965-Article Text-2947-1-10-20200120

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman

https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/intelektual
Volume 9, Nomor 1, April 2019
p-ISSN: 1979-2050/e-ISSN: 2685-4155

Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam Mencapai Tujuan


Pendidikan Islam

M. Arif Setiawan,1 Melvien Zainul Asyiqien2


1Prodi PAI Pascasarjana IAIT Kediri, 2Institut Agama Islam Tribakti Kediri
1arief.dw.98@gmail.com, 2melvienzainul20@gmail.com

Abstract
Reason and the Qur'an know each other and are recognized in Islamic science.
In this context, many researchers are interested in examining the relationship
of reason and the Qur'an. According to Dr. Muhammad Nahadi, discussion of
reason, the Qur'an in the context of knowledge is the concept of developing
knowledge. In line with this development, the development of Islamic
education in the context of the study of reason and the Qur'an is urgently
needed, especially as a means of answering the challenges of education with
global challenges. This type of research is literature research, which is a form
of scientific reasoning argumentation appearance that describes the results of
literature studies and the results of the author's thought about a problem /
topic of study. And data collection techniques using library research
techniques, or library research, with data processing techniques. The data
analysis process begins by gathering all data about the reason and objectives
of Islamic education in order to find out the implications of reason in achieving
the objectives of Islamic education. The results of this study indicate that, first,
reason is the power of thought that when used can lead a person to understand
and comprehend the problem he is thinking about. Second, reason serves as a
tool for thinking, pondering and living also to develop ideas, concepts and
bright ideas, very closely related to education. So that reason in its implications
for the objectives of Islamic education is crucial to the success or failure of a
person in achieving the goals of Islamic education.

Keywords: Intelligence, Implications, Purpose of Islamic Education

Abstrak
Akal dan Al Qur ‘an saling bertauatan dan diakuai dalam ilmu keIslaman.
Dalam konteks ini, banyak peneliti tertarik mengkaji hubungan akal dan Al
Qur’ an. Menurut Dr. Muhammad Nahadi, pembahasan akal, Al Qur an
dalam konteks pengetahuan merupakan konsep pengembangan
pengetahuan. Sejalan dengan perkembangan itu, pengembangan pendidikan
Islam dalam konteks kajian akal dan Al Qur an sangat dibutuhkan, terlebih
sebagai sarana menjawab tantangan pendidikan dengan tantangan global.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (literery research), yaitu
bentuk penampilan argumentasi penalaran keilmuan yang memaparkan hasil
kajian pustaka dan hasil olah pikir penulis mengenai suatu masalah/topik

Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 9, Nomor 1, April 2019
35
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

kajian. Dan teknik pengumpulan data menggunakan teknik library research,


atau riset kepustakaan, dengan teknik pengolahan data. Proses analisis data
diawali dengan mengumpulkan seluruh data tentang akal dan tujuan
pendidikan Islam guna mengetahui implikasi akal dalam mencapai tujuan
pendidikan Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, akal
adalah daya pikir yang bila digunakan dapat mengantar seseorang untuk
mengerti dan memahami persoalan yang dipikirkannya. Kedua, akal
berfungsi sebagai alat untuk berfikir, merenung serta menghayati juga untuk
mengembangkan gagasan, konsep dan ide-ide cemerlang, sangat erat
kaitannya dengan pendidikan. Sehingga akal dalam implikasinya terhadap
tujuan pendidikan Islam sangat menentukan berhasil tidaknya seseorang
dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.

Kata kunci: Akal, Implikasi, Tujuan Pendidikan Islam

Pendahuluan na’qilu, dan ya’qilu masing-masing


Akal merupakan perangkat terdapat satu kali. Sebagai contoh
lunak yang ada pada diri manusia adalah redaksi af’alaa ta’qilun, yang
sehingga berbagai kajian teori mulai paling mencolok dalam redaksi tersebut
sejak awal Islam hingga saat ini tidak adalah penggunaan bentuk istifham
ada habisnya dan selalu mengalami inkari (pertanyaan negatif).
perkembangan. Dikarenakan sifatnya Perbuatan manusia yang
dalam memahami pengetahuan bertentangan dengan pengetahuannya
semakin berkembang di setiap zaman, dan bertentangan dengan perintah yang
akal seolah menjadi misteri yang tak ia berikan kepada orang lain, tidak akan
terpecahkan. Beragam pendapat pun timbul kecuali dari orang yang tidak
bermunculan tentang konsep akal. lurus pemikiran yang tidak matang.
Pendapat tersebut tentu tergantung dari Manusia seperti ini boleh jadi memiliki
sudut pandang yang ditelaah. gangguan akal. Dalam perspektif lain,
Materi ‘aql dalam Al Qur’an ilmu psikologi misalnya, ada kecen-
terulang sebanyak 49 kali. Kecuali satu, derungan akan untuk menyederhana-
semuanya datang dalam bentuk fi’il kan pemehaman konteks.1 Hal ini
mudhari’ terutama materi yang seringkali menjadi manusia dianggap
bersambung dengan wawu jama’ah, tidak penuh kemampuan akalnya.
seperti bentuk ta’qilun atau ya’qilun. Istilah lain gangguan psikis.
Kata kerja ta’qilun terulang sebanyak 24 Akal bukan hanya daya pikir,
kali dan kata kerja ya’qilun sebanyak 22 tetapi gabungan dari sekian daya dalam
kali. Sedangkan kata kerja ‘aqala, diri manusia yang menghalanginya

1 Yusuf Qardhawi "Al-Qur’an Berbicara


tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan,” (Jakarta:
Page36

Gema Insani), h, 19-20

Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

terjerumus ke dalam dosa dan Selanjutnya akal sangat berperan


kesalahan. Karena itulah maka ia dalam menyusun tujuan Pendidikan
dinamai oleh Al Qur’an dengan ‘aql Islam. Akal bekerja merenungi dan
(akal) yang secara harfiah berarti tali, memikirkan serta mencari jawaban-
yakni yang mengikat hawa nafsu jawaban berdasarkan sumber ajaran
manusia dan menghalanginya terje- Islam untuk merumuskan tujuan
rumus kedalam dosa, pelanggaran dan Pendidikan Islam. Secara umum, tujuan
kesalahan. Hal ini dapat kita lihat dalam Pendidikan Islam adalah perwujudan
Q.S. Ar-Rum ayat 24 berikut: nilai-nilai Islami untuk mencapai hasil
َ ‫ق ۡ َخو ٗفا‬
ۡ‫ۡو َط َم ٗعا‬
َ ُ َ
ۡ ‫َومِنۡ ۡ َءايَٰت ِ ۡهِۦ ۡيُ ِريك ُم ۡٱل َبر‬ (produk) yang berkepribadian Islam

