Massive Open Online Course Mooc Dalam Meningkatkan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/316590428

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE (MOOC) DALAM MENINGKATKAN


KOMPETENSI LITERASI INFORMASI GURU PUSTAKAWAN SEKOLAH

Article  in  PEDAGOGIA Jurnal Ilmu Pendidikan · August 2016


DOI: 10.17509/pedagogia.v13i1.3382

CITATIONS READS

5 178

1 author:

Riche Johan
Universitas Pendidikan Indonesia
29 PUBLICATIONS   14 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Distance learning View project

Laporan Observasi dan wawancara di Kecamatan Sukasari View project

All content following this page was uploaded by Riche Johan on 20 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE (MOOC) DALAM MENINGKATKAN


KOMPETENSI LITERASI INFORMASI GURU PUSTAKAWAN SEKOLAH
1) Riche Cynthia Johan
1
Dosen Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendiidkan Univeristas Pendidikan Indonesia
Email: riche@upi.edu

Abstract
Massive open online learning program course one form of technology-based learning is done online information
and to support the ownership of information literacy skills for library personnel. In the school library,
information literacy is the ability to produce the form of practical problem solving to find information, use the
information to share information with the information and communication technology. In particular, the
problems that need to be analyzed in the context of information literacy learnin g for school library personnel
are: Firstly, how to raise awareness for actively engaged, participatory and self have information literacy ?;
Second, how understanding of library information literacy includes the identification of information needs,
information retrieval, information use and sharing of information through a miniature of massive open online
learning course ?. In general, the methods used in this program is through the development of forms of learning
and research on a limited scale. The next stage of knowledge transfer activities through a learning process,
assignment and evaluation concludes openly and online.

Keywords: Online Learning, Literacy, Personal Library .


aspek fisik saja, tetapi lebih merupakan
A. PENDAHULUAN segenap aktivitas yang dimotori oleh
Ketika pemerintah menyatakan angka pustakawannya. Dengan demikian,
melek aksara lebih dari 90%, pada saat pustakawan merupakan salah satu sumber
yang sama minat masyarakat daya yang menggerakkan sumber daya
memanfaatkan perpustakaan masih rendah. yang lain dalam organisasi perpustakaan
Rendahnya intensitas kunjungan ke yang memungkinkan perpustakaan dapat
perpustakaan tersebut bisa pula menjadi berperan secara optimal dalam
ukuran rendahnya layanan perpustakaan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
dalam mengembangkan kemampuan Meluasnya sumber dan akses
berbagai layanannya khususnya literasi informasi dewasa ini menuntut tenaga
informasi. Disisi lain, tantangan pengelola pengelola perpustakaan sekolah untuk
perpustakaan saat ini semakin berat dan mengembangkan profesionalisme dan
kompleks seiring dengan meningkatnya kompetensinya, karena kebutuhan
kebutuhan pengguna. Apalagi pengguna informasi dan pengetahuan siswa semakin
mengharapkan informasi yang dibutuhkan cepat dan luas. Selain menyediakan
dapat terpenuhi secara cepat, tepat, sumber dan akses informasi, pengelola
bernilai, akurat serta efisien baik dari segi perpustakaan dituntut untuk mampu
waktu maupun biaya. Itulah yang akhirnya bekerja sama dengan guru, staf dan komite
menjadi alasan bahwa perpustakaan yang sekolah dalam usaha
baik dapat diukur dari keberhasilan mengimplementasikan kurikulum dengan
pustakawannya dalam menyajikan memanfaatkan sumber-sumber informasi
pelayanan yang bermutu kepada di perpustakaan untuk menunjang
penggunanya. keberhasilan studi dan pengembangan
Ada suatu pendapat bahwa “Library karir siswa di kemudian hari.
is Librarian” (perpustakaan adalah Siswa dan guru pada generasi
pustakawan). Pendapat ini mengandung sekarang sudah memiliki kebutuhan untuk
pengertian bahwa sebuah perpustakaan mendapatkan informasi cepat dan akurat,
bukan lagi hanya merupakan tempat atau dengan berkembangnya digital gadgets
203
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

