Professional Documents
Culture Documents
Strategi Penanganan Krisis Partai
Strategi Penanganan Krisis Partai
Heri Budianto
Mahasiswa Kelas Doktoral Universitas Gadjahmada
e-mail: bangheri_budianto@yahoo.com
Abstract, Parties political crisis with a large magnitude experienced by political parties from 1
to 2 years. Almost all political parties participating in the election both old and new political
party crisis which resulted in the organization shocks and the effect of negative votes from the
public and the loss of public trust (distrust). This study used two methods of research that is the
first stage doing content analysis and discourse analysis, then the next do a survey. This study
shows that not all political parties intenal party could face a crisis caused by several factors
between corruption and the slide of their party cadres in corruption. Then the internal conflict is
another factor to the crisis and then breaches of ethics committed cadres of political parties. The
decline in public confidence in the political parties is mostly caused by cases of corruption were
a betrayal of the public, internal conflicts and violations of the code of conduct. In the face of
that situation, political parties must prove with concrete steps to combat corruption pro with
firm action against the cadres involved and improve their political performance. Then takes
control of the problem and the experience and calmness in managing the crisis so broad impact
of the crisis can be controlled.
Keyword : political strategy, crisis management, parties
Abstrak, Politik dengan magnitude besar dialami oleh partai politik sejak 1 hingga 2 tahun
terakhir. Hampir semua partai-partai politik peserta pemilu baik partai lama maupun partai baru
mengalami krisis yang mengakibatkan guncangan organisasi dan efeknya penilaian negatif dari
publik dan hilangnya kepercayaan publik (distrust). Penelitian ini menggunakan dua metode riset
yakni tahap pertama melakukan Content Analysis dan discourse analysis, kemudian berikutnya
melakukan survey. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua partai politik mampu
menghadapi krisis intenal partainya yang disebabkan oleh beberapa faktor diantara perilaku
korupsi dan terseretnya kader partai mereka dalam persoalan korupsi. Kemudian konflik internal
menjadi faktor lain terjadinya krisis dan kemudian pelanggara etika yang dilakukan kader partai
politik. Menurunnya kepercayaan publik kepada partai politik lebih banyak disebabkan oleh
kasus-kasus korupsi yang merupakan pengkhianatan publik, konflik internal dan pelanggaran
kode etik. Dalam menghadapi situasi itu partai politik harus membuktikan dengan langkah nyata
pro terhadap pemberantasan korupsi dengan menindak tegas kader-kader yang terlibat serta
memperbaiki kinerja politiknya. Kemudian diperlukan penguasaan masalah dan pengalaman
serta ketenangan dalam mengelola krisis sehingga luas dampak krisis dapat dikendalikan.
Kata kunci: strategi politik, penanganan krisis, partai politik
passif melainkan sebagai massa aktif. umum tentang peran komunikasi dalam
Berdasarkan teori “obstinate audience” Pemilihan Umum yaitu: teori kehendak
khalayak atau massa memiliki “filter rakyat, teori kontrol rakyat dan teori
konseptual” yang mampu membentengi diri dukungan rakyat.
dari stimulus pesan-pesan politik. Teori kehendak rakyat memiliki fokus
Perlu menjadi perhatian komunikator kognisi, dalam hal pemberi suara
politik dan partai politik agar mendesain berorientasi kepada tujuan yang kentara dan
ulang tentang mekanisme dan strategi tertentu serta memiliki minat aktif terhadap
komunikasi politik agar mampu memancing kampanye pemilihan umum dan memiliki
respons khalayak atau massa yang sudah pengetahuan yang memadai serta
apatis terhadap partai politik. Kegagalan menggunakan suara mereka sebagai alat
pesan politik dan marketing politik berupa untuk mencapai tujuan dengan tindakan
produk-produk politik akan membentuk politik. Teori kontrol rakyat memiliki fokus
fenomena baru dalam politik yakni massa pada afeksi. Teori ini menekankan bahwa
defenders yaitu massa yang menolak pemberi suara yang berorientasi kepada
terhadap kebijakan rezim yang berkuasa partai dengan pertimbangan berdasarkan
(Maridjan, 2010:132). standar kepartaian dan ideologi. Teori
Bertumbuhnya pemahaman dan dukungan rakyat memiliki fokus pada
pendidikan politik masyarakat serta ekspresif dan bukan instrumental atau
meningkatnya kesadaran politik masyarakat evaluatif dan bukan kognisi atau afeksi.
