Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi
Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi
a Inorganic Chemistry Laboratory, Chemistry Department, Faculty of Sciences and Mathematics, Diponegoro University, Jalan Prof.
Soedarto, Tembalang, Semarang 50275
b Analytical Chemistry Laboratory, Chemistry Department, Faculty of Sciences and Mathematics, Diponegoro University, Jalan Prof.
Soedarto, Tembalang, Semarang 50275
The liquid waste treatment of batik industry by electrocoagulation method using scrap metal
Keywords: as electrode has been studied. The study was aimed to separate the dyes of naphthol from
Batik waste, waste. During the electrocoagulation process, the iron metal was able to form Fe(OH)3 which
electrocoagulation, acted as a dyestuff adsorbent. Since the Fe(OH)3 flox could adsorb the naphthol dye hence the
scrap iron dye can be separated from the waste. In this electrocoagulation process, determination of the
best conditions covered the potential applied, pH variation and electrolysis time. The results
showed that the best-applied potential was obtained at 5 volts with the best pH of 2 and
electrolysis time of 15 minutes. At room temperature, electrocoagulation of batik liquid waste
gave absorbance decrease of 98.53%, while the decrease of COD, TSS and turbidity content
were 83.64%, 99.27% and 98.57% respectively. The FTIR data showed the presence of similar
absorption between before and after electrolysis waste. This result suggests that most of the
dyestuffs can be separated from the wastewater and the electrocoagulation method can be
applied to overcome the coloured liquid waste.
Abstrak
Kata kunci:
Telah dilakukan penelitian pengolahan limbah cair industri batik dengan metoda
limbah batik,
elektrokoagulasi, elektrokoagulasi menggunakan besi bekas sebagai elektroda yang bertujuan untuk
besi bekas memisahkan zat warna naftol dari limbah. Selama proses elektrokoagulasi logam besi
mampu membentuk Fe(OH)3 yang berperan sebagai adsorben zat warna, karena floks
Fe(OH)3 mampu mengadsorpsi zat warna naftol sehingga zat warna dapat dipisahkan
dari limbah. Pada proses elektrokoagulasi dilakukan penentuan kondisi terbaik yang
meliputi potensial aplikasi, variasi pH dan waktu elektrolisis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa diperoleh potensial aplikasi sebesar 5 volt dengan pH terbaik 2
dengan waktu elektrolisis selama 15 menit. Pada temperatur kamar, elektrokoagulasi
limbah cair batik memberikan penurunan absorbansi sebesar 98,53%, sedangkan
penurunan kandungan COD, TSS dan kekeruhan masing-masing adalah 83,64%,
99,27% dan 98,57%. Data FTIR menunjukkan adanya kemiripan serapan yang muncul
antara limbah sebelum elektrolisis dan endapan hasil elektrolisis. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar zat warna telah dapat dipisahkan dari limbah cair dan metoda
ektrokoagulasi dapat diaplikasikan untuk mengatasi limbah cair berwarna.
tersebut [1]. Zat warna merupakan senyawa organik naftol pada limbah industri batik dengan menggunakan
yang mengandung gugus kromofor. Zat warna reaktif elektrokoagulasi ini mempunyai kelebihan
merupakan zat warna yang banyak digunakan untuk dibandingkan metode lainnya, yaitu waktu proses yang
pewarnaan tekstil maupun batik. Pada pewarnaan batik lebih singkat, sehingga menghemat proses pengolahan
menggunakan pewarna alam juga menggunakan limbah serta tidak membutuhkan proses analisis yang
pewarna buatan, misalnya senyawa naftol yang sangat rumit. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat
berbahaya. Naftol merupakan salah satu zat warna yang memberikan informasi mengenai penggunaan besi
banyak digunakan [2]. bekas terhadap proses elektrokoagulasi zat warna naftol
supaya proses penanganan limbah dapat terjadi secara
Limbah cair dari proses pewarnaan dan pencelupan
efektif dan efisien.
