Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

STRATEGI PENANGANAN KRISIS PARTAI DARI PANDANGAN PUBLIK

Heri Budianto
Mahasiswa Kelas Doktoral Universitas Gadjahmada
e-mail: bangheri_budianto@yahoo.com

Abstract, Parties political crisis with a large magnitude experienced by political parties from 1
to 2 years. Almost all political parties participating in the election both old and new political
party crisis which resulted in the organization shocks and the effect of negative votes from the
public and the loss of public trust (distrust). This study used two methods of research that is the
first stage doing content analysis and discourse analysis, then the next do a survey. This study
shows that not all political parties intenal party could face a crisis caused by several factors
between corruption and the slide of their party cadres in corruption. Then the internal conflict is
another factor to the crisis and then breaches of ethics committed cadres of political parties. The
decline in public confidence in the political parties is mostly caused by cases of corruption were
a betrayal of the public, internal conflicts and violations of the code of conduct. In the face of
that situation, political parties must prove with concrete steps to combat corruption pro with
firm action against the cadres involved and improve their political performance. Then takes
control of the problem and the experience and calmness in managing the crisis so broad impact
of the crisis can be controlled.
Keyword : political strategy, crisis management, parties

Abstrak, Politik dengan magnitude besar dialami oleh partai politik sejak 1 hingga 2 tahun
terakhir. Hampir semua partai-partai politik peserta pemilu baik partai lama maupun partai baru
mengalami krisis yang mengakibatkan guncangan organisasi dan efeknya penilaian negatif dari
publik dan hilangnya kepercayaan publik (distrust). Penelitian ini menggunakan dua metode riset
yakni tahap pertama melakukan Content Analysis dan discourse analysis, kemudian berikutnya
melakukan survey. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua partai politik mampu
menghadapi krisis intenal partainya yang disebabkan oleh beberapa faktor diantara perilaku
korupsi dan terseretnya kader partai mereka dalam persoalan korupsi. Kemudian konflik internal
menjadi faktor lain terjadinya krisis dan kemudian pelanggara etika yang dilakukan kader partai
politik. Menurunnya kepercayaan publik kepada partai politik lebih banyak disebabkan oleh
kasus-kasus korupsi yang merupakan pengkhianatan publik, konflik internal dan pelanggaran
kode etik. Dalam menghadapi situasi itu partai politik harus membuktikan dengan langkah nyata
pro terhadap pemberantasan korupsi dengan menindak tegas kader-kader yang terlibat serta
memperbaiki kinerja politiknya. Kemudian diperlukan penguasaan masalah dan pengalaman
serta ketenangan dalam mengelola krisis sehingga luas dampak krisis dapat dikendalikan.
Kata kunci: strategi politik, penanganan krisis, partai politik

PENDAHULUAN sampai elite untuk mengokohkannya. Saat


Membangun sistem politik yang ini, partai politik yang diharapkan mampu
dilandasi sistem kepartaian yang kuat adalah menjadi agregasi kepentingan konstituennya
sebuah pekerjaan panjang dan melelahkan. ternyata belum mampu
Dibutuhkan semangat, kerja keras dan mengartikulasikannya sampai pada tingkat
membangun kepercayaan dari tingkat publik kebijakan di parlemen.
154
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

Partai politik terjebak dalam kontestasi terhadapa agenda-agenda politik. Kunci


perebutan kekuasaan tanpa menghadirkan proses demokrasi memerlukan keterlibatan
solusi kesejahteraan. Konstituen sekedar publik secara masif dan penuh kerelaan (the
disuguhkan konflik antar partai politik, cornerstone of democracy) dalam Arifin
konflik internal partai politik dan yang (2011:211).
paling menegaskan krisis partai politik Sebagai sebuah sistem demokrasi
adalah pengkhianatan partai politik dengan kepercayaan publik harus disalurkan melalui
banyaknya kader partai politik mekanisme kepartian. Dimana masyarakat
bersinggungan dengan kasus korupsi. sebagai konstituen diharuskan memilih
Krisis dengan magnitude besar yang wakil-wakilnya dalam partai politik sebagai
dialami oleh partai politik mencuat sejak dua media “penyambung kepentingan” rakyat
tahun terakhir. Hampir semua partai-partai dalam penyusunan kebijakan politik.
politik peserta pemilu baik partai lama (Huntington dan Nelson ; Delli, 2013;
maupun partai baru mengalami krisis yang Vergeer, 2012) membedakan antara
mengakibatkan guncangan organisasi dan partisipasi yang bersifat otonom
efeknya penilaian negatif dari publik dan (autonomous participation) dan partisipasi
hilangnya kepercayaan publik (distrust). yang bersifat mobilisasi (mobilized
Distrust yang terjadi dalam masyarakat participation). Partisipasi otonom adalah
terhadap partai politik berdampak bagi partisipasi publik yang dilakukan secara
berjalannya proses politik baik dalam sukarela atau merupakan potret keberhasilan
pemilu maupun pilkada. Krisis merupakan sosialisasi politik dan komunikasi politik.
suatu kondisi dimana partai mengalami Sedangkan partisipasi yang dimobilisasi
suatu permasalahan yang disebabkan oleh adalah keikutsertaan publik dalam proses
berbagai faktor. politik dengan tanpa sukarela tetapi
Penurunan kepercayaan publik kepada digerakkan oleh kepentingan berupa partai
partai politik membawa pengaruh besar politik, kandidat maupun tim sukses politik.
terhadap budaya politik terutama pasca Partisipasi publik secara otonom
reformasi dimana sistem kekuasaan mencari hanya mampu diwujudkan jika publik
orang beralih menjadi orang mencari memiliki tingkat kepercayaan kepada partai
kekuasaan. Kontestasi meraih kekuasaan politik. Kinerja partai politik selama ini
ditampilkan dengan vulgar melalui project hanya berusaha mengeksploitasi masyarakat
politik pencitraan semu dan mengandalkan untuk kepentingan elite dan golongannya.
pragmatisme dalam meraih kekuasaan. Seringkali elite menggunakan masyarakat
Praktik politik transaksional dapat menodai sekedar sebagai alat kepentingan untuk
hasil pemilu yang diharapkan menghasilkan mencapai tujuan politik. Tidak jarang
Indonesia maju dan beradab. masyarakat kelas bawah harus berada di
garis depan berhadap-hadapan tanpa tahu
KAJIAN TEORI akar permasalahan. Elite politik masih kuasa
dalam menentukan konflik, arah dan
Komunikasi politik, sosialisasi politik, dinamika politik (Firmanzah 2012: 314).
citra politik dapat terealisasi jika mampu Mengarahkan massa untuk menjadi
mendorong partisipasi politik publik dan massa otonom bukanlah sebuah pekerjaan
keikutsertaan dalam dalam proses penetapan sederhana. Memerlukan sosialisasi dan
kebijakan publik. Partisipasi politik publik komunikasi politik yang massif dan
adalah aktivitas politik masyarakat yang berkelanjutan. Publik seharusnya tidak lagi
terangkum dalam partisipasi masyarakat ditempatkan dalam porsi sebagai pihak
155
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

