Professional Documents
Culture Documents
Berta
Berta
Bayi
dan Balita di UPT Puskesmas Pagarsih Kota Bandung
1
Marjani Khoirunnisa, 2Cindy Asella Sari
1Dosen Kebidanan Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung
2Mahasiswa Kebidanan Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung
ABSTRACT
Immunization is the immune system that can prevent the disease one of them polio. Polio is a disease
caused by a virus that can cause paralysis. Polio eradication is a change in the use of OPV to lPV
because OPV is a virus that is attenuated by way of oral whereas IPV virus is switched off by
injection. The official incidence of polio cases in the world is 350,000 cases. The coverage of
Inactivated Polio Vaccine (IPV) PIN in 2017 in Indonesia should reach 75%, unfortunately this
coverage still has not met the target due to many factors that affect the index and KIPI factors. The
aim of this research is to find out IPV Immunization Coverage Scenario based on Index Factor and
KIPI for Infants and Toddlers at UPT Puskesmas Pagarsih Bandung period January-April 2017. Type
of descriptive research, univariate analysis, population 67 people, sample 67 respondents, and
determined by total sampling. Results of coverage of 26.5% IPV immunization, 1.9 vial usage index,
and KIPI have 5 (7.5%) infants and toddlers with local reactions. Suggestion for service institution as
health worker is expected to do management in effort of prevention of polio disease for infant and
toddler using immunization socialization.
Keywords: Coverage, IPV, Usage Index, KIPI
disetujui oleh Badan Eksekutif WHO pada dan para Bupati untuk menyukseskan pelaksana-
Januari 2013. Dalam rencana Strategis tersebut an pembangunan kesehatan khususnya program
dibutuhkan komitmen global bahwa setiap negara imunisasi (Pencanangan Nasional, 2010).
perlu melaksanakan tahapan-tahapan yaitu Pekan Data dari surveilans Acute Flaccid Paralysis
Imunisasi Nasional (PIN) Polio, penggantian dari (AFP) tahun 2011 sampai 2014 menunjukkan
trivalent oral polio vaccine (tOPV) menjadi bahwa 20% kasus non polio AFP tidak menda-
bivalent oral polio (bOPV), introduksi patkan imunisasi polio lengkap. Gambaran ini
Inactivated Polio Vaccine (IPV), dan penarikan serupa dengan keadaan pada tahun 2005 pada
seluruh vaksin polio oral (OPV) (Pusdatin, 2016). saat terjadi kejadian luar biasa (KLB) polio di
Angka kejadian jumlah kasus polio yang Indonesia. Tahun 2011 sampai 2014, Indonesia
resmi tercatat diseluruh dunia adalah sejumlah dinyatakan berisiko tinggi terhadap importasi
350.000 kasus pertahun. Imunisasi ini merupa- virus polio. Komite Penasehat Ahli Imunisasi
kan progam wajib yang ditegakan oleh (ITAGI) merekomendasikan Indonesia untuk
pemerintah Indonesia. Indonesia telah berhasil melaksanakan kegiatan PIN Polio.4 Cakupan PIN
mencapai sertifikasi bebas polio bersama negara Polio IPV pada balita yang dilaksanakan peme-
Asia Tenggara (SEARO) lainnya pada tahun rintah Indonesia tahun 2016 mencapai 96,5%
2014 yaitu Banglandhes, Bhutan, Korea Selatan, atau sebanyak 22.883.910 balita, yang berarti
India, Maladewa, Nephal, Myanmar, Srilanka, berhasil mencapai target yang sebesar 95% 3,
Thailand, dan Timor Leste (Kemenkes, 2017). tahun 2017 harus mencapai target 75% dan ter-
Oral Polio Vaccine (OPV) adalah peng- masuk di Jawa Barat 56,4%, yang berarti belum
gantian dari trivalent oral polio vaccine (tOPV) berhasil mencapai target. Walaupun secara nasio-
yang mengandung antigen virus polio tipe 1, 2, nal telah mencapai target di tahun 2016, namun
dan 3, menjadi bivalent oral polio (bOPV) yang masih terdapat dua provinsi yang cakupannya
hanya mengandung virus polio tipe 1 dan 3. 80% yaitu Nusa Tenggara Timur dan Papua. Un-
Sedangkan Inactivated Polio Vaccine (IPV) tuk itu dilakukan sweeping dari rumah ke rumah
adalah dihasilkan dari tipe liar strain virus polio sampai tanggal 3 April 2016 (Pusdatin, 2016).
