Professional Documents
Culture Documents
1889 4695 1 PB PDF
1889 4695 1 PB PDF
33 - 45
p-ISSN:2460-1497
e-ISSN: 2477-3840
ABSTRACT
This study is an pre-experiment research which aims at examining (1) the
implementation result of hypnoteaching method in Mathematics learning of class VII
students at SMPN 41 Bulukumba, (2) the learning motivation of class VII students at
SMPN 41 Bulukumba before and after being taught using hypnoteaching method, and (3)
the extend of improvement of students’ learning result of class VII at SMPN 41
Bulukumba taught by using hypnoteaching method. The population of the study was all
class VII students at SMPN 41 Bulukumba. The sample was class VIIb students at SMPN
41 Bulukumba. Based on the effectiveness level criteria, the hypnoteaching method
learning was adequately effective to be implemented on rectangular subject. It was
proved by the students’ learning result of class VII at SMPN 41 Bulukumba before
implementing hypnoteaching method which achieved the mean score 40.24 and was in
incomplete category; whereas after being taught by using hypnoteaching method, it
achieved the mean score 76.59 that approximately 75% students had fulfilled minimal
completeness criteria so it achieved classical completeness with fair category. The result
of the study showed that the implementation of learning using hypnoteaching method for
six sessions was in the category of completely implemented with the mean score 3.6.
There was improvement of learning motivation of students after being taught by using
hypnoteaching method from the mean score 95.96 improved to 112. There was
improvement of Mathematics learning result of students in class VII at SMPN 41
Bulukumba after being taungt by using hypnoteaching method with the improvement of
students’ learning result counted using normalized gain formula by 0.61.
ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimen yang bertujuan untuk: (1)
Mengetahui hasil implementasi metode hypnoteaching dalam pembelajaran matematika
pada siswa kelas VII SMP Negeri 41 Bulukumba, (2) Mengetahui motivasi belajar siswa
kelas VII SMP Negeri 41 Bulukumba sebelum dan setelah diajar dengan menggunakan
metode hypnoteaching, (3) Mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa
kelas VII SMP Negeri 41 Bulukumba yang diajar dengan menggunakan metode
hypnoteaching. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 41
Bulukumba dan sampelnya adalah siswa kelas VIIb SMP Negeri 41
Bulukumba.Berdasarkan kriteria tingkat keefektifan, pembelajaran metode
hypnoteaching cukup efektif untuk diterapkan pada pokok bahasan bangun datar
segiempat. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 41
Bulukumba sebelum diterapkan metode hypnoteaching mencapai skor rata-rata 40,24
dan berada pada kategori tidak tuntas. Sedangkan setelah diajar dengan pembelajaran
metode hypnoteaching mencapai skor rata-rata 76,59 dan memenuhi kriteria ketuntasan
minimal (KKM) sehingga mencapai ketuntasan klasikal dengan kategori sedang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran dengan metode
hypnoteaching selama 6 kali pertemuan termasuk dalam kategori terlaksana keseluruhan
dengan rata-rata 3,6. Terjadi peningkatan motivasi belajar siswa setelah diajar dengan
menggunakan metode hypnoteaching, dari skor rata-rata 95,96 menjadi 112. Terjadi
peningkatan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri 41 Bulukumba
setelah diajar dengang menggunakan metode Hypnoteaching dengan peningkatan hasil
belajar siswa yang dihitung dengan rumus gain ternormalisasi sebesar 0,61.
menyenangkan. Dari faktor-faktor tersebutlah dapat menarik perhatian siswa melalui berbagai
diperlukan suatu langkah lanjut ataupun upaya kreasi permainan yang diterapkan oleh guru. (3)
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Guru menjadi lebih mampu dalam mengelola
dan pembelajaran yaitu dengan memilih metode emosinya. (4) Pembelajaran dapat menumbuhkan
pembelajaran yang inovatif agar diperoleh hubungan yang harmonis antara guru dan siswa.
peningkatan hasil belajar matematika. Misalnya (5) Guru dapat mengatasi siswa yang mempunyai
guru membimbing siswa untuk bersama-sama kesulitan belajar melalui pendekatan personal.