َ َ َ ٓ ٓ َ ُ yang beriman dan bertakwa kepada


َۡ‫ۡرضۡ َبعۡد‬
ۡ ‫يۦۡبِهِۡٱلأ‬ ۡ ِ ‫َويُ َن ِزلۡم َِنۡٱلس َما ۡءِۡ َما ٗءۡف ُيح‬ Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia,
َ ُ َ َٰ َ َ َٰ َ َ َٓ َ
ۡ ۡ٤٢ۡ‫تۡل ِقو ٖم َۡيعقِلون‬
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
ٖ ‫موت ِها ۚٓۡإِنۡف ِيۡذل ِكۡٓأَلي‬ dan menjadi warga negara yang
Terjemahnya: “Dan di antara tanda-tanda demokratis serta bertanggung jawab.
kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan Sedangkan secara spesifik
kepadamu kilat untuk (menimbulkan)
Pendidikan Islam sebagai salah satu
ketakutan dan harapan, dan Dia
menurunkan hujan dari langit, lalu proses pengetahuan juga menggunakan
menghidupkan bumi dengan air itu sesudah daya pikir akal untuk menyalurkan dan
matinya. Sesungguhnya pada yang memahami suatu dimensi ilmu yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda- bersumber dari Al Qur an dan al Hadist
tanda bagi kaum yang mempergunakan agar manusia mampu mengenali dan
akalnya.”
bertawakal kepada penciptanya. Dalam
Menurut Nurcholish Madjid
konteks ini, akal difungsikan me-
pentingnya peran akal dalam
mahami kodratnya sebagai instrument
kehidupan manusia dapat dilihat dalam
memahami ilmu-ilmu yang diturunkan
sejarah Allah mengajarkan nama-nama
oleh Allah SWT.
(al-asma’a kullaha). Sebutan akal sering
Uraian di atas menunjukkan
digunakan oleh Nurcholish Madjid
bahwa akal mempunyai posisi yang
adalah akal budi. Ia menambahkan
begitu penting dalam kehidupan
dengan akal budi, manusia memiliki
manusia, sehingga dengan akal manusia
dalam dirinya kemampuan naluriah
mampu menangkap realitas, dan
untuk mencapai hikmah kearifan yang
memahami ilmu-ilmu yang diturunkan
lebih tinggi dari sekadar ilmu
oleh Allah SWT. Sebagai penghargaan
pengetahuan. Adam sebagai manusia
tentang keberadaan akal, manusi pun
sempurna dalam alam primordial
dijadikan Allah SWT sebagai kholifah di
mampu menerima pengajaran dari
muka bumi.
Tuhan.2
Page37

Jalaluddin, “Filsafat Pendidikan Islam Dari


2

Zaman Ke Zaman,” (Jakarta: Rajawali Pers, 2017),


h, 99-100
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

Metode Penelitian Pembahasan


Metode penelitian yang Kajian Akal Menurut Al-Quran
digunakan dalam penelitian ini adalah Al Qur’an berulang-ulang
penelitian kepustakaan atau library menggerakkan dan mendorong
research, yakni penelitian yang perhatian manusia dengan bermacam
dilakukan melalui mengumpulkan data cara, supaya manusia mempergunakan
atau karya tulis ilmiah yang bertujuan akal. Ada secara tegas, perintah
dengan obyek penelitian atau mempergunakan akal dan ada pula
pengumpulan data yang bersifat ke- berupa pertanyaan, mengapa seseorang
pustakaan, atau telaah yang dilaksana- harus menggunakan akal. Di sisi lain
kan untukmemecahkan suatu masalah diterangkan pula, bahwa segala benda
yang pada dasarnya tertumpu pada di langit dan di bumi menjadi bukti
penelaahankritis dan mendalam kebenaran tentang kekuasaan, kemu-
terhadap bahan-bahan pustaka yang rahan dan kebijaksanaan Tuhan. Hal ini
relevan.3 hanya mampu dipahami oleh orang
Secara tegas, metode penelitian yang menggunakan akal.
kajian pustaka atau studi kepustakaan Meskipun demikian, tidak bisa
yaitu berisi teori teori yang relevan dipungkiri timbulnya perpecahan
dengan masalah-masalah penelitian. antara satu golongan sesamanya,
Adapun masalah pada penelitian ini disebutkan karena akal. Dalam
adalah untuk mengetahui urgensi Akal kehidupannya, manusia sering meng-
Menurut Al Qur an dan implikasinya hadapi berbagai masalah, dimana
dalam mencapai tujuan pendidikan masalah tersebut harus dipecahkan.
Islam.4 Tanpa adanya pemikiran yang sehat
Penelitian ini dilakukan peng- dan jernih, manusia tidak akan
kajian mengenai konsep dan teori yang menyelesaikan permasalahan tersebut.
igunakan berdasarkan literatur yang Akal mempunyai kemampuan untuk
tersedia, terutama dari kitab-kitab tafsir menyelesaikan segala permasalahan
al Quran yang didukung oleh artikel- manusia. Begitu pentingnya akal, Al
artikel yang dipublikasikan dalam Quran memberikan penghargaan
berbagai jurnal ilmiah. Kajian pustaka setinggi-tingginya. Seperti yang
berfungsi untuk membangun konsep disebutkan dalam Al Qur’an Qs Az
atau teori yang menjadi dasar studi Zumar ayat 9 yang menyebutkan:
dalam penelitian. “(Apakah kamu hai orang musyrik yang
lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan
sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada

3Sukardi, “Metodologi Penelitian Pendidikan 4V.Wiratna Sujarweni,Metodeologi Penelitian