membawa perubahan dalam cara pandang Dalam teori ini pemberi suara menyusun
masyarakat terhadap politik dan partai citra tentang kandidat atau partai beserta
politik. Masyarakat tidak mau sekedar harapannya untuk mengukuhkan kembali
ditempatkan sebagai massa pasif yang kepercayaan kepada rasionalitas
dimobilisasi atas kepentingan melainkan fundamental sehingga dapat menentukan
mendudukkan diri sebagai massa aktif yang kembali tindakan yang sesuai dengan tujuan
turut dalam menentukan arah dan dinamika pada masa mendatang.
politik. Dalam Kamus Besar Bahasa
Akan tetapi sikap yang ditunjukkan Indonesia, citra diartikan sebagai gambar,
oleh massa aktif merupakan representasi rupa, atau gambaran yang dimiliki orang
trauma politik berupa ketidakpercayaan banyak mengenai pribadi, perusahaan,
terhadap partai politik. Krisis partai politik organisasi atau produk. Sebagai kesan
berupa masalah-masalah yang mendera mental atau bayangan visual yang
partai baik berupa gejolak internal maupun ditimbulkan oleh sebuah stimuli citra dapat
kasus yang masuk ranah hukum dan digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap
peradilan terutama korupsi dan moralitas sesuatu.
telah membuat apatisme politik. Partai Soemirat dan Ardianto (2004)
politik perlu menyusun ulang tentang mengatakan bahwa citra adalah cara
bagaimana membangun komunikasi politik bagaimana pihak lain memandang sebuah
dengan masyarakat untuk meningkatkan subyek. Efek kognitif dari komunikasi
kepercayaan dan merebut kembali sangat mempengaruhi proses pembentukan
kepercayaan itu, dan diperlukan tata cara citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan
kelola masalah ketika partai dan kader pengetahuan dan informasi-informasi yang
diterpa persoalan sehingga dampak yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara
ditimbulkan mampu dikontrol. Dan Nimmo langsung menimbulkan perilaku tertentu,
(2000:202-205) menyebutkan tiga , teori tetapi cenderung mempengaruhi cara kita
156
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...
yang dapat mengancam keberadaannya. karena gejala yang samar-samar atau sama
Sebagai ancaman, krisis harus ditangani sekali tidak jelas itu mulai kelihatan jelas.
secara cepat agar organisasi dapat berjalan Dalam banyak hal, krisis yang akut sering
normal kembali. disebut sebagai the point of no return.
Bagi Susanto (2009), sebuah krisis Artinya, sekali sinyal-sinyal yang muncul
adalah peristiwa besar yang tak terduga yang pada tahap peringatan (prodromal) tidak
secara potensial berdampak negatif terhadap digubris, ia akan masuk ke tahap akut dan
baik perusahaan maupun publik. Peristiwa tidak bisa kembali lagi. Kerusakan sudah
ini mungkin secara cukup berarti merusak mulai bermunculan, reaksi mulai
organisasi, karyawan, produk dan jasa yang berdatangan, isu menyebar luas. (3) Tahap
dihasilkan organisasi, kondisi keuangan dan Kronik: Organisasi masih merasakan
repuasi perusahaan. dampak dari krisis yang terjadi dan
Dalam kamus Webster, krisis terkadang dampak ini bisa lebih lama dari
didefinisikan sebagai “suatu titik balik untuk krisis itu sendiri. Tahap ini disebut sebagai
menuju keadaan lebih baik atau lebih tahap recovery atau self analysis. Di dalam
buruk”.Jadi dari suatu situasi ini, perusahaan perusahaan, tahap ini ditandai dengan
dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk. perubahan struktural.(4) Tahap Resolusi:
Contoh perusahaan yang menjadi lebih baik Tahap ini adalah tahap penyembuhan (pulih
setelah krisis adalah Johnson & kembali) dan tahap terakhir dari 4 tahap
Johnson yang berhasil mengatasi kasus krisis. Meski bencana besar dianggap sudah
racun sianida dalam Tylenol, salah satu berlalu, tetap perlu berhati-hati, karena riset
produk obat sakit kepala unggulannya dalam kasus-kasus krisis menunjukkan
sehingga reputasi perusahaannya justru bahwa krisis tidak akan berhenti begitu saja
terangkat. pada tahap ini.