terlibat aktif dalam pembelajaran , memberikan (6) Guru dapat menumbuhkan semangat siswa
masalah yang menarik sesuai dengan kondisi dalam belajar melalui permainan hypnoteaching.
lingkungan sekitar siswa serta kemampuan siswa (7) Guru ikut membantu siswa dalam
dan mampu membantu siswa berkembang. menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang
Guru perlu mengkondisikan mereka miliki.
pembelajaran matematika yang menyenangkan, Penerapan metode hipnoteaching dalam
tidak kaku, serta memperbanyak interaksi siswa pembelajaran matematika dapat menciptakan
dengan guru. Kondisi seperti ini membuat siswa suasana pembelajaran yang efektif dan
merasa nyaman dan rileks dalam belajar menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran
sehingga pada akhirnya bisa memahami matematika tidak akan menyebabkan siswa
pelajaran. Salah satu caranya adalah dengan tertekan, perasaan cemas dan takut siswa akan
memberi sugesti-sugesti positif kepada siswa masalah yang diberikan dilebur oleh guru dengan
melalui pemanfaatan metode Hypnoteaching. sugesti-sugesti positif yang persuasif.
Hypnoteaching ini merupakan metode Hypnoteaching membuat hubungan yang terjalin
pembelajaran yang kreatif, unik, sekaligus antara guru dengan siswa menjadi kompak dan
imajinatif. hypnoteaching merupakan perpaduan dinamis sehingga proses belajar mengajar di
dari dua kata, yaitu hypnosis dan teaching. kelas menjadi lebih hidup dan efektif.
Hipnosis berarti mensugesti dan teaching yang Matematika akan menarik perhatian siswa dan
berarti mengajar. Jadi dapat dikatakan bahwa guru matematika pun mendapatkan tempat di hati
Hypnoteaching adalah usaha untuk menghipnosis siswanya.
atau mensugesti siswa supaya menjadi lebih baik Hypnoteaching akan menarik dan
dan prestasinya meningkat. Hypnoteaching bisa menumbuhkembangkan keinginan siswa dalam
dikatakan sebagai improvisasi dari sebuah menyelesaikan persoalan yang terjadi baik di
pembelajaran. dalam pembelajaran maupun di luar konteks
Navis (2013 : 128) mengungkapkan pembelajaran itu sendiri. Seperti yang telah
bahwa Hypnoteaching merupakan perpaduan menjadi harapan semua stakeholder pendidikan
pembelajaran yang melibatkan pikiran sadar dan bahwa belajar bukan hanya sekedar menerima
bawah sadar. Hal ini sejalan dengan pendapat informasi, melainkan adanya perubahan prilaku
Gunawan (2007 : 18) yang mengatakan bahwa dan tindakan yang dilakukan di dalam semua
Hypnoteaching adalah metode pembelajaran aspek kehidupan itu sendiri.
yang menyajikan materi pelajaran dengan Belajar dari hasil penelitian yang telah
menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar, dilakukan Ja’faruddin (2010) tentang penerapan
karena alam bawah sadar lebih besar Unconscious Mind Program (UMP) dalam
dominasinya terhadap cara kerja otak. Peran dan pembelajaran matematika bahwa pelajaran
pengaruh pikiran sadar (conscious) terhadap diri matematika yang berorientasi pada model
kita adalah sebesar 12 %, sedangkan pikiran pembelajaran UMP akan memliki tingkat
bawah sadar (subconscious) sebesar 88%. prestasi dan motivasi belajar yang tinggi jika
Pikiran sadar dan pikiran bawah sadar saling dibandingkan dengan pembelajaran matematika
mempengaruhi dan bekerja dengan kecepatan melalui pendekatan konvensional.
