Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

PERKEMBANGAN KEJAHATAN TEKNOLOGI INFORMASI (CYBER CRIME) DAN

ANTISIPASINYA DENGAN PENAL POLICY

Supanto
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
E-mail : supanto.8787@gmail.com

Abstract

The research conducted to inventory of the various laws (the legislative products) relating to the regulating
in the field of information technology crime, to identify its adjustment in globalization, to describe the
conduct proscribed as a crime of the Information and Electronic Transaction, as well as reviewing the
formulation of criminal sanctions. Studies based on the idea that regulation Law Number 11 of 2008 is
aimed at setting the utilization of information technology, particularly the information and electronic
transactions, in order to be implemented properly and maintain the safety and benefit of humanity.
However, their use potentially criminal, which must be addressed, including the use of criminal law,
therefore there is a provision in the law of criminal sanctions, in this case defined the prohibited acts and
penalties specified criminal, offense. Conclusions obtained, In line with an information technology and The
Law of Infromation and Transaction of electronic (The Law No. 11 of 2008/UU ITE), inventoried some
legislation which can be understood as an attempt arrangement of information technology, especially as a
crime, as in the Criminal Code (KUHP), the Law on Telecommunications, the Law on Copyright / patent, the
law of terrorism . The adjustment of The Law Number 11 of 2008 on the Information and Electronic
Transactions with global regulation and a comparative assessment of the demands that must be met in
order to harmony especially on the cyber crime law. In addition, the formulation of a threatened criminal
sanctions in offenses under the Act remain as types of criminal sanctions prescribed in the Penal Code,
which is a kind of imprisonment sanction fines and criminal sanctions, but not formulated an additional
criminal sanction. Therefore, its system is no innovation typical types of criminal sanctions for offenses in
the field of information and electronic transactions.

Keywords: Cyber crime, criminal policy,information technology

Abstrak

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menginventarisasi berbagai undang-undang (produk legislatif)
yang berkaitan dengan bidang kejahatan teknologi informasi, untuk mengidentifikasi penyesuaian dalam
era globalisasi, untuk menggambarkan perilaku terlarang sebagai kejahatan Informasi dan Transaksi
Elektronik , serta meninjau perumusan sanksi pidana. Studi didasarkan pada gagasan bahwa UU Nomor
11 Tahun 2008 bertujuan untuk pengaturan pemanfaatan teknologi informasi, khususnya informasi dan
transaksi elektronik, agar dapat dilaksanakan dengan baik dan menjaga keamanan dan kepentingan
kemanusiaan, namun penggunaannya berpotensi pidana, termasuk penggunaan hukum pidana, karena
ada ketentuan dalam hukum sanksi pidana, dalam hal ini didefinisikan tindakan yang dilarang dan hukuman
yang ditentukan pidana. Kesimpulan yang diperoleh, Perlu penyesuaian UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik dengan regulasi bersifat global dan penilaian komparatif dari tuntutan
yang harus dipenuhi untuk keharmonisan terutama pada hukum kejahatan cyber. Dalam UU ITE, terhadap
perbuatan yang dilarang diancam sanksi pidana. Adapun jenis sanksi pidananya adalah sanksi pidana
penjara dan sanksi pidana denda. Jenis sanksi ini sudah dikenal dalam Pasal 10 KUHP, dan tidak
ditentukan jenis pidana tambahan. Dengan demikian tidak ada pengembangan mengenai jenis pidana
khusus yang ditujukan bagi pelaku tindak pidana di bidang informasi dan transaksi elektronik.

Kata Kunci: Kejahatan Dunia Maya, Hukum Pidana,Teknologi Informasi

52 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi...


A. Pendahuluan perkembangan teknologi telekomunikasi maka
Per k embangan mas yarak at era k ini hubungan antar negara sudah bersifat mendunia
merupakan industrilisasi, serta ditopang yang menciptakan tata dunia baru. Demikian ini
tidak bisa dielakkan pengaruhnya terhadap segera menyadari kalau dirugikan (Kunarto,
perkembangan masyarakat Indonesia yang sedang 1991:2).
membangun di era reformasi itu telah dihadapkan Berdasarkan uraian pada latar belakang
dengan berbagai krisis baik politik, ekonomi, dan masalah, maka dirumuskan permasalahan
sosial budaya dan ini harus ditangani agar bangsa sebagai-berikut :
dan negara Indonesia tetap dipandang 1) Bagaimanakah inventarisasi berbagai peraturan
keberadaannya di antara bangsa bangsa di dunia. perundang-undangan yang berhubungan
Penentuan sebagai tindak pidana merupakan dengan pengaturan kejahatan di bidang
kebijakan kriminal, yang menurut Sudarto adalah teknologi informasi?
sebagai usaha yang rasional dari masyarakat 2) Bagaimanakah identifikasi penyesuaian hukum
untuk menanggulangi kajahatan (Sudarto: 1981 : nasional di bidang teknologi informasi
158). Di dalam kebijakan kriminal ini mencakup khususnya yang terkait kejahatan di bidang
kebijakan hukum pidana yang disebut juga sebagai teknologi informasi dengan perkembangan
kebijakan penanggulangan kejahatan dengan globalisasi?
hukum pidana (kebijakan penal), karena di
3) Bagaimanakah deskripsi perbuatan yang
samping dengan hukum pidana untuk
dilarang sebagai tindak pidana dirumuskan
menanggulangi kejahatan dapat dengan sarana-
secara baik dalam Undang-undang Nomor 11
sarana lainnya ( non-hukum pidana ). Fungsi
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
hukum pidana sebagai pengendalian sosial
Elektronik?
dimanfaatkan untuk menanggulangi kejahatan
yang berupa pelanggaran norma-norma 4) Bagaimanakah kajian perumusan sanksi pidana
sehubungan dengan pemanfaatan teknologi yang diancamkan dalam tindak pidana
informasi yang berpotensi kriminal, guna menurut ketentuan Undang-undang Nomor 11
memberikan perlindungan pada masyarakat dari Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
bahaya kejahatan tersebut. Elektronik?
Keberhasilan pembangunan nasional
memerlukan persyaratan ketahanan nasional yang B. Tinjauan Pustaka
ditopang dengan pemberdayaan masyarakat, 1. Pembangunan Hukum Pidana
merupakan suatu keadaan terelaknya gangguan
gangguan dan ancaman-ancaman, diantaranya Penggunaan hukum pidana untuk
yang berupa kejahatan. Seiring dengan kemajuan penanggulangan kejahatan perlu
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan memperhatikan fungsi hukum pidana
teknologi dalam masyarakat, berlaku pula bagi yang subsider, yaitu hukum pidana baru
perkembangan kejahatan. Kejahatan yang digunakan apabila upaya-upaya lainnya
dilakukan sudah memanfaatkan dan menggunakan diperkirakan kurang memberi hasil yang
peluang yang disediakan oleh kemudahan memuaskan atau kurang sesuai. Akan
instrumen moderen dengan peralatan canggih, tetapi kalau hukum pidana akan tetap
tidak lagi secara tradisional. Kejahatan yang dilibatkan, maka hendaknya dilihat dalam
demikian itu merupakan kejahatan berdimensi hubungan keseluruhan politik kriminal
baru. Istilah ini untuk menunjukkan suatu kejahatan atau istilah yang lazim digunakan dalam
yang berhubungan perkembangan masyarakat di kongres PBB IV 1970 adalah planning for
bidang perekonomian dalam masyarakat industri, social defence yang harus merupakan
yang pelakunya terdiri dari golongan mampu, bagian yang integral dari rencana
intelek, terorganisasi (termasuk dalam white collar pembangunan nasional (Sudarto, 1981 :
crime). Mobilitas kejahatan tinggi dilakukan tidak 104). Diperlukan suatu pendekatan yang
hanya di suatu wilayah, melainkan antar wilayah, sistematik terhadap kebijakan
bahkan menerobos batas regional, trans nasional. penanggulangan kejahatan yang
Modus-operandinya menggunakan peralatan merupakan satu kesatuan dengan
canggih, memanfaatkan peluang kelemahan sistem kebijakan pembangunan nasional, mulai
hukum, sistem manajemen. dari keseluruhan penentuan hukum
Korbannya tidak lagi bersifat individual melainkan pidana subtantive dan hukum acara
sudah bersifat kompleks menyerang kelompok pidana, meliputi proses dekriminalisasi,
masyarakat, negara dan kemungkinan korban tidak depenalisasi, dan diversi baik mengenai
pembaharuan prosedurnya yang

