Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 5 Nomor 1, April 2019 42

TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN RASIO KONVERSI PAKAN PADA


BUDIDAYA IKAN GURAMI (Osphronemus goramy LAC.) DENGAN SISTEM
BIOFLOK DAN PEMBERIAN PAKAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA
THE SURVIVAL RATE AND FEED CONVERSION RATIO ON THE CULTURE
OF GIANT GOURAMY (Osphronemus goramy LAC.) WITH BIOFLOC SYSTEM
AND FEEDING OF DIFFERENT PROTEIN LEVE LS

Retno Wijayantia, Muarifb, Dudi Lesmanab


a
PT Pahala Bahari Nusantara
b
Staf Pengajar Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor
Email : retnowijayanti639@gmail.com

ABSTRACT
This research was carried out on March to August, 2018, and the experiment on April to
June, 2018 at the Fishery Laboratory, Djuanda University Bogor. The objective of research is
to know and analyze the survival rate and feed conversion ratio of Giant Gouramy that cultured
on biofloc media and different protein levels. The experimental design that used is completely
randomized design with 2 treatments and 6 replications. The treatments are treatment A
(feeding of protein level of 17% + mollase addition with C,/N ratio 12) and treatment B
(feeding of protein level of 30% without mollase) Fish that used is Giant Gouramy fry with
length 5-7 cm that maintained cylinder container of diameter 1 m and height 1 m. The results
of research that the artificial feeding of protein level of 17% + mollase addition with C/N ratio
12 gives the survival rate which is better, but the feed conversion ratio is bad. The average of
the highest survival rate of Giant Gouramy is 89% (treatment A) and the low feed conversion
ratio is 1.6 (treatment B). Water quality during the research are temperature of 23,6-30,0 °C,
dissolved oxygen of 6.4- 8.8 mg/l and pH of 6,3-8,8.

Key words: Giant Gouramy, biofloc, feed conversion ratio, protein level.

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret–Agustus 2018, dan tahap percobaannnya
dilaksanakan pada bulan April–Juni 2018 di Laboratorium Perikanan Universitas Djuanda
Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah tingkat kelangsungan hidup ikan
gurami dan rasio konversi pakannya, pada media poemeliharaan bioflok dengan pemberian
protein pakan yang berbeda. Rancangan penelitian ini berupa rancangan acak lengkap dengan
dua perlakuan dan enam kali ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu A (pemberian pakan
berprotein 17% dengan penambahan molase C/N ratio 12) dan B (Pemberian pakan berprotein
30% tanpa molase). Ikan yang digunakan adalah benih ikan Gurami dengan panjang 5-7 cm
yang dipelihara pada wadah bak silinder berdiameter 1 meter dan tinggi 1 meter. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pemberian pakan buatan dengan kadar protein 17% dengan
penambahan molase C/N ratio 12 menghasilkan kelangsungan hidup yang lebih baik, akan
tetapi rasio konversi pakan yang dihasilkan tinggi (kurang baik). Rata-rata kelangsungan hidup
ikan gurami tertinggi sebesar 89% (perlakuan A) dan rasio konversi pakan terendah sebesar 1,6
43 Retno et al. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Rasio Konversi Pakan

(perlakuan B). Hasil pengukuran kualitas air untuk suhu berkisar 23,6 – 30 °C, pH 6,4 - 8,8 dan
DO 6,3 - 8,8.

Kata Kunci: Ikan Gurami, bioflok, pakan

Retno Wijayanti, Muarif, Dudi Lesmana. 2019. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Rasio Konversi Pakan
pada Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus goramy LAC.) dengan Sistem Bioflok dan Pemberian
Pakan Kadar Protein yang Berbeda. Jurnal Mina Sains 5(1): 42 – 49.