yang tinggi. Berdasarkan uraian masalah yang telah
Menurut Yustisia (2012 : 79) ada diuraikan diatas, penulis mengajukan penelitian
beberapa manfaat yang bisa dicapai melalui yang berjudul : “Efektivitas implementasi metode
penerapan Hypnoteaching dalam pembelajaran di hypnoteaching untuk meningkatkan motivasi dan
dalam kelas sebagai berikut. (1) Pembelajaran hasil belajar matematika pada siswa kelas VII
menjadi menyenangkan dan lebih mengasyikkan SMPN 41 Bulukumba”.
bagi siswa, maupun bagi guru. (2) Pembelajaran
Matematika merupakan ilmu yang the term for mathematics is neither derived from
memiliki interprestasi yang demikian beragam. nor resembles the internationally sanctioned
Oleh karena itu matematika yang diajarkan di Mathematica. The Dutch term was virtually
sekolah juga merupakan bagian dari matematika, coined by simon (1548-1620): Wiskunde, the
maka berbagai karakteristik dan interprestasi science of what is certain. Wis en zeker, sure and
matematika dari berbagai sudut pandang juga certain, is that which does not yield to any doubt,
memainkan peranan dalam pembelajaran and kunde means, knowledge, theory.
matematika di sekolah. Dengan memahami Dari sisi abstraksi matematika, Newman
karakter matematika, guru diharapkan dapat dalam Jackson (1992:755) melihat tiga ciri utama
mengambil sikap yang tepat dalam pembelajaran matematika, yaitu : 1) matematika disajikan
matematika. Lebih jauh lagi, ia seharusnya dalam pola yang lebih ketat, 2) matematika
memahami batasan sifat dari matematika yang berkembang dan digunakan luas daripada ilmu-
dibelajarkan kepada anak didik. Jangan sampai ilmu lain, dan 3) matematika lebih terkonsentrasi
guru memandang matematika hanya sebagai pada konsep.
kumpulan rumus belaka, tidak pula hanya Sedangkan matematika dalam sudut
sebagai proses berpikir saja. Pemahaman yang pandang Nasution (1982 : 12) istilah matematika
komprehensif tentang matematika akan berasal dari kata Yunani, mathein atau
memungkinkan guru menyelenggarakan manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini
pembelajaran dengan lebih baik. memiliki hubungan yang erat dengan kata
Hakikat matematika dapat kita pahami Sanskerta, medha atau widya yang memiliki arti
kita dengan memerhatikan pengertian istilah kepandaian, ketahuan, atau inteligensia. Dalam
matematika dan beberapa deskripsi yang bahasa belanda, matematika disebut dengan kata
diuraikan para ahli berikut : Diantaranya, wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal
Romberg (1992 : 750) mengarahkan hasil ini sesuai dengan kata mathein pada matematika.
penelaahannya tentang matematika kepada tiga Sedangkan orang Arab menyebut matematika
sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, dengan ‘ilmu al-hisab’ yang berarti ilmu hitung.
pelaksana administrasi sekolah, dan penyusunan Di indonesia, matematika disebut dengan ilmu
kurikulum memandang bahwa matematika pasti dan ilmu hitung.
merupakan ilmu yang statis dan disiplin ketat. Matematika secara umum ditegaskan
Kedua selama kurun waktu dua dekade terakhir sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan,
ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha dan ruang; tak lebih resmi, orang mungkin
atau kajian ulang terhadap matematika itu mengatakan bahwa matematika adalah penelitian
sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis,
matematika itu ? Bagaimana cara kerja matematika adalah pemeriksaan aksioma yang
matematikawan ? Dan bagaimana menegaskan struktur abstrak menggunakan
mempopulerkan matematika ? selain itu, ketiga logika simbolik dan notasi matematika.
matematika juga dipandang sebagai suatu Dari beberapa penjelasan di atas dapat
bahasa, struktur logika, batang tubuh dari disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk adalah proses interaksi antara guru dan siswa
menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia yang melibatkan pengembangan pola berfikir
fisik, dan sebagai aktivitas intelektual. dan mengolah logika pada suatu lingkungan
Pengertian yang lebih plural tentang belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan
matematika dikemukakan oleh Freudental (1991 berbagai metode agar program belajar
: 1), dia mengatakan bahwa mathematics look matematika tumbuh dan berkembang secara
like a plural as it still is in French Les optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan
Mathematiques. Indeed, long ago it meant a belajar secara efektif dan efisien.
