Professional Documents
Culture Documents
Analisis SWOT Cofiring Batubara Dengan Pellet
Analisis SWOT Cofiring Batubara Dengan Pellet
3, SEPTEMBER 2019
ABSTRACT
Indonesia to be the world’s second-largest contributor of plastic waste in the oceans. Every resident in
Indonesia can produce 0,52 kg/person/day of waste. Efforts to overcome the problem of waste by
processing it into Pellets, which contain calories from 2,800 to 3,300 kcal/kg using the peuyeumisasi
method, so that they can use for co-firing in PLTU. Trial for direct co-firing coal and RDF Pellet from
Klungkung Bali, will be carry out on Circulating Fluidized Bed Combustion (CFBC) boiler. The goal
of study to analyze the feasibility for co-firing with SWOT analysis. The SWOT analysis questionnaire
was compiled based on internal and external factors, which was carried out through the study of
literature and document. After the questionnaire was compiled, the questionnaire was given to
respondents who collected 10 people, selected based on factors of relevance and understanding of the
issues discussed. The results of the questionnaire show the main indicators, which are divided into 2
parts, internal factors consisting of strengths, weaknesses and external factors consisting of
opportunities and threats. Then implemented in the SWOT matrix, to get the best strategy and whether
the decision is feasible or not. The results is feasible to be implemented in the PLTU MSW, with
internal factor value of 3,03 or rounded to 3 (strong) and an external factor value of 2,6 or rounded to
3 (strong). Several strategies are designed to use the strength to take advantage of opportunities,
reduce weaknesses and threats.
ABSTRAK
Indonesia berada pada peringkat ke dua di dunia penyumbang sampah plastik ke laut. Setiap penduduk
di Indonesia dapat menghasilkan sampah sebanyak 0,52 kg/jiwa/hari. Upaya mengatasi permasalahan
sampah dengan mengolahnya menjadi Pellet yang mengandung kalori 2800-3300 kcal/kg menggunakan
metode peuyeumisasi, sehingga bisa dimanfaatkan PLTU untuk dicampur dengan batubara (co-firing).
Uji coba direct co-firing batubara dan Pellet sampah dari Klungkung Bali akan dilakukan pada boiler
tipe Circulating Fluidized Bed Combustion (CFBC). Penelitian ini bertujuan menganalisa kelayakan co-
firing Pellet sampah dan batubara dengan pendekatan analisis SWOT. Kuesioner analisis SWOT disusun
berdasarkan identifikasi faktor internal, dan eksternal yang dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
pustaka terhadap dokumen dan literatur terkait. Setelah kuesioner disusun, kuesioner diberikan kepada
responden yang berjumlah 10 orang, dipilih berdasarkan faktor keterkaitan serta pemahaman terhadap
masalah yang diteliti. Hasil kuesioner menunjukkan penilaian terhadap indikator-indikator utama, yang
terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu : faktor internal berupa strengths (kekuatan), weakness (kelemahan)
serta faktor eksternal berupa opportunities (peluang) dan threats (ancaman). Kemudian
diimplementasikan dalam matriks SWOT, untuk mendapatkan strategi terbaik serta keputusan layak atau
tidaknya. Hasilnya adalah layak diimpelmentasikan pada PLTU MSW, dengan nilai fakot internal 3,03
atau atau dibulatkan menjadi 3 (kuat) dan nilai faktor eksternal 2,6 atau dibulatkan menjadi 3 (kuat).
Beberapa strategi disusun agar menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang serta memperbaiki
kelemahan dan mengurangi ancaman.
_____________________________________________________________________________________________________
271
Muhammad Fadli, Dianta Mustofa K dan Pribadi Mumpuni A, Analisis SWOT untuk Direct...
_____________________________________________________________________________________________________
272
POLITEKNOLOGI VOL. 18 NO. 3, SEPTEMBER 2019
Dioksin (PCDD) dan furan (PCDF) Saat ini sekitar 70 kt/y Pellet sampah
merupakan produk sampingan yang dikirim ke ENEL, tetapi diharapkan
secara tidak sengaja terjadi dalam meningkat menjadi 100-105 kt/y. Setiap
proses pembakaran. Pembakaran yang 1 ton Pellet sampah yang digunakan
mengandung bahan klorin, seperti untuk co-firing dapat menghindari
plastik PVC akan meningkatkan produksi 500 kg CO2[20]. Pellet
produksi dioksin dan furan [17]. sampah yang diproduksi memiliki rata-
Temperatur optimum untuk rata nilai kalor 4300 kcal/kg, kandungan
pembentukan dioksin dan furan adalah klorin 0,92% dan kandungan merkuri
250-400°C [7]. Dampak pencemaran 0,024 mg/MJ [3]. Perihal korosi sudah
dioksin dan furan terhadap kesehatan dilakukan pemantauan 8-15 bulan di
untuk jangka panjang adalah kanker, ruang bakar dan superheater. Hasilnya
gangguan pada sistem reproduksi dan korosi dapat diabaikan pada
cacat lahir. superheater dengan material baja
Co-firing adalah proses pembakaran S304H dan 347H. Pada dinding ruang
dua material yang berbeda secara bakar menunjukkan bahwa terjadi
bersamaan, sering diaplikasikan pada korosi dekat nozzel RDF dengan
batubara dan biomassa dengan cara material baja 16Mo3 dan A105 [4].