Steven Fink, pakar dan konsultan Masing-masing tahap itu saling
krisis dari Amerika Serikat mengembangkan berhubungan dan membentuk siklus yang
konsep anatomi krisis menggunakan akan membawa kembali pada keadaan
terminologi kedokteran yang biasa dipakai semula (prodromal).
untuk melihat stadium suatu krisis yang Manajemen Krisis, Apakah sebuah
menyerang manusia. Empat tahap krisis akan menjadikan organisasi menjadi
perkembangannya adalah sebagai berikut lebih baik atau lebih buruk sangat
(Kasali, 2003: 225-230): (1) Tahap tergantung pada bagaimana pihak
Prodromal: Krisis pada tahap ini sering manajemen mempersepsi dan kemudian
dilupakan orang karena perusahaan masih merespon situasi tersebut atau sangat
bisa bergerak dengan lincah. Padahal pada tergantung pada pandangan, sikap dan
tahap ini, bukan pada tahap krisis sudah tindakan yang diambil terhadap krisis
kronis (meledak), krisis sudah mulai tersebut. Sebuah krisis mungkin dapat
muncul. Tahap prodromal sering disebut ditangani dengan segera dengan melibatkan
pula warning stage karena ia memberi sirene sedikit orang, tetapi krisis lain mungkin
tanda bahaya mengenai simtom-simtom harus ditangani dengan mengerahkan
yang harus segera diatasi. Tahap ini juga sebagian besar sumber daya yang dimiliki
merupakan bagian dari turning point. Bila organisasi.
manajemen gagal mengartikan atau Oleh karena itu dibutuhkan
menangkap sinyal ini. (2) Tahap Akut: manajemen krisis. Proses ini merupakan
Meski bukan di sini awal mula krisis, orang pendekatan kapasitas untuk memahami,
menganggap suatu krisis dimulai dari sini mengerahkan, mengkoordinasikan, dan
158
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...
menjadikan satu semua strategi dan fungsi dan siapa-siapa yang mampu mengatasi
kebijakan, serta semua keahlian hubungan krisis tersebut, apa perlu dibentuk suatu tim
dengan publik atau keahlian public penanggulangan krisis. Pertanyaan-
relations, menjadi sebuah pemahaman yang pertanyaan tersebut di atas adalah untuk
obyektif: berisikan partisipasi dalam menganalisis penyebab, mengapa dan
membentuk kebijakan publik yang dapat bagaimana, sejauh mana perkembangan
berpengaruh terhadap masa depan masing- krisis itu terjadi, di mana mulai terjadi
masing individu bahkan perusahaan atau hingga siapa-siapa personel yang mampu
institusional (Seitel, 2004: 491). diajak untukn mengatasi krisis tersebut.
Rhenal Kasali juga mengungkapkan Langkah-langkah apa yang dapat diambil
bahwa Manajemen Krisis adalah proses untuk mengatasinya melalui analisis
cepat yang digunakan untuk membantu lapangan secara logis, informatif dan
perusahaan dalam mengenali gejala krisis deskriptif. (3) Mengatasi dan
dari awal dan membangun sistem untuk Menanggulangi Krisis. Dalam hal ini perlu
mencegah terjadinya kerusakan, kerugian untuk mengetahui bagaimana dan siapa-
dan hilangnya nama baik (2003: 243). siapa personel yang mampu diikutsertakan
Adapun langkah pengendalian krisis dalam suatu tim penanggulangan krisis.
antara lain (1) Mengidentifikasi Krisis. Mengatasi krisis dalam jangka pendek sudah
Langkah ini merupakan penetapan untuk disebutkan di atas, maka dalam jangka
mengetahui (mengidentifikasi) suatu panjang, yaitu untuk selanjutnya bagaimana
masalah krisis.Ini penting untuk melihat krisis tersebut tidak berkembang dan
secara jelas faktor penyebab (factfinding) dicegah agar tidak terulang lagi di masa
timbulnya krisis. Mengidentifikasi suatu mendatang. (5) Mengevaluasi Krisis.