Page38

Kompetensi dan Praktiknya” (Jakarata : PT (Yogyakarta : Pustaka Baru Perss, 2014), h.57
BumiAksara,2013), h. 33
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat pendidikan dalam tiga ranah (domain),
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama yaitu ranah kognitif, afektif dan
orang-orang yang mengetahui dengan psikomotorik. Tiap-tiap ranah dapat
orang-orang yang tidak mengetahui?" dirinci lagi dalam tujuan-tujuan yang
Sesungguhnya orang yang berakallah yang lebih spesifik yang hierarkis.
dapat menerima pelajaran.” Ranah kognitif dan afektif
Selaian Al Qur an, Al Hadist juga tersebut sangat erat kaitannya dengan
banyak mengagungkan keberadaan fungsi kerja dari akal. Dalam ranah
akal.bRasulullah SAW. bersabda,“Pena kognitif terkandung fungsi mengetahui,
(catatan pahala dan dosa) diangkat memahami, menerapkan, menganalisis,
(dibebaskan) dari tiga golongan, di mensintesis dan mengevaluasi. Fungsi-
antaranya orang yang gila sampai ia kembali fungsi ini erat kaitannya dengan fungsi
sadar (berakal).” ( H.R. Abu Daud dari Ali, akal pada aspek berpikir (tafakkur),
Sunan Abu Daud, Kitab al-Hudud, vol.II, sedangkan dalam ranah afektif
hal.339. Daar el-Fikr).
terkandung fungsi memperhatikan,
Dalam bukunya logika agama merespon, menghargai, mengorganisasi
Quraish Shihab berpendapat bahwa
nilai, dan mengkarakterisasi. 6 Fungsi-
akal bagaikan mata dan wahyu adalah
fungsi ini erat kaitannya dengan fungsi
sinarnya. Mata tidak berfungsi tanpa
akal pada aspek mengingat (tazakkur).
sinar, dan sinar pun tidak berfungsi Cukup banyak isyarat-isyarat Al
menampakkan sesuatu tanpa mata.5 Hal
Qur’an tentang penggunaan akal
ini menunjukkan bahwa fungsi akal
dengan penekanan bahwa penggunaan
sesungguhnya adalah penerjemah,
akal adalah merupakan barometer bagi
dalam artian berfikir, merenungkan, keberadaan manusia. Manusia dalam
mencari tahu, juga memahami realitas
berpikiran harus menggunakan pikiran
yang ada di sekitarnya. Dalam konteks
dan qalbu. Daya pikir manusia
Pendidikan Agama Islam, akal juga
menjangkau wilayah fisik dari masalah-
mempunyai peran yang sangat penting.
masalah yang relatif, sedangkan qalbu
Pemahaman terhadap potensi
memiliki ketajaman untuk menangkap
berpikir yang dimiliki akal sebagaimana
makna-makna yang bersifat metafisik
yang telah dipaparkan di atas memiliki
dan mutlak. Oleh karenanya dalam
hubungan yang amat erat dengan hubungan dengan upaya memahami
pendidikan. Hubungan tersebut antara
Islam, akal memiliki fungsi sebagai
lain terlihat dalam merumuskan tujuan
berikut:
pendidikan. Benyamin Bloom, Cs, 1. Akal sebagai alat yang strategis
dalam bukunya Taxonomy of Educational
untuk mengungkap dan mengetahui
Objective (1956) yang dikutip oleh
kebenaran yang terkandung dalam
Nasution, membagi tujuan-tujuan
Al Qur’an dan Sunnah Rasul,
Page39

5 Ibid., h, . 126 6Harun Nasution (1994), “Azas-azas


Kurikulum,” (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),h. 50.
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

dimana keduanya adalah sumber bagian dari hati dan ada pula yang
utama ajaran Islam. membedakannya.
2. Akal merupakan potensi dan modal Secara istilah, akal digunakan
yang melekat pada diri manusia untuk menunjukkan salah satu definisi
untuk mengetahui maksud-maksud berikut ini:
yang tercakup dalam pengertian Al a. Kemampuan untuk mengetahui
Qur’an dan Sunnah Rasul. sesuatu.
3. Akal juga berfungsi sebagai alat b.Kemampuan memilah-milah antara
yang dapat menangkap pesan dan kebaikan dan keburukan yang niscaya
semangat Al Qur’an dan Sunnah juga dapat digunakan untuk
yang dijadikan acuan dalam mengetahui hal-ihwal yang
mengatasi dan memecahkan mengakibatkannya dan sarana-sarana
persoalan umat manusia dalam yang dapat mencegah terjadinya
bentuk ijtihad. masing-masing dari keduanya.
4. Akal juga berfungsi untuk c. Kemampuan dan keadaan (halah)
menjabarkan pesan-pesan al-Quran dalam jiwa manusia yang mengajak
dan Sunnah dalam kaitannya kepada kebaikan dan keuntungan dan
dengan fungsi manusia sebagai menjauhi kejelekan dan kerugian.
khalifah Allah, untuk mengelola dan d.Kemampuan yang bisa mengatur
memakmurkan bumi seisinya. perkara-perkara kehidupan manusia.
Jika ia sejalan dengan budi. Namun,
Namun demikian, bagaimana
manakala ia menjadi sesuatu yang
pun hasil akhir pencapaian akal tetaplah
membangkang dan menentang
relatif dan tentatif. Untuk itu,
syariat, maka ia disebut syaithanah.
diperlukan adanya koreksi, perubahan
e. Akal juga dapat dipakai untuk
dan penyempurnaan terus-menerus.
menyebut tingkat kesiapan dan
Oleh karena itu taklid buta tidak
potensialitas jiwa dalam menerima
dianjurkan dalam ajaran Islam.7
konsep-konsep universal. An-nafs an-
nathiqah (jiwa rasional yang
Hakikat dan Kedudukan Akal
Pembahasan tentang akal selalu dipergunakan untuk menalar) yang
tidak pernah selesai, selain keuni- membedakan manusia dari binatang
kannya, akal juga sangat rumit untuk lainnya.
dijelaskan, maka dari itulah pem- f. Dalam bahasa filsafat, akal merujuk
bahasan terkait dengan akal selalu kepada substansi azali yang tidak
berkembang dari waktu ke waktu. bersentuhan dengan alam material,
Berbagai pendapat pun bermunculan baik secara esensial (dzati) maupun
ada yang mengatakan bahwa akal itu aktual (fi’li).

7 M.A. Santoso Fattah, dkk, Studi Islam 3,


Page40

(Surakarta: LPIK Universitas Muhammsdiyah


Surakarta, 2013), h, .16
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

Jadi akal adalah mahluk yang pengetahuan; 2) fungsi keimanan, dan


mengarahkan jiwa dan membuatnya yang terkait dengannya, yaitu emosi,
memilih beberapa alternatif serta ectasy (kehanyutan dalam kesenangan
memberi tahu mana yang baik dan spiritual), dan potensi kehendak. 11
mana yang buruk; mana yang hal mana Qalb menurut pendangan al-
yang haram.8 Ghazali dapat dikonotasikan dalam dua
Nama lain dari akal adalah lubb, arti yaitu daging berbentuk belahan
ada juga yang mengatakan bahwa kata sanubari yang berada di sisi dada kiri
lubb adalah sesuatu yang suci dari akal; yang berisi darah merah kehitaman dan
sehingga dapat dikatakan bahwa setiap merupakan sumber ruh kehidupan.
lubb adalah akal tetapi tidak setiap akal Adapun makna yang kedua adalah sifat
adalah lubb. Disamping istilah lubb yang kelembutan (lathifah), Rabbaniyyah,
berhubungan dengan akal, terdapat ruhaniyyah, yang merekat pada kalbu
istilah fu’ad dan qalb. Dalam hubungan jisim, ia memiliki ketergantungan yang
ini, Abdul Wahid al-Lughawi (wafat 315 sama seperti tergantungnya jiwa
H.) berkata: “Qalb adalah sebutan dalam dengan raga, atau seperti
arti fu’ad, tetapi terkadang juga sebagai tergantungnya sifat dengan hal yang
ungkapan bagi arti akal.”9 disifatinya. Lathifah sendiri dalam hal
Sedangkan dalam al-Qur’an, kata ini merupakan hakikat manusia yang
qalb digunakan sebanyak 144 kali. memiliki kemampuan memahami,
Penggunaan qalb selalu merujuk pada mengetahui, berdialog, yang berpotensi
hal-hal yang berkaitan dengan emosi diberi pahala ataupun siksa.12
dan akal pada manusia. Ia memiliki arti Selain itu al-Ghazali juga
lebih khusus dari nafs sebagai mengatakan bahwa qalb sebagai pusat
penggerak naluri atau biologis, yaitu dan sumber ilmu pengetahuan dapat
hanya terbatas pada bagian yang mencetak setiap sesuatu yang
disadari.10 dipelajarinya dalam hati dan kemudian
Menurut Asy-syarqawi dari diperjelas di dalamnya. Al-Ghazali
perenungan terhadap beberapa ayat mengungkapkan bahwa adanya ilmu
yang mengandung kata qalb, dapat pengetahuan merupakan esensi dari
disebutkan dua fungsi utama dari hati di mana di dalamnya terdapat
beberapa fungsi besar yang dimiliki banyak fakta dan informasi. Sedang
qalb, yaitu: 1) fungsi persepsi, sesuatu yang dipelajari adalah bagaikan
pengetahuan (intuitif), dan ilmu refleksi dari segala jenis ilmu

