Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR PINGGIRAN

Dianne Iman Migunani, Efni Fazriah Hutasuhut

dianneiman98@gmail.com, efnifazriah3@gmail.com

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan

ABSTRAC

The implementation of the 2013 curriculum is very different from the previous
curricula, both in terms of the teaching and learning process, the media used, and
the assessment system. The same thing happened in suburban schools. In practice,
the implementation of the 2013 curriculum in suburban schools has not been
effective. Inadequate facilities, competencies or skills of educators in
implementing the 2013 curriculum are also not yet supportive. This condition
occurs because the quality of educators who lack knowledge of technology, so that
it is still difficult in applying the 2013 curriculum.

Some peripheral schools do not meet national education standards, so the


implementation of the 2013 curriculum has not been fully implemented, or has
been implemented but has not been maximized. Educators' competence, facilities
and infrastructure of peripheral schools that were still inadequate made the
implementation of the 2013 curriculum seem forced. So it is not surprising that the
quality or quality of education in rural schools is far below other schools.

Keywords : curriculum 2013, suburban school, national education standards,


implementantion

ABSTRAK

Implementasi kurikulum 2013 sangat berbeda dari kurikulum-kurikulum


sebelumnya, baik dari segi proses belajar mengajar, media yang digunakan, hingga
sistem penilaiannya. Hal yang sama juga terjadi di sekolah pinggiran. Dalam
praktiknya, implementasi kurikulum 2013 di sekolah pinggiran memang belum
efektif. Fasilitas yang tidak memadai, kompetensi atau ketrampilan pendidik
dalam menerapkan kurikulum 2013 juga masih belum mendukung. Kondisi ini
terjadi karena kualitas pendidik yang kurang menguasai teknologi, sehingga masih
kesulitan dalam penerapan kurikulum 2013.
Beberapa sekolah pinggiran belum memenuhi standar nasional pendidikan,
sehingga penerapan kurikulum 2013 belum dilaksanakan sepenuhnya, atau sudah
dilaksanakan tetapi belum maksimal. Kompetensi pendidik, sarana dan prasarana
sekolah pinggiran yang masih seadanya membuat pelaksanaan kurikulum 2013
terkesan dipaksa. Maka bukan hal yang mengherankan jika mutu atau kualitas
pendidikan di sekolah pinggiran jauh dibawah sekolah lainnya.

Kata kunci : kurikulum 2013, sekolah pinggiran,standar pendidikan nasional,


implementasi

PENDAHULUAN

Kurikulum adalah segala sebelumnya kemudian metode yang


pengalaman pendidikan yang diberikan oleh digunakan untuk menyampaikan materi
sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik pembelajaran yang ingin diajarkan belum
dilakukan di dalam sekolah maupun di luar efektif karena kurangnya dukungan fasilitas
sekolah. Dalam manajemen kurikulum, baik dari media pembelajaran ataupun
kegiatan dititikberatkan pada kelancaran pendidik sebagai fasilitator yang masih
pembinaan situasi belajar mengajar.1 kurang kompeten dalam penerapan
kurikulum 2013 ini.
Kurikulum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, Implementasi kurikulum adalah
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang tanggung jawab pemerintah pusat,
digunakan sebagai pedoman pemerintah provinsi dan pemerintah
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran kabupaten/kota. Pembagian tugas dalam
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional implementasi kurikulum 2013 adalah: (1)
(UU No.20 Tahun 2003). pemerintah pusat bertanggungjawab dalam
mempersiapkan guru dan kepala sekolah
Kurikulum berfungsi sebagai untuk melaksanakan kurikulum, (2)
pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah pusat bertanggungjawab dalam
pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum
terkait, baik secara langsung maupun tidak secara nasional, (3) pemerintah propinsi
langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, bertanggungjawab dalam melakukan
pengawas, orangtua, masyarakat dan pihak supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan
siswa itu sendiri. Dalam kurikulum di propinsi terkait, (4) pemerintah
mengimplementasikan kurikulum 2013 kabupaten/kota bertanggungjawab dalam
sangat berbeda dengan kurikulum memberikan bantuan profesional kepada
sebelumnya, kurikulum 2013 dinilai lebih guru dan kepala sekolah dalam
rumit dibandingkan dengan kurikulum melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota
1
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, terkait. Penyempurnaan kurikulum KTSP
Yogyakarta, hlm. 32
menjadi kurikulum 2013 sebenarnya bukan
suatu perubahan yang drastis. Implementasi
kurikulum 2013 juga hampir mirip dengan
kurikulum KTSP, yaitu menggunakan
prinsip yang: (1) berpusat pada peserta
didik, (2) mengembangkan kreatifitas
peserta didik, (3) menciptakan kondisi
menyenangkan dan menantang, (4)
bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan
kinestetika, dan (5) menyediakan
pengalaman belajar yang beragam melalui
penerapan berbagai strategi dan metode
pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Tertulis dalam PP No. 19 Tahun


2005, sekolah diharapkan dapat memenuhi
standar pendidikan nasional, yang meliputi
a. Standar Kompetensi Lulusan, b. Standar
Isi, c. Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, d. Standar Proses, e. Standar
Sarana dan Prasarana, f. Standar
Pembiayaan, g. Standar Pengelolaan, h.
Standar Penilaian Pendidikan. Ini
merupakan beberapa kriteria yang harus
dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan,
tidak terkecuali SD pinggiran atau SD yang
berada di daerah perbatasan.