passif melainkan sebagai massa aktif. umum tentang peran komunikasi dalam
Berdasarkan teori “obstinate audience” Pemilihan Umum yaitu: teori kehendak
khalayak atau massa memiliki “filter rakyat, teori kontrol rakyat dan teori
konseptual” yang mampu membentengi diri dukungan rakyat.
dari stimulus pesan-pesan politik. Teori kehendak rakyat memiliki fokus
Perlu menjadi perhatian komunikator kognisi, dalam hal pemberi suara
politik dan partai politik agar mendesain berorientasi kepada tujuan yang kentara dan
ulang tentang mekanisme dan strategi tertentu serta memiliki minat aktif terhadap
komunikasi politik agar mampu memancing kampanye pemilihan umum dan memiliki
respons khalayak atau massa yang sudah pengetahuan yang memadai serta
apatis terhadap partai politik. Kegagalan menggunakan suara mereka sebagai alat
pesan politik dan marketing politik berupa untuk mencapai tujuan dengan tindakan
produk-produk politik akan membentuk politik. Teori kontrol rakyat memiliki fokus
fenomena baru dalam politik yakni massa pada afeksi. Teori ini menekankan bahwa
defenders yaitu massa yang menolak pemberi suara yang berorientasi kepada
terhadap kebijakan rezim yang berkuasa partai dengan pertimbangan berdasarkan
(Maridjan, 2010:132). standar kepartaian dan ideologi. Teori
Bertumbuhnya pemahaman dan dukungan rakyat memiliki fokus pada
pendidikan politik masyarakat serta ekspresif dan bukan instrumental atau
meningkatnya kesadaran politik masyarakat evaluatif dan bukan kognisi atau afeksi.
membawa perubahan dalam cara pandang Dalam teori ini pemberi suara menyusun
masyarakat terhadap politik dan partai citra tentang kandidat atau partai beserta
politik. Masyarakat tidak mau sekedar harapannya untuk mengukuhkan kembali
ditempatkan sebagai massa pasif yang kepercayaan kepada rasionalitas
dimobilisasi atas kepentingan melainkan fundamental sehingga dapat menentukan
mendudukkan diri sebagai massa aktif yang kembali tindakan yang sesuai dengan tujuan
turut dalam menentukan arah dan dinamika pada masa mendatang.
politik. Dalam Kamus Besar Bahasa
Akan tetapi sikap yang ditunjukkan Indonesia, citra diartikan sebagai gambar,
oleh massa aktif merupakan representasi rupa, atau gambaran yang dimiliki orang
trauma politik berupa ketidakpercayaan banyak mengenai pribadi, perusahaan,
terhadap partai politik. Krisis partai politik organisasi atau produk. Sebagai kesan
berupa masalah-masalah yang mendera mental atau bayangan visual yang
partai baik berupa gejolak internal maupun ditimbulkan oleh sebuah stimuli citra dapat
kasus yang masuk ranah hukum dan digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap
peradilan terutama korupsi dan moralitas sesuatu.
telah membuat apatisme politik. Partai Soemirat dan Ardianto (2004)
politik perlu menyusun ulang tentang mengatakan bahwa citra adalah cara
bagaimana membangun komunikasi politik bagaimana pihak lain memandang sebuah
dengan masyarakat untuk meningkatkan subyek. Efek kognitif dari komunikasi
kepercayaan dan merebut kembali sangat mempengaruhi proses pembentukan
kepercayaan itu, dan diperlukan tata cara citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan
kelola masalah ketika partai dan kader pengetahuan dan informasi-informasi yang
diterpa persoalan sehingga dampak yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara
ditimbulkan mampu dikontrol. Dan Nimmo langsung menimbulkan perilaku tertentu,
(2000:202-205) menyebutkan tiga , teori tetapi cenderung mempengaruhi cara kita
156
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

mengorganisasikan citra kita tentang teknologi yang ada sebagai wahana


lingkungan. pencitraan tentang kebijakan pemerintah.
Citra yang ideal adalah kesan yang Dalam politik pencitraan ada
benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pemahaman tentang kebijakan yang
pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman membentuk cara atau panduan dalam
atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu melakukan komunikasi atau mencitrakan
berarti citra tidak seharusnya “dipoles agar keberpihakan tertentu kepada masyarakat.
lebih indah dari warna aslinya”, karena hal pencitraan politik dapat dipahami sebagai
itu justru dapat mengacaukannya (Martin pencitraan yang dilakukan untuk
2008; Seltzer, 2013) kepentingan politik. Misalnya menjadi
Pencitraan dalam perspektif ilmu anggota legislatif atau Pencitraan politik
komunikasi, khususnya public relations memiliki keterbatasan ibarat gelembung
merupakan bagian dari pengomunikasian sabun yang mudah pecah, sebagaimana karir
pesan atau simbol yang bisa membentuk dan karakter dalam politik juga sangat
gambaran positif tentang komunikator atau mudah untuk hancur.
sesuatu hal di benak khalayak komunikan. Humas politik menjadi „service
Dalam dunia politik, pencitraan adalah industry‟ yang memfasilitasi komunikasi
istilah yang digunakan dalam bentuk politik di antara partai politik, kandidat dan
aktivitas sosial dan merebut simpati calon publik, mendesain dan memproduksi
pemilih setiap menjelang pemilihan umum. publisitas dan propaganda, mencari dana,
Upaya tersebut dilakukan untuk memberi nasehat dalam kebijakan dan
memperbaiki citra mereka di mata presentasi dan poling opini publik,
publik/khalayak. singkatnya bisa disebut sebagai „manajer
Berkaca dari praktik penggunaan di panggung dan penulis kreatif dari teater
era kontemporer, dapat dinyatakan bahwa politik yang hidup‟ (McNair, 1999:128;
politik pencitraan merupakan kebijakan Saffer, 2013).
negara tentang pencitraan. Politik pencitraan Krisis citra dapat terjadi kapan saja
merupakan upaya seseorang atau lembaga pada perusahaan, lembaga pemerintah,
untuk membangun kesan baik di tengah tokoh, organisasi dan partai politik.
publik. Sebagai contoh dapat dicermati Umumnya terjadi pada waktu yang tidak
bagaimana kebijakan komunikasi mengacu diharapkan/tidak bisa diprediksi, dalam
pada kebijakan pemerintah yang berkaitan situasi beragam dan dengan bentuk yang
dengan media dan industri komunikasi, juga bermacam-macam.
termasuk meida cetak, sektor Proses krisis, Banyak krisis
telekomunikasi dan teknologi informasi. disebabkan oleh keputusan manajemen atau
Dalam pandangan Budiharsono (2003; pimpinan puncak organisasi. Perencanaan
Valentini, 2013), politik komunikasi krisis lebih penting dari pada hasil dokumen
(pencitraan) merupakan bidang ilmu yang perencanaan. Bertahan di kala krisis lebih
melibatkan unsur-unsur penguasa, bergantung pada relasi yang telah dibangun.
kebijakan-kebijakan komunikasi yang Pada umumnya, krisis dilihat sebagai
berlaku dan lembaga-lembaga pers sebagai suatu situasi atau kejadian yang lebih
pelaku kebijakan tersebut. Dapat dipahami banyak mempunyai implikasi negatif pada
bahwa berbagai kebijakan yang berkaitan organisasi daripada sebaliknya. Krisis pada
dengan sistem komunikasi adalah bagian dasarnya adalah sebuah situasi yang tak
dari keputusan politik untuk terduga, artinya organisasi umumnya tidak
mendayagunakan setiap aspek media dan dapat menduga bahwa akan muncul situasi
157
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

