Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU BIOLOGI

DALAM MEMAHAMI DAN MERANCANG MODEL PEMBELAJARAN KONSERVASI


BIODIVERSITAS DI SMA

Suroso Mukti Leksono1,2, Nuryani Rustaman1, dan Sri Redjeki1


1
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
2
FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
email: sumule56@yahoo.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penguasaan konsep konservasi biodiversitas
guru biologi dan cara mengajarkannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
menggunakan angket pada 31 guru SMA/MA di Kota/Kab Serang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 52% guru telah memahami konsep biodiversitas, namun hanya 3% yang memahami konsep
konservasi. Model yang digunakan guru dalam mengajarkan konservasi biodiversitas, 58% meng-
gunakan observasi, 45% diskusi, 23% ceramah dan 16% tanya jawab. Untuk tingkat kesukaran, 87%
guru beranggapan mudah memahami materi konservasi biodiversitas dan 81% beranggapan mudah
mengajarkannya dibandingkan dengan materi IPA lainnya. Guru-guru selama ini hanya 6% saja yang
memperoleh pengetahuan tentang konservasi biodiversitas pada saat pelatihan. Oleh sebab itu
diperlukan pelatihan-pelatihan melalui Continuing Professional Development (CPD).

Kata Kunci: guru profesional, konservasi biodiversitas, continuing professional development


(CPD)

BIOLOGY TEACHERS’ PROFESSIONAL ABILITY IN UNDERSTANDING


AND DESIGNING INSTRUCTION ON BIODIVERSITY CONSERVATION IN SMA

Abstract: The purpose of this study was to gain the knowledge about biology teachers’ concept
mastery on biodiversity conservation as well as how to teach it. This study used descriptive methods
with the questionnaires to 31 respondents of SMA/MA in Kota/KabSerang. The research result
showed that 52% respondents had mastered the biodiversity concept. However, only 3% of
respondents had fully mastered biodiversity conservation. In addition, for the teaching methods 58%
respondents used observation, 45% respondents used discussion, 23% respondents used lecturing and
16% respondents used an interactive method. Moreover, for the difficulty level, 87% of respondents
argued that it was easy to master the biodiversity conservation materials and 81% said that it was
easier to teach the concept than other concepts. Only 6% of the teachers had gained the knowledge
about biodiversity conservation when they had the training. Thus, the training is urgently needed to
train the teachers in order to guarantee the Continuing Professional Development (CPD).

Keywords : teacher professional, biodiversity conservation, continuing professional development


(CPD)

PENDAHULUAN pantai, mangrove, padang lamun, terumbu


karang hingga perairan laut dalam. Dalam hal
Indonesia merupakan salah satu negara
kekayaan spesies di Indonesia terdapat sekitar
megabiodiversitas karena memunyai kekayaan
12% (515 spesies, 39 endemik) dari total spe-
keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia.
sies mamalia, 7,3% (511 spesies, 150 endemik)
Walaupun luasnya hanya 1,3% dari luas total
dari total spesies reptil di dunia, sekitar 17%
daratan dunia, Indonesia memiliki sedikitnya 90
(1531 spesies, 397 endemik) dari total spesies
tipe ekosistem, mulai dari padang salju di pun-
burung di dunia, 270 spesies amfibi (100 ende-
cak Jaya Wijaya, sub alpin, pegunungan hingga
mik), dan 2.827 spesies binatang tidak ber-
hutan dataran rendah, hutan pantai, padang
tulang belakang, selain ikan air tawar (Indrawan
rumput, savana, lahan basah, muara dan pesisir