faktor penyebab terjadinya krisis berfungsi Tindakan terakhir adalah mengevaluasi
untuk mengetahui, apakah public krisis yang terjadi. Tujuannya adalah untuk
relations atau perusahaan dapat menangani melihat sejauh mana perkembangan krisis
krisis yang terjadi itu segera atau tidak. itu di dalam masyarakat. Apakah
Seperti seorang dokter mendiagnosis suatu perkembangan krisis tersebut berjalan cukup
penyakit pada pasiennya, untuk mengetahui lamban atau cepat, meningkat secara
apakah bisa disembuhkan, dikurangi kuantitas maupun kualitas serta bagaimana
penyakitnya atau sama sekali tidak bisa jenis dan bentuk krisis yang terjadi.
disembuhkan. (2) Menganalisis Krisis Prinsip menghadapi krisis dapat
Mungkin perlu pengembangan dalam dibedakan menjadi empat yaitu: (1) Prinsip
menggunakan formula 5W + 1H untuk relasional : Organisasi bisa bertahan lebih
mengung-kapkan dan menganalisis secara dalam kondisi krisis ketika telah
mendalam sistematis, informatif dan membangun hubungan yang baik dengan
deskriptif krisis yang terjadi melalui suatu stakeholders. (2) Prinsip akuntabilitas:
laporan yang mendalam (in-depth Organisasi harus bertanggung jawab
reporting). Pada saat prakrisis atau masa terhadap krisis sekalipun bukan tanggung
akut krisis, bisa dianalisis melalui beberapa jawabnya. (3) Prinsip keterbukaan : Semasa
pertanyaan yang diajukan untuk menetapkan krisis organisasi perlu menyampaikan
penanggulangan suatu krisis, yakni apa informasi dan masalah yang dihadapi. (4)
penyebab terjadinya krisis itu, kenapa krisis Prinsip Komunikasi Simetris:
itu bisa terjadi, dimana dan kapan krisis Semasa krisis organisasi harus
tersebut mulai, sejauh mana krisis tersebut mempertimbangkan kepentingan publik
berkembang, bagaimana krisis itu terjadi, sejajar dengan kepentingan organisasi
159
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...
krisis partai politik yang diawali dengan pengendalian masalah dan penyusunan
melakukan content analysis pada 15 media langkah komunikasi partai kepada
nasional akan didapatkan data awal yang masyarakat melalui media tidak berjalan
menunjukkan sebuah potensi krisis yang dengan efektif. Sehingga kasus yang terjadi
mengancam kepercayaan publik terhadap disikapi dengan tidak tepat justru
partai politik. melahirkan polemik yang sangat panjang.
Dari sisi intensitas kemunculan berita PDIP dan Partai Nasional Demokrat
partai Demokrat menjadi partai yang paling menempati urutan selanjutnya dengan 9,2%
sering diberitakan mengalami krisis dan 5,0%. Media melihat masalah internal
prosentase sebesar 34, 2% . hal itu partai dan dinamika politik internal tidak
dikarenakan banyaknya kasus korupsi yang mendapatkan penanganan yang baik
melilit kader-kadernya. Kasus yang mendera sehingga menimbulkan banyak polemic
Demokrat menjadi lebih menarik karena yang berujung pada krisis partai.
dalam pemberitaan media massa menyeret- Partai-partai politik akhir-akhir ini
nyeret beberapa pejabat negara. Selain itu juga banyak dikritik karena tidak optimal
polemik dan permasalahan internal partai dalam melakukan pengkaderan di internal
juga menjadi daya tarik pemberitaan media partai, sehingga rawan terjadinya
terhadap partai demokrat. transaksional. Selain itu, parpol juga banyak
dikritik karena enggan menunjukkan
Gambar 1. Prosentase Pemberitaan Krisis kesungguhannya dalam menciptakan tradisi
Partai Politik Di Media Massa demokrasi politik internal yang baik serta
oligrakhi.