dengan harga yang sangat murah berkisar kemampuan literasi informasi tersebut
100-500 ribu saat sekarang sudah bisa adalah yang pertama; para pengelola
mendapatkan modem atau untuk terkoneksi perpustakaan sekolah adalah guru yang
dengan internet, belum lagi dengan juga mengajar suatu materi pembelajaran
handphone yang menawarkan fasilitas dengan beban mengajar yang kurang
browsing dan jejaring sosial yang berkisar memenuhi, tercantum dalam UU 14/ 2005/
pada harga 500 ribu sampai 1 juta, ini juga Pasal 35 ayat 1 dan 2, sekurang-kurangnya
berkorelasi dengan penyediaan pulsa atau 24 jam tatap muka dalam satu minggu,
biaya koneksi internet yang sama-sama mencakup kegiatan pokok merencanakan
menawarkan ragam provider dengan pembelajaran, melaksanakan
ragam pilihan harga, berkisar 2-10 ribu per pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
satu hari atau 30-100 ribu rupiah per bulan membimbing dan melatih peserta didik.
kita dapat menjelajah dunia maya dengan Sedangkan bagi pengelola perpustakaan itu
mudah dan cepat. perlu menyelesaikan 12 jampel di kelas
Bila kemudahan dan kecepatan akses dan 12 jampel untuk melakukan tugas di
juga tidak ditunjang dengan kemudahan perpustakaan, artinya pekerjaan yang harus
dan kesanggupan dalam memanfatkannya diselesaikan setiap harinya oleh pengelola
akan sangat disayangkan, berimbas pada perpustakaan sekolah akan mengakibatkan
tenaga pengelola perpustakaan yang kurangnya kesempatan untuk menempuh
kompetensinya juga sudah semakin meluas pendidikan dan pembelajaran yang pada
kepada kemampuan literasi informasi. akhirnya menjadi kendala untuk
Tercermin dalam PERMEN No 25 tahun menghadiri kegiatan pembelajaran.
2008 dalam dimensi kompetensi Selanjutnya hambatan latar belakang
pendidikannya seorang tenaga pengelola pendidikan yang bukan diploma atau
perpustakaan memiliki tugas untuk sarjana perpustakaan akan memberikan
melakukan bimbingan literasi informasi kesan bahwa pengelola perpustakaan
bagi seluruh warga belajar di sekolah. kurang kompeten dalam menyediakan
Keahlian literasi informasi mencakup layananan di perpustakaan sekolah,
kemampuan untuk mengetahui kapan disudut pandang ini banyak kebutuhan dari
informasi dibutuhkan dan mengidentifikasi pengelola perpustakaan untuk
informasi yang dibutuhkan serta sumber- mengembangkan diri dan memenuhi
sumbernya; menempatkan dan mengakses tuntutan PERMEN No 25 tahun 2008
informasi secara efektif dan efisien tersebut, dengan upaya berlatih dan
mengevaluasi informasi secara kritis membina diri tanpa banyak beranjak dari
menata dan menggabungkan informasi ke tempat bekerja dan biaya yang cukup
dalam pengetahuan menggunakan besar.
informasi secara legal dan etis serta Tantangan dari perkembangan
mengkomunikasikan informasi tersebut. teknologi informasi dan komunikasi sudah
Hal tersebut memperlihatkan bahwa tidak dapat ditawar dan dirasakan
pengelola perpustakaan sekolah harus imbasnya pada persekolahan khususnya
mempunyai komitmen dengan penuh pada berbagai pengembangan keilmuan
kesadaran agar dapat mengakses, yang harus dipelajari oleh siswa menjadi
memahami dan memanfaatkan informasi pengetahuan dan pengalaman yang
yang diperoleh untuk dikomunikasikan bermakna yang akan dimiliki, tentu
kepada masyarakat yang membutuhkan. menjadi sangat perlu diperhatikan oleh
Namun demikian terdapat hambatan- pihak sekolah untuk dapat bersama-sama
hambatan yang dimiliki oleh pengelola memberikan layanan literasi informasi.
perpustakaan sekolah dalam menguasai Penguatan kemampuan tersebut perlu
204
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