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi... 53


menjamin dukungan warga masyarakat Pembangunan nasional ataupun
maupun mengadakan tinjauan terhadap pengembangan masyarakat mestinya
keberadaan semua kebijakan dengan berparadigma peningkatan kualitas kehidupan.
memperhitungkan akibatnya, demikian pula Istilah Hiroshi Ishikawa, sehubungan dengan
penetapan hubungan yang erat antara sistem obyek/sasaran pembangunan, dinyatakan It is
peradilan pidana dengan sektor-sektor expected to cover aspect of human life,
pembangunan lainnya. including not only economic life but also the
social, cultural, and spiritual life economic life termasuk sebagai Tujuan Nasional, yang
(Hiroshi Ishikawa, 1984 : 18). Mengenai dinyatakan anatar lain : melindungi segenap
pembangunan manusia, dalam Guiding bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Principles for Prevention and Criminal Justice Indonesia dan untuk memajukan
in The Context Development and a New kesejahteraan umum. Ini menunjukkan bahwa
International Economic Order dinyatakan persoalan perlindungan masyarakat dan
perlunya hal itu meliputi pencegahan upaya penciptaan kesejahteraan masyarakat
kejahatan sebagai salah satu tujuan pokok sudah merupakan ide dasar yang dituangkan
dalam pembentukan suatu tatanan ekonomi dalam UUD 1945. dengan demikian hal itu
internasional baru. Dalam kerangka ini menjadi kewajiban bagi pemerintah maupun
kebijakan pencegahan kejahatan dan seluruh masyarakat merealisasikan dengan
peradilan pidana harus memperhitungkan cara melaksanakan pembangunan nasional.
sebab sebab struktural, yang mencakup sebab Dengan demikian menjadi p e n t i n g f a k t o
sebab sosial ekonomi, ketidakadilan, yang r k e a m a n a n d a n ketertiban masyarakat
memosisikan kejahatan sering merupakan yang berarti masyarakat terbebas dari
suatu gelaja (United Nations, 1968 : 6). kekhawatiran merajalelanya kejahatan,
Posisi hukum pidana merupakan bagian sehingga ini perlu tercakup dalam kebijakan
yang integral dari perencanaan pembangunan pembangunan berkaitan d engan perlindungan
nasional, dikemukakan Konggres PBB di sosial. Perwujudannya berupa upaya
Venezuela, Konggres PBB VII 1985 di Milan. penanggulangan kejahatan dan peningkatan
Dari sebagian pernyataan-penyataan dapat kualitas kehidupan yang terkandung di
dipahami bahwa pembangunan itu sendiri dalamnya faktor keamanan, bebas dari rasa
pada hakikatnya tidak bersifat kriminogen. takut karena kejahatan.
Namun demik ian pembangunan dapat Pendayagunaan hukum pidana tercermin
bersifat kriminogen, apabila pem bangunan it dalam kebijakan perundang u n d a n g a n ya
u s endiri t idak direncanakan secara rasional, n g m e m f o k u s k a n permasalahan sentral
timpang atau tidak seimbang, mengabaikan menyangkut penetapan perbuatan apa yang
nilai-nilai kultural, dan moral, serta tidak seharusnya dijadikan sebagai tindak pidana,
mengandung strategi perlindungan dan sanksi pidana apa yang sebaiknya
masyarakat yang integral. Ini berarti kebijakan dikenakan. Dalam hukum pidana materiil
hukum pidana dapat bersifat kriminogen kedua hal tersebut termasuk perhatian
apabila tidak direncanakan secara rasional terhadap orang/ pelakunya, dalam hal ini
timpang atau tidak seimbang, mengabaikan mengenai masalah pertanggungjawaban. Oleh
nilai-nilai kultural, dan moral serta tidak karena itu, dalam hukum pidana materiil
mengadung strategi perlindungan masyarakat dikenal masalah pokok yang menyangkut
yang integral. (Barda Nawawi Arief 1986 : 55- perbuatan/tindak pidana, pertanggungjawaban
57). dan sanksi pidana.
Upaya penanggulangan kejahatan Penetapan suatu perbuatan sebagai
dengan hukum pidana bagian dari politik tindak pidana dalam undang-undang tidak lain
kriminal, juga harus merupakan bagian yang merupakan proses kriminalisasi.
integral dengan politik sosial yaitu kebijakan Permasalahan yang muncul menyangkut tolok
mencapai kesejahteraan sosial dan ukur. Dalam hal ini biasanya yang menjadi
perlindungan masyarakat. Berkaitan dengan tolok ukur dalam kriminalisasi
masalah ini, dalam pembukaan UUD 1945

54 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi...


adalah kebencian masyarakat, kerugian, yang dikenal kesalahan terdapat pada orang.
korban yang ditimbulkan dari perbuatan itu, Oleh karena
keseimbangan antara biaya dan hasilnya, itu untuk mengantisipasi kejahatan berdimensi
kemampuan bagi aparat, dan perbuatan baru dengan melihat sifat dan bentuknya
tersebut menghambat pencapaian tujuan maka perlu digunakan asas
negara. Dikaitkan dengan kejahatan pertanggungjawaban yang lain, berdasarkan
berdimensi baru yang terkait dengan teknologi fakta penderitaan yang ditimbulkan terhadap
informasi nampaknya dapat dikatakan si korban, yang dikenal sebagai Asas Res
memenuhi tolok ukur tersebut. ipsa Loquitur (fakta sudah berbicara lain).
Masalah pertanggungjawaban j u g a m Dalam hal ini doktria yang diterapkan
e n y a n g k u t p e l a k u n y a mempunyai terhadap pertanggungjawaban korporasi
kesalaha atau tidak, sehubungan dengan adalah Strict Liability (pertanggungjawaban
hal itu dikenal dalam hukum pidana Asas pidana tanpa kesalahan), dan Vicarious
Tiada Pidana Tanpa Kesalahan (Geen Straf Liability (pertanggungjawaban pidana yang
Zonde Schuld). Asas ini tentu sulit jika dibebankan pada seseorang atas peruatan
diterapkan pada korporasi, karena umumnya orang lain).pertimbangan yang mendasari hal
ini karena akibat kejahatan berdimensi baru Walaupun sebenarnya hal itu tidak cocok
yang dapat merusak kepentingan masyarakat benar, karena masih terdapat persoalan
luas, menyerang keselamatan orang banyak, mengenai penafsiran.
mencermarkan lingkungan hidup. Tindak pidana di bidang teknologi
Kebijakan kriminalisasi merupakan suatu informasi, dikenal pula kejahatan siber/ dunia
kebijakan dalam menetapkan suatu perbuatan maya, hubungannya dengan penanggulangan
yang semula bukan tindak pidana (tindak kejahatan, workshop mengenai computer
pidana) menjadi suatu tindak pidana related crime yang diselenggarakan dalam
(perbuatan yang dapat dipidana). Jadi pada Kongres PBB X April 2000 menyatakan bahwa
hakikatnya, kebijakan kriminalisasi merupakan negara-negara anggota harus berusaha
bagian dari kebijakan kriminal (criminal policy) melakukan harmonisasi ketantuan ketentuan
dengan menggunakan sarana hukum pidana yang berhubungan dengan kriminalisasi,
(penal) sehingga termasuk bagian dari pembuktian, dan prosedur (States should seek
kebijakan hukum pidana (penal policy). harmonization of the relevant provision on
Pengaturan hukum prospeknya tidak criminalization evidence and procedure). Jadi
hanya mengacu pada hukum nasional, masalahnya bukan sekedar bagaimana
melainkan juga mengacu pada membuat kebijakan hukum pidana (kebijakan
kecenderungan-kecenderungan yang kriminalisasi/formulasi/ legislasi) di bidang
diakui oleh masyarakat beradab di dunia. penanggulangan kejahatan dunia maya, tetapi
Dalam kerangka hukum nasional, maka bagaimana ada harmonisasi kebijakan penal
diperlukan pembaharuan hukum dengan di berbagai negara. Ini berarti, kebijakan
memperhatikan aspirasi suprastruktur, kriminalisasi tentang masalah cyber crime
infrastruktur, ekspertis dan aspirasi bukan semata-mata masalah kebijakan
masyarakat internasional, serta ditambah nasional (Indonesia), tetapi juga terkait dengan
dengan proses legal drafting yang berkualitas. kebijakan regional dan internasioanal.
Termasuk akibat samping dari Kejahatan sebagai akibat dampak ind ustrial
perkembangan teknologi memunculkan isasi yan g men gan cam keselamatan dan
adanya kejahatan komputer, kejahatan kualitas hidup manusia dan makhluk pada
internet (cyber crime) yang dapat juga umumnya adalah pencemaran dan perusakan
berkaitan dengan kejahatan di bidang lingkungan hidup, sebagai kejahatan di bidang
ekonomi, khususnya dimanfaatkan dalam lingkungan hidup. Kejahatan ini merupakan
kejahatan di bidang perbankan. Beberapa tindak pidana yang diatur dalam UU
jenis kejahatan komputer dapat dicarikan Pengelolaan Lingkungan Hidup beserta UU
pengaturannya sebagai delik dalam KUHP. lingkungan sektoral

