Pengaruh Penerapan Carbohydrate Loading Modifikasi Terhadap Kesegaran Jasmani Atlet Sepak Bola

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Vol. 4, No.

2, Juni 2016 :107 - 119 Pengaruh penerapan carbohydrate loading …

Pengaruh penerapan carbohydrate loading modifikasi terhadap kesegaran


jasmani atlet sepak bola
Bayu Febri Utoro1, Fillah Fithra Dieny2

ABSTRACT

Background: The reduction of glycogen stores gradually during sports activities affect the performance of athletes.
Carbohydrate loading is a method that aims to increase the glycogen stores are expected to delay fatigue and prevent
hypoglycemia at the time of the match
Purpose: The purpose of this study was to verify the effect of modification carbohydrate loading to the physical fitness and some
indicators of nutritional status soccer athletes
Methods: Experimental studies with approaches one group pre and post test design on 23 athletes aged 14-20 years in Diklat
Sepak Bola Bintang Pelajar Semarang Regency in July 2011. During one week the subjects were given a high carbohydrate
intake approximately 70% of the total energy requirement (protein and fat are given to normal) and soccer practice programmed
with moderate intensity in the first three days and continued the intensity of light at the second of three days. Measurements
included weight, height, percent body fat, lean body mass, blood glucose levels and physical fitness with Asian Committee on
the Standarization of Physical Fitness Test (ACSPFT) method
Results: There were significant differences of physical fitness, physical fitness components (speed and cardiorespiratory
endurance), body mass index, percent fat, lean body mass and blood glucose levels before and after treatment with p <0.05
Conclusion: Modified carbohydrate loading effected on physical fitness of soccer athletes. Fat mass and lean body mass to be
the most influence factors on physical fitness

Keywords: carbohydrate loading modification, physical fitness, soccer athletes

ABSTRAK

Latar Belakang: Penurunan simpanan glikogen secara bertahap selama melakukan aktivitas olahraga berpengaruh terhadap
performa atlet. Carbohydrate loading merupakan suatu metode yang bertujuan untuk meningkatkan simpanan glikogen yang
diharapkan dapat menunda kelelahan serta mencegah hipoglikemia pada saat dilakukannya pertandingan
Tujuan: Menganalisa pengaruh penerapan carbohydrate loading modifikasi terhadap kesegaran jasmani atlet sepak bola dan
beberapa indikator status gizi
Metode: Studi eksperimental dengan pendekatan one group pre and post test design pada 23 atlet usia 14-20 tahun di Diklat
Sepak Bola Bintang Pelajar Kabupaten Semarang bulan Juli 2011. Selama satu minggu subjek diberikan asupan tinggi
karbohidrat kurang lebih 70% dari total kebutuhan energi (kebutuhan protein dan lemak diberikan normal) dan latihan sepak
bola terprogram dengan intensitas sedang pada tiga hari pertama dan dilanjutkan intensitas ringan pada tiga hari kedua.
Pengukuran yang dilakukan meliputi berat badan, tinggi badan, persen lemak tubuh, massa tubuh tanpa lemak, kadar glukosa
darah dan kesegaran jasmani dengan metode Asian Committee on the Standarization of Physical Fitness Test (ACSPFT)
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada kesegaran jasmani, komponen kesegaran jasmani (kecepatan dan daya tahan
kardiorespirasi), indeks massa tubuh, persen lemak, massa tubuh tanpa lemak dan kadar glukosa darah sebelum dan setelah
perlakuan dengan p<0,05
Kesimpulan: Penerapan carbohydrate loading modifikasi berpengaruh terhadap kesegaran jasmani atlet sepak bola. Persen
lemak dan massa tubuh tanpe lemak menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kesegaran jasmani

Kata Kunci: carbohydrate loading modifikasi, kesegaran jasmani, atlet sepak bola

PENDAHULUAN hari.1 Perbandingan pemakaian energi anaerobik dan


aerobik pada sepak bola yaitu sebesar 70:30. Energi
Sepak bola merupakan olahraga beregu atau anaerobik digunakan untuk menunjang aktivitas
tim yang membutuhkan ketrampilan yang berhubungan dengan durasi pendek namun dengan intensitas kuat
dengan kesegaran jasmani yaitu kekuatan otot, seperti lari cepat, melompat, melempar bola.2 Energi
kecepatan, kelincahan dan membutuhkan energi tinggi aerobik ditujukan untuk aktivitas dengan durasi
dalam pelaksanaannya. Atlet sepak bola membutuhkan panjang namun mempunyai intensitas rendah seperti
pemenuhan energi mencapai 3800-3900 kalori tiap jogging dan terutama ditujukan untuk pemulihan
tenaga diantara aktivitas anerobik.1,2 Pemenuhan
1.
Quality Control, Mayora, Indonesia kebutuhan gizi pada atlet sepak bola seringkali
2.
Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas dijumpai berada pada kategori kurang, seperti yang
Diponegoro, email : korespondesi tergambarkan pada penelitian atlet sepak bola di Kota
fillahdieny@gmail.com Pasuruan, Bantul dan Yogyakarta.3 Pemenuhan

107
Bayu Febri Utoro, Fillah Fithra Dieny Jurnal Gizi Indonesia (ISSN : 1858-4942)

kebutuhan gizi atlet sepak bola harus memperhatikan dengan simpanan glikogen rendah memiliki jarak
posisi pemain. Seorang pemain gelandang (tengah) tempuh pendek dan kemampuan sprint yang lambat
mempunyai jarak tempuh yang lebih tinggi dari pada dari pada atlet dengan simpanan glikogen normal.9
pemain lainnya saat bertanding.1 Penelitian yang lain Carbohydrate loading merupakan suatu metode yang
menunjukkan bahwa sebanyak 79,6% siswa Sekolah bertujuan untuk meningkatkan simpanan glikogen
Sepak Bola (SSB) di Malang memiliki kesegaran dengan harapan dapat menunda kelelahan serta
jasmani dengan kategori rendah dan sangat rendah.4 mencegah hipoglikemia pada saat dilakukannya
Penelitian pada atlet sepak bola profesional PSIS pertandingan.10 Modifikasi carbohydrate loading
Semarang terdapat 42,2% atlet mempunyai kesegaran merupakan cara yang dapat ditempuh untuk
jasmani dengan kategori sedang, kurang dan kurang mengurangi efek samping penerapan carbohydrate
sekali.5 Latihan terprogram dan pemberian asupan gizi loading asli, yaitu dengan menghilangkan fase latihan
sesuai kebutuhan atlet menjadi unsur yang cukup yang berat serta pembatasan asupan karbohidrat di
penting dalam pembinaan sepak bola usia muda, selain awal program. Enam hari sebelum pertandingan
berguna untuk mengoptimalkan pertumbuhan juga diberikan makanan dengan tinggi karbohidrat (70%
ditujukan untuk menyiapkan kondisi terbaik atlet, baik dari total energi) sementara kebutuhan protein dan
sebelum, saat dan setelah pertandingan berlangsung. lemak diberikan dengan persentase normal yaitu 5-15%
Faktor gizi menjadi bagian science support dalam untuk protein dan 10-20 % lemak. Selain pemenuhan
rangka mewujudkan prestasi sepak bola.29 asupan tinggi karbohidrat, metode carbohydrate
Diharapkan pembinaan sepak bola dengan loading modifikasi juga diikuti dengan latihan sepak
sistem asrama dapat memberikan asupan gizi yang bola terprogram yaitu yang latihan intensitas sedang
terpantau dan program pembinaan serta latihan fisik pada tiga hari pertama dan intensitas ringan pada tiga
yang tersusun dengan baik sehingga dapat terwujud hari kedua. Program carbohydrate loading modifikasi
kesegaran jasmani atlet dengan kategori baik.12 Salah dapat meningkatkan konsentrasi glikogen otot
satu penyelenggara diklat sepak bola di kota Salatiga diperoleh sebesar 130-205 mmol/kg berat badan
yaitu Diklat Sepak Bola Bintang Pelajar Kabupaten dibandingkan dengan 80-212 mmol/kg barat badan
Semarang, telah memiliki program pembinaan yang dengan cara asli. Selain itu penghilangan latihan yang
baik. Hal tersebut tercermin dari prestasi yang keras dan pembatasan karbohidrat pada awal program
didapatkan oleh Diklat Bintang Pelajar dalam kurun akan menurunkan risiko luka dan efek samping seperti
waktu lima tahun terakhir yaitu Juara I Pekan Olahraga kelelahan, mual, ketosis, berat badan menurun,
Pelajar Daerah Jawa Tengah tahun 2007, Juara I pengeluaran sodium dan air meningkat.1,10
nasional Pospenas tahun 2009, di tahun yang sama Peningkatan asupan karbohidrat terbukti dapat
Diklat Bintang Pelajar juga menjadi juara I Liga meningkatkan jarak tempuh lari pada atlet sepak bola
Remaja U-15 Jawa Tengah. Pada tahun 2010 berhasil PSS Yogyakarta.11 Terdapat peningkatan jarak tempuh
didapatkan dua prestasi yaitu Juara III Pekan Olahraga sebesar 26% pada atlet lari yang diberikan asupan
Nasional di Yogyakarta dan Juara II Pospenas di tinggi karbohidrat.8 Asupan tinggi karbohidrat yang
Surabaya. Kesegaran jasmani pemain sepak bola Diklat diberikan setelah 30 menit berlatih terbukti dapat
Bintang Pelajar memiliki kategori baik namun di lain meningkatkan kemampuan fisik dan fisiologis atlet
sisi belum menerapkan manajemen penyelenggaraan sepak bola setelah 16 jam pertandingan sepak bola.26
makanan atlet dengan optimal.12 Tujuan penelitian ini secara umum adalah
Kesegaran jasmani merupakan kemampuan membuktikan dan menganalisa pengaruh penerapan
untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari carbohydrate loading modifikasi terhadap kesegaran
dan adaptasi terhadap perubahan fisik tanpa jasmani atlet sepak bola, komponen kesegaran jasmani
menimbulkan kelelahan berlebih.6,28 Kesegaran (kecepatan, daya ledak otot dan daya tahan
Jasmani atlet sepak bola sangat dibutuhkan karena atlet kardiorespirasi), indeks massa tubuh (IMT), persen
sepak bola harus bermain 2 x 45 menit. Terdapat lemak tubuh, massa tubuh tanpa lemak, dan kadar
keterkaitan antara status gizi dan aktivitas fisik glukosa darah. Penelitian ini diharapkan dapat
terhadap kesegaran jasmani atlet sepak bola.5 melengkapi penelitian terdahulu tentang pengaruh
Metabolisme energi atlet olahraga beregu penerapan carbohydrate loading terhadap kesegaran
(sepak bola) berjalan secara simultan melalui jasmani atlet sepak bola serta dapat menjadi tambahan
metabolisme secara aerobik maupun anaerobik. informasi bagi masyarakat, khususnya dalam bidang
Karbohidrat akan memberikan kontribusi yang lebih olahraga dan gizi.
besar dibandingkan dengan simpanan lemak untuk
menghasilkan energi dalam olahraga beregu. BAHAN DAN METODE
Simpanan glikogen di dalam tubuh makin berkurang
jika aktivitas fisik yang dilakukan tidak diimbangi Penelitian dilakukan di Diklat Sepak Bola
dengan pemenuhan kebutuhan gizi. Seorang atlet Bintang Pelajar Kabupaten Semarang pada bulan Juli