PENDAHULUAN yakni amonia dan nitrit yang bersifat toksik


Latar Belakang pada ikan (Schryver et al. 2008).
Teknologi bioflok merupakan salah
Ikan Gurami adalah ikan asli perairan
satu solusi untuk memperbaiki
Indonesia yang memiliki keunggulan antara
permasalahan pada budidaya intensif.
lain tinggi kandungan protein, rendah
Menurut Crab et al. (2012) teknologi
koletrol, dan mudah dicerna sehingga
bioflok bertujuan untuk mempebaiki
banyak digemari oleh masyarakat (Zakaria
kualitas air (menurunkan konsentrasi
2008). Menurut Dirjen Perikanan Budidaya
amoniak) dengan teknik menambahkan
(2014; 2016) produksi ikan Gurami
unsur C (karbon) ke dalam media budidaya
tergolong masih rendah dibanding dengan
yang dapat memicu pertumbuhan bakteri
produksi ikan air tawar lainnya. Lambatnya
heterotrof. Pada kondisi rasio karbon dan
pertumbuhan dan rendahnya tingkat
nitrogen yang seimbang dalam perairan,
kelangsungan hidup menjadi faktor utama
amonium selain nitrogen akan diubah
penyebab rendahnya produksi ikan Gurami.
menjadi biomassa bakteri melalui produksi
Harga jual ikan ini tinggi sehingga masih
protein mikroba (Avnimelech 1999).
tetap dibudidayakan oleh para
Serapan nitrogen dengan penambahan C
pembudidaya ikan, walaupun
oleh bakteri dapat menurunkan kadar
pemeliharaannya membutuhkan waktu
ammonium lebih cepat daripada proses
yang lama dan biaya produksi yang
nitrifikasi (Hargreaves 2013).
tergolong tinggi (Ohoiulun 2003).
Penelitian mengenai bioflok untuk
Upaya peningkatan produksi
ikan Gurami sebelumnya sudah dilakukan,
dilakukan melalui budidaya ikan secara
dimana C/N ratio 12 memberikan rasio
intensif (Emerenciano et al. 2013),
konversi pakan dan kelangsungan yang
kepadatan tinggi (Sulistyo et al. 2016),
tinggi pada perlakuan penambahan molase
kualitas pakan yang baik, dan pengelolaan
(Rosmawati dan Muarif 2017), dengan
kualitas air yang baik (Diatin 2016). Pada
kandungan protein pakan 30%.
budidaya intensif, sumber makanan bagi
Pada penelitian ini pemeliharaan ikan
biota yang dibudidayakan adalah pakan
Gurami dilakukan dengan mengurangi
buatan (komersil) (Ekasari 2009).
kadar protein yang digunakan pada
Pakan yang diberikan tidak semua
penelitian sebelumnya dan kadar protein
dapat dikonsumsi. Sekitar 64% pakan
yang digunakan disesuaikan dengan yang
dimanfaatkan menjadi biomassa ikan dan
beredar di pasaran yaitu kadar protein 17%
ikan hanya mampu meretensi protein pada
dengan dilakukan penambahan molase C/N
pakan sekitar 20 – 25%, sedangkan 75%
ratio 12 yang disarankan pada penelitian
tidak dimanfaatkan dan tetap menjadi
Rosmawati dan Muarif (2017). Flok yang
buangan limbah di perairan (media
budidaya) (Crab et al. 2012). Limbah pakan tumbuh pada penelitian ini diharapkan
dapat menjadi sumber protein pakan,
di perairan dapat berupa nitrogen anorganik
sehingga pakan lebih efisien dan dapat
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 5 Nomor 1, April 2019 44