Reaksi dan Strategi Parpol dalam
Menghadapi Krisis, Dalam menyikapi
krisis yang menimpa, masing-masing partai
politik memiliki cara-cara yang berbeda baik
dalam memberikan reaksi maupun dalam
strategi penanganan krisis. Secara
keseluruhan terdapat tiga kategori
bagaimana partai politik memberikan reaksi
dan strategi yaitu: (1) Proaktif, yakni dengan
Partai Golkar menyusul dengan mengambil langkah yang tepat ketika krisis
intensitas pemberitaan sebesar 34,2%, hal terjadi. Nasdem dan Hanura merupakan dua
itu dikarenakan kasus yang serupa dengan partai yang masuk kategori didalamnya. (2)
Demokrat yakni kasus korupsi yang Adaptif, yakni cenderung melihat situasi
berujung pada hukum dan pengadilan yang ketika terjadi krisis. Partai Golkar dan PDI
menerpa kader-kadernya. Akan tetapi dari Perjuangan masuk dalam kategori ini. (3)
sisi penanganan masalah Golkar mampu Reaktif, yakni mengambil langkah yang
membangun langkah yang tepat sehingga tidak tepat ketika terjadi krisis. Partai
pengendalian sebaran dampak masalah dapat Demokrat dan PKS berada dalam kategori
dikendalikan. ketiga.
Berbeda dengan PKS yang menduduki Tolok ukur dalam memasukkan partai
peringkat ketiga dengan 20,3% tingkat ke dalam kategori diatas adalah berdasarkan
intensitas pemberitaan media meskipun discourse analysis. Dari pemberitaan media
cuma satu kasus yang menimpa kadernya. massa terlihat bahwa partai-partai politik
Hal ini dikarenakan kemampuan berupaya menghadapi masalah dan
162
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...
menyelesaikan masalah yang dialami mengelola konflik yang terjadi dengan cepat
partainya. Penanganan masalah yang tepat dan tepat tanpa banyak menimbulkan
dan cepat serta tidak menimbulkan dampak polemik.
yang luas dan berkepanjangan dinilai Kemudian partai politik yang adaptif
sebagai langkah yang efektif. yakni cenderung melihat situasi ketika
Dalam bagan 2, terdapat data yang terjadi krisis yakni Partai Golkar dan PDIP.
menggambarkan bagaimana partai politik Partai Golkar mengandalkan menajeman isu
menangani krisis dan faktor penentu yang dalam mengahadapi krisis yakni dengan
memberikan pembeda dalam menyelesaikan melakukan counter isu seragam yang
krisis. dimainkan elit politiknya. Demikian juga
Partai Nasdem dan Partai Hanura dengan PDIP yang memainkan pengelolaan
merupakan partai politik yang bersikap isu yang sama dengan Golkar melakukan
Proaktif yakni mampu mengambil langkah Counter yang sama oleh elite partai. Namun
tepat ketika terjadi krisis. Faktor kedua PDIP juga sangat mengandalkan ketokohan
partai ini adalah Partai Nasdem sangat Megawati Soekarno Putri dalam mengatasi
ditentukan oleh ketokohan Surya Paloh krisis parpol.
dalam meredam gejolak politik di internal, Efektifitas counter issu yang
kemudian Nasdem termasuk partai yang dilakukan Golkar dan PDIP terletak pada
mampu melakukan konsolidasi organisasi konsistensi statement elite partai dalam
secara cepat. Manajemen partai yang kokoh menyikapi kasus, dan tidak semua elite
dan solid memastikan penanganan masalah partai mengeluarkan statement melainkan
mendapatkan perhatian khusus sehingga hanya elite tertentu yang ditunjuk oleh partai
tidak memunculkan gejolak yang untuk menjadi juru bicara di depan media.
berkepanjangan. Ketokohan Surya Paloh Strategi satu pintu atau dengan jubir terbatas
dalam Partai Nasdem memang memiliki membatasi adanya polemik internal karena
posisi yang strategis dalam pengelolaan perbedaan statement antar elite. Media dan
krisis. masyarakat juga mendapatkan informasi
Gambar 2 Strategi Partai Politik dalam yang jelas dan tegas tentang bagaimana
Menangani krisis sikap partai terhadap masalah yang tengah
dihadapi.
