Professional Documents
Culture Documents
1 50317 1 10 20161222 PDF
1 50317 1 10 20161222 PDF
124
Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN: 2338-8811
Vol. 4 No 2, 2016
Koperasi Angkatan Darat (PUSKOPAD). Setelah
20 tahun berlalu, tepatnya hari reformasi yaitu
tahun 1998, PUSKOPAD tidak boleh lagi
mengawasi pedagang asongan. Adanya kebijakan
yang baru tersebut, PUSKOPAD mengembalikan
hak mengurus pedagang asongan ke PEMDA
Kuta. Tidak lama kemudian, PEMDA Kuta
melepas hak mengurusnya kepada Desa Adat
Kuta. Saat dibawah pimpinan Desa Adat Kuta,
identitas pedagang asongan berubah yang
tadinya persorangan menjadi sebuah komunitas.
Nama komunitasnya adalah “Kaula Jaga Wisata
Pantai Kuta”. Profesi mereka bermacam-macam,
mulai dari pedagang minuman dan makanan
kecil, penjual accessories, penjual senjata hiasan
dinding, jasa surfing, massage, kepang rambut,
dan kutek.
Berdasarkan hasil observasi, jenis bahasa
yang digunakan pedagang asongan termasuk ke
jenis bahasa pidgin, karena bahasa yg digunakan
tidak memiliki kriteria “native speaker”
(pembicara asli), dimana terdapat pernyataan
Native Speaker menurut Bloomfield (1933) dalam
buku Language yaitu:
“The first language a human being learns
to speak is his native language; he is a native
speaker of this language”
Dilihat dari pernyataan Bloomfield,
pedagang asongan di Pantai Kuta adalah orang
dari Indonesia, lebih spesifiknya adalah dari
berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Contohnya adalah seperti Bu Mandi, Bu Lulu, dan
Bu Watis adalah orang Bali, Pak Jega adalah
orang Sumatra, dan Pak Ahmad adalah orang
Jawa. Tentunya para pedagang ini sejak lahir
diajarkan oleh orang tuanya berbahasa daerah
masing-masing atau bahasa Indonesia, bukan
bahasa yang sekarang mereka gunakan untuk
berinteraksi dengan wisatawan mancanegara.
Jika bahasa pidgin ditinjau dengan teori
interaksi simbolik, artinya terdapat aksi,
interaksi, dan interdependensi dalam konteks
tersebut (Pitana : 2005), berikut tabelnya:
125
Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN: 2338-8811
Vol. 4 No 2, 2016
No. Aksi Interaksi Interdependensi
1. a. Helo, yu wana masas ? Jas, a. Interaksi antara a. Yes, please.
wan tosen paip hanrid pedagang asongan b. Iie, arrigatou gozaimasu,
madam. Jasa Massage (Pijat)
dengan wisatawan tetapi Bu Mandi tidak putus asa
b. Koniciwa, masaji des-masaji mancanegara Inggris. menawarkan jasanya, ia berkata
des ? atatakai jane des berulang dengan
b. Interaksi antara wisatawan mancanegara
Sambil memperagakan pedagang asongan tersebut, merasa terusik dengan
tangan memijat punggung. Jasa Massage (Pijat) cara Bu Mandi dalam
(gerak gerik pedagang dengan wisatawan menawarkan jasanya, wisatawan
asongan) mancanegara Jepang. tersebut marah lalu
meninggalkannya.
2. Did yu wana serfing bro ?. Interaksi antara pedagang Yes, I want, how much ? (wisatawan
Sambil memperagakan tangan asongan pelatihan Surfing Inggris).
berenang (gerak gerik pedagang dengan wisatawan inggris.
asongan) Kemudian wisatawan Inggris tersebut,
langsung berganti pakaian, dan
Itis cip, jas pour handrid rupiah sir bermain surfing.
(Rp. 400.000, sambil (Wisatawan Inggris tersebut langsung
memperagakan dengan jari mau dikarenakan sudah langganan)
tangan) en i wil tic yu tu du it.
3. Yu wana bloupaip ser ? Interaksi antara pedagang Awalnya wisatawan bingung dengan
asongan senjata hiasan yang dikatakan Pak Ahmad, kemudian
Jas 30$ US ser, dis bloupaip perais is dengan wisatawan Pak Ahmad mengeluarkan tulup nya
mani mani diperen wit ader sir mancanegara Australia. dari tas, dan wisatawan mancanegara
(sambil menunjuk ke arah toko pun mengerti dan menanyakan
cendramata). harganya.
Ow, a blowpipe, I like this design, how
much it’s ? (wisatawan Australia).
4. Gud morning madam, yu wana Interaksi antara pedagang Jika wisatawan tidak paham dengan
pedikur menikur or maibi yu wana asongan jasa kepang rambut maksud Bu Lulu, ia langsung
beraiding yor heir ? dan menicure pedicure menunjukan koleksi album kutek dan
(kutek) dengan wisatawan kepang rambutnya.
Ip yu wana, ip yu laik, kam tu mi mancanegara Australia.
Lulu. I want it, but not now, because I wanna
to look around first (wisatawan
Australia).
Selanjutnya Bu Lulu akan menunggu
wisatawan tersebut, setelah 30 menit,
Bu Lulu akan mencari dan menanyakan
kembali kepada wisatawan tersebut.
5. Helo sir / madam, bai dis berakelet Interaksi antara pedagang Wow, this bracelet design is unique, how
/ nekeles. asongan Accessories dengan much it’s ? (wisatawan Australia),
(sambil melihatkan barang wisatawan Australia.
dagangannya). Hhhmmm, okay I will get this one
(wisatawan Australia),
Itis cip, jas tuenti tosen rupiah (Rp.