menghemat biaya pakan serta mengurangi Steel dan Torrie (1985) adalah sebagai
amonia di perairan. berikut :
𝒀𝒊𝒋 = 𝛍 + 𝛔𝒊 + 𝛆𝐢𝐣
Tujuan 𝑌𝑖𝑗 = Data hasil pengamatan pada
Penelitian ini bertujuan mengetahui perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
tingkat kelangsungan hidup dan rasio μ = Nilai tengah dari populasi
konversi pakan ikan Gurami yang σ𝑖 = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
dipelihara pada media bioflok dengan kadar εij = Galat perlakuan dari pelakuan ke-i
protein pakan yang berbeda. dan ulangan ke-j
i = Perlakuan (i = A dan B)
BAHAN DAN METODE j = Ulangan (j = 1, 2, 3, 4, 5, dan 6)
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian berlangsung selama 6 Prosedur Percobaan
bulan (Maret - Agustus 2018), berlokasi di Pemeliharaan Ikan
Laboratorium Perikanan, Fakultas Wadah budidaya berupa bak terpal
Pertanian, Universitas Djuanda Bogor, berbentuk silinder berdiameter satu meter
Ciawi, Kabupaten Bogor. dan tinggi satu meter. Wadah diisi air
dengan ketinggian 70 cm dan diisi ikan
Alat dan Bahan sebanyak 50 ekor/wadah. Ikan dipelihara
selama 45 hari. Frekuensi pemberian pakan
Peralatan yang digunakan dalam
dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada
penelitian ini adalah wadah pemeliharaan
jam 08.00 dan 16.00 WIB secara at
berupa bak terpal silinder sebanyak 12 unit
satiation. Penambahan molase hanya
dengan diameter 1 m dan tinggi 1 m, bak
dilakukan pada wadah pemeliharaan ikan
fiber ukuran 2,5 x 1,4 x 0,6 m3 sebanyak 1
yang diberi pakan 17 %. Pemberian molase
unit, blower/pompa aerasi 2 unit, selang
dilakukan satu kali sehari satu jam setelah
aerasi, batu aerasi, selang air 3/4, pompa air
pemberian pakan terakhir. Selama proses
celup, timbangan digital, penggaris, pH
percobaan berlangsung tidak dilakukan
meter untuk mengukur pH air serta DO
penggantian air, tetapi dilakukan
meter untuk mengukur DO dan suhu air.
penambahan air yang hilang akibat
Alat-alat tambahan seperti baskom, seser,
penguapan.
ember dan waring untuk mengambil ikan.
Penelitian ini menggunakan bahan
berupa ikan gurame ukuran 5 – 7 cm Penambahan Karbon (Molase)
sebanyak 50 ekor/wadah, yang dipelihara Sumber karbon organik untuk
selama 45 hari. Bahan lain yang digunakan meningkatkan rasio C/N yaitu molase,
adalah pakan buatan ( protein 17% dan tepung terigu, tepung tapioka, dedak, dan
30%), molase, dan EM-4. onggok (Azhar 2013; Aji et al. 2014).
Sumber karbon pada penelitian ini adalah
Rancangan Percobaan molase. Molase mengandung 58,9% dan N-
Total 0,9% (Kusuma et al. 2017)
Penelitian ini menggunakan
Penambahan karbon dilakukan setiap hari
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
(1 jam setelah pemberian pakan terakhir)
terdiri atas 2 perlakuan (perlakuan A
dengan estimasi C/N rasio 12. Jumlah
(Pemberian pakan dengan kadar protein
karbon yang ditambahkan untuk
17% dan penambahan molase C/N ratio 12)
mendukung proses pembentukan flok oleh
serta perlakuan B (Pemberian pakan dengan
bakteri heterotrof menggunakan rumus
kadar protein 30% tanpa molase) dan 6 kali
(Schryver et al. 2008).
ulangan. Model persamaan linier menurut
45 Retno et al. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Rasio Konversi Pakan