batik merupakan salah satu sumber pencemaran air
yang cukup tinggi jika tidak dilakukan pengolahan
2. Metodologi
limbah. Teknologi pengolahan limbah cair secara
biologi, kimia, fisika maupun kombinasi antara ketiga Penentuan Rentang Potensial Aplikasi
proses tersebut dapat digunakan untuk mengolah
Sel elektrolisis dengan elektroda besi disiapkan.
limbah cair industri batik. Pengolahan limbah cair
Selanjutnya sebanyak 50 mL limbah cair batik
dengan proses biologi misalnya dengan menggunakan
dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian ditambah
mikroorganisme juga banyak diterapkan untuk
0,71 gram Na2SO4 dan ditambah H2SO4 0,05 N sampai pH
mereduksi senyawa organik limbah cair industri batik
menjadi 2. Selanjutnya dipindahkan ke dalam sel
[3]. Namun efisiensi penghilangan warna melalui proses
elektrolisis kemudian larutan dielektrolisis dengan
biologi ini sering tidak memuaskan, karena zat warna
variasi potensial listrik 1–10 volt selama 20 detik disertai
mempunyai sifat tahan terhadap degradasi biologi.
pengukuran arus (I) yang dihasilkan. Perlakuan yang
Secara fisika dengan adsorpsi menggunakan karbon
sama dilakukan terhadap larutan blanko, kemudian dari
aktif, silika, dan biomaterial [4]. Penggunaan karbon
data yang didapat dibuat kurva potensial listrik terhadap
aktif untuk menghilangkan warna juga memerlukan
arus listrik (E terhadap i) untuk memperoleh daerah
biaya yang cukup tinggi karena harga karbon aktif relatif
kerja elektrolisis dan potensial minimal untuk
mahal. Untuk mengatasi masalah pengolahan limbah
mengelektrolisis sampel pada suasana asam.
cair diperlukan alternatif baru untuk mengolah limbah
cair industri batik yang efektif dan efisien dalam Daerah potensial aplikasi untuk kondisi basa dapat
menurunkan polutan organik dan zat warna [5]. dicari dengan perlakuan yang sama seperti pada kondisi
asam tetapi dengan menambahkan NaOH 0,05 N sampai
Di samping itu, lingkungan sekitar kita terdapat
pH 10. Selanjutnya potensial aplikasi yang diperoleh dari
berbagai logam bekas seperti besi yang sudah tidak
suasana asam dan basa dibandingkan dan ditentukan
terpakai sehingga dapat mencemari lingkungan. Besi
potensial aplikasinya.
merupakan salah satu logam yang banyak digunakan
dalam segala bidang kehidupan manusia, namun setelah Elektrokoagulasi Limbah Cair Batik dengan Variasi pH
tidak terpakai maka besi tersebut akan menjadi bahan dan Waktu
pencemar karena besi sulit terdegradasi dan usaha
Selanjutnya sebanyak 50 mL limbah cair batik
pemanfaatan kembali masih kurang. Sementara itu
dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian ditambah
menurut Cotton dkk. [6] besi memiliki sifat sebagai
0,71 gram Na2SO4 dan ditambah H2SO4 0,05 N sampai pH
pengoksidasi dengan potensial standar reduksi bernilai
menjadi 2. Selanjutnya dipindahkan ke dalam sel
positif. Logam besi mampu membentuk gelatin Fe(OH)3
elektrolisis yang dihubungkan dengan potensial listrik
yang mempunyai pori-pori sehingga dapat digunakan
luar selama 20 menit. Perlakuan tersebut diulang untuk
untuk mengkoagulasi zat warna [7]. Besi (III) hidroksida
variasi pH 4, 6, 8, 10 dan 12 dengan menambahkan asam
biasa digunakan sebagai koagulan dalam pengolahan
sulfat 0,05 N dan atau NaOH 0,05 N. Perlakuan tersebut
limbah cair. Besi hidroksida tersebut akan mengadsorpsi
diulang untuk variasi lama elektrolisis 10, 15, 20, 25 dan
pada permukaan zat warna cair dari dalam larutan. Pada
30 menit. Setelah dilakukan pengujian, maka diperoleh
penelitian-penelitian sebelumnya telah banyak
waktu minimum proses elektrolisis.