plural: four arts (liberal ones worth being Hypnoteaching merupakan improvisasi
pursued by free men). Mathematics was the dari sebuah metode pembelajaran dan
quadrivium, the sum of arithmetic, geometry, pendidikan. Hypnoteaching mencoba hadir
astronomy, and music, held in higher esteem dengan menyuguhkan sebuah pendekatan
than the (more trivial) trivium : grammar, konseptual baru dalam bidang pendidikan,
rhetoric and dialectic. As far as I am familiar pembinaan dan sekaligus “pencerahan dan
with languages, Dutch is the only one in which pengobatan” pada para siswa yang bermasalah.
Doa merupakan kekuatan yang tak adalah anak yang luar biasa, otak saya adalah
terhingga yang menyelimuti diri kita dari otak yang sangat cerdas, semua pelajaran
setiap hal negatif yang akan mendatangi diri masuk dengan mudah sehingga kapanpun
kita. Doa mengaktifkan kekuatan yang dibutuhkan, informasi akan keluar dengan
terpendam dalam diri. Mahatma Gandhi mudahnya.”
pernah berkata bahwa kekuatan tidak datang Efektivitas pembelajaran terjadi bila siswa
dari kemampuan fisik, kekuatan datang dari secara aktif dilibatkan dalam mengorganisasikan
kehendak yang tangguh. Pada saat berada dan menemukan hubungan-hubungan informasi
pada kondisi rileks dan damai, itulah saat yang diberikan. Hasil aktivitas ini tidak hanya
yang tepat bagi anda untuk berdoa. Begitupun meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa
setelah anda membimbing siswa memasuki pada materi pembelajaran tetapi juga melibatkan
kondisi relaksasi, pada saat itu gelombang keterampilan berpikir. Selain itu efektivitas
otak mereka sudah beralih dari gelombang pembelajaran menjadi ukuran keberhasilan dari
betha menuju alpha. Saat inilah critical area suatu proses interaksi antar siswa dengan siswa
siswa menjadi kurang aktif. Kondisi ini maupun anatara siswa dengan guru dalam proses
sangat identik saat kita berdoa khusyuk. Saat pembelajaran untuk mencapai tujuan
seperti ini adalah saat yang tepat untuk pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat
membimbing siswa berdoa kepada Allah. dilihat dari aktivitas siswa selama proses
Bimbinglah mereka berdoa dengan visualisasi berlangsung, motivasi siswa terhadap
dan afirmasi. pembelajaran dan penguasaan konsep siswa.
Visualisasi bertujuan untuk Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan
memperjelas gambaran mengenai tujuan yang bahwa efektivitas pembelajaran merupakan
dicapai siswa. Seseorang bervisualisasi proses pembelajaran untuk mencapai hasil
menghadirkan bayangan atau gambaran belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
mengenai impiannya dengan tujuan untuk telah ditetapkan. Dengan kata lain, suatu keadaan
memperjelas tujuannya. Secara singkat yang menunjukkan sejauh mana hasil yang
visualisasi bertujuan untuk memperjelas diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar
impian dengan membangkitakn motivasi dan mengajar.
menemukan jalan untuk mewujudkannya. Dalam penelitian ini, efektivitas
4. Afirmasi (sugesti positif) pembelajaran didasarkan pada dua indikator
Afirmasi adalah sebuah pernyataan yaitu motivasi dan hasil belajar siswa setelah
positif yang kita tuangkan kedalam tulisan pelaksanaan proses pembelajaran dengan
maupun pikiran bawah sadar, digunakan oleh menggunakan metode hypnoteaching.
