JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 291

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

PERTUMBUHAN CACING TANAH (Perionyx sp) PADA DUA MEDIA

Rotupa Juliana Manurung, Yusfiati, Dewi Indriyani Roslim

Mahasiswa Program Studi SI Biologi


Bidang Zoologi FMIPA
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Pekanbaru 28293, Indonesia
Rotupamanurung@yahoo.com

ABSTRACT

This research was conducted to determine the growth of earthworm ( Peryonix sp) in two
types of media, that is mixture of palm sheath waste with chicken manures and mixture of
vegetables waste with chicken manures. This research was conducted at Biological Garden
Department of Biology Math and Science Faculty Riau University. The research used
completely randomized design with five treatments and three replications i.e treatments M1
(100% palm sheath waste); M2 (75% palm sheath waste + 25% chicken manure); M3 (50%
palm sheath waste + 50% chicken manure); M4 (25% palm sheath waste + 75% chicken
manure) and M5 (100% chicken manure), S1 (100% vegetables waste); S2 (75% vegetables
waste + 25% chicken manure); S3 (50% vegetables waste + 50% chicken manure); S4
(25% vegetables waste + 75% chicken manure) and S5 (100% chicken manure). Analysis
of variance showed that type of media had significantly affected body weight and amount
of coccon produced. The biggest body weight and amount coccon were at media M2 and
S3 in the day of 20.

Keywords : Chicken manure, Peryonix sp, palm sheat waste, vegetables waste.

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pertumbuhan cacing tanah ( Peryonix sp) yang
dipelihara pada dua media yang berbeda, yaitu campuran antara limbah pelepah sawit
dengan kotoran ayam dan campurn antara limbah sayuran dengan kotoran ayam. Penelitian
dilakukan di kebun Biologi. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan
lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan M1 (100% limbah pelepah sawit); M2 (75%
limbah pelepah sawit + 25% kotoran ayam); M3 (50% limbah pelepah sawit + 50% kotoran
ayam); M4 (25% limbah pelepah sawit + 75% kotoran ayam) dan M5 (100% kotoran
ayam), S1 (100% limbah sayuran); S2 (75% limbah sayuran + 25% kotoran ayam); S3
(50% limbah sayuran + 50% kotoran ayam); S4 (25% limbah sayuran + 75% kotoran
ayam) dan S5 (100% kotoran ayam). Parameter yang diamati adalah bobot cacing tanah
dan jumlah kokon. Analisis ANOVA menunjukkan bahwa jenis media memberikan
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 291
pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot tubuh dan jumlah kokon cacing tanah. Bobot
tubuh terbesar dijumpai pada hari yang ke-20 pada media M2 dan S3 dan jumlah kokon
cacing tanah.