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi... 55


lainnya, serta KUHP (seperti : Pasal 187- efektivitas atau kemudahan untuk
188, 191, 202, 497, 500-503, 548-549). penerapannya secara baik. Di dalam
Kebijakan menentukan suatu perbuatan kepustakaan dikenal adanya jenis-jenis
sebagai tindak pidana disebut perumusan tindak pidana. Pertama
juga sebagai kebijakan kriminalisasi termasuk perumusan tindak pidana dalam undang-
dalam kebijakan perundang undangan yang undang yang menitikberatkan pada perbuatan
selalu mendapat perhatian. Hal ini yang dilarang. Dengan melakukan perbuatan
sehubungan dengan kenyataan bahwa tindak sebagaimana tercantum dalam rumusan itu
pidana / kejahatan ditentukan oleh undang dianggap tindak pidana telah selesai
undang,maka dapat dikatakan undang undang dilakukan, yang disebut sebagai perumusan
itulah menciptakan kejahatan. Undang-undang secara formil (delik formil). Kedua perumusan
memberikan wewenang dan dasar legitimasi tindak pidana yang menitikberatkan pada
kepada penegak hukum untuk menyatakan akibat yang dilarang, bila akibat yang dilarang
apakah perbuatan seseorang merupakan ini benar-benar terjadi barulah dianggap tindak
kejahatan atau tidak. Ini bukan berarti undang- pidana selesai dilakukan yang disebut sebagai
undang bersifat krimonogen, melaink an han perumusan secara materiil (delik materiil)
ya memberi cap perbuatan sebagai kejahatan. (Bambang Poernomo, 1978:95).
Akan tetapi undang-undang dapat merupakan 1. Kerangka Pemikiran
faktor kriminogen apabila tidak konsisten
dengan kenyataan, terpisah dengan perasaan
dan nilai-nilai masyarakat, sehingga muncul
sikap tidak percaya mengenai efektivitas
sistem hukum tersebut (Barda Nawawi Arief,
1988-4-5). Perumusan suatu tindak pidana
dalam undang-undang perlu diperhitungkan
masak -masak berkaitan dengan tujuan
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis
normatif. Pengambilan Sampel dilakukan tidak
terhadap orang namun bahan-bahan pustaka
terutama terkait dengan tentang peraturan informasi
dan transaksi elektronik. Data yang digunakan
adalah data sekunder. Data sekunder bersumber
pada bahan-bahan kepustakaan, dan bahan hukum.
Cara Pengumpulan Data dengan cara identifikasi.
Cara identifikasi dengan mengumpulkan data
kepustakaan yamg berupa arsip, dokumen resmi,
data pustaka lainnya yang berkaitan erat dengan
permasalahan penelitian. Data pustaka (data
sekunder) dianalisis dengan pola pikir deduktif dan
induktif secara kombinasi. Hasil akhir pengolahan
data dikualitatifkan, selanjutnya dianalisis dengan
metode kualitatif normatif, metoda penafsiran dalam
ilmu hukum, serta menginterpretasikan data
berdasarkan teori-teori sebagaimana tersebut dalam
tinjauan pustaka.

56 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi...


D. Hasil Penelitian Dan Pembahasan untuk menjaga, memelihara, dan
1. Inventarisasi Berbagai Peraturan memperkuk uh persatuan dan kesatuan
Perundang-Undangan yang Berhubungan nasional berdasarkan Peraturan
dengan Pengaturan Kejahatan di Bidang Perundang undangan demi kepentingan
Teknologi Informasi nasional; Pemanfaatan Teknologi
Informasi berperan penting dalam
perdagangan dan pertumbuhan
Dalam perkembangan masyarakat
perekonomian n a s i o n a l u n t u k m e
yang mengalami perubahan dan
w u j u d k a n kesejahteraan masyarakat;
kemajuan pesat karena globalisasi dan
Pemerintah perlu mendukung
teknologi khususnya teknologi informasi,
pengembangan Teknologi Informasi
sangat diperlukan peraturan hukum yang
melalui infrastruktur hukum dan
mengatur kegiatan manusia
pengaturannya sehingga pemanfaatan
hubungannya dengan pemanfaatan
Teknologi Informasi d i l a k uk a n s e c a
teknologi informasi. UU No. 11 Tahun
r a a m a n u n t u k mencegah
2008 tentang Informasi dan Transaksi
penyalahgunaannya dengan
Elektronik (UU ITE ) menjadi strategis
memperhatikan nilai-nilai agama dan
untuk membangun hukum teknologi
sosial budaya masyarakat Indonesia.
informasi yang memberikan aturan-aturan
Undang-Undang ini diundangkan dengan
mengenai pemanfaatan teknologi
penempatannya dalam Lembaran Negara
informasi dan kemungkinan
Republik Indonesia, pada tanggal 21 April
pelanggarannya. Perkembangan dan
2008.
kemajuan Teknologi Informasi yang
demikian pesat telah menyebabkan Dalam KUHP dapat ditentukan
perubahan kegiatan kehidupan manusia mengenai tindak pidana yang terkait
dalam berbagai bidang yang secara dengan teknologi informasi bisa
langsung telah memengaruhi lahirnya disebutkan, antara lain:
bentuk-bentuk perbuatan hukum baru; a. Pasal 362 KUHP untuk kasus
Penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Carding, yang pelakunya mencuri
Informasi harus terus dikembangkan kartu kredit milik orang lain walaupun
tidak secara fisik karena hanya yang tidak benar.
nomor kartunya saja yang diambil e. Pasal 303 KUHP dapat dikenakan
dengan menggunak an software card untuk menjerat permainan judi yang
generator di internet untuk dilakukan secara on-line di internet
melakukan transaksi di E-Commerce. dengan penyelenggara dari
b. Pasal 378 KUHP untuk penipuan Indonesia.
dengan seolah-olah menawarkan f. Pasal 282 KUHP dapat dikenakan untuk
dan menjual suatu produk atau penyebaran pornografi maupun
barang dengan memasang iklan di website porno yang banyak beredar
salah satu website sehingga orang dan mudah diakses di internet.
tertarik untuk membelinya lalu g. Pasal 282 dan 311 KUHP dapat
mengirimkan uang kepada dikenakan untuk penyebaran foto
pemasang iklan. atau film pribadi seseorang yang
c. Pasal 335 KUHP dapat dikenakan vulgar di internet.
untuk kasus pengancaman dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999
pemerasan yang dilakukan melalui tentang Telekomunikasi memberikan
e-mail. definisi telekomunikasi (Pasal 1 angka
d. Pasal 331 KUHP dapat dikenakan (1)) ialah setiap pemancaran, pengiriman,
untuk kasus pencemaran nama baik dan/atau penerimaan dari setiap informasi
dengan menggunakan media dalam bentuk tanda-tanda, isyarat,
internet. Modusnya adalah pelaku tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui
menyebarkan e-mail kepada teman sistem kawat, optik, radio, atau sistem
teman korban tentang suatu cerita elektromagnetik lainnya. Perangkat
yang tidak benar atau mengirimkan telekomunikasi ialah setiap alat-alat
e-mail secara berantai melalui perlengkapan yang digunakan dalam
mailling list (millis) tentang berita bertelekomunikasi. Jaringan