seseorang untuk menyatakan tujuan. Afirmasi Motivasi merupakan serangkaian usaha
ini harus positif dan tidak bertentangan untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
dengan belief atau kepercayaan yang ada sehingga seseorang mau dan ingin melakukan
dalam diri. Afirmasi dapat berbentuk doa sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan
yang diucapkan secara berulang-ulang yang berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan
ditanamkan ke dalam pikiran bawah sadar, perasaan tidak suka itu. Motivasi adalah hal yang
sehingga tubuhpun merespon sesuai dengan sangat utama yang harus dimiliki oleh siswa
yang diperintahkan. dalam belajar matematika, karena siswa yang
Kalimat afirmasi dapat diberikan termotivasi akan terdorong untuk belajar yang
kepada siswa, saat mereka berada dalam giat untuk mendapatkan prestasi belajar
kondisi trance. Pada saat tersebut bimbinglah matematika yang maksimal.
siswa mengucapkan beberapa kalimat Kata motivasi menurut Uno (2007)
afirmasi. Berikut ini satu contoh scrift berasal dari kata motif yang berarti kekuatan
afirmasi (sugesti positif) untuk meningkatkan yang terdapat dalam individu tersebut bertindak
prestasi belajar (Solihuddin, 2010 : 77) : dan berbuat. Sejalan dengan uno, sardiman
Untuk meningkatkan kecepatan belajar : (2010:73) mengungkapkan motif sebagai daya
“mulai sekarang dan seterusnya saya upaya yang mendorong seseorang melakukan
memiliki kemampuan untuk memusatkan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
seluruh energi guna mempertinggi kecepatan penggerak dari dalam subjek untuk melakukan
belajar, mulai sekarang dan seterusnya saya aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Berawal dari kata motif itu, maka Bulukumba, (2) Untuk mengetahui motivasi
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak belajar siswa kelas VII SMP Negeri 41
yang telah aktif dalam diri seseorang yang Bulukumba sebelum dan setelah diajar dengan
menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk menggunakan metode hypnoteaching, (3) Untuk
melakukan sesuatu. mengetahui seberapa besar peningkatan hasil
Motivasi belajar dapat timbul karena dua belajar siswa kelas VII SMP Negeri 41
dimensi yaitu dimensi internal dan dimensi Bulukumba yang diajar dengan menggunakan
eksternal. Dimensi internal di tunjukkan oleh metode hypnoteaching.
indikator (1) tanggung jawab siswa dalam Hipotesis penelitian ini adalah (1)
mengerjakan tugas, (2) melaksanakan tugas Terjadi peningkatan motivasi belajar siswa
dengan target yang jelas, (3) memiliki tujuan setelah diterapkan pembelajaran metode
yang jelas dan menantang, (4) ada umpan balik hypnoteacing pada siswa kelas VII SMPN 41
atas hasil belajarnya, (5) memiliki perasaan Bulukumba”. (2) Terjadi peningkatan hasil
senang dalam belajar, (6) selalu berusaha belajar matematika siswa setelah diterapkan
mengungguli orang lain, (7) diutamakan prestasi pembelajaran metode hypnoteacing pada siswa
dari apa yang dikerjakan, (8) selalu kelas VII SMPN 41 Bulukumba”
meningkatkan kemampuan diri. Dimensi
eksternal mempunyai indikator (1) senang
memperoleh pujian dari apa yang dikerjakan, (2) METODE PENELITIAN
bekerja dengan harapan mendapatkan nilai yang
baik, (3) bekerja dengan harapan memperoleh 1. Jenis dan Desain Penelitian
perhatian dari teman dan guru (Uno, 2006 : 23).
Hasil Belajar Matematika dalam Kamus Penelitian ini adalah pre-eksperimen
Besar Bahasa Indonesia (2008 : 486) diartikan yang melibatkan satu kelas (One Group) sebagai
sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha. Kata kelas eksperimen.
hasil berarti sesuatu yang telah dicapai, Adapun desain penelitian eksperimen
dilakukan atau dikerjakan menciptakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-
lingkungan pembelajaran yang akan group pretest-posttest design. Desain ini terdapat
meningkatkan kerja keras untuk mencapai hasil pretest untuk mengetahui keadaan awal sebelum
yang baik dimulai dengan menganalisa faktor- diberi perlakuan. Setelah perlakuan diberikan
faktor yang berkenaan dengan siswa dengan guru pengukuran posttest dan pemberian angket siswa.