dilakukan elektrokoagulasi dengan memanfaatkan daya
adsorpsi hidroksida besi dan larutan zat warna. Elektrokoagulasi Limbah Cair Industri Batik pada
Penelitian tersebut antara lain elektrodekolorisasi Kondisi Terbaik
fenolftalein [8], metal orange [9] dan indigo [10].
Sel elektrolisis dengan elektroda besi bekas
Bersumber dari penyebab permasalahan disiapkan sebanyak 8 pasang. Kemudian dipasang pada
lingkungan dan berdasar penelitian-penelitian rangkaian alat seperti pada desain alat. Selanjutnya
sebelumnya, maka diperlukan penelitian tentang sebanyak 1 liter limbah cair industri batik ditambah 14,2
elektrokoagulasi zat warna naftol dengan menggunakan gram Na2SO4 dan ditambah H2SO4 0,05 N sampai pH
logam besi bekas sebagai elektroda. Pengolahan limbah menjadi 2. Kemudian masing-masing elektroda
cair industri batik melalui proses elektrokoagulasi dihubungkan dengan potensial listrik luar pada
dengan menggunakan besi bekas sebagi elektroda dapat potensial aplikasi sebesar 5 volt selama 15 menit. Filtrat
mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan yang diperoleh dilakukan pengujian dan endapan yang
oleh zat warna naftol dan logam bekas, sehingga akan terbentuk dilakukan analisis dengan menggunakan
diperoleh limbah cair industri batik yang layak untuk FTIR.
dibuang ke lingkungan. Metode pengurangan zat warna
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 13 (1) (2010) : 18 – 24 20
Penentuan Persentase Dekolorisasi Pewarna Naftol Desain sel elektrolisis pada penentuan kondisi terbaik
dalam Limbah Cair Industri Batik dengan terdiri atas wadah gelas, elektroda kerja (besi bekas)
Spektrofotometer sebagai anoda dan katoda. Elektrolisis juga dikerjakan
pada skala 1 liter limbah dengan proses pengolahan
Absorbansi tiap limbah cair industri batik sebelum
seperti pada desain alat.
dan sesudah elektolisis dengan berbagai konsentrasi
pada panjang gelombang maksimum. Persentase Metode elektrolisis digunakan untuk mengurangi
dekolorisasi didapat dari absorbansi larutan sebelum intensitas warna naftol dalam limbah cair batik karena
elektrolisis dikurangi absorbansi larutan setelah dalam proses elektrolisis besi sebagai anoda akan
elektrolisis dan dibagi absorbansi sebelum elektrolisis dihasilkan Fe(OH)3 yang berupa endapan yang mampu
lalu dikali 100%. memflokulasi pewarna melalui kopresipitasi dan
penambahan elektrolit maka besi lebih aktif dan lebih
A banyak teroksidasi. Jarak antarelektroda dibuat 1 cm
Persentase Dekolorisasi 100%
Ao dengan maksud agar gas hidrogen yang dihasilkan oleh
katoda selama proses elektrolisis dapat mengenai
∆A = Perubahan absorbansi yaitu absorbansi awal – permukaan anoda secara lebih merata sehingga dapat
absorbansi akhir mempercepat proses pengapungan dan pengumpulan
Ao = absorbansi awal flok-flok besi hidroksida yang dihasilkan selama proses
elektrolisis. Semakin besar jarak elektroda semakin
Uji Kadar COD besar pula hambatan yang timbul bagi reaksi yang
sedang berlangsung. Hal ini sesuai dengan persamaan
Sampel limbah sebanyak 2 mL dan ditambahkan 1
𝑙
mL larutan pendestruksi serta 2 ml larutan H2SO4 dan 𝑅=𝜌 , jika luas penampang elektroda (A) dibuat