20.000).
Tengkiu sir / madam gud luking por
yor hen or put, yu ar biutipul /
hansem.
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan (2015) Dengan demikian, di dalam proses
interaksi antara pedagang asongan dengan
Bahasa pidgin terbukti sampai saat ini wisatawan mancanegara terdapat noise
masih digunakan oleh pedagang asongan di (ketidak saling pahaman saat berkomunikasi,
Pantai Kuta untuk berinteraksi, dikarenakan DeVito : 1997), sehingga agar kedua pihak
wisatawan mancanegara masih paham dengan saling memahami, mereka lebih menggunakan
apa yang dimaksud, walaupun pada prosesnya cara non-verbal atau dengan gerak gerik
terdapat sedikit praktek pemaksaan dari si tubuhnya.
pedagang.
126
Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN: 2338-8811
Vol. 4 No 2, 2016
V. SIMPULAN DAN SARAN Diharapkan dengan adanya dukungan dari
Jadi jenis bahasa yang digunakan oleh pemerintah, dapat menyediakan suatu pelatihan
pedagang asongan di Pantai Kuta pada saat secara berkala. Hal ini akan menunjang proses
berinteraksi dengan wisatawan asing adalah interaksi antara pedagang asongan saat menjual
bahasa pidgin. Hal ini disebabkan para pedagang dagangannya kepada wisatawan mancanegara.
tidak memiliki kriteria dari seorang “native Peran pemerintah pun sangat penting di dalam
speaker” bahasa pidgin (asing). “Native speaker” menyediakan tempat pelatihan serta tenaga ahli
adalah seorang pembicara asli dari bahasa sebagai instruktur perdagangan, Untuk
tertentu, dimana bahasa tersebut mengarah menghemat biaya, pelatihnya dapat diambil dari
kepada bahasa awal yang dimiliki oleh anggota SATGAS itu sendiri atau mencari
pembicara tersebut. Pedagang asongan berasal sukarelawan dari tempat lain (mahasiswa).
dari berbagai daerah di Indonesia seperti,
Sumatra, Jawa, serta Bali, dan tentunya sejak DAFTAR PUSTAKA
lahir diajarkan oleh orang tuanya berbahasa Andayani, N. L. Henny dan N. Nym Yulianthini. 2012.
Pengembangan Selancar (Surfing) di Kawasan
daerah masing-masing atau bahasa Indonesia, Wisata Pantai Kuta, Kabupaten Badung Melalui
bukan bahasa yang sekarang mereka gunakan Pemberdayaan Masyarakat (Community Based
untuk berinteraksi dengan wisatawan Development). Singaraja : Jurusan D3 Perhotelan,
mancanegara. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Pendidikan.
Penggunaan bahasa pidgin hingga saat ini Anonim. Keputusan Menteri Republik Indonesia No.
masih digunakan karena wisatawan 597/KMK.04/2001.
mancanegara mengerti dengan apa yang Anonim. Undang – Undang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun
dimaksud oleh pedagang asongan tersebut, 2009.
tentunya dengan bantuan gerak gerik tubuh Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta:
pedagang asongan (non-verbal). Namun PT. RINEKA CIPTA.
beberapa proses interaksi pedagang asongan Beratha, N.L. Sutjiati. 1999. Variasi Bahasa Inggris pada
membuat wisatawan mancanegara merasa Kawasan Pariwisata di Bali. Bali : Program Studi
terusik, dikarenakan adanya aspek pemaksaan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas
Udayana.
dalam menawarkan dagangannya. Oleh karena Bloomfield, L. 1933. Language. New York: Holt Rinehart
itu, gerak gerik pedagang asongan juga Winston.
mendukung penggunaan bahasa pidgin yang Brown, S. & Attardo, S. 2000. Understanding Language
memiliki keterbatasan makna. Structure, Interaction, and Variation. An
Untuk pedagang, disarankan mengikuti Introduction to Applied Linguistics and
Sociolinguistics for Nonspecialists. Michigan: The
pelatihan khusus untuk meningkatkan kualitas University of Michigan Press.
dan kemampuan berdagang dalam berinteraksi Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik:
dengan wisatawan mancanegara. Pelatihan ini Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
dilakukan dengan tujuan meningkatkan DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta :
Professional Books.
kemampuan berdagang mereka, tanpa Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi.
mengubah jenis bahasa yang digunakan. Bandung: Mandar Maju.
Pelatihan menekankan pada sistem Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
perdagangan dan tata krama dalam berinteraksi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hal tersebut akan mendukung penggunaan Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi
Pariwisata, Kajian Sosiologis terhadap Struktur,
bahasa pidgin, tanpa harus mengubah ataupun Sistem, dan Dampak-Dampak Pariwisata.
menghilangkan fenomena bahasa yang unik Yogyakarta: ANDI.
tersebut. Di sisi lain, pelatihan ini juga akan Soekadijo, R. G. 1996. Anatomi pariwisata: memahami
menurunkan praktek pemaksaan yang pariwisata sebagai "systemic linkage. Gramedia
Pustaka Utama.
dilakukan oleh pedagang asongan dalam Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
menawarkan dagangannya, dikarenakan hal dan R&D (Research and Development). Bandung:
tersebut mengganggu kenyamanan wisatawan Alfabeta.
saat berkunjung ke Pantai Kuta. Wibowo, Wahyu. 2001. Menajemen bahasa:
Di sisi lainnya, Desa Adat Kuta disarankan pengorganisasian karangan pragmatik dalam
Bahasa Indonesia untuk mahasiswa dan praktis
untuk mendukung pelaksanaan perdagangan bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
yang dilakukan oleh pedagang asongan tersebut.
127