Parameter yang Diamati HASIL DAN PEMBAHASAN


Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan Hidup Ikan Gurami
Tingkat Kelangsungan hidup dihitung Kelangsungan hidup ikan Gurami
menggunakan rumus (Effendie 1997): yang dipelihara selama 45 hari memiliki
Nt
Sr = No x 100% kisaran 30 – 98%. Pada media bioflok
(perlakuan A) kelangsungan hidup ikan
Keterangan :
Gurami lebih tinggi yaitu 80 – 98% dengan
Sr = Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
rataan 89% sedangkan pada perlakuan
Nt = Populasi ikan akhir pemeliharaan
kedua (perlakuan B) tanpa bioflok
(ekor)
kelangsungan hidup ikan Gurami diperoleh
No = Populasi ikan awal pemeliharaan
hasil antara 30-46%. Hasil analisis sidik
(ekor)
ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan
Rasio Konversi Pakan 95% diperoleh data bahwa perlakuan A
(pakan buatan kadar protein 17% ditambah
Rasio konversi pakan selama molase C/N ratio 12) berbeda nyata (Tabel
pemeliharaan dihitung dengan 2).
menggunakan rumus Zonneveld et al. Tingkat kelangsungan hidup ikan
(1991): Gurami pada perlakuan A yang tinggi,
𝑭
𝑹𝑲𝑷 = diduga molase yang ditambahkan dapat
𝑩𝒕 + 𝑩𝒎 − 𝑩𝑶 menumbuhkan bakteri menguntungkan
Keterangan : pada media budidaya sehingga dapat
RKP = Rasio konversi pakan memperbaiki kualitas air dan menekan
Bt = Biomassa ikan akhir pemeliharaan pertumbuhan bakteri pathogen di perairan.
BO = Biomassa ikan awal pemeliharaan Sesuai dengan penelitian Azhar (2013) dan
(gram) Apriani (2015) media bioflok (penambahan
Bm = Biomassa ikan yang mati selama karbon) memberikan tingkat kelangsungan
penelitian (gram) hidup udang yang lebih tinggi. Selain itu
F = Jumlah Pakan (gram) bakteri yang tumbuh pada media bioflok
dengan sumber karbon molase mampu
Parameter Kualitas air menekan pertumbuhan bakteri pathogen.
Parameter kualitas air yang di ukur (Apriani 2015; Usman 2011).
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 Kelangsungan Hidup (%) Ikan
Tabel 1. Gurami Selama Penelitian
Tabel 1 Alat dan Metode untuk Mengukur Perlakuan
Kualitas Air Ulangan
A B
Metode/
Parameter Satuan 1 88 32
Alat
Suhu ºC Termometer 2 84 46
pH - pH-meter 3 80 46
DO mg/L DO-meter 4 98 40
5 86 46
Analisis Data 6 98 30
a
Data yang diperoleh kemudian Rataan ± S.D 89 ± 7,4 40 ± 7,3b
Keterangan: A (pakan buatan kadar protein 17%
dianalisis menggunakan analisis ragam ditambah molase C/N ratio 12) dan
(ANOVA) program MS.Excel 2016 dan B (pakan buatan kadar protein 30 %
SPSS 21.0 pada taraf kepercayaan 95% tanpa molase)
untuk melihat pengaruh dari perlakuan yang Superscript berbeda menunjuk-kan
diberikan. nilai berbeda nyata (P<0,05).
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 5 Nomor 1, April 2019 46

Menurut Manurung (2017) jenis * data tidak digunakan karena merupakan


bakteri pathogen berkembang pada kondisi pencilan
Superscript berbeda menunjukan nilai
kualitas air yang kurang mendukung. berbeda nyata (P<0,05).
Perlakuan B memiliki kandungan nitrogen Rataan rasio konversi pakan pada
lebih banyak dan tidak terurai dengan baik perlakuan A sebesar 5,97 berarti untuk
walaupun dilakukan proses penyiponan, menghasilkan 1 kg ikan membutuhkan
sehingga tumbuh bakteri pathogen di pakan sebanyak 5,97 kg, tingginya jumlah
perairan. pakan ini menunjukkan penggunaan pakan
Menurut Putri (2014) penambahan tidak efisien. Penelitian Lisah (2004) juga
bakteri heterotrof seperti bakteri Bacillus mendapatkan nilai rata-rata FCR ikan
mampu mendekomposisi bahan organik di Gurami yang tinggi yaitu sebesar 5,00 –
perairan sehingga memberi kualitas air 15,21. Menurut Sutarmat (2006) FCR tinggi
yang baik. Farzanfar (2006) berpendapat mengindikasikan pakan tidak tercerna atau
keberadaan Bacillus spp. dapat menurunkan pakan kurang disukai oleh ikan.
jumlah bakteri patogen di media budidaya. Perhitungan energi menunjukkan
Menurut Apriani (2015) tingginya pada setiap 2.700 kkal/kg energi pakan
tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan yang dikonsumsi ikan perlakuan A, dapat
penambahan karbon dikarenakan dalam dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan
media terdapat flok dan bioflok yang metabolisme sehari – hari sebesar
tumbuh dapat mengakumulasi komponen (0,17x2.700 kkal/kg) atau 459 kkal/kg.
poly-β hydroxybutirate (PHB) yang Energi yang dimanfaatkan ikan perlakuan B
memiliki peran dalam mengontrol bakteri energi lebih besar yaitu (0,30 x 3.238,94)
pathogen di perairan. Kandungan PHB pada atau 971,4 kkal/kg. Hal ini menunjukkan
bioflok, apabila dimakan ikan dapat energi yang dimanfaakan untuk
meningkatkan sistem imun ikan (lebih metabolisme dan pertumbuhan ikan pada
tahan terhadap gangguan pathogen). perlakuan A lebih sedikit dibanding dengan
perlakuan B.
Rasio Konversi Pakan (FCR) Hasil analisis kandungan bobot basah
FCR ikan Gurami pada perlakuan A protein flok perlakuan A rendah yaitu
(4,69 – 6,93 dengan rataan 5,97) lebih besar berkisar antara 1,55 – 3,27% , sehingga ikan
dibanding perlakuan B (1,52 – 1,76 dengan pada perlakuan A pakan buatan yang
rataan 1,63) (Tabel 3). Hasil analisis ragam dikonsumsi selama penelitian berlangsung
(ANOVA) menunjukkan antar perlakuan lebih banyak yaitu sebesar 3974,2 g,
berbeda nyata (P<0,05). sedangkam perlakuan B sebesar 2973 g.
Tabel 3 Rasio konversi pakan ikan Gurami Menurut NRC (1997) jumlah pakan yang
selama penelitian terlalu banyak menyebabkan ikan tidak
PERLAKUAN efisien dalam proses pemanfaatannya selain
Ulangan A B itu energi hasil kecernaan pakan menjadi
lebih banyak dikeluarkan apabila pakan
1 * 1,76
yang dikonsumsi lebih banyak sehingga
2 5,79 1,52 efisiensi pakan rendah.
3 5,62 1,67
4 6,93 1,62 Kualitas Air
5 6,82 1,54
Hasil pengamatan kualitas air dalam
6 4,69 1,69
waktu 45 hari berada pada kisaran normal
Rataan ± S.D 5,97 ± 0,92a 1,63 ± 0,09b untuk pemeliharaan ikan Gurami. Kualitas
Keterangan: A (pakan buatan kadar protein 17%
ditambah molase C/N ratio 12) dan B air semua perlakuan relatif sama (Tabel 4),
(pakan buatan kadar protein 30 % meskipun perlakuan A tidak dilakukan
tanpa molase) pergantian air. Hal ini menunjukkan sistem
47 Retno et al. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Rasio Konversi Pakan