𝐴
direfluks pada suhu 150oC selama 2 jam. Kemudian konstan, maka semakin kecil jarak antar elektroda (l)
penyiapan 5 larutan standar KHP 0, 50,100,150, 200 ppm semakin kecil pula hambatan (R) yang timbul dalam
dengan volum yang sama. Selanjutnya dilakukan reaksi pada sistem elektrolisis tersebut. Sesuai hukum
𝑉
pembacaan absorbansi pada panjang gelombang 600 nm Ohm: 𝐼 = , pada potensial atau tegangan konstan,
𝑅
dan pembuatan kurva kalibrasi. Kemudian dilakukan semakin kecil hambatan yang timbul, maka arus
pengukuran sampel dan larutan standar pada panjang menjadi semakin besar sehingga mengakibatkan proses
gelombang 600 nm. Pengukuran dilakukan dengan oksidasi yang terjadi semakin cepat. Semakin cepat
analisis duplo. proses oksidasi maka pembentukan flok besi hidroksida
Uji Kekeruhan juga semakin cepat. Di samping hal di atas, temperatur
juga merupakan salah satu faktor yang dapat
Pengukuran kadar kekeruhan dilakukan dengan mempengaruhi proses elektrolisis, dalam penelitian ini
menggunakan alat Nefelometer. Kadar kekeruhan temperatur yang digunakan adalah temperatur kamar
dihitung dengan cara mengalikan nilai kekeruhan yang (lingkungan) yang dianggap konstan.
diperoleh dengan faktor pengenceran.
Efek Kelistrikan
Pengujian Padatan Tersuspensi Total
Metode pengurangan intensitas warna pada limbah
Air limbah batik diaduk dengan magnetic stirer cair batik secara elektrolisis dengan elektroda besi dapat
untuk memperoleh air limbah batik yang homogen. terjadi karena dalam sistem elektrolisis tersebut terjadi
Kemudian 100 mL limbah batik disaring menggunakan reaksi reduksi-oksidasi. Pada anoda terjadi proses
kertas saring yang sebelumnya telah dikeringkan di oksidasi yaitu besi teroksidasi menghasilkan kation besi
dalam oven dan dikeringkan di dalam desikator. Kertas (Fe2+), sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi air
saring yang berisi padatan tersuspensi dipindahkan ke menghasilkan gas hidrogen dan anion hidroksida (OH-).
dalam botol timbang dan dimasukkan ke dalam oven
selama 2 jam pada suhu 103oC – 105oC. Setelah selesai Reaksi reduksidan oksidasi yang terjadi dalam
dikeringkan selanjutnya dinginkan ke dalam desikator sistem elektrolisis tersebut mengakibatkan terjadinya
selama 1 jam untuk menyeimbangkan suhu dan flokulasi yaitu terbentuknya flok besi hidroksida yang
ditimbang. berupa endapan gelatin berwarna hijau. Flok yang
terbentuk ini mampu mengadsorpsi pewarna naftol
(𝐴−𝐵)
Kadar Padatan Tersuspensi Total (mg/L) = × 1000 melalui proses kopresipitasi. Harga potensial reaksi
𝑉𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖 𝐿
total yang terjadi bernilai negatif. Berdasarkan
Keterangan: A = berat kertas saring dengan residu persamaan: ΔG = -n.F.Esel, maka harga perubahan energi
kering (mg). B = berat kertas saring (mg) bebas gibbs (ΔG) bernilai positif sehingga reaksi tidak
dapat berlangsung secara spontan. Untuk dapat
3. Hasil dan Pembahasan terjadinya reaksi agar elektrokoagulasi dapat
Penelitian pengolahan limbah cair batik dengan berlangsung maka perlu diberikan potensial atau
metode elektrokoagulasi menggunakan besi bekas tegangan diberikan [11].
