
melahirkan mazhab-mazhab fiqhi
kumpulan nash-nashµ (Usman bin
dalam Islam.
Muhammad al-Akhdar Syausany,
Keistimewaan pada periode
n.d: 116).
Khulafaur Rasyidin bahwa fiqh pada
Pada masa Shahabat
masa ini muncul sesuai dengan
merupakan masa perkembangan
perjalannya waktu. Dalam artian,
fiqh yang diistilahkan sebagai masa
kapan ada suatu permasalahan yang
muda remaja yang dimulai dari
tidak terdapat di dalam Nash, maka
periode Khulafaur Rasyidin dan
para mujtahidin berusaha menggali
shahabat-shahabat senior hingga
hukumnya dari AlTXU·DQ dan
lahirnya imam mazhab dari tahun
sunnah. Dalam masa ini terjadi
11-132 H. Meliputi periode
pengumpulan AlqXU·DQ dan
Khulafaur Rasyidin (11-40 H = 632-
menjadikannya dalam satu mushaf.
170 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶DK 9ROXPH 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018

Hal ini terjadi karena untuk menjelaskan keumumannya dan


menghindari perpecahan diantara nash serta cara-cara
umat islam yang sudah mulai penerapannya.
merambah ke seluruh tanah arab. 2) Fatwa-fatwa hasil ijtihad yang di
Dalam masa ini juga belum ada berikan oleh tokoh-tokoh
periwayatan hadits, kecuali jika ada shahabat, terhadap kejadian-
sebuah kebutuhan untuk kejadian yang tidak ada nashnya.
mengetahui suatu hukum. Di masa Cara mujtahid dikalangan
ini juga telah menghadirkan sumber shahabat itu apabila tidak
KXNXP EDUX \DLWX LMPD· 'DQ LQL mendapatkan nash dalan
banyak sekali timbul permasalahan $OTXU·DQ atau as-sunah
\DQJ PHUXMXN SDGD LMPD· tentang hukum sesuatu
Adapun peninggalan- kejadian yang diajukan. Mereka
peninggalan masa shahabat yang berijtihad untuk menemukan
ada hubungannyadengan fiqh ialah: hukum dengan berbagai jalan
1) Penjelasan-penjelasan yang istinbath. Mereka sangat dekat
bersifat yuridis terhadap nash- dan bertemu langsung dengan
nash hukum AlqXU·DQ dan as- Nabi Saw., sehingga
Sunah. Penjelasan-penjelasan memudahkan mereka untuk
yang demikian iti terjadi, ialah mengetahui asbabun nuzul ayat
ketika shahabat membahas nash- dan asbabul wurud hadis. Mereka
nash hukum untuk di terapkan juga mengetahui penafsiran
kepada kejadian-kejadian lalu Rasulullah tentang beberapa ayat
timbul pendapat-pendapat GLVDPSLQJ MXJD PHQJHWDKXL ¶LOODW
tentang pengertian dan maksud hukum dan hikmahnya, sehingga
sebenarnya dari nash-nash. Dalam memudahkan dalam melakukan
melahirkan pendapat-pendapat qiyas nash-nash yang ada
itu mereka bersandar pada bakat kemiripan lalu menetapkan
serta kemampuan mereka dalam hukumnya. Mereka memiliki
bidang bahasa, pada bakat serta pemahaman yang tinggi terhadap
kemampuan mereka dalam bahasa Arab yang merupakan
penetapan hukum dan pada bahasa Alquran. Mereka
pengetahuan mereka, tentang menghafal Alquran dan sunnah
KLNPDK GLWXUXQNDQQ\D V\DUL·DW Rasulullah Saw., menjadi orang
serta sebab ²sebab turunnya pertama yang mempelajari ilmu
DO TXU·DQGDQ GL GDWDQJNDQQ\D DO- syariat dan hukumnya.
hadits. Dari kumpulan pendapat- c. Contoh ijtihad yang dilakukan
pendapat itu terbentuklah syarah pada masa shahabat
yang bersifat yuridis terhadap
nash-nash hukum, yang syarah Ijtihad adalah pengerahan
itu dianggap sebagai landasan kesungguhan dalam mengeluarkan
terpercaya dalam menafsirkan KXNXP V\DUD· GDUL DSD \DQJ
nash-nash tersebut dan untuk GLDQJJDS V\DUL· VHEDJDL GDOLO \DLWX
7DNKULM DO )XUX· $ODO 8VXO Periode Ijtihad di Masa Sahabat GDQ 7DEL·in (Kajian Sosiologi-Antropologi Hukum Islam) `171

