Niloticus) Di Pasar Bauntung Banjarbaru Provinsi Kalimantan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

EnviroScienteae Vol. 12 No.

2, Agustus 2016 p-ISSN 1978-8096


Halaman 137-143 e-ISSN 2302-3708

ANALISIS PEMASARAN DAN DISTRIBUSI IKAN NILA SEGAR (Oreochromis


niloticus) DI PASAR BAUNTUNG BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN

Marketing Analysis And Fresh Tilapia Distribution (Oreochromis niloticus) In Bauntung


Market Banjarbaru South Kalimantan Province

Yuliyarabihati1), Emmy Sri Mahreda2), Irma Febrianty2)


1)
Program Studi Magister Ilmu Perikanan
Program Passcasarjana Universitas Lambung Mangkurat
e-mail : yuliyarabihati01@yahoo.com
2)
Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat

Abstract

The purpose of this study was to find out differences in marketing margin of tilapia and the
factors that influence it, to know the structure, behavior and appearance of tilapia fish market,
to know the benefits received by tilapia traders in Banjarbaru, and analyze the strategies and
policies of the local government towards the system that has been running. The research was
started from October 2014 until December 2014. The research location was determined
intentionally (purposive), i.e. Bauntung Market Banjarbaru, South Kalimantan. It was
intended to know prices and marketing costs at the retailer level. The results showed that the
analysis of marketing margins of the value of marketing margin was relatively constant/was
not much different. Based on F test of all the factors that influenced the marketing margin,
they were free variable volume of marketing (X1), transportation costs (X4), cost of sales
(X5) and profit of traders (X6), with 99% confidence level, it was found that there was no real
effect on the marketing margin of tilapia. While the selling price (X2), the purchasing price
(X3) at 99% confidence level really influenced the marketing margin of tilapia in Banjarbaru.
The analysis of market integration indicated that I ( ) = 0867, which means that market
integration was not perfectly integrated yet. This means that the marketing of tilapia in
Bauntung Market Banjarbaru was in imperfect competitive market structure. The value of
relationship of price changes amounted to 0.87 (r ≠ 1). This means that the relationship of
price changes in traders level and the price change in retailers level were not strong (not
perfect). The elasticity value of price transmission (ET) was low. The transmission elasticity
was <1, the value was 0.763. This means that the price elasticity inelastic or in other words
the market is not efficient. The benefits gained by retailers was in average Rp. 2.213,88-/kg.

Keywords: Analysis marketing and distribution, fresh tilapia (oreochromis niloticus),


bauntung market Banjarbaru

PENDAHULUAN dengan maksimal. Produksi ikan nila


dalam lima tahun terakhir menunjukan
Ikan nila merupakan salah satu kenaikan 19,91% per tahun. Dari 46,627
komoditas budidaya yang mempunyai ton (2000) menjadi 97,116 ton (2004).
prospek pasar yang lebih besar. Sampai Target produksi ikan nila tahun 2009 adalah
saat ini permintaan pasar dalam dan luar 195,000 ton dengan pendistribusian produk
negeri untuk ikan nila belum tergarap pasar lokal sebanyak 70% atau 135,000 ton

