Professional Documents
Culture Documents
Pelaksanaan Teknik Mengontrol Halusinasi: Kemampuan Klien Skizofrenia Mengontrol Halusinasi Umam, Reliani
Pelaksanaan Teknik Mengontrol Halusinasi: Kemampuan Klien Skizofrenia Mengontrol Halusinasi Umam, Reliani
Umam, Reliani1
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya1
ABSTRACT
Individuals who have hallucination often assume that the source or cause of the hallucinations
is come from the environment, whereas primary stimulation of hallucination is the
psychological necessary for self-protection to against traumatic events. Therefore it is needed
a technique to control the negative stimulation such as technique to control hallucination. The
purpose of this study was to know the effect of hallucination technique control abaout the
abality of scizofrenia client to control their hallucination in Public Health Putat Jaya
Surabaya. The design of this study was preexperimental design one group pre post test
design. The population were 12 respondents in the Public Health Putat Jaya Surabaya. They
were taken by purposive sampling technique. Data was analyzed by Wilcoxon Signed
Rank Test Test with α <0.05. The results showed that there was improvement in the ability to
control hallucinations. It was prooved by a total of 9 people were low classification in
hallucination control, they decreased to 3 were low classification to control hallucination.
Base on statistical analysis was ρ = 0.002 <α = 0.05. H0 was rejected and H1 was accepted
which means there was difference before and after they were given the halllucination
technique control by recearcher. With the existence of this study are expected in health care
workers to more actively apply control techniques efficiently, especially with patients who
are in a community spirit. Keywords: dengan gangguan jiwa, dimana halusinasi
hallucinations, schizophrenia sering diidentikkan dengan skizo-frenia.
Dari seluruh skizofrenia, 70% diantaranya
PENDAHULUAN mengalami halusinasi (Purba, Eka,
Para pakar kesehatan jiwa menyatakan Mahnum, Hardiyah, 2009). menurut Stuart
bahwa semakin modern dan industrial dan Sundeen (1995), 70% pasien
suatu masyarakat, semakin besar pula mengalami jenis halusinasi audiotorik,
stressor psikososialnya, yang pada 20% halusinasi visual, 10% halusinai
gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit pengecapan, taktil dan penciuman. Pasien
karena tidak mampu mengatasinya. Salah merasakan halusinasi sebagai sesuatu yang
satu gangguan jiwa yang merupakan amat nyata, paling tidak untuk suatu saat
permasalahan kesehatan di seluruh dunia tertentu (Kaplan, 1998). Berdasarkan
adalah skizofrenia (Hawari, 2002) survey awal yang di lakukan oleh peneliti
Gangguan jiwa menjadi masalah serius di pada bulan mei dan juni tahun 2013 di
seluruh dunia. Menurut data WHO tahun wilayah kerja puskesmas Putat jaya
2001, di dunia terdapat paling tidak satu sebanyak 12 klien skizofrenia yang
dari empat orang di dunia atau sekitar 450 dilakukan observasi mengalami halusinasi.
juta orang terganggu kesehatan jiwanya Halusinasi merupakan salah satu respon
(Walujani, 2007). Prevalensi skizofrenia maldaptive individual yang berbeda
secara umum di dunia antara 0,2%–2% rentang respon neurobiologi (Stuart, 2005).
populasi (Walujani, 2007). Skizofrenia Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika
ditemukan 7 per 1.000 orang dewasa dan klien yang sehat persepsinya akurat,
terbanyak usia 15-35 tahun (Hidayat, mampu mengidentifisikan dan
2005). Halusinasi merupa-kan salah satu menginterpretasi-
gejala yang sering ditemukan pada pasien
68
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
69
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
dalam penelitian ini adalah Teknik Halusinasi merupakan salah satu respon
mengontrol Halusinasi. sedangkan variabel maladaptive individual yang berbeda
dependen adalah kemampuan mengontrol rentang respon neurobiologi (Stuart,
halusinasi. 2005). Ini merupakan persepsi
Teknik mengontrol Halusi-nasi dibuat maladaptive. Jika klien yang sehat
sendiri oleh peneliti berdasarkan strategi persepsinya akurat, mampu
pelaksanaan pasien jiwa dengan mengidentifisikan dan
halusinasi. menginterpretasikan stimulus berdasarkan
Pengumpulan data pretest dengan informasi yang diterima melalui panca
menggunakan kuisioner yang sudah indera (pendengaran, pengelihatan,
disiapkan sebelumnya oleh peneliti. penciuman, pengeca-pan dan perabaan)
Pengumpulan data postest dengan klien halusinasi mempersepsikan suatu
menggunakan kuisioner dan lembar stimulus panca indera walaupun stimulus
observasi. Hasil penelitian dianalisis tersebut tidak ada. Diantara kedua respon
dengan menggunakan uji statistik tersebut adalah respon individu yang
Wilxoxon Signed Rank Test α < 0.05. karena suatu hal mengalami kelainan
persensif yaitu salah mempersepsikan
HASIL PENELITIAN stimulus yang diterimanya, yang tersebut
Berdasarkan tabel 1, observasi sebagai ilusi. Klien mengalami jika
kemampuan mengontrol halusinasi interpresentasi yang dilakukan terhadap
sebelum diberi intervensi pelaksanaan stimulus panca indera tidak sesuai
teknik mengontrol halusinasi dari total stimulus yang diterimanya.
keseluruhan pasien skizofrenia dengan
halusinasi yang berjumlah 12 pasien Tingkat kemampuan Mengontrol
terdapat 9 (75%) berada dalam klasifikasi Halusinasi pasien skizofrenia se-sudah
kurang, 3 pasien (25%) berada dalam diberi Intervensi Pelak-sanaan Teknik
klasifikasi cukup. Sedangkan hasil mengontrol Halusinasi. Berdasarkan tabel
observasi tingkat kemampuan mengontrol 1 Hasil pengukuran dan pengamatan
halusinasi setelah diberi intervensi dari peningkatan kemampuan mengontrol
total 12 pasien halusinasi terdapat 3 (25 halusinasi setelah diberi intervensi
%) pasien dalam klasifikasi kurang, 5 (42 pelaksanaan teknik mengontrol Halusinasi
%) pasien dalam klasifikasi cukup dan 4 hampir seluruhya meningkat yaitu 33%
(33 %) pasien dalam klasifikasi baik meningkat jadi baik dan (42%) meningkat
sehingga pada analisa statistic dengan uji menjadi cukup.
Wilcoxon sign Rank Test menunjukkan ρ Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
= 0,002 < α = 0,05. Berarti bahwa H0 kemampuan klien dalam mengontrol
ditolak H1 diterima, artinya ada perbedan halusinasi adalah sikap respon klien
Kemampuan Mengontrol Halusinasi terhadap halusinasi. kejujuran memberikan
sebelum dan sesudah diberi inter-vensi informasi. kepribadian klien. pengalaman
pelaksanaan teknik Mengontrol dan kemampuan mengingat (Noviandi,
Halusinasi. 2008), sedangkan Menurut Kosegeren
(2006), didapatkan hasil penelitian pada
PEMBAHASAN penerapan asuhan keperawatan
Kemampuan Mengontrol Halu-sinasi menggunakan strategi pelaksanaan
Pasien Skizofrenia Sebelum Diberi mengontrol halusinasi. Bahwa, terjadi
Intervensi Pelaksanaan Teknik peningkatan skor kemampuan klien
Mengontrol Halusinasi. mengontrol halusinasi pada kelompok
eksperimen, sedangkan pada kelompok
70
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
71
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
72
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
73