408
409

dkk, 2007:456). Namun, sebagian besar masya- pendidik dan pengajar. Berdasarkan latar be-
rakat Indonesia tidak menyadarinya. Salah satu lakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah
contoh nyata adalah buku-buku pelajaran di se- ingin mengetahui kemampuan profesional guru
kolah sering kali menggunakan contoh-contoh biologi dalam memahami dan merancang model
hewan dari mancanegara, seperti burung unta, pembelajaran konservasi biodiversitas di SMA
beruang kutub, dan jerapah. Hanya sebagian di Kabupaten/Kota Serang, Provinsi Banten.
kecil saja yang menggunakan contoh-contoh
makhluk hidup dari lingkungan di sekitarnya. METODE
Hal ini diduga menjadi salah satu penyebab Penelitian ini menggunakan metode des-
tidak pedulinya masyarakat akan pentingnya kripstif, yaitu ingin mengambarkan kemampuan
manfaat keanekaragaman hayati di sekitarnya. profesional guru biologi dalam memahami kon-
Pembelajaran konservasi biodiversitas sep konservasi biodiversitas dan kemampuan-
pada saat ini di Indonesia telah tercantum dalam nya dalam merancang pembelajaran konservasi
kurikulum SMA/MA. Pada Kurikulum yang biodiversitas untuk SMA. Penelitian ini dilak-
saat ini berlaku, yaitu Kurikulum Tingkat Satu- sanakan pada Bulan Februari 2012 sampai
an Pendidikan (KTSP) untuk jenjang SMA/ dengan Mei 2012. Pengambilan data meng-
MA, pembelajaran biodiversitas dan konser- gunakan teknik sampling dengan menyebarkan
vasinya tercantum pada Standar Kompetensi angket pada responden yang dipilih secara acak
nomor 3, yaitu memahami manfaat keaneka- pada guru biologi di SMA/MA di Kota/Kabu-
ragaman hayati, dengan Kompetensi Dasar 3.1. paten Serang. Responden dalam penelitian ini
mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, sebanyak 31 guru SMA/MA yang berasal dari
jenis, dan ekosistem melalui kegiatan peng- 24 sekolah yang mengajar di kelas 1 SMA di
amatan; dan 3.2. mengomunikasikan keaneka- Kota/Kabupaten Serang, dengan asumsi bahwa
ragaman hayati Indonesia dan usaha pelestarian konsep konservasi biodiversitas pada kurikulum
serta pemanfaatan sumber daya alam. Untuk KTSP diajarkan pada kelas 1 semester 2. Seko-
dapat mencapai kompetensi standar tersebut lah yang menjadi sampel penelitian adalah 3
diperlukan guru-guru yang profesional dalam MA Swasta, 2 MA Negeri, 7 SMA Swasta dan
membelajarkan konservasi biodiversitas sehing- 12 SMA Negeri di Kota/Kabupaten Serang,
ga pada akhirnya kesadaran tentang konservasi Banten.
di Indonesia akan terwujud. Instrumen yang digunakan untuk menge-
Guru yang profesional menurut Undang- tahui kemampuan profesional guru biologi da-
undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan lam memahami konsep konservasi biodiversitas
dosen adalah guru yang mempunyai empat adalah angket terbuka dan tertutup. Angket ter-
kompetensi dasar, yaitu kompetensi profesio- buka berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pe-
nal, kompetensi pedagogi, kompetensi sosial mahaman konsep konservasi biodiversitas, cara
dan kompetensi kepribadian. Kompetensi profe- mengajarkannya dan pengembangan pembela-
sional merupakan kompetensi yang berkaitan jaran konservasi biodiversitas di SMA. Angket
dengan kemampuan guru dalam menguasai tertutup bertujuan untuk mengetahui sumber
materi yang berkaitan bidangnya, dalam hal ini informasi guru dalam mendapatkan konsep
adalah konsep konservasi biodiversitas. Kom- konservasi biodiversitas, dan seberapa sukar
petensi pedagogi menekankan penguasaan kom- memahami serta mengajarkan materi tersebut.
petensi dalam cara mengajar (how to teach). Selain itu, angket tertutup juga berisi tentang
Dalam hal ini kemampuan mengajarkan kon- pengembangan profesional guru dalam menda-
servasi biodiversitas sesuai dengan kompetensi patkan pelatihan tentang filosofi, teknik menga-
dasar yang diharapkan dalam kurikulum. Kom- jar, asesmen dan permasalahan global serta
petensi sosial berkaitan dengan kompetensi lokal yang terkait dengan konservasi biodiver-
guru dalam kehidupan sosial. Kemampuan sitas. Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembela-
kepribadian juga penting karena guru sebagai jaran (RPP) yang dibuat guru dalam mengajar-

Cakrawala Pendidikan, November 2013, Th. XXXII, No. 3


410

kan konsep konservasi biodiversitas adalah un- ada (0%) yang menyamakan dengan keaneka-
tuk mengetahui kemampuan guru biologi dalam ragaman genetik. Mereka juga sebagian kecil
merencanakan model pembelajaran konservasi (7,69%) menyamakan biodiversitas dengan
biodiversitas. kombinasi keanekaragaman spesies dan ekosis-
tem, namun tidak ada (0%) yang menyamakan
HASIL DAN PEMBAHASAN konsep biodiversitas dengan kombinasi genetik-
Pemahaman Guru Biologi Tentang Konsep spesies maupun genetik-ekosistem. Hal ini da-
Konservasi Biodiversitas pat ditarik kesimpulan bahwa konsep biodiver-
Biodiversitas atau yang dikenal dengan sitas dipahami sebagian guru sebagai keaneka-
keanekaragaman hayati adalah kekayaan hidup ragaman sepesies saja, yang seharusnya menca-
di bumi, jutaan tumbuhan, hewan dan mikroor- kup tiga tingkatan, yaitu genetik, spesies dan
ganisme, genetik yang dikandungnya dan eko- ekosistem. Temuan ini juga sejalan dengan pe-
sistem yang dibangun menjadi lingkungan hi- nelitian Lude (2010:23) di University of Kassel
dup. Keanekaragaman hayati dapat dilihat dari di German, yang menyatakan bahwa 64% calon
tiga tingkatan, yaitu tingkat genetik, spesies, guru di German hanya memahami sebagian
dan ekosistem (Maclaurin dan Sterelny, konsep biodiveritas dan 80% nya menyatakan
2008:2). Keanekaragaman genetik berhubungan bahwa biodiversitas indentik dengan keaneka-
dengan variasi genetik dalam satu spesies, baik ragaman jenis.
di antara populasi-populasi yang terpisah secara Pemahaman biodiversitas yang belum
geografis maupun di antara individu-individu holistik ini salah satu penyebabnya adalah sis-
dalam satu populasi. Keanekaragaman spesies tem pembelajaran konservasi biodiversitas di
berhubungan dengan semua spesies di bumi, Indonesia yang belum sesuai. Hagenbuch dkk
mulai dari kingdom eubacteria, archabacteria, (2009) mengemukakan bahwa untuk mening-
protista, fungi, tumbuhan sampai kingdom he- katkan pemahaman konservasi biodiversitas,
wan. Keanekaragaman ekosistem berhubungan sistem pembelajaran dan evaluasinya mencakup
dengan komunitas biologi yang berbeda-beda multi-component yang meliputi konsep, sikap
serta asosiasinya dengan lingkungan fisik. dan proses. Leksono dan Rustaman (2012)
(Campbell dkk, 2008:1246). mengemukakan bahwa pembelajaran konserva-
Pemahaman guru biologi di Kabupaten/ si biodiversitas di Indonesia masih menekankan
Kota Serang terhadap konsep biodiversitas da- pada penguasaan konsep saja belum mencakup
pat dilihat pada Gambar 1. Terlihat bahwa Guru ketiga komponen tersebut.
Biologi di Kabupaten/Kota Serang, 52% telah Pemahaman guru biologi tentang makna
memahami konsep biodiversitas secara holistik. konservasi dapat dilihat pada Gambar 2. Ber-
Artinya bahwa mereka telah memahami biodi- dasarkan Gambar 2, terlihat bahwa hanya seba-
versitas dari tingkat genetik, spesies dan ekosis- gian kecil (3%) guru biologi di Kab./Kota Se-
tem. Pada Gambar 1 juga terlihat bahwa, 42% rang yang memahami makna konservasi secara
guru biologi di Kabupaten/Kota serang belum holistik. Makna konservasi secara holistik me-
memahami konsep biodiversitas secara holistik nurut Western & Pearl (1989:31) mencakup
atau memahami sebagian saja, dan bahkan 6% tiga prinsip, yaitu pendekatan save, study dan
guru tidak memahami konsep biodiversitas. use atau perlindungan, peneilitan dan pemanfa-
Guru yang pemahaman konsep biodiver- atan. Menurut Supriatna (2004) tiga prinsip ter-
sitasnya tidak holistik, sebagian besar (84,62%) sebut bersifat holistik, yaitu pendekatan menye-
menyamakan konsep biodiversitas sama dengan luruh yang diharapkan dapat melindungi spesies
keanekaragaman spesies, 7,69% menyamakan dengan tidak meninggalkan aspek manfaat.
dengan keanekaragaman ekosistem, dan tidak