108
Vol. 4, No. 2, Juni 2016 :107 - 119 Pengaruh penerapan carbohydrate loading …

2011. Penelitian ini merupakan penelitian Variabel terikat pada penelitian ini adalah
eksperimental dengan pendekatan one group pre and tingkat kesegaran jasmani atlet sepak bola yang dinilai
post test design dan termasuk dalam ruang lingkup gizi menggunakan tes Asian Committee on the
masyarakat. Subjek penelitian adalah atlet sepak bola Standarization of Physical Fitness Test (ACSPFT). Tes
yang diambil dengan cara consecutive sampling, yaitu ini merupakan satu rangkaian tes yang terdiri dari 7
subjek penelitian yang memenuhi kriteria dimasukkan jenis indikator yang menilai daya tahan kardiorespirasi,
dalam penelitian hingga jumlah subjek yang diperlukan kecepatan, daya ledak otot, kekuatan statis dan daya
terpenuhi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu tahan otot lengan/bahu, ketangkasan, daya tahan otot
subjek berusia 14-20 tahun yang berada di Diklat Sepak perut dan kelenturan. Hasil tes ini merupakan nilai
Bola Bintang Pelajar Kabupaten Semarang, kasar. Hasil kasar dari tiap-tiap jenis tes diubah
mempunyai kadar glukosa darah sewaktu normal yaitu menjadi nilai t dengan mempergunakan tabel-T
80-120 mg/dL, tidak mengalami anemia yang ditandai kemudian hasil yang ada dijumlahkan. Selanjutnya
dengan hasil pengukuran kadar hemoglobin ≥ 13 g/dL, juga dilakukan analisa penerapan variabel bebas
tidak mengkonsumsi alkohol serta bersedia mengikuti terhadap tiga indikator pada tes kesegaran jasmani
keseluruhan rangkaian penelitian melalui persetujuan yaitu : kecepatan, daya ledak otot, dan daya tahan
informed consent. Jumlah sampel minimal yang kardiorespirasi. Kecepatan merupakan kemampuan
diperlukan untuk penelitian ini adalah 21 orang, yang tubuh untuk melakukan gerakan dengan menggunakan
dihitung menggunakan rumus perhitungan jumlah tenaga penuh dalam waktu sesingkat mungkin.
subjek untuk uji hipotesis beda rata-rata berpasangan. Penilaian kecepatan dilakukan dengan lari 50 meter.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah Tujuan penilaian untuk mengukur kecepatan lari
penerapan metode carbohydrate loading modifikasi. seseorang. Prinsip penilaian start dilakukan dengan
Carbohydrate loading yang dimodifikasi terdiri dari berdiri kedua ujung kaki tepat pada garis start dan tidak
pemberian asupan makanan dengan syarat tinggi boleh melebihi garis start setelah aba-aba kemudian lari
karbohidrat yaitu 70-80% dari total kebutuhan energi secepat mungkin. Hasil yang dicatat adalah waktu yang
(protein dan lemak diberikan dengan persentase normal dicapai untuk menempuh jarak sampai melewati garis
yaitu 5-15% untuk protein dan 10-20 % lemak). finish. Waktu yang dicapai dihitung dengan tingkatan
Asupan makanan tinggi karbohidrat diberikan dengan ketelitian 0,1 detik. Daya ledak otot dinilai dengan tes
tiga kali pemberian makanan besar dan tiga kali snack. lompat jauh tanpa awalan dan hasil yang diperoleh
Adapun perencanaan total asupan energi dan adalah lompatan terjauh yang diukur dari garis batas
karbohidrat yang diberikan selama tujuh hari yaitu 1) permulaan lompatan ke titik terdekat sentuhan tumit
Asupan sebesar 4050 kalori dengan 703 gram pada tanah yang diukur pada saat pengumpulan data
karbohidrat (69,42%) 2) Asupan sebesar 4021 kalori dan dinyatakan dalam sentimeter dengan kepekaan 0,1
dengan 707 gram karbohidrat (70,31%) 3) Asupan cm. Penilaian daya tahan kardiorespirasi merupakan
sebesar 4032 kalori dengan 702 gram karbohidrat kemampuan jantung dan paru-paru untuk menunjang
(69,63%) 4) Asupan sebesar 4206 kalori dengan 742 sistem tenaga kerja otot. Penilaian daya tahan
gram karbohidrat (70,55%) 5) Asupan sebesar 4025 kardiorespirasi dilakukan dengan lari 1000 meter.
kalori dengan 698 gram karbohidrat (69,36%) 6) Tujuan penilaian untuk mengukur daya tahan jantung
Asupan sebesar 3911 kalori dengan 692 gram dan paru-paru. Prinsip penilaian start dilakukan dengan
karbohidrat (70,77%) dan 7) Asupan sebesar 4402 berdiri dan ujung kaki sedekat mungkin dengan garis
kalori dengan 763 gram karbohidrat (70,04%). Waktu start dan tidak boleh melebihi garis start dan berlari
pemberian makanan manyesuaikan dengan jadwal dengan kecepatan penuh. Hasil yang dicatat adalah
yang dimiliki oleh pengelola asrama. Latihan yang waktu yang dicapai untuk menempuh jarak tersebut
diberikan mengikuti program yang dijalankan oleh samapai garis finish. Waktu yang dicapai dihitung
Diklat Bintang Pelajar. Selain itu juga dilakukan dengan tingkat ketelitian 0,1 detik.
latihan sepak bola dengan intensitas sedang hingga Penelitian dilakukan selama sembilan hari.
berat pada tiga hari pertama dilanjutkan latihan dengan Hari pertama dan kedua ditujukan untuk pengambilan
intensitas ringan hingga sedang pada tiga hari yang data awal yaitu berupa survei asupan makanan,
kedua, hari terakhir ditujukan untuk istirahat atau pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan,
diberikan latihan dengan intensitas ringan. Setiap hari persen lemak tubuh, dan massa tubuh tanpa lemak), dan
dilakukan dua kali latihan yaitu pada pagi hari pukul kadar hemoglobin. Hari ketiga dilakukan pengukuran
05.00-06.00 WIB dan latihan sore dilakukan pukul kesegaran jasmani dan kadar glukosa darah (setelah
15.30-17.00 WIB. Program latihan yang diberikan melakukan tes kesegaran jasmani). Hari ketiga hingga
berada pada tahap persiapan umum yang ditujukan kedelapan dilakukan penerapan carbohydrate loading
untuk perbaikan performa fisik dan ketrampilan teknik modifikasi. Sementara pada hari kesembilan
atlet. merupakan hari terakhir penerapan perlakuan dan
dilakukan pengambilan data akhir berupa pengukuran