bioflok dapat mengontrol kualitas air, B sebesar 6,3 - 8,8. Kisaran DO pada setiap
sehingga kualitas air perlakuan A dan perlakuan cenderung stabil dan masih
perlakuan B relatif sama. berada dalam kisaran optimal. Menurut
Tabel 4 Kualitas air media pemeliharaan Boyd (1979) kisaran oksigen yang baik bagi
ikan Gurami selama penelitian kehidupan ikan adalah diatas 5 ppm. Sesuai
Perlakuan dengan pendapat Schryver et al. (2008)
Parameter bahwa DO dapat mempengaruhi
A (17%) B (30%)
pembentukan flok. Nilai oksigen diatas 5
Suhu (oC) 23,6 – 30,0 23,3 - 29,2 ppm pada sistem bioflok lebih baik dalam
pH 6,4 - 8,8 6,5 - 8,8 mengurangi volume pengendapan bahan
DO (ppm) 6,3 - 8,8 6,3 - 8,8 organik, dibuktikan dengan proses
nitrifikasi berjalan dengan baik (Usman
Berdasarkan analisis parameter 2011).
kualitas air yang diukur setiap hari selama
45 hari pada bak pemeliharaan ikan KESIMPULAN DAN SARAN
Gurami, kisaran suhu pada perlakuan A Kesimpulan
(pakan buatan kadar protein 17% ditambah Perlakuan A (pakan buatan kadar
molase C/N ratio 12) yaitu 23,6 – 30,0 oC protein 17% ditambah molase C/N ratio 12)
dan pada perlakuan B (pakan buatan kadar memberikan pengaruh terbaik pada
protein 30 % tanpa molase) berkisar antara kelangsungan hidup ikan Gurami,
23,3 - 29,2 oC, kisaran pada masing-masing sedangkan perlakuan B (pakan buatan
perlakuan relatif sama dan tidak adanya kadar protein 30 % tanpa molase)
perbedaan yang signifikan diantara memberikan pengaruh terbaik pada rasio
keduanya. Pada perlakuan A kisaran suhu konversi pakan. Pemberian molase (C/N
tersebut tidak menimbukan gangguan rasio 12) pada perlakuan A mampu
dengan dicirikan taraf kelangsungan hidup memberikan kualitas air yang baik bagi
ikan Gurami yang baik. Pada perlakuan B media budidaya ikan Gurami.
nilai kisaran suhu yang rendah
menyebabkan kehidupan ikan menjadi Saran
tidak normal, dicirikan dengan ikan
berenang dipermukaan, nafsu makan hilang Berdasarkan hasil penelitian yang
dan ikan tidak aktif bergerak. Ikan pada telah dilakukan disarankan perlu adanya
perlakuan B diduga terserang bakteri penelitian lanjutan mengenai:
pathogen sehingga kelangsungan hidup 1. Jenis dan jumlah bakteri yang terdapat
ikan Gurami rendah. Menurut Muarif pada pencernaan ikan Gurami
(2016) suhu mempengaruhi proses biologi 2. Pemberian kadar protein yang berbeda
dan kimia yang berpengaruh terhadap pada sistem bioflok ikan Gurami
kelangsungan hidup ikan yang dengan kadar protein yang lebih tinggi.
dibudidayakan. Sulhi (2007) menyebutkan
ikan Gurami sangat rentan terhadap DAFTAR PUSTAKA
perubahan suhu air yang mendadak.
Kisaran pH yang didapat selama Afifi IM. 2014. Pemanfaatan Bioflok pada
penelitian berkisar antara perlakuan A Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias
(yaitu 6,4 - 8,8 dan perlakuan B 6,5 - 8,8, Sp.) dengan Padat Tebar Berbeda
kondisi media dengan pH tersebut berada terhadap Laju Pertumbuhan dan
dalam kisaran yang optimum. Menurut Survival Rate (SR) [Skripsi].
Boyd (1979) kisaran optimum pH untuk Surabaya : FPIK UNAIR.
menjamin kehidupan ikan yaitu 6,5 – 9,0.
Konsentrasi DO (oksigen terlarut) Aji SB, Sudaryono A, Harwanto D. 2014.
perlakuan A sebesar 6,3 - 8,8 dan perlakuan Pengaruh Penambahan Sumber
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 5 Nomor 1, April 2019 48

