Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Agroindustri Berbasis Jagung Widyanti et al

PENENTUAN AGROINDUSTRI BERBASIS JAGUNG TERPILIH


DI PROVINSI LAMPUNG

Determination of Selected Agro- Industry based on Corn Commodity


in Lampung Province

Sri Mulyani Widyanti1, Hanung Ismono2, Sri Hidayati2


1. Mahasiswa Program Studi Magister Teknologi Agroindustri Fakultas Pertanian Universitas
Lampung
2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ABSTRACT

Most of the corn produced in Lampung Province is utilized for feed. The farmers sell the
corn seed in a market where the price is fluctuated. So far, the number of business people in feed
industry are still low, therefore the corn itself is still not fully exploited. This study was aimed to
select the proper type of agro-industry for Lampung Province which was analyzed using
Hierarchy Analysis Process, specifying the location of selected agro-industries by using
Exponential Comparative Method. In this research, we used the research survey, data collected
includes primary data and secondary data by the method of quantitative analysis and qualitative
descriptive.
By using hierarchy analysis process, the proper agro-industry for Lampung province is corn
flour. Then, by using exponential comparison method, the proper place for developing the corn
flour industry is in East Lampung regency specifically in Sribhawono. Corn flour industry viable
market assessed with consideration of market opportunities to reach 35% corn flour that is equal
to 1.533 million tones. The production process is done using wet and dry production methods.
Based on the calculation of costs and production capacity , the sale price of the corn flour is Rp.
5800, - per kilogram.
Keywords: Analysis Hierarchy Process, corn, Exponential Comparative Method

PENDAHULUAN Kabupaten/Kota. Menurut Dinas Pertanian


Tanaman Pangan dan holtikultura Provinsi
Jagung (Zea mays Linn), merupakan
Lampung dalam angka tahun 2009,
bahan makanan pokok di dunia pada urutan
Kabupaten Lampung Timur merupakan
ketiga setelah padi dan gandum. Tanaman ini
kabupaten yang memiliki luas panen dan
dapat tumbuh di berbagai daerah, baik yang
produksi jagung terbesar pertama yaitu
beriklim tropis maupun yang beriklim
sebanyak 621.254 ton, disusul Kabupaten
subtropik, karena jagung mempunyai daya
Lampung Selatan sebanyak 518.667 ton dan
adaptasi lebih tinggi dibandingkan dengan
menyusul Kabupaten Lampung Tengah
tanaman serealia lainnya. Provinsi penghasil
sebanyak 516.183 ton.
jagung di Indonesia yang paling banyak
Pemanfaatan jagung di Propinsi
adalah Jawa Timur, sedangkan Lampung
Lampung saat ini sebagian besar hanya
menduduki peringkat nomor tiga (Anonim,
untuk pakan ternak. Petani menjualnya
2009).
dalam keadaan pipilan dengan harga yang
Provinsi Lampung memiliki luas tanam
relatif turun naik. Sementara pelaku usaha
jagung sebesar 433.319 ha, luas panen
komoditi industri pakan ternak jagung di
433.319 ha, produktivitas 47,56 ku/ha, dan
Provinsi Lampung hanya ada 6 unit,
jumlah produksi sebanyak 2.060.712 ton
sehingga masih banyak jagung yang belum
yang tersebar hampir diseluruh

14 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011
Widyanti et al Agroindustri Berbasis Jagung