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi... 57


telekomunikasi ialah rangkaian perangkat penyelenggara telekomunikasi.
telekomunikasi dan kelengkapannya yang Pasal 50 juncto Pasal 22:
digunakan dalam bertelekomunikasi. Alasan Barang siapa yang melanggar ketentuan
dikeluarkannya Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
Telekomunikasi bahwa penyelenggaraan dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
telek omunik asi nasional menjadi bagian (enam) tahun dan / atau denda paling banyak
yang tidak terpisahkan dari sistem Rp.600.000.000,-(enam ratus juta rupiah).
perdagangan global. Pengaruh globalisasi
Pasal 50 mengkriminalisasi terhadap perbuatan
dan perkembangan teknologi komunikasi
tanpa hak, tidak sah atau memanipulasi akses
yang sangat pesat telah mengakibatkan
ke jaringan telekomunikasi khusus (Pasal 22
perubahan yang mendasar dalam
huruf a,b dan c UU Telekomunikasi). Unsur-
penyelenggaraan dan cara pandang
unsur perbuatan tersebut merupakan landasan
terhadap telekomunikasi. Ini bisa
dalam penyidikan tindak pidana hacking. Akan
dihubungkan dengan teknologi informasi.
tetapi, penerapan pasal tersebut terhadap
Ketentuan perumusan mengenai tindak perbuatan hacking masih sangat luas dan tidak
pidana teknologi informasi dalam Undang ditegaskan secara khusus terhadap perbuatan
Undang Telekomunikasi sebagai berikut: Pasal memanipulasi dalam dunia maya.
21: Pasal 55 juncto Pasal 38:
Penyelenggara telekomunikasi dilarang Barang siapa yang melanggar ketentuan
melakukan kegiatan usaha penyelenggaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,
telekomunikasi yang bertentangan dengan dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
kepentingan umum, kesusilaan, keamanan, atau (enam) tahun dan atau denda paling banyak
ketertiban umum. Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
Pasal 21 Undang-Undang Telekomunikasi Pasal 55 mengkriminalisasi perbuatan yang
tersebut tidak mengatur terhadap kejahatan dan dapat menimbulkan gangguan fisik
tidak diatur dalam ketentuan pidana (Bab VII elektromagnetik terhadap penyelenggara
Ketentuan Pidana Pasal 47 sampai dengan telekomunikasi(Pasal 38 UU Telekomunikasi).
Pasal 57). Ketentuan terhadap Pasal 21 berarti Pasal 55 juncto Pasal 38 berkaitan dengan
hanya merupakan pelanggaran yang kerahasiaan, integritas dan keberadaan data
berdasarkan ketentuan Bab VI Pasal 46 dan sistem telekomunikasi, namun pasal ini
sanksinya berupa pencabutan izin. Akibat tidak secara tegas menyebutkan untuk kegiatan
ringannya sanksi hukum tersebut pornografi dan di dunia maya (internet).
tindakan penghasutan melalui media
Pasal 56 juncto Pasal 40:
telekomunikasi sering terjadi dan dilakukan oleh
Barang siapa yang melanggar ketentuan Suatu program atau data mempunyai nilai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, puluhan kali lipat dibandingkan nilai dari
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 komputer atau media lainnya, yang menjadikan
(lima belas) tahun. banyak orang yang ingin mengambilnya secara
Pasal 56 melarang kegiatan penyadapan atas tidak sah untuk disalah gunakan atau diambil
informasi yang disalurkan melalui jaringan manfaat tanpa izin pemiliknya. Menurut Pasal 1
telekomunikasi dalam bentuk apapun (Pasal 40 angka (8) Undang-Undang No 19 Tahun 2002
UU Telekomunikasi). Penjelasan Pasal 40 tentang Hak Cipta, bahwa program komputer
menyatakan, penyadapan adalah kegiatan adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan
memasang alat atau perangkat tambahan pada dalam bentuk bahasa, kode, skema ataupun
jaringan telekomunikasi untuk tujuan bentuk lain yang apabila digabungkan dengan
mendapatkan informasi dengan cara tidak sah. media yang dapat dibaca dengan komputer
Hal ini tidak relevan dengan tindak pidana akan mampu membuat komputer bekerja untuk
cybercrime yang dapat melakukan intersepsi melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk
atau penyadapan Informasi Elektronik dan/atau mencapai hasil yang khusus, termasuk
Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer persiapan dalam merancang instruksi instruksi
dan/ atau Sistem Elektronik (Illegal interception) tersebut. Ketentuan tindak pidana terdapat
melalui internet tanpa harus memasang alat dalam Pasal 72 ayat (1) , (2) dan (3) Undang-
tambahan. Undang Hak Cipta.

58 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi...


1. Identifikasikan Penyesuaian Hukum Nasional mengenakan denda maksimum 5.000 Yuan
di Bidang Teknologi Informasi Khususnya pada individu dan 15.000 Yuan pada
yang Terkait Kejahatan di Bidang Teknologi organisasi dalam kasus ketika mereka
Informasi dengan Perkembangan sengaja memasukkan virus komputer atau
Globalisasi data berbahaya lainnya membahayakan
sistem informasi komputer, atau dalam
Tindak pidana teknologi informasi atau kasus ketika mereka menjual produk
tindak pidana cyber berdasarkan ikatan perlindungan keselamatan khusus untuk
dengan instrumen hukum internasional sistem informasi k omputer tanpa izin.
terkait, bersifat hard law, seperti perjanjian- Pendapatan ilegal mereka akan disita dan
perjanjian internasional, maupun soft law denda akan dijatuhkan dalam jumlah satu
yang tersebar dalam berbagai dokumen sampai tiga kali lebih banyak sebagai
seperti Guidelines, Code of Conduct, Model pendapatan ilegal (jika ada).
Law, Principles dan lain-lain. Instrumen Selanjutnya di Chile, dalam Law on
Internasional yang berkaitan dengan Automated Data Processing Crimes.
kejahatan cybercrime adalah Draft Barangsiapa secara ilegal memperoleh
Convention on Cybercrime oleh 41 (empat akses ke atau menggunakan informasi yang
puluh satu) negara-negara yang tergabung terkandung dalam suatu sistem pengolahan
dalam Uni Eropa (Council of Europe) informasi, penyadapan atau mengganggu
tanggal 23 November 2001 di kota dengan itu, dihukum penjara dari pidana
Budapest, Hongaria. Konvensi tersebut ringan ke menengah. Peraturan hukum di
dimasukkan dalam European Treaty Series Luxemburg, yaitu The Act of july 15th, 1993,
dengan Nomor 185 (Ahmad Ramli, relating to the reinforcement of the fights
2006:23). against financial crime and computer crime.
Perbandingan pengaturan cyber crime Bagian VI mengenai pelanggaran tertentu
di negara lain, seperti Austria adanya dalam materi komputer. Barangsiapa yang
Privacy Act 2000. Bagian 10 terdapat curang dalam keuntungan akses atau
ketentuan yang lebih bersifat adminstrastif, mendukung, seluruhnya atau sebagian,
yang mencakup perbuatan akses illegal data suatu sistem pengolahan data, dipidana
aplikasi, kerahasiaan data, dan penggunaan dengan pidana penjara dari dua bulan
data ilegal. Adapun di China terdapat sampai satu tahun, atau denda 10,000-
Regulations of The Peoples Republic of 250,000 F, atau keduanya yang menindas
China on Protecting the Safety of computer atau modifikasi dari data yang terdapat
Information, system, Decree No. 147 of the dalam sistem, atau perubahan fungsi sistem
State Council of the People Republic of tersebut, dipidana dengan pidana penjara
china, February 18, 1994). mulai dari dua tahun, dan denda 50.000-
Pertanggungjawaban Hukum dalam Pasal 500.000 F.
23 - organisasi keamanan publik harus Organ-organinternasional
memberikan peringatan atau dapat memberikan pengaturan mengenai teknologi
informasi, di antaranya the United
Commissions on International Trade Law Signature, Model Law on Internatioanl Credit
(UNCITRAL), World Trade Organization Transf er. Model Law on E-Commerce
(WTO), Uni Europa (EU), APEC,ASEAN, dan mengenai definisi kontrak elektronik, prinsip
OECD (Depkominfo, non diskriminasi, pengaturan e-commerce,
2007: hlm. 69-81). Karena Indonesia dan transaksi berbasis elektronik. WTO
merupakan bagian dari masyarakat mengaitkan dengan produk teknologi
internasional mempunyai kewajiban informasi, yakni dalam Ministerial
mengadakan peraturan hukum yang sesuai Declaration on Trade in Information
atau mengacu pada ketentuan ketentuan Technology Products. Uni Eropa
global. menetapkan Convention on Cyber crime, di
UNCITRAL memberikan ketentuan dalamnya meliputi kebijakan krimnal
Model Law terdiri dari Model Law on E- (criminal policy). Selain itu, aturan mengenai
Commerce, Model Law on Electronic The General EU Electronic Commerce
Directive, Electronic