dibangun bersama-sama dengan


kesepakatan dan kesepahaman dari B. KAJIAN LITERATUR
berbagai pihak, Universitas Pendidikan Merujuk pada analisis kondisi yang
Indonesia yang juga memiliki Program telah dilakukan, tergambar bahwa
Studi Perpustakaan dan Infromasi (tahun sebenarnya ditemukan kebutuhan dari para
1980an passing out dan dibuka kembali guru pengelola perpustakaan untuk
2009) yang lebih kental dengan mengembangkan salah satu potensi
kependidikan dan pengasuhan keilmuan penunjang kemampuan guru pustakawan
perpustakaan akan sangat memiliki sesuai dengan Permen 25 Tahun 2008 pada
peranan yang strategis untuk dapat kompetensi kependidikan, serta
majukan perkembangan keilmuan kemampuan yang harus dibangun dalam
perpustakaan. pendidikan abad 21 yaitu salah satunya
Universitas Pendidikan Indonesia adalah kompetensi literasi informasi.
dengan tenaga ahli ilmu perpustakaan di Kemampuan ini dalam penelaahan
Perpustakaan pusat dan Fakultas Ilmu dokumentasi peneliti masih rendah
Pendidikan perlu tanggap dalam memberi ditemukan pada tenaga pendidik maupun
warna dan wawasan yang lebih dalam kependidikan di sekolah, bahkan di bawah
menjawab tantangan yang ada di prosentasi yang ada di negara berkembang
persekolahan dalam memberikan lainnya. Para pengelola perpustakaan
pelayanan dan bimbingan di perpustakaan umumnya masih sangat disibukkan dengan
sekolah, sehingga rendahnya angka administrasi pengelolaan mata pelajaran
partisipasi guru, siswa dan pengelola yang juga harus diembannya disamping
perpustakaan sekolah dalam pemanfaatan tugas tambahannya sebagai guru
perpustakaan sekolah dapat diatasi. pustakawan atau pengelola perpustakaan.
Bahkan lebih luas lagi menjadi Para pengelola perpustakaan yang
percontohan universitas yang mampu pada dasarnya guru tersebut masih
memberikan pembinaan dalam skala besar berorientasi bahwa mereka yang
dan murah kepada para pengelola kebanyakan bukan dari tenaga pustakawan
perpustakaan dengan biaya awal yang yang berijasah S1 hanya bisa
tidak terlalu besar namun kedepan hal ini mengembangkan perpustakaan
menjadi penguatan kapasitas insitusi dan berdasarkan koleksi yang dimiliki artinya
memberikan benefit kepada institusi, tentu masih sangat mengandalkan adanya sarana
dengan pengelolaan yang serius dan prasarananya di perpustakaan. Para
pemeliharaan sistem yang kontinu. pengelola perpustakaan juga masih merasa
Pemikiran-pemikiran tersebut diatas kesulitan untuk mengikuti kegiatan
ditelaah lebih dalam melalui kajian pembinaan yang memerlukan kehadiran
penelitian ini, pembinaan literasi informasi mereka dalam suatu tempat dan waktu
dengan bentuk pembelajaran massive open yang sangat ketat.
online courses bagi pengelola Kebutuhan pemerataan dalam skill
perpustakaan sekolah diharapkan akan pengelolaan informasi disekolah sangat
memberikan jawaban dalam mengatasi dibutuhkan tentu saja oleh seluruh
salah satu kendala dan tantangan yang ada komponen sivitas sekolah, para pengelola
tersebut, dimana program ini memberikan perpustakaan dihadapkan pada tantangan
kesempatan besar bagi para pengelola teknologi dan informasi yang berkembang
perpustakaan sekolah untuk pesat sehingga dirasakan adannya
mengembangkan kompetensi dalam kebutuhan untuk mendeteksi informasi,
literasi informasi dengan sistem menelusur dan menggunakan informasi
pembelajaran online. tersebut untuk pemecahan masalah
205
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