kitabullah dan Sunnah Nabi SAW. EHUNDWD ´ 6D\D SHUQDK GLVXUXK


ini dibagi dua macam yakni: Rasulullah memerangi orang
1) Mengambil hukum dari yang sampai mereka mengucap la ilaha
zhahir-zhahir nash apabila illa Allah. Kalau mereka sudah
hukum itu diperoleh dari nash- mengucapkannya, Allah menjaga
nash itu. harta dan darahnya, kecuali
2) 0HQJDPELO KXNXP GDUL PD·TXO GHQJDQ ´KDNµnya. Semua urusan
nash karena nash itu GLWDQJDQ 7XKDQµ $EX EDNDU
mengandung ¶LOODW yang PHQ\DKXW ´ 'HPL $OODK VXQJJXK
menerangkannya, DWDX ¶LOODW LWX saya akan memerangi siapa saja
dapat diketahui dan tempat yang membedakan sholat dengan
kejadian yang di dalamnya zakat. Sebab zakat termasuk
PHQJDQGXQJ ¶LOODW, sedang nash ´KDNµQ\D DWDV KDUWD
itu tidak memuat hukum itu. 2) Ahli waris
Inilah yang dinamakan dengan
Pada zaman Umar Bin
qiyas. (Hudhari Bik, 1980: 256)
Khattab terdapat serombongan
Ž£üÄ»• ± ¢¼ó üÓ •¬ë ðàËí ahli waris yang terdiri dari
Ì ð¿- ”‘Ž¤¼ß• åƒ ÝŽØó åƒ ± suami(1/2) ibu (1,6) dan tiga
¢ô¤¼ß• Þ‘ æôŸ®¨ã •îçŽÛ âìèË orang saudara seibu semuanya
æóªì˜ ã •îçŽÛ âìçƒ ÝŽØó åƒ sesuai dengan ketentuan
Dan terhadap ini, maka tidak AlqXU·DQ .HEHWXODQ GDODP
benar ² istilah ² bahwa dia (asy- rombongan itu ada pula saudara
Syausyani) mengatakan: bahwa laki-laki kandung yang
shahabat semoga Allah meredhai berdasarkan hadits nabi adalah
mereka tentang mereka orang- ´DKOL ZDULV VLVD KDUWDµ .DUHQD
orang yang keluar, tetapi yang harta sudah terbagi habis maka
benar adalah dia mengatakan : saudara kandung tidak dapat
bahwa shahabat itu merupakan bagian apa-apa. Tidak dapatnya
SDUD PXMWDKLGµ (Usman bin saudara kandung, sedangkan
Muhammad al-Akhdar saudara seibu mendapat, tentu
Syausany, n.d: 127). tidak enak dirasakannya. Dalam
Di antara beberapa contoh hal ini umar menetapkan bahwa
ijtihad yang dilakukan oleh saudara kandung bergabung
shahabat, antara lain: dengan saudara seibu dalam
1) Memerangi orang yang tidak mau mengambil hak 1/3 harta yaitu
membayar zakat hak saudara seibu. Hak istri atas
Diriwayatkan, Abu Bakar peninggalan mendiang suaminya
sebagai Khalifah pernah dijelaskan secara pasti dalam
memerangi orang yang menolak AlqXU·DQ 6XUDW $Q 1LVD \DLWX õ
membayar zakat. Umar bin al- bila suami tidak meninggalkan
Khattab menegurnya dengan anak dan 1/8 bila suami
172 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶DK 9ROXPH 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018