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi... 59


Signature Directive, dan Brussels (SARA); berisi ancaman kekerasan atau
Convention on Online Transactions. ASEAN menakut-nakuti yang ditujukan secara
telah mengeluarkan E-ASEAN Reference pribadi.
Framework for Electronic Commerce Legal b) Kelompok II ( Pasal 46 )
Infrastructure. Adapun APEC telah Sengaja dan tanpa hak atau
menyusun Blueprint for Action on Electronic melaw an huk um me ngak ses
Commerce (1998). OECD mengumumkan Komputer dan/atau Sistem Elektronik
Action Plan for Electronic Commerce. milik Orang lain dengan cara apa
3. Deskripsi perbuatan yang dilarang sebagai pun bertujuan untuk memperoleh I nf
tindak pidana belum dirumuskan secara ormasi Elektronik dan/ at au Dokumen
baik dalam Undang-undang Nomor 11 Elektronik; melanggar, menerobos,
Tahun 2008 tentang Informasi dan melampaui, at au menjebol sistem
Transaksi Elektronik pengamanan.
Dalam UU ITE dengan menentukan c) Kelompok III ( Pasal 47 )
adanya Ketentuan Pidana berarti Sengaja dan tanpa hak atau
menentukan adanya perbuatan yang melawan hukum melakukan intersepsi
dilarang, dan yang oleh karena itu diancam atau penyadapan atas Informasi
dengan sanksi pidana. Ini tidak lain sebagai Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
perumusan tindak pidana di bidang dalam suatu Komputer dan/atau Sistem
informasi dan transaksi elektronik. Dengan Elektronik tertentu milik Orang lain, dan
mengkaji pasal pasal dalam UU ITE dapat baik yang tidak menyebabkan perubahan
dikelompok kelompokkan perbuatan yang apa pun maupun yang menyebabkan
dilarang berkaitan dengan tindak pidana di adanya perubahan, penghilangan,
bidang informasi dan transaksi elektronik dan/atau penghentian Informasi
tersebut. Pengelompokan tersebut sebagai Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
berikut. yang sedang ditransmisikan.
a) Kelompok I ( Pasal 45) d) Kelompok IV ( Pasal 48, 49 ) Sengaja
Sengajadantanpahak dan tanpa hak atau melawan hukum
mendistribusikandan/atau dengan cara apa pun mengubah,
mentransmisikan dan/atau membuat menambah, mengurangi, melakukan
dapat diaksesnya Informasi Elektronik transmisi, merusak, menghilangkan,
dan/atau Dokumen Elektronik yang memindahkan, menyembunyikan suatu
memiliki muatan yang melanggar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
kesusilaan, muatan perjudian, Elektronik milik Orang lain atau milik
penghinaan dan/atau pencemaran nama publik; memindahkan atau mentransfer
baik, pemerasan dan/atau Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
pengancaman; menyebarkan berita Elektronik kepada Sistem Elektronik
bohong dan menyesatkan yang Orang lain yang tidak berhak; mengubah,
mengakibatkan kerugian konsumen menambah, mengurangi, melakukan
dalam Tr ans ak s i E le k t ronik , transmisi, merusak, menghilangkan,
menyebarkan informasi yang ditujukan memindahkan, menyembunyikan suatu
untuk menimbulkan rasa kebencian atau Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
permusuhan individu dan/atau kelompok Elektronik milik Orang lain atau milik
masyarakat tertentu berdasarkan atas public, mengakibatkan terbukanya suatu
suku, agama, ras, dan antargolongan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang bersifat rahasia menjadi e) Kelompok V ( Pasal 50 )
dapat diakses oleh publik dengan Sengaja dan tanpa hak atau
keutuhan data yang tidak sebagaimana melawan hukum memproduksi, menjual,
mestinya; dan tindakan apa pun yang mengadakan untuk digunakan, men gi
berakibat terganggunya Sistem mpor, me ndi strib usika n, menyediakan,
Elektronik dan/atau mengakibatkan atau memiliki:
Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja
sebagaimana mestinya.

60 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi...


a. p e r a n g k a t k e r a s a t a u perangk mentransmisikan dan/atau
at lunak Komputer yang dirancang membuat dapat diaksesnya Informasi
atau secara khusus dikembangkan Elektronik dan/atau Dokumen
untuk m e m f a s i l i t a s i p e r b u a t Elektronik yang memiliki muatan
a n sebagaimana dimaksud dalam pemerasan dan/atau pengancaman.
Pasal 27 sampai dengan Pasal 6. sengaja dan tanpa hak/melawan hukum
33; menyebarkan berita bohong d an men
b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau yesa tkan yang mengakibatkan
hal yang sejenis dengan itu yang kerugian konsumen dalam Transaksi
ditujukan agar Sistem Elektronik Elektronik.
menjadi dapat diakses dengan tujuan 7. s en ga ja d an t a np a hak / melawan
memfasilitasiperbuatan hukum menyebarkan informasi yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ditujukan untuk menimbulkan rasa
27 sampai dengan Pasal kebencian atau permusuhan individu
33. dan/ atau kelompok masyarakat
f) Kelompok VI ( Pasal 51) tertentu berdasarkan atas suku,
1. sengaja dan tanpa hak atau melawan agama, ras, dan antargolongan
hukum melakukan m a n i p u l a s i , p (SARA).
e n c i p t a a n , perubahan, 8. sengaja dan tanpa hak /melawan hukum
penghilangan, p e n g r u s a k a n I n f mengirimkan Informasi Elektronik
o r m a s i Elektronik dan/atau dan/atau Dokumen Elektronik yang
Dokumen Elektronik dengan tujuan berisi ancaman kekerasan atau
agar menakut-nakuti yang ditujukan secara
Informasi Elektronik dan/atau pribadi.
Dokumen Elektronik tersebut 9. sengaja dan tanpa hak atau melawan
dianggap seolah-olah data yang hukum mengakses Komputer dan/atau
otentik. Sistem Elektronik milik Orang lain
2. sengaja dan tanpa hak/melawan hukum dengan cara apa pun.
mendistribusikan dan/ atau 10. sengaja dan tanpa hak atau melawan
mentransmisikan dan/atau membuat hukum mengakses Komputer dan/atau
dapat diaksesnya Informasi Elektronik Sistem Elektronik dengan cara apa
dan/atau Dokumen Elektronik yang pun dengan tujuan untuk memperoleh
memiliki muatan yang melanggar Informasi Elektronik dan/atau
kesusilaan. Dokumen Elektronik.
3. sengaja dan tanpa hak/melawan hukum 11.`sengaja dan tanpa hak atau melawan
mendistribusikan dan/ atau hukum mengakses Komputer dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat Sistem Elektronik dengan cara apa
dapat diaksesnya Informasi Elektronik pun dengan melanggar, menerobos,
dan/atau Dokumen Elektronik yang melampaui, atau menjebol sistem
memiliki muatan perjudian. pengamanan.
4. sengaja dan tanpa hak/melawan hukum 12. sengaja dan tanpa hak atau melawan
mendistribusikan dan/ atau hukum melakukan intersepsi atau
mentransmisikan dan/atau membuat penyadapan atas Informasi Elektronik
dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik dalam
dan/atau Dokumen Elektronik yang suatu Komputer dan/atau Sistem
memiliki muatan penghinaan dan/atau Elektronik tertentu milik Orang lain.
pencemaran nama baik. 13. sengaja dan tanpa hak atau melawan
5. sengaja dan tanpa hak/melawan hukum hukum melakukan inter sepsi atas
mendistribusikan dan/ atau transmis i