Sekolah pinggiran merupakan


sebutan bagi sekolah yang berada di daerah
perbatasan, yang mana mayoritas
penduduknya ialah penduduk desa. Jumlah
peserta didik di sekolah pinggiran tidaklah
sebanyak sekolah di kota. Sebelum ada
sistem zonasi, guru bahkan door to door
untuk menawarkan kepada masyarakat
sekitar agar anaknya didaftarkan di sekolah
tersebut.

Dalam pelaksanaannya, kolaborasi antar setiap elemen sangat


implementasi kurikulum 2013 adanya diperlukan. Baik dari pemerintah, pendidik,
peserta didik, dan orang tua atau wali evaluasi dari tindakan-tindakan penelitian.
peserta didik. Selain itu, fasilitas yang ada Subjek penelitian dalam penelitian ini
juga harus mendukung proses plaksanan berjumlah 33 siswa, dengan jadwal
kurikulum 2013. Hal ini dimaksudkan untuk penelitian dilaksanakan 4 kali pertemuan,
mengoptimalkan sumper daya demi pada :
terwujudnya tujuan pendidikan dengan
mengimplementasikan kurikulum 2013. 1. Hari Senin, 30 September 2019 Pukul
Tidak terkecuali pada sekolah pinggiran, 07.00 - 08.45 WIB
atau sekolah yang berada di perbatasan. 2. Hari Senin, 07 Oktober 2019, Pukul 07.00
Pada setiap sekolah yang - 08.45 WIB
menerapkan kurikulum 2013 haruslah siap 3. Hari Senin, 14 Oktober 2019, Pukul 07.00
baik dari segi sumber daya manusia maupun - 08.45WIB
fasilitas yang mendukung.untuk memenuhi
prinsip implementasi kurikulum. Banyak hal 4. Hari Senin, 21 Oktober 2014, Pukul 07.00
yang peru dievaluasi dalam implementasi – 08.45 WIB
kurikulum 2013 di sekolah pinggiran.
Dengan materi pelajaran 4 Bulan
Pemerintah harus menaruh perhatian lebih,
Ramadhan Yang Indah. Dengan teknik
karena sekolah pinggiran juga memiliki hak
pengumpulan data menggunakan teknik
yang sama dengan sekolah yang berada di
observasi untuk melihat proses pembelajaran
kota. Sekolah pinggiran justru menjadi
dan menilai sikap siswa, dan teknik tes
sarana belajar anak-anak desa yang memiliki
dilakukan untuk mengetahui nilai
potensi yang sama atau bahkan lebih dari
keterampilan dan pengetahuan dengan cara
anak-anak yang hidup di kota.
diberikan soal evaluasi setelah selesai proses
METODE PENELITIAN pembelajaran. Teknik analisis data
menggunakan statistik sederhana sesuai
Desain penelitian ini adalah dengan format penilaian yang terdapat pada
penelitian tindakan kelas (classroomaction buku guru.
research). Penelitian Tindakan Kelas sering
juga diartikan sebagai learning by doing or
learning by research, sebagian atau
HASIL
sekelompok orang mengidentifikasi masalah
serta melakukan sesuatu kegiatan untuk Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah
pemecahan masalah dan bila belum berhasil Dasar Pinggiran
akan diulangi lagi (Sanjaya, 2008).
Pada sekolah pinggiran yang kami
Analisis data dilakukan dalam observasi, yakni SDN 2 Kokosan,
satuan-satuan putaran yang implmentasi kurikulum 2013 mulai
meliputiperencanaan (planning), dilaksanakan secara menyeluruh pada tahun
pelaksanaan (acting), pengamatan ajaran 2019-2020. Sebelumnya, sekolah
(observing), dan refleksi (reflecting) sebagai pinggiran ini telah menerapkan namun
hanya pada dua kelas. Yakni kelas 1 dan oleh persepsi guru tentang hambatan dan
kelas 2. Dari hasil penelitian yang kami dukungan implementasi Kurikulum 2013.2
lakukan, diperoleh data sebagai berikut.
Pada awal di implementasikan
kurikulum 2013 telah menuai banyak
Diagram Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan SDN 2penyiapan kurikulum 2013 di
kontroversi
Kokosan
nilai terlalu terburu-buru dan tidak mengacu
pada hasil kajian yang sudah matang
SKL berdasarkan
STANDAR ISI hasil KTSP dan kurang
12%
24% STANDAR PTK memperhatikan kesiapan satuan pendidikan
STANDAR
12% PENGELOLAAN
STANDAR PENILAIAN dan guru.PROSES
STANDAR Padahal, kurikulum ini mencakup
9% 7%
STANDAR BIAYA beberapa perubahan penting baik dari sisi
16% 21%
subtansi, implementasi, sampai evaluasi.
Meskipun demikian, kurikulum 2013 tetap
dilaksanakan secara bertahap mulai tahun
pelajaran 2013/2014. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud)
Diagram diatas merupakan gambaran mengenai menjelaskan bahwa pada tahun 2010-2035
pemenuhan standar nasional pendidikan di SDN
2 Kokosan yang masuk dalam kategori sekolah adalah bonus demografi bagi Indonesia
pinggiran. Data tersebut kami jadikan acuan dalam mempersiapkan generasi emas karena
untuk ditindak lanjuti dalam penelitian ini. jumlah pendudukan dengan usia seolah
Sejauh mana implementasi kurikulum 2013 sangat tinggi.3
dapat terlaksana dengan mengacu pada data
tersebut.. Dalam pemenuhan standar nasional
Setelah satu tahun berjalan secara pendidikan, SDN 2 Kokosan masih
bertahap, kurikulum yang baru dilaksanakan tergolong dibawah standar. Hal ini yang