8 Ahmad Syauqi Ibrahim Misteri Potensi Ghaib Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru,
Manusia, Qisthi Press, (Jakarta: Qisthi Press 2012) 2014), h, . 234-235
h. 250 11 Muhammad Abdullah Asy-Syarqawi,
9 Ahmad Syauqi Ibrahim Misteri Potensi Ghaib Sufisme & Akal, h, . 72
Manusia, Qisthi Press, (Jakarta: Qisthi Press 2012) 12 Khafidhi, Peranan Akal dan Qalb Dalam
Page41

h, . 48 Pendidikan Akhlaq (Studi Pemikiran Al-Ghazali),


10 Hasan Langgulung, Manusia dan Semarang: IAIN Walisongo, 2013) h, 123 .
Pendidikan; Suatu Analisa Psikologis, Fisafat dan
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

pengetahuan. Dari pernyataan inilah dukkannya. Dalam hal ini pernah ada
bias dipahami korelasi antara hati dan ungkapan dari Sayyidina Ali
ilmu pengetahuan.13 karramallahu wajhah: “Apakah kau kira
bahwa kau tubuh yang kerdil, padahal
Manusia sebagai Makhluk Berakal padamu terkandung dunia yang sangat
Segala sesuatu yang diciptakan besar ”14
Allah bukanlah dengan percuma saja, Ayat 30-34 Al Baqarah, telah
tetapi dengan maksud-maksud tertentu menguraikan tentang ketinggian mar-
yang diinginkan Allah. Demikianlah tabat manusia yang sejak semula
diantara seluruh makhluk ciptaan diciptakan ke tingkat yang sempurna.
Allah, terdapatlah makhluk pilihanNya Jelas sekali bahwa manusia adalah
yaitu manusia. Dan diantara makhluk khalifah Allah SWT, di muka bumi.
pilihan itu, maka para Nabi dan Rasul Manusialah yang ditakdirkan-Nya
memperoleh tempat tertinggi sebagai untuk mensejahterakan, memperbaiki
manusia pilihan Allah. keadaan dan menguasai bumi. Untuk
Siapakah manusia itu dan itu Allah menciptakan segala sesuatu
bagaimanakah kedudukannya dalam yang ada di bumi bagi kepentingan
realitas atau jagad raya ini. Demikianlah manusia. Kemudian manusia dikaruniai
pertanyaan yang meliputi seluruh kesanggupan mengenal dan menge-
pikiran para filsuf, termasuk filsuf Max tahui segala sesuatu yang ada di
Scheler. Pertanyaan itu adalah dalamnya.15 Dan untuk menjalankan
pertanyaan abadi karena pada dasarnya tugasnya, manusia dibekali akal sebagai
terkandung dalam hati setiap insan daya pikir, karena mustahil tanpa daya
sepanjang masa. Bagaimanakah pikir manusia mampu menjalankan
sebenarnya tempat manusia itu dalam tugasnya sebagai khalifah.
jagad raya ini dalam keseluruhan yang Makhluk hidup yang bernama
ada ini, dalam keseluruhan dunia ini manusia itu, telah dikaruniai hati yang
terhadap Tuhannya. terukir dengan perasaan yang paling
Sesungguhnya manusia merupa- lembut dan nurani yang paling tinggi.
kan makhluk yang menakjubkan, Selain itu, Allah juga telah meng-
disamping juga misterius seperti kata karuniai manusia dengan akal pikiran
Dr. Alexis Carel. Ia akan menjadi jahat dan pengetahuan sehingga menjadikan
jika dihadapannya terbuka jalan ia lebih berpotensi untuk melaksanakan
kejahatan dan tidak ada pengawasan kreatifitas-kreatifitas dalam hidupnya.
terhadapnya. Ia juga akan mencapai Manusia adalah ciptaan Allah
kedudukan tinggi kalau mampu SWT, yang diberikan tiga kelebihan
mengendalikan nafsu serta menun-

13 Muhammad Izzudin Taufiq, Panduan 14


Maftuh Ahnan & Ach. Zacky SyafaFilsafat
Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, (Jakarta: Manusia, (Surabaya: Terbit Terang, 2001), h, . 93
Page42

Gema Insani Press, 2006) h, . 634 15


Maftuh Ahnan & Ach. Zacky Syafa, Filsafat
Manusia, , h, . 102
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

utama, pertama dari ruh yang bisa kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya
membuat manusia hidup di muka bumi, dan lebih besar keutamaannya.”(Q.S. Al-
kedua tubuh/ jasad yang sempurna dan Isra’: 21)17
ketiga adalah akal yang mampu Fakta-fakta tentang perbedaan
membuat manusia bisa menaklukkan potensial manusia ini antara lain dapat
dunia dan alam sekitarnya untuk dicontohkan dalam hal kecerdasan
memudahkan kehidupannya.16 intelektual maupun dalam spiritualitas.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an melaksanakan pengembangan diri
Perkembangan (development) ada- seseorang memiliki kadarnya masing-
lah proses atau tahapan pertumbuhan masing sehingga tidak ada standar yang
ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan menjadi acuan perkembangan, pun
sendiri (growth) berarti tahapan begitu perkembangan masih tetap bisa
peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, dilihat dari komparasi potensi awal
ukuran, dan arti pentingnya. Partum- dengan perkembangan yang telah
buhan juga dapat berarti sebuah dicapai.18
tahapan perkembangan a stage of Salah satu unsur terpenting bagi
development. pengembangan diri manusia adalah
Dalam Dictionary of Psychology akal. Akal merupakan alat untuk
dan The Penguin Dictionary of berpikir dan dia tidak bisa direali-
Psychologhy, arti perkembangan pada sasikan dalam bentuk konkritnya, akan
prinsipnya adalah tahapan-tahapan tetapi secara abstrak akal berupa ideal
perubahan yang progresif yang terjadi yang utama dari diri manusia. Adanya
dalam rentang kehidupan manusia dan akal telah mengangkat manusia lebih
organisme lainnya, tanpa membedakan jauh sempurna dibandingkan dengan
aspek-aspek yang terdapat dalam diri makhluk lain.
organisme-organisme tersebut. Menurut Emha Ainun Najib Akal
Salah satu bentuk keunikan merupakan kunci dari kemanusiaan.
manusia adalah potensi-potensi yang Akal adalah ketika otak mendapat
berbeda antara manusia satu dengan sentuhan iradah dan ilmu Allah
manusia yang lain. Ada yang berpotensi sehingga terjadilah proses berpikir.
besar dan ada pula yang berpotensi Peristiwa materiilnya mungkin berupa
biasa saja. Hal ini dapat kita amati pada gelombang atau magnet dari Allah ke
ayat-ayat suci berikut: “Perhatikanlah ubun-ubun kepala manusia. Akal
bagaimana Kami lebihkan sebagian dari adalah komposisi antara hardware dan
mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti software.19