sebagai elektroda ini bertujuan untuk mengurangi Reaksi redoks yang terjadi dalam sistem elektrolisis
intensitas warna naftol dalam limbah cair batik dengan memenuhi persamaan berikut:
terlebih dahulu mencari kondisi terbaik yang meliputi
penentuan potensial aplikasi, pH dan waktu elektrolisis.
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 13 (1) (2010) : 18 – 24 21
Adanya oksigen terlarut dan oksigen hasil elektrolisis menyebabkan ferro hidroksida teroksidasi menjadi ferri
hidroksida [11].
Kurva ini memberikan informasi hubungan antara Gambar 4. Kurva hubungan antara waktu elektrolisis
pH dengan persentase dekolorisasi limbah. dengan persentase dekolorisasi limbah cair pada
Kecenderungan pH yang diperoleh akan digunakan potensial 5 volt
sebagai parameter tetap pada proses elektrokoagulasi
Kurva ini memberikan informasi hubungan antara
limbah cair batik. Pada penelitian ini persentase
waktu elektrolisis dengan persentase dekolorisasi
dekolorisasi lebih tinggi pada suasana asam dan
limbah. Kecenderungan waktu yang diperoleh akan
ditetapkan pH yang digunakan untuk elektrolisis limbah
digunakan sebagai parameter tetap pada proses
yaitu pada pH 2 dengan persentase dekolorisasi paling
elektrokoagulasi limbah cair batik skala 1 liter. Sesuai
tinggi yaitu sebesar 98,09%. Persentase dekolorisasi
𝑒∙𝑖∙𝑡
limbah cair batik pada pH asam ini dapat terjadi dengan hukum Farraday:𝑊 = , maka dengan
96500
dikarenakan oleh dua hal yaitu, pertama besi lebih peningkatan waktu maka berat endapan yang diperoleh
mudah teroksidasi pada suasana asam dibanding basa, akan semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa
sehingga dengan waktu yang sama produksi besi semakin lama waktu elektrolisis maka floks besi (III)
hidroksida yang dihasilkan pada suasana asam akan hidroksida yang terbentuk semakin besar karena ion
lebih banyak dibandingkan pada suasana basa. Kedua besi yang terbentuk semakin banyak dan zat warna yang
pada suasana asam ion-ion hidrogen lebih mudah terkoagulasi juga akan semakin banyak. Pada penelitian
terserap oleh endapan gel besi hidroksida, sehingga ini pada pH 2 diperoleh waktu elektrolisis selama 15
mengakibatkan besi hidroksida semakin bermuatan menit dengan persentase dekolorisasi 99,69%. Setelah
positif, akibatnya partikel-pertikel bermuatan netral melebihi waktu minimal maka persentase dekolorisasi
dan cenderung negatif seperti halnya naftol akan mudah cenderung tetap.
terkopresipitasi pada suasana asam dibandingkan pada
Mekanisme Dekolorisasi
suasana basa, pada suasana basa yang akan terserap
oleh besi hidroksida tersebut adalah ion-ion hidroksida Elektrokoagulasi zat warna naftol dalam limbah
sehingga muatan endapan tersebut menjadi negatif cair tekstil dapat terjadi karena ada proses adsorpsi.
