RFC CO PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN GAS KARBON


MONOKSIDA PADA PEDAGANG KAKI LIMA (STUDI KASUS JALAN
SETIABUDI SEMARANG)
Eka Wahyuni, Yusniar Hanani D, Onny Setiani
Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : wahyunieka77@ymail.com

ABSTRACT
Setiabudi Road is a road with CO concentrations that continue to increase every
year. Coupled with the growth of traffic caused the high volume of transportation
available on Setiabudi road and affected the concentration of carbon monoxide
in the ambient air. The concentration of carbon monoxide in Setiabudi road
based on previous research between 15,000 - 21,250 μg/m3. This study aims to
analyze the environmental health risks of carbon monoxide gas exposure to the
street vendors at Setiabudi road, Semarang City. At some point, the
concentration of carbon monoxide gas on Setiabudi Road exceeds the quality
standard arranged by the Governor of Central Java’s Decree Number 8 Year
2001. This research used Cross-Sectional research type with Environmental
Health Risk Assessment method. The sample of this research was the street
vendors and the object samples in this research were the air ambient parameters
of carbon monoxide gas. The measurements of carbon monoxide gas were
performed at 18 points. The result of this study at 18 points is the concentration
of carbon monoxide gas on Setiabudi Road ranges from 2.5 to 12.5 mg/m3 with
an average of 5.63 mg/m3. The average exposure time is 10.2 hours, the
exposure frequency is 327 days, and the exposure duration is 10.85 years. The
conclusion of this study is the analysis of the risk of carbon monoxide exposure in
street vendors in Setiabudi road shows the value of RQ value ≤1 for real-time and
lifetime exposure which means the risk due to carbon monoxide exposure in
realtime and the lifetime still has not shown non carcinogenic health risk.

Key Words : carbon monoxide, street vendors, Setiabudi Road


Environmental Health Risk Assessment

PENDAHULUAN
Udara sebagai salah satu unsur industri dan kendaraan bermotor
yang penting dalam kehidupan (transportasi).2,3
mahkluk hidup untuk mempertahankan Jumlah kendaraan yang sangat
kehidupan. Namun semakin tinggi di Indonesia dapat menghasilkan
meningkatnya pembangunan fisik kota, emisi gas buang yang juga tinggi.
pusat-pusat industri kualitas udara Pembakaran yang tidak sempurna pada
mengalami penurunan dan berpengaruh kendaraan dapat menghasilkan gas
terhadap meningkatnya pencemaran karbon monoksida (CO).4
udara.1 Berdasarkan laporan WHO Kota Semarang salah satu kota
tahun 2004 pada sebuah penelitian besar yang ada di Indonesia dengan
tentang kontribusi pencemaran udara jumlah penduduk 1.621.384 jiwa pada
dan hasilnya bahwa sebesar 98% tahun 2015 yang didata oleh
kontribusi pencemaran CO berasal dari Kemendagri dan menempati peringkat
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