Kata kunci : Peryonix sp, kotoran ayam, limbah pelepah sawit, limbah sayuran

PENDAHULUAN tidak mudah menjadi padat, mudah


terurai, tidak mengandung tanin, serta
Cacing tanah merupakan hewan tidak mengandung minyak atsiri yang
tanah yang mudah dibudidayakan, serta berbau tajam dan bahan organik yang
memiliki kandungan gizi yang cukup menjadi sumber pakan cacing tanah dapat
tinggi. Cacing tanah mempunyai banyak berasal dari hewan dan tumbuhan.
manfaat, diantaranya memperbaiki dan Kotoran ternak adalah sumber mineral
mempertahankan struktur tanah, dan protein ynag baik untuk pertumbuhan
meningkatkan daya serap air permukaan cacing tanah, juga limbah sayuran banyak
tanah, menyuburkan tanah, sebagai pakan mengandung bahan organik, vitamin,
bagi ikan, ternak dan hewan piaraan, serta mineral yang dapat digunakan untuk
bahan obat, dan kosmeti (Sihombing, pertumbuhan cacing tanah.Bahan organik
1999), sebagai dekomposisi bahan merupakan pakan utama cacing tanah,
organik dan pencampuran bahan organik yaitu bahan yang berasal dari organisme
tersebut dengan tanah, serta yang mengandung senyawa karbon
meningkatkan aerasi tanah karena (Gaddie & Douglas 1975). Senyawa
aktivitas mereka dalam membuat lubang tersebut dapat berupa karbohidrat,
dalam tanah. Kandungan gizi pada protein, lemak, vitamin, asam nukleat,
cacing tanah cukup tinggi, yaitu berkisar dan asam organik (Donald et al., 1989).
71,8% protein, 16,6% lemak, 9,99% Penggunaan bahan organik yang
karbohidrat dan 446,3 kal (Comarudin, digunakan sebagai media campuran selain
2008) dan juga cacing tanah dapat sebagai melengkapi kandungan nutrisi
menjadi pakan udang windu dan udang media sekaligus dapat memanfaatkan
galah (Adisoemarto & Atmowidjojo limbah organik yang membantu
1983). mengatasi masalah pencemaran
Pertumbuhan dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini
perkembangbiakan cacing tanah adalah untuk melihat pertumbuhan cacing
ditentukan oleh berbagai factor tanah Peryonix sp pada dua macam media
lingkungan, seperti temperature, pH, limbah organik.
kadar air tanah, dan jenis pakan (Towle,
1977). Cacing tanah dapat tumbuh pada METODE PENELITIAN
media seperti kotoran ayam, sayuran, dan
limbah pelepah sawit. Menurut Rukmana a. Waktu dan Tempat Penelitian
(1999), syarat bahan organik yang dapat
digunakan sebagai media hidup cacing Penelitian dilakukan pada bulan
tanah antara lain mempunyai daya serap November sampai Desember 2013.
yang tinggi untuk menahan air, gembur, Penelitian dilaksanakan di kebun Biologi
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 292
Fakultas Matematika dan Ilmu e. Pengamatan
Pengetahuan Alam, Universitas Riau
Pada penelitian ini pengukuran
b. Alat dan Bahan suhu media dilakukan setiap hari pukul
12.00 siang menggunakan thermometer.
Alat dan bahan yang digunakan Apabila suhu media mengalami
dalam penelitian ini adalah cacing tanah peningkatan dilakukan penyemprotan air
(Perionyx sp) dengan berat awal 11 gr, dengan handsprayer untuk menjaga
limbah pelepah sawit, kotoran ayam, kestabilan temperatur dan kelembaban
kapur pembasmi semut dan air bersih, media. Pengadukan media dilakukan 10
sedangkan alatnya terdiri dari 30 pot hari sekali agar aerasinya berjalan dengan
plastik, karung plastik, ember, timbangan baik.
digital, kamera digital, handsprayer, Pengamatan dilakukan sebanyak 3
sarung tangan, masker, thermometer, soil kali yaitu: hari ke-10, hari ke-20 hari dan
tester, dan alat tulis. pengamatan terakhir dilakukan pada hari
ke-30 setelah penanaman cacing tanah ke
c. Persiapan Media dalam media.
Jumlah kokon, Perhitungan jumlah
Sebelum digunakan kotoran ayam kokon dilakukan pada setiap pot plastik
dijemur di bawah sinar matahari sampai secara manual setelah 10 hari penanaman,
baunya hilang, setelah itu ditumbuk dan setiap 10 hari selama 30 hari.
diayak. Sayuran dijemur di matahari Data yang diperoleh dianalisis secara
kemudian di potong kecil-kecil, untuk statistik dengan ANOVA untuk
limbah pelepah sawit hanyak diayak mengetahui pengaruh pemberian pakan.
untuk memisahkan ukuran benda yang Apabila terdapat perbedaan yang nyata
besar dengan yang kecil. Setiap pot diisi maka untuk menentukan perlakuan yang
dengan tanah sebanyak 780 gr atau terbaik dilakukan dengan uji Duncan’s
setinggi 5 cm dan media pakan setinggi 6 Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
cm. Jadi total tinggi media pakan untuk 5% dan 1% .
pertumbuhannya adalah 11 cm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
d. Pengadaan hewan percobaan
a. Pertambahan bobot tubuh cacing
Pengadaan ini terdiri dari tanah
pengkoleksian, identifikasi, dan seleksi.
Pengkoleksian cacing tanah peryonix sp Media yang digunakan adalah limbah
dengan mencari cacing tanah ditempat pelepah sawit dengan kotoran ayam yang
jualan umpan ikan. Peryonix sp hasil
mempunyai perlakuan yang berbeda-beda
koleksi kemudian dipelihara, lalu
diseleksi untuk memilih cacing Peryonix yang dapat menunjang pertambahan
sp yang telah memilki klitelum. Klitelum bobot tubuh cacing tanah. Bahan organik
merupakan tanda cacing tanah telah yang kaya akan protein cenderung lebih
dewasa kelamin. mudah dikomsumsi oleh cacing tanah