secara serentak di semua satuan pendidikan menjadi salah satu faktor tentang berhasil
mulai tahun ajaran baru 2014/2015. atau tidaknya dalam implementasi
Sejumlah kendala yang dapat ditemui dalam kurikulum 2013 di sekolah tersebut.
pelaksanaannya, antara lain terkait dengan Beberapa sekolah pinggiran di sekitar SDN
anggaran, kesiapan pemerintah dalam 2 Kokosan juga mengalami hal yang serupa
menyiapkan perangkat kurikulum, kesiapan
Berbagai upaya dilakukan untuk
guru, sosialisasi, dan distribusi buku. Di
meningkatkan mutu sekolah. Kepala sekolah
antara semua daftar di atas, masalah utama
dan guru SDN 2 Kokosan mengikuti setiap
yang sangat menghambat adalah kesiapan
sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak
guru sebagai kunci keberhasilan
2
implementasi kurikulum ini. Kunci Apri, Rusmawan, “Kendala Guru Sekolah Dasar
Dalam Implementasi Kurikulum 2013”, FKIP USD,
keberhasilan kurikulum ini juga dipengaruhi hlm. 458
3
Tim penyusun Modul PLPG 2013, Kendala guru sekolah
dasaar dalam implementasi kurikulum 2013.
LPMP baik sebelum implementasi dan Guru merupkan faktor penting dalam
waktu implementasi Kurikulum 2013. SDN implementasi kurikulum. Bagaimanapun
2 Kokosan menggunakan dana BOS dan idealnya suatu kurikulum tanpa di tunjang
juga dana dari LPMP untuk implementasi kemampuan guru dalam
Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum mengimplementasikannya maka kurikulum
2013 di SDN 2 Kokosan sudah diterapkan tidak akan bermakna sebagai suatu alat
untuk kelas I sampai kelas VI. Guru sudah pendidikan.4
menggunakan pembelajaran tematik
integratif dengan pendekatan scientific, dan Faktor pendukung implementasi
penilaian autentik. Guru juga sudah Kurikulum 2013 meliputi buku pedoman
membuat rapor untuk kelas I sampai kelas yang diberikan ketika sosialisasi Kurikulum
IV yang berisi mengenai deskripsi kelebihan 2013, arahan dari pengawas, fasilitas
dan kelemahan peserta didik dalam sekolah, dan sosialisasi yang diberikan oleh
menguasai suatu kompetensi dasar. Namun, LPMP. Dengan adanya faktor pendukung
dalam hal penilaian, guru masih merasa tersebut guru-guru memanfaatkan dengan
kesulitan dan menilai proses penilian cara menggunakan buku pedoman untuk
kurikulum 2013 terlalu rumit. Penilaian menyusun berbagai administrasi kurikulum,
yang dilakukan guru untuk mengisi rapor memanfaatkan fasilitas sekolah yang
dilihat dari penilaian portofolio, rubrik seadanya dengan semaksimal mungkin
penilaian, penilaian diri sendiri, dan juga untuk menunjang pembelajaran, mengikuti
dilihat dari ulangan harian atau tugas yang setiap sosialisasi yang diberikan oleh LPMP,
telah diberikan oleh guru. Kompetensi guru dan mencari solusi dari setiap masalah yang
dalam penguasaan teknologi seringkali dihadapi bersama dengan kepala sekolah.
menghambat proses pengisian rapor. SKL Sayangnya, beberapa fasilitas seperti
Kurikulum 2013 berisi mengenai sikap, perpustakaan dan UKS tidak dimanfaatkan
pengetahuan, dan keterampilan peserta dengan baik. Perpustakaan dan UKS hanya
didik. Implementasi Kurikulum 2013 tidak digunakan apabila ada keperluan seperti
ada peserta didik yang tidak naik kelas pengawasan. Perpustakaan dibuka hanya
karena peserta didik memiliki kelebihan ketika ada pengawasan dan justru sering
tersendiri pada setiap kompetensi dasar, dialih fungsikan menjadi ruang ganti, bukan
sehingga meskipun hanya menguasai satu menjadi tempat mencari sumber ilmu.
kompetensi dasar mereka tetap bisa Kepala sekolah memiliki peran
dinyatakan naik kelas. Dalam hal ini, SDN 2 penting dalam implementasi Kurikulum
Kokosan memiliki seorang pserta didik yang 2013. Kepala sekolah dalam implementasi
masuk dalam kategori ABK, namun SDN 2 Kurikulum 2013 memiliki peran yaitu
Kokosan tidak menyediakan GPK. Sehingga memberikan dukungan dan motivasi,
peserta didik ABK tersebut belum memonitoring dan menyampaikan ilmu yang
sepenuhnya mendapatkan haknya sebagai diperoleh ketika mengikuti sosialisasi
peserta didik, dan terpaksa dinaikkan karena
pada kurikulum 2013 tidak ada peserta didik 4
Sanjaya, 2008:28, kendala guru sekolah dasar
yang tidak naik kelas. dalam implementasi kurikulu 2013.
kepada guru-guru, selain itu kepala sekolah pelaksana dalam implementasi Kurikulum
melakukan supervisi kelompok, yaitu 2013 yaitu memberikan motivasi dan
dengan kepala sekolah mengadakan rapat dukungan kepada guru yang melaksanakan
untuk membahas kesulitan guru dalam Kurikulum 2013.6
proses pembelajaran baik untuk
implementasi Kurikulum 2013 maupun Peserta didik juga merasa senang
KTSP. dengan adanya Kurikulum 2013 karena
mereka tidak merasa bosan belajar materi
Kepala sekolah juga memberikan terlalu banyak, karena pada Kurikulum 2013
kesempatan kepada guru untuk materi pelajaran berisikan penggabungan