16 Usman bin Hasan bin Ahmad asy Syakir 18Fuad Nashori, Potensi-Potensi Manusia,
(tth), Durrotun Nasihin; Bab Keutamaan manusia, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar) , h, . 92-94
Page43

(Semaranag: Pustaka ‘Alawiyah, 1996), h, . 118 19https://www.caknun.com/2014/reportas


17 Departemen Agama, Q.S. Al-Isra’: 21 e-kenduri-cinta-januari-2014-ahmaq/dilihat
pada 11-04-2018, pukul: 01.06.
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

Pendapat al-Ghazali, bahwa akal bangkan seluruh potensi dasar manusia


salah satu dimensi terpenting pada diri dan bagaimana aktifitasnya.
manusia, dimana akal sebagai alat Hakekat pengembangan sumber
berpikir telah memberi andil besar daya manusia dalam pendidikan Islam
terhadap alur kehidupan manusia, adalah usaha sadar agar sumber daya
mempolakan hidup dan mengatur manusia atau potensi-potensi manusia
proses kehidupan secara esensial. Akal tumbuh dan berkembang seoptimal
telah bekerja menurut ukuran yang ada, mungkin sesuai dengan kapasitas
karenanya maka al-Ghazali membagi tujuan pendidikan Islam.22
akal dalam beberapa daya. Klasifikasi Potensi yang dimaksud
tentang akal ini menurut al-Ghazali mencakup berbagai macam potensi
dilihat dari potensi dan kadar akal diantaranya:
dalam beberapa macam, yaitu akal 1. Potensi akal; Manusia me-miliki
praktis dan akal teoritis. Akal praktis potensi akal yang dapat menyusun
merupakan saluran yang menyampai- konsep-konsep, mencipta, mengem-
kan gagasan-gagasan akal teoritis bangkan, dan mengemukakan gagas-
kepada daya penggerak (almuharrikat) an. Dengan potensi ini manusia dapat
sekaligus merangsangnya menjadi melaksanakan tugas-tugasnya se-
aktual.20 bagai khalifah di muka bumi. Namun
Dalam perspektif Islam, faktor subjektifitas manusia dapat
pendidikan memainkan peran penting mengarah pada kesalahan dan
dalam upaya melahirkan manusia yang kebenaran
handal dan dapat menjawab tantangan 2. Potensi Ruh; Manusia tentu memiliki
zaman. Sumber daya manusia ruh. Sebagian para ahli mengatakan
merupakan gerakan human investment.21 bahwa ruh adalah nyawa sementara
Human Investment adalah upaya sebagian yang lain memahami bahwa
pendidikan jangka panjang untuk ruh pada manusia sebagai dukungan
melahirkan sumber daya manusia yang dan peneguhan kekuatan batin.
optimal. Pengembangan sumber daya Terlepas dari mana yang benar soal
manusia bukan merupakan persoalan ruh ini memang bukan urusan
yang mudah karena membutuhkan manusia karena manusia hanya
pemikiran, langkah, aksi yang sedikit ilmu pengetahuan tentang-
sistematik, sistemik, dan serius. Karena nya.
berusaha memberikan konstruksi yang 3. Potensi Qalbu; Qalbu tidak dimaknai
utuh tentang manusia dengan mengem- sekedar hati yang ada pada manusia.
Qalbu lebih mengarah pada aktifitas

20 M. Yasir Nasution (1996), Manusia Menurut 21 Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik


Al-Ghazali, (Jakarta:Grafindo Persada,1996), h, . Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Islam
97 Tradisional,, Jakarta: Ciputra Pres), h, . 152
Page44

22 Yunus Abu Bakar, Filsafat Pendidikan

Islam, Ibid, 82
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

rasa yang bolak-balik. Sesekali Rasio biasa kita mengenalnya


senang, sesekali susah, kadang sebagai akal pikiran. Kata akal berasal
setuju, kadang menolak dan dari kata Arab, yaitu al-‘aql yang dalam
sebagainya. bentuk kata benda tidak terdapat dalam
4. Potensi Fitrah; Manusia pada saat Al-Qur’an. Al Qur’an hanya
lahir memiliki potensi fitrah, fitrah menyebutnya dalam bentuk kata kerja
bukan berarti sesuatu yang suci seperti‘aqaluh, ta’qilun, na’qil, ya’qiluha
melainkan bawaan sejak lahir. dan ya’qilun yang mengandung arti
5. Potensi Nafs; Dalam bahasa faham dan mengerti.
Indonesia nafs diserap menjadi nafsu Manusia yang menjadikan rasio
yang berarti dorongan yang kuat atau akal sebagai sumber pengetahuan
untuk berbuat kurang baik. disebut dengan kaum rasionalis yang
Sementara nafs yang ada pada mengembangkan paham rasionalisme,
manusia tidak hanya dorongan yaitu paham yang menyatakan bahwa
berbuat buruk, tetapi juga berpotensi idea tentang kebenaran itu sudah ada
berbuat baik dengan kata lain dan pikiran manusia dapat mengetahui
berpotensi positif dan negatif.23 idea tersebut namun tidak men-
ciptakannya dan tidak juga mem-
Dari semua potensi yang ada,
pelajarinya lewat pengalaman (paham
semuanya saling terkait dengan yang
idealisme). Dengan perkataan lain, idea
lain namun kita melihat ada sedikit
tentang kebenaran, yang menjadi dasar
keunggulan akal dalam mengembangk-
pengetahuan, diperoleh lewat berpikir
an potensi ini meskipun tidak terlalu
rasional, terlepas dari pengalaman
berdampak terhadap kesemuanya
manusia. Sistem pengetahuan dibangun
namun paling tidak akal mampu
secara koheren di atas landasan-
mempengaruhi qalb, fitrah dan nafs
landasan pernyataan yang sudah
dalam kehidupan sesuai perkembangan
pasti.24
yang dicapai.
2. Pengalaman / Empiris
Sebagaimana telah diketahui
Kebalikan dari kaum rasionalis,
sebelumnya bahwa sumber pengetahu-
maka kaum empiris berpendapat bahwa
an manusia terdiri dari rasio,
pengetahuan manusia bersumber pada
pengalaman, intuisi, dan wahyu.
pengalaman yang kongkret. Gejala-
Dengan keempat inilah manusia
gejala alamiah merupakan sesuatu yang
mencari apa yang disebut dengan
bersifat kongkret dan dapat dinyatakan
kebenaran.
lewat tangkapan pancaindera manusia.
1. Rasio
Melalui gejala-gejala atau kejadian-

23Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Ibid, h, . 24 JuJun S. Suriasumantri Ilmu Dalam


Page45

152 Perspektif sebuah kumpulan karangan tentang


hakekat ilmu, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1997) h, 10
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

kejadian yang berulang-ulang dan dan bukan kata pinjaman dari bahasa
menunjukkan pola yang teratur, asing. Kata itu berarti suara, api dan
memungkinkan manusia untuk me- kecepatan. Disamping itu ia juga
lakukan generalisasi. Dengan memper- mengandung arti bisikan, isyarat,
gunakan metode induktif maka dapat tulisan dan kitab. Al-Wahy selanjutnya
disusun pengetahuan yang berlaku mengandung pengertian pemberitahu-
secara umum lewat pengamatan an secara tersembunyi dan dengan
terhadap gejala-gejala fisik yang bersifat cepat. Yang dimaksud dengan wahyu
individual. sebagai sumber pengetahuan adalah
Kaum empiris menganggap wahyu yang diturunkan kepada orang
bahwa dunia fisik adalah nyata karena pilihan-Nya agar diteruskan kepada
merupakan gejala yang dapat umat manusia agar dijadikan pegangan
tertangkap oleh pancaindera, sedangka hidup berisi ajaran, petunjuk dan
panca indera manusia sangat terbatas pedoman yang diperlukan bagi umat
kemampuannya dan terlebih penting manusia di dunia dan akhirat. Dalam
lagi bahwa pancaindera manusia bias Islam wahyu yang disampaikan kepada
melakukan kesalahan. Misalnya Nabi Muhammad SAW terkumpul
bagaimana mata kita melihat sebatang dalam Al-Qur’an.26
pensil yang dimasukkan ke dalam gelas Dari ke empat sumber
bagian yang terendam air terlihat pengetahuan manusia, yang ada di atas
bengkok. dapat kita lihat bahwa kesemuanya
menggunakan kinerja akal dari
3. Intuisi
manusia. Misal: rasio, dalam rasio
Intuisi merupakan pengetahuan
seseorang membutuhkan akal untuk
yang didapatkan tanpa melalui proses
berpikir dan membuat sintesa, lalu
penalaran tertentu. Seseorang yang
pengalaman, hal ini juga memerlukan
sedang terpusat pikirannya pada
kerja akal untuk melakukan kesimpulan
sesuatu masalah tiba-tiba saja
dari apa yang dia alami, selanjutnya
menemukan jawaban atas permasalah-
intuisi, dalam hal ini akal akan
an tersebut. Tanpa melalui proses
menimbang pilihan-pilihan yang ada
berpikir yang berliku-liku tiba-tiba saja
dalam intuisi untuk memilih hal yang
dia sudah sampai situ. Jawaban
dikerjakan, lalu wahyu, tidak mungkin
permasalahan yang sedang dipikirkan-
seseorang memahami wahyu tanpa
nya muncul dibenaknya bagaikan
menggunakan akal karena akal sendiri
kebenaran yang membukakan pintu.25
disini berfungsi sebagai penerjemah dan
4. Wahyu alat memahami. Inilah mengapa
Wahyu berasal dari kata Arab al- kemudian akal sangatlah penting dalam
wahy dan al-wahy adalah kata asli Arab pengembangan diri manusia. untuk
Page46

25
Ibid., h, . 53 26 Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h, 15
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

mendapatkan ilmu seseorang harus manusia adalah makhluk pedagogik


faham dan mengerti sesuatu itu, dan yang mana untuk memahami atau
untuk mengerti dan memahami maka melakukan sesuatu ia harus belajar,
disinilah fungsi akal manusia. Sehingga maka kewajiban menyelenggarakan
perkembangan diri manusia tak akan pendidikan adalah kewajiban syar’i
pernah tercapai tanpa penggunaan akal. yang berarti pula bahwa perintah
Sehingga urgensi akal dalam bertakwa adalah sekaligus perintah
pengembangan diri manusia memegang menyelenggarakan pendidikan yang
peranan yang penting dan mendasar. menuju kepada pembinaan manusia
takwa.
Implikasi Akal dalam Mencapai Tujuan Islam adalah “konsep” pe-
Pendidikan Islam masrahan diri kepada Allah, agar kita
Berbicara mengenai implikasi,
selamat (salam) di dunia dan akhirat.
bahwa implikasi memiliki makna
Untuk sampai tataran ini, Allah sudah
keterlibatan atau keadaan terlibat.
member bekal kepada makhlukNya
Keadaan terlibat secara tidak langsung
bernama manusia tiga hal, yakni akal,
juga akan menunjukkan sebagai kata
hati, dan syahwat. Akal atau intelektual
lain peran. Maka dari makna ini dapat
adalah kata kunci untuk terus mencari
kita fahami pembahasan pada bab ini
Islam, karena ini sebuah kata kerja, dan
adalah terkait dari keterlibatan akal
syahwat sesungguhnya adalah “ghirah”
dalam mencapai tujuan pendidikan.
atau semangat (bisa positif, bisa negatif,
Sebelum membahas terkait
tergantung kualitas akal spiritual kita).
implikasi akal terlebih dahulu kita
Makanya Allah memerintahkan kita
fahami tentang Tujuan pendidikan
untuk meng-empan papan-kan, mem-
Islam. Pendidikan Islam berarti
proporsional-kan ketiga hal tersebut.
pembentukan pribadi muslim. Isi
Dalam memahami tujuan
pribadi muslim itu adalah pengamalan
pendidikan Islam tidak dapat terlepas
sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul-
dari tujuan manusia diciptakan, yakni
Nya. Tetapi pribadi muslim itu tidak
sebagai hamba Allah dan khalifah.
akan tercapai atau terbina kecuali
Dalam dinamikanya khalifatullah
dengan pengajaran dan pendidikan.
adalah tataran tertinggi, setelah
Membina pribadi muslim adalah wajib.
manusia mampu melewati tataran lain
Dan karena pribadi muslim tidak
sebagai insan (manusia), abdullah (abdi
mungkin terwujud kecuali dengan
Allah). Kalau manusia baru berada
pendidikan, maka pendidikan itupun
dalam tataran manusia (insan), maka
menjadi wajib dalam pandangan Islam.
yang muncul dalam dirinya adalah
Dalam ajaran Islam bertakwa itu
masih ego pribadi, dan belum
wajib, tetapi tidak mungkin bertakwa
menganggap yang lainnya juga bagian
itu tercapai kecuali dengan pendidikan,
Page47

