Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Journal of EST, Volume 2 Nomor 1 April 2016 hal.

33 - 45
p-ISSN:2460-1497
e-ISSN: 2477-3840

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI METODE HYPNOTEACHING UNTUK


MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
PADA SISWA SMP NEGERI
Hadi Kasmaja
Guru Matematika SMP Negeri 41 Bulukumba
Email : dshadikasmaja@gmail.com

ABSTRACT
This study is an pre-experiment research which aims at examining (1) the
implementation result of hypnoteaching method in Mathematics learning of class VII
students at SMPN 41 Bulukumba, (2) the learning motivation of class VII students at
SMPN 41 Bulukumba before and after being taught using hypnoteaching method, and (3)
the extend of improvement of students’ learning result of class VII at SMPN 41
Bulukumba taught by using hypnoteaching method. The population of the study was all
class VII students at SMPN 41 Bulukumba. The sample was class VIIb students at SMPN
41 Bulukumba. Based on the effectiveness level criteria, the hypnoteaching method
learning was adequately effective to be implemented on rectangular subject. It was
proved by the students’ learning result of class VII at SMPN 41 Bulukumba before
implementing hypnoteaching method which achieved the mean score 40.24 and was in
incomplete category; whereas after being taught by using hypnoteaching method, it
achieved the mean score 76.59 that approximately 75% students had fulfilled minimal
completeness criteria so it achieved classical completeness with fair category. The result
of the study showed that the implementation of learning using hypnoteaching method for
six sessions was in the category of completely implemented with the mean score 3.6.
There was improvement of learning motivation of students after being taught by using
hypnoteaching method from the mean score 95.96 improved to 112. There was
improvement of Mathematics learning result of students in class VII at SMPN 41
Bulukumba after being taungt by using hypnoteaching method with the improvement of
students’ learning result counted using normalized gain formula by 0.61.

Keywords : effectiveness, hypnoteaching, learning motivation, N-gain

ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimen yang bertujuan untuk: (1)
Mengetahui hasil implementasi metode hypnoteaching dalam pembelajaran matematika
pada siswa kelas VII SMP Negeri 41 Bulukumba, (2) Mengetahui motivasi belajar siswa
kelas VII SMP Negeri 41 Bulukumba sebelum dan setelah diajar dengan menggunakan
metode hypnoteaching, (3) Mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa
kelas VII SMP Negeri 41 Bulukumba yang diajar dengan menggunakan metode
hypnoteaching. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 41
Bulukumba dan sampelnya adalah siswa kelas VIIb SMP Negeri 41
Bulukumba.Berdasarkan kriteria tingkat keefektifan, pembelajaran metode
hypnoteaching cukup efektif untuk diterapkan pada pokok bahasan bangun datar
segiempat. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 41
Bulukumba sebelum diterapkan metode hypnoteaching mencapai skor rata-rata 40,24
dan berada pada kategori tidak tuntas. Sedangkan setelah diajar dengan pembelajaran
metode hypnoteaching mencapai skor rata-rata 76,59 dan memenuhi kriteria ketuntasan
minimal (KKM) sehingga mencapai ketuntasan klasikal dengan kategori sedang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran dengan metode
hypnoteaching selama 6 kali pertemuan termasuk dalam kategori terlaksana keseluruhan
dengan rata-rata 3,6. Terjadi peningkatan motivasi belajar siswa setelah diajar dengan

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Journal of EST, Volume 2 Nomor 1 April 2016 hal. 33- 45 34

menggunakan metode hypnoteaching, dari skor rata-rata 95,96 menjadi 112. Terjadi
peningkatan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri 41 Bulukumba
setelah diajar dengang menggunakan metode Hypnoteaching dengan peningkatan hasil
belajar siswa yang dihitung dengan rumus gain ternormalisasi sebesar 0,61.

Kata kunci : Efektivitas, hypnoteaching, motivasi belajar, N-Gain.

PENDAHULUAN pendidikan formal didominasi pandangan bahwa


pengetahuan matematika sebagai seperangkat
Pendidikan merupakan sesuatu yang fakta-fakta yang harus dihapalkan, kelas
penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka berfokus pada guru sebagai sumber pengetahuan.
upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari Pembelajaran matematika yang berorientasi pada
pendidikan inilah diperoleh pengetahuan, target penguasaan materi tersebut, mungkin
keterampilan serta terwujudnya sikap dan terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali
Dunia pendidikan memungkinkan siswa untuk memecahkan persoalan dalam
terjadinya berbagai interaksi antara satu dengan kehidupan jangka panjang. Belajar matematika
yang lain. Baik interaksi antara pendidik dan dirasakan sebagai tekanan dan beban, yang
peserta didik, pendidik dan pendidik lain serta sering terjadi adalah materi yang telah dipelajari
peserta didik dan peserta didik lain. Dari mudah dilupakan dan tidak bermakna bagi siswa.
berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai Akibatnya semakin tinggi jenjang pendidikan
interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi semakin tinggi materi pembelajaran matematika,
edukatif. Interaksi edukatif ini adalah interaksi semakin susah pula bagi siswa untuk memahami
yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk matematika.
tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena Penguasaan matematika secara baik
itu interaksi edukatif ini perlu dibedakan dari sejak dini perlu ditanamkan sehingga konsep-
bentuk interaksi yang lain. Dalam pengertian konsep dasar Matematika dapat diterapkan
yang lebih spesifik pada bidang pengajaran, dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari.
dikenal adanya istilah interaksi belajar mengajar. Dengan memakai konsep dasar Matematika
Dengan kata lain apa yang dinamakan interaksi siswa akan memiliki bekal untuk menguak
edukatif, secara khusus adalah sebagai interaksi perkembangan ilmu dan teknologi yang
belajar mengajar. Interaksi belajar mengajar berkembang pesat dewasa ini. Dalam
mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi pembelajaran Matematika tentunya tidak lepas
dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas dari ciri matematika itu sendiri (Depdiknas,
mengajar disatu pihak, dengan warga belajar 2006), yaitu (1) memiliki objek kejadian yang
(siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang abstrak dan (2) berpola pikir deduktif dan
melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain konsisten. Disamping itu Matematika berfungsi
(Sardiman : 2010 : 1). untuk mengembangkan kemampuan
Sehingga yang menentukan kualitas berkomunikasi dengan menggunakan bilangan
SDM siswa adalah guru itu sendiri. Mengingat dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran
pentingnya peran guru tersebut, maka guru yang dapat membantu memperjelas dan
sebagai tenaga profesional dituntut untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
meningkatkan profesionalismenya terutama sehari-hari.
dalam penyampaian pelajaran. Pentransferan Susanto (2013 : 185) menyatakan bahwa
ilmu dari guru ke siswa harus dapat dipahami Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu
siswa dan mereka harus diberi kesempatan yang yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
lebih banyak untuk mengungkapkan dan beragumentasi, memberikan kontribusi
pendapatnya. Hal ini perlu dilakukan terutama dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan
dalam penyampaian materi pelajaran matematika dalam dunia kerja. Menurutnya minat siswa
sebab kebanyakan siswa menganggap dalam mempelajari matematika dapat disebabkan
matematika sebagai mata pelajaran yang sulit. karena kurangnya pengetahuan siswa serta peran
Sejauh ini kegiatan pembelajaran matematika guru dalam pembelajaran yang dapat menjadikan
yang berlangsung di lembaga-lembaga pembelajaran matematika menjadi terasa lebih