yang dapat mengancam keberadaannya. karena gejala yang samar-samar atau sama
Sebagai ancaman, krisis harus ditangani sekali tidak jelas itu mulai kelihatan jelas.
secara cepat agar organisasi dapat berjalan Dalam banyak hal, krisis yang akut sering
normal kembali. disebut sebagai the point of no return.
Bagi Susanto (2009), sebuah krisis Artinya, sekali sinyal-sinyal yang muncul
adalah peristiwa besar yang tak terduga yang pada tahap peringatan (prodromal) tidak
secara potensial berdampak negatif terhadap digubris, ia akan masuk ke tahap akut dan
baik perusahaan maupun publik. Peristiwa tidak bisa kembali lagi. Kerusakan sudah
ini mungkin secara cukup berarti merusak mulai bermunculan, reaksi mulai
organisasi, karyawan, produk dan jasa yang berdatangan, isu menyebar luas. (3) Tahap
dihasilkan organisasi, kondisi keuangan dan Kronik: Organisasi masih merasakan
repuasi perusahaan. dampak dari krisis yang terjadi dan
Dalam kamus Webster, krisis terkadang dampak ini bisa lebih lama dari
didefinisikan sebagai “suatu titik balik untuk krisis itu sendiri. Tahap ini disebut sebagai
menuju keadaan lebih baik atau lebih tahap recovery atau self analysis. Di dalam
buruk”.Jadi dari suatu situasi ini, perusahaan perusahaan, tahap ini ditandai dengan
dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk. perubahan struktural.(4) Tahap Resolusi:
Contoh perusahaan yang menjadi lebih baik Tahap ini adalah tahap penyembuhan (pulih
setelah krisis adalah Johnson & kembali) dan tahap terakhir dari 4 tahap
Johnson yang berhasil mengatasi kasus krisis. Meski bencana besar dianggap sudah
racun sianida dalam Tylenol, salah satu berlalu, tetap perlu berhati-hati, karena riset
produk obat sakit kepala unggulannya dalam kasus-kasus krisis menunjukkan
sehingga reputasi perusahaannya justru bahwa krisis tidak akan berhenti begitu saja
terangkat. pada tahap ini.
Steven Fink, pakar dan konsultan Masing-masing tahap itu saling
krisis dari Amerika Serikat mengembangkan berhubungan dan membentuk siklus yang
konsep anatomi krisis menggunakan akan membawa kembali pada keadaan
terminologi kedokteran yang biasa dipakai semula (prodromal).
untuk melihat stadium suatu krisis yang Manajemen Krisis, Apakah sebuah
menyerang manusia. Empat tahap krisis akan menjadikan organisasi menjadi
perkembangannya adalah sebagai berikut lebih baik atau lebih buruk sangat
(Kasali, 2003: 225-230): (1) Tahap tergantung pada bagaimana pihak
Prodromal: Krisis pada tahap ini sering manajemen mempersepsi dan kemudian
dilupakan orang karena perusahaan masih merespon situasi tersebut atau sangat
bisa bergerak dengan lincah. Padahal pada tergantung pada pandangan, sikap dan
tahap ini, bukan pada tahap krisis sudah tindakan yang diambil terhadap krisis
kronis (meledak), krisis sudah mulai tersebut. Sebuah krisis mungkin dapat
muncul. Tahap prodromal sering disebut ditangani dengan segera dengan melibatkan
pula warning stage karena ia memberi sirene sedikit orang, tetapi krisis lain mungkin
tanda bahaya mengenai simtom-simtom harus ditangani dengan mengerahkan
yang harus segera diatasi. Tahap ini juga sebagian besar sumber daya yang dimiliki
merupakan bagian dari turning point. Bila organisasi.
manajemen gagal mengartikan atau Oleh karena itu dibutuhkan
menangkap sinyal ini. (2) Tahap Akut: manajemen krisis. Proses ini merupakan
Meski bukan di sini awal mula krisis, orang pendekatan kapasitas untuk memahami,
menganggap suatu krisis dimulai dari sini mengerahkan, mengkoordinasikan, dan
158
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