meningkatkan profesinya dan mendorong dari beberapa mata pelajaran ke dalam satu
guru dalam mengikuti kegiatan yang bisa tema. Namun dalam beberapa hal mereka
menunjang implementasi Kurikulum 2013. masih perlu beradaptasi dengan konsep
Apabila kepala sekolah dan guru tidak kurikulum 2013 ini. Beberapa peserta didik
menemukan solusi dari masalah yang ada, masih kurang aktif baik dalam bertanya,
maka kepala sekolah meminta bantuan diskusi ataupun mengeksplor. Peserta didik
kepada pengawas sekolah untuk mencari belum terbiasa dengan konsep kurikulum
solusi dari masalah tersebut. Orang tua 2013 dan masih terpaku pada kurikuum
peserta didik dan peserta didik juga sebelumnya. Hambatan yang dihadapi oleh
merupakan salah satu pendukung dalam pihak sekolah terutama guru dalam
implementasi Kurikulum 2013.5 Orang tua implementasi Kurikulum 2013 yaitu masih
peserta didik memberikan dukungan dengan adanya peserta didik yang belum bisa
membantu dan mengawasi anak belajar di membaca, membedakan huruf, dan angka
rumah serta orang tua mendukung adanya untuk kelas I dan kelas 2, masih
Kurikulum 2013 karena hal itu bisa banyakpeserta didik darikelas I sampai kelas
memudahkan anak dalam belajar. VI yang buta huruf hijaiyah, hal ini
disebabkan sangat langkanya kegiatan TPA
Guru juga memiliki peran dalam dan kurangnya kesadaran akan belajar
implementasi Kurikulum 2013. Guru yang agama di desa mereka. Materi terlalu banyak
dimaksud disini yaitu guru yang dan harus diselesaikan dengan target satu
melaksanakan Kurikulum 2013 dan guru tema 1,5 bulan, terlalu banyak administrasi
yang belum melaksanakan Kurikulum 2013. yang harus diselesaikan, pembuatan RPP
Peran guru pelaksana dalam implementasi harus mencantumkan tiga pendekatan, satu
Kurikulum 2013 yaitu memberikan RPP digunakan untuk satu kali pertemuan
dukungan dan juga motivasi antar sesama atau untuk satu PB, pembelajaran tidak
guru pelaksana dan membagikan ilmu yang selalu tuntas dalam satu PB padahal satu PB
diperoleh ketika mengikuti sosialisasi harus selesai dalam satu hari, guru merasa
kepada guru-guru yang tidak mengikuti kesulitan dalam membagi waktu antara
sosialisasi. Sedangkan peran guru bukan pelaksanaan pembelajaran dan administrasi.
5 6
Elwien, Ahmad “Implementasi Kurikulum 2013 di Elwien, Ahmad “Implementasi Kurikulum 2013 di
Sekolah Dasar” UNM, Vol. 24 No. 564-71, hlm. 418 Sekolah Dasar” UNM,Vol. 24 No.564-71, hlm. 418
Pada pelajaran PAI, yang seharusnya 3 jam Otorisator dalam implementasi Kurikulum
perminggu dalam pelaksanaannya hanya 1 2013 yaitu pengawas sekolah, kepala
jam per minggu. Guru kesulitan dalam sekolah, guru kelas I hingga guru kelas IV.
melakukan penilaian karena penilaian yang Masing-masing otorisator juga memiliki
cukup banyak. SDN 2 Kokosan mengatasi cara sendiri dalam menangani masalah yaitu
masalah terkait materi yang belum selesai dengan memberikan motivasi,
dengan pemberian tugas mandiri terkait memonitoring, dan juga menyediakan dana
dengan materi yang belum tuntas dan untuk keperluan implementasi Kurikulum
memberikan tambahan materi pada hari 2013. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin
selanjutnya, dan tambahan jam pelajaran supaya pembelajaran bisa berjalan optimal
atau les dua dua hari dalam seminggu, dan sharing dengan guru-guru dan kepala
setelah jam belajar selesai. Sebelum masuk sekolahapabila ada kesulitan dalam
PB baru serta guru meminta bantuan kepada implementasi. SDN 2 Kokosan sering
walimurid untuk membantu anak memahami mengadakan rapat baik antar guru, atau guru
secara detail tema yang belum selesai. dan wali murid. Hal ini dilakukan sebagai
upaya penyelesaian masalah, evaluasi, serta
Pemecahan masalah dalam sharing tentang perkembangan sekolah dan
mengatasi kendala dalam implementasi peserta didik.
Kurikulum 2013 terkait dengan penilaian,
guru menggunaan portofolio, penilaian
kelompok, membuat rubrik penilaian, dan
meminta siswa melakukan penilaian sendiri. PEMBAHASAN
Cara guru mengatasi masalah terkait dengan Implementasi Kurikulum 2013
adanya peserta didik yang belum bisa tingkat SD dilaksanakan pada kelas I sampai
membaca dan menulis yaitu dengan cara kelas VI. Kurikulum 2013 dilaksanakan
guru memberitahu perkembangan kepada untuk membentuk karakter dan keterampilan
wali murid untuk membantu membimbing dari masing-masing peserta didik.
anaknya belajar membaca dan menulis. Pemerintah memberikan sosialisasi selama
Guru juga bisa bekerjasama dengan guru implementasi Kurikulum 2013 berupa diklat
lain yang juga mengikuti sosialisasi untuk menunjang kelancaran implementasi
pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk Kurikulum 2013 dan supaya guru