109
Bayu Febri Utoro, Fillah Fithra Dieny Jurnal Gizi Indonesia (ISSN : 1858-4942)

antropometri (berat badan, persen lemak tubuh, massa tubuh (IMT), persen lemak tubu, massa tubuh tanpa
tubuh tanpa lemak), kadar glukosa darah dan tes lemak, kadar glukosa darah dan asupan energi serta
kesegaran jasmani. tingkat kesegaran jasmani sebelum perlakuan. Analisa
Data yang dikumpulkan meliputi data identitas bivariate menggunakan uji beda untuk mengukur
subjek penelitian, gambaran asupan, hasil pengukuran perubahan nilai baik pada indkes massa tubuh, persen
antropometri (berat badan, tinggi badan, persen lemak lemak tubuh, massa tubuh tanpa lemak, kadar glukosa
tubuh, massa tubuh tanpa lemak), kadar glukosa darah darah maupun kesegaran jasmani sebelum dan sesudah
dan hemoglobin serta kesegaran jasmani menggunakan perlakuan. Analisa bivariate diawali dengan uji
metode ACSPFT baik sebelum dan sesudah penerapan normalitas data Shapiro Wilk kemudian dilanjutkan
carbohydrate loading modifikasi. Pengukuran berat dengan uji beda menggunakan paired t-test. Analisa
badan diperoleh dengan penimbangan menggunakan multivariat ditujukan untuk mengetahui variabel yang
timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg. paling berpengaruh terhadap kesegaran jasmani
Pengukuran tinggi badan didapat dengan menggunakan menggunakan regresi linier berganda. Kesegaran
microtoise dengan ketelitian 0,1 cm dan panjang 2 m. jasmani setelah perlakuan merupakan variabel terikat.
Gambaran asupan makan baik sebelum maupun selama Nilai indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, massa
perlakuan didapat dengan menggunakan formulir tubuh tanpa lemak dan asupan karbohidrat menjadi
recall 24 jam dan pencatatan commstock. Persentase variabel bebas. Data asupan energi diperoleh dari hasil
lemak tubuh diukur menggunakan Body Fat Analyzer food recall dan commstock selanjutnya data yang
Model HBF-356. Pengukuran kadar glukosa darah dan terkumpul dianalisa dengan bantuan program food
hemoglobin dilakukan oleh laboran dari Rumah Sakit processor III.
Umum Ananda Kota Salatiga. Waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan tes kesegaran jasmani yang telah HASIL
ditentukan diukur menggunakan stopwatch dengan
ketelitian 0,01 detik untuk pengukuran komponen Penelitian dilakukan di Diklat Sepak Bola
kecepatan, ketangkasan dan daya tahan kardiorespirasi. Bintang Pelajar Kabupaten Semarang pada bulan Juli
Pita meter dengan ketelitian 0,1 cm untuk pengukuran 2011. Subjek penelitian merupakan atlet sepak bola
komponen daya ledak otot. Dua buah penggaris dengan berusia 14-20 tahun yang berada di Diklat Bintang
ketelitian 0,1 cm dan satu buah bangku untuk Pelajar. Sebanyak 31 orang bersedia menjadi subjek
pengukuran komponen kelentukan. Kuesioner untuk penelitian. Dari jumlah tersebut hanya 25 orang yang
mencatat hasil ukur komponen daya tahan otot lengan memiliki kriteria inklusi menjadi subjek penelitian.
dan bahu dan daya tahan otot perut. Selama penelitian, dua orang drop out karena tidak
Analisa data dilakukan menggunakan program dapat mengikuti seluruh rangkaian penelitian.
SPSS 16,0 for windows. Analisa univariate dilakukan
untuk mendeskripsikan karakteristik subjek penelitian, Karakteristik Subjek Penelitian
yaitu umur, tinggi badan, berat badan, indeks massa

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Sebelum Intervensi


Karakteristik Subjek Minimal Maksimal Rerata±SD
Usia (tahun) 14,60 18,50 16,24 ± 1,03
Asupan energi (kkal) 2275 3235 2798 ± 254
Asupan karbohidrat (gram) 356 578 471,35 ± 25,58
Tinggi badan (m) 1,57 1,74 1,66 ± 0,05
Berat badan (kg) 43,30 69,90 57,20 ± 7,38
Indeks massa tubuh (IMT) (kg/m2) 16,89 23,09 20,57 ± 1,77
Persen lemak (%) 6,10 17,70 11,64 ± 2,71
Massa tubuh tanpa lemak (kg) 39,19 60,53 50,41 ± 5,71
Kesegaran Jasmani (Skor) 400 492 449,57 ± 25,58

Rerata usia subjek yaitu 16,24 ± 1,03 tahun kurva IMT sesuai umur (2-20 tahun) dan jenis kelamin
dengan subjek termuda berusia 14,6 tahun dan tertua didapatkan bahwa semua subjek berstatus gizi normal.
berusia 18,5 tahun. Keseluruhan subjek mempunyai Terdapat satu orang subjek dengan IMT 17,45 kg/m2
kadar hemoglobin normal yaitu berada di atas 13 g/dl dan usia 16,3 tahun mempunyai hasil ukur berada
dengan rerata 14,49 ± 0,61 g/dl. sedikit di atas persentil 5, sebagai batas bawah kategori
Rerata indeks massa tubuh (IMT) subjek status gizi normal. Pengukuran komposisi tubuh subjek
adalah 20,57 ± 1,77 kg/m2. IMT maksimum yang yaitu persen lemak didapatkan rerata sebesar 11,64 ±
didapatkan yakni 23,09 kg/m2. Setelah disesuaikan 2,71 %. Hasil pengukuran persen lemak

110
Vol. 4, No. 2, Juni 2016 :107 - 119 Pengaruh penerapan carbohydrate loading …

mengindikasikan bahwa proporsi lemak tubuh subjek Penerapan Carbohydrate Loading Modifikasi
sesuai untuk seorang pemain sepak bola yaitu berada Terdapat dua perlakuan yang diberikan
pada rentang 8-18 %, dengan satu subjek berada di terhadap subjek dalam penelitian ini yaitu pemberian
bawah normal (6,10%) dengan nilai tertinggi persen asupan makanan dengan tinggi karbohidrat (70-80%
lemak yaitu 17,70 %. Nilai massa tubuh tanpa lemak dari total kebutuhan energi) dan latihan terprogram
(lean body mass) subjek didapatkan dengan cara yang diterapkan selama tujuh hari. Asupan tinggi
perhitungan, yaitu selisih antara berat badan aktual karbohidrat dilakukan dengan pemberian tiga kali
dengan persen lemak (%) dan didapatkan rerata sebesar makanan utama dan tiga kali snack. Asupan utama
50,41 ± 5,71 kg. diberikan pukul 06.15 WIB, 13.30 WIB, dan 18.00
Kebutuhan energi dihitung dengan WIB. Sementara snack diberikan pada pukul 06.15
mempertimbangkan kebutuhan energi basal, specific WIB (sebagai bekal ke sekolah), setelah makan siang
dynamic action (SDA), aktivitas fisik dan penambahan dan malam pada pukul 20.00 WIB masing-masing
kalori untuk pertumbuhan sebesar 10%. Selain latihan dengan dua jenis snack. Porsi nasi sebagai bahan
rutin sepak bola yang diselenggarakan sebanyak 12 kali makanan pokok yang diberikan sebesar 300 gram
dalam satu minggu. Mayoritas subjek mempunyai untuk setiap kali makan. Asupan tinggi karbohidrat
aktivitas fisik dengan tingkat ringan hingga sedang. juga diwujudkan melalui dua kali pemberian buah dan
Aktivitas fisik yang dilakukan subjek yaitu belajar baik susu (untuk waktu makan pagi dan malam). Adapun
di sekolah maupun di asrama, jogging, bermain futsal, pemilihan bahan makanan dan snack
dan beberapa aktivitas keseharian di asrama seperti mempertimbangkan kandungan tinggi karbohidrat
menyapu kamar, mandi, mencuci pakaian dan melihat dalam bahan makanan.
televisi. Hasil yang diperoleh kebutuhan energi subjek Rerata asupan karbohidrat meningkat setelah
berkisar antara 3361 kalori hingga 4118 kalori. intervensi yaitu mencapai 679,84 ± 30,76 gram dengan
Hasil recall asupan makanan yang dilakukan persentase pemenuhan dari total kalori yang diperlukan
sebelum intervensi didapatkan rerata energi yang sebesar 69,48%. Dua puluh dua subjek mempunyai
dikonsumsi subjek dalam sehari sebesar 2798 ± 254 kategori asupan karbohidrat lebih (>100% angka
kkal. Terdapat ketimpangan antara asupan yang kecukupan) dan satu subjek dengan kategori asupan
dikonsumsi dengan kebutuhan yang diperlukan oleh baik. Terdapat peningkatan rerata asupan protein
subjek. Tiga subjek mempunyai kategori asupan defisit sebesar 25,65 gram. Rerata asupan lemak meningkat
(<70%), lima belas subjek mempunyai kategori asupan dari sebelumnya 71,4052 ± 4,75 gram menjadi 72,3318
kurang (70-80%) dan lima subjek dengan kategori ± 0,97 gram.
asupan sedang (80-99%) dari kebutuhan energi yang Latihan yang diberikan mengikuti program
seharusnya dikonsumsi. Rerata asupan karbohidrat dari Diklat Bintang Pelajar. Program latihan berada
didapatkan sebesar 471,35 ± 59,28 gram. Pencapaian pada tahap persiapan umum yang ditujukan untuk
konsumsi karbohidrat sebelum intervensi sebesar perbaikan kemampuan fisik dan ketrampilan teknik.
50,50% dari total kebutuhan energi yang diperlukan. Latihan dilakukan sebanyak 12 kali yang
Terdapat empat orang subjek dengan kategori asupan diselenggarakan pagi dan sore. Latihan pagi diadakan
karbohidrat baik (80-100%) dan 19 subjek mempunyai pukul 05.00 hingga 06.00 WIB sementara latihan sore
kategori asupan karbohidrat rendah (<80%). diadakan pukul 15.30 hingga 17.00 WIB. Hari pertama
Hasil pengukuran tingkat kesegaran jasmani hingga keenam latihan diberikan dengan intensitas
sebelum perlakuan didapatkan rerata skor sebesar sedang sementara pada hari ketujuh hanya dilakukan
449,57 ± 25,58 poin. Sebanyak 14 subjek memiliki latihan pagi dengan intensitas ringan berupa
kategori kesegaran jasmani baik sekali dengan skor pemanasan dan teknik dasar. Program latihan pagi
lebih dari 431, dan 9 subjek dengan kategori kesegaran berupa sprint jarak pendek, jogging di jalan raya dan
jasmani baik dengan skor antara 376 – 430. shuttle run untuk meningkatkan kemampuan fisik
sementara program latihan sore ditujukan untuk
meningkatkan ketrampilan berupa latihan teknik dasar
(passing, control, heading dan shooting) serta simulasi
permainan.