dari alam semesta yang harus bersujud


maka pendidikan itu juga wajib. Dan
kepada Tuhan. Selanjutnya jika ia sudah
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

sampai kepada pemahaman bahwa dikemukakan oleh para ulama yang


dirinya dan yang lainnya adalah bagian keilmuannya sudah diakui yang
dari alam semesta yang harus sujud dan termasuk didalamnya aliran-aliran, ciri
mengabdi kepada Allah, maka ia sudah tersebut sebagai berikut:
sampai pada tataran Abdullah. Tataran 1. Berfungsi Akalnya Secara Optimal
ini belum sampai pada kesadaran Fungsi akal secara optimal dapat
memikul tugas memanajemen bumi dan dijumpai pada pendapat kaum
isinya. Barulah jika ia sudah mampu muktazilah. Menurutnya manusia yang
menggunakan akal untuk “memayu akalnnya berfungsi secara optimal
hayuning bawana”, atau memanajemen dapat mengetahui bahwa segala
bumi, maka ia sudah sampai pada perbuatan baik seperti adil, jujur,
tataran khalifatullah.27 berakhlak sesuai esensinya dan merasa
Pendidikan Islam bersifat elastis wajib melakukan semua itu walaupun
dan selalu mengedepankan akal tidak diperintahkan oleh wahyu.
manusia. Pintunya terbuka lebar-lebar Manusia yang berfungsi akalnya sudah
bagi setiap orang yang ingin belajar dan merasa wajib melakukan perbuatan
sanggup untuk memahami pengetahu- yang baik. Dan manusia yang demikian
an, mendorong seseorang untuk terus yang dapat mendekati tingkat insan
menerus belajar dan melakukan kamil. Dengan demikian bahwa insane
penyelidikan (pemeliharaan), tanpa kamil adalah orang yang akalnya dapat
melihat batas umur.28 Karena tujuan mengenali perbuatan yang baik dan
utama pendidikan Islam adalah perbuatan yang buruk.
membentuk moral dan akhlak yang 2. Mampu Meciptakan Budaya
tinggi serta melakukan yang mulia. Sebagai bentuk pengamalan dari
Sebagaimana telah dijelaskan di berbagai potensi yang terdapat pada
bab sebelumnya bahwa pendidikan dirinya sebagai insan, manusia yang
Islam memiliki tujuan untuk sempurna adalah manusia yang mampu
menjadikan manusia sebagai insan mendayagunakan seluruh potensi
kamil, yang dimaksud insan kamil rohaniahnya secara optimal. Menurut
adalah manusia yang secara penge- ibn Khaldun manusia adalah makhluk
tahuan ia mampu menjalankan agama berpikir.
islam sebagai ilmu, yang mana islam 3. Berjiwa Seimbang
Perlunya seimbang dalam
menjadi nafas dari segala perilakunya di
kehidupan, yaitu seimbang antara
dunia.
pemenuhan kebutuhan material dengan
Ciri-ciri insan kamil dapat di
spiritual atau ruhiyah. Ini berarti
telusuri dari berbagai pendapat yang
perlunya ditanamkan jiwa sufistik yang

27 https://www.caknun.com/2015/islam- 28 Muhammad Athiyah al-Abrasy, Prinsip-


rahmatan-lil-alamin/ dilihat pada 11-04-2018, prinsip Dasar Pendidikan Islam, terj. Al-
Page48

pukul: 0102 Tarbawiyah al-Islamiyah, (Bandung: Pustaka


Setia, 2003), h, . 32
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

dibarengi dengan pengamalan syariat Tujuan khusus pendidikan islam


Islam, terutama ibadah, zikir, tafakkur, ditetapkan berdasarkan keadaan tempat
muhasabbah, dan seterusnya. Karena dengan mempertimbangkan keadaan
dengan jiwa yang seimbang manusia geografi, ekonomi, dan lain-lain yang
lebih memiliki peluang untuk menjadi ada di tempat itu. Tujuan khusus ini
lebih baik. dapat dirumuskan berdasarkan ijtihad
Uraian di atas diyakini belum para ahli di tempat itu.30
menjelaskan ciri-ciri insan kamil secara Dalam kaitannya mencapai
keseluruhan. Tetapi ciri-ciri itu saja jika tujuan pendidikan Islam, sebagai
diamalkan secara konsisten dipastikan makhluk berakal, manusia mengamati
akan mewujudkan insan kamil yang sesuatu. Hasil dari pengamatan itu
dimaksud. Seluruh ciri tersebut diolah sehingga menjadi ilmu
menunjukkan bahwa insan kamil lebih pengetahuan. Dengan ilmu penge-
menunjukkan pada manusia yang tahuan itu dirumuskannya ilmu baru
segenap potensi intelektual, intuisi, yang akan digunakannya dalam usaha
rohani, hati sanubari, ketuhanan, fitrah memenuhi kebutuhan hidupnya dan
dan kejiwaannya berfungsi dengan menjangkau jauh di luar kemampuan
baik. Jika demikian halnya, maka upaya fisiknya. demikian banyak hasil
mewujudkan insan kamil perlu kemajuan ilmu pengetahuan yang
diarahkan melalui pembinaan intelek- membuat manusia dapat hidup
tual, kepribadian, akhlak, ibadah, menguasai alam. 31

pengamalan tasawuf, bermasyarakat, Dengan menggunakan akalnya


research.29 untuk berfikir, merenung, serta
Maka dari itu pendidikan sebagai menghayati, manusia akan mampu
proses harus mengakomodasi seluruh mengembangkan gagasan, konsep dan
kepentingan tujuan pendidikan yang ide-ide cemerlang, sehingga tujuan dari
telah tertulis di atas. Karena proses pendidikan Islam akan tercapai yaitu
haruslah sesuai dengan tujuan yang untuk menumbuhkan dan meningkat-
akan dicapai. Sebagaimana disebutkan kan keimanan melalui pemberian dan
Al-Aynayni tujuan pendidikan islam pemupukan pengetahuan, penghayat-
memiliki dua dimensi yakni tujuan an, pengamalan, serta pengalaman
umum dan tujuan khusus. Tujuan seseorang tentang agama Islam
umum adalah beribadah kepada Allah, sehingga menjadi manusia muslim yang
maksudnya membentuk manusia yang terus berkembang dalam hal keimanan,
beribadah beribadah kepada Allah.
Tujuan umum ini sifatnya tetap, berlaku
di segala tempat, waktu, dan keadaan.
Page49