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Kasmaja. Efektifitas implementasi metode…35

menyenangkan. Dari faktor-faktor tersebutlah dapat menarik perhatian siswa melalui berbagai
diperlukan suatu langkah lanjut ataupun upaya kreasi permainan yang diterapkan oleh guru. (3)
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Guru menjadi lebih mampu dalam mengelola
dan pembelajaran yaitu dengan memilih metode emosinya. (4) Pembelajaran dapat menumbuhkan
pembelajaran yang inovatif agar diperoleh hubungan yang harmonis antara guru dan siswa.
peningkatan hasil belajar matematika. Misalnya (5) Guru dapat mengatasi siswa yang mempunyai
guru membimbing siswa untuk bersama-sama kesulitan belajar melalui pendekatan personal.
terlibat aktif dalam pembelajaran , memberikan (6) Guru dapat menumbuhkan semangat siswa
masalah yang menarik sesuai dengan kondisi dalam belajar melalui permainan hypnoteaching.
lingkungan sekitar siswa serta kemampuan siswa (7) Guru ikut membantu siswa dalam
dan mampu membantu siswa berkembang. menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang
Guru perlu mengkondisikan mereka miliki.
pembelajaran matematika yang menyenangkan, Penerapan metode hipnoteaching dalam
tidak kaku, serta memperbanyak interaksi siswa pembelajaran matematika dapat menciptakan
dengan guru. Kondisi seperti ini membuat siswa suasana pembelajaran yang efektif dan
merasa nyaman dan rileks dalam belajar menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran
sehingga pada akhirnya bisa memahami matematika tidak akan menyebabkan siswa
pelajaran. Salah satu caranya adalah dengan tertekan, perasaan cemas dan takut siswa akan
memberi sugesti-sugesti positif kepada siswa masalah yang diberikan dilebur oleh guru dengan
melalui pemanfaatan metode Hypnoteaching. sugesti-sugesti positif yang persuasif.
Hypnoteaching ini merupakan metode Hypnoteaching membuat hubungan yang terjalin
pembelajaran yang kreatif, unik, sekaligus antara guru dengan siswa menjadi kompak dan
imajinatif. hypnoteaching merupakan perpaduan dinamis sehingga proses belajar mengajar di
dari dua kata, yaitu hypnosis dan teaching. kelas menjadi lebih hidup dan efektif.
Hipnosis berarti mensugesti dan teaching yang Matematika akan menarik perhatian siswa dan
berarti mengajar. Jadi dapat dikatakan bahwa guru matematika pun mendapatkan tempat di hati
Hypnoteaching adalah usaha untuk menghipnosis siswanya.
atau mensugesti siswa supaya menjadi lebih baik Hypnoteaching akan menarik dan
dan prestasinya meningkat. Hypnoteaching bisa menumbuhkembangkan keinginan siswa dalam
dikatakan sebagai improvisasi dari sebuah menyelesaikan persoalan yang terjadi baik di
pembelajaran. dalam pembelajaran maupun di luar konteks
Navis (2013 : 128) mengungkapkan pembelajaran itu sendiri. Seperti yang telah
bahwa Hypnoteaching merupakan perpaduan menjadi harapan semua stakeholder pendidikan
pembelajaran yang melibatkan pikiran sadar dan bahwa belajar bukan hanya sekedar menerima
bawah sadar. Hal ini sejalan dengan pendapat informasi, melainkan adanya perubahan prilaku
Gunawan (2007 : 18) yang mengatakan bahwa dan tindakan yang dilakukan di dalam semua
Hypnoteaching adalah metode pembelajaran aspek kehidupan itu sendiri.
yang menyajikan materi pelajaran dengan Belajar dari hasil penelitian yang telah
menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar, dilakukan Ja’faruddin (2010) tentang penerapan
karena alam bawah sadar lebih besar Unconscious Mind Program (UMP) dalam
dominasinya terhadap cara kerja otak. Peran dan pembelajaran matematika bahwa pelajaran
pengaruh pikiran sadar (conscious) terhadap diri matematika yang berorientasi pada model
kita adalah sebesar 12 %, sedangkan pikiran pembelajaran UMP akan memliki tingkat
bawah sadar (subconscious) sebesar 88%. prestasi dan motivasi belajar yang tinggi jika
Pikiran sadar dan pikiran bawah sadar saling dibandingkan dengan pembelajaran matematika
mempengaruhi dan bekerja dengan kecepatan melalui pendekatan konvensional.
yang tinggi. Berdasarkan uraian masalah yang telah
Menurut Yustisia (2012 : 79) ada diuraikan diatas, penulis mengajukan penelitian
beberapa manfaat yang bisa dicapai melalui yang berjudul : “Efektivitas implementasi metode
penerapan Hypnoteaching dalam pembelajaran di hypnoteaching untuk meningkatkan motivasi dan
dalam kelas sebagai berikut. (1) Pembelajaran hasil belajar matematika pada siswa kelas VII
menjadi menyenangkan dan lebih mengasyikkan SMPN 41 Bulukumba”.
bagi siswa, maupun bagi guru. (2) Pembelajaran

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Journal of EST, Volume 2 Nomor 1 April 2016 hal. 33- 45 36