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. memperoleh wawasan mengenai Kurikulum
Sayangnya, masih ada orangtua yang belum 2013.SDN 2 Kokosan dalam implementasi
mampu untuk mendmpingi anak-anaknya Kurikulum 2013 juga melakukan sosialisasi
belajar di rumah. Wali murid seolah terhadap guru-guru dan walimurid, yang
memasrahkan sepenuhnya anak-anak dilakukan melalui pertemuan rutin antara
mereka kepada sekolah, karena mereka kepala sekolah, guru dan wali murid. Selain
merasa tidak mampu untuk mengajarinya di itu guruguru dan kepala sekolah juga
rumah. Support yang diberikan hanya mengikuti diklat yang diadakan oleh
berupa materi. Hal ini disebabkan tingkat pemerintah untuk kesuksesan implementasi
pndidikan wali murid yang rata-rata rendah. Kurikulum 2013. Berkaitan dengan
pendanaan, implementasi Kurikulum 2013 Peserta didik masuk terbawa oleh kultur
di SDN 2 Kokosan menggunakan dana dari KTSP dalam proses pembelajaran. Peserta
BOS dan juga LPMP. Sekolah-sekolah yang didik masih belum berani unjuk gigi, sangat
melaksanakan Kurikulum 2013 juga bergantung kepada guru dan kurang percaya
mendapatkan buku pegangan dari diri dalam mengeksplor
pemerintah untuk guru dan juga peserta kemampuan/potensinya. Orang tua peserta
didik, sedangkan untuk kegiatan jam didik juga memberikan dukungan terhadap
pelajaran tambahan atau les, sekolah implementasi Kurikulum 2013 dengan
disetujui oleh wali murid dalam pertemuan mengawasi dan membantu anak ketika
wali murid untuk membayar iuran. Hal ini belajar di rumah. Namun masih ada juga
merupakan kesepakatan bersama antara orang tua yang kurang kooperatif dalam
pihak sekolah dengan wali murid, sehingga bekerja sama mendidik peserta didik. Alasan
sah-sah saja ketika ada biaya tambahan, utama ialah tingkat pendidikan masyarakat
selama itu ada transparansi dana. sekitar SDN 2 Kokosan yang menengah
kebawah, sehingga memasrahkan
Saat pelajaran, guru menggunakan sepenuhnya kegiatan pembelajaran di
RPP, silabus, kalender akademik, program sekolah. Pun dengan lingkungan di SDN 2
semester yang telah disusun dan disetujui Kokosan. Di SDN 2 Kokosan tidak memiliki
oleh kepala sekolah. Tetapi masih ada yang masjid, sehingga ketika akan melaksanakan
perlu dievaluasi mengnai ketrampilan guru praktik shalat, wudhu, dan praktik
dalam mengimplementasikan kurikulum keagamaan lainnya, peserta didik dan guru
2013. Di SDN 2 Kokosan, mayoritas guru harus mencari masjid terdekat atau dengan
merupakan guru lama yang sudah hampir memanfaatkan ruang kelas. Lingkungan
pensiun, yang dalam melaksanakan proses SDN 2 Kokosan sangat jarang ditemukan
pembelajaran masih terpaku pada KTSP, TPA. Hanya beberapa siswa yang mengikuti
meskipun materi yang diajarkan merupakan TPA. Hal ini tentu sangat miris, karena
materi kurikulum 2013. Sehingga terjadi ditemukan fakta bahwa hampir seluruh
ketidak seimbangan antara strategi/metode peserta didik kelas VI belum bisa membaca
mengajar dngan materi pembelajaran. dan menulis Al-Qur’an, belum bisa
Pembelajaran dalam Kurikulum mempraktikkan shalat, dan orang tua peserta
2013 juga berbeda dengan KTSP. didik dan peserta didik juga merasa senang
Pembelajaran Kurikulum 2013 lebih dengan adanya Kurikulum 2013 karena
ditekankan pada proses dan pembelajaran adanya pembelajaran tematik integratif.
tidak terpusat pada guru melainkan peserta Adanya pembelajaran tematik bisa
didik juga harus aktif dalam kelas, memudahkan peserta didik ketika belajar
sedangkan KTSP sistem penilaian karena tidak terlalu banyak materi yang
menggunakan angka dan dalam harus dipelajari dan mereka tidak akan
pembelajaran guru cenderung memberikan merasa bosan, selain itu orang tua peserta
penjelasan. Implementasi kurikulum 2013 di didik yang menanyakan kepada guru
sekolah pinggiran belum seoptimal taget. mengenai kekurangan dan apa saja yang
dibutuhkan oleh guru untuk menunjang
proses belajar-mengajar. Jika dirasa tidak SKL pada Kurikulum 2013 mencantumkan
terlalu berat, maka orang tua siswa mengenaisikap, pengetahuan, dan
memberikan bantuan dengan mengambilkan keterampilan sehingga tidak ada peserta
dari uang paguyuban yang disertai didik yang tidak naik kelas karena setiap
persetujuan dari semua orang tua peserta peserta didik pasti memiliki kemampuan
didik pada kelas yang bersangkutan. Kepala sendirisendiri. SKL Kurikulum 2013
sekolah dan guru selalu mengikuti diklat tersebut sesuai dengan Permendikbud
pelaksanaan Kurikulum 2013 yang diadakan Nomor 54 Tahun 2013 yang menjelaskan
oleh pihak LPMP supaya kepala sekolah dan bahwa SD/MI/SDLB/Paket A memiliki
guru paham mengenai Kurikulum 2013. sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Tahap penilaian, guru menggunakan Dalam proses penilaian, guru merasa