meninggalkan anak. Istri ini tidak menutup pintu kesalahan yang


mendapat hak apa-apa bila sama bagi orang lain.
sebelum suami mati istri sudah di Tentang iddah wanita yang
cerai terlebih dahulu. kematian suami disebutkan oleh
3) Hukuman diyat karena Allah secara pasti dalam Surat Al-
pengampunan salah seorang Wali Baqarah ayat 234 yaitu 4 bulan 10
Ketika KDML ZDGD· 1DEL hari:
menyuruh pilih keluarga korban ´2UDQJ-orang yang meninggal dunia
dimaksud, qishas atau denda bagi di antaramu dengan meninggalkan
pembunuh (pembunuh isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu)
disengaja). Ini sesuai firman Allah menangguhkan dirinya (ber'iddah)
dalam surat Al-Baqarah ayat 178. empat bulan sepuluh hari. kemudian
´Hai orang-orang yang beriman, apabila telah habis 'iddahnya, Maka
diwajibkan atas kamu qishaash tiada dosa bagimu (para wali)
berkenaan dengan orang-orang yang membiarkan mereka berbuat terhadap
dibunuh; orang merdeka dengan diri mereka menurut yang patut.
orang merdeka, hamba dengan Allah mengetahui apa yang kamu
hamba, dan wanita dengan wanita. perbuat.
Maka barangsiapa yang mendapat òÓ âìèË Ì ò¿- ”‘Ž¤¼ß• Õ®Ô—
suatu pema'afan dari saudaranya, ÊŸ®ó •î¤’»ƒ í ”£î˜Ôäß• -Ž¼ã÷•
hendaklah (yang mema'afkan)
mengikuti dengan cara yang baik, âìèó© ”Ó®Ìäß âìçŽÜã âìô߃
dan hendaklah (yang diberi ma'af) áŽÜŸõ• âìß åîИ’ó•îçŽÜÓ
membayar (diat) kepada yang í ”ó ©Žì˜Ÿõ• ®ôÏ ”»î¼èäß•
memberi ma'af dengan cara yang baik Ž»î¼èã éíª ó âߎã âÜ£ åîĒ蘴ó
(pula). Yang demikian itu adalah
suatu keringanan dari Tuhan kamu ©Žì˜Ÿ•í ”è´ß• í 僮Øß• òÓ êôàË
dan suatu rahmat. Barangsiapa yang ®§ƒ ©Žì˜Ÿ• æã Òà˜¨ó ªì˜ äß•
melampaui batas sesudah itu, maka í ŽìäôôØ— í Ê×îàß ®óªØ˜ß• Ñü˜§Ž‘
EDJLQ\D VLNVD \DQJ VDQJDW SHGLKµ
í Žì‘ Ýª˜´ó ò˜ß• ”ß©õ• Ñü˜§•
4) Pernikahan seorang wanita yang –¤— •Žóï° ß• ••-©ƒ òÓ Ñü˜§û•
VHGDQJ GDODP ¶LGGDK
”ãŽÌß• ªË•îØß•í ”ôߎäŸõ• ”ß©õ•
Tentang kasus semacam ini ”»Ž¨ß• ”ôèë¬ß• žëŽèäß• Ñü˜§•í
terdapat dalam sunnah maupun
AlqXU·DQ. Ali ra. dalam menjawab áªÌßí æóªì˜ äß• æã ª£•í ÞÜ‘
masalah ini berpegang pada ð߃ ŽÌôäŸ ”Ôó®¸ß• šó©Ž£÷• Ýî»í
prinsip umum, tidak ada âìÌäŸ
´ODUDQJDQ DEDGLµ 0DND FXNXSODK ´3HUEHGDDQ VKDKDEDW VHPRJD $OODK
diberi hukuman fisik dan SWT meredhai mereka pada kota-
SHUFHUDLDQ VHUWD ´LGGDK JDQGDµ kota yang telah dikuasai, dan
Sementara Umar ra. dalam menjadikan mereka kembali kepada
mengambil sikap keras itu karena tempat-tempat mereka utnuk
mengetahui dunia mereka, maka
7DNKULM DO )XUX· $ODO 8VXO Periode Ijtihad di Masa Sahabat GDQ 7DEL·in (Kajian Sosiologi-Antropologi Hukum Islam) `173