Matematika merupakan ilmu yang the term for mathematics is neither derived from
memiliki interprestasi yang demikian beragam. nor resembles the internationally sanctioned
Oleh karena itu matematika yang diajarkan di Mathematica. The Dutch term was virtually
sekolah juga merupakan bagian dari matematika, coined by simon (1548-1620): Wiskunde, the
maka berbagai karakteristik dan interprestasi science of what is certain. Wis en zeker, sure and
matematika dari berbagai sudut pandang juga certain, is that which does not yield to any doubt,
memainkan peranan dalam pembelajaran and kunde means, knowledge, theory.
matematika di sekolah. Dengan memahami Dari sisi abstraksi matematika, Newman
karakter matematika, guru diharapkan dapat dalam Jackson (1992:755) melihat tiga ciri utama
mengambil sikap yang tepat dalam pembelajaran matematika, yaitu : 1) matematika disajikan
matematika. Lebih jauh lagi, ia seharusnya dalam pola yang lebih ketat, 2) matematika
memahami batasan sifat dari matematika yang berkembang dan digunakan luas daripada ilmu-
dibelajarkan kepada anak didik. Jangan sampai ilmu lain, dan 3) matematika lebih terkonsentrasi
guru memandang matematika hanya sebagai pada konsep.
kumpulan rumus belaka, tidak pula hanya Sedangkan matematika dalam sudut
sebagai proses berpikir saja. Pemahaman yang pandang Nasution (1982 : 12) istilah matematika
komprehensif tentang matematika akan berasal dari kata Yunani, mathein atau
memungkinkan guru menyelenggarakan manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini
pembelajaran dengan lebih baik. memiliki hubungan yang erat dengan kata
Hakikat matematika dapat kita pahami Sanskerta, medha atau widya yang memiliki arti
kita dengan memerhatikan pengertian istilah kepandaian, ketahuan, atau inteligensia. Dalam
matematika dan beberapa deskripsi yang bahasa belanda, matematika disebut dengan kata
diuraikan para ahli berikut : Diantaranya, wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal
Romberg (1992 : 750) mengarahkan hasil ini sesuai dengan kata mathein pada matematika.
penelaahannya tentang matematika kepada tiga Sedangkan orang Arab menyebut matematika
sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, dengan ‘ilmu al-hisab’ yang berarti ilmu hitung.
pelaksana administrasi sekolah, dan penyusunan Di indonesia, matematika disebut dengan ilmu
kurikulum memandang bahwa matematika pasti dan ilmu hitung.
merupakan ilmu yang statis dan disiplin ketat. Matematika secara umum ditegaskan
Kedua selama kurun waktu dua dekade terakhir sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan,
ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha dan ruang; tak lebih resmi, orang mungkin
atau kajian ulang terhadap matematika itu mengatakan bahwa matematika adalah penelitian
sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis,
matematika itu ? Bagaimana cara kerja matematika adalah pemeriksaan aksioma yang
matematikawan ? Dan bagaimana menegaskan struktur abstrak menggunakan
mempopulerkan matematika ? selain itu, ketiga logika simbolik dan notasi matematika.
matematika juga dipandang sebagai suatu Dari beberapa penjelasan di atas dapat
bahasa, struktur logika, batang tubuh dari disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk adalah proses interaksi antara guru dan siswa
menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia yang melibatkan pengembangan pola berfikir
fisik, dan sebagai aktivitas intelektual. dan mengolah logika pada suatu lingkungan
Pengertian yang lebih plural tentang belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan
matematika dikemukakan oleh Freudental (1991 berbagai metode agar program belajar
: 1), dia mengatakan bahwa mathematics look matematika tumbuh dan berkembang secara
like a plural as it still is in French Les optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan
Mathematiques. Indeed, long ago it meant a belajar secara efektif dan efisien.
plural: four arts (liberal ones worth being Hypnoteaching merupakan improvisasi
pursued by free men). Mathematics was the dari sebuah metode pembelajaran dan
quadrivium, the sum of arithmetic, geometry, pendidikan. Hypnoteaching mencoba hadir
astronomy, and music, held in higher esteem dengan menyuguhkan sebuah pendekatan
than the (more trivial) trivium : grammar, konseptual baru dalam bidang pendidikan,
rhetoric and dialectic. As far as I am familiar pembinaan dan sekaligus “pencerahan dan
with languages, Dutch is the only one in which pengobatan” pada para siswa yang bermasalah.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Kasmaja. Efektifitas implementasi metode…37

Hypnoteaching merupakan perpaduan antara membawa subjek hipnotis (peserta didik) ke