menjadikan satu semua strategi dan fungsi dan siapa-siapa yang mampu mengatasi
kebijakan, serta semua keahlian hubungan krisis tersebut, apa perlu dibentuk suatu tim
dengan publik atau keahlian public penanggulangan krisis. Pertanyaan-
relations, menjadi sebuah pemahaman yang pertanyaan tersebut di atas adalah untuk
obyektif: berisikan partisipasi dalam menganalisis penyebab, mengapa dan
membentuk kebijakan publik yang dapat bagaimana, sejauh mana perkembangan
berpengaruh terhadap masa depan masing- krisis itu terjadi, di mana mulai terjadi
masing individu bahkan perusahaan atau hingga siapa-siapa personel yang mampu
institusional (Seitel, 2004: 491). diajak untukn mengatasi krisis tersebut.
Rhenal Kasali juga mengungkapkan Langkah-langkah apa yang dapat diambil
bahwa Manajemen Krisis adalah proses untuk mengatasinya melalui analisis
cepat yang digunakan untuk membantu lapangan secara logis, informatif dan
perusahaan dalam mengenali gejala krisis deskriptif. (3) Mengatasi dan
dari awal dan membangun sistem untuk Menanggulangi Krisis. Dalam hal ini perlu
mencegah terjadinya kerusakan, kerugian untuk mengetahui bagaimana dan siapa-
dan hilangnya nama baik (2003: 243). siapa personel yang mampu diikutsertakan
Adapun langkah pengendalian krisis dalam suatu tim penanggulangan krisis.
antara lain (1) Mengidentifikasi Krisis. Mengatasi krisis dalam jangka pendek sudah
Langkah ini merupakan penetapan untuk disebutkan di atas, maka dalam jangka
mengetahui (mengidentifikasi) suatu panjang, yaitu untuk selanjutnya bagaimana
masalah krisis.Ini penting untuk melihat krisis tersebut tidak berkembang dan
secara jelas faktor penyebab (factfinding) dicegah agar tidak terulang lagi di masa
timbulnya krisis. Mengidentifikasi suatu mendatang. (5) Mengevaluasi Krisis.
faktor penyebab terjadinya krisis berfungsi Tindakan terakhir adalah mengevaluasi
untuk mengetahui, apakah public krisis yang terjadi. Tujuannya adalah untuk
relations atau perusahaan dapat menangani melihat sejauh mana perkembangan krisis
krisis yang terjadi itu segera atau tidak. itu di dalam masyarakat. Apakah
Seperti seorang dokter mendiagnosis suatu perkembangan krisis tersebut berjalan cukup
penyakit pada pasiennya, untuk mengetahui lamban atau cepat, meningkat secara
apakah bisa disembuhkan, dikurangi kuantitas maupun kualitas serta bagaimana
penyakitnya atau sama sekali tidak bisa jenis dan bentuk krisis yang terjadi.
disembuhkan. (2) Menganalisis Krisis Prinsip menghadapi krisis dapat
Mungkin perlu pengembangan dalam dibedakan menjadi empat yaitu: (1) Prinsip
menggunakan formula 5W + 1H untuk relasional : Organisasi bisa bertahan lebih
mengung-kapkan dan menganalisis secara dalam kondisi krisis ketika telah
mendalam sistematis, informatif dan membangun hubungan yang baik dengan
deskriptif krisis yang terjadi melalui suatu stakeholders. (2) Prinsip akuntabilitas:
laporan yang mendalam (in-depth Organisasi harus bertanggung jawab
reporting). Pada saat prakrisis atau masa terhadap krisis sekalipun bukan tanggung
akut krisis, bisa dianalisis melalui beberapa jawabnya. (3) Prinsip keterbukaan : Semasa
pertanyaan yang diajukan untuk menetapkan krisis organisasi perlu menyampaikan
penanggulangan suatu krisis, yakni apa informasi dan masalah yang dihadapi. (4)
penyebab terjadinya krisis itu, kenapa krisis Prinsip Komunikasi Simetris:
itu bisa terjadi, dimana dan kapan krisis Semasa krisis organisasi harus
tersebut mulai, sejauh mana krisis tersebut mempertimbangkan kepentingan publik
berkembang, bagaimana krisis itu terjadi, sejajar dengan kepentingan organisasi
159
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

Adapun langkah menangani krisis dihadapi oleh partai politik (Valkenburg,


menurut Paul Argenti, et.al., The Power of 2013).
Corporate Communication: Crafting Voice Tahap kedua penelitian dilakukan
and Image of Your Business yaitu: (1) dengan Discourse Analysis Method dengan
Temukan masalah yang sebenarnya. (2) tujuan untuk mengetahui isu/wacana apa
Yakini Anda memiliki seluruh informasi saja yang menyebabkan krisis suatu partai
relevan yang diperlukan, (3) Fokuskan politik. Kedua, melihat upaya penanganan
komunikasi pada topik masalah. Libatkan krisis yang dilakukan oleh partai politik
tim Anda (corporate communications, legal, tersebut.
dan pihak yang berkaitan dengan krisis) Selanjutnya peneliti juga melakukan
untuk bersama menanggulangi krisis. (4) survey di 15 Kota Besar yakni: Jakarta,
Komunikasikan dengan segera dan sering. Bandung, Banten, Semarang, Jogjakarta,
Kemukakan secara transparan apa yang Surabaya, Bali, Medan, Pekan Baru,
telah Anda ketahui dan yang belum Palembang, Balikpapan, Pontianak,
diketahui. (5) Perhatikan apa yang menarik Makassar, Manado, Ambon guna
bagi media. Upayakan menyediakan mendapatkan jawaban persepsi publik
informasi yang relevan bagi media sesegera tentang partai politik.
mungkin. Lengkapi dengan foto-foto atau Penelitian ini menggunakan teknik
grafik yang diperlukan. (6) Buka Purposive Sampling dengan penentuan
komunikasi dengan pihak-pihak responden berdasarkan kriteria tertentu
berkepentingan: pelanggan, karyawan, yakni tingkat pendidikan minimal
pemegang saham, pemerintah, YLK, dan SMA/SMU sederajat dan pengetahuan
media,. (7) Sambil menangani krisis, jika mengenai isu politik. Responden dalam
mungkin bisnis Anda tetap berjalan. dan (8) penelitian ini sebanyak 1000 responden.
Susun rencana untuk menghindari Sedangkan survey dilakukan dalam rentang
kemungkinan krisis di masa mendatang. mulai 20 Januari 2014 - 3 Februari 2014 .
Diskusikan segala hal yang bisa menjadi
pencetus krisis dan bagaimana HASIL DAN PEMBAHASAN
mengelolanya.
Hasil penelitian.Kondisi di Indonesia,
METODE ketidak-sempurnaan pertumbuhan elemen
demokrasi dan politik membuat demokrasi
Penelitian ini menggunakan dua hanya praktik prosedural dan cenderung
metode riset yakni tahap pertama diwarnai oleh kepentingan elit politik. Hal
melakukan Content Analysis terhadap 15 ini diperparah dengan kultur koruptif yang
media nasional yang terdiri dari 5 media secara historis mewarnai dinamika
cetak (Kompas, Republika, Koran Sindo, kekuasaan di Indonesia, sehingga membuat
Koran Tempo dan Media Indonesia), 5 demokrasi tak lebih dari kepanjangan tangan
stasiun televisi nasional (Metro TV, TV kapitalisme dan perebutan uang. Praktis,
ONE, Berita Satu, Kompas TV dan RCTI) demokrasi di Indonesia saat ini sangat
dan 5 media online (detik.com, viva.co.id, diwarnai oleh money politics, citra, dan
kompas.com, okezone.com, merdeka.com) komodifikasi.
untuk mendapatkan nama-nama partai Partai-partai politik di Indonesia
politik yang paling mendapatkan sorotan menjadi salah satu penyebab utama dari
pemberitaan terkait krisis partai yang runtuhnya sistem demokrasi parlementer di
Indonesia. Dimulai pada masa kabinet
160
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