137
EnviroScienteae Vol. 12 No. 2, Agustus 2016 : 137-143

dan ekspor 30% atau 60,000 ton, dengan METODE PENELITIAN


sentra pengembangan nila di wilayah
Indonesia, difokuskan di Sumatera Barat, Waktu dan Tempat Penelitian
Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan,
Lampung, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Lokasi penelitian ditentukan secara
Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi sengaja (purposive), yakni di Pasar
Utara. Bauntung Banjarbaru, Kalimantan Selatan,
Permasalahan yang sering dihadapkan untuk mengetahui harga-harga dan biaya
pada tingkat pemasaran hasil-hasil produksi pemasaran di pengecer. Sedangkan data
ikan nila antara lain, penjualan ke pasar- harga dan biaya di produsen didapatkan
pasar, share turun pada musim ikan laut, langsung dari pembudidaya ikan nila
akibatnya harga jual relatif kecil sehingga melalui penelusuran (trace) informasi dari
menyebabkan banyak keluhan produsen pedagang. Dipilihnya pasar ini karena
ikan nila tentang hasil keuntungan yang Pasar Bauntung Banjarbaru merupakan
diperoleh setiap siklus produksi yang terus salah satu sentra pemasaran ikan nila yang
menurun, bahkan mendekati balik modal melibatkan satu sistem pemasaran, yang
(impas). Hal ini diantaranya mungkin tercakup didalamnya pembudidaya,
dikarenakan susahnya penjualan produksi pedagang dan konsumen ikan nila.
ikan dengan skala massal pembudidaya saat Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan
panen, kelebihan produksi, permainan harga Oktober 2014 hingga bulan Desember
antara pengumpul/pengecer ikan nila yang 2014.
sangat fluktuatif, berapa jumlah orang
pembudidaya/pedagang, serta kurang Jenis dan Sumber Data
terjaganya kualitas daging ikan nila sampai
ke tangan konsumen akhir. Data yang dibutuhkan dalam
Soekartawi (1995) berpendapat penelitian ini adalah data primer dan data
bahwa kelemahan sistem pertanian di sekunder. Data Primer diperoleh dengan
negara berkembang adalah kurangnya cara mewawancarai pembudidaya,
perhatian dalam bidang pemasaran, seperti pengumpul, pengecer dan konsumen ikan
penguasaan informasi pasar yang masih nila yang dijadikan responden, berkenaan
lemah sehingga kesempatan ekonomi sulit dengan jumlah rata-rata produksi ikan nila,
dicapai. Tidak terkecuali dengan volume pembelian dan biaya pemasaran
pemasaran produk perikanan, terlebih pedagang pengumpul/ pengecer dan jumlah
sifatnya yang mudah mengalami kerusakan konsumsi ikan nila oleh konsumen.
jika sudah mati. Hal ini tentunya Data sekunder berupa data harga dan
memerlukan sistem pemasaran yang lebih produksi, keadaan umum daerah dan
efektif dan efisien untuk kelancaran potensi perikanannya secara time series,
mekanisme pasar dan cepatnya informasi yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan
harga yang dapat diperoleh. Kelautan Provinsi Kalimantan Selatan dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk (I) intansi yang terkait lainnya.
menganalisis perbedaan margin pemasaran
ikan nila di Banjarbaru dan faktor-faktor Metode Pengambilan Sampel
yang mempengaruhinya, (II) mengetahui
struktur, perilaku dan penampilan pasar Sampling dilakukan terhadap
ikan nila di Banjarbaru, (III) mengetahui pembudiyakan ikan nila (produsen) yang
keuntungan yang diterima pedagang ikan memasok ikan nila di Pasar Bauntung
nila di Banjarbaru, (IV) menganalisis Banjarbaru. Penentuan jumlah sampel
strategi dan kebijakan pemerintah terhadap berdasarkan jumlah pedagang pengecer
sistem yang sudah berjalan. yang ada di pasar tersebut, yang dipilih
secara acak dari total produsen yang ada di

138
Analisis Pemasaran Dan Distribusi Ikan Nila Segar (Yuliyarabihati, et al)

lokasi budidaya yang diinformasikan oleh Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi


