Professional Documents
Culture Documents
Musibah Dalam Perspektif Al-Qur'An: November 2019
Musibah Dalam Perspektif Al-Qur'An: November 2019
Musibah Dalam Perspektif Al-Qur'An: November 2019
net/publication/337324197
CITATION READS
1 11,657
1 author:
Andri Nirwana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
23 PUBLICATIONS 5 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Andri Nirwana on 18 November 2019.
Andri Nirwana. AN
Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry
Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh
Email: andrinirwana@yahoo.com
ABSTRACT
Understanding the Islamic attitude toward nature is necessary for
understanding the Islamic perspective of natural disasters. In the Islamic world
view, everything in nature is created by God, scrupulously measured both
qualitatively and quantitatively, and designed to serve a purposive task in the
universe’s overall system. God states: “Verily, all things have We created in
proportion and measure”. Nothing in the universe, including natural resources,
was created purposelessly: “We did not create the heavens, Earth, and all between
them merely in (idle) sport. We created them only for just ends. Although the
Qur’an maintains humanity’s superiority as khalifah Allah (God’s vicegerent)
over other creations, it does not necessarily follow that these other creations have
no other purpose but to serve human beings. They are equally creations of God,
autonomous Ummahs (communities) that worship their Creator on their own
terms. In addition, they perform an aesthetic function as constituents of
biodiversity, which the Qur’an often counts as part of the ayat (signs) of God for
people of understanding. Moreover, the Qur’an recognizes the physical world as
ayat of God, just as it considers the Qur’an’s verses as ayat. The Qur’an is clear of
any contradiction; nature is equally devoid of any flaw.
Pendahuluan
Musibah adalah bagian dari takdir yang akan menimpa makhluk ciptaan
Allah, hal ini terjadi atas izin-Nya dan sudah tertulis di lauh al-mahfudz (QS. al-
Hadid: 2). Musibah tersebut dapat berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan (QS. al-Baqarah: 155). Bagi orang yang sabar atas musibah
yang menimpanya, maka akan mendatangkan barakah, rahmat dan hidayah Allah
(QS. al-Baqarah: 157). Dengan muhasabah atas apa yang menimpa, maka
manusia akan sadar bahwa musibah yang menimpanya adalah karena perbuatan
dirinya sendiri (QS. Ali Imran: 165 dan QS. al-Syura: 30), sehingga diharapkan
akan muncul penyesalan atas apa yang telah dilakukan (QS. al-Nisa’: 62).
Dari rangkaian penjelasan di atas, manusia tidak akan lepas dari musibah
yang diuji Allah. Musibah tidak hanya menimpa manusia, akan tetapi semua
makhluk yang diciptakan Allah. Hanya saja dalam teks-Nya, Allah sering ber-
firman dengan teks musibah yang menimpa manusia. Dalam hal ini, penulis ingin
mendiskusikan sebuah pemahaman tentang musibah yang ditinjau dari sisi al-
Qur’an.
_____________
1
Ibnu Manzhur Jamaludin Muhammad bin Mukarram al-Anshari, Lisan al-Arab, juz. 2
(Mesir: al-Mu’asharah al-Mishriyah al-‘Ammah li Ta’lif wa al-Naba’ wa al-Nashr, tt.), 23
2
Al-Ashfahani, Mu’jam Mufradat Alfazh al-Qur’an, 296
3
Al-Ashfahani, Mu’jam Mufradat Alfazh al-Qur’an, 296
4
Muhammad bin Yusuf al-Syahir bi al-Hayyan al-Andalusi, al-Bahr al-Muhith fi al-
Tafsir, juz. 21 (Beirut: Dar al Fikr, tt.), 56
5
Abu Hayyan al-Andalusi, al-Bahr al-Muhith fi al-Tafsir, 57
6
Abu Hayyan al-Andalusi, al-Bahr al-Muhith fi al-Tafsir, 57
7
Team Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 602
B. QS. al-Syura: 30
_____________
8
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 7, 176
9
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur an al-‘Azhim, juz. 3, 405
10
M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 10, 360
11
M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 10, 360
_____________
20
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 1, 206-207
21
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 8
22
Al-Razi, Tafsir al-Razi, juz. 4, 2
23
Abi Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi, Asbab al-Nuzul (Beirut: al-Maktabah al-
Saqafiyah, 1989), 73; lihat juga Nurcholish, Asbabun Nuzul (Surabaya: Pustaka Anda, 1997), 119
E. Surah al-Nisa: 62
“Maka bagaimana halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu
musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang
kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki
selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”. (QS. al-Nisa: 62)
Menurut riwayat al-Tabrani dari Ibnu Abbas, asbab al-nuzul ayat ini