termanfaatkan. Pengembangan komoditi Metode Penelitian dan Pengumpulan Data


jagung dapat dilakukan pada industri hulu
Metode penelitian yang digunakan
dan hilir. Industri hilir yang berupa
adalah metode survei dan wawancara dengan
pengolahan pasca panen baru dilaksanakan
para pakar yang berkaitan dengan masalah
pada tingkat home industri.
pendirian industri berbasis jagung. Para
Ditinjau dari pohon industri, tanaman
pakar tersebut berasal dari Bapedda, Bagian
jagung merupakan tanaman yang sarat
Perekonomian Setda, Dinas Ketahanan
dengan manfaat mulai dari daun, buah,
Pangan Kota Metro dan peneliti dari
maupun batang. Penganekaragaman
Universitas Lampung. Data yang
pengolahan jagung sangat diperlukan untuk
dikumpulkan meliputi data primer dan
menambah nilai jual serta mendorong
sekunder. Pengumpulan data tersebut
tumbuhnya agroindustri, sehingga dapat
bertujuan untuk rnemperoleh informasi,
menyerap tenaga kerja dalam upaya
gambaran, dan keterangan sehingga data
meningkatkan kesejahteraan penduduk
tersebut diharapkan dapat dipergunakan
pedesaan dan petani jagung khususnya.
untuk pemecahan masalah dan pertimbangan
Untuk mewujudkan pengembangan ini perlu
pengambilan keputusan
adanya suatu pemilihan pendirian
agroindustri berbasis jagung yang layak
Tahapan Pelaksanaan Penelitian
untuk dikembangkan di Propinsi Lampung.
Pemilihan Agroindustri Jagung
METODE PENELITIAN Berdasarkan Pakar
Waktu dan Tempat Penelitian Pemilihan jenis agroindustri yang paling
potensial untuk dikembangkan dengan
Lokasi penelitian pendirian agroindustri
menggunakan analisis hierarki proses
berbasis jagung dilaksanakan di wilayah
dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
Provinsi Lampung yang terdapat bahan baku
beberapa pakar. Pola pikir untuk analisis
berjumlah banyak (berpotensi), Dinas yang
dengan metode AHP, dapat digambarkan
berkaitan dengan penelitian. Pengambilan
dalam Gambar 1.
data dilakukan pada bulan Agustus sampai
dengan Oktober 2011.

Goal
Memilih Angroindustri Berbasis
Jagung

Nilai Daya Dampak


Kriteria Teknologi Modal SDM tambah serap lingkungan
produk pekerja

Alternatif Tortila/ Tepung


Mie Emping
kerupuk Jagung

Gambar 1. Skema hirarki untuk analisis pemilihan agroindustri berbasis jagung

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 15
Agroindustri Berbasis Jagung Widyanti et al

Penentuan Lokasi Agroindustri HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemilihan Agroindustri
Penentuan lokasi agroindustri berbasis
jagung menggunakan metode MPE dengan Pemilihan agroindustri berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan sesuai dengan kesesuaian dengan karakteristik petani.
pertimbangan yang ada dalam pendirian Metode yang digunakan adalah Proses
agroindustri. Brainstorming (curah Hirarki Analitik (AHP). Tujuan yang
pendapat) dan studi pustaka dilakukan diinginkan adalah memilih alternative
meliputi hal apa saja yang mempengaruhi agroindustri berbasis jagung yang sesuai
keberhasilan pendirian pabrik yang terdiri dikembangkan di Provinsi Lampung,
dari dari 15 kriteria yang mencakup: sedangkan kriteria yang digunakan adalah
kemudahan suplai bahan baku, kemudahan aspek teknologi, modal, sumber daya
akses dengan pasar, sarana transportasi, manusia, nilai tambah produk, daya serap
ketersediaan dan upah tenaga kerja, dan pekerja dan dampak lingkungan. Hasil
utilitas (air dan listrik). Alternatif lokasi analisis berdasarkan wawancara dengan
ditentukan sedemikian hingga mewakili pakar dapat dilihat pada Gambar 2.
kriteria tersebut.

Memilih Angroindustri Berbasis


Kriteria Jagung

Nilai Daya Dampak


Goal Teknologi Modal SDM tambah serap lingkungan
(0,457) (0,071) (0,038) produk pekerja (0,237
(0,094) (0,102)

Tortila/ Tepung
Mie Emping
Alternatif kerupuk Jagung
(0,342) (0,072)
(0,170) (0,415)