pedagang pengecer. Dalam hal ini, Margin Pemasaran Ikan Nila (Oreochromis
responden pedagang pengecer adalah Niloticus) di Pasar Bauntung Banjarbaru
seluruh pedagang yang menjual ikan nila di
Pasar Bauntung Banjarbaru, karena Analisis faktor-faktor yang
populasinya memungkinkan untuk mempengaruhi margin pemasaran ikan nila
dilakukan cara ini, yakni sebanyak 25 segar (Oreochromis Niloticus) di pasar
orang. Menurut Sudjana (1992), Bauntung Banjarbaru dilakukan dengan
pengumpulan data yang bersumber dari analisis modal OLS (Ordinary Least
seluruh obyek penelitian disebut dengan Square) dengan program SPPS-21 for
sensus. Dengan demikian, sampel Windows.
responden produsen dapat ditentukan
sebanyak 25 orang. Tabel 1. Hasil analisis regresi faktor-faktor
yang mempengaruhi margin
Analisis Data pemasaran ikan nila di Pasar
Bauntung Banjarbaru
Analisis yang digunakan dalam Koefisien Sign
Nama Variabel Uji-t
penelitian ini sesuai dengan tujuan adalah Regresi Level
margin pemasaran, analisis struktur Intersep - - 99%
perilaku dan penampilan pasar, analisis Volume 1119,981 0,506 99%
integrasi pasar, analisis elastisitas transmisi pemasaran (X1) 0,842 0,465 99%
Harga jual (X2) 0,593 4,182 99%
harga , dan analisis keuntungan.
Harga beli (X3) -5,525 - 99%
Biaya angkut -3,349 3,531 99%
(X4) 3,527 - 99%
HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya penjualan 0,062 0,027
(X5) 1,459
Analisis Marjin Keuntungan 0,670
pedagang (X6)
Marjin pemasaran merupakan selisih R2 0,776
harga di tingkat konsumen dengan harga di F hit 4,528 99%
tingkat produsen yang terjadi di Pasar Sumber : data diolah
Bauntung Banjarbaru, yang dihitung dari
rata-rata harga pada 25 orang pedagang Berdasarkan Tabel 1, hasil
pengecer dan rata-rata harga pada 25 orang pengolahan data diperoleh koefisien
produsen yang memasok ikan nila ke pasar determinasi (Adjusted R2) adalah 0.776,
tersebut besarnya margin pemasaran ikan dapat diartikan bahwa koefisien determinan
nila (Oreochromis niloticus) di pasar (R2) dipergunakan sebagai kriteria untuk
Bauntung Banjarbaru rata-ratanya adalah mengukur tepat tidaknya suatu garis regresi
sebesar Rp.3.100,-/kg. Hal ini berarti dalam meramalkan variabel terikat.
margin pemasarannya yang terendah Pengaruh variabel bebas volume pemasaran
sebesar Rp.3.000,-/kg dan margin (X1), harga jual (X2), harga beli (X3), biaya
pemasaran tertinggi, sebesar Rp.4.000,-/kg, angkut (X4), biaya penjualan (X5) dan
Sedangkan harga rata-rata di produsen keuntungan pedagang (X6) mampu
sebesar Rp.22.540/kg, dan harga rata-rata di menjelaskan variabel terikat (margin
konsumen/pengecer sebesar Rp.25.640/kg. pemasaran) sebesar 77,6%, sedangkan
sisanya sebesar 22,4 % (100%-77,6%)
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
Pengujian koefisien regresi secara
keseluruhan menggunakan “F-test”. Hasil