akibatnya sulit bagi naftol untuk dapat terkopresipitasi Adsorpsi terjadi karena adanya proses kopresipitasi zat
oleh besi hidroksida tersebut. warna naftol dalam endapan gel besi hidroksida. Besi
hidroksida ini akan tersuspensi membentuk koloid
Penentuan Waktu Elektrolisis
berupa partikel besar dan stabil, lalu partikel tersebut
Untuk menentukan waktu elektrolisis dekolorisasi mengendap sebagai endapan. Pada proses pembentukan
limbah cair batik, dilakukan elektrolisis pada potensial endapan tersebut besi hidroksida akan
terkontrol dengan variasi waktu elektrolisis dan mengkopresipitasi pewarna yang ada dalam limbah,
absorbansi sebagai parameter yang diukur. Elektrolisis karena adanya interaksi antara besi hidroksida dengan
dilakukan dengan menggunakan elektroda besi dengan pewarna tersebut. Besi hidroksida di sini adalah
variasi waktu elektrolisis 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit. senyawa elektrolit biner yang bermuatan positif dan
Data yang diperoleh kemudian digambarkan sebagai negatif. Partikel tersebut berinteraksi dengan zat warna
kurva waktu elektrolisis terhadap persentase melalui interaksi elektrostatik atau pengompleksan
dekolorisasi. permukaan akibat terkoagulasi sehingga flok hidroksida
besi-zat warna yang selanjutnya terflokulasi
membentuk floks-floks yang mempunyai ukuran lebih
besar dan akhirnya mengendap.
berinteraksi dengan anion-anion maupun molekul 3447,62 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus OH
netral yang ada disekitarnya. Struktur rongga alkohol. Adanya serapan C-O pada bilangan gelombang
Fe2O3.xH2O berupa floks coklat kemerahan yang 1117,73 cm-1 juga memperkuat adanya gugus OH yang
terfloatasi di permukaan. Untuk mengimbangi gaya- terikat pada rantai karbon. Adanya puncak serapan
gaya di bagian dalam maka molekul-molekul naftol dan lemah pada 1454,89 cm-1 menunjukkan adanya C=C,
zat warna lain menjadi tertarik ke permukaan floks, dalam hal ini C=C berada sebagai sistem dalam senyawa
gaya ini relatif lemah (van der walls). Flok Fe(OH)3 yang aromatik. Puncak serapan ini diperkuat dengan adanya
terbentuk masih aktif sebagai inti floks yang akan puncak serapan lain pada 1631,27 cm-1 yang merupakan
mengkopresipitasi (membawa serta atau konjugasi ikatan rangkap dengan fenil yang mampu
mengendapkan) zat warna kemudian terfloatasi di menggeser puncak serapan C=C. Dengan adanya
permukaan dan bergabung membentuk molekul yang kemiripan spektra FTIR antara limbah sebelum
lebih besar sehingga akan mengendap dan dapat pengolahan dengan residu hasil elektrolisis, maka dapat
dipisahkan dari larutan dengan penyaringan [9]. disimpulkan bahwa sebagian besar zat warna telah
dapat dipisahkan dari limbah cair melalui proses
Terjadinya kopresipitasi zat warna naftol dengan
elektrokoagulasi.