Gambar 2. Hasil analisis AHP

Dari hasil analisis dapat terlihat dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat
bahwa tepung jagung memiliki prioritas gizi (difortifikasi), mudah dibentuk, dan
tertinggi yang dapat meningkatkan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan
pendapatan petani. Tepung jagung kehidupan modern yang serba praktis
merupakan salah satu bentuk olahan jagung (Damarjati et al., 2000).
paling sederhana. Selain itu tepung Secara umum terdapat dua jenis
merupakan salah satu bentuk alternatif metode penepungan yang sering diterapkan
produk setengah jadi yang dianjurkan, dalam produksi tepung serealia yaitu
karena lebih tahan disimpan, mudah metode basah dan metode kering. Pada

16 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011
Widyanti et al Agroindustri Berbasis Jagung

metode basah dilakukan perendaman bahan merupakan bagian yang paling tinggi
terlebih dahulu sebelum ditepungkan kandungan lemaknya sehingga perlu
sedangkan metode kering tidak dipisahkan karena dapat menyebabkan
dilakukan perendaman (Suardi et al., tengik. Tip cap juga perlu dipisahkan karena
2002). Metode basah lebih aplikatif di menyebabkan tepung menjadi kasar dan dan
masyarakat (Suprapto, 1998). terdapat butir-butir hitam pada tepung.
Menurut Usansa et al. (2009) dalam Setelah direndam kemudian digiling 1
Ryan (2010), selama proses perendaman kali lalu dikeringkan menggunakan cabinet
memungkinkan terjadinya hidrolisis polimer dryer selama 2,5 jam pada suhu 50°C.
penyusun bahan menjadi komponen yang Pengeringan menggunakan suhu cukup
lebih larut ke dalam media perendam rendah 50°C bertujuan mencegah gelatinisasi
sehingga dapat menyebabkan perubahan pati. Proses pengeringan bertujuan untuk
komponen kimia tepung. Selain itu pati memudahkan pengayakan dan mencegah
dapat mengalami kerusakan mekanis selama kerusakan mikrobiologis pada tepung yang
penggilingan sebanyak 5-14 % (Dubat, masih basah. Setelah kering tepung diayak
2004). Perubahan sifat tepung dapat dengan pengayak bertingkat untuk mendapat
disebabkan oleh kerusakan pati (Arora, berbagai tingkat hasil giling. Sedangkan
2003) dan perbedaan kompoisi kimia bahan penepungan dengan metode kering
(Lewis, 1987). dilakukan dengan langsung menepung
Tepung jagung diperoleh dengan cara jagung yang telah disosoh, artinya tanpa
menggiling biji jagung yang baik dan bersih. perendaman.
Pelepasan kulit luar biji yang cukup sulit Hasil penelitian menunjukkan,
dapat diatasi dengan menggunakan mesin penepungan dengan metode basah
penyosoh jagung. Untuk menghasilkan (perendaman) menghasilkan rendemen
tepung jagung, biji jagung pipilan kering tepung lebih tinggi dibandingkan dengan
disortasi kemudian disosoh untuk metode kering (tanpa perendaman).
melepaskan kulit luarnya. Jagung sosoh lalu Rendemen tepung jagung dengan
dibuat tepung dengan menggunakan metode menggunakan metode basah sebesar 58%
basah atau metode kering. sedangkan rendemen tepung jagung yang
Proses pembuatan tepung jagung menggunakan metode kering sebesar 48%
dengan metode basah adalah biji jagung (Ryan, 2010). Namun, kandungan nutrisi
disortasi kemudian disosoh. Proses sortasi tepung lebih tinggi pada penepungan dengan
untuk menggolongkan bahan atas tingkat metode kering (Suarni et al. 2001; Suarni
kebagusan dan keseragaman serta untuk dan Firmansyah 2005;Suarni 2005a).
memisahkan bahan dari benda asing. Sedang Dengan demikian metode penggilingan yang
penyosohan bertujuan untuk melepaskan berbeda diduga akan memberikan tingkat
kulit, germ dan tip cap sehingga yang tersisa kerusakan pati dan komposisi kimia tepung
hanya endosperma saja. Kulit memiliki yang berbeda. Diagram alir proses produksi
kandungan serat yang tinggi sehingga harus tepung jagung dan neraca massa dapat
dipisahkan karena dapat menyebabkan dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
tekstur tepung menjadi kasar dan tidak
sesuai SNI 01-3727-1993 sedangkan germ