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 293


dibanding dengan bahan organik yang tanah. Hal ini mendukung bahwa cacing
kandungan proteinnya lebih rendah. Hal tanah Peryonix lebih menyukai tanah
ini sangat menentukan dalam yang mengandung bahan organik yang
pembentukan jaringan tubuh sehingga tinggi. Nofyan (2000) menyatakan
menyebabkan peningkatan bobot tubuh bahwa kemampuan cacing tanah dalam
cacing tanah (Yulipriyanto, 1995). mengkomsumsi bahan organik sebagai
Ketersediaan materi organik yang
pakan sangat dipengaruhi oleh
terkandung di dalam tanah memegang
ketersediaan bahan organik yang disukai
peranan yang penting dalam kehidupan serta kandungan kimianya.
cacing tanah. Palungkun (1999) Bobot tubuh cacing tanah pada
mengatakan bahwa ketersediaan bahan pengamatan yang dilakukan selama 30
organik sebagai pakan cacing tanah hari dapat dilihat pada tabel 1 dan
sangatlah berpengaruh terhadap cacing Gambar 1.

Tabel 1. Rata-rata bobot tubuh cacing tanah pada media campuran limbah
pelepah sawit dengan kotoran ayam
No Jenis media/ Rata-rata bobot tubuh
Perlakuan cacing tanah pada hari ke-
0 10 20 30
a
1 M1 11,0 13,3e 14,2 gh
13,4efg
2 M2 11,0a 15,8hi 15,4i 15,0i
3 M3 11,0a 12,9de 14,2gh 13,5efg
4 M4 11,0a 12,1bc 12,4cd 12,1bc
5 M5 11,0a 11,2a 11,2a 11,2a
Ket: Huruf yang sama pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada 5%

Gambar 1. Rata-rata bobot tubuh tubuh cacing tanah pada media kotoran ayam dan limbah
pelepah sawit

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 294


Analisis ragam (Tabel1) usia dan juga kandungan nutrisi yang
menunjukkan bahwa perlakuan terdapat pada media sudah berkurang dari
memberikan pengaruh yang nyata hari sebelumnya. Menurut Hisbinudin
terhadap bobot tubuh cacing tanah.
(2000) pertumbuhan cacing tanah akan
Puncak bobot tubuh cacing tanah terdapat
pada perlakuan M2, yaitu 75% limbah berlangsung lambat dan terjadi penurunan
pelepah sawit+25% kotoran ayam, bobot tubuh cacing tanah setelah
kemudian diikuti oleh M3, M1, M4, M5. cacingtanah mencapai dewasa kelamin.
Perlakuan yang dilakukan dengan Hal ini berarti bahwa pemberian pakan
mencampurkan dua media lebih baik campuran antara kotoran ayam dengan
pertumbuhannya dibanding dengan media limbah pelepah sawit tidak saja dapat
yang tidak dicampur dengan apapun.
meningkatkan pertumbuhan cacing tanah
Adapun yang dapat menunjang
pertumbuhan dan pertambahan bobot tetapi juga dapat meningkatkan
badan cacing tanah adalah kualitas pakan. perkembangan dan reproduksi dari cacing
Tingginya kualitas pakan ditunjukkan tanah tersebut. Pada penelitian ini
dengan terpenuhinya nilai gizi dalam menggunakan media campuran antara
komposisi pakan sehingga limbah pelepah sawit dengan kotoran
mengakibatkan terjadinya pertumbuhan ayam (Gambar 2) dapat menunjang
hewan cacing tanah yang jauh lebih baik
proses perkembangbiakan cacing tanah.
(Tilman, 1998).
Rata-rata bobot tubuh cacing Hal ini didukung oleh komposisi
tanah pada hari ke-10 dan ke-20 kimianya yang ada perlakuan media
mengalami kenaikan , ini disebabkan tersebut.
karena kandungan gizi dan pemberian Menurut Mathius (2003) dan
pakan yang berbeda-beda sehingga dapat Widjaya et al. (2005), kandungan nutrisi
menyebabkan peningkatan bobot cacing dari pelepah kelapa sawit yaitu: bahan
tanah, sedangkan hari ke-30 mengalami kering sebesar 26,07%, protein kasar
penurunan cacing tanah karena faktor sebesar 3,07%, lemak kasar sebesar

