Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

POLITEKNOLOGI VOL. 18 NO.

3, SEPTEMBER 2019

ANALISIS SWOT UNTUK DIRECT CO-FIRING BATUBARA


DENGAN PELLET SAMPAH PADA BOILER TIPE CFBC
Muhammad Fadli1, Dianta Mustofa Kamal2, Pribadi Mumpuni Adhi2
1
Program Studi Pembangkit Tenaga Listrik, 2Magister Terapan Rekayasa Teknologi Manufaktur,
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Jakarta
Jalan Prof. Dr. G. A. Siwabessy, Kampus UI, Depok 16425
e-mail: mfadli2428@gmail.com, dianta@mesin.pnj.ac.id, pribadi.adhi@mesin.pnj.ac.id

ABSTRACT
Indonesia to be the world’s second-largest contributor of plastic waste in the oceans. Every resident in
Indonesia can produce 0,52 kg/person/day of waste. Efforts to overcome the problem of waste by
processing it into Pellets, which contain calories from 2,800 to 3,300 kcal/kg using the peuyeumisasi
method, so that they can use for co-firing in PLTU. Trial for direct co-firing coal and RDF Pellet from
Klungkung Bali, will be carry out on Circulating Fluidized Bed Combustion (CFBC) boiler. The goal
of study to analyze the feasibility for co-firing with SWOT analysis. The SWOT analysis questionnaire
was compiled based on internal and external factors, which was carried out through the study of
literature and document. After the questionnaire was compiled, the questionnaire was given to
respondents who collected 10 people, selected based on factors of relevance and understanding of the
issues discussed. The results of the questionnaire show the main indicators, which are divided into 2
parts, internal factors consisting of strengths, weaknesses and external factors consisting of
opportunities and threats. Then implemented in the SWOT matrix, to get the best strategy and whether
the decision is feasible or not. The results is feasible to be implemented in the PLTU MSW, with
internal factor value of 3,03 or rounded to 3 (strong) and an external factor value of 2,6 or rounded to
3 (strong). Several strategies are designed to use the strength to take advantage of opportunities,
reduce weaknesses and threats.

Key words: RDF Pellet, Co-firing, SWOT Analysis

ABSTRAK
Indonesia berada pada peringkat ke dua di dunia penyumbang sampah plastik ke laut. Setiap penduduk
di Indonesia dapat menghasilkan sampah sebanyak 0,52 kg/jiwa/hari. Upaya mengatasi permasalahan
sampah dengan mengolahnya menjadi Pellet yang mengandung kalori 2800-3300 kcal/kg menggunakan
metode peuyeumisasi, sehingga bisa dimanfaatkan PLTU untuk dicampur dengan batubara (co-firing).
Uji coba direct co-firing batubara dan Pellet sampah dari Klungkung Bali akan dilakukan pada boiler
tipe Circulating Fluidized Bed Combustion (CFBC). Penelitian ini bertujuan menganalisa kelayakan co-
firing Pellet sampah dan batubara dengan pendekatan analisis SWOT. Kuesioner analisis SWOT disusun
berdasarkan identifikasi faktor internal, dan eksternal yang dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
pustaka terhadap dokumen dan literatur terkait. Setelah kuesioner disusun, kuesioner diberikan kepada
responden yang berjumlah 10 orang, dipilih berdasarkan faktor keterkaitan serta pemahaman terhadap
masalah yang diteliti. Hasil kuesioner menunjukkan penilaian terhadap indikator-indikator utama, yang
terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu : faktor internal berupa strengths (kekuatan), weakness (kelemahan)
serta faktor eksternal berupa opportunities (peluang) dan threats (ancaman). Kemudian
diimplementasikan dalam matriks SWOT, untuk mendapatkan strategi terbaik serta keputusan layak atau
tidaknya. Hasilnya adalah layak diimpelmentasikan pada PLTU MSW, dengan nilai fakot internal 3,03
atau atau dibulatkan menjadi 3 (kuat) dan nilai faktor eksternal 2,6 atau dibulatkan menjadi 3 (kuat).
Beberapa strategi disusun agar menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang serta memperbaiki
kelemahan dan mengurangi ancaman.