pertama Ali Sastroamidjojo (Juli 1953-Juli warna tersendiri dalam demokrasi di


1955), kemudian kabinet yang dipimpin Indonesia (Arifin, 2011a: 2). Persoalannya,
Burhanuddin Harahap (Agustus 1955-Maret apakah warna itu merupakan warna natural
1956), dan terakhir kabinet kedua Ali ataukah warna adaptasi hasil impor dari
Sastroamidjojo (Maret 1956-Maret 1957). negara lain yang secara historis-kultural
Seperti yang ditulis Herbert Feith berbeda dengan negeri ini?
(1962), Daniel Lev (1966), dan John Legge Satu hal yang pasti, dalam konteks
(1972), proses dari penurunan kepercayaan demokrasi kontemporer, nuansa
terhadap partai politik dimulai pada kurun komodifikasi kian terasa kental ketika secara
waktu 1949, kemudian secara de facto global, ternyata Amerika “mengambil
dengan keadaan darurat militer pada awal keuntungan” dengan demokratisasi yang
1957 tentara nasional Indonesia secara tengah berlangsung di negara-negara
politik berperan signifikan, hingga akhirnya berkembang. Pasalnya ada kecenderungan
secara resmi menjadi demokrasi terpimpin negara-negara yang merangkul demokrasi
pada pertengahan 1959. menjadi pasar konsumen yang kuat bagi
Kurang lebih selama 10 tahun partai Amerika (Canton, 2010: 437). Meski
politik pada waktu itu tidak dapat dikemas dalam konsep kepentingan
memelihara kepercayaan konstituennya, kolaboratif, kepentingan ekonomi Amerika
terutama setelah pemilihan umum pada 1955 Serikat jauh lebih mengemuka.
telah berlangsung secara baik dan Bagaimanapun demokrasi memang
mencederai ekspektasi bahwa pemerintah sebuah fenomena yang berkelanjutan. Masa
yang dibentuk unsur-unsur partai politik depan demokrasi adalah proses yang tiada
dapat mewujudkan mandatnya untuk henti; elemen-elemen demokrasi akan
menyediakan lapangan pekerjaan, serta muncul dan berkembang dalam berbagai
mendirikan fasilitas kesehatan dan tingkatan dan tahapan dengan tingkat
pendidikan yang layak pada masyarakat kecepatan yang berbeda-beda di setiap
luas. Saat ini partai politik Indonesia negara.
generasi Era Reformasi telah berdiri rata- Cita-cita untuk membangun sistem
rata lebih dari 10 tahun. politik yang dilandasi sistem kepartaian
Tentu saja penyelenggaraan pemilihan yang kuat ternyata memang tidak seperti
umum yang berlangsung relatif lancar sejak membalik telapak tangan. Kondisi partai
1999 perlu diapresiasi sebagai instrumen politik yang diharapkan dapat menjadi
demokrasi dan seharusnya sistem demokrasi agregasi bagi kepentingan konstituennya
Indonesia sudah harus lebih terkonsolidasi ternyata belum sepenuhnya mampu
dengan partai politik menjadi aktor politik mendengar suara nurani mereka. Tidak
utamanya. Bisa dikatakan parlemen (dikenal heran kalau suara kaum yang tak tersuarakan
dengan DPR) dan partai politik Indonesia benar-benar semakin tidak bersuara.
saat ini dari segi otoritas mempunyai Krisis partai politik, Hasil penelitian
peranan yang sama atau bahkan lebih dari menggunkan content analisis menunjukkan
partai politik pada 1950-an. terlihat pada bagan 1 dibawah ini. Krisis
Tidak dapat dimungkiri bahwa partai politik yang terjadi menjelang Pemilu
kelahiran demokrasi di Indonesia membawa 2014 tidak luput dari pemberitaan media
cerita yang tidak selalu manis. Namun massa. Sebagai kekuatan salah satu pilar
demikian, keterbukaan politik yang demokrasi, media massa memotret dan
dirasakan belakangan ini, pertumbuhan civil membingkai krisis partai politik dalam
society, dan kebebasan media telah menjadi magnitude yang beragam. Melihat potensi
161
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

krisis partai politik yang diawali dengan pengendalian masalah dan penyusunan
melakukan content analysis pada 15 media langkah komunikasi partai kepada
nasional akan didapatkan data awal yang masyarakat melalui media tidak berjalan
menunjukkan sebuah potensi krisis yang dengan efektif. Sehingga kasus yang terjadi
mengancam kepercayaan publik terhadap disikapi dengan tidak tepat justru
partai politik. melahirkan polemik yang sangat panjang.
Dari sisi intensitas kemunculan berita PDIP dan Partai Nasional Demokrat
partai Demokrat menjadi partai yang paling menempati urutan selanjutnya dengan 9,2%
sering diberitakan mengalami krisis dan 5,0%. Media melihat masalah internal
prosentase sebesar 34, 2% . hal itu partai dan dinamika politik internal tidak
dikarenakan banyaknya kasus korupsi yang mendapatkan penanganan yang baik
melilit kader-kadernya. Kasus yang mendera sehingga menimbulkan banyak polemic
Demokrat menjadi lebih menarik karena yang berujung pada krisis partai.
dalam pemberitaan media massa menyeret- Partai-partai politik akhir-akhir ini
nyeret beberapa pejabat negara. Selain itu juga banyak dikritik karena tidak optimal
polemik dan permasalahan internal partai dalam melakukan pengkaderan di internal
juga menjadi daya tarik pemberitaan media partai, sehingga rawan terjadinya
terhadap partai demokrat. transaksional. Selain itu, parpol juga banyak
dikritik karena enggan menunjukkan
Gambar 1. Prosentase Pemberitaan Krisis kesungguhannya dalam menciptakan tradisi
Partai Politik Di Media Massa demokrasi politik internal yang baik serta
oligrakhi.
Reaksi dan Strategi Parpol dalam
Menghadapi Krisis, Dalam menyikapi
krisis yang menimpa, masing-masing partai
politik memiliki cara-cara yang berbeda baik
dalam memberikan reaksi maupun dalam
strategi penanganan krisis. Secara
keseluruhan terdapat tiga kategori
bagaimana partai politik memberikan reaksi
dan strategi yaitu: (1) Proaktif, yakni dengan
Partai Golkar menyusul dengan mengambil langkah yang tepat ketika krisis
intensitas pemberitaan sebesar 34,2%, hal terjadi. Nasdem dan Hanura merupakan dua
itu dikarenakan kasus yang serupa dengan partai yang masuk kategori didalamnya. (2)
Demokrat yakni kasus korupsi yang Adaptif, yakni cenderung melihat situasi
berujung pada hukum dan pengadilan yang ketika terjadi krisis. Partai Golkar dan PDI
menerpa kader-kadernya. Akan tetapi dari Perjuangan masuk dalam kategori ini. (3)
sisi penanganan masalah Golkar mampu Reaktif, yakni mengambil langkah yang
membangun langkah yang tepat sehingga tidak tepat ketika terjadi krisis. Partai
pengendalian sebaran dampak masalah dapat Demokrat dan PKS berada dalam kategori
dikendalikan. ketiga.
Berbeda dengan PKS yang menduduki Tolok ukur dalam memasukkan partai
peringkat ketiga dengan 20,3% tingkat ke dalam kategori diatas adalah berdasarkan
intensitas pemberitaan media meskipun discourse analysis. Dari pemberitaan media
cuma satu kasus yang menimpa kadernya. massa terlihat bahwa partai-partai politik
Hal ini dikarenakan kemampuan berupaya menghadapi masalah dan
162
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