kedahsyatan ilmu hipnosis dengan kemuliaan kondisi alam bawah sadarnya.
ilmu pendidikan. Langkah-langkah hypnoteacing dalam
Hypnoteaching berasal dari kata pembelajaran matematika meliputi:
hypnosis dan teaching. Dari hal tersebut 1. Perhatian yang terpusat atau terfokus
Nurcahyo (Hajar, 2011 ; 75) mengartikan bahwa Kondisi hypnosis dapat dibagi
hypnoteaching adalah seni berkomunikasi menjadi hypnosis ringan (light hypnosis) dan
dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa hypnosis dalam (deep hypnosis). Proses
menjadi lebih cerdas. Sejalan dengan itu Noer kegiatan belajar mengajar lebih menggunakan
juga memberikan defenisi mengenai teknik light hypnosis ketimbang deep
hypnoteaching yaitu proses pengajaran yang hypnosis. Kondisi fokus saat belajar
dapat memberikan sugesti kepada siswa. sebenarnya kondisi yang dibutuhkan oleh
Menurut Navis (2013 : 128), Hypnoteaching setiap orang agar pikiran tidak bercabang dan
merupakan perpaduan pembelajaran yang tingkat emosional seseorang menjadi stabil.
melibatkan pikiran sadar dan bawah sadar. Seorang siswa yang sedang
Metode hypnoteaching juga dapat memperhatikan seorang guru mengajar sering
didefinisikan sebagai metode pembelajaran yang mengalami gangguan konsentrasi disebabkan
dalam menyampaikan materi, guru memakai berbagai bentuk pikiran masih melayang-
bahasa-bahasa bawah sadar yang bisa layang di benaknya. Tiba-tiba saja, materi
menumbuhkan ketertarikan tersendiri kepada yang sedang diajarkan oleh guru di depan
peserta didik (N. Yustisia,2012 : 75). kelas hilang begitu saja dari pikiran siswa,
Hypnoteaching ini merupakan pembelajaran tergantikan oleh pikiran lainnya yang
yang kreatif, unik, sekaligus imajinatif. mungkin lebih seru atau lebih nyaman untuk
Sementara itu , menurut Noer (2010 : 21), dalam dipikirkan. Oleh karena itu, teknik hipnosis
Hypnoteaching guru bertindak sebagai diperlukan untuk mengarahkan subjekn/siswa
penghipnotis, sedangkan siswa berperan sebagai bisa memusatkan diri terhadap hal tertentu.
suyet atau orang yang dihipnotis . Dalam Hal tersebut bereaksi ditandai dengan
pembelajaran, sebenarnya guru tidak perlu hilangnya perasaan-perasaan negatif yang
menidurkan siswa ketika memberikan sugesti. membebani.
Guru cukup menggunakan bahasa yang 2. Relaksasi kondisi fisik
persuasive sebagai alat komunikasi yang sesuai Relaksasi sering dilupakan pada saat
dengan harapan siswa. sesi pembelajaran. Padahal hal itu merupakan
Hypnosis in teaching bekerja pada prasyarat seseorang untuk dapat menyerap
level pikiran alpha. Dalam level ini, kita setiap data, informasi, dan pengetahuan.
mengkondisikan siswa agar masuk dalam Sebuah ketegangan menyebabkan seseorang
hypnosis state (kondisi hypnosis). Dengan sulit untuk berkonsentrasi dan hasil dari
demikian, diharapkan setiap informasi bisa pembelajaran tidak maksimal. Itulah mengapa
dengan mudah masuk kedalam memori jangka proses pembelajaran pada pagi hari biasanya
panjang siswa tanpa adanya distorsi atau pikiran- jauh lebih menyenangkan dari pada siang
pikiran lain yang membebaninya. hari. Pada pagi hari, tingkat relaksasi seorang
Kunci dari metode hypnoteaching murid yang masih segar bugar masih tinggi.
sebenarnya adalah bagaimana guru bisa Di sinilah peran seorang guru yang mengajar
menciptakan lingkungan belajar yang nyaman di pagi hari untuk mampu memberikan
secara intern (psikis) maupun ekstern (fisik). motivasi kepada murid-muridnya agar tetap
Karena ketika kenyamanan ada dalam semangat.
pembelajaran, mereka akan merasakan pula Sebuah prooses pengajaran di sekolah
proses belajar yang menyenangkan, dan ketika merupakan rangkaian kerja sama antara satu
dalam sebuah pembelajaran rasa nyaman guru dan guru yang lain. Jika suasana kelas
dipastikan materi yang disampaikan guru akan pada pagi hari sudah mengandung aura emosi
mudah sekali diserap oleh peserta didik. Hal itu antara guru dan murid, bisa dibayangkan
bisa terjadi karena kondisi nyaman adalah bagaimana suasana kelas selanjutnya.
kondisi yang diciptakan oleh operator hipnotis 3. Doa dan Visualisasi
(guru) dengan sebuah komunikasi yang berguna

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Journal of EST, Volume 2 Nomor 1 April 2016 hal. 33- 45 38

Doa merupakan kekuatan yang tak adalah anak yang luar biasa, otak saya adalah
terhingga yang menyelimuti diri kita dari otak yang sangat cerdas, semua pelajaran
setiap hal negatif yang akan mendatangi diri masuk dengan mudah sehingga kapanpun
kita. Doa mengaktifkan kekuatan yang dibutuhkan, informasi akan keluar dengan
terpendam dalam diri. Mahatma Gandhi mudahnya.”
pernah berkata bahwa kekuatan tidak datang Efektivitas pembelajaran terjadi bila siswa
dari kemampuan fisik, kekuatan datang dari secara aktif dilibatkan dalam mengorganisasikan
kehendak yang tangguh. Pada saat berada dan menemukan hubungan-hubungan informasi
pada kondisi rileks dan damai, itulah saat yang diberikan. Hasil aktivitas ini tidak hanya
yang tepat bagi anda untuk berdoa. Begitupun meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa
setelah anda membimbing siswa memasuki pada materi pembelajaran tetapi juga melibatkan
kondisi relaksasi, pada saat itu gelombang keterampilan berpikir. Selain itu efektivitas
otak mereka sudah beralih dari gelombang pembelajaran menjadi ukuran keberhasilan dari
betha menuju alpha. Saat inilah critical area suatu proses interaksi antar siswa dengan siswa
siswa menjadi kurang aktif. Kondisi ini maupun anatara siswa dengan guru dalam proses
sangat identik saat kita berdoa khusyuk. Saat pembelajaran untuk mencapai tujuan
seperti ini adalah saat yang tepat untuk pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat
membimbing siswa berdoa kepada Allah. dilihat dari aktivitas siswa selama proses
Bimbinglah mereka berdoa dengan visualisasi berlangsung, motivasi siswa terhadap
dan afirmasi. pembelajaran dan penguasaan konsep siswa.
Visualisasi bertujuan untuk Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan
memperjelas gambaran mengenai tujuan yang bahwa efektivitas pembelajaran merupakan
dicapai siswa. Seseorang bervisualisasi proses pembelajaran untuk mencapai hasil
menghadirkan bayangan atau gambaran belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
mengenai impiannya dengan tujuan untuk telah ditetapkan. Dengan kata lain, suatu keadaan
memperjelas tujuannya. Secara singkat yang menunjukkan sejauh mana hasil yang
visualisasi bertujuan untuk memperjelas diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar
impian dengan membangkitakn motivasi dan mengajar.
menemukan jalan untuk mewujudkannya. Dalam penelitian ini, efektivitas
4. Afirmasi (sugesti positif) pembelajaran didasarkan pada dua indikator
Afirmasi adalah sebuah pernyataan yaitu motivasi dan hasil belajar siswa setelah
positif yang kita tuangkan kedalam tulisan pelaksanaan proses pembelajaran dengan
maupun pikiran bawah sadar, digunakan oleh menggunakan metode hypnoteaching.
seseorang untuk menyatakan tujuan. Afirmasi Motivasi merupakan serangkaian usaha
ini harus positif dan tidak bertentangan untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
dengan belief atau kepercayaan yang ada sehingga seseorang mau dan ingin melakukan
dalam diri. Afirmasi dapat berbentuk doa sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan
yang diucapkan secara berulang-ulang yang berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan
ditanamkan ke dalam pikiran bawah sadar, perasaan tidak suka itu. Motivasi adalah hal yang
sehingga tubuhpun merespon sesuai dengan sangat utama yang harus dimiliki oleh siswa
yang diperintahkan. dalam belajar matematika, karena siswa yang
Kalimat afirmasi dapat diberikan termotivasi akan terdorong untuk belajar yang
kepada siswa, saat mereka berada dalam giat untuk mendapatkan prestasi belajar
kondisi trance. Pada saat tersebut bimbinglah matematika yang maksimal.
siswa mengucapkan beberapa kalimat Kata motivasi menurut Uno (2007)
afirmasi. Berikut ini satu contoh scrift berasal dari kata motif yang berarti kekuatan
afirmasi (sugesti positif) untuk meningkatkan yang terdapat dalam individu tersebut bertindak
prestasi belajar (Solihuddin, 2010 : 77) : dan berbuat. Sejalan dengan uno, sardiman
Untuk meningkatkan kecepatan belajar : (2010:73) mengungkapkan motif sebagai daya
“mulai sekarang dan seterusnya saya upaya yang mendorong seseorang melakukan
memiliki kemampuan untuk memusatkan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
seluruh energi guna mempertinggi kecepatan penggerak dari dalam subjek untuk melakukan
belajar, mulai sekarang dan seterusnya saya aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Kasmaja. Efektifitas implementasi metode…39