29Ibid., h, . 231 31 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,


30 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Ibid, h, . 6
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) h, . 68
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

ketakwaannya, berbangsa dan ber- dengan sesame manusia dan hubungan


negara.32 dengan alam. Dengan demikian Akal
Kemudian pemahaman terhadap sangat berimplikasi dalam menentukan
potensi berpikir yang dimiliki akal antara tercapai atau tidaknya tujuan
sebagaimana yang telah dipaparkan di pendidikian Islam, mengingat bahwa
atas memiliki hubungan yang amat erat akal dalam hubungannya dengan
dengan pendidikan. Hubungan tersebut manusia adalah bagian yang harus ada
antara lain terlihat dalam merumuskan dan tak terpisahkan, karena manusia
tujuan pendidikan. Benyamin Bloom, disebut sebagai manusia tidak lain
Cs, dalam bukunya Taxonomy of karena kepemilikan akalnya yang juga
Educational Objective (1956) yang dikutip merupakan pembeda antara manusia
oleh Nasution, membagi tujuantujuan dengan makhluk yang lain.
pendidikan dalam tiga ranah (domain),
yaitu ranah kognitif, afektif dan Kesimpulan
psikomotorik. Tiap-tiap ranah dapat Dari pembahasan hasil penelitian
dirinci lagi dalam tujuan-tujuan yang yang telah penulis paparkan dalam
lebih spesifik yang hierarkis. Ranah artikel tentang urgensi akal dan
kognitif dan afektif tersebut sangat erat implikasinya dalam mencapai tujuan
kaitannya dengan fungsi kerja dari akal. pendidikan Islam (studi integratif Islam
Dalam ranah kognitif terkandung fungsi dan filsafat), dapat diambil kesimpulan
mengetahui, memahami, menerapkan, sebagai berikut:
menganalisis, mensintesis dan 1. Akal diartikan sebagai daya berfikir
mengevaluasi.33 yang ada dalam diri manusia akal
Implikasi akal dalam mencapai juga mengandung arti berfikir,
tujuan pendidikan islam dari uraian memahami dan mengerti. Akal
diatas dapat kita fahami bahwa akal merupakan suatu potensi ruhaniah
sebagai alat utama bagi manusia untuk yang
mendapatkan ilmu, dan untuk berilmu 2. Implikasi akal dalam mencapai
seseorang harus melalui pendidikan tujuan pendidikan Islam dan
sebagai proses, dengan ilmu pula pemahaman terhadap pengetahuan-
seseorang akan mengalami perkem- pengetahuan tentang segla
bangan dalam dirinya, selanjutnya kelilmuan yang diturunkan oleh
setelah ia berkembang seseorang akan Allah SWT.
mampu menjadi insan kamil yang
memiliki dimensi keduniaan dan
akhirat, dengan keseimbangan antara
hubungan dengan Tuhan, hubungan

32 Abdul Majid dan Dian Andayani, 33 Harun Nasution, Azas-azas Kurikulum,


Page50

Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Ibid, h, . 50


B(andung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h, . 135
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

Daftar Pustaka Harun Nasution (1994), Azas-azas


Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta.
Andayani A.M.D (ed.) (2004), Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi, Hasan Langgulung (2004), Manusia dan
PT Remaja Rosdakarya, Bandung Pendidikan; Suatu Analisa
Psikologis, Fisafat dan Pendidikan,
Nata.A (2002), Tafsir Ayat-ayat Pustaka Al Husna Baru, Jakarta.
Pendidikan, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta. Jalaluddin (2017), Filsafat Pendidikan
Islam Dari Zaman Ke Zaman,
-----------(2015), Akhlak Tasawuf Dan Rajawali Pers, Jakarta.
Karakter Mulia, Raja Grafindo
Persada, Jakarta. JuJun S. Suriasumantri (1997), Ilmu
Dalam Perspektif sebuah kumpulan
Cholik, A.A (2015), Relasi Akal dan Hati karangan tentang hakekat ilmu,
menurut Al-Ghazali, Jurnal Vol. 13, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
No. 2, UNIDA Gontor, Ponorogo.
Khafidhi (2013), Peranan Akal dan Qalb
Ibrahim, A.S. (2012), Misteri Potensi Dalam Pendidikan Akhlaq (Studi
Ghaib Manusia, Qisthi Press, Pemikiran Al-Ghazali), IAIN
Jakarta. Walisongo, Semarang.

Tafsir. A. (2013), Ilmu Pendidikan Islam, M. Ngalim Purwanto (2002), Psikologi


Remaja Rosdakarya, Bandung Pendidikan, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, hlm. 85
Baharuddin (2009), Pendidikan dan
Psikologi Perkembangan, Ar-Ruzz M. Yasir Nasution (1996), Manusia
Media, Yogyakarta. Menurut Al-Ghazali, Grafindo
Persada, Jakarta.
Salam B. (1988), Filsafat Manusia,
Antropologi Metafisika, Bina M.A. Santoso Fattah, dkk (2013), Studi
Aksara, Jakarta. Islam 3, (LPIK) Universitas
Muhammadiyah Surakarta,
Papalia D.E. (2008), Human Development Surakarta.
(Psikologi Perkembangan),
Kencana, Jakarta. Maftuh Ahnan & Ach. Zacky Syafa
(2001), Filsafat Manusia, Terbit
Anshori E.S. (1982), Ilmu Filsafat dan Terang, Surabaya
Agama, Bina Ilmu, Surabaya.
Moch. Syarif Hidayatullah (2010),
Nashori F. (2003), Potensi-Potensi Karunia Akal yang Disia-siakan,
Manusia, Pustaka Pelajar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Yogyakarta.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi (2003),
Fuadi (2013), Peran Akal Menurut Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan
Pandangan Al-Ghazali, Jurnal Islam, terj. Al-Tarbawiyah al-
Page51

Substantia Vol. 15, No. 1, IAIN Islamiyah, Pustaka Setia,


Ar-Raniry, Banda Aceh. Bandung,
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 9, Nomor 1, April 2019
Urgensi Akal Menurut Al Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Oleh: Arif Setiawan & Melvien Zainul Asyiqien

Muhammad Husain Abdullah (2003),


Mafahim Islamiyah, terjemah, al-
Izzah, Bangil.

Muhammad Izzudin Taufiq (2006),


Panduan Lengkap dan Praktis
Psikologi Islam, Gema Insani
Press, Jakarta.

Musa Asy’arie (1992), Manusia


pembentuk Kebudayaan Dalam al-
Qur’an, Lembaga Studi Filsafah
Islam, Yogyakarta.

Yasmadi (2002), Modernisasi Pesantren


Kritik Nurcholis Madjid terhadap
Pendidikan Islam Tradisional,
Ciputat Press, Jakarta

Yusuf Qardhawi (1996), Al Qur’an


Berbicara tentang Akal dan Ilmu
Pengetahuan, Gema Insani,
Jakarta.

Zuhairini (2012), Filsafat Pendidikan


Islam, Bumi Aksara, Jakarta.
Page52

Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 9, Nomor 1, April 2019

You might also like