Kata kunci : Pellet Sampah, Co-firing, Analisis SWOT


adalah permasalahan sampah. Sebuah
PENDAHULUAN penelitian menyebutkan, Indonesia
Salah satu permasalahan sosial yang berada pada peringkat ke dua di dunia
sering timbul di perkotaan suatu negara penyumbang sampah plastik ke laut

_____________________________________________________________________________________________________
271
Muhammad Fadli, Dianta Mustofa K dan Pribadi Mumpuni A, Analisis SWOT untuk Direct...

setelah Tiongkok, disusul Filipina, factor analysis (EFAS) menggunakan


Vietnam dan Sri Langka [6]. pendekatan analisis SWOT.
Diperkirakan setiap penduduk di Pemanfaatan sampah sebagai bahan
Indonesia dapat menghasilkan sampah bakar disebut Refused Derived Fuel
sebanyak 0,52 kg/jiwa/hari [1]. Khusus (RDF) [16]. Salah satu sumber sampah
di Kabupaten Tabalong Provinsi untuk menghasilkan RDF berasal dari
Kalimantan Selatan, jumlah sampah MSW (Municipal Solid Waste) atau
ditimbun TPA periode 2017-2018 sampah kota [5]. Berdasarkan standar
adalah 58 ton/hari dengan jumlah ASTM E856-83 (American Standard
sampah tidak terkelola 18,79 ton/hari, Testing and Material), terdapat 7 tipe
sehingga presentase yang tertanggulangi RDF yang diklasifikasikan sesuai
baru 67,6 % [13]. dengan wujud dan proses pemilahan
Upaya untuk mengatasi permasalaha awalnya. Pengklasifikasian RDF di
sampah telah dilakukan oleh Pemda Eropa diatur oleh UNI CEN/TS 15359
Klungkung (Bali) bersama Sekolah berdasarkan tiga sifat bahan bakar, yaitu
Tinggi Teknik (STT) PLN dan net calorific value berfungsi sebagai
Indonesia Power (IP) meluncurkan indikator ekonomi, kandungan klorin
program Tempat Olah Sampah sebagai indikator teknologi dan
Setempat (TOSS). Sampah langsung kandungan merkuri sebagai parameter
diolah menjadi briket dan Pellet dengan lingkungan [16]. Pengklasifikasian
metode peuyeumisasi. Pellet yang bertujuan menentukan secara rinci sifat
berupa bulatan-bulatan kecil kimia dan fisikanya yang menjamin dari
mengandung kalori 2500 - 4000 kcal/kg penyalahgunaan ketika bahan bakar dari
[9] yang kemudian bisa dimanfaatkan sampah ini diperjualbelikan seperti
pembangkitan listrik skala besar untuk batubara.
dicampur dengan batubara. Kandungan klorin pada RDF dapat
Pemerintah Kabupaten Tabalong, dipisahkan sebagai klorin organik
berencana membuat sistem TOSS (misal PVC) dan klorin anorganik
seperti di Klungkung. Sampah yang ada (misal NaCl). Ketika pembakaran RDF,
dikumpulkan lalu diolah menjadi Pellet. kandungan klorinnya dalam furnace
Pellet akan digunakan sebagai bereaksi sebagai uap asam klorida atau
campuran bahan bakar batubara PLTU klorida yang mengembun di permukaan
mulut tambang berkapasitas 2×30 MW furnace seperti garam dan menyebabkan
di Tabalong milik PT. Makmur korosi [18]. HCl juga dapat bereaksi
Sejahtera Wisesa (MSW). PLTU MSW dengan molekul organik sehingga
yang menggunakan boiler tipe membentuk dioksin dan furan.
Circulating Fluidized Bed Combustion Mekanisme tersebut ditampilkan pada
(CFBC) akan menjadi PLTU pertama di gambar 1. Kandungan klorin dalam
Kalimantan yang melakukan direct co- deposit mempercepat proses korosi
firing batubara dengan Pellet sampah. dengan menurunkan softening
Ujicoba akan dilaksanakan akhir 2019 temperature (ST) yang ketika meleleh
menggunakan Pellet sampah dari dapat merusak lapisan oksida
Klungkung (Bali). Oleh karena itu, permukaan logam. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan menganalisa ketika temperatur deposit lebih tinggi
kelayakan uji coba co-firing dari ST, kecepatan korosi meningkat
berdasarakan perbandingan batu bara secara signifikan. Telah ditetapkan
dan Pellet sampah paling optimum serta bahwa ketika rasio molar S/Cl lebih dari
mengetahui internal strategy factor 4, bahan bakar dapat dianggap sebagai
analysis (IFAS) dan eksternal strategy non-korosif. Jika S/Cl kurang dari 2,
bahan bakar bersifat korosif [10].