dari masing-masing serotipe yang telah tidak Namun belum tercapai target hingga 100%
aktif dengan formalin (Muharam, 2017). dan kurang 5% karena masih ada dua provinsi
Dasar-dasar perubahan penggunaan OPV ke lagi yang masih belum melakukan kegiatan PIN
lPV yaitu, OPV adalah virus yang dilemahkan Polio IPV.
dengan cara melalui oral sedangkan IPV virus Faktor-faktor yang memengaruhi cakupan
yang dimatikan dengan cara injeksi. Mengapa imunisasi IPV yaitu dari pemantauan indikator
imunisasi OPV harus diganti, karena harus terkait pelaksanaan pelayanan imunisasi IPV
dilakukan pada saat kekebalan populasi cukup secara berkala untuk mengidentifikasi capaian
tinggi dan mempunyai sensitifitas yang tinggi dan permasalahan yang perlu ditangani. Indikator
(Muharam, 2017). utama ini adalah dosis IPV yang diberikan
WHO bekerja sama dengan Badan Peneli- terhadap populasi sasaran bayi dibawah dua
tian dan Pengembangan Kesehatan dan tahun, indeks pemakaian (IP), KIPI yang terjadi
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan selama masa introduksi (Kemenkes, 2017).
Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Berdasarkan Studi Pendahuluan dari laporan
RI dengan tujuan untuk mengetahui serokonversi tahunan UPT Puskesmas Pagarsih periode
antibodi anak setelah mendapat IPV khususnya Januari-April 2017, didapatkan data sebanyak
tentang penggunaan IPV di negara berkembang 105 bayi dan 200 balita. Sasaran yang harus
dengan iklim tropis seperti Indonesia.5 Selain itu diberikan imunisasi IPV yaitu ada 253 bayi dan
Menteri Kesehatan berharap kepada Gubernur balita usia 4 bulan-18 bulan, dengan yang sudah
diberikan imunisasi IPV ada 67 bayi dan balita 1. Distribusi Frekuensi Cakupan Imunisasi
(26%) yang berusia 4 bulan-18 bulan (Puskesmas Inactivated Polio Vaccine (IPV) Bagi Bayi
Pagarsih, 2017). dan Balita di UPT Puskesmas Pagarsih
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti Kota Bandung Periode Januari-April 2017
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Cakupan Frekuensi %
“Gambaran Cakupan Imunisasi Inactivated Polio
Ya 67 26,5%
Vaccine (IPV) Berdasarkan Faktor Indeks dan
Tidak 186 73,5%
KIPI bagi Bayi dan Balita di UPT Puskesmas
Total 253 100%
Pagarsih Kota Bandung periode Januari-April
2017”.
Diketahui bahwa bayi dan balita usia 4 sampai
18 bulan yang sudah diberikan suntikan
B. Metode Penelitian
imunisasi IPV di UPT Puskesmas Pagarsih
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang
Periode Januari-April 2017 terdapat 67
digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.
(26,6%), sedangkan bayi dan balita usia 4
Penelitian deskriptif adalah suatu metode pene-
sampai 18 bulan yang tidak diberikan suntikan
litian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
imunisasi IPV sebanyak 186 (73,5%).
membuat gambaran suatu keadaan secara objek-
tif. Dalam penelitian ini, penulis dapat mempe-
2. Indeks Pemakaian Imunisasi Inactivated
roleh informasi tentang gambaran cakupan
Polio Vaccine (IPV) Bagi Bayi dan Balita di
imunisasi inactivated polio vaccine (IPV) berda-
UPT Puskesmas Pagarsih Kota Bandung
sarkan faktor indeks dan KIPI bagi bayi dan
Periode Januari-April 2017.