penilaian yang berbentuk portofolio, kesulitan dan mengeluhkan betapa rumitnya
menggunakan rubrik penilaian, penilaian proses penilaian kurikulum 2013. Terlebih
sendiri dan penilaian teman sejawat. Rubrik masih banyak guru yang kurang menguasai
penilaian digunakan dalam setiap tema IT, sehingga menjadi salah satu kendala
karena setiap tema memuat mata pelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 ini.
yang berbeda tergantung tema apa yang Meskipun sudah mengikuti diklat, masih ada
dipelajari. Penilaian portofolio digunakan guru yang kesulitan dalam proses input nilai.
guru ketika peserta didik mendapatkan
tugas karena pembelajaran pada satu hari Selain itu, SDN 2 Kokosan yang
belum selesai maka guru berinisiasi dengan notabenenya sebagai sekolah pinggiran juga
cara memberikan tugas kepada peserta didik kekurangan guru. Hal ini membuat beberapa
untuk dikerjakan di rumah. Selain penilaian guru harus merangkap, seperti guru kelas
di atas, guru juga melakukan observasi pada menjadi guru olahraga, guru kelas menjadi
setiap pembelajaran untuk melihat sikap guru bahasa Inggris, bahkan ada guru kelas
peserta didik dalam memperoleh yang merangkap menjadi operator. Proses
pembelajaran, keterampilan peserta didik pembelajaran seringkali terganggu oleh
dalam memecahkan masalah, dan juga adanya peran ganda seorang guru. Seringkali
pengetahuan yang di miliki oleh peserta ada kelas yang diberi tugas kemudian
didik. Meskipun tidak semua didik ditinggal oleh guru kelas/guru mata
memenuhi kriteria tersebut, namun selalu pelajarannya, untuk melaksanakan tugas
ada salah satu kriteria atau klebihan yang lain.
ditonjolkan pada masing-masing peserta Peranan kepala sekolah bisa
didik. Sistem penilaian pada akhir semester dikatakan opimal karena kepala sekolah
atau rapor dalam Kurikulum 2013 sudah melaksanakan perannya dengan baik
menggunakan sistem narasi, sehingga nilai yaitu dengan memonitoring, membantu guru
rapor tidak lagi berupa angka melainkan dalam memecahkan masalah, dan
berupa deskripsi kemampuan peserta didik menyediakan bantuan berupa materiil dan
berdasarkan sikap, keterampilan, dan nonmateriil serta SDN 2 Kokosan sudah
pengetahuan yang dimiliki pada setiap KD. mendapatkaan monitoring langsung dari
pihak LPMP terkait implementasi dalam implementasi Kurikulum 2013. Orang
Kurikulum 2013 baik kepada kepala sekolah tua peserta didik dan peserta didik merasa
dan juga proses belajar mengajar yang senang dengan adanya Kurikulum 2013
dilakukan oleh guru pelaksana. karena bisa memudahkan anak ketika belajar
dan anak tidak cepat merasa bosan dalam
Evaluasi dalam implementasi mengikuti pembelajaran.
kurikulum diperlukan oleh sekolah supaya
pemerintah mengetahui kendala yang
dialami guru dan kepala sekolah dalam
melaksanakan kurikulum karena dari PENUTUP
masing-masing sekolah kendala yang Kesimpulan
dihadapi berbeda-beda sehingga pada
implementasi Kurikulum 2103 pihak LPMP Implementasi kurikulum 2013 di
mendatangi sekolah, evaluasi terhadap sekolah dasar pinggiran masih belum
pelaksanaan kurikulum diselenggarakan optimal. Terdapat banyak kendala yang
dengan tujuan untuk mengidentifikasi menghambat prosesnya. Kendala-kendala itu
masalah pelaksanaan kurikulum dan berupa kurang mendukungnya fasilitas yang
membantu kepala sekolah dan guru ada, kompetensi sumber daya manusia
menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dalam hal ini pendidik dan tenaga
dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan kependidikan, serta kurangnya pendidik dan
dilaksanakan pada satuan pendidikan di tenaga kependidikan. Hal ini harus menjadi
wilayah kota/kabupaten secara rutin dan perhatian penting bagi pemerintah. Dari
bergiliran. banyaknya sumber daya manusia yang
mendaftar sebagai pendidik dan tenaga
Di sisi lain, terdapat faktor kependidikan, ternyata masih ada sekolah
pendukung implementasi Kurikulum 2013 di terutama sekolah pinggiran yang kekurangan
SDN 2 Kokosan, namun lebih kepada pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik
dukungan untuk kepala sekolah dan guru dan tenaga kependidikan merupakan hal
berupa fasilitas yang dimiliki sekolah dan penting yang harus dipenuhi. Sumber daya
juga pedoman yang diberikan oleh manusia dengan kualitas yang baik, yang
pemerintah untuk dijadikan panduan oleh mampu memanajemen kembali
kepala sekolah dan guru dalam implementasi kurikulum di sekolah dasar
implementasi kurikulum di sekolah maupun pinggiran agar mutunya setara dengan
di kelas. Faktor pendukung lainnya yaitu sekolah-sekolah yang lainnya. Meskipun
buku untuk pegangan peserta didik dan guru telah diterapkan sistem zonasi, namun
diberikan oleh pemerintah sehingga hal kuantitas yang meningkat belum mampu
tersebut bisa meringankan beban peserta diseimbangkan dengan peningkatan mutu
didik yang awalnya harus membeli buku atau kualitas peserta didik dan sekolah.
sekarang mendapat buku dari pemerintah.
Orang tua peserta didik dan juga peserta guru-guru melaksanakan proses
didik merupakan salah satu pendukung belajar mengajar dengan berpedoman pada
silabus, kalender pendidikan, RPP, program pembelajaran tematik integratif. Adanya
semester yang telah disusun sebelumnya”. pembelajaran tematik bisa memudahkan
Tahap penilaian, guru menggunakan peserta didik ketika belajar karena tidak
penilaian yang berbentuk portofolio, terlalu banyak materi yang harus dipelajari
menggunakan rubrik penilaian, penilaian dan mereka tidak akan merasa bosan, selain
sendiri dan penilaian teman sejawat. Rubrik itu orang tua peserta didik yang menanyakan
penilaian digunakan dalam setiap tema kepada guru mengenai kekurangan dan apa
karena setiap tema memuat mata pelajaran saja yang dibutuhkan oleh guru untuk