Partai politik yang bersikap Reaktif
yakni partai politik yang mengambil langkah
tidak tepat ketika terjadi krisis adalah Partai
Demokrat dan PKS. Partai Demokrat
melakukan hal-hal tidak terkontrol dalam
pengelolaan isu dan juga elite partai
melakukan counter isu yang tidak seragam
dalam menyatakan pendapatnya. Berbeda
dengan partai Golkar dan PDIP, elite PKS
dan Demokrat justru melakukan blunder
Sementara itu Partai Hanura juga dengan statement beragam yang dikeluarkan
sangat kuat mengandalkan ketokohan yakni oleh elite. Hal tersebut memicu polemik
Wiranto dalam mengatasi krisis. Selain itu internal yang berkepanjangan serta
Partai Hanura mampu bersikap tegas dengan berdampak pada informasi yang masuk ke
langsung menonaktifkan kader yang terseret publik bahwa terjadi gesekan kepentingan
kasus korupsi. Kedua partai mampu internal partai.
163
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...
Sementara itu PKS dalam menghadapi menempatkan partai Demokrat pada urutan
krisis melakukan counter dengan discourse pertama dengan 29,2%, diikuti oleh PKS
yang menyatakan bahwa PKS merupakan dengan 17,6%, Partai Golkar dengan 10,2%,
“korban politik” dan “dizhalimi”. Serta PKB dengan 9,3% dan pada urutan kelima
manajemen pengelolaan krisis yang sangat PDIP dengan 7,6%.
bergantung kepada mekanisme partai. Pada Demokrat dinilai masyarakat
awal kasus yang menimpa elite PKS mengalami krisis karena banyaknya kasus
mencoba membangun opini publik dengan yang mendera baik konflik internal maupun
mengatakan bahwa apa yang menimpa kasus korupsi. Content anlysis dari 15 media
mereka adalah sebuah skenario konspirasi massa nasional menyajikan data yang
zionis dan konspirasi musuh-musuh dakwah. serupa mengenai posisi partai politik yang
Mereka menggunakan defense strategy dinilai sedang mengalami krisis. Dapat
dengan menempatkan diri sebagai korban diasumsikan bahwa kekuatan media sebagai
dan pihak yang terdhalimi. penyebar informasi mampu membentuk
Seiring dengan perjalan kasus sikap opini publik.
politik elite PKS terhadap kasus tersebut Partai Demokrat yang paling banyak
berubah-berubah. Setelah melakukan diberitakan mengenai krisis yakni persentase
defense strategey dengan menempatkan diri 34,2 persen. Hal tersebut dikarenakan kasus
sebagai pihak yang dizhalimi, mereka korupsi yang menimpa para kader
berubah sikap dengan mendukung kinerja Demokrat.
KPK dan mendorong kasus untuk segera Kemudian disusul oleh partai Golkar
diselesaikan. Dan sikap yang terakhir dengan 24,3 persen karena kasus yang
presiden PKS Anis Matta menyeru kepada hampir serupa yakni korupsi. PKS dengan
seluruh kader untuk minta maaf kepada 20,3 persen juga banyaknya pemberitaan
masyarakat sebagai sebuah upaya menarik kasus korupsi dan kemudian PDIP 9,2
simpati publik. persen lalu Nasdem 5 persen dikarenakan
Hasil penelitian yang menunjukkan konflik internal. Dengan adanya survei
persepsi publik terhadap krisis partai politik tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan
terlihat pada bagan dibawah publik terhadap partai politik menurun.
Penilaian publik mengenai banyaknya
Gambar 3 Persepsi Publik Tentang partai yang mengalami krisis dikarenakan
Partai Politik berbagai macam faktor. Faktor korupsi
kader mendominasi pendapat publik dengan
73,2%, kemudian adanya konflik internal
yang terjadi dalam tubuh partai sebanyak
10,8%, Faktor lain-lain sebanyak 8,9% dan
Pelanggaran etika sebanyak 7,0%. Berikut
adalah matriks yang menggambarkan faktor-
faktor yang membuat partai politik
kehilangan kepercayaan publik:
Korupsi masih menjadi faktor paling
dominan yang mampu meruntuhkan
kepercayan publik kepada partai politik.