tujuan. Berawal dari kata motif itu, maka Bulukumba, (2) Untuk mengetahui motivasi
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak belajar siswa kelas VII SMP Negeri 41
yang telah aktif dalam diri seseorang yang Bulukumba sebelum dan setelah diajar dengan
menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk menggunakan metode hypnoteaching, (3) Untuk
melakukan sesuatu. mengetahui seberapa besar peningkatan hasil
Motivasi belajar dapat timbul karena dua belajar siswa kelas VII SMP Negeri 41
dimensi yaitu dimensi internal dan dimensi Bulukumba yang diajar dengan menggunakan
eksternal. Dimensi internal di tunjukkan oleh metode hypnoteaching.
indikator (1) tanggung jawab siswa dalam Hipotesis penelitian ini adalah (1)
mengerjakan tugas, (2) melaksanakan tugas Terjadi peningkatan motivasi belajar siswa
dengan target yang jelas, (3) memiliki tujuan setelah diterapkan pembelajaran metode
yang jelas dan menantang, (4) ada umpan balik hypnoteacing pada siswa kelas VII SMPN 41
atas hasil belajarnya, (5) memiliki perasaan Bulukumba”. (2) Terjadi peningkatan hasil
senang dalam belajar, (6) selalu berusaha belajar matematika siswa setelah diterapkan
mengungguli orang lain, (7) diutamakan prestasi pembelajaran metode hypnoteacing pada siswa
dari apa yang dikerjakan, (8) selalu kelas VII SMPN 41 Bulukumba”
meningkatkan kemampuan diri. Dimensi
eksternal mempunyai indikator (1) senang
memperoleh pujian dari apa yang dikerjakan, (2) METODE PENELITIAN
bekerja dengan harapan mendapatkan nilai yang
baik, (3) bekerja dengan harapan memperoleh 1. Jenis dan Desain Penelitian
perhatian dari teman dan guru (Uno, 2006 : 23).
Hasil Belajar Matematika dalam Kamus Penelitian ini adalah pre-eksperimen
Besar Bahasa Indonesia (2008 : 486) diartikan yang melibatkan satu kelas (One Group) sebagai
sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha. Kata kelas eksperimen.
hasil berarti sesuatu yang telah dicapai, Adapun desain penelitian eksperimen
dilakukan atau dikerjakan menciptakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-
lingkungan pembelajaran yang akan group pretest-posttest design. Desain ini terdapat
meningkatkan kerja keras untuk mencapai hasil pretest untuk mengetahui keadaan awal sebelum
yang baik dimulai dengan menganalisa faktor- diberi perlakuan. Setelah perlakuan diberikan
faktor yang berkenaan dengan siswa dengan guru pengukuran posttest dan pemberian angket siswa.
untuk melihat tingkat keberhasilan dan Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui
kegagalan siswa dalam suatu mata pelajaran. lebih akurat, karena dapat membandingkan
Oemar Hamalik (2004 : 81) dengan keadaan sebelum diberi perlakuan
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah (Sugiyono, 2009 : 74).
keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan
data dan informasi) pengelolaan, penafsiran dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang
tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa Tabel 1. Desain Penelitian
setelah melakukan kegiatan belajar dalam Pre Treatment Post
mencapai tujuan pembelajaran yang telah Kelas Test Test
ditetapkan. jika dikaitkan dengan belajar
matematika maka hasil belajar matematika O1 X O2
merupakan kemampuan yang dicapai siswa KE
dalam memahami dan menerapkan konsep-
konsep matematika setelah mengikuti proses Keterangan :
belajar mengajar matematika. Untuk mengukur O1 = Tes awal (pre test) hasil belajar sebelum
tingkat keberhasilan siswa dalam belajar diajar dengan metode Hypnoteaching.
matematika digunakan tes sebagai alat ukurnya. O2 = Post Test setelah diajar dengan
Tujuan Penelitian ini adalah (1) Untuk metode Hypnoteaching
mengetahui hasil implementasi metode X = Perlakuan dalam pembelajaran menggunakan
hypnoteaching dalam pembelajaran matematika Metode Hypnoteaching
pada siswa kelas VII SMP Negeri 41

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Journal of EST, Volume 2 Nomor 1 April 2016 hal. 33- 45 40