untuk melihat tingkat keberhasilan dan Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui
kegagalan siswa dalam suatu mata pelajaran. lebih akurat, karena dapat membandingkan
Oemar Hamalik (2004 : 81) dengan keadaan sebelum diberi perlakuan
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah (Sugiyono, 2009 : 74).
keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan
data dan informasi) pengelolaan, penafsiran dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang
tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa Tabel 1. Desain Penelitian
setelah melakukan kegiatan belajar dalam Pre Treatment Post
mencapai tujuan pembelajaran yang telah Kelas Test Test
ditetapkan. jika dikaitkan dengan belajar
matematika maka hasil belajar matematika O1 X O2
merupakan kemampuan yang dicapai siswa KE
dalam memahami dan menerapkan konsep-
konsep matematika setelah mengikuti proses Keterangan :
belajar mengajar matematika. Untuk mengukur O1 = Tes awal (pre test) hasil belajar sebelum
tingkat keberhasilan siswa dalam belajar diajar dengan metode Hypnoteaching.
matematika digunakan tes sebagai alat ukurnya. O2 = Post Test setelah diajar dengan
Tujuan Penelitian ini adalah (1) Untuk metode Hypnoteaching
mengetahui hasil implementasi metode X = Perlakuan dalam pembelajaran menggunakan
hypnoteaching dalam pembelajaran matematika Metode Hypnoteaching
pada siswa kelas VII SMP Negeri 41
Variabel penelitian adalah suatu atribut, 2) Melakukan pembelajaran pada satu kelas
sifat, atau nilai dari objek yang mempunyai yaitu kelas VII B SMPN 41 Bulukumba
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dengan menerapkan metode
untuk dipelajari dan kemudian ditarik hypnoteaching.
kesimpulannya. c. Evaluasi
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis Evaluasi berupa posttest dilaksanakan
variable yaitu variabel bebas (independen) dan pada akhir penelitian diluar kegiatan
variabel terikat (dependen) yang dipengaruhi pembelajaran dan dirangkaikan dengan
atau menjadi akibat karena adanya variabel pengisian angket respon siswa.
bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Teknis analisis data yang digunakan
metode hypnoteaching, sedangkan variabel adalah teknik statistik deskriptif dan statistik
terikatnya adalah motivasi belajar dan hasil inferensial.
belajar. Statistik deskriptif adalah statistik yang
Populasi dalam penelitian ini adalah digunakan untuk menganalisis data dengan cara
kelas VII SMPN 41 Bulukumba tahun pelajaran mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
2014/2015 yang terbagi dalam 4 kelas. telah terkumpul sebagaimana adanya (Sugiyono,
Rancangan sampel oleh kelas tersebut terbagi 2009: 147). Dalam penelitian ini, analisis
secara merata. Dengan demikian kelas yang ada deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
diasumsikan homogen. Adapun sampel dalam hasil belajar matematika siswa, motivasi, dan
penelitian ini adalah kelas VIIb , dengan teknik keterlaksanaan pembelajaran.
pengambilan sampel berupa cluster random Statistik inferensial adalah teknik statistik
sampling. yang digunakan untuk menganalisis data sampel
Instrumen yang digunakan dalam dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
penelitian ini adalah tes sebagai ukuran hasil Teknik statistik ini dimaksudkan untuk menguji
belajar matematika siswa, angket motivasi siswa hipotesis penelitian.