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 17
Agroindustri Berbasis Jagung Widyanti et al

Jagung pipilan kering (1.000 Disosoh 5 kali Dedak jagung


(65 menit) (300 kg)
kg)
700 kg

Air (1.400 Direndam (1:2


b/v)

2.100 kg

Ditiriskan Air
(900 kg)
(3 jam)

Digiling 2 kali Loses


(40 menit) (50 kg)

1.150 kg

Dikeringkan dengan cabinet drayer suhu Air


50˚ ( 500
kg)
(2,5 jam)
650 kg

Diayak 80 mes Menir


(45 menit) (70 kg)

Tepung jagung
(580 kg)

Total masuk bahan = 1000 kg Total keluar + produk = 1000


kg

Gambar 3. Neraca massa pembuatan tepung jagung dengan metode basah

18 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011
Widyanti et al Agroindustri Berbasis Jagung

Jagung pipilan kering (1.000 Disosoh 5 kali Dedak jagung


kg) (65 menit) (300 kg)

700 kg

Digiling 5 kali Loses


(100 menit) (100 kg)

600 kg

Diayak 80 mesh Menir


(45 menit) (170 kg)

Tepung jagung
(480 kg)

Total masuk bahan = 1000 kg Total keluar + produk = 1000


kg

Gambar 4. Neraca massa pembuatan tepung jagung dengan metode kering

Kriteria yang mendapat prioritas baku, kemudahan suplai bahan baku, potensi
tertinggi adalah aspek teknologis. Aspek ini dan prospek pasar, kemudahan akses dengan
mempunyai pengaruh menyeluruh dalam pasar, sarana transportasi, ketersediaan dan
kelayakan usaha karena meliputi rencana upah tenaga kerja, utilitas (air, listrik) dan
kapasitas, pemilihan teknologi, desain lay dukungan masyarak di sekitar lokasi serta
out pabrik dan skala produksi. Selain itu perilaku pedagang dalam transaksi
pendirian sebuah agroindustri harus perdagangan (Ibrahim, 1998). Alternatif
mempunyai inovasi teknologi maju sehingga lokasi ditentukan sedemikian hingga
proses produksi berlangsung efisien, dapat mewakili lima belas kriteria tersebut.
menghasilkan produk yang berkualitas serta Alternatif lokasi dilakukan dengan cara
mempunyai daya saing di pasar global memilih lima daerah yang memiliki potensi
(Anonim, 2010). suplai bahan baku. Kemudahan suplai bahan
baku merujuk pada ketersediaan bahan baku
Penentuan Lokasi Pabrik
yaitu jagung. Ketersediaan bahan baku ini
Penentuan kriteria dalam pemilihan menyangkut lahan budidaya jagung,
lokasi industri melalui brainstroming dengan ketersediaan lahan untuk pengembangan
pakar dan studi pustaka, kemudian dianalisis komoditas jagung, dan kemudahan suplai
dengan menggunakan Metode Perbandingan jagung di sekitar lokasi.
Eksponensial (MPE). Kriteria penentuan
lokasi pabrik meliputi: ketersediaan bahan

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 19
Agroindustri Berbasis Jagung Widyanti et al

Penentuan lokasi industri tepung Perekonomian Setda Kota Metro dan Kantor
jagung dilakukan dengan pengisian Ketahanan Pangan) dan satu orang
kuisioner dengan empat (4) orang pakar merupakan peneliti dari Universitas
yang berkaitan dan dengan penelitian Lampung.
mengenai pendirian industri tepung jagung. Hasil perhitungan kuisioner dari ketiga pakar
Pakar tersebut terdiri dari tiga (3) orang yang tersebut terdapat pada Tabel 2.
berasal dari instansi (Bappeda, Bagian

Tabel 2. Hasil perhitungan MPE dalam pemilihan lokasi pendirian industri tepung jagung di
Provinsi Lampung
Alternatif Lokasi
Pakar Lampung Lampung Lampung Lampung Pesawaran
Tengah Utara Timur Selatan
Pakar 1 481 485 556 480 511
Pakar 2 420 436 465 413 453
Pakar 3 447 459 523 448 480
Pakar 4 394 340 444 408 379
Jumlah 1742 1720 1988 1749 1823
Rata-rata 435,5 430 497 437,25 455,75