Kemampuan Profesional Guru Biologi dalam Pemahaman dan Perancangan Model Pembelajaran Konservasi Biodiversitas di SMA
411

Pada Gambar 1 juga terlihat bahwa, 42% guru biologi di Kab./Kota serang memahami konsep
biodiversitas tidak secara holistik, yang artinya dari 42% tersebut, 84,62% guru biologi tersebut
memahami konsep biodiversitas.

Gambar 1. Pemahaman Guru tentang Biodiversitas di Kabupaten/Kota Serang

Gambar 2. Pemahaman Guru tentang Konsep Konservasi di KabupatenKota Serang

Gambar 2 juga menunjukkan bahwa guru an dan penelitian-perlindungan. Data tersebut


di Kab./Kota Serang Banten sebagian besar dapat disimpulkan bahwa guru biologi di Kab./
(94%) belum memahami makna konservasi Kota Serang sebagian besar masih miskonsepsi
secara holistik dan bahkan ada 3% yang tidak tentang makna konservasi. Mereka memaknai
memahami sama sekali makna konservasi. konservasi dengan perlindungan saja, yang se-
Guru yang belum memahami makna konservasi harusnya mencakup tiga hal yaitu perlindungan,
secara holistik tersebut sebagian besar (76%) penelitian dan pemanfaatan. Hal inilah yang
memaknai konsep konservasi sama dengan menyebabkan konservasi masih gagal. Oleh
perlindungan saja, 3% memaknai sama dengan sebab itu, Rifai (2004) menyarankan perlunya
pemanfaatan saja dan tidak ada (0%) yang mengubah mind set pendekatan dalam upaya
memaknainya sama dengan penelitian. Sebagi- konservasi dengan mengedepankan pemanfaat-
an kecil (21%) memaknai konservasi sama an secara lestari.
dengan kombinasi antara perlindungan–pe- Rendahnya pemahaman konsep biodiver-
manfaatan dan tidak ada (0%) yang memaknai sitas dan konservasinya tidak hanya terjadi di
konservasi sama dengan penelitian-pemanfaat- Indonesia. Summers dkk (2005) menemukan