pembelajaran. “literasi” saat ini. Kata literacy itu sendiri


Atas dasar itulah maka diperlukan sebenarnya datang dari bahasa Latin,
suatu program pembinaan kepada para littera yang kemudian dipakai orang
pengelola perpustakaan tentang kesadaran Inggris untuk kata letter dan dengan
dalam pemilikian kemampuan konsep demikian sebenarnya memang berurusan
literasi informasi (soft skill) dan juga dengan aksara atau tulisan. Sewaktu kata
kemampuan dalam keterampilan literacy digunakan oleh orang-orang
mengelola informasi sampai Inggris pertama kali di tahun 1883, yang
membagikannya kembali (hard skill) dimaksud adalah kemampuan membaca
untuk pemecahan masalah pembelajaran. dan menulis sebagai hasil dari pendidikan
Sehingga yang menjadi permasalahan formal. Sejak itu pula, kata literasi menjadi
utama yang dirasakan oleh para pengelola sebuah capaian, luaran, atau bahkan
perpustakaan sebagai khalayak sarasan prestasi dari sebuah sistem pendidikan
adalah “Bagaimana mengembangkan yang baku dalam hal menulis dan
kemampuan literasi informasi bagi tenaga membaca.
pengelola perpustakaan untuk Pada bidang perpustakaan,
meningkatkan kemampuan menyelesaikan tentunya kita mengenal literasi informasi,
permasalahan pembelajaran sebagai literasi media, dan yang terbaru literasi
bentuk solusi dan pemberdayaan informasi dan media. Badan internasional
perpustakaan sebagai sumber daya seperti UNESCO membuat definisi--
pembelajaran di sekolah?” Secara spesifik definisi berikut ini:
permasalahan dalam memenuhi Information and media literacy
kemampuan literasi informasi untuk enables people to interpret and
pengelola perpustakaan diuraikan sebagai make informed judgments as users
berikut. of information and media, as well as
1. Bagaimana menumbuhkan kesadaran to become skillful creators and
untuk berperan aktif, partisipatif dan producers of information and media
mandiri yang memiliki literasi messages in their own right.
informasi? Information literacy enables people
2. Bagaimana pemahaman literasi to interpret and make informed
informasi perpustakaan meliputi judgments as users of information
identifikasi kebutuhan informasi, sources, as well as to become
pencarian informasi, penggunaan producers of information in their
informasi dan berbagi informasi melalui own right. Information literate
bentuk mini dari pembelajaran massive people are able to access
open online course? information about their health, their
Permasalahan-permasalahan tersebut yang environment, their education and
menjadi dasar untuk dikembangkannya work, empowering them to make
model pembinaan literasi informasi dalam critical decisions about their lives,
bentuk fleksibel namun sangat membantu e.g. in taking more responsibility for
dalam pemahaman soft skill dan hardskill their own health and education In a
pengelola perpustakaan. digital world, information literacy
requires users to have the skills to
use information and communication
C. METODE PENELITIAN technologies and their applications
1. Literasi to access and create information.
Kata literacy (Inggris) nampaknya For example, the ability to navigate
lebih popular disebut di Indonesia in cyberspace and negotiate
206
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

hypertext multimedia documents masa Internet dan digitalisasi besar-


requires both the technical skills to besaran, teknologi yang paling dianggap
use the Internet as well as the “bertanggungjawab” terhadap
literacy skills to interpret the perkembangan literasi tentunya adalah
information. mesin cetak dan berbagai penelitian telah
menemukan banyak bukti bahwa teknologi
Semua literasi di atas sebenarnya cetak ikut menentukan bentuk literasi di
adalah sebuah capaian setelah orang sebuah masyarakat. Perkembangan
menguasai sesuatu yang mendasar terlebih teknologi selanjutnya, yakni teknologi
dahulu, yakni literasi dalam pengertian elektronik, juga mendapat tempat dalam
dasarnya sebagai kemampuan baca tulis. perkembangan literasi.
Namun istilah-istilah itu memang Sebagian besar perhatian tentang
terkadang sekaligus membingungkan, kaitan antara teknologi dan literasi saat ini
sehingga orang ingin kembali mendapat terfokus pada peluang penggunaan
kepastian, apa yang sesungguhnya perangkat digital untuk komunikasi dan
dimaksud dengan literasi. Dengan representasi, termasuk bagaimana Internet
demikian ahli-ahli membatasi literasi pada dan keragaman teknologi memengaruhi
membaca dan menulis, definisi di atas perkembangan literasi, baik dari sisi
malah memperluasnya menjadi konsumen maupun produsen teks. Pihak
kemampuan berbahasa, melibatkan tak yang seharusnya paling segera melihat
hanya tulisan tetap juga berbicara, peluang maupun ancaman dari teknologi
mendengar, dan berpikir kritis. Hal ini informasi terhadap pengembangan literasi
sebenarnya tidak mengherankan dan adalah pengambil kebijakan dan
memperlihatkan betapa evolusi konsep penyelenggara pendidikan, khususnya
literasi sudah berlangsung lama, sekaligus guru-guru bahasa. Dari kepedulian pihak
juga memperlihatkan semakin kompleks inilah antara lain muncul pemikiran
dan relevannya literasi untuk kehidupan tentang the new literacy yang biasanya
masa kini. dikaitkan dengan penggunaan surat-
elektronik, computer games, digital
2. Literasi dan Teknologi Informasi personal assistants, digital storytelling,
(...) writing (and especially alphabetic mobile phones, video digital, akses ke
writing) is a technology, calling for the use Internet, chat rooms, wikis, blogs, iPods,
of tools and other equipment (...). It dan perangkat permainan lainnya.
initiated what print and computers only Penggunaan perangkat-perangkat ini
continue, the reduction of dynamic sound memerlukan keterampilan-keterampilan
to quiescent space, the separation of the khusus/baru, yang tidak hanya melibatkan
world from the living present, where alone cara memahami teksn permain tertulis
spoken words can exist. tetapi juga cara memanipulasi dan
(Ong, 2002 : 80) memahami makna dari penggunaan
Kutipan dari Ong tersebut di atas berbagai simbol visual maupun bunyi
mengingatkan kepada kita bahwa literasi (Lankshear dan Knobel, 2003; Carrington,
mengandung dimensi teknologi, mulai dari 2004).
codex yang dianggap “nenek moyang” Ketersediaan berbagai gadgets
buku, sampai teknologi digital masa kini. berbasis digital, terutama untuk generasi
Juga jelaslah bahwa bahasa tulisanlah yang masa kini, menciptakan lanskap yang kaya
dalam jargon Ong, pertama kali media (rich media landscape) sehingga
“menteknologikan kata-kata” (the anak-anak dan remaja memerlukan pula
technologizing of the word). Sebelum keterampilan sosial baru agar dapat secara
207
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