keenam kota terpadat penduduk dari 10 Data dari BLH Kota Semarang
kota inti yang ada di Indonesia.5 didapatkan data kadar CO di Jalan
Pesatnya pertumbuhan penduduk Setiabudi 5 tahun terakhir mengalami
berimbas ke pertumbuhan lalu lintas di peningkatan yang cukup tinggi dari
Kecamatan Banyumanik khususnya tahun 2013 sebesar 411 μg/m3 menjadi
pada ruas Jalan Setiabudi – Jalan 7.589 μg/m3 pada tahun 2017. Data
Perintis Kemerdekaan (simpang ADA jalan lain yang ada di Semarang tidak
Swalayan – simpang Terminal ada yang trennya meningkat.9 Didukung
Banyumanik). penelitian Elaeis (2013) konsentrasi CO
Berdasarkan survey yang telah di Jalan Sukun Raya (kawasan terpadat
dilakukan oleh Rudatin tahun 2014, Jalan Setiabudi) sebesar 10.000 –
VCR ( Volume Capacity Rasio) di Jalan 21.250 μg/m3 dimana melebihi NAB
Setiabudi sebesar 0,73 dimana berdasarkan SK Gubernur Jateng No. 8
dikatakan mengalami kemacetan tahun 2001.10 Berdasarkan hal tersebut,
apabila VCR-nya mendekati 0,75.6 penelitian ini bertujuan untuk
Padatnya lalu lintas di Jalan Setiabudi menganalisis risiko kesehatan
terlihat pada beberapa persimpangan lingkungan akibat pajanan gas karbon
yang ada di sepanjang jalan. Di monoksida pada pedagang kaki lima di
sepanjang Jalan Setiabudi ada Jalan Setiabudi Semarang.
pedagang kaki lima yang berjualan di
pinggir jalan yang beraktivitas mulai dari METODE
pagi sampai bahkan malam hari. Sedikit Penelitian ini merupakan jenis
rumah warga yang posisinya di pinggir penelitian analitik dengan rancangan
Jalan Setiabudi, dan aktivitas warga penelitian cross sectional. Metode yang
biasanya sering terjadi di malam hari digunakan adalah pendekatan Analisis
padahal aktivitas transportasi yang Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).
padat terjadi pada pagi sampai sore Pendekatan ARKL terdiri dari beberapa
hari. langkah analisis risiko yaitu identifikasi
CO merupakan gas yang tidak bahaya, analisis pemajanan, analisis
berwarna, tidak berbau, tidak mengiritasi dosis respon, dan penilaian
tubuh, dan tidak berasa yang ditemukan karakterisasi risiko.
di udara baik dalam ruangan dan luar Tempat penelitian di Jalan Setiabudi
ruangan.7 Gas karbon monoksida (CO) Semarang dan waktu pengambilan data
dapat menyebabkan keracunan yang dan wawancara pada bulan Juli 2018
bersifat kronik, yaitu keracunan yang ketika jam sibuk kendaraan antara pukul
terjadi setelah seseorang terpapar gas 12.00 – 17.00 WIB. Populasi dalam
CO berulang-ulang dengan kadar penelitian adalah seluruh pedagang kaki
rendah dan sedang. Sedangkan lima yang ada di Jalan Setiabudi
dampak akut dari pajanan CO dengan berjumlah 46 orang dengan teknik total
kadar yang tinggi dapat menyebabkan sampling yaitu jumlah sampel sama
kematian. CO yang masuk ke dalam dengan jumlah populasi yang ada.
tubuh manusia dapat mengikat kuat sampel obyek penelitian ini adalah
hemoglobin darah sehingga udara ambien parameter gas karbon
menyebabkan pasokan oksigen ke monoksida dengan 18 titik pengambilan
jaringan tubuh terhambat. Selain itu, sampel. Penentuan titik didasarkan
diketahui pajanan CO dapat pada titik kumpul para pedagang kaki
mempengaruhi kerja jantung, sistem lima berjualan.
syaraf pusat dan semua organ tubuh Variabel bebas dalam penelitian ini
yang peka terhadap kekurangan adalah konsentrasi CO, durasi pajanan,
oksigen (O2).8 frekuensi pajanan, waktu pajanan, dan