Gambar 2. Media pertumbuhan. Keterangan : a. Kotoran ayam, b. Limbah pelepah sawit

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 295


1,07%, serat kasar sebesar 50,94%, lemak, 0,2 gr, serat 0,8%, kapur 0,55% ,
kalsium (Ca) sebesar 0,96%, fosfor (P) besi 0,008%, sedangkan sayuran selada
sebesar 0,08%, energi (Kkal/kg) sebesar terdiri dari : 26 kal kalori, 1,2% protein,
4 .841%. Komposisi pupuk kotoran,
0,2% lemak, 2,9% karbohidrat, 0,25%
ayam yaitu nitrogen sebesar (1,0%),
fosfor sebesar (0,8%), kalium Ca, 0,25% P, 0,005% Fe, 1,62% Vit. A,
sebesar(0,4%), dan kandungan airnya 0,004% Vit. B, 0,08% Vit. C, 0 serat
sebesar (55%) (Soedijanto & Hadmadi dan komposisi pupuk kotoran ayam
1980). yaitu 1,0% nitrogen, 0,8% fosfor, 0,4%
Bahan-bahan sayuran seperti kalium, dan kandungan air 55%
selada, kol, dan sayur putih merupakan (Gambar 3 )
pakan favorit cacing tanah. Sayuran ini Gaddie dan Douglas (1997)
banyak mengandung vitamin dan menyatakan bahwa tekstur kotoran
mineral yang bermanfaat untuk ayam relatif padat sehingga jika
pertumbuhan cacing tanah. Kotoran digunakan sebagai media tumbuh
ayam merupakan bahan pakan cacing tanah harus dicampur dengan
bahan tambahan untuk memperbaiki
campuran yang cocok untuk
porositas. Pada penelitian ini
pertumbuhan cacing tanah. Haryanto et menggunakan media campuran antara
al.(1998) menyatakan bahwa komposisi kotoran ayam dengan limbah sayuran
zat gizi yang terkandung dalam sayuran dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 4.
kol diantaranya: 22 kal kalori, 1,4%

Gambar 3. Media pertumbuhan. Keterangan : a. Kotoran ayam, b. Limbah sayuran

Tabel 2. Rata-rata bobot tubuh cacing tanah pada media limbah sayuran dengan kotoran
ayam.
No Rata-rata bobot tubuh cacing tanah pada hari ke-
Jenis media/ Perlakuan
0 10 20 30
a bcd def
1 S1 11,0 11,7 12,4 12,3cde
2 S2 11,0a 13,1fg 13,8gh 13,2fg
3 S3 11,0a 13,6gh 14,1h 13,6gh
4 S4 11,0a 12,1cde 13,2fg 12,6ef
5 S5 11,0a 11,4bc 11,6bc 10,5a
Ket: Huruf yang sama pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada 5