efetif terlibat dalam kolaborasi tahun 1989, dan sejak itulah konsep literasi
menggunakan jejaring sosial di Internet. informasi mulai digunakan secara meluas.
Keterampilan baru ini tetap bertumpu pada Namun Bruce juga mengatakan bahwa
literasi “tradisional” tetapi ditambah keinginan untuk menggunakan istilah
dengan keterampilan teknis dan literasi informasi sudah ada di kalangan
kemampuan analisis kritis. Untuk itu pustakawan sejak lama sebelumnya, yaitu
sekolah dan perpustakaanpun perlu sejak para pustakawan berketetapan untuk
mengenal berbagai bentuk sarana dan mempertegas peran mereka dalam
aktivitas literasi menggunakan perangkat pendidikan yang mereka perjuangkan sejak
digital, seperti petunjukan sambil bermain, tahun 1960an. Sejak 1990an konsep
simulasi, menyelesaikan tugas-tugas secara literasi informasi tak hanya
multitasking, dan sebagainya. diperbincangkan tetapi sudah diterapkan
New Literacies yang dialami siswa menjadi berbagai model dan aktivitas, baik
di luar sekolah, terutama di rumah dan di pendidikan tingkat dasar, menengah,
dengan sesama teman sepermainan, dan terlebih-lebih di pendidikan tinggi.
seringkali merupakan proses pembelajaran Hobbs (2011), dengan latarbelakang
yang lebih mendalam dan lebih kaya dan motivasi berbeda juga menganjurkan
daripada pembelajaran yang mereka agar para pustakawan sekolah mulai
peroleh di sekolah. Anak-anak seringkali dengan serius mengupayakan literasi
mampu mengembangkan sendiri media, antara lain untuk membantu peserta
keterampilan, strategi, dan insights yang didik menghadapi apa yang disebut
mereka butuhkan untuk secara sukses “digital risk ” sehingga dapat menghindari
memanfaatkan Teknologi Informasi dan beberapa ancaman dari situasi sehari-hari
Komunikasi (TIK) yang terus berubah. yang sudah begitu terpapar oleh beragam
media massa, budaya popular, dan media
3. Literasi Informasi dan Literasi digital. Menurutnya, selain melengkapi
Media di Perpustakaan sekolah dengan perangkat TIK mutakhir,
“The changing media landscape and the “School librarians, teachers, and
rapid growth in information are affecting educational technology leaders can help
individuals and societies now more than shift the focus to emphasize how digital
ever. In order to succeed in this tools are used to promote critical thinking,
environment, and to resolve problems creativity, and communicationand
effectively in every facet of life, collaboration skills”.
individuals, communities and nations Secara keseluruhan, pada akhirnya
should obtain a critical set of memang harus ada peninjauan tentang apa
competencies to be able to seek, critically yang sesungguhnya kita inginkan dengan
evaluate and create new information and literasi media. Sebagaimana Potter (2010)
knowledge in different forms using existing mengatakan, saat ini ada tiga pertanyaan
tools, and share these through various yang harus dijawab: (1) What are the
channels.” media? – haruslah jelas apakah akan
(IFLA , 2012) memfokuskan pada satu medium saja
Bruce (1997) mensinyalir, pemikiran (misalnya televisi atau komputer saja),
tentang literasi informasi muncul atakah beberapa media saja, atau secara
bersamaan dengan kemunculan konsep umum dan menyeluruh. (2). What do we
masyarakat informasi. Sebagai sebuah mean by literacies? – apakah maksudnya
konsep yang jelas dan baku, literasi peningkatan dalam keterampilan
informasi baru muncul dalam publikasi menggunakan/ media, ataukah
final report American Library Association meningkatkan pengetahuan dan
208
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