88
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

berat badan. Untuk variabel terikatnya sistem imun. Seiring dengan


adalah nilai RQ (karakterisasi risiko), bertambahnya usia fungsi sel T
dikatakan berisiko non karsinogenik atau limfosit akan kehilangan
apabila nilai RQ > 1 dan belum berisiko fungsinya dan kemampuannya
non karsinogeni apabila nilai RQ ≤ 1. dalam melawan penyakit. Maka dari
Sedangangkan untuk variabel itu, responden yang rata-rata usia di
pengganggunya adalah usia, suhu, atas 40 tahun dapat berisiko lebih
kelembaban, kecepatan angin, jenis besar akibat paparan karon
kelamin, riwayat penyakit paru. monoksida dengan kadar yang
tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN b. Jenis kelamin responden di Jalan
1. Gambaran Umum Lokasi Setiabudi sebanyak 26 orang
Penelitian berjenis kelamin lai-laki dan 20
Wilayah kecamatan Banyumanik orang perempuan. Terdapat
merupakan wilayah dengan perbedaan antara laki-laki dan
perkembangan ekonomi baru di Kota perempuan terhadap proses
Semarang. Terdapat 11 kelurahan yang eliminasi karbon monoksida dalam
menyebar di wilayah Kecamatan tubuh. Tasler (2000) dalam Rates of
Banyumanik. Jalan Setiabudi berada di Elimination of Carbon Monoxide in
wilayah Kecamatan Banyumanik. Jalan Males and Females menyatakan
dengan panjang 3,2 km ini banyak bahwa karena adanya perbedaan
terdapat fasilitas dengan skala kadar haemogoblin dan ventilasi
pelayanan kota dan BWK sehingga alveolar pada laki-laki dan
menjadi tujuan sebagian besar perempuan, sehingga perempuan
pergerakan penduduk. Terdapat banyak mempunyai waktu paruh CO lebih
fasilitas umum juga yang tersedia dan di cepat dibandingkan dengan laki-
sepanjang jalannya ada pedagang kaki laki. Maka dari itu, kondisi mayoritas
lima yang berjualan di sepanjang pinggir c. pedagang kaki lima adalah
jalan. perempuan tidak memberikan
2. Karakteristik Responden pengaruh buruk terhadap risiko
a. Usia rata-rata responden di Jalan kesehatan akibat pajanan karbon
Setiabudi adalah 43 tahun dengan monoksida.11
usia responden termuda 22 tahun d. Riwayat penyakit paru responden di
dan usia tertua 63 tahun. Jalan Setiabudi sebanyak 2 orang
Kebutuhan zat tenaga akan terus mempunyai riwayat penyakit paru
meningkat dan menurun pada usia dan sebanyak 44 orang tidak
40 tahun. Aging (penuaan) mempunyai riwayat penyakit paru.
berhubungan dengan sejumlah Seseorang yang mempunyai
perubahan pada fungsi imun tubuh, riwayat gangguan pernapasan
terutama penurunan immunitas dapat semakin lebih parah kondisi
mediated sel. Selain itu, perubahan kesehatannya ketika terpapar gas
besar terjadi pada proses thymic CO.
involution seiring dengan e. Berat badan rata-rata responden di
pertambahan usia. Thymus terletak Jalan Setiabudi adalah 62,85 kg
di atas jantung di belakang tulang dengan berat badan terendah 38,10
dada dimana disitu organ yang kg dan berat badan maksimal 92,77
menjadi tempat sel T matang. Sel T kg. Semakin besar berat badan
berperan penting yaitu sebagai responden maka akan semakin
limfosit untuk membunuh bakteri kecil nilai asupan (intake) gas
dan membantu tipe sel lain dalam karbon monoksida dan hl tersebut

89
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

akan berpengaruh terhadap nilai risk quotient (RQ).


3. Konsentrasi Gas Karbon Monoksida
Tabel 1. Konsentrasi Gas Karbon Monoksida
NAB berdasarkan
Titik Konsentrasi Gas Karbon SK Gubernur Jateng No. 8
Monoksida (mg/m3) Tahun 2001 (15.000 μg/m3)

1 5 Di bawah NAB
2 2,5 Di bawah NAB
3 6,25 Di bawah NAB
4 10 Di bawah NAB
5 10 Di bawah NAB
6 3,75 Di bawah NAB
7 7 Di bawah NAB
8 6,25 Di bawah NAB
9 5 Di bawah NAB
10 5 Di bawah NAB
11 11,25 Di bawah NAB
12 7,5 Di bawah NAB
13 12,5 Di bawah NAB
14 7,5 Di bawah NAB
15 5 Di bawah NAB
16 8,75 Di bawah NAB
17 6,25 Di bawah NAB
18 3,75 Di bawah NAB
Berdasarkan tabel 1 beberapa hal seperti kepadatan
konsentrasi gas karbon monoksida kendararaan dan lalu lintas di
di Jalan Setiabudi dari 18 titik Jalan Setiabudi, karakteristik
pengukuran tidak ada yang meteorologi, lokasinya yang
melebihi NAB yang telah banyak terdapat pohon di
ditentukan. Rata-rata konsentrasi sepanjang pinggir jalan dan sifat
gas karbon monoksida yaitu 5,63 gas CO yang mudah teroksidasi
mg/m3 atau 5.630 μg/m3. membentuk CO2 sehingga semakin
Konsentrasi gas karbon monoksida jauh jarak pemantauan dari sumber
di Jalan Setiabudi dipengaruhi oleh akan semakin kecil kandungan CO
nya.
4. Pola Pajanan
Tabel 2. Pola Pajanan Responden
Pola Pajanan Rata-rata Min Max
Waktu Pajanan (jam) 10,2 6 23
Durasi Pajanan (tahun) 10,85 1 30
Frekuensi Pajanan 327,37 262 365
(hari/tahun)
Pola pajanan diantaranya durasi gas karbon monoksida di Jalan
pajanan, waktu pajanan dan Setiabudi masih di bawah baku
frekuensi pajanan sangat mutu yang telah ditetapkan, akan
berpengaruh terhadap nilai intake tetapi pajanan yang terjadi secara
gas karbon monoksida para terus menerus akan berpengaruh
pedagang. Meskipun konsentrasi terhadap jumlah asupan gas