terhadap pembelajaran, dan lembar observasi Dalam pengujian hipotesis digunakan gain
(pengamatan) keterlaksanaan aktivitas guru hasil belajar dan sebelum menguji hipotesis
dalam menerapkan metedo hypnoteaching. penelitian, dilakukan uji normalitas. Uji
Keseluruhan prosedur penelitian dapat di normalitas merupakan langkah awal dalam
klasifikasikan ke dalam 3 tahap yaitu tahap menganalisis data, secara spesifik uji normalitas
persiapan, pelaksanaan penelitian dan evaluasi, digunakan untuk mengetahui data berdistribusi
seperti berikut: normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan
a. Persiapan uji one sample kolmogorov-smirnov dengan
1) Mengadakan observasi di lokasi menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05 ,
penelitian untuk menentukan 1 kelas dengan syarat :
sebagai sampel penelitian. Jika Pvalue 0,05 maka distribusinya
2) Menganalisis kurikulum umtuk melihat adalah normal
standar kompetensi dan kompetensi dasar, Jika Pvalue 0,05 maka distribusinya
sehingga tampak materi pelajaran yang adalah tidak normal
akan diajarkan. Selanjutnya hipotesis akan diuji
3) Merancang dan membuat perangkat menggunakan one sample T-Test setelah
pembelajaran (RPP, buku siswa, dan memenuhi syarat uji normalitas. Taraf
LKS) sesuai dengan metode signifikansi yang digunakan adalah = 0,05.
Hypnoteaching. kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika nilai
4) Merancang dan membuat instrumen dan p > dan tolak Ho jika nilai p > . (tiro,
alat untuk mengukur hasil belajar kognitif 1999:228).
siswa
5) Melakukan validasi terhadap instrumen HASIL DAN PEMBAHASAN
dan perangkat yang digunakan dalam
penelitian. Hasil
b. Pelaksanaan
1) Melakukan tes awal untuk mengetahui 1. Analisis Deskriptif
kemampuan awal siswa.
Nilai Statistik
Statistik
Pretest Posttest Indeks Gain
Ukuran Sampel 29 29 29
Minimun 27 69 0,47
Maksimun 66 90 0,83
Median 40 75 0,61
Mode 39 71 0,54
Range 39 21 0,36
Pada tabel 2 terlihat bahwa skor rata-rata rata peningkatan hasil belajar siswa adalah 0,61.
pretest adalah 40,24 dengan standar deviasi Skor yang dicapai oleh siswa tersebar dari skor
7,562 dan variansi 58,547. Nilai tertingginya terendah 0,47 sampai dengan skor tertinggi 0,83
adalah 66 dan nilai terendahnya adalah 27, dengan rentang skor 0,36. Secara deskriktif dapat
sedangkan rata-rata posttest adalah 76,59 dengan dikatakan bahwa kemampuan siswa meningkat
standar deviasi 5,735 dan variansi 32,894. Nilai setelah implementasi metode hypnoteaching
tertingginya adalah 90 dan nilai terendahnya dalam pembelajaran matematika.
adalah 69. Terlihat bahwa standar deviasi dan Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal
variansi pretest lebih besar dari pada standar (KKM) yang berlaku dari SMP Negeri 41
deviasi dan variansi post test, ini artinya data Bulukumba yakni 70, digunakan untuk
lebih beragam pada saat pretest dibandingkan menentukan tingkat pencapaian ketuntasan hasil
dengan posttest dengan kata lain data lebih belajar siswa maka banyaknya siswa yang tuntas
bersifat homogen pada saat posttest. Skor rata- dan tidak tuntas dapat dilihat pada tabel berikut.
Frekuensi Persentase
Interval Kategori
skor ketuntasan Pretest Postest Pretest Posttest
Pada tabel 2 dan 3 terlihat bahwa hasil hypnoteaching 96,65 % siswa mencapai
belajar siswa setelah diajar dengan metode ketuntasan atau terdapat 28 siswa yang tuntas.