yang berbeda tergantung tema apa yang menunjang prose belajar-mengajar. Jika
dipelajari. Penilaian portofolio digunakan dirasa tidak terlalu berat, maka orang tua
guru ketika peserta didik mendapatkan tugas siswa memberikan bantuan dengan
karena pembelajaran pada satu hari belum mengambilkan dari uang paguyuban yang
selesai dengan cara guru memberikan tugas disertai persetujuan dari semua orang tua
kepada peserta didik untuk dikerjakan di peserta didik pada kelas yang bersangkutan.
rumah.7
Kepala sekolah dan guru selalu
Kurikulum 2013 didesign untuk mengikuti diklat pelaksanaan Kurikulum
menciptakan insan Indonesia yang: 2013 yang diadakan oleh pihak LPMP
produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui supaya kepala sekolah dan guru paham
penguatan sikap, keterampilan, dan mengenai Kurikulum 2013. Guru bisa
pengetahuan yang terintegrasi. Hal ini akan memanfaatkan fasilitas sekolah berupa LCD
terwujud dengan adanya komponen- dalam proses pembelajaran supaya murid-
komponen yang mendukung murid tidak merasa bosan dan merasa
pelaksanaannya. SDN 2 Kokosan bersemangat dalam belajar di kelas serta
merupakan satu dari sekian banyaknya SD mendayagunakan lingkungan sekitar sebagai
Pinggiran, yang memerlukan perhatian lebih sumber belajar. Sebagaimana, bahwa
baik dari segi sumber daya manusia, fasilitas dan sumber belajar tersebut perlu
maupun sarana prasarananya. Selain SD didayagunakan seoptimal mungkin,
pinggiran, ada juga SD di daerah terpencil dipelihara, dan disimpan sebaik-baiknya…
yang juga membutuhkan perhatian Dalam pengembangan fasilitas dan sumber
pemerintah. belajar, guru disamping harus membuat
sendiri alat pembelajaran dan alat peraga,
Orang tua peserta didik juga juga harus berinisiatif mendayagunakan
memberikan dukungan terhadap lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber
implementasi Kurikulum 2013 dengan belajar yang lebih konkrit.8
mengawasi dan membantu anak ketika
belajar di rumah, orang tua peserta didik dan Guru juga memiliki peran dalam
peserta didik juga merasa senang dengan implementasi Kurikulum 2013. Guru yang
adanya Kurikulum 2013 karena adanya dimaksud disini yaitu guru yang
8
Mulyasa (2013:49) implementasi kurikulum 2013 di
7
Sutikno (2009:208), implementasi kurikulum 2013 Sekolah Dasar
disekolah Dasar
melaksanakan Kurikulum 2013 dan guru kurikulum dan membantu kepala sekolah
yang belum melaksanakan Kurikulum 2013. dan guru menyelesaikan masalah tersebut.
Peran guru pelaksana dalam implementasi Evaluasi dilakukan pada setiap satuan
Kurikulum 2013 yaitu memberikan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan
dukungan dan juga motivasi antar sesama pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara
guru pelaksana dan membagikan ilmu yang rutin dan bergiliran.10
diperoleh ketika mengikuti sosialisasi
kepada guru-guru yang tidak mengikuti Evaluasi dalam implementasi
sosialisasi. Sedangkan peran guru bukan kurikulum diperlukan oleh sekolah supaya
pelaksana dalam implementasi Kurikulum pemerintah mengetahui kendala yang
2013 yaitu memberikan motivasi dan dialami guru dan kepala sekolah dalam
dukungan kepada guru yang melaksanakan melaksanakan kurikulum karena dari
Kurikulum 2013. masing-masing sekolah kendala yang
dihadapi berbeda-beda sehingga pada
Mengungkapkan Sosialisasi dalam implementasi Kurikulum 2103 pihak LPMP
implementasi kurikulum sangat penting mendatangi sekolah untuk melakukan
dilakukan, agar semua pihak yang terlibat monitoring secara langsung terhadap
dalam implementasinya di lapangan paham implementasi Kurikulum 2013. Kegiatan
dengan perubahan yang harus dilakukan monitoring dilakukan secara rutin untuk
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya mengetahui apakah ada kesulitan dalam
masing-masing, sehingga mereka implementasi Kurikulum 2013 di sekolah
memberikan dukungan terhadap perubahan yang kemudian dari kesulitan-kesulitan
kurikulum yang dilakukan.9 yang ada, pihak pemerintah atau LPMP bisa
mencarikan solusi supaya masalah yang
Peranan kepala sekolah, guru dihadapi kepala sekolah dan guru bisa
pelaksana, dan guru bukan pelaksana bisa terselesaikan.
dikatakan opimal karena kepala sekolah
sudah melaksanakan perannya dengan baik Keberhasilan sebuah program tentu
yaitu dengan memonitoring, membantu guru membutuhkan dukungan dan kerjasama
dalam memecahkan masalah, dan antar pihak terkait. Dalam hal ini,
menyediakan bantuan berupa materiil dan pemerintah bekerja sama dengan sekolah,
nonmateriil serta sudah mendapatkaan kepala sekolah, guru, masyarakat sekitar dan
monitoring langsung dari pihak LPMP juga wali murid, serta peserta didik untuk
terkait implementasi Kurikulum 2013 baik menciptakan suasana pembelajaran yang
kepada kepala sekolah dan juga proses sesuai dengan konsep kurikulum 2013.
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
pelaksana. Evaluasi terhadap pelaksanaan Untuk mengembangkan kurikulum
kurikulum diselenggarakan dengan tujuan pendidikan karakter terlebih dahulu kita
untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan harus memahami model-model
10
Kemendikbud (2013:94) implementasi kurikulum
9
Mulyasa (2013:48) implementasi kurikulum 2013 di 2013 di Sekolah Dasar
Sekolah Dasar
pengembangan kurikulum pada umumnya. banyak tenaga pendidik yang gagap
Ada beberapa model pengembangan teknologi, padahal PNS golongan tinggi.
kurikulum yaitu sebagai berikut:
Sarana prasarana di sekolah
1. Model Administratif (Line Staff) pinggiran hanya seadanya. Sehingga kurang
mendukung kegiatan belajar mengajar. Yang
2. Model Akar Rumput (Grass-roots) dijadikan sumber belajar di SDN 2 Kokosan
3. Model demonstrasi. yakni buku paket kurikulum 2013.