Cakrawala Pendidikan, November 2013, Th. XXXII, No. 3


412

miskonsepsi dan tidak lengkapnya pemahaman saja yang diperoleh pada saat mereka mengikuti
guru-guru sekolah dasar (SD) dan sekolah me- pelatihan. Selebihnya mereka berusaha sendiri
nengah pertama (SMP) tentang biodiversitas untuk mengupdate isu-isu konservasi biodiver-
dan konservasinya terkait dengan empat isu sitas melalui melalui media on-line (internet)
lingkungan (biodiversity, carbon cycle, ozone 42%, media elektronik 23% dan media cetak
dan global warming) di Inggris. Dikmenli 23%. Isu-isu konservasi biodiversitas yang te-
(2010) menemukan masih dangkal dan terbatas- rus berkembang pesat pada saat ini perlu di-
nya kerangka konseptual mahasiswa calon guru bekalkan kepada guru-guru. Oleh sebab itu, di-
biologi tentang biodiversitas di Turki. Peneli- perlukan pelatihan-pelatitan melaui Continuing
tian ini memberikan dasar empiris untuk mem- Professional Development (CPD) sehingga pe-
beri saran yang berkaitan dengan content dan mahaman mereka tentang biodiversitas dan
pedagogy tentang pembelajaran biodiversitas konservasi dapat bertambah dan sesuai dengan
dan konservasinya. perkembangan jaman.
Guru seharusnya dituntut untuk selalu Gambar 4 juga menunjukkan bahwa pe-
menjaga profesionalismenya. Guru harus mam- ran teman (6%), keluarga (0%), organisasi ling-
pu menguasai materi dan mampu mengajarkan- kungan (0%) dan kantor pemerintah (0%) sa-
nya dengan benar. Guru-guru Biologi di Kab./ ngat kecil dan bahkan tidak ada dalam membe-
Kota Serang sebagian besar (87%) beranggapan rikan informasi isu-isu konservasi biodiversitas
bahwa materi konservasi biodiversitas mudah kepada guru. Hal ini serupa dengan hasil pene-
dipahami dibandingkan dengan materi IPA litian Lindemann-Matthies dkk (2011) yang
lainnya (Gambar 3). Padahal jika dilihat dari mendapatkan hasil bahwa keluarga, teman dan
pemahaman mereka tentang konservasi dan organisasi lingkungan kurang dari 10% menjadi
biodiversitas, sebagian besar masih belum sumber informasi terkait dengan konservasi
memahaminya secara holistik. biodiversitas bagi calon guru di empat negara
Kelemahan guru dalam menguasai kon- eropa yaitu Jerman, Inggris, Cyprus dan Swe-
sep konservasi biodiversitas secara holistik dan dia. Sumber informasi yang utama dalam meng-
up to date adalah jarangnya mereka ikut pela- update isu-isu konservasi biodiversitas bagi ca-
tihan yang berhubungan dengan konservasi bio- lon guru di empat negara eropa tersebut diper-
diversitas. Gambar 4 menunjukkan bahwa bekal oleh pada saat perkuliahan. Hal ini dapat terjadi
guru dalam menguasai konsep konservasi bio- karena memang anggota masyarakat sebagian
diversitas diperoleh sebagian besar (81%) pada besar tidak peduli dengan konservasi biodiver-
saat di sekolah menengah dan 58% pada saat sitas. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
kuliah. Hal ini dapat diartikan bahwa selama Fischer dan Young (2007) bahwa pemahaman
menjadi guru hampir sebagian besar mereka masyarakat tentang konservasi biodiversitas
tidak mengupdate pengetahuannya. Pengetahu- masih lemah, sehingga kepedulian mereka ter-
an konsep konservasi biodiversitas hanya 6% hadap konservasi juga rendah.

Gambar 3. Persepsi Guru Biologi di Kab/Kota Serang dalam Memahami Materi Konsep Konservasi
Biodiversitas Dibandingkan dengan Materi IPA Lainnya (dalam %)

Kemampuan Profesional Guru Biologi dalam Pemahaman dan Perancangan Model Pembelajaran Konservasi Biodiversitas di SMA
413

Gambar 4. Sumber Informasi Guru dalam Mendapatkan Konsep Konservasi Biodiversitas

Kemampuan Guru dalam Merancang Pem- sions (STAD) (3%), reciprocal teaching 3%,
belajaran Konservasi Biodiversitas dan jigsaw 3% (Gambar 5).
Di Indonesia pembelajaran konservasi Model-model ini walaupun telah melibat-
biodiversitas telah masuk dalam pembelajaran kan siswa secara aktif, namun tiga tujuan pem-
biologi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan belajaran konservasi belum tercapai. Model-
(KTSP) tahun 2006, telah menetapkan standar model tersebut baru mewujudkan aspek penga-
kompetensi dan kompetensi dasar untuk keane- matan dan penguasaan konsep, namun belum
karagaman hayati yang diajarkan pada Kelas X, mewujudkan aspek mengkomunikasikan kon-
Semester 2, sebagai tertera pada Tabel 1. Ber- servasi biodiversitas. Gambar 5 menunjukkan
dasarkan analisis SK dan KD yang tertera pada bahwa model sains teknologi masyarakat
Tabel 1 tersebut dapat dirumuskan bahwa ter- (STM), presentasi kelompok, penugasan, pem-
dapat tiga tujuan pembelajaran konservasi bio- belajaran berbasis projek dan masalah, group
diversitas di Sekolah. Ketiga tujuan tersebut investigasi serta inquiri hampir tidak pernah
adalah siswa mampu (1) mendeskripsikan kon- dilakukan oleh guru-guru di Kab./Kota Serang.
sep biodiversitas; (2) mengamati biodiversitas; Padahal, model-model tersebut dapat mewujud-
dan (3) mengkomunikasikan isu-isu konservasi kan tiga tujuan pembelajaran konservasi biodi-
biodiversitas. Oleh sebab itu, model dan meto- versitas seperti yang tertera pada SK dan KD.
de pembelajaran yang digunakan untuk dapat Model pembelajaran berbasis projek misalnya,
mencapai tiga tujuan tersebut harus melibatkan selain siswa harus menguasai konsep melalui
siswa secara aktif. pengamatan di sekitar lingkungannya, mereka
Hasil penelitian menunjukkan bahwa se- juga harus mempresentasikan hasil temuannya
bagian besar guru-guru biologi di Kabupaten/ berupa produk. Model pembelajaran berbasis
Kota Serang belum mampu merancang pem- masalah dan group investigasi juga menuntut
belajaran konservasi dengan benar, walaupun siswa mampu menguasai konsep, mengamati
sudah ada guru yang menerapkan model/ biodiversitas di sekelilingnya dan menyampai-
metode yang melibatkan siswa secara aktif se- kannya dalam bentuk laporan dan presentasi se-
perti metode pengamatan atau observasi (58%), cara lisan (Sharan, 2012:160). Seorang guru
diskusi 45%, tanya jawab 16%, penggunaan yang profesional harus mampu merencanakan
media word square dan charta (6%), picture and pembelajaran sesuai dengan SK dan KD yang
picture (6%), student teams achievement divi- telah ditetapkan (Uno, 2007:70).