_____________________________________________________________________________________________________
272
POLITEKNOLOGI VOL. 18 NO. 3, SEPTEMBER 2019

Dioksin (PCDD) dan furan (PCDF) Saat ini sekitar 70 kt/y Pellet sampah
merupakan produk sampingan yang dikirim ke ENEL, tetapi diharapkan
secara tidak sengaja terjadi dalam meningkat menjadi 100-105 kt/y. Setiap
proses pembakaran. Pembakaran yang 1 ton Pellet sampah yang digunakan
mengandung bahan klorin, seperti untuk co-firing dapat menghindari
plastik PVC akan meningkatkan produksi 500 kg CO2[20]. Pellet
produksi dioksin dan furan [17]. sampah yang diproduksi memiliki rata-
Temperatur optimum untuk rata nilai kalor 4300 kcal/kg, kandungan
pembentukan dioksin dan furan adalah klorin 0,92% dan kandungan merkuri
250-400°C [7]. Dampak pencemaran 0,024 mg/MJ [3]. Perihal korosi sudah
dioksin dan furan terhadap kesehatan dilakukan pemantauan 8-15 bulan di
untuk jangka panjang adalah kanker, ruang bakar dan superheater. Hasilnya
gangguan pada sistem reproduksi dan korosi dapat diabaikan pada
cacat lahir. superheater dengan material baja
Co-firing adalah proses pembakaran S304H dan 347H. Pada dinding ruang
dua material yang berbeda secara bakar menunjukkan bahwa terjadi
bersamaan, sering diaplikasikan pada korosi dekat nozzel RDF dengan
batubara dan biomassa dengan cara material baja 16Mo3 dan A105 [4].
substitusi sebagian batubara dengan Pada 1998 dan 1999, Korea Electric
biomassa ke dalam unit pembangkit. Power Corporation (KEPCO)
Keuntungan co-firing adalah terjadinya membangun PLTU Donghae (Korea
pengurangan gas CO2, SOx dan NOx Selatan) yang menggunakan boiler tipe
pada bahan bakar fosil, karena biomassa CFBC dengan kapasitas 2×200 MW.
dikenal sebagai zero CO2 sehingga PLTU menggunakan batubara jenis
tidak menyebabkan akumulasi CO2 di antrasit dengan kandungan ash yang
atmosfer dan mengandung lebih sedikit tinggi dan volatile matter (VM) rendah.
sulfur jika dibanding batubara [19]. Hal tersebut membuat reaktivitas
Berdasarkan penelitian ERFO– batubara antrasit menjadi rendah,
European Recovered Fuel Organisation sehingga efisiensi pembakaran rendah,
: “SRF Markets” Maret 2006, setiap 1 operasi boiler menjadi tidak stabil dan
ton RDF (melalui produksinya dari produksi listrik yang terbatas karena
MSW dan co-firing) bisa mengurangi pembatasan supply, produksi dan harga
emisi CO2 sebesar 1,75 ton/CO2[20]. bahan bakar yang mahal. Untuk
Terdapat 3 potensi masalah dari co- mengatasi hal tersebut, PLTU Donghae
firing Pellet sampah dan batubara, yaitu berinovasi melakukan co-firing
korosi pada tube perpindahan panas, batubara dengan Pellet sampah yang
kualitas ash, dan emisi yang dihasilkan dikenal memiliki nilai VM tinggi,
[10]. Co-firing dengan menggunakan dengan perbandingan 1-5% Pellet
5% Pellet sampah berpotensi sampah. Pellet sampah yang dibutuhkan
meningkatkan laju pembentukan deposit adalah 4,2 t/h. Hasilnya adalah tidak ada
[8]. perubahan signifikan pada temperatur,
Pada 2009, PLTU batubara Italia yang tekanan dan emisi sebelum maupun
berlokasi di Fusina-Venice milik ENEL setelah co-firing[7]. Temperatur
“Andrea Palladio” kapasitas 320 MW meningkat sedikit pada sisi bawah dan
unit 4, telah sukses melakukan co-firing outlet furnace, karena Pellet sampah
dengan perbandingan 95% batubara mengandung VM yang tinggi dan
bituminus dan 5% Pellet sampah reaktivitas pembakaran yang cepat di
menghasilkan emisi yang rendah serta furnace sisi bawah dibandingkan
efisiensi termal hingga 35%. Pellet batubara antrasit. Tekanan pada furnace
sampah yang dibutuhkan adalah 6,7 t/h. sisi atas juga menurun sedikit, karena

_____________________________________________________________________________________________________
273
Muhammad Fadli, Dianta Mustofa K dan Pribadi Mumpuni A, Analisis SWOT untuk Direct...