substitusi sebagian batubara dengan Pada 1998 dan 1999, Korea Electric
biomassa ke dalam unit pembangkit. Power Corporation (KEPCO)
Keuntungan co-firing adalah terjadinya membangun PLTU Donghae (Korea
pengurangan gas CO2, SOx dan NOx Selatan) yang menggunakan boiler tipe
pada bahan bakar fosil, karena biomassa CFBC dengan kapasitas 2×200 MW.
dikenal sebagai zero CO2 sehingga PLTU menggunakan batubara jenis
tidak menyebabkan akumulasi CO2 di antrasit dengan kandungan ash yang
atmosfer dan mengandung lebih sedikit tinggi dan volatile matter (VM) rendah.
sulfur jika dibanding batubara [19]. Hal tersebut membuat reaktivitas
Berdasarkan penelitian ERFO– batubara antrasit menjadi rendah,
European Recovered Fuel Organisation sehingga efisiensi pembakaran rendah,
: “SRF Markets” Maret 2006, setiap 1 operasi boiler menjadi tidak stabil dan
ton RDF (melalui produksinya dari produksi listrik yang terbatas karena
MSW dan co-firing) bisa mengurangi pembatasan supply, produksi dan harga
emisi CO2 sebesar 1,75 ton/CO2[20]. bahan bakar yang mahal. Untuk
Terdapat 3 potensi masalah dari co- mengatasi hal tersebut, PLTU Donghae
firing Pellet sampah dan batubara, yaitu berinovasi melakukan co-firing
korosi pada tube perpindahan panas, batubara dengan Pellet sampah yang
kualitas ash, dan emisi yang dihasilkan dikenal memiliki nilai VM tinggi,
[10]. Co-firing dengan menggunakan dengan perbandingan 1-5% Pellet
5% Pellet sampah berpotensi sampah. Pellet sampah yang dibutuhkan
meningkatkan laju pembentukan deposit adalah 4,2 t/h. Hasilnya adalah tidak ada
[8]. perubahan signifikan pada temperatur,
Pada 2009, PLTU batubara Italia yang tekanan dan emisi sebelum maupun
berlokasi di Fusina-Venice milik ENEL setelah co-firing[7]. Temperatur
“Andrea Palladio” kapasitas 320 MW meningkat sedikit pada sisi bawah dan
unit 4, telah sukses melakukan co-firing outlet furnace, karena Pellet sampah
dengan perbandingan 95% batubara mengandung VM yang tinggi dan
bituminus dan 5% Pellet sampah reaktivitas pembakaran yang cepat di
menghasilkan emisi yang rendah serta furnace sisi bawah dibandingkan
efisiensi termal hingga 35%. Pellet batubara antrasit. Tekanan pada furnace
sampah yang dibutuhkan adalah 6,7 t/h. sisi atas juga menurun sedikit, karena
_____________________________________________________________________________________________________
273
Muhammad Fadli, Dianta Mustofa K dan Pribadi Mumpuni A, Analisis SWOT untuk Direct...
_____________________________________________________________________________________________________
274
POLITEKNOLOGI VOL. 18 NO. 3, SEPTEMBER 2019
internal berupa strengths (kekuatan), juga pada Pellet sampah Bali). Pellet
weakness (kelemahan) dan faktor sampah Korea Selatan untuk NCV di
eksternal berupa opportunities kelas 3, klorin di kelas 3 dan merkuri
(peluang) dan threats (ancaman) [11]. tidak ditemukan datanya, sedangkan
Kemudian diimplementasikan dalam Pellet sampah Italia untuk NCV berada
matriks SWOT, untuk mendapatkan di kelas 3, klorin di kelas 3, dan merkuri
strategi terbaik serta keputusan layak di kelas 2. Hasil penentuan kelas
atau tidaknya implementasi direct co- tersebut, menunjukkan bahwa Pellet
firing Pellet sampah dengan batubara di sampah Korea Selatan dan Italia lebih
PLTU MSW. baik kandungannya dari segi indikator
Untuk menjaga keberlanjutan co-firing ekonomi (NCV), indikator teknologi
PLTU MSW dari permasalahan jumlah (klorin) dan lingkungan (merkuri).