sungguh mereka mencari bagi wasallam dalam keadaan ia beriman


mereka hukum-hukum nash tanpa kepada Nabi 6KDOODOODKX ¶DOD\KL ZDVDOODP
ijtihad, mereka menetapkan hukum meskipun ia tidak melihat Beliau
yang belum ditemukan nash 6KDOODOODKX ¶DOD\KL ZDVDOODP dan ia mati
terhadapnya berdasarkan di atas keislamannya. Di dalam kitab
AlqXU·DQ, as-Sunnah dan ijtihad al-Hadits wa al-Muhadditsuun,
para mujtahid yang berbeda dari menyetir pendapat al-Khatib, dikatakan
ijtihad yang lain dengan bahwa Tabi'in adalah orang yang
perbedaan ketetapan untuk menyertai shahabat, tidak cukup hanya
kejadian dan tempatnya, dan bertemu saja³seperti batasan arti
berbeda dalil-dalil yang mereka shahabat, mereka cukup dengan hanya
jadikan dalil bagi nya, dan bertemu saja dengan Nabi Muhammad
SHUEHGDDQ SDGD WLQJNDWDQ MX]·L GL SAW, karena nilai kemuliaan,
atas dalil yang ijmali, dan qawaid
ketinggian budi Nabi. Berkumpul
umum, dan perbedaan manhaj
sebentar dengan Nabi bisa
mazhab yang khusus dengan
berpengaruh terhadap Nur Ilahi
setiap pribadi mujtahid dan
seseorang, sedangkian bertemu dengan
menolak sampainya hadist-hadist
orang lainnya tidak (termasuk dengan
yang mulia semua ke pada
para shahabat) meskipun waktunya
kumpulan-NXPSXODQ PHUHNDµ
lebih lama. Sedangkan kebanyakan ahli
(Sayyid Muhammad Musa, n.d:
hadits berpendapat bahwa, Tabi'in
56-57).
adalah orang yang bertemu shahabat
2. 7DNKULM 3DGD 0DVD 7DEL·LQ meskipun tidak berguru kepadanya.
Lain halnya dengan batasan al-Hakim,
”‘Ž¤» •îØß æó¬ß• æ㯠îë æôÌ‘Ž˜ß• æ㯠ia mendefinisikan tabi'in sebagai orang
åŽÛ ª×í âà³ í êôàË Ì Þ» Ì Ýî³- yang menjumpai shahabat dan pernah
âìèË Ì ð¿- ”‘Ž¤¼ß• á¯û æã âìèô‘ meriwayatkan daripadanya. Sedangkan
GDODP EXNX ODLQ GLVHEXWNDQ WDEL·LQ
û• í ©Žì˜Ÿû• òÓ âì ìèã í âììØÔ‘ ®›„˜Ó adalah setiap muslim yang belum
ÁŽ’蘳 sempat melihat Nabi SAW namun ia
sempat melihat dan bertemu dengan
´]DPDQ WDEL·LQ DGDODK ]Dman orang- shahabat, baik ia meriwayatkan atau
orang yang bertemu dengan shahabat tidak darinya.
Rasulullah SAW, dan sungguh diantara
mereka dari keleaziman shahabat semoga a. Langkah ² /DQJNDK 7DEL·LQ dalam
Allah meredhai mereka, berbekas dengan Takhrij dan 7DV\UL·
pemahaman, manhaj mereka dalam Bila artian sederhana tentang
EHULMWLKDG GDQ EHULVWLEDWKµ (Usman bin hukum Islam itu dihubungkan
Muhammad al-Akhdar Syausany, n.d: kepada pengertian fiqh sebagaimana
129). dijelaskan sebelumnya, dapat
-DGL GDSDW GLSDKDPL EDKZD WDEL·LQ dikatakan bahwa yang dimaksud
adalah orang yang berjumpa dengan dengan hukum Islam itu adalah
shahabat Nabi 6KDOODOODKX ¶DOD\KL yang bernama fiqh dalam literatur
174 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶DK 9ROXPH 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018