adanya perbedaan ukuran Pellet sampah proses alami menggunakan keramba


(15-50 mm) dengan batubara antrasit bambu, mengkonversi sampah organik
(<6 mm). Tetapi hal tersebut tidak dan anorganik menjadi bahan bakar
mengganggu kestabilan operasi. Untuk padat melalui proses pemeraman secara
emisi dioksin dan furan, kadarnya mikrobiologi yang bertujuan
masih di bawah ambang batas yang mempercepat terjadinya
ditetapkan pemerintah Korea Selatan, peluruhan/penguraian (degradasi)
sedangkan emisi NOx dan SOx sampah padat. Metode ilmiah yang
menurun sedikit, karena kandungan digunakan adalah dengan
Pellet sampah relatif memiliki memanfaatkan bioactivator berisi
kandungan S, N yang lebih kecil bakteri tertentu sehingga sampah
dibandingkan batubara antrasit. tersebut bisa hilang baunya dan
Kandungan HCL meningkat sedikit, menyusut serta menghasilkan suatu
karena klorin pada Pellet sampah lebih produk briket sampah lalu dicetak
besar dibandingkan batubara antrasit menjadi Pellet dengan diameter 10 mm
Di Indonesia, uji coba pertama co-firing - 12 mm yang memiliki kadar kalori
Pellet sampah (RDF) dan batubara baru 2500 - 4000 kcal/kg [9].
saja dilakukan PLTU Jeranjang Nusa
Tenggara Barat milik PT Indonesia METODE PENELITIAN
Power pada 19-20 Februari 2019. Pellet
sampah yang berasal dari Klungkung Wawancara meliputi kegiatan diskusi
Bali digunakan sampai dengan 5% dari dan tanya-jawab dengan power plant
kebutuhan bahan bakar PLTU Jeranjang manager, plant performance section
yang menggunakan boiler tipe CFBC. head, operation section head, serta
Uji coba dilakukan pada beban 25 MW operator distribution control system
dengan tahapan hari pertama uji (DCS) dan expert. Kemudian
operasional dan hari kedua uji stabilitas pengumpulan data proximate dan
selama 5 jam. Hasil uji coba ultimate analysis Pellet sampah
menunjukan hasil yang positif dimana Klungkung Bali dari Sumitomo Heavy
sebagian besar parameter operasi dalam Industries, LTD (Jepang). Hasil
batas aman dan emisi gas buang yang proximate & ultimate analysis Pellet
didapat juga dalam batas normal. sampah Klungkung Bali, dilakukan
Komposisi Pellet sampah sendiri studi kelayakan untuk direct co-firing
terbuat dari campuran sampah organik dengan batubara di PLTU berdasarkan
dan anorganik (non PVC) dengan jurnal penelitan, dan best practice dari
perbandingan 95% : 5%. Pellet sampah PLTU yang sudah melakukannya.
dilakukan analisa proximate maupun Kuesioner analisis SWOT disusun
ultimate untuk mengetahui Ash Fusion berdasarkan identifikasi faktor internal,
Temperature (AFT) dan memastikan dan eksternal yang dalam penelitian ini
seberapa besar risiko slagging akibat dilakukan melalui studi pustaka
penggunaan pellet sampah. Hasilnya, terhadap dokumen dan literatur terkait.
AFT pada 1344 oC yang menunjukkan Setelah kuesioner disusun, kuesioner
potensi slagging cenderung rendah [15]. diberikan kepada responden yang
Pellet sampah Klungkung Bali berasal berjumlah 10 orang, dipilih berdasarkan
dari sampah kota yang dibuat dengan faktor keterkaitan serta pemahaman
metode peuyeumisasi. Metode ini terhadap masalah yang diteliti
ditemukan dan dikembangkan oleh (purposive sampling). Berdasarkan
Sonny Djatnika Sundadjaya [17]. Proses hasil kuesioner, didapatkan penilaian
tersebut bisa dibuat dalam waktu kurang terhadap indikator-indikator utama yang
dari 10 hari. Peuyeumisasi merupakan terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu : faktor