Variabel penelitian adalah suatu atribut, 2) Melakukan pembelajaran pada satu kelas
sifat, atau nilai dari objek yang mempunyai yaitu kelas VII B SMPN 41 Bulukumba
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dengan menerapkan metode
untuk dipelajari dan kemudian ditarik hypnoteaching.
kesimpulannya. c. Evaluasi
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis Evaluasi berupa posttest dilaksanakan
variable yaitu variabel bebas (independen) dan pada akhir penelitian diluar kegiatan
variabel terikat (dependen) yang dipengaruhi pembelajaran dan dirangkaikan dengan
atau menjadi akibat karena adanya variabel pengisian angket respon siswa.
bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Teknis analisis data yang digunakan
metode hypnoteaching, sedangkan variabel adalah teknik statistik deskriptif dan statistik
terikatnya adalah motivasi belajar dan hasil inferensial.
belajar. Statistik deskriptif adalah statistik yang
Populasi dalam penelitian ini adalah digunakan untuk menganalisis data dengan cara
kelas VII SMPN 41 Bulukumba tahun pelajaran mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
2014/2015 yang terbagi dalam 4 kelas. telah terkumpul sebagaimana adanya (Sugiyono,
Rancangan sampel oleh kelas tersebut terbagi 2009: 147). Dalam penelitian ini, analisis
secara merata. Dengan demikian kelas yang ada deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
diasumsikan homogen. Adapun sampel dalam hasil belajar matematika siswa, motivasi, dan
penelitian ini adalah kelas VIIb , dengan teknik keterlaksanaan pembelajaran.
pengambilan sampel berupa cluster random Statistik inferensial adalah teknik statistik
sampling. yang digunakan untuk menganalisis data sampel
Instrumen yang digunakan dalam dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
penelitian ini adalah tes sebagai ukuran hasil Teknik statistik ini dimaksudkan untuk menguji
belajar matematika siswa, angket motivasi siswa hipotesis penelitian.
terhadap pembelajaran, dan lembar observasi Dalam pengujian hipotesis digunakan gain
(pengamatan) keterlaksanaan aktivitas guru hasil belajar dan sebelum menguji hipotesis
dalam menerapkan metedo hypnoteaching. penelitian, dilakukan uji normalitas. Uji
Keseluruhan prosedur penelitian dapat di normalitas merupakan langkah awal dalam
klasifikasikan ke dalam 3 tahap yaitu tahap menganalisis data, secara spesifik uji normalitas
persiapan, pelaksanaan penelitian dan evaluasi, digunakan untuk mengetahui data berdistribusi
seperti berikut: normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan
a. Persiapan uji one sample kolmogorov-smirnov dengan
1) Mengadakan observasi di lokasi menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05 ,
penelitian untuk menentukan 1 kelas dengan syarat :
sebagai sampel penelitian. Jika Pvalue 0,05 maka distribusinya
2) Menganalisis kurikulum umtuk melihat adalah normal
standar kompetensi dan kompetensi dasar, Jika Pvalue 0,05 maka distribusinya
sehingga tampak materi pelajaran yang adalah tidak normal
akan diajarkan. Selanjutnya hipotesis akan diuji
3) Merancang dan membuat perangkat menggunakan one sample T-Test setelah
pembelajaran (RPP, buku siswa, dan memenuhi syarat uji normalitas. Taraf
LKS) sesuai dengan metode signifikansi yang digunakan adalah = 0,05.
Hypnoteaching. kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika nilai
4) Merancang dan membuat instrumen dan p > dan tolak Ho jika nilai p > . (tiro,
alat untuk mengukur hasil belajar kognitif 1999:228).
siswa
5) Melakukan validasi terhadap instrumen HASIL DAN PEMBAHASAN
dan perangkat yang digunakan dalam
penelitian. Hasil
b. Pelaksanaan
1) Melakukan tes awal untuk mengetahui 1. Analisis Deskriptif
kemampuan awal siswa.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Kasmaja. Efektifitas implementasi metode…41

a. Deskripsi Hasil Belajar Matematika lengkap dapat dilihat pada lampiran.


Siswa Untuk lebih jelasnya hasil statistik yang
berkaitan dengan skor variabel disajikan
Pada tes hasil belajar matematika dalam tabel berikut:
siswa baik pretest maupun posttest pada
materi bangun datar segiempat secara

Tabel 2. Nilai statistik skor hasil belajar matematika siswa

Nilai Statistik
Statistik
Pretest Posttest Indeks Gain

Ukuran Sampel 29 29 29

Minimun 27 69 0,47

Maksimun 66 90 0,83

Mean 40,24 76,59 0,61

Median 40 75 0,61

Mode 39 71 0,54

Standar Deviasi 7,652 5,735 0,775

Variansi 58,547 32,894 0,006

Range 39 21 0,36

Pada tabel 2 terlihat bahwa skor rata-rata rata peningkatan hasil belajar siswa adalah 0,61.
pretest adalah 40,24 dengan standar deviasi Skor yang dicapai oleh siswa tersebar dari skor
7,562 dan variansi 58,547. Nilai tertingginya terendah 0,47 sampai dengan skor tertinggi 0,83
adalah 66 dan nilai terendahnya adalah 27, dengan rentang skor 0,36. Secara deskriktif dapat
sedangkan rata-rata posttest adalah 76,59 dengan dikatakan bahwa kemampuan siswa meningkat
standar deviasi 5,735 dan variansi 32,894. Nilai setelah implementasi metode hypnoteaching
tertingginya adalah 90 dan nilai terendahnya dalam pembelajaran matematika.
adalah 69. Terlihat bahwa standar deviasi dan Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal
variansi pretest lebih besar dari pada standar (KKM) yang berlaku dari SMP Negeri 41
deviasi dan variansi post test, ini artinya data Bulukumba yakni 70, digunakan untuk
lebih beragam pada saat pretest dibandingkan menentukan tingkat pencapaian ketuntasan hasil
dengan posttest dengan kata lain data lebih belajar siswa maka banyaknya siswa yang tuntas
bersifat homogen pada saat posttest. Skor rata- dan tidak tuntas dapat dilihat pada tabel berikut.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Journal of EST, Volume 2 Nomor 1 April 2016 hal. 33- 45 42

Tabel 3. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Frekuensi Persentase
Interval Kategori
skor ketuntasan Pretest Postest Pretest Posttest

0 - 69 Tidak tuntas 29 1 100 % 3,45 %

70 - 100 Tuntas - 28 0 96,55 %

Pada tabel 2 dan 3 terlihat bahwa hasil hypnoteaching 96,65 % siswa mencapai
belajar siswa setelah diajar dengan metode ketuntasan atau terdapat 28 siswa yang tuntas.
hypnoteaching mengalami peningkatan. Hal ini Sementara, ketuntasan penguasaan bahan ajar
dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi pada matematika siswa secara klasikal tercapai bila
nilai terendah dari 27 menjadi 69, nilai tertinggi paling sedikit 75% siswa di kelas tersebut telah
dari 66 menjadi 90. Peningkatan hasil belajar tuntas. Besarnya peningkatan hasil belajar siswa
siswa juga dapat dilihat pada peningkatan yang diajar dengan metode hypnoteaching
presentase siswa yang mencapai ketuntasan, pada dihitung dengan lulus gain ternormalisasi dapat
tabel 3 terlihat dari tidak ada siswa yang tuntas, dilihat pada tabel berikut :
setelah diajar dengan menggunakan metode

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase peningkatan hasil belajar siswa

Koefisien
Klasifikasi Frekuensi Presentase
normalisasi gain
g < 0,3 Rendah 0 0%
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang 26 89,66 %
g ≥ 0,7 Tinggi 3 10,34 %
Jumlah 29 100 %