Cakrawala Pendidikan, November 2013, Th. XXXII, No. 3


414

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Konservasi Biodiversitas pada KTSP
Standar Kompetensi Dasar (KD) Konsep Esensial
Kompetensi (SK)
3. Memahami 3.1. Mendiskripsikan konsep 1. Konsep keseragaman dan keberagaman dari
manfaat keanekaragaman gen, jenis, makhluk hidup
keanekaragaman ekosistem melalui kegiatan 2. Ciri-ciri keanekaragaman hayati pada
hayati pengamatan. tingkat gen, jenis dan ekosistem
3.2 Mengkomunikasikan 1. Keanekaragaman hayati di Indonesia
keanekaragaman hayati berdasarkan keanekaragaman jenis,
Indonesia, dan usaha ekosistem dan karakteristik wilayahnya
pelestarian serta pemanfaatan 2. Keunikan biodiversitas Indonesia
sumber daya alam. berdasarkan penyebarannya
3. Tumbuhan dan hewan khas Indonesia
4. Kegiatan manusia yang mempengaruhi
biodiversitas
5. Upaya-upaya pelestarian biodiversitas di
Indonesia

Gambar 5. Model/Metode Guru dalam Mengajarkan Konservasi Biodiversitas di SMA/MA


di Kab/Kota Serang

Tiga tujuan pembelajaran konservasi bio- bagai literasi biodiversitas. Erdogan (2009) me-
diversitas hasil analisis SK dan KD dari Tabel negaskan bahwa tujuan akhir pembelajaran
1, yaitu siswa mampu menguasai konsep, meng- konservasi biodiversitas adalah meningkatkan
amati dan mengkomunikasikan isu-isu konser- literasi biodiversitas siswa. Literasi biodiveritas
vasi biodiversitas tersebut dapat dikatakan se- dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang

Kemampuan Profesional Guru Biologi dalam Pemahaman dan Perancangan Model Pembelajaran Konservasi Biodiversitas di SMA
415

untuk memahami biodiversitas, mengkomuni- onal guru pada tingkat Pemerintah Daerah di-
kasikan biodiversitas (lisan dan tulisan), serta laksanaan oleh lembaga/organisasi yang diben-
menerapkan pengetahuan konservasi biodiver- tuk berdasarkan ketentuan Dinas Pendidikan
sitas untuk memecahkan masalah-masalah bio- Provinsi dan Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten
diversitas, sehingga memiliki sikap dan kepeka- yakni Pengawas dan Musyawarah Guru Mata
an yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya Pelajaran (MGMP). Beberapa bentuk kegiatan-
dalam mengambil keputusan berdasarkan per- nya adalah dengan mengikuti diskusi yang
timbangan-pertimbangan ilmiah. berkaitan dengan permasalahan-permasalahan
Oleh sebab itu, pelaksanaan pembelajar- pembelajaran di kelas, workshop dan pelatihan-
an konservasi biodiversitas seharusnya menca- pelatihan yang berhubungan dengan perkem-
kup tiga dimensi, yaitu dimensi konten, proses, bangan ilmu pengetahuan dan teknologi pem-
dan sikap literasi biodiversitas. Dimensi konten belajaran terbaru.
literasi biodiversitas merujuk pada penguasaan Guru-guru di Kabupaten/Kota Serang
konsep-konsep kunci dari biodiversitas untuk rata-rata hanya 30% saja yang pernah mengi-
memahami fenomena alam dan perubahan yang kuti pelatihan yang berhubungan dengan kon-
terjadi pada alam akibat aktivitas manusia. sep konservasi biodiversitas (Tabel 2). Hal ini
Dimensi proses literasi biodiversitas, membeka- disebabkan karena pelatihan yang dilaksanakan
li siswa mampu berpartisipasi dalam masyara- biasanya berdasarkan kebutuhan guru-guru di
kat. Siswa mencari, menganalisis dan menafsir- lapangan. Guru-guru di Kabupaten/Kota Serang
kan bukti-bukti, menggali pertanyaan, mengi- menyatakan bahwa sebagian besar (87%) ber-
dentifikasi bukti, menarik kesimpulan, mengko- anggapan mudah memahami materi konservasi
munikasikan kesimpulan dan menunjukkan pe- biodiversitas dan mudah mengajarkannya di-
mahaman konsep ilmiah. bandingkan dengan materi IPA lainnya. Oleh
Dimensi sikap literasi biodiversitas meru- sebab itu, pelatihan-pelatihan yang berkaitan
juk pada isu-isu penting dalam kehidupan se- dengan konservasi biodiversitas jarang dilak-
hari-hari yang dapat meningkatkan kepedulian sanakan.
pribadi dan sosial terhadap permasalahan-per- Tabel 2 juga menunjukkan bahwa selama
masalahan biodiversitas. Oleh sebab itu, model- menjadi guru, mereka 90% tidak pernah mengi-
model pembelajaran yang digunakan seharus- kuti pelatihan tentang penanganan isu konserva-
nya melibatkan peserta didik secara aktif, se- si biodiversitas yang up to date dalam menga-
perti memadukan pembelajaran di kelas dan jar. Misalnya tentang pelestarian badak bercula
pembelajaran di lapangan (Ramadoss & Moli, satu yang menjadi kebanggaan masyarakat Ban-
2011). Rahman & Spafford (2009) menyatakan ten. Mereka juga sebagian besar (90%) tidak
bahwa pembelajaran konservasi biodiversitas pernah mendapatkan pelatihan tentang pengor-
lebih ditekankan untuk mengukur konstruksi ganisasian dalam kegiatan outdoor, misalnya
psikologis, seperti sikap, persepsi dan faktor- praktikum lapangan. Sebagian besar (61%) ti-
faktor kepribadian lainnya dari pada pengetahu- dak pernah mengikuti pelatihan tentang ases-
an semata. men yang berhubungan dengan pembelajaran
outdoor. Padahal pembelajaran konservasi bio-
Implikasi terhadap Continuing Professional diversitas seharusnya dilaksanakan di lapangan
Development (CPD) bagi Guru Biologi untuk mengenal secara langsung objek yang di-
Continuing Professional Development pelajarinya. Pembelajaran outdoor, seperti field
(CPD) adalah pola pembinaan guru-guru secara trips, dapat meningkatkan penguasaan konsep,
berkelanjutan agar mereka selalu mengikuti keterampilan proses dan sikap siswa terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan bagaima- lingkungan sekitar (Rahman & Spafford, 2009),
na cara mengajarknnya (Rose dan Reynolds, serta dapat meningkatkan kompetensi sosial
2012). Pola pembinaan ini diperlukan agar (Shakil, dkk. 2011). Asesmen untuk pembela-
guru-guru tetap profesional. Pembinaan profesi- jaran konservasi biodiversitas seharusnya juga