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 296


Gambar 4. Rata-rata bobot tubuh tubuh cacing tanah pada media limbah sayuran
dengan kotoran ayam.
Media S3 dan S2 lebih cocok untuk
Pengamatan pada hari ke 10 bobot pertumbuhan cacing tanah dibanding
tubuh cacing tanah mengalami media S1, S4, S5 semakin tinggi
peningkatan pada semua media, hal ini pemberian taraf kotoran ayam di dalam
karena cacing tanah memperoleh media maka akan terjadi penurunan
sumber makanan yang cukup dari pakan bobot tubuh cacing tanah tersebut.
tersebut. Pada hari ke 20 bobot tubuh Bobot tubuh cacing tanah pada media
cacing tanah yang meningkat pada tiap S5 mengalami penurunan karena cacing
media, hal ini karena pada media sayur tanah kurang menyukai kotoran ayam.
dan kotoran ayam cacing tanah Kotoran ayam tersebut memiliki bentuk
memperoleh nutrisi, vitamin, mineral yang padat dan kasar sehingga cacing
yang dapat mendukung pertumbuhan tanah tidak mendapatkan nutrisi dan
cacing tanah yang mengakibatkan bobot aerasi yang baik dari media ini.
tubuhnya mengalami kenaikan dan juga Sayuran yang dipotong kecil-kecil tidak
menunjukkan bahwa pada media yang mampu dimakan oleh cacing tanah
mempunyai komposisi yang sama tersebut sehingga cacing tanah
cacing tanah lebih menyukainya sebagai memerlukan waktu yang cukup lama
media untuk pertumbuhannya dengan untuk memakan dan mencernanya
ditunjukkan bahwa cacing tanah sehingga berpengaruh terhadap
tersebut dapat hidup dan berkembang pertumbuhan dan bobot badannya.
biak. Pada hari yang ke 30 bobot Selain makanan, pertumbuhan cacing
cacing tanah tiap media mengalami tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor
penurunan. Kemungkinan diakibatkan lain seperti lingkungan. Suhu tanah
cacing tanah mencapai dewasa akhir . atau media sangat mempengaruhi
Hal lain yang mempengaruhi penurunan aktivitas, metabolisme, pertumbuhan,
rata-rata bobot tubuh cacing tanah respirasi, dan reproduksi cacing tanah
adalah umur cacing tanah yang semakin (Edward & Lofty 1977). Rata-rata
tua (Herayani, 2001). temperatur untuk media cacing tanah
dapat kita lihat pada Tabel 3.

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 297


Tabel 3.Rata-rata temperatur ( oC) media selama pemeliharaan cacing tanah

Jenis Pengamatan Pengamatan Pengamatan


media/ I II III
Perlakuan (hari ke-10) (hari ke-20) (hari ke-30)
M1 27,8 27,8 27,9
M2 27,9 28,3 28,3
M3 27,6 27,7 28
M4 27,8 28,1 27,7
M5 27,1 27,4 27,5
S1 28,2 27,5 27,5
S2 27,8 27,4 27,2
S3 28,1 25,6 26,5
S4 26,4 27 27,6
S5 27,4 26,8 27,3
Dari hasil penelitian diperoleh tanah. Suhu ruangan juga berpengaruh
pada pengamatan pertama didapat terhadap suhu media. Bila suhu media
kisaran suhu media pada hari ke-10 tinggi maka panas akan diserap oleh
adalah 27,1-27,90C, hari ke-20 adalah media dan akan menaikkan suhu media.
27,4-28,30C dan hari ke-30 adalah 27,5- Media yang panas dapat di dinginkan
28,30C. Pada media limbah sayuran dengan menyiram media menggunakan
dengan kotoran ayamhari ke-10 adalah air secukupnya.
26,4-28,20C , hari ke-20 adalah 25,6-
27,50C, hari ke-30 adalah 26,5- 27,60C. Jumlah kokon cacing tanah
Pengukuran suhu ini dilakukan jam
12.00 WIB dan dalam waktu yang Cacing tanah yang sudah
cerah. Hasil ini mendukung pendapat dipelihara selama 30 hari akan
Samosir (2000) yang mengatakan menghasilkan kokon. rata-rata jumlah
bahwa suhu yang optimal untuk kokon dapat kita lihat pada Tabel 4 dan
Peryonix sp adalah 300C dimana suhu Gambar 5.
ini mendukung pertumbuhan cacing

Tabel 4. Rata-rata jumlah kokon cacing tanah pada media campuran limbah
Pelepah sawit
Rata-rata jumlh kokon cacing tanah pada hari ke-
No Jenis media/ Perlakuan
10 20 30
ab bcd
1 M1 1,66 1,66 1,33bc
2 M2 4,67c 6,00f 3,00de
3 M3 2,66de 4,00e 3,33de
4 M4 .66a 1,67bcd .66ab
5 M5 .66ab 1,00b .66a
Ket: Huruf yang sama pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama
menunjukkantidak berbeda nyata pada 5%