Islam yang berbahasa Arab. Dengan besar Persi hingga sampai sungai
demikian, setiap kata fiqh dalam Jihon (Amudariya), dari utara atas
buku ini berarti hukum Islam (Amir Suriyah dan negeri Armenia. Dari
Syarifuddin, 2009: 6). barat atas Mesir. Pada zaman itu
Kajian tentang hukum Islam itu dibangun kota-kota Besar Islam
mengandung dua bidang pokok seperti Fusthath, Kufah, dan
yang masing-masing luas Bashrah. Dan sebagian besar kaum
cakupannya, yaitu: Pertama, kajian Muslimin tinggal disana, di antara
tentang perangkat peraturan terinci mereka banyak tedapat shahabat.
yang bersifat amaliah dan harus Banyak orang-orang yang bukan
diikuti umat Islam dalam kehidupan bangsa Arab memasuki Islam.
beragama. Inilah yang secara Pada masa Ustman
sederhana disebut fiqh dalam artian penaklukan-penaklukan itu meluas
khusus dengan segala lingkub ke timur dan ke barat, hanya saja
bahasannya. Kedua, kajian tentang bangunan yang tinggi itu hampir
ketentuan serta cara dan usaha yang tidak sempurna, karena tertimpa
sistematis dalam menghasilkan dengan pertarungan hebat, yaitu
perangkat peraturan yang terinci itu kehebohan melawan Amirul
disebut ushul fiqh atau dalam arti Mukminin Utsman bin Affan r.a,
lain sistem metodologi fiqh. yang dimulai dengan permufakatan
Rasulullah SAW wafat dan orang-orang yang membencinya dan
Abu Bakr r.a menjabat sebagai berakhir dengan tindakan kumpulan
khalifah. Pada masa dijumpai tiga negara besar ke Madinah
sebagian besar bangsa Arab dimana mereka menghabisi
berpaling dari Islam. Cita-cita hidupnya. Hal ini menjadi sebab
mantap dari Abu Bakr dan kekuatan perpecahan pendapat kaum
Iman dalam hati orang Muhajirin Muslimin, yaitu satu golongan yang
dan orang Anshar adalah obat yang dendam atas Utsman dan merka
paling berguna untuk mengokohkan adalah orang-orang \DQJ PHPEDL·DW
tiang-tiang Islam. Maka Abu Bakr Ali bin Abu Thalib r.a dan satu
menyiapkan menyiapkan beberapa golongan yang dendam atas
bala tentara untuk dikirim ke Irak terbunuhnya Utsman dan mereka
dan Syam, untuk menyiarkan adalah orang-orang yang mengikuti
dakwah Islam pada kerajaan Persi 0X·DZL\DK ELQ $EL Sofyan r.a.
dan Rumawi, dan Abu Bakr Tempat tinggal golongan yang
meninggal sebelum itu terealisir dan pertama adalah Kufah ibukota
belum diketahui siapa yang negeri Irak dan tempat tinggal
melanjutkannya (Hudhari Bik, 2008: golongan yang kedua adalah
243). Damaskus ibukota negeri Syam. Dua
Kemudian datanglah Umar, golongan ini saling membenci satu
maka ditangannya sempurnalah sama lainnya dan yang satu saling
penaklukan dan kaum Muslimin mengutuk dan akhirnya masalah itu,
memerintah dari timur atas sebagian menimbulkan perperangan besar
7DNKULM DO )XUX· $ODO 8VXO Periode Ijtihad di Masa Sahabat GDQ 7DEL·in (Kajian Sosiologi-Antropologi Hukum Islam) `175

antara golongan itu di padang padanan masalahnya dengan apa


Shiffin. Orang-orang yang berperang yang terdapat dalam nash. Bila tidak
dari dua kelompok itu adalah orang- mungkin, mereka menempatkan
orang pilihan di dunia Islam. maslahatan umum sebagai bahan
Di zaman WDEL·LQ, permasalahan rujukan dalam berijtihad.
hukum yang muncul pun semakin Dalam masa ini terlihat cara
NRPSOHNV 3DUD WDEL·LQ melakukan mereka melakukan ijtihad mengarah
ijtihad di berbagai daerah Islam kepada dua bentuk, yaitu:
(Nasrun Haroen, 1996: 8). Dalam 1) Kalangan shahabat yang lebih
PDVD WDEL·LQ ini Islam semakin luas banyak menggunakan hadits atau
wilayahnya, kehidupan masyarakat al-Sunnah dibandingkan UD·\X.
juga semakin maju dan komplek. Cara ijtihad seperti ini
Penganut Islam pun bukan lagi berkembang di kalangan ulama
hanya orang-orang Arab, tetapi MaGLQDK GHQJDQ WRNRKQ\D 6D·LG
sudah berbaur dengan bangsa lain ibn al-Musayyab. Kalangan
yang berbeda-beda bahasanya. shahabat ini kemudian
Perkembangan ini menyebabkan berkembnag dengan sebutan
pengetahuan umat Islam akan ´0DGUDVDK 0DGLQDKµ
sumber Islam yaitu AlqXU·DQ dan al- 2) Kalangan shahabat yang lebih
Sunnah yang berbahasa Arab itu banyak menggunakan UD·\X
tidak lagi sesempurna orang dibandingkan dengan pengunaan
sebelumnya. Di samping itu, al-Sunnah. Cara ijtihad seperti ini
permasalahan kehidupan yang berkembang di kalangan ulama
memerlukan jawaban hukum Kufah dengan tokohnya Ibrahim
semakin meningkat yang lebih al-1DNK·L .DODQJDQ VKDKDEDW ini
menuntut pelaksanaan ijtihad. kemudian berkembang dengan
Cara ulama WDEL·LQ PHODNXNDQ VHEXWDQ ´0DGUDVK .XIDKµ (Amir
ijtihad adalah mengikuti cara yang Syarifuddin, 2009: 260).
sudah dirintis sebelumnya oleh Kenapa ulama Madinah lebih
shahabat. Mereka menggunakan banyak menggunakan Hadits
AlqXU·DQ dan al-Sunnah nabi sebagai ketimbang UD·\X dan kenapa pula
rujukan utama. Selanjutnya mereka ulama Kufah atau Irak lebih
PHQJLNXWL LMPD· VKDKDEDW -LND WLGDN menggunakan UD·\X ketimbang
GLWHPXNDQ GDODP LMPD· PHUHND Hadits? Hal ini dapat dipahami
berpedoman kepada hasil ijtihad dengan melihat kepada kondisi dan
pribadi dari shahabat yang mereka perkembangan masyarakat di dua
kuat dalilnya. Disamping itu, mereka lokasi yang berbeda ini. Kufah atau
menggunakan UD·\X sebagaimana Irak adalah suatu wilayah yang lebih
yang dilakukan oleh shahabat. maju kehidupan masyarakatnya,
Dalam penggunaan UD·\X sedapat sehingga masalah hukum yang
mungkin mereka tempuh melalui dihadapinya sangat kompleks.
qiyas, bila mereka menemukan Letaknya yang berjauhan dengan
176 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶DK 9ROXPH 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018