Berdasarkan Tabel 2 terdapat tiga (3) Hasil perhitungan menggunakan MPE


peringkat yang dianggap layak untuk menunjukkan Kabupaten Lampung Timur
didirikan lokasi industri tepung jagung merupakan pilihan pertama untuk
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, lokasi industri tepung jagung.
yaitu Kebupaten Lampung Timur, Kabupaten
Pesawaran, dan Kabupaten Lampung Utara.

Tabel 3. Rata-rata perhitungan hasil kuisioner isian kriteria lokasi industri tepung jagung
Sekampung Marga
Pakar Jabung Sribhawono
Udik Sekampung
Pakar 1 210 205 215 285
Pakar 2 204 214 198 263
Pakar 3 200 208 199 273
Pakar 4 206 199 218 270
Jumlah 820 826 830 1091
Rata-rata 205 206,5 207,5 272,7

Penentuan lokasi pabrik dilakukan untuk lokasi pabrik tepung jagung, secara
dengan cara memilih beberapa kecamatan di lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.
Lampung Timur yang dinilai memenuhi
kriteria penentuan lokasi pabrik. Kecamatan KESIMPULAN
yang terpilih adalah: Sekampung Udik, Berdasarkan analisis dengan
Marga Sekampung, Jabung dan Sribhawono. menggunakan Analisis Hirarki Proses
Hasil perhitungan menggunakan (AHP), Agroindustri yang layak
metode MPE menunjukkan Kecamatan dikembangkan di Provinsi Lampung
Sribhawono merupakan pilihan pertama menurut pakar adalah tepung jagung. Dalam

20 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011
Widyanti et al Agroindustri Berbasis Jagung

pembuatan tepung jagung ada dua metode Pangan Alternatif. Jakarta, 24 Oktober
yaitu metode basah dan metode kering. 2000. 24 hlm.
Berdasarkan hasil perhitungan penentuan Dubat, A. 2004. The Importance and Impact
lokasi dengan menggunakan metode MPE, of Starch Damage and Evolution of
industri tepung jagung layak didirikan di Measuring Methods. Sdmatic, New
Kabupaten Lampung Timur yaitu York
Kecamatan Bandar Sribhawono. Ryan, A. 2010. Kajian sifat fisikokimia
tepung jagung di tinjau dari beberapa
DAFTAR PUSTAKA varietas. skripsi. Universitas Jenderal
Sudirman. Purwokerto. 130 hlm.
Anonim. 2009. Produksi Jagung Dan
Suardi, Suarni dan A. Prabowo. 2002.
Perdagangan Dunia.
Teknologi sederhana prosesing
http://id.wikipedia.org/wiki/ Jagung.
sorgumsebagai bahan pangan. prosiding
Diakses tanggal 6 Agustus 2011.
Seminar Nasional Balai Pengkajian
Anonim. 2010. Pohon Industri Jagung.
Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
http://binaukm.com/wp-
Hlm. 112-116
content/uploads/2010/06/image001.gift.
Suarni, M. Aqil, and I.U. Firmansyah. 2008.
Diakses tanggal 8 Agustus 2011.
Starch characterization of several maize
Damardjati, D.S., S. Widowati, J. Wargiono,
varieties for industrial use in Indonesia.
dan S. Purba. 2000. Potensi dan
Paper of the Asian Regional Maize
Pendayagunaan Sumber Daya Bahan
Workshop (ARMW), Makassar.
Pangan Lokal Serealia, Umbi-umbian,
Suprapto dan H.A.R. Marzuki. 2005.
dan Kacang-kacangan untuk
Bertanam Jagung. Edisi Revisi, Cetakan
Penganekaragaman Pangan. Makalah
ke-14. Penebar Swadaya, Jakarta.
pada Lokakarya Pengembangan

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 16, No.1, Maret 2011 21

You might also like