_____________________________________________________________________________________________________
274
POLITEKNOLOGI VOL. 18 NO. 3, SEPTEMBER 2019

internal berupa strengths (kekuatan), juga pada Pellet sampah Bali). Pellet
weakness (kelemahan) dan faktor sampah Korea Selatan untuk NCV di
eksternal berupa opportunities kelas 3, klorin di kelas 3 dan merkuri
(peluang) dan threats (ancaman) [11]. tidak ditemukan datanya, sedangkan
Kemudian diimplementasikan dalam Pellet sampah Italia untuk NCV berada
matriks SWOT, untuk mendapatkan di kelas 3, klorin di kelas 3, dan merkuri
strategi terbaik serta keputusan layak di kelas 2. Hasil penentuan kelas
atau tidaknya implementasi direct co- tersebut, menunjukkan bahwa Pellet
firing Pellet sampah dengan batubara di sampah Korea Selatan dan Italia lebih
PLTU MSW. baik kandungannya dari segi indikator
Untuk menjaga keberlanjutan co-firing ekonomi (NCV), indikator teknologi
PLTU MSW dari permasalahan jumlah (klorin) dan lingkungan (merkuri).
dan kapasitas peralatan pengolahan Kandungan klorin pada Pellet sampah
sampah yang kurang (keramba bambu, Bali lebih besar 0,3 % dari Pellet
mesin pencacah, mesin pencetak Pellet sampah Korea Selatan dan 0,18 % dari
dll.) dibandingkan jumlah sampah yang Pellet sampah Italia serta kandungan
masuk. Co-firing dilaksanakan 3 jam ash juga lebih banyak, sehingga
setiap harinya ketika beban penuh (28 kemungkinan terjadi korosi lebih tinggi.
MW) yang biasanya pada siang hari, Berdasarkan rasio molar S/Cl, Pellet
misal dari jam 11.00 WITA hingga jam sampah Bali dan Korea Selatan bersifat
14.00 WITA. Kebutuhan rata-rata korosif, karena hasil perbandingannya
batubara PLTU MSW jika beban 28 kurang dari 2. Untuk Pellet sampah
MW adalah 20 t/h. Jika co-firing Italia korosif atau tidak, karena data
dilakukan dengan perbandingan 95% sulfur tidak ditemukan dan biomassa
batubara : 5% Pellet sampah (seperti dikenal dengan sulfur yang rendah, bisa
PLTU Jeranjang, PLTU Andrea diasumsikan juga rasio molar S/Cl pada
Palladio Italia dan PLTU Donghae Pellet sampah Italia kurang dari 2 juga
Korea Selatan), maka 5% dari 20 t/h (bersifat korosif).
adalah 1 t/h Pellet sampah. Jadi, Korosi merupakan proses alam yang
kebutuhan Pellet sampahnya adalah 3 tidak dapat dihindari namun dapat
ton per hari. dicegah atau diminimalisir. Pemantauan
korosi selama 8-15 bulan di PLTU
HASIL DAN PEMBAHASAN Batubara Italia milik ENEL yang sudah
menggunakan co-firing dengan Pellet
Berdasarkan standar ASTM E856-83, sampah telah dilakukan.
Pellet sampah Klungkung Bali berkode Hasilnya menujukkan terjadi korosi
RDF-5, yaitu limbah yang dapat dibakar pada dinding ruang bakar dekat nozzel
(combustible) kemudian dipadatkan Pellet sampah, tetapi efisiensi termal
menjadi bentuk Pellet atau briquettes tetap dapat dipertahankan hingga 35%
(densified RDF). serta menghasilkan emisi yang rendah.
Tabel 1 menampilkan perbandingan Selanjutnya digunakan sistem
Pellet sampah Bali, Pellet sampah pemantauan korosi RSE (Ricerca
Korea Selatan dan Pellet sampah Italia. Sistema Energetico) yang dapat
Berdasarkan klasifikasi RDF UNI menunjukkan pengukuran degradasi
CEN/TS 15359, Pellet sampah Bali material akibat korosi secara on-line
untuk NCV berada di kelas 4, klorin di serta tepat waktu kepada plant
kelas 4, sedangkan merkuri tidak ada managers dalam berbagai kondisi
hasil uji laboratoriumnya (analisa operasi yang berguna untuk optimasi
proximate dan ultimate selanjutnya sesuai dengan pemeriksaan metalografi.
harus mengukur kandungan merkuri Selain itu, upaya untuk meminimalisir

_____________________________________________________________________________________________________
275
Muhammad Fadli, Dianta Mustofa K dan Pribadi Mumpuni A, Analisis SWOT untuk Direct...