menyelesaikan masalah yang dialami mengelola konflik yang terjadi dengan cepat
partainya. Penanganan masalah yang tepat dan tepat tanpa banyak menimbulkan
dan cepat serta tidak menimbulkan dampak polemik.
yang luas dan berkepanjangan dinilai Kemudian partai politik yang adaptif
sebagai langkah yang efektif. yakni cenderung melihat situasi ketika
Dalam bagan 2, terdapat data yang terjadi krisis yakni Partai Golkar dan PDIP.
menggambarkan bagaimana partai politik Partai Golkar mengandalkan menajeman isu
menangani krisis dan faktor penentu yang dalam mengahadapi krisis yakni dengan
memberikan pembeda dalam menyelesaikan melakukan counter isu seragam yang
krisis. dimainkan elit politiknya. Demikian juga
Partai Nasdem dan Partai Hanura dengan PDIP yang memainkan pengelolaan
merupakan partai politik yang bersikap isu yang sama dengan Golkar melakukan
Proaktif yakni mampu mengambil langkah Counter yang sama oleh elite partai. Namun
tepat ketika terjadi krisis. Faktor kedua PDIP juga sangat mengandalkan ketokohan
partai ini adalah Partai Nasdem sangat Megawati Soekarno Putri dalam mengatasi
ditentukan oleh ketokohan Surya Paloh krisis parpol.
dalam meredam gejolak politik di internal, Efektifitas counter issu yang
kemudian Nasdem termasuk partai yang dilakukan Golkar dan PDIP terletak pada
mampu melakukan konsolidasi organisasi konsistensi statement elite partai dalam
secara cepat. Manajemen partai yang kokoh menyikapi kasus, dan tidak semua elite
dan solid memastikan penanganan masalah partai mengeluarkan statement melainkan
mendapatkan perhatian khusus sehingga hanya elite tertentu yang ditunjuk oleh partai
tidak memunculkan gejolak yang untuk menjadi juru bicara di depan media.
berkepanjangan. Ketokohan Surya Paloh Strategi satu pintu atau dengan jubir terbatas
dalam Partai Nasdem memang memiliki membatasi adanya polemik internal karena
posisi yang strategis dalam pengelolaan perbedaan statement antar elite. Media dan
krisis. masyarakat juga mendapatkan informasi
Gambar 2 Strategi Partai Politik dalam yang jelas dan tegas tentang bagaimana
Menangani krisis sikap partai terhadap masalah yang tengah
dihadapi.
Partai politik yang bersikap Reaktif
yakni partai politik yang mengambil langkah
tidak tepat ketika terjadi krisis adalah Partai
Demokrat dan PKS. Partai Demokrat
melakukan hal-hal tidak terkontrol dalam
pengelolaan isu dan juga elite partai
melakukan counter isu yang tidak seragam
dalam menyatakan pendapatnya. Berbeda
dengan partai Golkar dan PDIP, elite PKS
dan Demokrat justru melakukan blunder
Sementara itu Partai Hanura juga dengan statement beragam yang dikeluarkan
sangat kuat mengandalkan ketokohan yakni oleh elite. Hal tersebut memicu polemik
Wiranto dalam mengatasi krisis. Selain itu internal yang berkepanjangan serta
Partai Hanura mampu bersikap tegas dengan berdampak pada informasi yang masuk ke
langsung menonaktifkan kader yang terseret publik bahwa terjadi gesekan kepentingan
kasus korupsi. Kedua partai mampu internal partai.
163
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

Sementara itu PKS dalam menghadapi menempatkan partai Demokrat pada urutan
krisis melakukan counter dengan discourse pertama dengan 29,2%, diikuti oleh PKS
yang menyatakan bahwa PKS merupakan dengan 17,6%, Partai Golkar dengan 10,2%,
“korban politik” dan “dizhalimi”. Serta PKB dengan 9,3% dan pada urutan kelima
manajemen pengelolaan krisis yang sangat PDIP dengan 7,6%.
bergantung kepada mekanisme partai. Pada Demokrat dinilai masyarakat
awal kasus yang menimpa elite PKS mengalami krisis karena banyaknya kasus
mencoba membangun opini publik dengan yang mendera baik konflik internal maupun
mengatakan bahwa apa yang menimpa kasus korupsi. Content anlysis dari 15 media
mereka adalah sebuah skenario konspirasi massa nasional menyajikan data yang
zionis dan konspirasi musuh-musuh dakwah. serupa mengenai posisi partai politik yang
Mereka menggunakan defense strategy dinilai sedang mengalami krisis. Dapat
dengan menempatkan diri sebagai korban diasumsikan bahwa kekuatan media sebagai
dan pihak yang terdhalimi. penyebar informasi mampu membentuk
Seiring dengan perjalan kasus sikap opini publik.
politik elite PKS terhadap kasus tersebut Partai Demokrat yang paling banyak
berubah-berubah. Setelah melakukan diberitakan mengenai krisis yakni persentase
defense strategey dengan menempatkan diri 34,2 persen. Hal tersebut dikarenakan kasus
sebagai pihak yang dizhalimi, mereka korupsi yang menimpa para kader
berubah sikap dengan mendukung kinerja Demokrat.
KPK dan mendorong kasus untuk segera Kemudian disusul oleh partai Golkar
diselesaikan. Dan sikap yang terakhir dengan 24,3 persen karena kasus yang
presiden PKS Anis Matta menyeru kepada hampir serupa yakni korupsi. PKS dengan
seluruh kader untuk minta maaf kepada 20,3 persen juga banyaknya pemberitaan
masyarakat sebagai sebuah upaya menarik kasus korupsi dan kemudian PDIP 9,2
simpati publik. persen lalu Nasdem 5 persen dikarenakan
Hasil penelitian yang menunjukkan konflik internal. Dengan adanya survei
persepsi publik terhadap krisis partai politik tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan
terlihat pada bagan dibawah publik terhadap partai politik menurun.
Penilaian publik mengenai banyaknya
Gambar 3 Persepsi Publik Tentang partai yang mengalami krisis dikarenakan
Partai Politik berbagai macam faktor. Faktor korupsi
kader mendominasi pendapat publik dengan
73,2%, kemudian adanya konflik internal
yang terjadi dalam tubuh partai sebanyak
10,8%, Faktor lain-lain sebanyak 8,9% dan
Pelanggaran etika sebanyak 7,0%. Berikut
adalah matriks yang menggambarkan faktor-
faktor yang membuat partai politik
kehilangan kepercayaan publik:
Korupsi masih menjadi faktor paling
dominan yang mampu meruntuhkan
kepercayan publik kepada partai politik.
Berdasarkan matriks diatas terlihat Masih adakah partai politik yang bebas dari
bahwa persepsi publik tentang partai politik korupsi? Ironis jika kemudian publik
yang mengalami krisis. Mayoritas responden menghukum partai politik dengan
164
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