139
EnviroScienteae Vol. 12 No. 2, Agustus 2016 : 137-143

analisis diuji secara bersama-sama untuk (keuntungan pedagang) menunjukkan


mengetahui pengaruh seluruh variabel koofisien regresi bertanda positif 0.670
dengan cara membandingkan Fhitung dan tidak berpengaruh nyata.
Ftabel. Hasil menunjukkan bahwa Fhitung
signifikan sebesar 4.528 (99%). Fhitung = Analisis Struktur, Perilaku dan Penampilan
4.528 dan nilai Ftabel = 3.94 dengan 0,01. Pasar
F hitung > F tabel yang berarti semua variabel
bebas volume pemasaran (X1), harga jual Analisis struktur pasar ikan nila
(X2), harga beli (X3), biaya angkut (X4), dilihat dari tingkat harga di produsen
biaya penjualan (X5) dan keuntungan (pembudidaya) sampai ke tingkat harga di
pedagang (X6) secara bersama-sama konsumen akhir (pedagang pengecer).
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
margin pemasaran ikan nila (Oreochromis Analisis Kuantitatif
niloticus) di Banjarbaru pada tingkat 1. Analisis Integrasi Pasar
kepercayaan 99%. Berdasarkan analisis regresi harga ikan
Hasil pengujian menunjukan bahwa t di tingkat produsen dengan harga ikan di
hitung dengan tingkat signifikansi 99% dari tingkat pedagang pengecer diperoleh
enam variabel bebas yang menjadi model nilai koefisien regresi () = 0.867,
regresi dapat diketahui bahwa variabel yang artinya bahwa pasar belum terintegrasi
berpengaruh sangat nyata terhadap margin sempurna yang berarti bahwa pemasaran
pemasaran ikan nila (Oreochromis ikan nila di Pasar Bauntung Banjarbaru
niloticus) di Banjarbaru adalah harga jual. adalah struktur pasar persaingan tidak
Nilai intercept = -1119,981 berati dengan sempurna. Model persamaan analisis
nilai sebesar -1119.981 tanpa menggunakan regresi antara harga produsen dengan
variabel-variabel bebas akan berkurang harga eceran menggunakan persamaan
margin pemasaran sebesar -1119.981. (4), dengan hasil seperti pada Tabel 2
Koefisien regresi volume pemasaran berikut ini.
(X1) mempunyai nilai sebesar 0.465
bertanda positif tidak berpengaruh nyata. Tabel 2. Hasil analisis regresi harga di
Hasil pengujian terhadap variabel (X2) yaitu produsen (Pf) dengan harga di
harga jual, menunjukkan t hitung konsumen (Pr)
signifikan/berpengaruh sangat nyata Jenis Ikan   R2 R
terhadap margin pemasaran ikan 99%. Nila 5576,923 0,867***
0,87 0,75
Koefisien regresi sebesar 4.182 (bertanda Sumber : Data Primer diolah
positif), artinya antara harga jual dengan Keterangan: *** = signifikan pada tingkat
margin pemasaran mempunyai hubungan kesalahan 1%
positif, yaitu jika faktor lain dianggap ** = signifikan pada tingkat
konstan, maka setiap kenaikan harga jual kesalahan 5%
1% maka margin pemasaran bertambah * = signifikan pada tingkat
4.182 % . Hasil pengujian terhadap kesalahan 10%
variabel (X3) yaitu harga beli ikan nila R2 = koefisien determinasi
r = Koefisien korelasi
menunjukkan koefisien regresi bertanda
 = Koefisien regresi
negatif sebesar (-3.531) tidak berpengaruh
 = Intersep/titik potong
nyata.
Hasil pengujian terhadap variabel
Nilai (r) = koefisien regresi didapat dari
(X4) koefisien regresi bertanda negatif
(-0.027) tidak berpengaruh nyata, variabel  r  R 2 karena hanya ada 2 variabel.
(X5) biaya koefisien regresi bertanda Berdasarkan nilai  = 0,867 dengan
positif sebesar 1.459 tidak berpengaruh kriteria hubungan korelasi kuat artinya
nyata. Hasil pengujian terhadap variabel X6 bahwa pasar belum terintegrasi