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi... 61


Informasi Elektronik dan/atau Dokumen mendistribusikan, menyediakan,
Elektronik yang tidak bersifat publik dari, atau memiliki:
ke, dan di dalam suatu Komputer a. per angk at k er as at au
dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik perangkat lunak Komputer
Orang lain, baik yang tidak menyebabk yang dirancang atau secara
an perubahan apa pun maupun yang khusus dikembangkan
menyebabkan adanya perubahan, untukmemfasilitasi
penghilangan, dan/ atau penghentian perbuatan sebagaimana
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen dimaksud dalam Pasal 27
El e k t r o n i k ya n g s e d a n g sampai dengan Pasal 33;
ditransmisikan.
b. sandi lewat Kom put er,
14. sengaja dan tanpa hak atau me l aw an
Kode Akses, atau hal yang
huk um d e ng an cara apa pun
sejenis dengan itu yang
mengubah, me na m ba h, me n gur an
ditujukan agar Sistem
g i, melakukan transmisi, merusak,
Elektronik menjadi dapat
menghilangkan, memindahkan, m e n y
diak ses dengan tujuan
e m b u n y i k a n s u a t u Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik memfasilitasi perbuatan
milik Orang lain atau milik publik. sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 sampai
15. sengaja dan tanpa hak atau melawan
dengan Pasal 33.
hukum dengan cara apa pun
memindahkan atau mentransfer g) Kelompok VII ( Pasal 52 )
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen 1. sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
Elektronik kepada Sistem Elektronik dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
Orang lain yang tidak berhak. dapat diaksesnya Informasi Elek tronik
16. sengaja dan tanpa hak atau me l aw an dan/atau Dok umen Elektronik yang memiliki
huk um d e ng an cara apa pun muatan yang melanggar kesusilaan.
mengubah, me na m ba h, me n gur an 2. sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
g i, melakukan transmisi, merusak, mengakses Komputer dan/ atau Sistem
menghilangkan, memindahkan, m e n y Elektronik milik Orang lain dengan cara apa
e m b u n y i k a n s u a t u Informasi pun ditujukan terhadap Komputer dan/atau
Elektronik dan/atau D oku me n El Sistem Elektronik serta Informasi Elektronik
ektronik mili k Orang lain atau milik dan/atau Dokumen Elektronik milik
public, yang mengakibatkan terbukanya Pemerintah dan/atau yang digunakan untuk
suatu Informasi Elektronik dan/ atau layanan publik .
Dokumen Elektronik yang bersifat 3. sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
rahasia menjadi dapat diakses oleh mengakses Komputer dan/ atau Sistem
publik dengan keutuhan data yang tidak Elektronik dengan cara apa pun dengan
sebagaimana mestinya. tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik
dan/ atau Dokumen Elektronik ditujukan
17. sengaja dan tanpa hak atau melawan terhadap Komputer dan/atau Sistem
hukum melakukan tindakan apa pun Elektronik serta Informasi Elektronik dan/atau
yang berakibat terganggunya Sistem Dokumen Elektronik milik Pemerintah
Elektronik dan/atau mengakibatkan dan/atau yang digunakan untuk layanan
Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja publik .
sebagaimana mestinya. 4. sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
18. sengaja dan tanpa hak atau melawan mengakses Komputer dan/atau Sistem
hukum memproduksi, Elektronik dengan cara apa pun dengan
menjual, mengadakan untuk melanggar, menerobos, melampaui, atau
digunakan,mengimpor, menjebol sistem

62 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi...


pengamanan ditujukan terhadap Komputer tertentu milik Orang lain ditujukan terhadap
dan/atau Sistem Elektronik serta Informasi Komputer dan/ atau Sistem Elektronik
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik serta Informasi Elek tronik dan/atau Dok
milik Pemerintah dan/atau yang digunakan umen Elektronik milik Pemerintah dan/atau
untuk layanan publik. yang digunakan untuk layanan publik.
5. sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum 4. sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan intersepsi atau penyadapan melakukan intersepsi atas transmisi
atas Informasi Elektronik dan/atau Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen
Dokumen Elektronik dalam suatu Elektronik yang tidak bersifat publik dari,
Komputer dan/atau Sistem Elektronik ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau
Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, Elektronik milik Orang lain atau milik public
baik yang tidak menyebabkan perubahan ditujukan terhadap Komputer dan/atau
apa pun maupun yang menyebabkan Sistem Elektronik serta Informasi
adanya perubahan, penghilangan, Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dan/atau penghentian Informasi Elektronik milik Pemerintah dan/atau yang digunakan
dan/atau Dokumen Elektronik yang untuk layanan publik yang mengakibatkan
sedang ditransmisikan ditujukan terhadap terbukanya suatu Informasi Elektronik
Komputer dan/atau Sistem Elektronik serta dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen rahasia menjadi dapat diakses oleh publik
Elektronik milik Pemerintah dan/atau yang dengan keutuhan data yang tidak
digunakan untuk layanan publik . sebagaimana mestinya.
5. sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum 8. sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
dengan cara apa pun mengubah, melakukan tindakan apa pun yang
menambah, mengurangi, melakukan berakibat terganggunya Sistem Elektronik
transmisi, merusak, menghilangkan, dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik
memindahkan, menyembunyikan suatu menjadi tidak bekerja sebagaimana
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen mestinya ditujukan terhadap Komputer
Elektronik milik Orang lain atau milik public dan/atau Sistem Elektronik serta Informasi
ditujukan terhadap Komputer dan/atau Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
Sistem Elektronik serta Informasi milik Pemerintah dan/atau yang digunakan
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik untuk layanan publik.
milik Pemerintah dan/atau yang digunakan 9. sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
untuk layanan publik. memproduksi, menjual, mengadakan
6. sengaja dan tanpa hak atau melawan huk untuk digunakan, m engim por, m endis
um dengan cara apa pun memindahkan tribus ik an, menyediakan, atau memiliki:
atau mentransfer Informasi Elektronik a. perangkat keras atau perangkat lunak
dan/atau Dokumen Elektronik kepada Komputer yang dirancang atau secara
Sistem Elektronik Orang lain yang tidak khusus dikembangkan untuk
berhak ditujukan terhadap Komputer memfasilitasi perbuatan sebagaimana
dan/atau Sistem Elektronik serta Informasi dimaksud dalam Pasal 27 sampai
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan Pasal 33;
milik Pemerintah dan/atau yang digunakan b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau
untuk layanan publik. hal yang sejenis dengan itu yang
7. sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum ditujukan agar Sistem Elektronik
dengan cara apa pun mengubah, menjadi dapat diakses dengan tujuan
menambah, mengurangi, melakukan memfasilitasiperbuatan
transmisi, merusak, menghilangkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
memindahkan, menyembunyikan suatu 27 sampai dengan Pasal
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen 33.

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi... 63

h) Kelompok VIII (Pasal 52) Elektronik yang berada di wilayah


1. sengaja dan tanpa hak atau melaw an huk yurisdik s i Indonesia.
um melak uk an manipulasi, penciptaan, 4. sengaja dan tanpa hak atau melawan
perubahan, penghilangan, pengrusak an hukum mengakses Komputer dan/ atau
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Sistem Elektronik milik Orang lain dengan
Elektronik dengan tujuan agar Informasi cara apa pun ditujukan terhadap
Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik Komputer dan/atau Sistem Elektronik
tersebut dianggap seolah-olah data yang serta Informasi Elektronik dan/atau
otentik. Dokumen Elektronik milik Pemerintah
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa dan/atau badan strategis termasuk dan
hak atau melawan hukum melakukan tidak terbatas pada lembagapertahanan,
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam bank sentral, perbankan, keuangan,
Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang lembaga internasional, otoritas
mengakibatkan kerugian bagi Orang lain. penerbangan.
3. sengaja melakukan perbuatan yang 5. sengaja dan tanpa hak atau melawan
dilarang sebagaimana dimaksud dalam hukum mengakses Komputer dan/ atau
Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar Sistem Elektronik dengan cara apa pun
wilayah Indonesia terhadap Sistem dengan tujuan untuk memperoleh
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen milik Pemerintah dan/atau badan strategis
Elektronik ditujukan terhadap Komputer d termasuk dan tidak terbatas pada
a n /a ta u Si ste m El e k tro n i k serta lembagapertahanan, bank sentral,
Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen perbankan, keuangan, lembaga
Elektronik milik Pemerintah dan/atau internasional, otoritas penerbangan.
badan strategis termasuk dan tidak 8. sengaja dan tanpa hak atau melawan
terbatas pada lembagapertahanan, bank hukum melakukan intersepsi atas
sentral, perbankan, keuangan, lembaga transmisi Informasi Elektronik dan/ atau
internasional, otoritas penerbangan. Dokumen Elektronik yang tidak bersifat
6. sengaja dan tanpa hak atau melawan publik dari, ke, dan di dalam suatu
hukum mengakses Komputer dan/ Komputer dan/ atau Sistem Elektronik
atau Sistem Elektronik dengan cara apa tertentu milik Orang lain, baik yang tidak
pun dengan melanggar, menerobos, menyebabkan perubahan apa pun
melampaui, atau menjebol sistem maupun yang menyebabkan adanya
pengamanan dit ujukan t erhadap Komput perubahan, penghilangan, dan/atau
er d a n /a ta u Si ste m El e k tro n i k penghentian Informasi Elektronik
serta Informasi Elektronik dan/ atau dan/atau Dokumen Elektronik yang
Dokumen Elektronik milik Pemerintah sedang ditransmisikan ditujukan terhadap
dan/atau badan strategis termasuk dan Komputer dan/atau Sistem Elektronik
tidak terbatas pada lembagapertahanan, serta Informasi Elektronik dan/atau
bank sentral, perbankan, keuangan, Dokumen Elektronik milik Pemerintah
lembaga internasional, otoritas dan/atau badan strategis termasuk dan
penerbangan. tidak terbatas pada lembagapertahanan,
7. sengaja dan tanpa hak atau melawan bank sentral, perbankan, keuangan,
hukum melakukan int ersepsi atau lembaga internasional, otoritas
penyadapan atas Informasi Elektronik penerbangan.
dan/atau Dokumen Elektronik dalam 9. se ngaja dan ta npa h ak atau melawan
suatu Komputer dan/atau Sistem hukum dengan cara apa pun mengubah,
Elektronik tertentu milik Orang lain menambah, mengurangi, melakukan
ditujukan terhadap K o m p u t e r d a n / a transmisi, m e r u s a k , m e n g h i l a n g
t a u S i s t e m Elektronik serta Informasi k a n , memindahkan, menyembunyikan
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