111
Bayu Febri Utoro, Fillah Fithra Dieny Jurnal Gizi Indonesia (ISSN : 1858-4942)

16 15
14
12 11
10
10
8 sebelum
6 5
sesudah
4 3
2
2
0 0 0 0
0
defisit kurang sedang baik lebih

Grafik 1. Gambaran Asupan Energi Sebelum dan Setelah Perlakuan

700
648.5
600
500
400 471.3
karbohidrat(g)
300 lemak(g)

200 protein(g)
93.32
100 67.67
71.4 72.33
0
sebelum sesudah

Grafik 2. Gambaran Asupan Zat Gizi Makro Sebelum dan Setelah Perlakuan

Tingkat Kesegaran Jasmani Sebelum dan Setelah subjek memiliki kategori kesegaran jasmani baik sekali
Perlakuan (>431 poin) dan sembilan subjek dengan kategori
Tes kesegaran jasmani dilakukan pada sore kesegaran jasmani baik (376-430 poin). Terdapat
hari, berlangsung sekitar 90 menit dan bertempat di peningkatan rerata skor kesegaran jasmani setelah
lapangan sepak bola Semowo. Tes kesegaran jasmani perlakuan dengan 19 subjek memiliki kategori
menggunakan metode ACSPFT dilakukan berurutan kesegaran jasmani baik sekali dan empat subjek dengan
mulai dari lari 50 meter, angkat badan, lari 4 x 10 kategori kesegaran jasmani baik.
meter, baring duduk (sit-up), lompat jauh tanpa awalan,
lari 1000 meter dan kelentukan. Hasil pengukuran
kesegaran jasmani sebelum perlakuan terdapat 14

Tabel 2. Nilai Kesegaran Jasmani dan Komponen Sebelum dan Setelah Perlakuan
Rerata
Kesegaran Jasmani Jenis Pengukuran p
Sebelum Sesudah
Nilai Total Kesegaran Jasmani 442,52 ± 30,01 449,57 ± 25,58 0,005*
Kecepatan (s) Lari 50 meter 7,07±0,36 6,94±0,35 0,029*
Daya ledak otot (cm) Lompat jauh tanpa awalan 225,30±16,25 222,09±17,43 0,056
Daya tahan kardiorespirasi (s) Lari 1000 meter 255±22,50 250±22,45 0,037*
*Paired t-test, memiliki perbedaan yang bermakna (p<0,05)

Pada penelitian ini terdapat tiga komponen dan daya tahan kardiorespirasi. Perbaikan nilai total
kesegaran jasmani menggunakan metode ACSPFT kesegaran jasmani, tidak lantas diikuti peningkatan
yang diamati perubahannya sebagai akibat adanya hasil ukur pada tiap komponen tes kesegaran jasmani
penerapan carbohydrate loading modifikasi. Ketiga menggunakan metode ACSPFT. Terdapat perbaikan
komponen tersebut adalah kecepatan, daya ledak otot pada hasil pengukuran komponen kecepatan dan daya
112
Vol. 4, No. 2, Juni 2016 :107 - 119 Pengaruh penerapan carbohydrate loading …

tahan kardiorespirasi, rerata yang ada mengindikasikan berhasil memperbaiki hasil lompatan terdahulu dan dua
perbedaan yang bermakna. Pada komponen daya ledak subjek dengan hasil lompatan tetap.
otot terjadi penurunan rerata ukur menjadi 222,09 ±
17,43 cm. Terdapat 16 subjek dengan hasil lompatan Perubahan Indikator Status Gizi Sebelum dan
lebih pendek dari pada sebelum perlakuan. Lima subjek Setelah Perlakuan

Tabel 3. Perbedaan Hasil Ukur Variabel Sebelum dan Setelah Perlakuan


Rerata
Jenis Pengukuran p*
Sebelum Sesudah
Indeks Massa Tubuh (IMT) (kg/m2) 20,57±1,77 20,77±1,79 0,000
Persen lemak (%) 11,64±2,71 11,96±2,56 0,001
Massa Tubuh Tanpa Lemak (kg) 50,41±5,71 50,76±5,82 0,003
Kadar Glukosa Darah (mg/dl) 78,91±15,20 87,48±11,96 0,037
*Paired t-test, memiliki perbedaan yang bermakna (p<0,05)

Mayoritas subjek mengalami kenaikan berat tanpa lemak subjek yaitu berkisar antara 170-1400
badan selama perlakuan. Kenaikan berat badan gram.
terendah sebesar 200 gram dan tertinggi sebesar 1500 Pengukuran glukosa darah yang dilakukan
gram. Hal ini berdampak peningkatan rerata indeks setelah melakukan aktivitas fisik (tes kesegaran
massa tubuh (IMT) mencapai 20,77±1,79 kg/m2 jasmani) ditujukan untuk melihat perbedaan penurunan
dengan kategori status gizi normal. Terdapat kenaikan glukosa darah akibat aktivitas olahraga. Terdapat
persen lemak tubuh pada 15 subjek, rerata sebelum perbedaan yang bermakna dari hasil pengukuran kadar
perlakuan sebesar 11,64±2,71% dan setelah perlakuan glukosa darah antara sebelum dan setelah perlakuan
sebesar 11,96±2,56%. Terdapat satu subjek dengan dengan p=0,037.
persentase persen lemak dibawah normal (8-18%) yaitu
dengan nilai 7,1%. Terjadi peningkatan massa tubuh Variabel paling berpengaruh terhadap kesegaran
jasmani atlet sepak bola

Tabel 4. Variabel paling berpengaruh terhadap kesegaran jasmani


Variabel Independen t p*
Indeks massa tubuh 0,070 0,945
Persen lemak -3,166 0,005
Massa tubuh tanpa lemak 2,405 0,027
Asupan karbohidrat 1,248 0,228
Variabel dependen : kesegaran jasmani setelah perlakuan

Analisa multivariat digunakan untuk PEMBAHASAN


mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap
kesegaran jasmani pada atlet sepak bola yaitu indeks Karakteristik Subjek
massa tubuh, persen lemak, massa tubuh tanpa lemak Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak
dan asupan karbohidrat. Didapatkan nilai R2 (R Square) 23 orang yang tergabung dalam satu kelompok
menunjukkan 62,1% dari varian kesegaran jasmani perlakuan. Subjek merupakan atlet sepak bola di Diklat
dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel indeks Bintang Pelajar Kabupaten Semarang. Keseluruhan
massa tubuh, persen lemak, massa tubuh tanpa lemak subjek merupakan siswa Sekolah Menengah Atas
dan asupan karbohidrat. Nilai uji statistik Durbin- (SMA) yang berada di kelas X, XI, dan XII.
Watson = 1,728, jadi dapat diasumsikan tidak terjadi Rerata usia subjek yaitu 16,24 ± 1,03 tahun
autocorrelation. Tabel anova mengindikasikan bahwa dengan subjek termuda berusia 14,6 tahun dan tertua
regresi berganda secara statistik sangat signifikan berusia 18,5 tahun. Daya tahan kardiovaskuler akan
dengan p=0,001. Persen lemak dan massa tubuh tanpa terus meningkat hingga usia 20 tahun, mencapai
lemak menjadi variabel yang paling berpengaruh maksimal pada usia 20-30 tahun. Dilaporkan bahwa
terhadap kesegaran jasmani masing-masing dengan penurunan kelenturan dimulai sekitar usia 10 tahun
p<0,05. Persamaan regresi berganda yang diperoleh pada anak laki-laki dan 12 tahun pada anak perempuan
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil kriteria dan bukti menunjukkan bahwa dewasa yang lebih tua
(least squares criterion) adalah Y=157,662 - 13,716X1 mempunyai kelenturan kurang dibanding dewasa
+ 3,410X2 , dimana: Y=kesegaran jasmani, X1=persen muda.32 Hal ini disebabkan oleh penurunan fungsi
lemak dan X2=massa tubuh tanpa lemak. organ transpor dan penggunaan oksigen yang terjadi