melakukan aksi golput. Selain meruntuhkan Kenyataannya, kesibukan partai untuk


bangunan demokrasi juga meruntuhkan menciptakan elite baru dan merebut
tatanan kenegaraan yang membutuhkan kepemimpinan ini menjadi sangat dominan.
peran publik dalam partisipasi politik. Lebih Tingginya angka penilaian publik
jauh kekhawatiran yang ditimbulkan dari tentang krisis partai politik menjelang
meluasnya distrust politics adalah lahirnya pemilu 2014 menyebabkan tingkat
pemilih transaksional yaitu individu- kepercayaan publik kepada Partai Politik
individu yang mengambil keputusan dari menurun. Mayoritas responden sudah tidak
sejumlah opsi berdasarkan transaksi berupa percaya dengan partai politik dengan angka
hadiah atau fasilitas (Arifin 2011: 224-225). 58,2%, tingkat kepercayaan publik pada
Gambar 4 Penyebab Krisis Partai Politik partai politik hanya berada pada angka
26,3%, dan sisanya 15,5% menyatakan tidak
tahu.
Individu tidak memiliki loyalitas terhadap
suatu partai karena pilihan politik hanya
didasarkan pada “politik uang” (money
politics) yang berlangsung dalam “pasar
gelap” politik. Meskipun pada akhirnya
hukum juga tidak mampu memaksa individu
untuk datang dan memilih karena pada
dasarnya tidak memilih adalah sebuah
keputusan politik. Keputusan tidak
Konflik internal partai dan manajemen berpolitik adalah sebuah keputusan politik.
partai dalam mengelola kader yang duduk di Gambar 5 Kepercayaan terhadap Partai
parlemen dan jabatan publik mendapat politik
sorotan tajam masyarakat. Kemampuan
partai mengelola dinamika politik internal
sehingga tidak terdengar nyaring keluar
perlu ditingkatkan. Faktor ketokohan dan
wibawa pemimpin partai dinilai mampu
mengatasi persoalan tersebut. Kemudian
manajemen partai dalam mengawasi kinerja
kader duduk di parlemen dan jabatan publik
yang melanggar kode etik dan “malas” harus
mampu menekan mereka agar lebih
kontributif. Mekanisme partai harus lebih
tegas menghukum kader yang terbukti Ditengah keterpurukan partai politik
bermasalah. pada tingkat kepercayaan publik, mayoritas
Idealnya, partai dibentuk untuk bisa responden memberikan penilaian pada partai
menjadi penyalur aspirasi dan politik yang mampu mengatasi masalah
mengagregasikan berbagai kepentingan krisis yang menimpa. Partai Golkar dinilai
masyarakat. Selain itu, partai juga paling mampu mengatasi krisis dengan
diharapkan melahirkan elite-elite baru, atau 27,6%, diikuti oleh PKS dengan 15,2 %,
tokoh baru dalam pentas politik nasional, PDIP memperoleh suara 9,5%, Gerindra
sebagai wujud regenerasi kepemimpinan.

165
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

7,5% dan pada urutan kelima ditempati menjadikan rakyat sebagai komoditas politik
partai Nasdem dengan 5,4%. semata.
Partai Golkar dengan segudang Fokus penting lainnya adalah korupsi
pengalaman politiknya dinilai paling mampu yang telah merongrong sistem politik selama
dan paling siap menghadapi masalah yang bertahun-tahun. Sementara tak ada yang bisa
datang. Bagi Golkar masalah-masalah membantah bahwa korupsi yang telah
politik bukan lagi menjadi masalah menjadi bagian kehidupan politik di
melainkan sebuah dinamika politik. Indonesia merupakan pengiring demokrasi
Pengalaman selama bertahun-tahun menjadi yang kehadirannya tak terelakkan, perlu
partai penguasa membuat mereka mampu dipikirkan apakah kondisi partai politik
bertahan menghadapi magnitude krisis yang sekarang ini adalah bagian dari persoalan
mendera. Kesiapan sistem dan manajerial itu.
partai serta soliditas kader menjadi kunci Gambar 6 Perpandingan Strategi Partai
keberhasilan Golkar mengelola potensi Politik
masalah.
Berbeda dengan Golkar, PKS dinilai
mampu mengatasi krisis dan mampu bangkit
dengan memenangkan berbagai pilkada
setelah kasus besar yang menimpa mantan
presidennya. Militansi kader dan
kepercayaan kader kepada qiyadah (elite)
disebut sebagai faktor yang mendukung
PKS dalam mengatasi krisis.
Adapun faktor yang mampu
mengembalikan kepercayaan publik kepada Pembahasan.Dalam menyikapi krisis
partai politik adalah konsistensi kader dan yang dialami, masing-masing partai politik
partai politik untuk tidak melakukan korupsi memiliki cara-cara yang berbeda baik dalam
dengan 41,7%, pro dengan rakyat 24,1%, memberikan reaksi maupun dalam strategi
faktor kedekatan dengan rakyat berada pada penanganan krisis tersebut. Pertama proaktif
posisi ketiga dengan 14,2% suara, pada yakni dengan mengambil langkah tepat
urutan keempat alasan lain-lain dengan ketika krisis terjadi partai Nasdem dan partai
13,1% dan kualitas kader atau caleg dengan Hanura termasuk kategori ini. Kedua
6,9 %. Responden menyatakan bahwa kader adaptif, yakni cenderung melihat situasi
dan parpol harus memiliki kedekatan dengan ketika terjadi krisis. Partai Golkar dan PDIP
Tuhan, mampu mewujudkan janji-janji masuk kategori ini. Sedangkan yang ketiga
politik, tidak menjadikan rakyat sebagai reaktif, yakni mengambil langkah yang tidak
kedok politik semata. tepat ketika terjadi krisis. Partai Demokrat
Secara umum, faktor yang dianggap dan PKS berada dalam kategori reaktif.
publik mampu mengembalikan kepercayaan Selain itu, Golkar dan PDIP mampu
terhadap partai politik adalah tidak melakukan proses adaptif sehingga meraih
melakukan korupsi (41,7), pro rakyat (24,1), kepercayaan masyarakat, sedangkan PKS
dekat dengan rakyat (14,2), kualitas kader meski dianggap memiliki krisis yang besar
(6,9), dan lain-lain (13,1). Responden namun mampu mengembalikan kepercayaan
menyatakan bahwa kader dan parpol harus publik.
memiliki kedekatan Tuhan, mampu Ditengah keterpurukan dan krisis yang
mewujudkan janji-janji politik, serta tidak dialami oleh partai politik beberapa partai
166
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