90
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

karbon monoksida yang terhirup lurus. Sehingga, semakin lama


ke dalam tubuh pedagang. pola pajanan responden maka
Sesuai dengan rumus akan semakin tinggi jumlah intake
intake/asupan bahwa hubungan nya dan akan semakin berisiko
antara pola pajanan dengan nilai juga terhadap kondisi kesehatan
intake/asupan yaitu berbanding para pedagang.
5. Karakteristik Meteorologi
Tabel 3. Faktor Meteorologi
Faktor Meteorologi Rata-rata Min Max
Suhu (0C) 35,04 31,20 37,10
Kelembaban (%RH) 57,3 51,9 63,5
Kecepatan Angin (m/s) 0,9 0,5 2

Suhu udara yang tinggi dapat angin yang kencang akan


mengakibatkan udara semakin membawa polutan terbang
renggang dan konsentrasi kemana-mana karena kecepatan
pencemar akan menjadi semakin angin mempengaruhi distribusi
rendah. Menurut penelitian pencemar, konsentrasi pencemar
Arifiyanti (2012) menyebutkan akan berkurang jika kecepatan
hubungan antara konsentrasi gas angin tinggi. Penelitian yang
karbon monoksida dengan suhu dilakukan oleh Santoso (2014)
udara menunjukkan hubungan menunjukkan bahwa korelasi
yang linear negatif.12 Hal tersebut antara konsentrasi gas karbon
memberikan penjelasan antara monoksida dengan kecepatan
konsentrasi gas karbon angin adalah linier negatif, artinya
monoksida dan suhu udara semakin kencang kecepatan
memiliki nilai berbanding terbalik. angin maka akan semakin rendah
Semakin tinggi suhu udara maka konsentrasi gas karbon
konsentrasi gas karbon monoksida di udara.13
monoksida di udara akan 6. Karakterisasi Risiko
semakin rendah. Sehingga suhu Karakterisasi risiko dihitung
udara di lokasi penelitian dari nilai intake/asupan gas karbon
berpengaruh terhadap monoksida dengan rumus :
konsentrasi gas karbon
monoksida. =
Faktor kelembaban Kemudian setelah mendapatkan
menunjukkan hubungan positif nilainya, nilai asupan tersebut
lemah terhadap konsentrasi gas dibagi dengan nilai RfC yaitu
karbon monoksida. Sejalan sebesar 6,57 yang didapatkan dari
dengan penelitian yang dilakukan perhitungan konversi nilai default
oleh Faradina (2012), semakin yaitu sebesar 23 mg/m3.
semakin tinggi kelembaban udara Rumusnya sebagai berikut :
maka akan semakin tinggi juga
konsentrasi gas karbon =
monoksida di udara.12 Dan didapatkan hasil bahwa
Kecepatan angin juga dapat nilai RQ untuk 46 responden
menjadi salah satu faktor pedagang kaki lima di Jalan
penyebab tinggi rendahnya Setiabudi Kota Semarang semua
konsentrasi gas karbon kurang dari 1 (RQ≤ 1) artinya
monoksida di udara. Kecepatan belum berisiko kesehatan non