113
Bayu Febri Utoro, Fillah Fithra Dieny Jurnal Gizi Indonesia (ISSN : 1858-4942)

akibat bertambahnya usia. Penurunan secara drastis lemak seperti tulang, otot dan air.18 Indikator komposisi
dapat berkurang bila tetap melakukan olahraga tubuh dipergunakan di klinik untuk mengidentifikasi
aerobik.6,12 Efek usia terhadap kebugaran aerobik yaitu kekurangan gizi, serta memantau perubahan komposisi
penurunan sekitar 8 hingga 10% per dekade untuk tubuh selama pemberian dukungan gizi.18 Komposisi
individu yang tidak aktif dan berkisar 4-5% per dekade atau struktur tubuh yang menguntungkan berpengaruh
yaitu jika seseorang melakukan latihan rutin bersifat terhadap ketahanan fisik yang prima dan merupakan
fitness.12 salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
Salah satu yang mempengaruhi kesegaran meraih prestasi. Komposisi tubuh didefinisikan sebagai
jasmani adalah kapasitas pembawa oksigen. Zat besi keadaan tubuh dengan massa otot yang mampu
sebagai komponen yang penting pada hemoglobin menyimpan cadangan glikogen seoptimal mungkin.
berperan sebagai pigmen sel darah merah pembawa Keadaan demikian dapat dicapai melalui latihan yang
oksigen.13,15 Terdapat hubungan yang erat antara laju intensif (cukup lama, frekuensi, dan intensitas latihan)
konsumsi oksigen miokardium dengan kerja yang dengan disertai pengaturan konsumsi zat gizi (asupan
dihasilkan oleh jantung. Makin kuat jantung bekerja yang tepat guna baik jenis, jumlah dan waktu).32
maka akan semakin banyak oksigen yang dibutuhkan Pengukuran komposisi tubuh subjek yaitu persen
oleh sel-sel jantung.21 Terdapat hubungan kadar lemak didapatkan rerata sebesar 11,64 ± 2,71 %
hemoglobin dengan ketahanan fisik atlet sepak bola sementara nilai massa tubuh tanpa lemak subjek
PSIS Semarang.34 Keseluruhan subjek mempunyai didapatkan dengan cara perhitungan yaitu selisih antara
kadar hemoglobin normal yaitu berada di atas 13 g/dl berat badan aktual dengan persen lemak (kg). Massa
dengan rerata 14,49 ± 0,61 g/dl. Kadar hemoglobin tubuh tanpa lemak terdiri dari semua sel selain lemak
seorang atlet laki-laki yang berada di bawah 13 g/dl seperti tulang, otot dan air. Ukuran tubuh atlet sangat
mengindikasikan sport anemia, merupakan keadaan mendapat perhatian, pada umumnya dengan patokan
terjadinya kerusakan sel-sel darah merah sebagai akibat ideal berat badan dengan tinggi badan digunakan untuk
latihan berat yang pada umumnya menyebabkan mengetahui keidealan ukuran tubuh seorang atlet. Cara
kehilangan zat besi sehingga kadar hemoglobin tersebut tidak dapat diterapkan pada semua atlet karena
menurun hingga <13 g/dl pada laki-laki. Faktor-faktor tiap semua cabang olahraga memiliki patokan ukuran
penyebab terjadinya sport anemia antara lain, ekskresi tubuh yang ideal.35 Patokan ukuran tubuh pada atlet
berlebih melalui keringat atau menstruasi pada wanita, biasanya berdasarkan presentase lemak. Sebagai
peningkatan kebutuhan zat besi karena terjadinya contoh terdapat hubungan positif antara persentase
kerusakan sel-sel darah merah, defisiensi zat-zat besi lemak tubuh dengan ketahanan fisik atlet sepak bola.36
pembentuk darah seperti protein, vitamin B12, asam Atlet sepak bola harus proporsional antara massa otot
folat dan zat besi, reaksi faali akibat latihan fisik yang dan lemak. Presentase lemak yang ideal adalah bekisar
berat sehingga menimbulkan hemodilusi dan berakibat 8-18% pada atlet sepak bola pria hal ini jauh berbeda
pada pseudoanemia.2 jika dibandingkan dengan persentase lemak ideal
Pada penelitian ini rerata indeks massa tubuh seorang pesenam pria yaitu 4-6%.14,35
(IMT) subjek setelah perlakuan sebesar 20,57 ± 1,77 Hasil recall asupan makanan yang dilakukan
kg/m2. IMT merupakan cara termudah untuk sebelum intervensi didapatkan rerata energi yang
memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dikonsumsi subjek dalam sehari sebesar 2798 ± 254
dengan persen lemak tubuh, sederhana dan bisa kalori. Terdapat ketimpangan antara asupan yang
digunakan dalam penelitian populasi berskala besar. dikonsumsi dengan kebutuhan yang diperlukan oleh
Berdasarkan kurva IMT dari CDC (The Centers for subjek. Tiga subjek mempunyai kategori asupan defisit
Disease Control) didapatkan seluruh subjek dalam (<70%), lima belas subjek mempunyai kategori asupan
penelitian ini berstatus gizi normal. Mewujudkan kurang (70-80%) dan lima subjek dengan kategori
prestasi yang optimal, pemain sepak bola harus asupan sedang (80-99%) dari kebutuhan energi yang
mempunyai bentuk tubuh yang ideal yaitu sehat, kuat, seharusnya dikonsumsi. Kebutuhan energi dihitung
tinggi dan tangkas serta mempunyai indeks massa dengan mempertimbangkan kebutuhan energi basal,
tubuh (IMT) normal.14 Terdapat hubungan positif specific dynamic action (SDA), aktivitas fisik dan
antara nilai VO2 max dengan status gizi, baik dalam penambahan kalori untuk pertumbuhan sebesar 10%.
kondisi gizi normal maupun malnutrisi.35 Penelitian Selain latihan rutin sepak bola yang diselenggarakan
pada atlet di Training center Jakarta terlihat bahwa sebanyak 11 kali dalam satu minggu. Pencapaian
semakin tinggi indeks massa tubuh maka akan semakin konsumsi karbohidrat terhadap kebutuhan kalori yang
rendah VO2 max.32 diperlukan sebesar 50,50%. Disarankan konsumsi
Komposisi tubuh merupakan jumlah seluruh karbohidrat 7-10 gr/kg berat badan/hari untuk latihan
bagian tubuh yang terdiri dari adipose atau jaringan berat. Paling tidak 60% dari total energi sehari berasal
lemak dan massa jaringan bebas lemak. Massa tubuh dari karbohidrat. Hal ini akan membantu mencegah
tanpa lemak (lean body mass) adalah semua sel selain habisnya simpanan glukosa. Atlet dengan 65 kg