64 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi...


suatu Informasi Elektronik dan/atau memindahkan, menyembunyikan suatu
Dokumen Elektronik milik Orang lain atau Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
milik public ditujukan terhadap Komputer Elektronik milik Orang lain atau milik
dan/atau Sistem Elektronik serta public yang mengakibatkan t erbuk anya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen suat u I nf ormas i Elektronik dan/atau
Elektronik milik Pemerintah dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia
badan strategis termasuk dan tidak menjadi dapat diakses oleh publik dengan
terbatas pada lembagapertahanan, bank keutuhan data yang tidak sebagaimana
sentral, perbankan, keuangan, lembaga mestinya, ditujukan terhadap Komputer
internasional, otoritas penerbangan. dan/atau Sistem Elektronik serta
10. sengaja dan tanpa hak atau melawan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
hukum dengan cara apa pun Elektronik milik Pemerintah dan/atau
memindahkan atau mentransfer Informasi badan strategis termasuk dan tidak
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik terbatas pada lembagapertahanan, bank
kepada Sistem Elektronik Orang lain sentral, perbankan, keuangan, lembaga
yang tidak berhak ditujukan terhadap internasional, otoritas penerbangan.
Komputer dan/atau Sistem Elektronik 12. sengaja dan tanpa hak atau melaw an huk
serta Informasi Elektronik dan/atau um melak uk an tindakan apa pun yang
Dokumen Elektronik milik Pemerintah berakibat terganggunya Sistem Elektronik
dan/atau badan strategis termasuk dan dan/atau mengakibatkan Sistem
tidak terbatas pada lembagapertahanan, Elektronik menjadi tidak bekerja
bank sentral, perbankan, keuangan, sebagaimana mestinya, ditujukan
lembaga internasional, otoritas terhadap Komputer dan/atau Sistem
penerbangan. Elektronik serta Informasi Elektronik
11. sengaja dan tanpa hak atau melawan dan/atau Dokumen Elektronik milik
hukum dengan cara apa pun mengubah, Pemerintah dan/atau badan strategis
menambah, mengurangi, melakukan termasuk dan tidak terbatas pada
transmisi, merusak, menghilangkan, lembagapertahanan, bank sentral,
perbankan, keuangan, lembaga b. sandi lewat Komputer, Kode Akses,
internasional, otoritas penerbangan. atau hal yang sejenis dengan itu yang
13. sengaja dan tanpa hak atau melawan ditujukan agar Sistem Elektronik
hukum memproduksi, menjual, menjadi dapat diakses dengan tujuan
mengadakan untuk digunakan, me mf a s i l it a s i p erb u at an
mengimpor, mendis tribus ik an, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
menyediakan, atau memiliki, dit ujukan t 27 sampai dengan Pasal
erhadap Komput er d a n /a ta u Si ste m 33.
El e k tro n i k serta Informasi Elektronik 14. sengaja dan tanpa hak atau melaw an huk
dan/ atau Dokumen Elektronik milik um melak uk an manipulasi, penciptaan,
Pemerintah dan/atau badan strategis perubahan, penghilangan, pengrusak an
termasuk dan tidak terbatas pada Informasi Elek tronik dan/atau Dokumen
lembagapertahanan, bank sentral, Elektronik dengan tujuan agar Informasi
perbankan, keuangan, lembaga Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik
internasional, otoritas penerbangan: a. p e tersebut dianggap seolah-olah data yang
rangkatkerasatau otentik, ditujukan terhadap Komputer d a
perangkat lunak Komput er yang n /a ta u Si ste m El e k tro n i k serta
dirancang atau secara khusus Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen
dikembangkan untuk me mf a s i li t a Elektronik milik Pemerintah dan/atau
s i p erb u at an sebagaimana badan strategis termasuk dan tidak
dimaksud dalam Pasal 27 sampai terbatas pada lembagapertahanan, bank
dengan Pasal sentral, perbankan, keuangan, lembaga
33;

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi... 65


internasional, otoritas penerbangan. dilarang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar
15. sengaja dan tanpa hak atau melawan h u k wilayah Indonesia terhadap Sistem
um me l a k u k a n man i p u la s i , Elektronik yang berada di wilayah yurisdiksi
penciptaan, perubahan, penghilangan, Indonesia.
pengrusakan Informasi Elektronik dan/ atau 18. Dalam hal tindak pidana sebagaimana
Dokumen Elektronik dengan tujuan agar dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Pasal 37 dilakukan oleh korporasi dipidana
Elektronik tersebut dianggap seolah-olah dengan pidana pokok ditambah dua pertiga.
data yang otentik, ditujukan terhadap 4. Perumusan sanksi pidana yang diancamkan dalam
Komputer dan/atau Sistem Elektronik serta tindak pidana menurut ketentuan Undang-
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
Elektronik milik Pemerintah dan/atau badan dan Transaksi Elektronik
strategis termasuk dan tidak terbatas pada Dalam UU ITE, terhadap perbuatan yang
lembagapertahanan, bank sentral, dilarang diancam sanksi pidana. Adapun jenis
perbankan, keuangan, lembaga sanksi pidananya adalah sanksi pidana penjara
internasional, otoritas penerbangan. 16. sengaja dan sanksi pidana denda. Jenis sanksi ini sudah
dan tanpa hak atau melawan h u k u m m e l a k dikenal dalam Pasal 10 KUHP, dan tidak
u k a n p e r b u a t a n sebagaimana dimaksud ditentukan jenis pidana tambahan. Dengan
dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang demikian tidak ada pengembangan mengenai
mengakibatkan kerugian bagi Orang lain 17. jenis pidana khusus yang ditujukan bagi pelaku
sengaja melakukan perbuatan yang tindak

pidana di bidang informasi dan transaksi elektronik.

TABEL JENIS SANKSI PIDANA DALAM UU NOMOR 11 Tahun 2008


PASAL KETENTUAN SANKSI JENIS SANKSI PIDANA
PIDANA PERUMUSAN

Pasal 46 (1) (3) 600.000.000,00 (enam (tujuh) tahun dan/ atau


dipidana dengan pidana ratus juta rupiah). denda paling
penjara paling lama 6 banyak Rp700.000.000,00
(enam) tahun dan/atau dipidana dengan pidana (tujuh ratus juta rupiah).
( 2) denda paling banyak Rp penjara paling lama 7
dipidana dengan pidana pidana penjara pidana pidana penjara pidana Kumulatif-alternatif
penjara paling lama 8 denda denda
(delapan) tahun dan/atau Kumulatif-alternatif
denda paling banyak
Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah).pidana penjara pidana
denda Kumulatif-alternatif

66 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi...

Pasal 47 denda paling banyak penjara paling lama 10 pidana penjara pidana
Rp800.000.000,00 (sepuluh) tahun dan/atau denda
denda paling banyak Kumulatif-alternatif
(delapan ratus juta rupiah).
Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
pidana penjara pidana
dipidana dengan pidana
Pasal 48 ( 1 ) penjara paling lama 8 denda
(delapan) tahun dan/atau
denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah).
(2)
Kumulatif-alternatif
dipidana dengan pidana
penjara paling lama 9
(sembilan) tahun dan/atau pidana penjara pidana Kumulatif-alternatif
denda paling banyak denda
(3) Rp3.000.000.000,00 (tiga
dipidana dengan pidana miliar rupiah).
penjara paling lama 10 pidana penjara pidana
(sepuluh) tahun dan/atau dipidana dengan pidana denda Kumulatif-alternatif
Pasal 49 dipidana dengan pidana Pasal 50 dipidana dengan pidana pidana penjara pidana denda
penjara paling lama 10 (sepuluh) penjara paling lama 10 (sepuluh) Kumulatif-alternatif Kumulatif-
tahun tahun
dan/atau denda paling banyak dan/atau denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah). miliar rupiah).
pidana penjara pidana denda

alternatif

Pasal 51 ( 1 ) atau denda paling banyak (dua belas) tahun dan/ataupidana penjara pidana
Rp12.000.000.000,00 (dua denda paling banyak denda
belas miliar rupiah). Rp12.000.000.000,00 (dua Kumulatif-alternatif
belas miliar rupiah).
(2) pidana penjara pidana
dipidana dengan pidana denda
penjara paling lama 12 dipidana dengan pidana
(dua belas) tahun dan/ penjara paling lama 12 Kumulatif-alternatif