Karbon Organik Berbeda terhadap Ekasari J. 2009. Teknologi Bioflok: Teori


Pertumbuhan dan Rasio Konversi dan Aplikasi dalam Perikanan
Pakan Benih Lele “(Clarias Sp.)” Budidaya Sistem Intensif. Jurnal
dalam Media Bioflok. Journal of Akuakultur Indonesia 8(2): 117-126
Aquaculture Management and Emerenciano M, Gaxiola G, Cuzon G.
Technology 3(4): 199-206. 2013. Biofloc Technology (BFT): A
Review for Aquaculture Application
Apriani I. 2015. Produksi Benih Ikan Patin and Animal Food Industry. Mexico :
(Pangasianodon Hypophthalmus) Unidad Multidisciplinaria de
dengan Penambahan Sumber Karbon Docencia e Investigación (UMDI).
Berbeda pada Sistem Budidaya
Berbasis Bioflok [Thesis]. Bogor: Farzanfar A. 2006. The Use of Probiotics in
Sekolah Pascasarjana, Institut Shrimp Aquaculture. FEMS
Pertanian Bogor. Immunology and Medical
Microbiology 48(2): 149–158.
Avnimelech Y. 1999. Carbon/Nitrogen
Ratio as a Control Element in Hargreaves JA. 2013. Biofloc Production
Aquaculture Systems. Aquaculture: Systems for Aquaculture. Southern
227–235. Regional Aquaculture Center 4503.