Berdasarkan tabel 3 peningkatan hasil Tabel 5. Rangkuman hasi analisis deskriptif skor
belajar siswa yang diajar dengan metode motivasi belajar matematika sebelum
hypnoteaching sebagian berada dalam kategori dan setelah impelementasi metode
tinggi yaitu sebanyak 3 orang dan 26 orang hypnoteaching
berada dalam kategori sedang. Berdasarkan nilai
rata-rata pretest dan posttest siswa pada tabel 4 Nilai Statistik
maka peningkatan hasil belajar siswa yang Statistik
Sebelum Setelah
dihitung dengan rumus gain ternormalisasi Subjek 29 29
sebesar 0,61 dan berada dalam kategori sedang. Skor Ideal 128 128
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan
Skor
bahwa hasil belajar matematika siswa memenuhi 121 127
Tertinggi
kriteria keefektifan dengan terjawabnya hipotesis
penelitian H1 : g 0,5. Skor
75 92
Terendah
b. Deskripsi motivasi belajar pada Rentang Skor 46 35
pembelajaran matematika Rata-Rata 95,96 112
Varians 128,89 116,43
Berdasarkan analisi deskriptif motivasi Standar
11,35 10,79
belajar sebelum dan sesudah implementasi Deviasi
metode hypnoteaching, tabel dibawah ini Dari tabel diatas terlihat bahwa sebelum
merupakan rangkuman perbandingan dari penerapan metode hypnoteaching, skor motivasi
keduanya; terendah bernilai 75, tertinggi 121, dan skor rata-
ratanya adalah 95,96. Sedangkan setelah

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Kasmaja. Efektifitas implementasi metode…43

implementasi metode hypnoteaching, skor keterlaksanaan dari rencana pembelajaran


terendah bernilai 92, tertinggi 127, dan skor metode hypnoteaching yang terbagi atas tiga
rata-ratanya adalah 112. Hal ini menunjukkan bagian utama yaitu kegiatan awal, kegiatan
bahwa implementasi metode Hypnoteaching inti, dan kegiatan akhir. Observasi terhadap
dalam pembelajaran matematika memenuhi terlaksanaan pembelajaran selama 6 kali
kriteria keefektifan karena dapat meningkatkan pertemuan mengacu pada 3 kategori penilaian
motivasi belajar siswa dilihat dari peningkatan yaitu tidak terlaksana, terlaksana sebagian,
setiap indikator motivasi. dan terlaksana keseluruhan. Berikut ini
rekapitulasi skor hasil ovservasi terhadap
c. Keterlaksanaan Pembelajaran keterlaksanaan pembelajaran dengan metode
Keterlaksanaan pembelajaran yang hypnoteaching;
diamati pada penilaian ini adalah

Tabel 6. Rekapitulasi Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan

Aspek pengamatan I II III IV V VI

Kegiatan Awal 3,6 3,7 3,9 3,9 4 4

Kegiatan Inti 2,9 3,1 3,5 3,5 3,6 3,8

Kegiatan Akhir 3,3 3,3 3,7 3,7 3,7 4

Rata-rata 3,3 3,4 3,7 3,7 3,8 3,9

Pada aspek kegiatan awal, kegiatan inti, Hasil analisa statistika inferensial
dan kegiatan akhir pada pertemuan awal pada dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.
pembelajaran hypnoteaching, terlihat nilai rata- Sebelum melakukan analisis statistika inferensial
rata keseluruhan sebesar 3,3 yang berdasarkan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.
kriteria keterlaksanaan yang telah ditentukan a. Uji Normalitas
pada bab III berada pada interval 2,5 ≤ KT < 3,5, Data yang telah diuji normalitasnya
yang berarti untuk pertemuan awal adalah nilai gain hasil belajar. Hasil
keterlaksanaan pembelajaran hanya sebagian. perhitungan yang diperoleh untuk nilai gain
Hal ini disebabkan karena belum diterapkannya hasil belajar diperoleh nilai p-value > a yaitu
beberapa langkah metode hypnoteaching dalam 0,50 > 0,05 yang berarti bahwa nilai gain
proses belajar mengajar. Namun secara hasil belajar berasal dari data yang
keseluruhan untuk pertemuan selanjutnya berdistribusi normal.
berdasarkan kriteria keterlaksanaan yang b. Uji Hipotesis
ditetapkan pada bab III, maka keterlaksanaan Hasil uji prosyarat menunjukkan bahwa
pembelajaran pada kegiatan awal, kegiatan inti gain hasil belajar matematika menggunakan
dan kegiatan akhir selama 6 kali pertemuan pembelajaran metode hypnoteaching berasal
termasuk dalam kategori terlaksana keseluruhan dari populasi yang berdistribusi normal
yang berarti keterlaksanaan pada pokok bahasan sehingga analisis dapar dilanjutkan dengan
bangun datar segiempat terlaksana keseluruhan pengujian hipotesis.
dengan rata-rata 3,6 yang berdasarkan kategori Hasil analisis SPSS untuk hasil belajar
keterlaksanaan berada pada 3,5 ≤ KT . diperoleh nilai probabilitas 0,001. Karena
0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
secara statistik H1 diterima. Hal ini berarti
terjadi peningkatan hasil belajar matematika
2. Analisis Infrensial siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan
metode hypnoteaching.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Journal of EST, Volume 2 Nomor 1 April 2016 hal. 33- 45 44