114
Vol. 4, No. 2, Juni 2016 :107 - 119 Pengaruh penerapan carbohydrate loading …

menggunakan 8800 kj dalam latihan. Dibutuhkan persen lemak dan massa tubuh tanpa lemak. Atlet sepak
4200-7500 kj atau 250-450 gram karbohidrat sehingga bola harus proporsional antara massa otot dan lemak.
kebutuhan normal sehari untuk karbohidrat 300-350 Presentase lemak yang ideal adalah bekisar 8-18%.32,35
gram. Atlet akan mengkonsumsi karbohidrat 550-800 Terjadi peningkatan rerata persen lemak tubuh sebesar
gram.hari atai 8,5-12,3 gram/kg berat badan/hari. 11,96 ± 2,56 % dan menghasilkan perbedaan yang
Ketika cadangan karbohidrat rendah atlet akan bermakna (p=0,007) . Diharapakan dengan penerapan
berusaha lebih banyak mengkonsumsi lemak dan carbohydrate loading dapat menurunkan persen lemak
protein. Diet karbohidart untuk atlet olahraga berat tubuh. Peningkatan persen lemak tubuh dimungkinkan
sekitar 7-10 gram/kg berat badan/hari. Diperkirakan terjadi karena glukosa akibat pemberian asupan tinggi
menghasilkan 1-2 gram glukosa/kg berat badan. karbohidrat yang tidak segera dibutuhkan untuk energi,
Pemulihan dari glikogen terjadi secara cepat setelah glukosa ekstra yang masuk secara kontinyu ke dalam
olahraga.37 Asupan gizi menjadi unsur yang cukup sel disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi
penting dalam pembinaan sepak bola usia muda, selain lemak.15 Glukosa terutama disimpan sebagai glikogen
berguna untuk mengoptimalkan pertumbuhan juga sampai sel telah menyimpan glikogen sebanyak
ditujukan untuk menyiapkan kondisi terbaik atlet baik kemampuannya (jumlah yang cukup untuk mensuplai
sebelum, saat dan setelah pertandingan berlangsung. kebutuhan energi tubuh hanya selama 12 sampai 24
Faktor gizi menjadi bagian science support dalam jam.15 Bila sel (terutama sel hati dan otot) mendekati
rangka mewujudkan prestasi sepak bola.29 saturasi glikogen, glukosa tambahan diubah menjadi
lemak dalam sel hati dan sel lemak serta disimpan
Penerapan Carbohydrate Loading Modifikasi dalam sel lemak. Trigliserida merupakan bentuk
Penerapan carbohydrate loading modifikasi deposit lemak pada manusia yang disimpan dalam
dilakukan selama satu minggu. Cara modifikasi dipilih jaringan adeposit yang tersebar dalam tubuh.31
karena beberapa keuntungan seperti ketiadaan Trigliserida tersebut disimpan sebagai lemak
pemberian latihan dengan intensitas berat serta intermuskular dan intramuskular, lemak yang terdapat
pembatasan asupan karbohidrat pada awal perlakuan di sekitar organ pencernaan dan lemak subkutan.
yang dikhawatirkan akan berdampak negatif yaitu Terdapat sekitar 50% dari persen lemak total tubuh
terjadinya penurunan berat badan secara drastis dan berada pada jaringan subkutan.31
ketosis.1,10 Pengukuran glukosa darah sewaktu ditujukan
Hasil recall 24 jam dan commstock total untuk melihat tingkat penurunan glukosa darah subjek
asupan energi subjek didapatkan rerata sebesar 3912 ± setelah melakukan aktivitas fisik. Salah satu akibat dari
133 kalori. Total asupan energi mencukupi kebutuhan suatu aktivitas fisik atau olahraga adalah penurunan
yang seharusnya dikonsumsi atlet dengan 20 subjek glukosa darah adapun besarnya penurunan tergantung
mempunyai kategori asupan baik (>100%) dan dua pada intensitas dan lama aktivitas.20 Pada beberapa
orang subjek dengan kategori asupan sedang (80- kondisi penurunan glukosa darah dapat mencapai
90%).18 Pemenuhan asupan energi perlakuan hingga pada tahap hipoglikemia, hal tersebut
diwujudkan dengan pemberian tiga kali makanan besar merepresentasikan simpanan glukosa dan glikogen
dan tiga kali snack. Rerata asupan karbohidrat yang makin berkurang.20 Terdapat perbaikan pada hasil
meningkat setelah intervensi yaitu mencapai 648,58 ± pengukuran glukosa darah. Rerata kadar glukosa darah
38,42 gram dengan persentase pemenuhan dari total setelah penerapan carbohydrate loading modifikasi
kalori yang diperlukan sebesar 69,48% dengan 22 yaitu 87,48 ± 11,96 mg/dl. Hasil yang ada mengalami
subjek mempunyai kategori asupan karbohidrat lebih peningkatan jika dibandingkan dengan rerata kadar
(>100% angka kecukupan) dan satu orang subjek glukosa darah sebelum intervensi yakni sebesar
dengan kategori baik (80-100% angka kecukupan).33 78,91±15,20 mg/dl dan menghasilkan perbedaan yang
Rerata asupan karbohidrat mempunyai perbedaan yang bermakna dengan p=0,037, dari hasil yang ada 19
bermakna (p<0,05). subjek mengalami perbaikan kadar glukosa darah, tiga
Terdapat kenaikan rerata berat badan pada subjek mengalami penurunan dan satu subjek dengan
subjek yaitu 57,20±7,38 kg pada sebelum perlakuan hasil tetap. Penurunan glukosa darah setelah
dan 57,79±7,49 kg setelah perlakuan. Kenaikan berat melakukan aktivitas olahraga dimungkinkan karena
badan ini tentunya berdampak pada peningkatan rata- terjadinya peningkatan sensitivitas insulin dan
rata indeks massa tubuh subjek. Kenaikan berat badan rendahnya jumlah produksi atau pemecahan
yang bervariasi pada subjek berkaitan dengan glukosa.15,19,21 Insulin menghambat fosforilase hati,
perbedaan intensitas latihan yang diterima oleh subjek, yang merupakan enzim utama yang menyebabkan
(posisi bermain sebagai pemain tengah atau gelandang) terpecahnya glikogen dalam hati menjadi glukosa.
dan kecepatan metabolisme tubuh pada tiap subjek.1,2,6 Keadaan ini mencegah pemecahan glikogen yang
Indikator status gizi yang turut serta diamati sudah tersedia dalam sel-sel hati. Kadar glukosa darah
dalam penelitian ini adalah komposisi tubuh yaitu juga dikaitkan dengan hormon glukagon, merupakan

115
Bayu Febri Utoro, Fillah Fithra Dieny Jurnal Gizi Indonesia (ISSN : 1858-4942)

hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau subjek didapatkan hasil bahwa mayoritas subjek
Langerhans sewaktu kadar glukosa darah turun, merasakan penambahan berat badan dan kekakuan
mempunyai fungsi yang bertentangan dengan efek dibagian kaki.
insulin. Efek utama glukagon terhadap metabolisme Kelelahan otot merupakan suatu kondisi yang
glukosa adalah membantu pemecahan glikogen hati dihasilkan dari kontraksi otot yang kuat dan
(glikogenolisis) dan meningkatkan proses berkepanjangan.22 Kelelahan otot dalam latihan jangka
glukoneogenesis di dalam hati, selain itu glukagon juga pendek yang maksimal berhubungan dengan
berperan meningkatkan glikogenolisis di dalam hati. penurunan oksigen dan kenaikan asam laktat darah dan
Efek glukagon tersebut berguna dalam meningkatkan otot.21,23 Meningkatnya kadar asam laktat tersebut akan
glukosa darah.15,21 mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh, sehingga menyebabkan menurunnya kekuatan
Kesegaran Jasmani Atlet Sepak Bola dan kecepatan kontraksi atau gerakan otot.21
Kesegaran jasmani merupakan suatu keadaan Sumber energi utama untuk lari cepat (50 dan
yang dimiliki atau dicapai seseorang dalam kaitannya 100 meter) adalah keratin fosfat (4-5 detik pertama)
dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik. dan kemudian glikolisis anaerob, dengan menggunakan
Istilah kesegaran jasmani juga meliputi kemampuan glikogen otot sebagai sumber glukosa. Dua tempat
untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari utama kontrol metabolik adalah glikogen di glikogen
dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa fosforilase dan di PFK-1. Glikogen fosforilase
menimbulkan kelelahan yang berarti.6,28 diaktifkan oleh Ca2+ (dibebaskan dari reticulum
Hasil tes kesegaran jasmani dengan sarkoplasma sewaktu kontraksi), epinefrin dan AMP.
menggunakan tes ACSPFT setelah penerapan PFK-1 diaktifkan oleh AMP, P1 dan NH3. Pembuktian
perlakuan didapatkan rerata 449,57 ± 25,58 poin. terhadap efisiensi proses-proses ini adalah aliran
Terdapat perbedaan hasil dibandingkan dengan melalui glikolisis dapat meningkat hingga 1000 kali
pengukuran tes kesegaran jasmani sebelum perlakuan lipat sewaktu lari cepat.15 Besarnya sumbangan proses
dengan p=0,005. Sebanyak 82% subjek mempunyai anaerobik dan aerobik pada lari cepat 100 meter yaitu
kategori kesegaran jasmani baik sekali, dan sisanya 95 : 5%.2 Pada lari dengan jarak tempuh yang lebih jauh
18% atau empat orang subjek mempunyai kategori yaitu 1000 meter atau lebih. Sumber bahan bakar utama
kesegaran jasmani baik Hasil akhir pengukuran tes adalah glukosa darah dan asam lemak bebas, yang
kesegaran jasmani sangat dipengaruhi oleh motivasi terutama berasal dari penguraian trigliserol di jaringan
subjek. Hal ini tampak pada komponen tes kekuatan adipose yang dirangsang oleh epinefrin. Glikogen hati
statis (bergantung angkat badan), daya ledak otot diuraikan untuk mempertahankan kadar glukosa darah.
(lompat jauh tanpa awalan), dan kelentukan (lentu Glikogen otot juga merupakan sumber bahan bakar,
togok) didapatkan penurunan hasil ukur pada sebagian tetapi senyawa ini diuraikan jauh lebih lembat dari pada
besar subjek. Hasil pengukuran pada komponen yang sewaktu lari cepat. Besarnya sumbangan proses
memiliki skala hitung (waktu) didapatkan perbedaan anaerobik dan aerobi pada lari cepat 1000 meter yaitu
rerata yang bernilai positif dan bermakna. Pada 50 : 50%.2 Kontraksi otot yang kuat dan lama dapat
penelitian ini juga diamati pengaruh penerapan menyebabkan kelelahan otot. Kelelahan otot pada atlet
carbohydrate loading modifikasi terhadap beberapa berbading lurus dengan penurunan kretinin fosfat,
komponen kesegaran jasmani yaitu kecepatan, daya glikogen dan ATP otot. Sedikitnya jumlah zat-zat
ledak otot, daya tahan kardiorespirasi. Pengukuran tersebut menghasilkan mekanisme kontraksi tidak
pada komponen kecepatan dengan tes lari 50 meter dapat menghasilkan energi.24
(jangka pendek) di dapatkan hasil dengan p=0,029, dan Sistem ATP-PC merupakan produksi ATP
pengukuran komponen daya tahan kardiorespirasi yang cepat melalui pemecahan PC. Phospocreatin
terdapat perbaikan bermakna dengan p=0,037. Hasil (PC) merupakan senyawa yang mengandung fosfat dan
yang didapatkan sejalan dengan penelitian oleh tertimbun di otot. Sistem glikolisis laktasid merupakan
Sherman yaitu terdapat peningkatan asupan produksi ATP dari rangkaian glikolisis anaerobik yang
karbohidrat selama latihan pada pelari dapat menghasilkan asam laktat. Sedangkan sistem aerobik
meningkatkan waktu tempuh sebesar 26%. Hasil merupakan produksi ATP dari sumber energi
pengukuran komponen daya ledak otot dengan tes glukosa/glikogen dan asam lemak dengan bantuan
lompat jauh tanpa awalan di dapatkan perbedaan yang oksigen. Dengan demikian, sumber energi yang
kurang bermakna (p=0,056). Penurunan hasil ukur dominan digunakan untuk memproduksi ATP adalah
subjek pada beberapa komponen kesegaran jasmani glikogen/glukosa dan asam lemak. Rendahnya
dimungkinkan terjadi karena peningkatan berat badan cadangan glikogen otot akan mengurangi kemampuan
yang berdampak pada perasaan berat dan kekakuan otot untuk memproduksi ATP melalui glikolisis
otot yang dapat mengakibatkan otot menegang serta sehingga mengganggu kontraksi otot. Cadangan
keletihan.1,10 Wawancara yang dilakukan kepada glikogen otot kurang dari 20 mmol/kgBB yang akan