Azhar MH. 2013. Peranan Sumber Karbon Kusuma AP, Istirokhatun T, Purwono.
Eksternal yang Berbeda dalam 2017. Pengaruh Penambahan Urin
Pembentukan Bioflok dan Sapi dan Molase Terhadap
Pengaruhnya terhadap Kualitas Air Kandungan C Organik dan Nitrogen
serta Produksi pada Sistem Budidaya Total Dalam Pengolahan Limbah
Udang Vaname Litopenaeus Padat Isi Rumen RPH dengan
Vannamei [Thesis]. Bogor: Sekolah Pengomposan Aerobik. Jurnal Teknik
Pascasarjana, Institut Pertanian Lingkungan 6(1) : 1 – 9 .
Bogor.
Lisah. 2004. Pengaruh Beberapa Tingkat
Boyd CE. 1979. Water Quality Pemberian Pakan Buatan Terhadap
Management in Warm Water Fish Pertumbuhan dan Sintasan Benih
Pond. Alabama: Master Printer, Inc. Ikan Gurami (Osphronemus gouramy
Lac) [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Crab R, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete Pertanian, Universitas Djuanda
W. 2012. Biofloc Technology in Bogor.
Aquaculture: Beneficial Effects and
Future Challenges. Aquaculture: 351 Manurung UN, Susantie D. 2017.
– 356. Identifikasi Bakteri Patogen pada
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di
Diatin I. 2016. Intensifikasi Budidaya Ikan Lokasi Budidaya Ikan Air Tawar
Hias Koridoras (Corydoras aeneus) Kabupaten Kepulauan Sangihe.
[Thesis]. Bogor: Sekolah Budidaya Perairan 5(3) : 11 – 17.
Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor. Muarif. 2016. Karakteristik Suhu Perairan
di Kolam Budidaya Perikanan. Jurnal
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Mina Sains 2 (2) : 96 – 101.
Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusatama. National Research Council (NRC) 1997.
Nutrient Requirement of Warm Water
49 Retno et al. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Rasio Konversi Pakan

Fishesand Shellfish. Washington: Hidup Benih Ikan Gurami


National Academy Press. (Osphronemus Gouramy) pada
Sistem Resirkulasi dengan Padat
Ohoiulun AH. 2003. Pengaruh Padat Tebar 5,7 dan 9 Ekor/Liter. Jurnal
Penebaran terhadap Kualitas Air pada Pertanian 7 (2) : 87 – 93.
Pendederan Benih Gurame
(Osphronemus gouramy Lac) Sistem Usman, Palinggi NN, Harris E, Jusadi D,
Resirkulasi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Supriyono E, Yuhana M. 2010.
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis Tingkat Kecernaan Pakan
dan Limbah Nitrogen (N) Budidaya
Putri SA. 2014. Pemanfaatan Bakteri Ikan Bandeng Serta Kebutuhan
Heterotrof terhadap SR (survival Penambahan C-Organik untuk
rate) dan Laju Pertumbuhan Ikan Penumbuhan Bakteri Heterotrof.
Lele Dumbo (clarias sp.) dengan Jurnal Riset Akuakultur 5(3) : 481 –
Sistem Tanpa Pergantian Air 490.
[Skripsi]. Surabaya: Fakultas
Perikanan dan Kelauatan, Universitas Usman, Haris E, Jusadi D, Supriyono E,
Airlangga. Yuhana M. 2011. Penumbuhan
Bioflok Dalam Media Budidaya Ikan
Rosmawati, Muarif. 2017. Growth and Bandeng. Jurnal Riset Akuakultur
Feed Efficiency of Gourami Fish 6(1): 41 – 50.
Reared in Biofloc Media with
Different C/N Ratios. International Zakaria R. 2008. Kemunduran Mutu Ikan
Journal of Sciences Basic and Gurami (Osphronemus gouramy)
Appiled Research (IJSBAR) 36(6) : Pasca Panen pada Penyimpanan Suhu
47 – 59. Chilling [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Schryver PD, Crab R, Defoirdt T, Boon N, Pertanian Bogor.
Verstraete W. 2008. The basics of
bio-flocs technology: The added Zonneveld NEA, Huisman, Boon JH. 1991.
value for aquaculture. Aquaculture : Prinsip-prinsip budidaya ikan.
125–137. Jakarta: Gramedia pustaka utama.

Steel RGD, Torrie JH. 1985. Principles and


Procedures of Statistic, Biometrical
Approach. Kogakushi: Mc Graw Hill.

Sutarmat T. 2006. Studi Pendahuluan


Pemeliharaan Ikan Merah dalan KJA
dengan Ukuran tebar yang Berbeda.
Prosiding Konferensi Akuakultur
Indonesia 193 – 197.

Sulhi M. 2007. Produksi Benih Ikan


Gurame Di lahan Sempit. Seminar
Nasional Hari Pangan Sedunia 174 –
179.

Sulistyo J, Muarif, Mumpuni FS. 2016.


Pertumbuhan dan Kelangsungan

You might also like