Berdasarkan matriks diatas terlihat Masih adakah partai politik yang bebas dari
bahwa persepsi publik tentang partai politik korupsi? Ironis jika kemudian publik
yang mengalami krisis. Mayoritas responden menghukum partai politik dengan
164
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...
165
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...
7,5% dan pada urutan kelima ditempati menjadikan rakyat sebagai komoditas politik
partai Nasdem dengan 5,4%. semata.
Partai Golkar dengan segudang Fokus penting lainnya adalah korupsi
pengalaman politiknya dinilai paling mampu yang telah merongrong sistem politik selama
dan paling siap menghadapi masalah yang bertahun-tahun. Sementara tak ada yang bisa
datang. Bagi Golkar masalah-masalah membantah bahwa korupsi yang telah
politik bukan lagi menjadi masalah menjadi bagian kehidupan politik di
melainkan sebuah dinamika politik. Indonesia merupakan pengiring demokrasi
Pengalaman selama bertahun-tahun menjadi yang kehadirannya tak terelakkan, perlu
partai penguasa membuat mereka mampu dipikirkan apakah kondisi partai politik
bertahan menghadapi magnitude krisis yang sekarang ini adalah bagian dari persoalan
mendera. Kesiapan sistem dan manajerial itu.
partai serta soliditas kader menjadi kunci Gambar 6 Perpandingan Strategi Partai
keberhasilan Golkar mengelola potensi Politik
masalah.
Berbeda dengan Golkar, PKS dinilai
mampu mengatasi krisis dan mampu bangkit
dengan memenangkan berbagai pilkada
setelah kasus besar yang menimpa mantan
presidennya. Militansi kader dan
kepercayaan kader kepada qiyadah (elite)
disebut sebagai faktor yang mendukung
PKS dalam mengatasi krisis.
Adapun faktor yang mampu
mengembalikan kepercayaan publik kepada Pembahasan.Dalam menyikapi krisis
partai politik adalah konsistensi kader dan yang dialami, masing-masing partai politik
partai politik untuk tidak melakukan korupsi memiliki cara-cara yang berbeda baik dalam
dengan 41,7%, pro dengan rakyat 24,1%, memberikan reaksi maupun dalam strategi
faktor kedekatan dengan rakyat berada pada penanganan krisis tersebut. Pertama proaktif
posisi ketiga dengan 14,2% suara, pada yakni dengan mengambil langkah tepat
urutan keempat alasan lain-lain dengan ketika krisis terjadi partai Nasdem dan partai
13,1% dan kualitas kader atau caleg dengan Hanura termasuk kategori ini. Kedua
6,9 %. Responden menyatakan bahwa kader adaptif, yakni cenderung melihat situasi
dan parpol harus memiliki kedekatan dengan ketika terjadi krisis. Partai Golkar dan PDIP
Tuhan, mampu mewujudkan janji-janji masuk kategori ini. Sedangkan yang ketiga
politik, tidak menjadikan rakyat sebagai reaktif, yakni mengambil langkah yang tidak
kedok politik semata. tepat ketika terjadi krisis. Partai Demokrat
Secara umum, faktor yang dianggap dan PKS berada dalam kategori reaktif.
publik mampu mengembalikan kepercayaan Selain itu, Golkar dan PDIP mampu
terhadap partai politik adalah tidak melakukan proses adaptif sehingga meraih
melakukan korupsi (41,7), pro rakyat (24,1), kepercayaan masyarakat, sedangkan PKS
dekat dengan rakyat (14,2), kualitas kader meski dianggap memiliki krisis yang besar
(6,9), dan lain-lain (13,1). Responden namun mampu mengembalikan kepercayaan
menyatakan bahwa kader dan parpol harus publik.
memiliki kedekatan Tuhan, mampu Ditengah keterpurukan dan krisis yang
mewujudkan janji-janji politik, serta tidak dialami oleh partai politik beberapa partai
166
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168
Budianto: Strategi penanganan krisis partai dari pandangan ...
168
Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 154-168