116
Vol. 4, No. 2, Juni 2016 :107 - 119 Pengaruh penerapan carbohydrate loading …

mengganggu kontraksi otot. Kemudian rendahnya mengalami metabolisme aerobik, akan terbentuk 0,6
mobilisasi asam lemak juga akan mengganggu gram air, sehingga pada pembebasan 1 gram glikogen
pembentukan ATP secara aerobik. Produksi ATP akan diperoleh air sejumlah kurang lebih 3 gram. Hal
secara aerobik melibatkan bantuan oksigen. Suplai ini cukup untuk menggantikan cairan yang hilang.
oksigen tergantung dari VO2Max yang melibatkan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pada atlet
peran ventilasi, kardiovaskular dan respirasi otot.25 Bila sepak bola Brazil yang menyimpulkan bahwa
suplai oksigen tidak terpenuhi akan mengakibatkan pemberian carbohydrate loading dapat meningkatkan
produksi ATP secara anaerobik (sistem glikolisis kondisi fisik dan fisiologis setelah 16 jam pertandingan
laktik) yang berdampak pada penumpukan asam sepak bola.26
laktat.28 Menurunnya kemampuan otot akibat Persen lemak dan massa tubuh tanpa lemak
akumulasi asam laktat disebabkan berkurangnya menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap
kecepatan laju removal asam laktat, yang disebabkan kesegaran dengan nilai p=0,005 dan p=0,027. Hal ini
adanya ketidak seimbangan antara produksi asam laktat berbeda dengan hasil penelitian pada sekolah sepak
dengan removal asam laktat di hati.15,21,25 Kelelahan bola (SSB) Undip Semarang yang menyimpulkan
karena gangguan perambatan impuls, mekanik bahwa tidak terdapat hubungan antara persen lemak
kontraksi otot dan suplai energi akan menyebabkan tubuh dengan kesegaran jasmani atlet sepak bola.35
kelelahan perifer.15,25 Komposisi tubuh dan berat badan adalah dua dari
Pada saat dehidrasi akan terjadi peningkatan banyak faktor yang memberi kontribusi terhadap
suhu otot yang disebabkan berkurangnya perfusi darah optimal exercise performance. Berat badan dapat
dalam jaringan selama kontraksi dan relaksasi otot.30 mempengaruhi speed, endurance, dan power seorang
Peningkatan suhu yang terjadi akan mengganggu atlet, sementara komposisi tubuh dapat menghasilkan
rangkaian kimia dalam metabolisme glikolisis strength, agility dan penampilan seorang atlet.
sehingga akan menghambat produksi ATP. Kontraksi Seseorang dengan komposisi tubuh normal dengan otot
otot akan terganggu bila terdapat penurunan produksi atau rasio lemak lebih besar, seringkali
ATP. Produksi ATP tersebut ditentukan oleh faktor menguntungkan dalam olahraga yang membutuhkan
suplai sumber energi dan oksigen. Sumber energi yang kecepatan (speed). Terbentuknya persen lemak (body
digunakan saat terjadi dehidrasi adalah glikogen.30 fat mass) dengan perbandingan massa tubuh tanpa
terjadi peningkatan degradasi glikogen otot saat terjadi lemak (lean body mass) berkenaan dengan performa
dehidrasi. Produksi ATP melalui rangkaian glikolisis atlet. Hasil penelitian membuktikan bahwa jumlah
aerobik memerlukan suplay oksigen yang memadai. persen lemak yang tepat akan menambah kekuatan,
Kebutuhan oksigen otot tersebut dipengaruhi oleh tenaga dan kecerdasan. Upaya mewujudkan persen
VO2Max yang melibatkan sistem jantung, paru dan lemak dan massa tubuh tanpa lemak yang ideal
pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal dalam ditempuh dengan latihan (exercise) juga
mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan memperhatikan asupan gizi baik jumlah maupun waktu
yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses pemberian.32 Tidak terdapat pengaruh antara indeks
metabolisme di otot. massa tubuh dengan kesegaran jasmani, p=0,945. Hal
Pembentukan titik-titik percabangan di ini sesuai dengan hasil penelitian Agustini yang
glikogen berlangsung lebih lambat dari pada menyimpulkan tidak adanya hubungan antara indeks
penambahan unit-unit glukosa ke suatu rantai linier. massa tubuh dengan kesegaran jasmani.38
Dengan melakukan latihan carbohydrate loading (saat Kelemahan dalam penelitian ini adalah
glikogen otot terkuras) dan diikuti dengan menyantap pengukuran variabel intensitas latihan dan aktivitas
makanan tinggi karbohidrat sehingga terjadi sintesis fisik yang mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani
glikogen cepat dengan percabangan yang lebih sedikit belum dapat diselenggarakan dengan pengukuran yang
daripada normal.15 Penerapan carbohydrate loading teliti. Hal ini disebabkan alat untuk menilai latihan dan
modifikasi memungkinkan peningkatan simpanan aktivitas fisik berupa kuesioner yang berdasarkan
glikogen hingga tiga kali lipat dari biasanya yaitu kegiatan/aktivitas mingguan subjek dan tidak bisa
sebesar 130-205 mmol/kg BB, sehingga dapat mengukur secara rinci aktivitas lain yang sering
dipergunakan untuk aktivitas berat yang memerlukan dilakukan subjek misalnya aktivitas sedentari subjek di
waktu lama. Pada penelitian ini, adanya perubahan sekolah dan asrama serta perbedaan beban latihan yang
simpanan glikogen selama perlakuan diamati melalui diterima oleh subjek berdasarkan posisi bermain sepak
peningkatan massa tubuh tanpa lemak dan kadar bola. Seharusnya dinilai menggunakan alat ukur
glukosa darah setelah melakukan aktivitas fisik. aktivitas fisik seperti akselometer. Indikator yang
Penerapan carbohydrate loading modifikasi mencerminkan keberhasilan penerapan carbohydrate
memungkinkan status hidrasi dapat dipertahankan loading adalah peningkatan kadar glikogen, namun
sebab pada pemakaian 1 gram glikogen selalu disertai pada penelitian ini pengukuran glikogen tidak bisa
pembebasan air sebanyak 2,7 gram. Apabila glikogen diselenggarakan. Pengukuran kadar glukosa darah