terjadinya korosi adalah optimasi dalam hal peraturan, kemudahan


pengoperasian soot blower dan sudah akses dll.
adanya perkembangan terbaru 2. Segera melakukan pilot project
perlindungan korosi, melapisi pipa TOSS (Tempat Olah Sampah
dengan lapisan porositas keramik kadar Setempat) bersama Pemerintah
di bawah 1% untuk menghindari kontak Daerah Kabupaten Tabalong (lokasi
antara chlorine dan logam dengan tebal PLTU MSW) untuk memanfaatkan
lapisan sekitar 75-90 μm [2]. sumber energi lokal berupa sampah
Skala penilaian untuk faktor positif kota menjadi Pellet sampah dengan
(kekuatan dan peluang) sebagai berikut metode peuyeumisasi dan
: 1 untuk nilai sangat lemah, 2 untuk memberdayakan masyarakat pada
nilai lemah, 3 untuk nilai kuat dan 4 setiap TPS/TPA sebagai petugas
untuk nilai sangat kuat. Sedangkan TOSS.
untuk menilai faktor negatif (kelemahan Selain itu, penulis menambahkan
dan ancaman) digunakan skala dengan beberapa strategi untuk memperbaiki
pola sebagai berikut : 1 untuk nilai kelemahan serta mengurangi ancaman :
sangat kuat, 2 untuk nilai kuat, 3 untuk 1. Melakukan uji laboratorium ulang
nilai lemah, dan 4 untuk nilai sangat terhadap fly ash setelah direct co-
lemah. Nilai bobot ditentukan dari hasil firing Pellet sampah dan batubara,
kuesioner yang diberikan kepada kemudian memberikan hasil ujinya
responden. Untuk mempermudah kepada pabrik semen yang biasa
pemberian nilai skor dan bobot, mengambil fly ash PLTU MSW.
digunakan tabel internal strategy factor 2. Sosialisasi dan pelatihan kepada
analysis (IFAS) dan eksternal strategy warga sekitar TPS/TPA yang akan
factor analysis (EFAS), seperti pada menjadi petugas pengolah Pellet
tabel 2 dan 3. sampah tentang jenis sampah
Berdasarkan tabel 3 dan tabel 4, organik, anorganik, dan sampah yang
diketahui bahwa nilai faktor internal mengandung klorin.
3,03 atau dibulatkan menjadi 3 (kuat). 3. Studi dan kunjungan ke PLTU
Sedangkan nilai faktor eksternalnya 2,6 Jeranjang ketika shutdown untuk
atau dibulatkan satu digit menjadi 3 melihat kondisi ruang bakar, jalur
(kuat). Kemudian untuk merumuskan konveksi (supeheater), serta ash
strategi pengembangan, penulis setelah melakukan co-firing Pellet
menggunakan diagram bantu seperti sampah dan batubara.
pada Gambar 3. 4. Untuk menjaga keberlanjutan co-
Karena nilai IFAS dan EFAS adalah 3, firing PLTU MSW dari
maka dengan alat bantu diagram di atas permasalahan jumlah dan kapasitas
dipilihlah strategi yang menggunakan peralatan pengolahan sampah yang
kekuatan untuk memanfaatkan peluang kurang (keramba bambu, mesin
atau Strength-Opportuinity (SO). pencacah, mesin pencetak Pellet dan
Adapun strategi SO yang dapat lain-lain) dibandingkan jumlah
dilakukan pada direct co-firing Pellet sampah yang masuk. Co-firing
sampah dan batubara di PLTU MSW dilaksanakan 3 jam setiap harinya
adalah sebagai berikut : ketika beban penuh (28 MW) yang
1. Sosialisasi dan promosi program biasanya pada siang hari, misal dari
direct co-firing ke Kementerian jam 11.00 WITA hingga jam 14.00
Energi Sumber Daya Mineral dan WITA. Kebutuhan rata-rata batubara
Kementerian Lingkungan Hidup PLTU MSW jika beban 28 MW
untuk mendukung program tersebut adalah 20 t/h. Jika co-firing
dilakukan dengan perbandingan 95%