140
Analisis Pemasaran Dan Distribusi Ikan Nila Segar (Yuliyarabihati, et al)

sempurna yang artinya pemasaran ikan konsumennya mencapai lebih dari 100
nila di Pasar Bauntung Banjarbaru orang per hari, sehingga pasarnya
adalah struktur pasar monopsomi atau mengarah kepada persaingan sempurna.
oligopsomi. 2. Sifat hasil produk ikan nila di Pasar
Bauntung Banjarbaru kualitasnya relatif
2. Analisis Korelasi Harga berbeda, perbedaan utamanya adalah
Keeratan hubungan perubahan hanya di tempat membudidayakan ikan nila itu
tingkat pengecer terhadap perubahan sendiri. Harga di Keramba Jaring Apung
harga di produsen atau keterkaitan pasar (KJA) akan sedikit lebih mahal jika
dapat dilihat pada pada Tabel 8. Nilai dibandingkan dengan ikan nila hasil
keeratan hubungan antara perubahan budidaya di kolam. Para konsumen lebih
harga tersebut adalah sebesar 0,87 (r ≠ menyukai ikan hasil di Keramba Jaring
1). Hal ini berarti hubungan perubahan Apung (KJA) karena dari segi rasa lebih
harga ditingkat pedagang pengecer enak.
dengan harga ditingkat produsen tidak 3. Hambatan keluar masuk pasar (entry and
kuat (tidak sempurna). exit) penjualan ikan nila di Pasar
Bauntung Banjarbaru tidak ada peraturan
3. Analisis Elasitisitas Transmisi Harga yang resmi yang membatasi penjual atau
(ET) pembeli untuk ikut terlibat dalam jual
beli ikan, sehingga dapat dikatakan
Tabel 9. Rasio harga di produsen dan bahwa tidak ada suatu kekuatan yang
pedagang pengecer dan menguasai pasar dan harga ikan.
elastisitas transmisi harga 4. Status pengetahuan tentang biaya, harga
ET = dan kondisi pasar diantara pelaku pasar.
Jenis Ikan Pf/Pr (Rp.) 
.Pf/Pr Dalam pemasaran ikan nila di pasar
Nila 25640/22540 0.867 0.763 Bauntung Banjarbaru informasi harga
(Oreochromis = 1.137 ikan sangat baik dan mudah dimonitor
niloticus) perkembangan harganya, dan bersifat
Sumber : Data Primer diolah kontinyu. Dalam penentuan harga ikan
juga tidak ada yang merasa saling
Analisis elastisitas transmisi harga menekan sehingga masih dianggap
dilakukan untuk melihat kepekaan cukup menguntungkan.
perubahan hanya di tingkat produsen
akibat perubahan harga di tingkat Analisis Keuntungan Pedagang Pengecer
konsumen. Berdasarkan Tabel 9 Ikan Nila
disimpulkan bahwa jenis ikan nila
mempunyai elastisitas transmisi harga Biaya pemasaran sebesar
(ET) yang rendah, hal ini disebabkan Rp.74.000/kg, dengan rata-rata harga di
karena ikan nila (Oreochromis niloticus) eceran dan produsen sebesar Rp.25.640.
termasuk jenis ikan yang saat ini lagi dan Rp.22.540. Rasio antara TC dengan
trend disukai masyarakat di Banjarbaru volume penjualan pedagang pengecer yang
(Kalimantan Selatan). Meskipun tertinggi adalah sebesar Rp.2.500/kg
Elastisitas transmisi masih < 1, namun dengan volume Penjualan sebesar 50 kg,
nilainya 0,763. yang berarti pasar tidak sedangkan rasio antara TC dengan volume
efisien. penjualan pedagang pengecer terendah
adalah sebesar Rp.200/kg dengan volume
Analisis Kualitatif penjualan sebesar 150 kg. Maka didapat
1. Jumlah penjual dan pembeli yang ada di hasil keuntungan rata-rata untuk pedagang
Pasar Bauntung Banjarbaru banyak, pengecer ikan nila di pasar Bauntung
yaitu penjual 25 orang sedangkan Banjarbaru dengan perhitungan sebagai