Cakrawala Pendidikan, November 2013, Th. XXXII, No. 3


416

beragam, mulai dari penguasaan konsep, serta dan hewan dengan mengaitkan pada pengalam-
lebih ditekankan pada mengukur konstruksi an nyata sehari-hari. Pengalaman bersama kelu-
psikologis, seperti sikap, persepsi dan faktor- arga merupakan pengalaman yang sangat pen-
faktor kepribadian lainnya sesuai saran Rahman ting dalam kemampuan mengidentifikasi biodi-
& Spafford (2009). Oleh sebab itu, apabila versitas. Hal ini dapat diartikan bahwa pembe-
guru-guru memahami pengorganisasian kegiat- lajaran yang berbasis pengalaman sehari-hari
an outdoor dan asesmennya diharapkan literasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terha-
biodiveritas siswa dapat meningkat yang men- dap biodiversitas. Oleh sebab itu, guru-guru ha-
jadi tujuan pembelajaran konservasi biodiveri- rus dibekali philosofi dan keterampilan meng-
tas. gali isu-isu lokal dan kearifan lokal dalam pem-
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa selama belajaran konservasi biodiversitas.
menjadi guru, sebagian besar (77%) tidak per-
nah mendapatkan pelatihan tentang philosofi Saran Kebijakan
pendidikan lingkungan, 65% tidak pernah men- Penguasaan konsep konservasi biodiver-
dapatkan pelatihan tentang permasalahan ling- sitas guru-guru di Kab./Kota di Serang masih
kungan global, dan 74% permasalahan ling- sangat kurang, hanya 3% saja yang memahami
kungan lokal serta 77% tidak pernah mendapat- konsep konservasi secara holistik. Sebanyak
kan pelatihan tentang kearifan lokal yang ter- 76% guru memaknai konservasi identik dengan
kait dengan konservasi biodiversitas. Padahal perlindungan, yang artinya spesies flora dan
untuk mengajarkan konservasi biodiversitas di- fauna harus dilindungi dan tidak boleh dimanfa-
butuhkan pendekatan pembelajaran berbasis bu- atkan. Pandangan seperti ini adalah paradigma
daya sesuai dengan rekomendasi Agenda 21. yang salah. Makna konservasi selain mengan-
Sebenarnya, pendidikan berbasis budaya lokal dung unsur perlindungan, juga pemanfaatan se-
ini dapat lebih meningkatkan perlindungan ter- cara lestari. Rifai (2004) menegaskan bahwa
hadap biodiversitas. Glasson dkk (2010) telah konsep konservasi adalah pemanfaatan sumber
melakukan penelitian untuk menggali potensi daya alam secara lestari. Setiap orang akan
kearifan lokal di Malawi (Afrika) yang dapat mengkonservasi flora dan fauna, berserta eko-
digunakan untuk pembelajaran di sekolah. sistemnya dengan sendirinya kalau mereka tahu
Pengetahuan-pengetahuan lokal tersebut pada manfaatnya. Sebagai contoh, masyarakat Kase-
prinsipnya sama dengan pengetahuan modern, puhan Banten Kidul yang masih mempunyai le-
sehingga prinsip-prinsip pengetahuan lokal da- bih dari 40 varietas padi lokal. Padi-padi terse-
lam kehidupan alami dapat diadopsi untuk pem- but akan terus dikonservasi walaupun tidak ada
belajaran modern. Penelitian yang telah dila- peraturan yang menganjurkannya karena mere-
kukan Djulia (2005) juga menyimpulkan bahwa ka tahu manfaatnya.
konsep-konsep sains masyarakat dapat menga- Permasalan lainnya adalah guru-guru da-
tasi keterbatasan konteks dalam pembelajaran lam mengajarkan konservasi biodiversitas ma-
di sekolah. Penelitian ini semakin membuka sih banyak yang menggunakan metode konven-
wawasan guru akan pentingnya mendekatkan sional. Model pembelajaran yang tepat untuk
pengetahuan sains di sekolah dalam konteks mengajarkan biodiversitas adalah dengan meto-
budaya di tempat siswa berada dan belajar. de yang ikut melibatkan siswa dalam pembela-
Penelitian Snaddon dkk (2008) menunjukkan jaran, misalnya yang disarankan oleh Dikmenli
bahwa persepsi siswa terhadap biodiversitas (2010), yaitu pembelajaran kooperatif, pembe-
sangat dipengaruhi oleh apa yang sering dilihat lajaran berbasis proyek dan kegiatan alam ter-
dan didengar di sekitar lingkungan tempat me- buka. Selain metode pembelajaran, konteks da-
reka berada. Hal ini juga diperkuat dengan pe- lam belajar juga harus dikaitkan dengan kehi-
nelitian Hellden & Hellden (2008), bahwa sis- dupan sehari-hari mahasiswa. Menurut teori be-
wa mempunyai kemampuan yang lebih baik un- lajar bermakna dari Ausubel, faktor yang paling
tuk mengenali dan mengidentifikasi tumbuhan penting yang mempengaruhi belajar adalah apa