_____________________________________________________________________________________________________
276
POLITEKNOLOGI VOL. 18 NO. 3, SEPTEMBER 2019

batubara : 5% Pellet sampah (seperti differenziatte, Bureau Veritas


PLTU Jeranjang, PLTU Andrea Certification, Milan.
Palladio Italia dan PLTU Donghae [4] Fantini, V. dan A. Cavalierre. 2012.
Korea Selatan), maka 5% dari 20 t/h Boiler corrosion monitoring of
adalah 1 t/h Pellet sampah. Jadi, Fusina co-firing power plant.
kebutuhan Pellet sampahnya adalah DEBCO Project - Final Conference.
3 ton per hari. Brussel.
[5] Gendebien, A., A. Leavens, et al.,
KESIMPULAN 2003. Refuse Derived Fuel, Current
Practice and Perspectives.
European Commission Directorate -
Direct co-firing dengan menggunakan
General Environment.
Pellet sampah Klungkung Bali layak
[6] Kementerian Pekerja Umum dan
diimplementasikan pada PLTU MSW
Perumahan Rakyat. 2016. Indonesia
dengan perbandingan 95% batubara dan
Bebas Sampah 2020. Buletin Cipta
5% Pellet sampah, dengan parameter
Karya Edisi 02. Jakarta.
operasi, emisi, serta potensi korosi
[7] Kim, D. W., J. M. Lee, et al., 2010.
dalam kondisi aman (tidak ada masalah
Co-combustion of refuse derived
yang signifikan).
fuel with anthracites in a CFB
Direct co-firing dengan menggunakan
boiler. Proceedings of the 20th
Pellet sampah Klungkung Bali
International Conference on
layakdiimplementasikan pada PLTU
Fluidized Bed Combustion,
MSW, dengan nilai internal strategy
Springer. 262-270. Beijing.
factor analysis (IFAS) 3,03 atau atau
[8] Kupka, T. T., Mancini, et al., 2008.
dibulatkan menjadi 3 (kuat) dan nilai
Investigation of ash deposit
eksternal strategy factor analysis
formation during co-firing of coal
(EFAS) 2,6 atau dibulatkan menjadi 3
with sewage sludge, saw-dust and
(kuat).
refuse derived fuel. Fuel 87. 2824-
UCAPAN TERIMAKASIH 2837. Clausthal-Zellerfeld.
[9] Legino, S. 2018. Listrik Kerakyatan
Penulis mengucapkan terima kasih : Opsi untuk melistriki seluruh
kepada PT Makmur Sejahtera Wisesa Negeri dengan Energi Terbarukan.
subsidiary of PT Adaro Power atas Modul Seminar dan Pelatihan PT
dukungan pada penelitian ini. Hariff Daya Tunggal Engineering,
Bandung
DAFTAR PUSTAKA [10] Pronobis, M. 2006. The influence
of biomass co-combustion on boiler
[1] Badan Pusat Statistik. 2017. fouling and efficiency. Fuel 85. 474-
Statistik Lingkungan Hidup 480. Silesian.
Indonesia 2017. Katalog : 3305001. [11] Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT
[2] Baskakov, A. P. 2014. The prospect Teknik Membedah Kasus Bisnis.
for incineration of municipal solid Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
waste in Russia in order to produce [12] Sikumbang, H., R.
heat and electric power. Thermal Cahyaningtyas, et al., 2018.
Engineering 61. 265-273. Simulasi Pembuatan dan
Yekaterinburg. Pemanfaatan Briket pada Listrik
[3] Ecoprogetto, V. 2016. Tracciabilitả Kerakyatan. Jurnal PETIR, Vol. 11,
e certificazione del recupero di No. 1. Jakarta.
RIFUTO URBANO RESIDUO [13] Sistem Informasi Pengelolaan
proveniente dalle raccolte Sampah Nasional. 2019, diakses

_____________________________________________________________________________________________________
277
Muhammad Fadli, Dianta Mustofa K dan Pribadi Mumpuni A, Analisis SWOT untuk Direct...

dari www.sipsn.menlhk.go.id, pada Bersumber dari Industri Logam.


23 Februari 2019. Jakarta: Jurnal Organisasi dan
[14] STT-PLN. 2019. Peranan Warga Manajemen. Vol. 4, No. 2 : 63-72.
untuk Meningkatkan Efisiensi [18] Wei, X., Y. Wang, et al., 2009.
Energi dan Pengembangan Energi Release of sulfur and chlorine
Terbarukan. Forum Energi DKI. during cofiring RDF and coal in an
Jakarta. internally circulating fluidized bed.
[15] Subawa, I. 2019. Pertama di Energy & Fuels 23. 1390-1397.
Indonesia, PT Indonesia Power Beijing.
Melakukukan Uji Coba Co-firing [19] Winaya, N. S. dan I. B. Agung.
untuk Kurangi Penggunaan 2010. Co-firing Sistem Fluidized
Batubara di PLTU, diakses dari Bed Berbahan Bakar Batubara dan
www.indonesiapower.co.id, pada 30 Ampas Tebu. Jurnal Ilmiah Teknik
April 2019. Mesin Cakra. Vol. 4, No. 2 : 180-
[16] Vekemans, O dan J. Chaouki. 188. Bali.
2016. Municipal Solid Waste [20] Zotto, D., A. Tallini, et al., 2015.
Cofiring in Coal Power Plants: Energy enhancement of solid
Combustion Performance. Book recovered fuel within systems of
Developments in Combustion conventional thermal power
Technology Chapter 5. Montreal. generation. Energy Procedia 81.
[17] Warlina, L. E. Noor, et al., 2008. 319-338. Roma.
Kebijakan Manajemen Lingkungan .
untuk Emisi Dioksin/Furan yang