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi... 67


Syarat- s yarat atau k eadaan yang tidak terbatas pada lembaga
menjadikan pemberatan pidana diatur dalam pertahanan, bank sentral, perbankan,
Pasal 52 UU ITE. Ketentuan pemberatan keuangan, lembaga internasional,
tersebut dipaparkan berikut ini. Pasal 52 otoritas penerbangan diancam dengan
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana pidana maksimal ancaman pidana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) pokok masing-masing Pasal ditambah
menyangkut kesusilaan atau eksploitasi dua pertiga.
seksual terhadap anak dikenakan (4) Dalam hal tindak pidana sebagaimana
pemberatan sepertiga dari pidana dimaksud dalam Pasal 27 sampai
pokok. dengan Pasal 37 dilakukan oleh
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana korporasi dipidana dengan pidana pokok
ditambah dua pertiga.
dimaksud dalam Pasal 30 sampai
dengan Pasal 37 ditujukan terhadap
Komputer dan/atau Sistem Elektronik
serta Informasi Elektronik dan/atau E. Simpulan
Dokumen Elektronik milik Pemerintah
Berdasarkan kajian bab-bab ya ng
dan/atau yang digunakan untuk layanan
sebelumnya dapat diperoleh simpulan
publik dipidana dengan pidana pokok
simpulan berikut ini:
ditambah sepertiga.
1. UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana
Transaksi Elektronik sebagai bagian dari tata
dimaksud dalam Pasal 30 sampai
hukum Indonesia, bersamaan dengan
dengan Pasal 37 ditujukan terhadap
perundang-undangan lainnya.
Komputer dan/atau Sistem Elektronik
Sehubungan dengan teknologi informasi
serta Informasi Elektronik dan/atau
beberapa perundang-undangan dapat
Dokumen Elektronik milik Pemerintah
dipahami sebagai upaya pengaturan teknologi
dan/atau badan strategis termasuk dan
informasi, khususnya sebagai tindak pidana, dalam melakukan kejahatan.
sebagaimana dalam KUHP, UU 4. perumusan sanksi pidana yang diancamkan
Telekomunikasi, UU Hak Cipta/paten. dalam tindak pidana menurut ketentuan
2. Penyesuaian UU No. 11 Tahun 2008 tentang Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
Informasi dan Transaksi Elektronika dengan tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
pengaturan global dan pengkajian tetap sebagaimana jenis-jenis sanksi pidana
perbandingan merupakan tuntutan yang harus yang ditentukan dalam KUHP. Yang
dipenuhi dalam rangka harmoni peraturan diancamkan pada UU ITE, jenisnya adalah
khususnya mengnai cyber crime. tindak pidana penjara dan tindak pidana
3. Perbuatan yang dilarang sebagai tindak pidana denda, tidak dirumuskan ancaman sanksi
dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 pidana tambahan. Jadi sistem pidana yang
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dipakai tidak ada inovasi jenis sanksi pidana
belum dirumuskan secara baik yang yang khas untuk tindak pidana di bidang
ditunjukkan pada Bab tentang Ketentuan informasi dan transaksi elektronik. Perumusan
Pidana (Pasal 45 s.d Pasal 52) yang sanksinya alternatif-kumulatif.
menunjuk lagi pasal-pasal lain. Rumusannya
masih bersifat abstrak dan teknis, yang
kemungkinan berdampak kesulitan F. Saran
pembuktian nantinya, dan baiknya merupakan
pengembangan tindak pidana 1. negara-negara anggota dihimbau untuk
- tindak pidana pada undang-undang lain, meningkatkan kegiatan internasional dalam
khususnya dari KUHP, yang mengaitkan/ penanggulangan cyber crime , serta
mengontekskan dengan perkembangan harmonisasi ketantuan-ketentuan yang
teknologi informasi sebagai alat/instrumen berhubungan dengan kriminalisasi,

68 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi...


pembuktian, dan prosedur (harmonisasi kebijakan penal di berbagai negara).
2. Sehubungan dengan karakteristik cyber world yang menembus batas (borderless) dan berpotensi
melibatkan yurisdiksi negara-negara, maka perlu dipertimbangkan untuk mengadopsi kebijakan
kebijakan untuk perlindungan korban dan menjerat pelaku yang berada diluar jangkauan yurisdisksi
nasional, yakni dapat dengan mengakulturasikan cyber crime ke dalam perjanjian ekstradisi

Daftar Pustaka
Agus Raharjo. Cyber Crime: Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Ahmad M.Ramli. 2006. Cyber Law dan HAKI Dalam Sistem Hukum Indonesia. Bandung: RefikaAditama.
Asril Sitompul. 2001. Hukum Internet (Pengenalan mengenai Masalah Hukum di Cyberspace). Bandung:
Citra Aditya akti.
Bambang Poernomo. 1978. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Barda NawawiArief. 1986. Penetapan Pidana Penjara dalam Perundang-undangan dalam Rangka Usaha
Penenggulangan Kejahatan, (Disertasi). Bandung. Universitas Padjajaran.
…………………….. 1991. Kebijakan Kriminal (Criminal Policy). Bahan Penataran Bandung: Fakultas
Hukum Parahyangan.
----------------------- 1996. Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
---------------------------.2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan.
Bandung: Citra Aditya bhakti.
-----------------------------.,2006. Tindak Pidana Mayantara: Perkembangan Kajian Cyber Crime di Indonesia.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dep.Kominfo. 2007. Menuju Kepastian Hukum di Bidang: Informasi dan Transaksi Elektronik. Jakarta:
Dirjen Aplikasi Telematika.
Hiroshi Ishikawa. Crime Prevention in The Context National Development. dalam Buletin BAHANA No. 1
Th./VI/1984. Jakarta: Lembaga Kriminologi U I, 1984.
Howard & Summer. 1965. Law: Its Naature and Limits, New Jersey. Prectice Hall.
Kunarto, 1991, Gelagat Perkembangan Kejahatan dan Kebijakan Penanggulangannya. Makalah Seminar
KRIMINOLOGI VIII. Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, .
Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1992. Teori-teori dan Kebijkan Hukum Pidana. Bandung: Alumni.
………… dan Barda Nawawi Arief.1992. Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: Alumni. Muladi. 1997.
Hak Asasi Manusia dan Sistem Peradilan Pidana. Semarang: Universitas Diponegoro. Mulya Lubis.
1992. Hukum dan Ekonomi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Munir Fuady. 2004. Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Bandung: Citra Aditya Bakti,. NHT Siahaan.
2002. Pencucian Uang dan Kejahatan Perbankan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Petrus Reinhard Golose. 2006. Perkembangan Cybercrime dan Upaya Penanggulangannya di Indonesia
Oleh Polri. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 4 Nomor 2, Jakarta, Agustus
2006.
Philemon Ginting. 2008. Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Teknologi Informasi Melalui Hukum
Pidana. Tesis Program Magister Ilmu Hukum Semarang: Universitas Diponegoro.
Reda Manthovani. 2006. Problematika dan Solusi Penanganan Kejahatan Cyber di Indonesia. Jakarta:

Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi... 69


Malibu.
Romli Atmasasmita. 1995. Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi. Bandung: Mandar Maju.
RomliAtmasasmita. 1997. Tindak pidana Narkotika Transnasional dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Satjipto Rahardjo. 1977. Pemanfaatan Ilmu-ilmu Sosial bagi Pengembangan Ilmu Hukum. Bandung:
Alumni.
Soedjono Dirdjosisworo. 1994. Kejahatan Bisnis : Orientasi dan Konsepsi. Bandung: Mandar Maju.
Roeslan Saleh. 1988. Dari lembaran Kepustakaan Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika..
Sudarto. 1980. Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia. Simposium Hukum Pidana Nasional Semarang
BPHN dan UNDIP.
………… 1981. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni.
Sudarto. 1990. Hukum Pidana I. Semarang: Yayasan Sudarto.
Susanto. 1990. Statistik Kriminal sebagai Kontruksi Sosial. Disertasi, Semarang
UNDIP. ........... 1995. Kejahatan Korporasi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
diponegoro.

Artikel Jurnal:
Erman Rajagukguk. 1999. Peranan Hukum dalam Pembangunan Pada Era Globalisasi. JURNAL HUKUM
No. 11 Vol. 6. Yogyakarta, Fakultas Hukum UII.
70 Yustisia. Vol.5 No.1 Januari - April 2016 Perkembangan Kejahatan Teknologi...

You might also like