141
EnviroScienteae Vol. 12 No. 2, Agustus 2016 : 137-143

berikut: KESIMPULAN DAN IMPLIKASI


KEBIJAKAN
i = Pr – Pf – TC
= 25.640 – 22.540 – 886,12 Kesimpulan
= Rp.2.213,88/kg
1. Marjin pemasaran ikan nilai di
Analisis Strategi dan Kebijakan Pemerintah Banjarbaru relatif konstan, yakni
berkisar antara Rp.3.000/kg sampai
Berdasarkan hasil-hasil analisis dengan Rp.4.000/kg, dengan rata-rata
diatas, struktur pasar ikan nila di Rp.3.100/kg. Marjin pemasaran ini
Banjarbaru terindikasi mengarah pada pasar dipengaruhi nyata oleh volume
persaingan sempurna, dimana harga di pemasaran, harga jual, harga beli, biaya
tingkat produsen angkut, biaya penjualan dan keuntungan
terintegrasi/berhubungan/dapat pedagang.
ditransmisikan dengan harga di tingkat 2. Struktur pasar ikan nila di Banjarbaru
konsumen secara sempurna, sehingga pasar cenderung mengarah pada pasar
dapat dikatakan efisien. persaingan tidak sempurna, baik secara
Secara kualitatif terlihat banyaknya kuantitatif maupun kualitatif.
pedagang pengecer ikan nila di Pasar 3. Keuntungan yang diperoleh pedagang
Bauntung Banjarbaru juga diikuti dengan pengecer rata-rata sebesar Rp. 3.100,-
banyaknya pembeli (konsumen), sementara /kg, yang jika dibandingkan dengan
sifat produk hanya dibedakan berdasarkan harga ikan hanya mencapai ± 10%,
sortasi ikan, yakni antara ikan berukuran sehingga keuntungan pedagang termasuk
besar dan kecil. Akses keluar masuk pasar wajar (tidak tinggi).
mudah tanpa ada peraturan resmi yang 4. Belum ada kebijakan resmi yang dapat
membatasinya jumlah penjual dan pembeli. memberikan jaminan kenyamanan dan
Akan tetapi, sangat disayangkan keamanan bagi pedagang maupun
mekanisme pasar yang begitu efisien ini konsumen ikan nila di Banjarbaru.
ternyata belum didukung dengan kebijakan
pemerintah yang dapat memberikan Implikasi Kebijakan
kenyamanan dan keamanan bagi pedagang
dan konsumen. Kenyamanan dan 1. Perlu adanya peraturan untuk penataan
keamanan dimaksud terkait dengan lokasi pasar ikan yang ada di pasar
pengawasan mutu produk dan higienisasi subuh maupun di pasar yang berada di
pasar. bagian belakang pasar Banjarbaru,
Sifat produk perikanan yang rentan terutama untuk pembenahan pasar
dengan kontaminasi bakteri atau pathogen tersebut dan drainase, serta bak-bak
lainnya, meskipun dalam keadaan hidup penampungan.
(terlebih jika mati), semestinya harus 2. Perlu adanya pengawasan terhadap mutu
mendapatkan pengawasan sebelum ikan nila dan secara reguler dan
didistribusikan hingga ke konsumen agar berkesinambungan agar dapat
dapat memberikan perlindungan bagi memberikan perlindungan bagi
konsumen. Selain itu, kondisi pasar yang konsumen.
didukung dengan sanitasi yang baik 3. Diperlukan suatu kelompok usaha
tentunya akan memberikan kenyamanan, khusus para pedagang ikan sebagai
tidak hanya bagi pedagang namun juga bagi wadah organisasi keanggotaannya.
konsumen. 4. Diperlukan tatanan dan aturan dalam hal
tataniaga usaha perikanan yang ada di
Banjarbaru.

142
Analisis Pemasaran Dan Distribusi Ikan Nila Segar (Yuliyarabihati, et al)

DAFTAR PUSTAKA

Asmawi. (1986). Deskripsi Dan Klasifikasi


Ikan. Diambil dari
http://enmygolan.blogspot.com. [ 11
september 2015].
Azzaino, Z. (1983). Pengantar Tataniaga
Pertanian. Departemen Ilmu-Ilmu
Sosial Pertanian Fakultas Pertanian
IPB. Bogor.
Djarijah. (1995). Deskripsi Dan Klasifikasi
Ikan. Diambil dari
http://enmygolan.blogspot.com. [ 11
september 2015].
Mahreda, E. S. (2008). Efisiensi
Pemasaran Ikan Laut Segar di
Kalimantan Selatan. [Disertasi]. S3
Program Doktor Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Hanafiah, A. M., dan Saefuddin, A. M.
(1983). Tataniaga Hasil Perikanan.
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Soekartawi. (1983). Ilmu Usaha Tani dan
Penelitian Untuk Pengembangan
Petani Indonesia. Jakarta: Penerbit
Rajawali Press.
Sudjana. (1992). Metoda Statistika.
Bandung: Penerbit Tarsito.

143

You might also like