91
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

karsinogenik atau masih dalam Perlu adanya penelitian lebih


kategori aman baik itu realtime lanjut tentang analisis risiko
maupun lifetime. paparan CO tiap individu dengan
mempertimbangkan faktor-faktor
KESIMPULAN DAN SARAN fisiologis responden.
1. Kesimpulan 3) Bagi Pedagang
1) Pedagang kaki lima di Jalan Bagi pedagang yang berdagang
Setiabudi mempunyai rata-rata >12 jam sehari sangat dianjurkan
usia 43 tahun dengan jumlah untuk istirahat 8 jam sehari untuk
pedagang laki-laki sebanyak memulihkan stamina tubuh serta
26 orang dan perempuan mengurangi frekuensi pajanan
sebanyak 20 orang, sejumlah akibat gas karbon monoksida
2 orang mempunyai riwayat karena idealnya jam waktu bekerja
penyakit paru dan 44 orang dalam seminggu yaitu 39 jam.
tidak mempunyai riwayat
penyakit paru. DAFTAR PUSTAKA
2) Konsentrasi gas karbon 1. Soedomo. Pencemaran Udara.
monoksida dari 18 titik Bandung; ITB Press. 2001. p.
pengukuran tidak ada yang 2007–9.
melebihi NAB dalam SK 2. Menteri Kesehatan.
Gubernur Jateng No. 8 tahun Persyaratan Kesehatan
2001 dengan rata-rata 5,625 Lingkungan Kerja Perkantoran
mg/m3. Dan Industri. Jurnal Chemical
3) Rata-rata intake realtime Information Model.
sebesar 0,242 mg/kg/hari dan 2013;53(9):1689–99.
rata-rata intake lifetime yaitu 3. Rangga B. Analisis Dispersi
0,684 mg/kg/hari. Gas Karbon Monoksida (CO).
4) Rata-rata nilai karakterisasi Jurnal Mahasiswa Teknik
risiko (RQ) adalah 0,037 Lingkungan. 2008;1, No. 1:1–
(realtime) da 0,104 (lifetime) 11.
menunjukkan bahwa bahwa 4. Badan Pusat Statistik. Jumlah
nilai karakterisasi risiko (RQ) Kendaraan Bermotor di
dari 46 responden pedagang Indonesia. Jakarta; 2016.
kaki lima di Jalan Setiabudi 5. Daftar Kota Di Indonesia
baik realtime ataupun lifetime Menurut Jumlah Penduduk
yaitu RQ≤ 1 artinya masih [Internet]. 2015 [cited 2018 Apr
dalam kategori belum berisiko 23]. p. 1–2. Available from:
kesehatan non karsinogenik. https://id.wikipedia.org
2. Saran 6. Ruktiningsih R. Analisis Kinerja
1) Bagi Instansi Pelayanan Ruas Jalan Kota
Perlu adanya pengendalian Semarang Akibat Perubahan
kualitas udara seperti perbanyak Harga BBM Bersubsidi. Unika
penanaman pohon di sepanjang Soegijapranata. Repository
jalan, memperbanyak transportasi Unika : 2014;
umum dan mengurangi 7. Wilbur S, Williams M, Williams
kepemilikan transportasi pribadi R, Scinicariello F, Klotzbach
sehingga udara dapat terjaga JM, Diamond GL. Toxicological
kualitasnya. Profile for Carbon Monoxide.
2) Bagi Peneliti US Agency Toxic Subst Dis
Regist. 2012;(June):1–347.

92
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

8. Kusuma Y. Pengaruh Bahan


Bakar Pada Aktivitas
Transportasi Terhadap
Pencemaran Udara. Sigma-
Mu. 2013;5(1):88–101.
9. Badan Lingkungan Hidup.
Konsentrasi CO di Udara
Ambient. Semarang; 2017.
10. Noviani RE, Tobing KRL, A IT,
Istirokhatun T. Pengaruh
Jumlah Kendaraan dan Faktor
Meteorologis (Suhu ,
Kecepatan Angin) Terhadap
Peningkatan Konsentrasi Gas
Pencemar CO , NO ₂ , dan SO
₂ Pada Persimpangan Jalan
Kota Semarang (Studi Kasus
Jalan Karangrejo Raya , Sukun
Raya , Dan Ngesrep Timur V).
Teknik Lingkungan. 2013;3,
No. 1:1–5.
11. Zavorsky GS, Tesler J, Rucker
J, Fedorko L, Duffin J, Fisher
JA. Rates of Carbon Monoxide
Elimination In Males And
Females. Physiological Report.
2014;2(12):1–10.
12. Arifiyanti F, Handayani DS.
Skripsi Pengaruh Kelembaban,
Suhu, Arah dan Kecepatan
Angin terhadap Konsentrasi
Karbon Monoksida (CO)
dengan Membandingkan Dua
Volume Sumber Pencemar di
Area Pabrik dan di
Persimpangan Jalan.
Universitas Diponegoro; 2012.
13. Santoso DH. Distribusi Spasial
Karbon Monoksida Ambien di
Lingkungan Kampus
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Jurnal Sains dan
Teknologi Lingkungan.
2014;6:126–37.

93

You might also like