politik masih mendapatkan nilai terkahir ini membawa perubahan signifikan


kepercayaan publik bahwa mereka mampu pada tingkat kepercayaan publik terhadap
menyikapi krisis yang terjadi dengan cara- partai politik dan produk politik partai
cara yang tepat. Partai Golkar merebut tersebut.
mayoritas suara responden mengungguli Terdapat berberapa faktor yang
partai lainnya dengan pendekatan adaptif menyebabkan munculnya krisis partai
dalam menyelesaikan krisis yang menerpa. politik yakni kasus korupsi yang melibatkan
PKS menempati urutan kedua dalam kader dan elite partai politik, terjadinya
kepercayaan publik meski pendekatan yang konflik internalm dan pelanggaran etika
digunakan adalah cara-cara reaktif dalam yang dilakukan kader partai politik.
menyelesaikan konflik dan krisis yang Partai politik perlu melakukan design
terjadi. Dengan pendekatan adaptif PDIP ulang dan menyusun strategy dalam
mampu merebut keparcayan publik dengan menangani krisis partai politiknya dan
berada pada urutan ketiga. Selanjutnya menemukan cara komunikasi politik yang
Nasdem dan Hanura yang menggunakan baik.
pendekatan proaktif mampu merebut Menurunnya kepercayaan publik
kepercayaan publik bahwa mereka mampu kepada partai politik lebih banyak
menyelesaikan krisis yang terjadi. disebabkan oleh kasus-kasus korupsi yang
Situasi ketidakpercayaan terhadap merupakan pengkhianatan publik, konflik
partai politik di Indonesia saat ini tidak bisa internal dan pelanggaran kode etik.
dibiarkan secara terus menerus. Terlepas Saran, disarankan Partai politik harus
dari berbagai kelemahan yang ada, partai membuktikan dengan langkah nyata pro
politik merupakan institusi politik yang terhadap pemberantasan korupsi dengan
penting optimal dalam mekanisme menindak tegas kader-kader yang terlibat
demokrasi guna menyalurkan aspirasi serta memperbaiki kinerja politiknya.
masyarakat dibandingkan alternatif lain dari Sebuah partai politik harus mampu
sistem politik yang ada. mengatasi krisis yang dialami organisasi
Oleh karena itu, ini menjadi pekerjaan tersebut dengan cepat dan efektif untuk
rumah dari elite politik Indonesia, terutama mengurangi risiko yang lebih
pimpinan partai politik untuk terus membahayakan masa depan organisasi
memperbaiki institusi partai politik baik tersebut. Diperlukan pula individu-individu
pada aspek peraturan dan perundang- yang cepat tanggap terhadap krisis yang
undangan maupun dari segi organisasi dan terjadi di dalam organisasi dan memiliki
manajemennya. kemampuan untuk menyelesaikan krisis.
Masalah pendanaan partai, rekrutmen Krisis harus dijadikan pengalaman
kader berkualitas dan berintegritas, serta yang berguna juga untuk bahan evaluasi
pembangunan institusi partai yang modern agar ke depan lebih siap menghadapi krisis
dengan platform kebijakan publik berpihak dimasa yang akan datang. Hal itu
pada kepentingan umum merupakan agenda merupakan bagian dari manajemen konflik
utama dari perbaikan partai politik. yang mengandung arti, menata rasa tertekan
PENUTUP dan frustasi, mencari informasi dan hal-hal
baru yang tidak diketahui sebelum konflik
Simpulan, Dari paparan diatas dapat terjadi, memperoleh perspektif baru dari
disimpulkan secara sederhana sebagai kekeliruan sudut pandang para pelaku
berikut: Krisis partai politik yang memiliki konflik, menentukan keputusan dan
magnitude semakin besar dalam dua tahun pemecahan masalah dengan lebih baik,
167
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...

meningkatkan keakraban para anggota Martin , Lanny W. (2008) Coalition


kelompok oraganisasi dan menghargai Government and Political
perbedaan yang ditemukan dalam konflik Communication. Political Research
dan mengatasinya melalui suatu proses Quartely (Volume 61 Number 3, 502-
sinergitas untuk meningkatkan kekuatan 516). from
organisasi atau kelompok. Oleh karena itu, http://prq.sagepub.com/content/15/1/1
diperlukan penguasaan masalah dan 8
pengalaman serta ketenangan dalam
mengelola krisis sehingga luas dampak Rilis Survey Political Communication
krisis dapat dikendalikan. Institute (PolcoMM Institute), Februari
2014.
DAFTAR RUJUKAN Saffer,Adam J, Maureen Taylor and Aimei
Arifin, Anwar. (2011) Komunikasi Politik, Yang. (2013) Political Public Relations
filsafat, paradigma,teori, tujuan, in Advocacy: Building Online
strategi, dan komunikasi politik Influence and Social Capital. Public
indonesia. Yogyakarta. Graha Ilmu Relations Journal (Vol 7 No 4 ISSN
1942-4604, 1-35).
Asshiddiqie, Jimly. (2006) Pengantar Ilmu
Hukum Tata Negara – Jilid II. Jakarta : Seltzer, Trent, Weiwu Zhang, Sherice
Mahkamah Konstitusi Republik Gearhart and Lexie Conduff. (2013)
Indonesia. Sources of Citizens Experiential and
Delli, Michael X . (2013) An Engagement Reputational Relationships with
with Jeffrey Jones: Toward a New Political Parties. Public Relations
Vocabulary for Political Journal (Vol 7 No 4 ISSN 1942-4604,
Communications. International Journal 1-35).
of Communications (7, 507-509).
Valentini, Chiara. (2013) Political Public
Gregory, Anne. (2004) Perencanaan dan Relations in the European Union: EU
Manajemen Kampanye Public Reputation and Relationship
Relations. Terjemahan Dewi Manegement Under Scrutiny. Public
Damayanti, S.S., M.Sc. Jakarta : Relations Journal (Vol 7 No 4 ISSN
Penerbit Erlangga. 1942-4604, 1-22).
Firmanzah. (2012) Marketing politik Antara Valkenburg, Patti M and Jochen Peter.
Pemahaman dan Realitas. Jakarta. (2013) Communications Reseaerch
Yayasan Pustaka Obor Indonesia Paradigms : Five Challenges for the
Kasali, Rhenald. (2003) Manajemen Public future of Media-Effect. International
Relations : Konsep dan Aplikasinya di Journal of Communication (7, 198-
Indonesia. Jakarta: PT. Pusaka Utama 207).
Grafiti.
Nimmo, Dan. (2000) Komunikasi Politik Vergeer, Maurice and Liesbeth Hermans.
(khalayak dan efek). bandung. Remadja (2012) Web campaigning in the 2009
Rosdakarya European Parliament elections: A
Marijan. Kacung. (2011) Sistem Politik cross-national comparative analysis.
Indonesia konsolidasi Demokrasi Pasca New Media & Society Journal (15 (I) ,
Orde-Baru. Jakarta. Kencana 128-148).

168
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168

You might also like