4. Model Sistemik dari Beauchamp Dari pembahasan diatas, dapat kita


simpulkan bersama bahwa implementasi
5. Model Hubungan Interpersonal dari kurikuum 2013 di sekolah pinggiran belum
Rongers maksimal. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhinya ialah:
6. Model Penelitian Tindakan Kelas
1) Kurangnya PTK
7. Model Teknik Emerging Menurut
2) Kurangnya kompetensi PTK
Kemendiknas (2010: 11), kurikulum
3) Sarana dan prasarana yang belum
pendidikan karakter pada prinsipnya tidak
memadai
dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi
terintegrasi ke dalam mata pelajaran, SARAN
pengembangan diri dan budaya sekolah.11
Untuk mengoptimalkan implementasi
Menurut Agus Wibowo (2012:83), kurikulum 2013, sekolah pinggiran perlu
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam melakukan perbaikan pada beberapa aspek.
pengembangan kurikulum pendidikan
budaya dan karakter bangsa mengusahakan 1. Aspek PTK
agar peserta didik mengenal dan menerima Dalam hal ini, pendidik dan tenaga
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa kependidikan perlu meningkatkan
sebagai milik mereka dan bertanggung mutu dan kualitas. Hal ini harus
jawab atas keputusan yang diambilnya.12 disesuaikan dengan kompetensi
PTK. Jangan memaksa guru kelas
Kompetensi pendidik dan tenaga menjadi guru olahraga, atau guru
kependidikan di sekolah pinggiran masih olahraga menjadi operator sekolah
perlu ditingkatkan, baik dari segi dan mengurusi segalamacam
pengetahuan maupun ketrampilan. Masih administrasi sekolah. Manajemen
pembagian tugas haruslah jelas dan
11
sesuai bidangnya.
Mulyasa (2013:50) implementasi kurikulum 2013
Selain itu, perlu adanya pelatihan
di Sekolah Dasar
yang lebih intens terhadap PTK,
12
Agus Wibowo (2012:83) implementasi kurikulum tidak hanya dalam penguasaan
2013 di Sekolah Dasar konsep kurikulum 2013, tetapi juga
penguasaan terhadap penggunaan
teknologi. Karena, kurikulum 2013 4. Sanjaya, 2008:28, kendala guru
tidak terlepas dari teknologi. Dalam sekolah dasar dalam
proses pembelajaram, hingga implementasi kurikulu 2013.
penilaian, seorang pendidik akan 5. Elwien, Ahmad “Implementasi
dihadapkan dengan teknologi. Kurikulum 2013 di Sekolah
2. Sarana dan Prasarana Dasar” UNM, Vol. 24 No. 564-71,
hlm. 418
Sarana prasarana juga menjadi hal
6. Elwien, Ahmad “Implementasi
penting yang harus dipenuhi. Karena,
Kurikulum 2013 di Sekolah
sarana prasarana akan menunjang Dasar” UNM,Vol. 24 No.564-71,
proses pembelajaran. Ruang kelas hlm. 418
yang nyaman, lingkungan yang
sehat, fasilitas yang dapat
difungsikan sesuai dengan fungsinya.
Kembalikan lagi fungsi perpustakaan
yang saat ini hanya menjadi tempat
penyimpanan buku hinga berdebu,
dan ruang ganti. Sebab pada
kurikulum 2013, pserta didik tidak
harus selalu belajar didalam kelas.
Dan perpustakaan bisa dijadikan
tempat untuk peserta didik
mengeksplor rasa ingin tahunya
terhadap sesuatu.

REFERENSI

1. B. Suryosubroto, Manajemen
Pendidikan di Sekolah,
Yogyakarta, hlm. 32
2. Apri, Rusmawan, “Kendala Guru
Sekolah Dasar Dalam
Implementasi Kurikulum 2013”,
FKIP USD, hlm. 458
3. Tim penyusun Modul PLPG 2013,
Kendala guru sekolah dasaar
dalam implementasi kurikulum
2013.

You might also like