balita di UPT Puskesmas Pagarsih periode
Januari-April 2017. Populasi dalam penelitian ini
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒄𝒂𝒌𝒖𝒑𝒂𝒏
adalah bayi dan balita yang berusia 4 bulan 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒗𝒂𝒌𝒔𝒊𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒂𝒌𝒂𝒊
sampai dengan 18 bulan yang diberikan imu- 𝟔𝟕
= 1,9
nisasi IPV di UPT Puskesmas Pagarsih berjumlah 𝟑𝟓 𝒗𝒊𝒂𝒍
reaksi sebanyak 62 (92,5%), reaksi lokal 1,9 dari 5 dosis, standar dari nilai indeks pema-
sebanyak 5 orang (7,5%), dan reaksi sistemik kaian yaitu dari hasil nilai kurang dari dosis per
sebanyak 0 (0%). ampul/vial. Misalnya, nilai per ampul adalah 5
dosis dan hasil dari perhitungan indeks pema-
D. Pembahasan kaian dengan cara perhitungan jumlah cakupan
1. Cakupan Imunisasi Inactivated Polio yang sudah diberikan vaksin dibagi dengan
Vaccine (IPV) Bagi Bayi dan Balitausia 4 jumlah vial/ampul dan hasil dari indeks pema-
bulan-18 bulan di UPT Puskesmas kaian harus kurang dari 5 maka perhitungan IP
Pagarsih Kota Bandung sudah benar. Apabila IP lebih besar dari jumlah
Hasil penelitian menunjukan bahwa bayi dan dosis pervial/ampul maka pencatatan dan
balita usia 4 bulan sampai 18 bulan yang sudah laporannya harus diperiksa lagi (Puskesmas
diberikan suntikan imunisasi IPV terdapat 67 Pagarsih, 2017)
(26,5%) dari jumlah yang harus diberikan
imunisasi IPV yaitu 253 bayi dan balita usia 4 3. Faktor KIPI Imunisasi Inactivated Polio
bulan sampai dengan 18 bulan. Angka tersebut Vaccine (IPV) di UPT PuskesmasPagarsih
masih jauh dari target cakupan sesuai dengan Kota Bandung PeriodeJanuari – April 2017
kebijakan dari Kementrian Kesehatan yang Hasil penelitian menunjukan bahwa reaksi
diharapkan target cakupan yang harus diberikan imunisasi IPV yang diberikan kepada bayi dan
suntikan imunisasi Inactivated Polio Vaccine balita usia 4 bulan sampai 18 bulan di UPT
(IPV) pada tahun 2017 yaitu 75%.8 Hasil dari Puskesmas Pagarsih terdapat 67 bayi dan balita
perhitungan di Puskesmas Pagarsih terdapat dengan tingkatan reaksi yaitu tidak ada reaksi
persentase 26,5% dari perhitungan perbulan dari 62(92,5%) bayidan balita, dan reaksi lokal yaitu5
bulan Januari sampai April 2017 terdapat 67 (7,5%) dengan efek samping kemerahan dan
cakupan bayi dan balita dari usia 4 bulan sampai sedikit bengkak. Hal itu terjadi karena kesalahan
dengan usia 18 bulan, maka hal tersebut tidak pada saat tehnik penyuntikan imunisasi IPV oleh
dapat memenuhi target karena masih banyak petugas kesehatan kepada bayi dan balita yang
sasaran yang belum mendapatkan imunisasi IPV diberikan vaksin IPV.
dari jumlah perhitungan dari bulan Januari Penelitian ini sesuai dengan teori bahwa
sampai April 2017. reaksi yang terjadi setelah pemberian imunisasi
IPV adalah reaksi non serius yaitu, reaksi lokal
2. Faktor Indeks Imunisasi Inactivated Polio adalah yang paling sering ditemukan yang
Vaccine (IPV) di UPT Puskesmas Pagarsih memang biasa terjadi pada semua jenis vaksin
Kota Bandung Periode Januari – April yang dimatikan yaitu timbulnya efek samping
2017 seperti kemerahan, bengkak dan trauma pada
Hasil penelitian menunjukan bahwa Indeks daerah yang disuntikan (lengan atas, dan paha
Pemakaian vaccine Inactivated Polio Vaccine bagian atas) dan reaksi sistemik adalah ciri-ciri
(IPV) bagi bayi dan balita usia 4 sampai 18 bulan seperti mual, iritabilitas, anoreksia, menangis
di UPT Puskesmas Pagarsih terdapat 1,9 yang menetap, keletihan (Notoatmodjo, 2012).
pemakaian, karena dari hasil jumlah dosis per Berdasarkan teori KIPI didefinisikan sebagai
vial yaitu 5 dosis. Indeks pemakaian vaksin IPV kejadian medik yang berhubungan dengan
di Puskesmas Pagarsih sudah sesuai yaitu lebih imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek
kecil dari jumlah dosis per vial. simpang yang mempunyai tingkatan reaksi yaitu
Penelitian ini sesuai dengan teori menurut tidak ada reaksi, reaksi lokal seperti reaksi
Kementrian Kesehatan bahwa nilai IP biasanya eritema (kemerahan), dan pembengkakan pada
lebih kecil dari jumlah dosis pervial/ampul yaitu bekas suntikan, dan reaksi sistemik seperti reaksi