dan kapasitas peralatan pengolahan Kandungan klorin pada Pellet sampah
sampah yang kurang (keramba bambu, Bali lebih besar 0,3 % dari Pellet
mesin pencacah, mesin pencetak Pellet sampah Korea Selatan dan 0,18 % dari
dll.) dibandingkan jumlah sampah yang Pellet sampah Italia serta kandungan
masuk. Co-firing dilaksanakan 3 jam ash juga lebih banyak, sehingga
setiap harinya ketika beban penuh (28 kemungkinan terjadi korosi lebih tinggi.
MW) yang biasanya pada siang hari, Berdasarkan rasio molar S/Cl, Pellet
misal dari jam 11.00 WITA hingga jam sampah Bali dan Korea Selatan bersifat
14.00 WITA. Kebutuhan rata-rata korosif, karena hasil perbandingannya
batubara PLTU MSW jika beban 28 kurang dari 2. Untuk Pellet sampah
MW adalah 20 t/h. Jika co-firing Italia korosif atau tidak, karena data
dilakukan dengan perbandingan 95% sulfur tidak ditemukan dan biomassa
batubara : 5% Pellet sampah (seperti dikenal dengan sulfur yang rendah, bisa
PLTU Jeranjang, PLTU Andrea diasumsikan juga rasio molar S/Cl pada
Palladio Italia dan PLTU Donghae Pellet sampah Italia kurang dari 2 juga
Korea Selatan), maka 5% dari 20 t/h (bersifat korosif).
adalah 1 t/h Pellet sampah. Jadi, Korosi merupakan proses alam yang
kebutuhan Pellet sampahnya adalah 3 tidak dapat dihindari namun dapat
ton per hari. dicegah atau diminimalisir. Pemantauan
korosi selama 8-15 bulan di PLTU
HASIL DAN PEMBAHASAN Batubara Italia milik ENEL yang sudah
menggunakan co-firing dengan Pellet
Berdasarkan standar ASTM E856-83, sampah telah dilakukan.
Pellet sampah Klungkung Bali berkode Hasilnya menujukkan terjadi korosi
RDF-5, yaitu limbah yang dapat dibakar pada dinding ruang bakar dekat nozzel
(combustible) kemudian dipadatkan Pellet sampah, tetapi efisiensi termal
menjadi bentuk Pellet atau briquettes tetap dapat dipertahankan hingga 35%
(densified RDF). serta menghasilkan emisi yang rendah.
Tabel 1 menampilkan perbandingan Selanjutnya digunakan sistem
Pellet sampah Bali, Pellet sampah pemantauan korosi RSE (Ricerca
Korea Selatan dan Pellet sampah Italia. Sistema Energetico) yang dapat
Berdasarkan klasifikasi RDF UNI menunjukkan pengukuran degradasi
CEN/TS 15359, Pellet sampah Bali material akibat korosi secara on-line
untuk NCV berada di kelas 4, klorin di serta tepat waktu kepada plant
kelas 4, sedangkan merkuri tidak ada managers dalam berbagai kondisi
hasil uji laboratoriumnya (analisa operasi yang berguna untuk optimasi
proximate dan ultimate selanjutnya sesuai dengan pemeriksaan metalografi.
harus mengukur kandungan merkuri Selain itu, upaya untuk meminimalisir
_____________________________________________________________________________________________________
275
Muhammad Fadli, Dianta Mustofa K dan Pribadi Mumpuni A, Analisis SWOT untuk Direct...
_____________________________________________________________________________________________________
276
POLITEKNOLOGI VOL. 18 NO. 3, SEPTEMBER 2019
_____________________________________________________________________________________________________
277
Muhammad Fadli, Dianta Mustofa K dan Pribadi Mumpuni A, Analisis SWOT untuk Direct...
Tabel 1. Pellet sampah Bali vs Pellet sampah Korea Selatan vs Pellet sampah Italia
_____________________________________________________________________________________________________
278
POLITEKNOLOGI VOL. 18 NO. 3, SEPTEMBER 2019
_____________________________________________________________________________________________________
279
Muhammad Fadli, Dianta Mustofa K dan Pribadi Mumpuni A, Analisis SWOT untuk Direct...
_____________________________________________________________________________________________________
280