Pembahasan harapan mendapatkan nilai yang baik, bekerja


dengan harapan memperoleh perhatian dari
Berdasarkan hasil penelitian yang telah teman dan guru.
diuraikan, maka pada bagian pembahasan hasil Peningkatan motivasi belajar tersebut
penelitian meliputi pembahasan hasil analisis lahir dari sebuah proses pembelajaran
deskriptif dan analisis infersial untuk menjawab menggunakan metode hypnoteaching dengan
rumusan masalah yang ada. Pembahasan pendekatan kontekstual, dengan begitu siswa
meliputi : (1) Hasil Belajar matematika (2) mudah memahami materi jika diberikan
Motivasi belajar (3) Keterlaksanaan pembe- contoh secara kontekstual dengat mengaitkan
lajaran, Pembahasan tersebut akan diuraikan materi dengan lingkungan sehari-hari. Hal ini
sebagai berikut : sejalan dengan pendapat Gagne dan Berliner
1. Hasil Belajar Matematika Siswa (dalam Wena, 2009) yang mengatakan bahwa
Nilai rata-rata tes hasil belajar motivasi belajar matematika dapat
matematika yang diukur melalui tes awal dimunculkan dengan mengaitkan materi
sebelum dimulainya pembelajaran dan tes pembelajaran dengan sesuatu yang dikenal
akhir setelah pembelajaran dengan oleh siswa, seperti aplikasi dalam kehidupan
menggunakan metode hyphoteaching menga- sehari-hari.
lami peningkatan. Hal ini disebabkan karena 3. Keterlaksanaan pembelajaran dengan metode
siswa lebih mudah memahami materi yang Hypnoteaching.
diajarkan melalui contoh-contoh nyata yang Keterlaksanaan rencana pembe-
dikenali siswa. Dan pembelajaran lebih lajaran pada kegiatan awal, kegiatan inti dan
bermakna karena siswa diberi kesempatan kegiatan akhir metode hypnoteaching yang
untuk mengkonstruksi sendiri pengeta- dilaksanakan selama 6 kali pertemuan pada
huannya. pokok bahasan bangun datar segiempat
Berdasarkan hasil penelitian, keter- adalah terlaksana keseluruhan dengan rata-
capaian ketuntasan belajar secara klasikal rata 3,6 , yang berdasarkan kategori
sudah tercapai yaitu 93,33% siswa dalam keterlaksanaan berada pada 3,5 ≤ KT .
kelas tersebut telah tuntas atau ada 28 siswa Keterlaksanaan proses pembelajaran
yang mendapatkan nilai ≥ 70. Hasil ini dapat dilihat dari kegiatan yang telah
memberikan suatu gambaran bahwa dalam dilaksanakan oleh guru dengan mengim-
pembelajaran dengan metode hypnoteaching plementasikan langkah-langkah metode
penguasaan matematika siswa mempunyai hypnoteaching dalam pembelajaran matema-
kecenderungan lebih baik jika diberikan tika, Hasil implementasi tersebut terlihat pada
masalah kontekstual dan senantiasa lembar observasi keterlaksanaan pembela-
memberikan motivasi kepada siswa melalu jaran dengan menggunakan metode Hypno-
proses relaksasi, anchor, visualisasi dan teaching
afirmasi.
2. Motivasi belajar SIMPULAN DAN SARAN
Secara umum motivasi siswa Berdasarkan hasil penelitian dan
mengalami peningkatan dalam belajar pembahasan, maka kesimpulan dalam penelitian
matematika dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
hypnoteaching. Berdasarkan hasil analisis 1. Pembelajaran metode hypnoteaching
angket motivasi secara umum siswa terlihat cukup efektif untuk diterapkan guna
memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam meningkatkan hasil belajar matematika
mengerjakan tugas, melaksanakan tugas pada pokok bahasan bangun datar
dengan target yang jelas, memiliki tujuan segiempat. Hal ini dapat ditunjukkan
yang jelas dan menantang, ada umpan balik dengan hasil belajar siswa kelas VII SMP
atas hasil belajarnya, memiliki perasaan 41 Bulukumba. Sebelum diterapkan
senang dalam belajar, selalu berusaha metode hypnoteaching mencapai skor rata-
mengungguli orang lain, diutamakan prestasi rata 40,867 dan berada pada kategori tidak
dari apa yang dikerjakan,selalu meningkatkan tuntas. Sedangkan setalah diajar dengan
kemampuan diri, senang memperoleh pujian metode hypnoteaching mencapai skor rata-
dari apa yang dikerjakan, bekerja dengan rata 77,067 dengan sekitar 75% siswa

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST


Kasmaja. Efektifitas implementasi metode…45

memahami kriteria ketuntasan minimal Jackson., P.W. 1992. Handbook of Research on


(KKM) sehingga mencapai ketuntasan Curriculum. New York : A Project of
klasikal dan berada pada kategori sedang. American Educational Research
2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa Assosiation.
kelas VII SMP 41 Bulukumba setelah Ja’faruddin. 2010. Penerapan Unconsious Mind
diajar melalui metode hypnoteaching Program (UMP) dalam Pembelajaran
dengan peningkatan hasil belajar siswa Matematika. Tesis. Tidak Diterbitkan.
yang dihitung dengan rumus gain Makassar : Program Pasca Sarjana
ternormalisasi sebesar 0,61. UNM.
3. Terjadi peningkatan motivasi belajar siswa Malik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan
setelah implementasi metode hypno- Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
teaching, dimana tingkat motivasi belajar Nasution, Andi Hakim. 2011. Hypnosis in
matematika sebelum implementasi metode teaching : Cara Dahsyat Mendidik dan
Hypnoteaching berada dalam kategori Mengajar. Jakarta : Visi Media.
rendah dengan skor rata-rata 2,99 Navis, Ali Akbar. 2013. Hypnoteaching :
sedangkan setelah melalui implementasi Revolusi Gaya Mengajar untuk
metode Hypnoteaching berada dalam Melejitkan Prestasi Siswa. Yogyakarta :
kategori sangat tinggi dengan skor rata- Ar Ruzz Media.
rata 3,5. Noer, Muhammad. 2010. Hypnoteaching for
Success Learning. Yogyakarta : PT.
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, Bintang Pustaka Abadi.
maka dikemukakan beberapa saran sebagai N. Yustisia. 2012. Hypnoteaching : Seni
berikut : Mengeksplorasi Otak Peserta Didik.
1. Pembelajaran matematika dengan metode Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
hypnoteaching perlu dipertimbangkan oleh Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar
guru sebagai sarana atau alternative Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.
pembelajaran untuk meningkatkan hasil Solihuddin, Ichsan. 2010. Hypnosis For Student.
belajar siswa dan motivasi siswa. Bandung : Kaifa.
2. Bagi peneliti yang berminat mengem- Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif,
bangkan lebih lanjut penelitian ini, Kualitatif, dan R & D. Bandung :
diharapkan mencermati keterbatasan Alfabeta.
penelitian ini yang telah dikembangkan Susanto, Ahmad. 2013. Teori Pembelajaran dan
sehingga penelitian selanjutnya dapat Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta
menyempurnakan penelitian ini. : Kencana Prenada Media Group.
3. Penelitian ini selayaknya juga dilakukan Tim Redaksi KBBI Pusat. 2008. Kamus Besar
pada pokok bahasan lain untuk mambantu Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta
siswa tertarik, senang dan aaktif dalam : PT Gramedia Pustaka Utama.
belajar matematika. Tiro, Muh Arif. 1999. Dasar-Dasar Statistika.
Makassar : State University of Makassar
DAFTAR RUJUKAN Press.
Uno, Hamzah. 2007. Teori Motivasi dan
Depdiknas.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
Freudental, H. 2014. Revisiting Mathematical
Education. Netherlands : Kluwer
Academic Punlisher.
Hajar, ibnu. 2012. Hypnoteaching :
Memaksimalkan Hasil Proses Belajar
Mengajar dengan Hypnoterapi.
Yogyakarta : Diva Press.
Gunawan., Adi W. 2007. Hypnotherapy for
Children. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Copyright©2016 – JEST

You might also like