Kemampuan Profesional Guru Biologi dalam Pemahaman dan Perancangan Model Pembelajaran Konservasi Biodiversitas di SMA
417

Tabel 2. Pelatihan yang Diikuti Selama Menjadi Guru di Kabupaten/Kota Serang Terkait dengan
Pembelajaran Konservasi Biodiversitas

Selama menjadi guru pelatihan yang pernah diikuti : Ya (%) Tidak (%)

Penanganan isu konservasi biodiversitas yang up to date dalam mengajar 10 90


Pengorganisasian dalam kegiatan outdoor (praktikum lapangan) 10 90
Teknik pengembangan penilaian (asesmen) untuk pembelajaran outdoor 39 61
Model-model pembelajaran dalam pendidikan lingkungan (permainan dll) 74 26
Philosofi tentang pendidikan lingkungan 23 77
Permasalahan lingkungan global 35 65
Permasalahan lingkungan lokal 26 74
Kearifan lokal yang terkait dengan konservasi biodiversitas 23 77
Rerata keikutsertaan dalam mengikuti pelatihan 30 70

yang telah diketahui siswa (Dahar, 2011:95). yang tepat, seperti metode yang dapat meng-
Oleh sebab itu, agar terjadi belajar bermakna, aktifkan mahasiswa belajar, sehingga kegiatan
konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan pembelajaran tersebut dapat mendorong maha-
dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur siswa untuk membentuk hubungan emosional
kognitif siswa. Oleh sebab itu, materi yang di- dengan alam dan meningkatkan kepedulian me-
kemas untuk mengajarkan biodiversitas sebaik- reka terhadap lingkungan hidup.
nya berasal dari pengalaman sehari-hari maha- Peran Pemerintah Daerah melalui Dinas
siswa, sehingga mereka akan lebih paham ter- Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan
hadap materi yang diajarkan. Kota/Kabupaten sangat diperlukan dalam men-
Dari analisis berdasarkan temuan di la- dukung kinerja Musyawarah Guru Mata Pela-
pangan tersebut dapat disarankan bahwa Conti- jaran (MGMP). MGMP sangat berperan dalam
nuing Professional Development harus diting- menjalankan Continuing Professional Develop-
katkan melalui kegiatan pelatihan-pelatihan un- ment (CPD) guru-guru melalui pelatihan-pela-
tuk memperbaharui guru dalam mengajarkan tihan guna meningkatkan kompetensi, pengeta-
konservasi biodiversitas. Pelatihan yang dikem- huan, dan wawasannya.
bangkan harus dapat meningkatkan pedagogi-
cal-content knowledge (PCK) guru, yaitu pe- PENUTUP
ngetahuan guru berkaitan dengan materi pem- Pemahaman guru biologi di Kota/Kab.
belajaran, urutan materi pembelajaran, contoh- Serang tentang konsep konservasi biodiversitas
contoh yang terkait dan metode pembelajaran masih rendah, namun mereka menganggap bah-
yang efektif digunakan serta keterkaitannya wa materi tersebut mudah dipahami dibanding-
dengan konsep lain dari materi yang sedang kan dengan materi IPA lainnya. Kemampuan
diajarkan. Materi pelatihan juga mencakup pen- mereka dalam merancang pembelajaran konser-
dekatan kehidupan mereka sehari-hari dan me- vasi biodiversitas juga masih rendah. Pembe-
masukkan contoh-contoh kearifan lokal tentang lajaran konservasi biodiversitas seharusnya dia-
biodiversitas untuk meningkatkan konten pem- jarkan dengan pendekatan siswa aktif dengan
belajaran konservasi biodiversitas. materi kontektual. Mereka juga jarang mengi-
Selain itu, bagaimana mengemas konten kuti pelatihan yang berhubungan dengan kon-
untuk dapat diajarkan ke siswa juga perlu dila- servasi biodiversitas, karena pelatihan yang ber-
tih. Hal ini diharapkan siswa yang diajar akan hubungan dengan materi tersebut jarang dilak-
mampu menghargai dan peduli terhadap sanakan. Oleh sebab itu, diperlukan pelatihan-
lingkungan. Pelatihan juga mencakup metode- pelatihan yang berhubungan dengan konservasi
metode pembelajaran konservasi biodiversitas biodiversitas, baik menyangkut konsep, metode

Cakrawala Pendidikan, November 2013, Th. XXXII, No. 3


418

dan model pembelajaran, maupun asesmennya, Science Education. 32 (1), hlm. 125 –
sehingga kemampuan guru dapat meningkat. 141.