117
Bayu Febri Utoro, Fillah Fithra Dieny Jurnal Gizi Indonesia (ISSN : 1858-4942)

setelah melakukan tes kesegaran jasmani perlu 3. Aryanti Tjaronosari,Hidayat Nur. Pengaruh
ditunjang dengan data pengukuran lain seperti kadar asupan karbohidrat pada periode latihan terhadap
asam laktat untuk lebih merepresentasikan tingkat kebugaran atlet sepak bola di klub PSS
kelelahan pada atlet. Yogyakarta. Nutrisia. Vol 5 No.2;2004
4. Fajar I, Tapriadi dan I. N. Tami. Pola konsumsi,
SIMPULAN status gizi dan kesegaran jasmani siswa sekolah
sepak bola di Malang (skripsi). Edisi 29. Jakarta:
Terdapat peningkatan rerata kesegaran jasmani Binadiknakes; 1998
subjek setelah mendapat perlakuan. Terdapat 5. Ali Rosidi. Hubungan status gizi, status kesehatan
perbedaan yang bermakna pada pengukuran komponen dan aktivitas fisik dengan kesegaran jasmani atlet
kesegaran jasmani yaitu kecepatan dan daya tahan PSIS Semarang (Tesis). Institut Pertanian Bogor;
kardiorespirasi namun tidak terdapat perbedaan 2000.
bermakna pada hasil ukur komponen daya ledak otot 6. Depkes R.I.Pedoman Pengukuran Kesegaran
sebelum dan setelah perlakuan. Terdapat peningkatan Jasmani.Jakarta:Depkes RI Dirjen Pembinaan
hasil ukur indikator status gizi (indeks massa tubuh, Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya
persen lemak dan massa tubuh tanpa lemak) setelah Kesehatan Puskesmas;1994. p 23-30
perlakuan. Terdapat perbaikan pada hasil ukur kadar 7. Remory Muchtar. Olah Raga pilihan sepak bola.
glukosa darah setelah melakukan aktivitas fisik (tes Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen
kesegaran jasmani). Persen lemak dan massa tubuh Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan tenaga
tanpa lemak menjadi variabel yang paling berpengaruh Kependudukan;1992. p.37
terhadap kesegaran jasmani subjek. 8. Louise M Burke, Gregory R Collier, Peter G
Davis, Peter A Fricker, Andrew J. Muscle
SARAN glycogen storage after prolonged exercise: effect
of the frequency of carbohydrate feedings.
1. Prinsip pengelolaan asupan makanan dan latihan [online] 1996 [dikutip 5 Maret 2011] Available
dengan metode carbohydrate loading modifikasi from:URL:http://www.ajcn.org/content/64/1/115.
dapat diterapkan dalam penyelenggaraan program full.pdf
pemusatan latihan maupun perorangan dengan 9. Maughan J. editor.Nutrition in
tujuan untuk meningkatkan simpanan glikogen sport.Oxfort.Blackwell Science.2000. p.85-96
dalam tubuh. 10. Walirsky Ira. Nutrition in exercise and sport. 3rd
2. Penerapan carbohydrate loading modifikasi ed.CRC Press. USA; 1998. P.81-90
dilaksanakan mendekati pelaksanaan 11. O’Connor Helen. Clinical sport nutrition.
pertandingan dengan memperhatikan karakteristik Competition nutrition issues : preparation and
cabang olahraga baik berupa jenis olahraga recovery. Sydney: Mc Graw Hill book Company;
(endurance, strength, power), sistem penggunaan 1994. p.307-314
energi dan prasyarat khusus lain seperti adanya 12. Tabitha Sri H.W. Pengaruh asrama atlet sepak
penggolangan berat badan. bola terhadap Status Gizi (IMT dan Kadar Hb),
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan aktivitas fisik dan kesegaran jasmani (tesis).
instrumen yang lebih tepat untuk menilai Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
pengaruh pemberian asupan tinggi karbohidrat Semarang; 2004
terhadap kesegaran jasmani dan tingkat kelelahan 13. Goran M. Measurement issues related to studies
atlet sepak bola. of childhood obesity: assesment of body
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai composition, body fat distribution, physical
pemberian asupan tinggi karbohidrat dengan activity, and food intake. Pediatrics; 1998
mempertimbangkan indeks glikemik bahan 14. Depkes RI. Gizi Atlet sepak bola. Depkes RI
makanan. Dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi
Masyarakat; 2003.
DAFTAR PUSTAKA 15. Robert K. Muray, Daryl K. Granner. Victor W
Rodwell. Biokimia Harper edisi 27. Penerbit
1. Fink H.H, Burgon L.A, Mikesky A.E. Practical Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009.p.166-173,
applications in sport nutrition. Boston : Jones and 582-604.
Bartlett Publishers; 2006. p.430-1 16. William M Sherman, J Andrew Doyle, David R
2. Irianto Djoko P. Panduan gizi lengkap keluarga Lamb and Richard M Strauss. Dietary
dan olahragawan. Yogyakarta: Penerbit Andi; carbohydrate, muscle glycogen and exercise
2007. P.43-8 performance during 7 d of training. American
Journal Clinical Nutrition [online] 1993 [dikutip

118
Vol. 4, No. 2, Juni 2016 :107 - 119 Pengaruh penerapan carbohydrate loading …

pada 25 Maret 2011] Available Availablefrom:URL:http://fossociety.com/pdf/sp


from:URL:http://www.ajcn.org/content/57/1/27.f orts_medicine/JSMP%20Fluid%20Recommendat
ull.pdf ions%20final.pdf
17. Anwari Irawan.Metabolisme energi tubuh dan 31. Gibson RS. Antropometric asessment of body
olahraga. Polton Sport Science & Performance composition. In Principle of Nutrition Assessment
Lab.Volume 01.2007.p.4-7 2nd ed.New York: Oxford; 2005
18. Supariasa IGN, Bakri B. Fajar I. Penilaian status 32. Weatherwax Dawn. Komposisi tubuh dan efeknya
gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; pada spektrum performa olahraga. [online] NSCA
2002.p.192-4 Sport Nutrition. 2008 Sept/Okt;7.5: 6-7. Available
19. Brun JF, Dumortier M, Fedou C & Mercier J. from:URL:
Exercise hypoglycemia in nondiabetic subjects. http://www.olympic.or.id/files/documents/journal
Diabetes Metab 27;2001 92-106. /7.5.pdf
20. Kuipers H, Fransen EJ & Keizer HA. Pre- 33. Widajanti Laksmi. Survei Konsumsi Gizi.
exercise ingestion of carbohydrate and transient Semarang :Badan Penerbit UNDIP.2009.p.79-80
hypoglycemia during exercise. [online] 1999 34. Eldya Kartika. Hubungan tingkat konsumsi gizi
[dikutip 14 Agustus 2011] Available (energi,protein,zat besi) dan status gizi (IMT,
from:URL:https://www.thieme- kadar Hb) terhadap ketahanan fisik pada atlet
connect.de/ejournals/pdf/sportsmed/doi/10.1055/ sepak bola di PSIS Semarang (skripsi). Fakultas
s-2007-971122.pdf Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro;
21. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi 2006.
Kedokteran edisi 11. Alih bahasa: Setiawan I, 35. Frank I. Katch. Introduction to Nutrition, Exercise
Tengadi KA, Santoso A. Jakarta : EGC; 2008. p. and Health 4rd ed.London: Lea &
1347-8. Febiger;1992.p.240-4
22. Cantor F. Excessive skeletal muscle recruitment 36. Galeh. Hubungan persentase lemak tubuh dengan
during strenuous exercise.European journal of ketahanan fisik atlet sepak bola (Skripsi).
applied physiology and occupational Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
physiology.2008 May;2(5):399-405 Universitas Diponegoro Semarang; 2008.
23. Kent-Braun JA. Central and peripheral 37. Burke L, Frail H. Carbohydrate needs for
contributions to muscle fatigue in humans during training. Mc Graw Hall Book
sustained maximal effort. European journal of Company.Sydney;1994.p.150-7
applied physiology and occupational physiology. 38. Agustini Utari.Hubungan indeks massa tubuh
1999 jun;80(1):57-63 dengan tingkat kesegaran jasmani pada anak usia
24. H.J. Green. Mechanisms of muscle fatigue in 12-24 tahun (tesis).Program Pascasarjana
intense exercise. Journal of sports Sciences. 1997 Magister Ilmu Biomedik. Universitas Diponegoro
Jun;15(3):247-256. Semarang;2007.
25. Munir Ahmad. Physiological Models of fatigue
During Exercise. ISN Bulletin Volume 1, No.2,
2008.p.12-4
26. Orbetelli R, Valquer W. Carbohydrate loading in
soccer players after the game. Effect on mood,
muscle and physical performance.Medicine &
Science in Sport & Exercise, ACSM, vol 35, no 5,
(sippl.):1180,2003
27. Mas’ud I. Dasar-dasar fisiologi kardiovaskuler.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002
28. Nieman David. Exercise testing and prescription-
a health related approach 7th. New York: Mc Grow
Hill.2011:242-248
29. Reilly Thomas. The science of training soccer.
London and New York: Routledge.2007.p.178-
179
30. Douglas, J.C., Lawrance, E.A. & Scott, J.M.
National Athletic Trainers Association Position
Statement: Fluid Replacement for Athletes.
Journal of Athletic Training [online] 2000.
[dikutip 5 Agustus 2011]

119

You might also like