adalah karena ada seorang pendeta Yahudi yang bernama Abu Barzah al-Aslami
menjadi hakim, untuk memberi keputusan pada hal-hal yang dipersengketakan,
dan didatangi pula oleh orang-orang musyrikin untuk menyelesaikan masalah
yang menjadi persengketaan, maka turunlah ayat ini.25 Al-Maraghi menafsirkan
bahwa ayat di atas menggambarkan bagaimana keadaan orang munafik yang
menjadikan hakim selain Nabi dengan alasan untuk kebaikan di dalam mu’amalah
dan tercapainya kesepakatan antara mereka dengan musuh-musuhnya dengan cara
mengambil manfaat. Namun ketika mereka tertimpa musibah, mereka kembali
menjadikan Nabi sebagai hakim mereka padahal mereka hanya menipu.26
Ibnu Katsir lebih tegas mengatakan bahwa Allah mencela orang-orang
munafik. Mereka terpaksa datang kepadamu, disebabkan musibah yang menimpa
mereka, akibat dosa-dosa mereka dan mereka bersumpah untuk membenarkan
tindakan mereka berhakim kepada thaghut. Namun mereka sebenarnya melakukan
itu bukan dari hati mereka dan bukan karena percaya akan kebenaran hakim-
hakim, tetapi hanya sekedar berpura-pura.27 Sedangkan menurut Quraisy Shihab,
ayat ini merupakan gambaran tentang sifat dari orang munafik ketika mereka
ditimpa musibah dan dapat juga dipahami dalam arti ancaman terhadap mereka
saat bencana menimpa.28
_____________
24
Al-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasyaf, jil. 1, 427
25
Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Azhim, juz. 1, 519
26
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 2, 77
27
Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Azhim, juz. 1, 519
28
M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, 467
G. Surat al-Hadid: 22
H. Surat al-Taghabun: 11
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya dan Allah mengetahui segala sesuatu”. (QS. al-
Taghabun: 11)
Menurut al-Maraghi, musibah adalah sesuatu yang mengenai dan menimpa
manusia berupa kebaikan dan keburukan. Dan diharapkan bagi manusia untuk
bersungguh-sungguh dan bekerja, kemudian ia tidak perlu menghiraukan apa yang
dilakukan terhadap dirinya, karena dia tahu bahwa yang demikian itu di luar
kesanggupannya, tidak akan menyulitkan dan tidak akan menyusahkannya. Orang
mukmin mempunyai dua kewajiban, pertama berusaha dan mencurahkan tenaga
untuk mendatangkan kebaikan dan menolak bencana semampunya. Kedua,
bertawakkal kepada Allah, karena yakin bahwa segala sesuatu itu terjadi menurut
qadha dan qadar-Nya. Sehingga tidak bersedih dan susah jika terjadi keburukan
dan tidak pula berkepanjangan dalam kesenangan jika terjadi kebaikan.34
Dalam ayat ini Ibnu Katsir berpendapat bahwa Allah menyatakan tiada
sesuatu yang terjadi di alam ini melainkan dengan kehendak dan kekuasaan Allah.
Siapa yang beriman kepada Allah pasti rela pada putusan Allah. Dengan iman
itulah hati akan mendapatkan ketenangan, karena ia telah yakin bahwa yang
dikehendaki tidak akan terjadi.35 Dalam riwayat Muslim, Nabi bersabda:
_____________
31
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz. 4, 313-314
32
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 9, 438
33
M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 14, 43
34
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 10, 126-127
35
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz. 4, 375
_____________
40
Nurcholis, Asbab al-Nuzul, 221-222
41
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 3, 39-40
42
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz. 2, 113
43
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz. 2, 113
_____________
44
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 4, 110
45
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jil. 4, 110
46
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz. 2, 370
_____________
47
M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. 5, 583
48
Muhammad Yusuf, al-Insan baina al-Sarra wa al-Dharra fi Taswir al-Qur’an al-Karim
(Kairo: Dar al-Salam, 2002), 127-128
49
Al-Razi, Tafsir al-Razi, juz. 7, 31
50
Imam Muslim, Shahih Muslim, juz. 2, 427
51
Imam Muslim, Shahih Muslim, 428
Al Qur’anul Karim
Al-Ashfahani, Raghib. Mu’jam Mufradat al fazh al Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, tt.
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa. Tafsir al Maraghi. Beirut: Dar Ihya al-Turats al-
Arabi, 1985
Al-Nisaburi, Abu Husain Muslim bin Hajjaj al Qusyairi. Shahih Muslim. Ttp: Dar
al-Ihya wa al-Kutub al-Arabiyah, tt.
Team Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Al-Wahidi, Abi Hasan Ali bin Ahmad. Asbab al-Nuzul. Beirut: al-Maktabah al-
Tsaqafiyah, 1989