pusat kedudukan Nabi yang perempuan keluar rumah untuk


menyebabkan ulamanya lebih pergi ke mesjid karena pada masa itu
cenderung (terdorong) untuk banyak orang yang usil dan fasik
menggunakan UD·\X. Sedangkan yang akan menganggu perempuan
Madinah adalah suatu wilayah yang yang keluar rumah (Amir
kehidupan masyarakatnya masih Syarifuddin, 2009: 259).
sederhana, sehingga masalah hukum 6D·LG LEQ DO-Musayyab sebagai
yang dihadapinya tidak begitu PXMWDKLG WDEL·LQ EDQ\DN
kompleks. Di sisi lain mereka hidup menghasilkan ijt ihad yang
di kalangan kaum yang berdekatan kelihatannya berbeda dengan apa
dengan Nabi sehingga banyak yang diketahui sebelumnya. Seperti
mempunyai koleksi Hadits. Karena pendapatnya yang mengatakan
diberikan jawabannya dengan bahwa seorang isteri yang ditalak
Hadits Nabi yang banyak mereka tiga yang akan kemabli kepada
ketahui. Hal ini menyebabkan suaminya yang pertama adalah
mereka tidak begitu terdorong untuk cukup jika telah melakukan akad
PHQJJXQDNDQ UD·\X nikah dengan suami kedua dan tidak
Hasil yang dicapai oleh ijtihad perlu bercampur terlebih dahulu.
ulama WDEL·LQ ini, meskipun mereka Beliau berdalil dengan umumnya
mengikuti petunjuk dari cara ijtihad firman Allah dalam surat al-Baqarah
ulama shahabat, namun dalam (2): 230;
beberapa hal mereka berbeda ´Kemudian jika si suami
pendapat dengan ulama Shahabat, mentalaknya (sesudah talak yang
bahkan berbeda dengan apa yang kedua), maka perempuan itu tidak
berlaku pada waktu nabi. Ali bin Abi lagi halal baginya hingga dia kawin
Thalib dan sebagian ulama shahabat dengan suami yang lain. Kemudian
menerima kesaksian salah seorang jika suami yang lain itu
suami isteri terhadap yang lain menceraikannya, maka tidak ada dosa
dalam pengadilan. Begitu pula, bagi keduanya (bekas suami pertama
mereka menerima kesaksian anak- dan isteri) untuk kawin kembali jika
anak terhadap orang tua dan keduanya berpendapat akan dapat
kesaksian orang tua terhadap anak- menjalankan hukum-hukum Allah.
anak. Tetapi Qadhi Syureih dan Itulah hukum-hukum Allah,
sebagian ulama WDEL·LQ menerima diterangkan-Nya kepada kaum yang
(mau) mengetahuiµ.
kesaksian seperti itu, karena adanya
Pendapat berbeda dengan
unsur tuhmah dan kecintaan yang
pendapat ulama shahabat yang
akan mempengaruhi mereka dalam
berpedoman kepada Hadits Nabi
kesaksiannya.
yang mengatakan bahwa isteri yang
Dalam masa Nabi dan masa
ditalak tiga itu baru boleh nikah lagi
shahabat, perempuan biasa keluar
dengan suami pertamanya bila dia
rumah untuk pergi ke mesjid asal
telah bercampur dengan suami
tidak memakai wewangian. Ulama
kedua dan tidak cukup dengan akad
WDEL·LQ PHQHWDSNDQ WLGDN EROHKQ\D
7DNKULM DO )XUX· $ODO 8VXO Periode Ijtihad di Masa Sahabat GDQ 7DEL·in (Kajian Sosiologi-Antropologi Hukum Islam) `177