besi (III) hidroksida ditunjukkan oleh adanya kemiripan
puncak-puncak spektra FTIR endapan limbah hasil Di samping melalui mekanisme koagulasi, proses
elektrokoagulasi dengan puncak-puncak spektra limbah dekolorisasi limbah batik dimungkinkan terjadi karena
sebelum dielektrokoagulasi yang ditunjukkan oleh struktur molekul naftol telah rusak selama proses
gambar 5-6: elektrolisis. Pada proses ini elektroda besi juga berperan
sebagai elektroda biasa yang merupakan tempat
oksidasi berlangsung. Untuk mendukung asumsi ini,
dilakukan pembandingan proses elektrolisis dengan
bahan elektroda yang tidak membentuk flok, seperti
karbon. Pada elektrolisis limbah cair batik dengan
elektroda karbon menyebabkan penurunan absorbansi
dari 0,848 menjadi 0,345 atau dengan persentase
dekolorisasi sebesar 59,3%, karbon yang digunakan
sebagai elektroda di anoda dan katoda bersifat inert
sehingga tidak bereaksi dengan reaktan, produk dan
elektrolit, maka floks yang diinginkan juga tidak
Gambar 5. Spektra FTIR limbah batik sebelum
terbentuk. Penurunan absorbansi terjadi karena proses
elektrokoagulasi
degradasi zat warna yang dimungkinkan karena adanya
kerusakan ikatan-ikatan pada gugus dalam struktur
senyawa naftol.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi menggunakan elektroda besi. Kondisi terbaik
penurunan kandungan COD, TSS, kekeruhan dan warna. elekrokoagulasi limbah cair batik elektroda besi yaitu
Kekeruhan dan TSS dapat diturunkan hingga 98,57% pada potensial aplikasi 5 volt, pH 2, dan waktu
dan 99,28% karena zat warna dan senyawa kimia yang elektrolisis minimal 15 menit. Pada kondisi tersebut ini
lain mampu dipisahkan dari limbah sehingga limbah diperoleh persentase dekolorisasi 98,53 %, penurunan
hasil elektrolisis menjadi jernih. Kadar COD mampu COD 83,64 %, kekeruhan 98,57 %, dan TSS 99,28 %
diturunkan hingga 83,64% karena sebagian besar dalam skala limbah satu liter.
senyawa organik termasuk zat warna dapat dipisahkan
dari limbah, ada yang teradsorpsi oleh floks dan 5. Daftar Pustaka
sebagian strukturnya telah rusak akibat teroksidasi. Hal
[1] Daniela Suteu, Doina Bilba, Equilibrium and kinetic
ini juga ditandai dengan penurunan warna dari
study of reactive dye Brilliant Red HE-3B adsorption
berwarna merah keruh menjadi bening dengan by activated charcoal, Acta Chimica Slovenica, 52, 1,
penurunan zat warna persentase dekolorisasi) sebesar (2005) 73-79
98,53%.
[2] Manaskorn Rachakornkij, Sirawan Ruangchuay,
Spektra kualitatif UV-Vis untuk limbah cair Sumate Teachakulwiroj, Removal of reactive dyes
sebelum elektrolisis seperti disajikan gambar 7 from aqueous solution using bagasse fly ash,
Songklanakarin Journal of Science and Technology,
menunjukkan adanya puncak pada panjang gelombang
26, 1, (2004) 13-24
485 nm (panjang gelombang maksimum 485nm) yang
disebabkan oleh warna dari senyawa (terutama naftol) [3] M. Ali Mazmanci, Ali Ünyayar, Decolourisation of
yang berada dalam limbah cair tersebut. Spektra Reactive Black 5 by Funalia trogii immobilised on
Luffa cylindrica sponge, Process Biochemistry, 40,
kualitatif UV-Vis untuk limbah cair yang telah
1, (2005) 337-342
dielektrolisis dengan elektroda besi seperti disajikan
http://dx.doi.org/10.1016/j.procbio.2004.01.007
gambar 8 memperlihatkan bahwa tidak ada puncak
serapan pada daerah panjang gelombang 400-600 nm [4] S. Mondal, Methods of Dye Removal from Dye House
Effluent—An Overview, Environmental Engineering
sehingga dapat disimpulkan bahwa zat warna naftol
Science, 25, 3, (2008) 383-396
telah mampu dipisahkan dari limbah.
http://dx.doi.org/10.1089/ees.2007.0049
[5] Renita Manurung, Rosdanelli Hasibuan, Irvan, Zat
Warna Azo Reaktif Secara Aerob dan Anaerob, in,
Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara,
Medan, 2004.
[6] Frank Albert Cotton, Geoffrey Wilkinson, Paul L.
Gaus, Basic inorganic chemistry, John Wiley, 1995.
4. Kesimpulan
Zat warna naftol dalam limbah cair industri batik
dapat dipisahkan dengan metode elektrokoagulasi