pemahaman, ataukah semuanya? (3). What c. Location and Access, pada langkah
should be the purpose of media literacy? – ini peserta pembelajaran diarahkan
sebagian menjawab dengan tujuan untuk memiliki kemampuan dalam
normatif kualitatif, yaitu untuk menemukan sumber dari informasi
meningkatkan kualitas hidup individu, apa yang sedang mereka butuhkan.
khususnya dengan memberdayakan d. Use of Information, setelah
mereka dalam mengendalikan media; diketahui sumber informasi yang
sementara ada yang hanya spesifik akan mereka dapatkan, peserta
menargetkan literasi media untuk tujuan pembelajaran diberikan bekal untuk
pendidikan dan membantu anak didik memiliki kemampuan dalam
menyelesaikan pendidikannya. menggunakan informasi tersebut
sehingga dapat bermanfaat bagi
4. Massive Open Online Courses khalayak.
Massive Open Online Courses e. Synthesis, tahap syhthesis ini
(MOOC) adalah sebuah model merupakan tahapan yang
pembelajaran atau pembelajaran yang mengajarkan peserta pembelajaran
dapat dilakukan secara online untuk skala dalam mengembangkan cara untuk
besar dan jumlah partisipan banyak mengakhiri sebuah permasalahan.
tersebar dari beberapa wilayah yang f. Evaluation, tahapan evaluasi ini
berlainan dan berjauhan. Pelaksanaan untuk memberikan ukuran kepada
kegiatan pembelajaran model MOOC ini peserta pembelajaran “bagaimana”
biasa dilakukan melalui web yang dapat membuat sebuah keputusan dan
diakses dengan jaringan internet. Dengan menilai berhasil atau tidaknya, baik
demikian terdapat dua karakteristik model atau tidak baiknya sebuah program
MOOC yaitu; (1) Pemanfaatan jaringan yang dikembangkan.
internet dan web sebagai sarana dalam
kegiatan pembelajaran jarak jauh. (2) D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adanya jumlah peserta banyak dan skala Pengembangan program
pembelajaran yang besar. pembelajaran MOOC diperuntukan tenaga
Pada pengembangan program pengelola perpustakaan sekolah sebagai
pembelajaran model MOOC ini, dibagi objek penelitian. Selanjutnya pihak-pihak
menjadi enam langkah pengembangan : terkait sebagai pendukung (suporting
a. Task Definition, pada langkah system) dalam penelitian ini meliputi:
pertama dalam peserta Dosen UPI sebagai penyelenggara
pembelajaran diajarkan untuk sekaligus sebagai fasilator dalam kegiatan
memiliki kemampuan dalam pembelajaran, Kepala sekolah sebagai
menjabarkan apa yang harus pemberi ijin dan penentu dalam
dilakukannya kedalam bentuk keikutsertaan dari pengelola perpustakaan
deskriptif, terstruktur maupun sekolah dalam proses pembinaan program,
pointer pekerjaan yang harus serta praktisi pengembang sistem open
dikerjakannya. online courses yang ada di lapangan.
b. Information Seeking Strategies, Adapun pengelola perpustakaan
langkah selanjutnya peserta sebagai sasaran pengembangan
pembelajaran diberikan bekal untuk pembelajaran, memiliki karakeristik
menciptakan alternatif-alternatif sebagai berikut, bertugas sebagai kepala
strategi dalam mendapatkan perpustakaan dan staf pengelola
informasi yang dibutuhkan dalam perpustakaan yang memiliki integritas
hal tersebut. tinggi dalam memajukan perpustakaan
209
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