nikah. 6D·LG Ein al-Musayyab juga Mereka tidak meluaskan dalam


menfatwakan bolehnya seseorang menetapakan masalah-masalah dan
yang sedang junub untuk membaca menjawabnya, bahkan mereka tidak
AlqXU·DQ asal tidak memegang menampakkan pendapat tentang
mushaf AlqXU·DQ itu. Pendapat ini sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi. Jika
berbeda dengan pendapat ulama sesuatu itu terjadi maka mereka
VHEHOXPQ\D 0DVD WDEL·LQ ini dalam berijtihad untuk mengistimbathkan
hal pelaksanaan ijtihad dikenal hukumnya. Oleh karena itu fatwa-
sebagai masa perantara antara masa fatwa yang dinukil dari shahabat-
sahahabat dengan masa imam shahabat besar adalah sedikit.
mujtahid, karena motode ijtihad Dinamika sosial dan hukum Islam
yang dilakukan ulama ulama saling memiliki keterkaitan dalam
shahabat diperdalam dan dipolakan melakukan perubahan. Satu sisi perubahan
GDODP PDVD WDEL·LQ LQL. Hasil yang sosial karena hukum Islam. Di sisi lain,
telah dicapai masa WDEL·LQ inilah yang perubahan hukum Islam karena perubahan
dikembangkan secara sistematis dan sosial. Keberadaan hukum Islam yang
terstruktur oleh imam mujtahid. dibawa oleh Rasulullah Saw. dengan jelas
merubah sosial masyarakat pada waktu itu
b. Ijtihad dan Khazanah Fikihiyah di dari masyarakat jahiliyyah yang berpegang
=DPDQ 7DEL·LQ kepada adat kebiasaan mereka menjadi
Ijtihad adalah pengerahan masyarakat Islam yang berpegang kepada
kesungguhan dalam mengeluarkan hukum Islam. Tetapi hukum Islam juga
KXNXP V\DUD· GDUL DSD yang dianggap melakukan perubahan karena terjadinya
V\DUL· VHEDJDL GDOLO \DLWX NLWDEXOODK dan perubahan sosial. Sesuai dengan kaidah
Sunnah Nabi SAW. ini dibagi dua ILNLK \DQJ GLEXDW ROHK IXTDKD ´EHUXEDKQ\D
fatwa dengan sebab berubahnya masa,
macam yakni:
tempat, keadaan (niat) GDQ DGDW NHELDVDDQ µ
1) Mengambil hukum dari yang zhahir-
Dengan melakukan perubahan hukum,
zhahir nash apabila hukum itu
maka hukum Islam itu dinamis, dan
diperoleh dari nash-nash itu.
mampu beradaptasi, sehingga hukum Islam
2) 0HQJDPELO KXNXP GDUL PD·TXO nash
itu op tu date sesuai dengan perkembangan
karena nash itu mengandung ¶LOODW
zaman dan perubahan social
yang menerangkannya, atau ¶illat (Fathurrahman az-Zhari, 2016).
itu dapat diketahui dan tempat
kejadian yang di dalamnya
PHQJDQGXQJ ¶LOODW VHGDQJ QDVK LWX PENUTUP
tidak memuat hukum itu. Inilah Sosiologi hukum; mempelajari,
yang dinamakan dengan qiyas. menjelaskan secara analitisempiris
(Hudhari Bik, 2008: 256). tentang persoalan hukum dihadapkan
Pengeluaran hukum (istimbath) dengan fenomena-fenomena lain
pada masa itu terbatas pada fatwa- dimasyarakat.Hubungan timbal balik
fatwa yang difatwakan oleh orang yang antara hukum dengan gejala-gejala
ditanya tentang suatu peristiwa. sosial lainnya merupakan bagian yang
178 ` -XUQDO ,OPLDK 6\DUL¶DK 9ROXPH 7, Nomor 2, Juli-Desember 2018