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 298


Gambar 5. Rata-rata bobot tubuh tubuh cacing tanah pada media kotoran ayam dan limbah
pelepah sawit
Analisis ragam menunjukkan campuran kotoran ayam 25% cocok untuk
bahwa terdapat pengaruh yang nyata pada perkembangbiakan cacing tanah tersebut.
setiap jenis media untuk jumlah kokon Menurut Sihombing (2000) jenis
cacing tanah. Pada pengamatan pertama dan jumlah pakan yang dikomsumsinya
(hari ke-10) jumlah kokon yanag akan menentukan produktivitas cacing
dihasilkan masih sedikit dan jumlah dalam menghasilkan kokon. Cacing
kokon yang tertinggi dijumpai pada tanah yang diberikan bahan organik yang
media M2 dengan rata-rata 5 butir mengandung nitrogen ( N) yang lebih
kemudian diikuti dengan M3, M1, M4, tinggi, lebih cepat tumbuhnya dan
dan M5. Jumlah kokon yang dihasilkan menghasilkan kokon yang lebih banyak
masih sedikit karena pada awal (Anas 1990). Pada pengamatan ketiga
pemeliharaan, cacing tanah akan (hari ke-30). jumlah kokon yang
menggunakan nutrisi yang dari media itu dihasilkan menurun dari pengamatan
untuk aktivitas tubuh yaitu reproduksi. berikutnya. Kokon yang banyak
Pada pengamatan kedua (hari ke-20) dihasilkan pada media M2 yang
jumlah kokon meningkat dari pengamatan mempunyai rata-rata 2 butir yang diikuti
pertama. Jumlah kokon yang tertinggi M3, M1, M4, dan M5. Penurunan bobot
terdapat pada media M2 dengan rata-rata tubuh pada media ini berkaitan juga
6 butir yang diikuti dengan M3, M1, M4, dengan penurunan jumlah kokon cacing
dan M5. Jumlah kokon mpada media M4 tanah tersebut. Penurunan bobot tubuh
dan M5 menghasilkan kokon sebanyak 1 cacing tanah dipengaruhi oleh umur
ekor pada pengamatan hari ke-10 dan hari cacing tanah yang sudah semakin tua
ke-20. Hal ini menunjukkan bahwa Jumlah kokon pada yang dihasilkan dapat
media limbah pelepah sawit 75% dengan kita lihat pada tabel 5 dan gambar 6.

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 299


Gambar 5. Rata-rata jumlah kokon cacing tanah pada media kotoran ayam dan limbah
pelepah sawit
Rata-rata jumlah kokon cacing tanah pada hari
No Jenis media/ Perlakuan ke-
10 20 30
b
1 S1 1,00 1,67 1,33bc
2 S2 2,00cde 2,67 2,00cde
3 S3 2,33de 4,33 2,33de
4 S4 0a 1,67 0a
5 S5 0a 1,00 0a
Ket: Huruf yang sama pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada 5%

Gambar 6. Rata-rata bobot tubuh tubuh cacing tanah pada media kotoran ayam dan limbah
pelepah sawit

Analisis ragam menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan


bahwa terdapat pengaruh yang sangat bahwa jumlah kokon yang dihasilkan
nyata pada setiap jenis media untuk berbeda-beda. Pada pengamatan pertama
jumlah kokon cacing tanah. Pakan adalah (hari ke-10) rata-rata kokon yang
hal yang terpenting dalam memelihara dihasilkan terbanyak terdapat pada media
cacing tanah. Pertumbuhan cacing tanah S3 dengan rata-rata 2 butir, diikuti dengan
akan berhasil apabila jumkah dan jenis media S2, S1, S4, dan S5. Pada
pakannya dapat dicerna oleh cacing anah pengamatan kedua (hari ke-20)
tersebut. Limbah sayuran yang ada 3 menunjukkan bahwa jumlah kokon
macam yaitu sayur kol, selada, dan sayur mengalami penambahan pada tiap media.
putih yang memiliki kandungan kimia Media S3 memiliki rata-rata jumlah
dan komposisi yang berbeda. kokonnya 4 butir. Pada pengamatan ini