Gambar 1. Ilustrasi perilaku chlorine pada proses pembakaran [16]

Gambar 2. Pellet sampah hasil peuyeumisasi [14]

Tabel 1. Pellet sampah Bali vs Pellet sampah Korea Selatan vs Pellet sampah Italia

_____________________________________________________________________________________________________
278
POLITEKNOLOGI VOL. 18 NO. 3, SEPTEMBER 2019

Pellet Sampah Pellet Sampah Pellet Sampah


Parameter Unit (Basis)
Bali Korea Selatan Italia
Proximate Analysis
Net calorific
Kcal/kg (ar) 2767 4182 4349
value (NCV)
Moisture 6,6 1,58 7,35
Ash 35 31,03 16,95
%
Fixed carbon 11,6 5,11 *-
Volatile matter 46,8 62,28 -
Ultimate Analysis
Karbon 30,6 39,15 -
Hidrogen 4,24 5,13 -
Oksigen 17,8 24,01 -
% (ar)
Nitrogen 1,6 0,11 -
Sulfur 0,18 0,08 -
Ash 33 31,52 -
Klorin % (d) 1,1 0,8 0,92
Merkuri mg/MJ (ar) - - 0,024
Keterangan : ar = as-received ; d = dry
* data tidak ditemukan

Gambar 3. Diagram SWOT

Tabel 2. Internal Strategy Factor Analysis (IFAS)


No. IFAS Rating Bobot Jumlah
Strength (Kekuatan)
Mendukung program pemerintah dalam mengurangi
1. 3 0,16 0,48
konsumsi energi fosil, seperti batubara
2. Mendukung program pemerintah “waste to energy” 3 0,16 0,48
Mendukung program pemerintah perihal lingkungan
3. 3 0,16 0,48
hidup
Menurunkan emisi GHG (Greenhouse Gas), yaitu CO2
4. pada PLTU dan CH4 dari penimbunan limbah pada 3 0,15 0,45
TPA
Harga Pellet sampah (Rp 400.000 per metrik ton) lebih
5. 3 0,14 0,42
murah dari batubara (Rp 570.000 per metrik ton)
Weakness (Kelemahan)
Belum cukup informasi tentang pengaruh co-firing
1 3 0,12 0,36
Pellet sampah dan batubara di PLTU

_____________________________________________________________________________________________________
279
Muhammad Fadli, Dianta Mustofa K dan Pribadi Mumpuni A, Analisis SWOT untuk Direct...

Mempengaruhi kandungan ash yang akan diambil oleh


2 3 0,12 0,36
pabrik semen
TOTAL 1 3,03

Tabel 3. Eksternal Strategy Factor Analysis (EFAS)


No. EFAS Rating Bobot Jumlah
Opportunities (Peluang)
Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar
1 TPS untuk mengolah sampah menjadi Pellet sampah 3 0,2 0,6
sebagai bahan bakar
Memaksimalkan sumber energi lokal berupa sampah
2 3 0,2 0,6
kota (municipal solid waste)
Mengubah habit & mindset masyarakat untuk selektif
3 3 0,2 0,6
dalam melakukan pemilahan sampah
Threats (Ancaman)
Kandungan klorin dan alkali pada Pellet sampah
1 2 0,13 0,26
meningkatkan risiko korosi
Kandungan klorin pada Pellet sampah meningkatkan
2 2 0,13 0,26
risiko peningkatan emisi dioksin dan furan
Sustainability dari program direct co-firing, karena
permasalahan jumlah dan kapasitas peralatan
pengolahan sampah yang kurang (keramba bambu,
3 mesin pencacah, mesin pencetak Pellet dll.) 2 0,14 0,28
dibandingkan jumlah sampah yang masuk, sehingga
tidak ada kasus sampah membeludak dan tertumpuk
begitu saja
TOTAL 1 2,6

_____________________________________________________________________________________________________
280

You might also like