tidak terpisahkan dalam mempelajari a. Mengambil hukum dari yang zhahir-


sosiologi hukum. zhahir nash apabila hukum itu
Pengembangan kajian hukum diperoleh dari nash-nash itu.
selalu bersifat dinamis dan adaptif b. 0HQJDPELO KXNXP GDUL PD·TXO nash
terhadap kebutuhan zamannya. karena nash itu mengandung ¶illat
+XNXP WLGDN KDGLU ´WHUEHULNDQµ GDODP yang menerangkannya, atau ¶LOODW itu
kehidupan masyarakat untuk mengatur dapat diketahui dan tempat kejadian
dan mengawasi dan memberikan yang di dalamnya mengandung
sanksi, melainkan hukum merupakan ¶LOODW, sedang nash itu tidak memuat
interaksi manusia dengan dirinya hukum itu. Inilah yang dinamakan
pribadi, sesama manusia, alam dan dengan qiyas
Sang Maha Pencipta. Hal yang penting 3DUD VKDKDEDW GDQ WDEL·LQ VDQJDW
dapat diperhatikan adalah hukum cerdas dalam menetapkan suatu
tidak hanya berisi konsepsi normatif: ketetapan hukum. Hal ini dilihat dari
hal-hal yang dilarang dan dibolehkan: pengembangan hukum dengan
tetapi juga berisi konsepsi kognitif. penetapan melalui ijtihad yang
Tidak dapat dipungkiri, bahwasanya mengacu kepada nilai dari kajian
kajian hukum yang hanya sosiologi dan antropologi hukum.
berlandaskan metode normatif - yuridis
atau normatif - positivistik hanya akan
mengarah kepada hilangnya nilai DAFTAR KEPUSTAKAAN
substantif dalam hukum atau norma Abdul Wahab Khalaf. (n.d.). Ushul Fiqh.
tersebut. Kajian Antropologi Hukum Beirut: Dar- Alfikri.
telah memberikan perspektif baru dan
solusi alternatif dalam memahami Amir Syarifuddin. (2009). Ushul Fiqh (Jilid
hukum dan berbagai aspek yang 1). Jakarta: Kencana.
muncul dari hukum itu sendiri.Kajian Bustanuddin Agus. (2012). Sosiologi
dengan pendekatan ini sangat Hukum. Padang.
membatu terhadap subjek dan objek
Dadang Kahmad. (2002). Sosiologi Agama.
dari hukum, dan menghindari praktek
´FXFXN FDEXWµ GDODP SHQ\XVXQDQ GDQ Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
penegakan hukum dalam masyarakat. David Jarry & Julia Jary. (n.d.). The Harper
Periode VKDKDEDW GDQ WDEL·LQ Collins Dictionary Sociology. Harper
merupakan periode tafsir dan takmil Perennial A Division of Harper
(penjelasan dan penyempurnaan) Collins Publisher.
Ijtihad adalah pengerahan Fathurrahman az-Zhari. (2016). Dinamika
kesungguhan dalam mengeluarkan Perubahan Hukum Dalam Islam. At-
KXNXP V\DUD· GDUL DSD yang dianggap
Tahrir - Jurnal Pemikiran Islam.
V\DUL· VHEDJDL GDOLO \DLWX NLWDEXOODK dan
Sunnah Nabi SAW. ini dibagi dua Hilman Hadikusuma. (2013). Antropologi
macam yakni: Hukum Indonesia. Bandung: PT.
Alumni Bandung.
Hudhari Bik. (2008). Tarikh al-7DV\UL· $O-
7DNKULM DO )XUX· $ODO 8VXO Periode Ijtihad di Masa Sahabat GDQ 7DEL·in (Kajian Sosiologi-Antropologi Hukum Islam) `179

Islami (Sejarah Pembinaan Hukum Roger M. Keesing. (1992). Antropologi


Islam), alih bahasa Muhammad Zuhri. Budaya (Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Semarang: Darul Ikhya Indonesia.
Sartono Sahlan. (2010). The Other Laws di
Ihromi. (2003). Antropologi Hukum Islam. Era Otonomi Daerah (Studi
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Antropologi Hukum). Pandecta
Iqbal Hasan. (2002). Metodologi Penelitian Fakultas Hukum UNNES Semarang.
dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Sayyid Muhammad Musa. (n.d.). al-Ijtihad
Indonesia. wa mada hajatuna ilahi fi haza al-¶DVU\.
Nasrun Haroen. (1996). Ushul Fiqh I. Darul Kutubal-Haditsah.
Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. Sulistyowati Irianto, dkk. (2012). Kajian
Pasudi Suparlan. (1980). Kebudayaan, Sosio Legal. Denpasar: Pustaka
Masyarakat dan Agama: Agama Larasan.
Sebagai Sasaran Penelitian Usman bin Muhammad al-Akhdar
Antropologi. Majalah Ilmu-Ilmu Sastra Syausany. (n.d.). Takhrij al-)XUX· ¶$OD
Indonesia (Indonesian Journal of Cultural Al-Ushul Dirasah Tarikhiyah wa
Studies), 10(1). Minhajiyah wa Tabqiyah. Mamlikiyah.

You might also like