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 300


cacing tanah sudah cukup dewasa dan KESIMPULAN
sudah terlihat klitelum yang sempurna
untuk bisa memproduksi kokon. Media Pertumbuhan cacing tanah Pertumbuhan
S1 dan S4 mempunyai rata-rata jumlah cacing tanah terbaik pada media M2 yang
kokon yang sama yaitu 2 butir kokon. terdapat pada campuran 75% limbah
Hal ini menunjukkan bahwa cacing pelepah sawit+ 25% kotoran ayam dan S3
tanah membutuhkan waktu satu minggu yang terdiri dari campuran 50% limbah
setelah mencapai bobot tubuh dewasa sayuran + 50% kotoran ayam. Perlu
untuk bisa menghasilkan kokon. dilakukan untuk penelitian berikutnya
Pengamatan ketiga (hari ke-30) dengan menggunakan dalam skala yang
menunjukkan bahwa jumlah kokon besar dalam pemeliharaan cacing tanah
mengalami penurunan dari pengamatan berikutnya dengan menggunakan dalam
sebelumnya. Hasil yang didapat yaitu skala yang besar dalam pemeliharaan
pada media S2, S3, S4 mempunyai rata- cacing tanah.
rata yang berjumlah 2 butir, sedangkan S1
menghasilkan rata-rata 1 butir, dan S5 DAFTAR PUSTAKA
tidak menghasilkan kokon sama sekali.
Kandungan minyak yang terdapat pada Edwards CA, Lofty JR. 1997. Biology
media limbah sayuran menyebabkan of Earthworm. London :
akumulasi minyak mempengaruhi tekstur Chapman and Hall
media, sehingga semakin banyak taraf
limbah sayuran yang diberikan, semakin Gaddie RE, Douglas DE 1975.Earthworm
banyak minyak yang berakumulasi pada for Ecology and Profit.Vol I.
media sehingga pernafasan pada cacing California: Bookworm
tanah menjadi terhambat pertumbuhannya Publishing Company Ontario.
yang membuat cacing tanah tidak
menghasilkan kokon lagi. Hasil Haryanto, E., Suhartini, T., Rahayu, E.
pengamtan yang didapat bahwa media S5 1998.Sawi dan selada.
adalah 100% kotoran ayam yang PT.Jakarta: Penebar Swadaya
mempunyai tesktur relatif padat sehingga
aerasi yang didapat tidak baik, sehingga Herayani, Yanti. 2001.Pertumbuhan dan
jika digunakan sebagai media harus Perkembangbiakan Cacing
dicampur dengan bahan tumbuhan untuk Tanah Lumbricus rubellus
memperbaiki porositas, karena tidak dalam Media Kotoran Sapi yang
mempunyai campuran itu makanya Mengandung Tepung Daun
cacing tanah kurang menyukai media ini. Murbei (Morus
Jadi kesimpulannya adalah bahwa multicaulis).[Skripsi]. Institut
pertumbuhan cacing tanah pada media Pertanian Bogor. Bogor
limbah sayuran dengan kotoran ayam
harus mempunyai taraf ataupun. McDonald P Edwards R A Greenhalgh J
F D 1989. Animal
Nutrition.New York: Jhon
Wiley and Sons. Inc

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 301


Temak dengan Kelapa Sawit di
Nofyan, E. 2000. Studi Berbagai Macam Kalimantan Tengah. Prosiding
Feses Hewani Terhadap Laju Lokakarya Pengembangan
Komsumsi dan Produksi kokon Sistem Integrasi Kelapa Sawit-
Cacing Tanah P. Javanica Sapi 22-23 Agustus 2005 di
Gates. Prosiding Bks. PTN Banjarbaru. Pusat Penelitian dan
Bidang Mipa, UNRI Pekanbaru Pengembangan Peternakan.
Bogor.
Palungkun, R. 1999. Sukses Beternak
Cacing Tanah Lumbricus
rubellus. Penerbit Jakarta.
Penebar Swadaya
Rukmana, R. 1999. Budidaya Cacing
Tanah. Yogyakarta: Kanisius

Samosir, C. M. F. 2000. Studi Performans


Produksi Cacing Tanah dari Tiga
Spesies Berbeda (Lumbricus
rubellus, Eisenia foetida dan
Perionyx exavatus).Skripsi.
Bogor : Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor.

Soedijanto, Hadmadi . 1980. Pupuk


Kandang Hijau Kompos. Bumi
Restu. Jakarta. 50 halaman

Sihombing, D. T. H. 2000. Potensi


Cacing Tanah bagi sektor
pertanian danindustri. Media
Peternakan. Fakultas Pertanian.
IPB
Tilman, D. A. 1998. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta

Towle. 1997. Modern Biology. Amerika:


Print in the United State of
Americana

Widjaya, E., B.N. Utomo,. S. Muhrizal.


2005. Inovasi Teknologi
Mendukung Sistem Integrasi

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 302

You might also like