UCAPAN TERIMAKASIH Hagenbuch, B.E., Bynum, N., Sterling, E.,


Penelitian ini merupakan bagian dari Bower, A.H., Cigliano, J.A., Abraham,
penelitian Disertasi Doktor, ucapan terimakasih B.J., Engels, C., Mull, J.F., Pierce, J.D.,
penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Mien A Rifai, Zjhra, M.L., Rhode, J.M., Ketcham, S.R.,
dari LIPI Bogor yang telah bersedia memberi- dan Mayer, M. 2009. “Evaluating a
kan masukan dan motivasinya. Multi-Component Assessment Frame-
work for Biodiversity”. Education Tea-
DAFTAR PUSTAKA ching Issues and Experiments in Ecology.
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G. 6, hlm. 1-18.
2008. Biology. San Fransisco: Pearson
Benjamin Cummings. Helldén, G. dan Helldén, S. 2008. “Students’
Early Experiences of Biodiversity and
Dahar, R. W. 2011. Teori-Teori Belajar. Jakar- Education for a Sustainable Future”.
ta: Penerbit Erlangga. Nordina 4 (2), hlm.123-130.

Dikmenli, M. 2010. “Biology Student Teachers Indrawan, M., Primack, R.B. dan Supriatna, J.
Conceptual Frameworks Regarding Bio- 2007. Biologi Konservasi. Jakarta: Yaya-
diversity”. Education 130 (3), hlm. 479 san Obor.
– 489.
Lindemann-Matthies, P., Constantinou, C.,
Djulia, E. 2005. Peran Budaya Lokal dalam Lehnert, H., Nagel, U., Raper, G., dan
Pembentukan Sains (Studi Naturalistik Kadji-Beltran, C. 2011. “Confidence and
Sains Siswa Kalompok Budaya Sunda Perceived Competence of Preservice
tentang Fotosintesis dan Respirasi Tum- Teacher to Implement Biodiversity Edu-
buhan dalam Konteks Sekolah dan Ling- cation in Primary Schools- Four Com-
kungan Pertanian. Disertasi Doktor pada parative Case Studies From Europe”.
PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. International Journal of Science Educa-
tion. iFirst Article. hlm. 1-27.
Erdogan, M. 2009. ”Components Of Environ-
mental Literacy in Elementary Science Lude, A. 2010. The Spirit of Teaching ESD-
Education Curriculum in Bulgaria And Biodiversity in Education Project. dalam
Turkey”. Eurasia Journal of Mathema- Ulbrich, K (ed). Biodiversity in Educa-
tics, Science and Teknology Education. tion for Sustainable Development –
5(1).hlm 15-26. Reflection on school – Research coopera-
tion. Sofia-Moscow: Pensoft Publishers.
Fischer, A., dan Young, J.C. 2007 “Under-
standing Mental Constructs of Biodiver- Maclaurin, J., dan Sterelny, K. 2008. What Is
sity: Implications for Biodiversity Mana- Biodiversity? Chicago: The University of
gement and Conservation”. Biological Chicago Press.
Conservation. 136, hlm. 271 – 282.
Rahman, T. & Spafford, H. 2009. Value of field
Glasson, G.E., Mhango, N., Priri, A., & Lanier, trips for student learning in the biological
M. 2010. “Sustainablility Science Edu- sciences. In Teaching and learning for
cation in Africa: Negotiating Indigenous global graduates. Proceedings of the
Ways of Living With Nature in The 18th Annual Teaching Learning Forum,
Thitrd Space”. Innternational Journal of

Kemampuan Profesional Guru Biologi dalam Pemahaman dan Perancangan Model Pembelajaran Konservasi Biodiversitas di SMA
419

29-30 January 2009. Perth: Curtin Snaddon, J.L., Turner, E.C., & Foster, W.A.
University of Technology 2008. “Children’s Perceptions of Rain-
forest Biodiversity: Which Animals Have
Ramados, A. dan Moli, G.P. 2011. “Biodiver- the Lion’s Share of Environmental
sity Conservation Through Environmen- Awareness?” PLoS ONE. 3 (7), hlm. 1-5.
tal Education for Sustainable Develop-
ment - A Case Study From Puducherry, Summers, M., Childs, A., dan Corney, G. 2005.
India”. International Electronic Journal “Education for Sustainable Development
of Environmental Education, 1 (2), in Initial Teacher Training: Issues for
hlm.97-111. Interdisciplinary Collaboration”. Envi-
ronmental Education Research. 11, hlm
Rifai, M.A. 2004. “Keanekaragaman Hayati 623–647.
Indonesia: Potensi Tak Tergali, Peluang
Tak Termanfaatkan, dan Tantangan Tak Supriatna, J. 2004. “Penelitian Strategis dalam
Terjawab – Bagaimana Memperbaiki Pengembangan Konservasi Keanekara-
Semua Keterpurukan Ini?” Lingkungan gaman Hayati di Indonesia”. Lingkungan
dan Pembanguanan 24 (1), hlm.1-16 dan Pembanguanan 24 (1), hlm. 30-49.

Shakil, A.F., Faizi, W.N., Hafeez, S. 2011. Uno, H. 2007. Profesi Pendidikan, Problema,
“The Need And Importance Of Field Solusi dan Reformasi Pendidikan di
Trips At Higher Level In Karachi, Indonesia. Jakarta: Bumi aksara.
Pakistan”. International Journal Of Aca-
demic Research In Business And Social Western, D. dan Pearl, M.C 1989. Conser-
Sciences, 2 (1) : hlm. 1 – 16. vation for the Twenty-first Century. New
York : Oxford University Press.
Sharan, S. 2012. The Handbook Of Cooperative
Learning. Yogyakarta: Familia.

Cakrawala Pendidikan, November 2013, Th. XXXII, No. 3

You might also like