hypnoteaching mengalami peningkatan. Hal ini Sementara, ketuntasan penguasaan bahan ajar
dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi pada matematika siswa secara klasikal tercapai bila
nilai terendah dari 27 menjadi 69, nilai tertinggi paling sedikit 75% siswa di kelas tersebut telah
dari 66 menjadi 90. Peningkatan hasil belajar tuntas. Besarnya peningkatan hasil belajar siswa
siswa juga dapat dilihat pada peningkatan yang diajar dengan metode hypnoteaching
presentase siswa yang mencapai ketuntasan, pada dihitung dengan lulus gain ternormalisasi dapat
tabel 3 terlihat dari tidak ada siswa yang tuntas, dilihat pada tabel berikut :
setelah diajar dengan menggunakan metode
Koefisien
Klasifikasi Frekuensi Presentase
normalisasi gain
g < 0,3 Rendah 0 0%
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang 26 89,66 %
g ≥ 0,7 Tinggi 3 10,34 %
Jumlah 29 100 %
Berdasarkan tabel 3 peningkatan hasil Tabel 5. Rangkuman hasi analisis deskriptif skor
belajar siswa yang diajar dengan metode motivasi belajar matematika sebelum
hypnoteaching sebagian berada dalam kategori dan setelah impelementasi metode
tinggi yaitu sebanyak 3 orang dan 26 orang hypnoteaching
berada dalam kategori sedang. Berdasarkan nilai
rata-rata pretest dan posttest siswa pada tabel 4 Nilai Statistik
maka peningkatan hasil belajar siswa yang Statistik
Sebelum Setelah
dihitung dengan rumus gain ternormalisasi Subjek 29 29
sebesar 0,61 dan berada dalam kategori sedang. Skor Ideal 128 128
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan
Skor
bahwa hasil belajar matematika siswa memenuhi 121 127
Tertinggi
kriteria keefektifan dengan terjawabnya hipotesis
penelitian H1 : g 0,5. Skor
75 92
Terendah
b. Deskripsi motivasi belajar pada Rentang Skor 46 35
pembelajaran matematika Rata-Rata 95,96 112
Varians 128,89 116,43
Berdasarkan analisi deskriptif motivasi Standar
11,35 10,79
belajar sebelum dan sesudah implementasi Deviasi
metode hypnoteaching, tabel dibawah ini Dari tabel diatas terlihat bahwa sebelum
merupakan rangkuman perbandingan dari penerapan metode hypnoteaching, skor motivasi
keduanya; terendah bernilai 75, tertinggi 121, dan skor rata-
ratanya adalah 95,96. Sedangkan setelah
Pada aspek kegiatan awal, kegiatan inti, Hasil analisa statistika inferensial
dan kegiatan akhir pada pertemuan awal pada dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.
pembelajaran hypnoteaching, terlihat nilai rata- Sebelum melakukan analisis statistika inferensial
rata keseluruhan sebesar 3,3 yang berdasarkan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.
kriteria keterlaksanaan yang telah ditentukan a. Uji Normalitas
pada bab III berada pada interval 2,5 ≤ KT < 3,5, Data yang telah diuji normalitasnya
yang berarti untuk pertemuan awal adalah nilai gain hasil belajar. Hasil
keterlaksanaan pembelajaran hanya sebagian. perhitungan yang diperoleh untuk nilai gain
Hal ini disebabkan karena belum diterapkannya hasil belajar diperoleh nilai p-value > a yaitu
beberapa langkah metode hypnoteaching dalam 0,50 > 0,05 yang berarti bahwa nilai gain
proses belajar mengajar. Namun secara hasil belajar berasal dari data yang
keseluruhan untuk pertemuan selanjutnya berdistribusi normal.
berdasarkan kriteria keterlaksanaan yang b. Uji Hipotesis
ditetapkan pada bab III, maka keterlaksanaan Hasil uji prosyarat menunjukkan bahwa
pembelajaran pada kegiatan awal, kegiatan inti gain hasil belajar matematika menggunakan
dan kegiatan akhir selama 6 kali pertemuan pembelajaran metode hypnoteaching berasal
termasuk dalam kategori terlaksana keseluruhan dari populasi yang berdistribusi normal
yang berarti keterlaksanaan pada pokok bahasan sehingga analisis dapar dilanjutkan dengan
bangun datar segiempat terlaksana keseluruhan pengujian hipotesis.
dengan rata-rata 3,6 yang berdasarkan kategori Hasil analisis SPSS untuk hasil belajar
keterlaksanaan berada pada 3,5 ≤ KT . diperoleh nilai probabilitas 0,001. Karena
0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
secara statistik H1 diterima. Hal ini berarti
terjadi peningkatan hasil belajar matematika
2. Analisis Infrensial siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan
metode hypnoteaching.