sekolah, pengelola perpustakaan sekolah Keterampilan-keterampilan praktis


dengan masa kerja lebih dari satu tahun (hardskill) literasi informasi yaitu
dalam mengelola perpustakaan di sekolah menyusun dan mengemas informasi
dibuktikan dengan SK Penugasan di berbasis teknologi informasi dan
Perpustakaan sekolah. Peserta yang komunikasi sebagai bentuk layanan di
memiliki komitmen yang tinggi untuk ikut perpustakaan terlatih dalam kemasan
dalam program ini, lebih jauh lagi adalah pembelajaran bentuk mini dari MOOC,
memiliki keinginan kuat untuk maju sebab bila itu diberlakukan dalam bentuk
berkembang menjadi pengelola yang sebenarnya, hal ini membutuhkan
perpustakaan yang melek informasi. pengadaan sistem yang terintegrasi dan
Memiliki kemampuan awal (entry tidak dapat dilakukan oleh hanya sebagian
behaviour level) yang cukup baik, hal orang yang terkait penelitian, namun
tersebut sangat diprioritaskan demi dukungan sumber daya universitas atau
terwujudnya kesinambungan program lembaga tertentu yang akan memperkuat
pembelajaran yang menuntut kemampuan seluruh tahapan kegiatan.
belajar mandiri, disiplin waktu serta Melalui pendekatan pembelajaran
membutuhkan kemampuan praktis dalam yang dikemas dalam pembelajaran online
berteknologi informasi dan komunikasi. sebagai bentuk mini dari program MOOC,
Secara rinci hasil pertama dalam yaitu mulai dari 1) menyiapkan
kegiatan penelitian ini adalah kesadaran kemampuan dalam menjabarkan apa yang
pengelola perpustakaan (softskill) untuk harus dilakukannya kedalam bentuk
berperan secara aktif, partisipatif dan deskriptif, terstruktur maupun pointer
mandiri dalam pemilikan literasi informasi pekerjaan yang harus dikerjakannya. 2)
dibangkitkan melalui partisipasi aktif dari diberikan bekal untuk menciptakan
mereka untuk mengembangkan diri alternatif-alternatif strategi dalam
melalui kegiatan pembelajaran. Penawaran mendapatkan informasi yang dibutuhkan
untuk mengikui pembelajaran melalui dalam hal tersebut. 3) memiliki
penyebaran informasi yang cepat dan luas kemampuan dalam menemukan sumber
yang dilakukan di tiga wilayah sampel dari informasi apa yang sedang mereka
yaitu kota Bandung, Kabupaten Bandung butuhkan. 4) setelah diketahui sumber
dan Kota Cimahi. Hampir setiap wilayah informasi yang akan mereka dapatkan,
itu pepustakaan sekolahnya diberi peserta pembelajaran diberikan bekal
kesempatan untuk mengikuti bentuk untuk memiliki kemampuan dalam
tawaran pembelajaran yang menggunakan menggunakan informasi tersebut sehingga
teknologi informasi dan komunikasi, dapat bermanfaat bagi khalayak. 5)
diakses dengan waktu yang fleksibel dan tahapan mengembangkan cara untuk
dilakukan di tempat mereka bekerja dan mengakhiri sebuah permasalahan. 6)
tidak dipungut biaya namun memberikan tahapan evaluasi ini untuk memberikan
nilai tambah pengetahuan yang cukup ukuran kepada peserta pembelajaran
banyak. “bagaimana” membuat sebuah keputusan
Pemahaman tenaga pengelola dan menilai berhasil atau tidaknya, baik
perpustakaan tentang literasi informasi atau tidak baiknya sebuah program yang
yang meliputi identifikasi kebutuhan dikembangkan.
informasi, penelusuran informasi, Pengembangan kompetensi
pengemasan infomasi dan pembagian diarahkan pada pemenuhan kemampuan
informasi juga dikembangkan melalui soft skill dan hard skill tentang literasi
pemberian konsep dan pekerjaan praktis informasi. Program pembinaan literasi
dalam pembelajaran yang bersifat online. informasi ini telah menghasilkan luaran
210
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

(output) berupa diperolehnya pengetahuan grasi dalam web prodi


dan keterampilan praktis bagi pengelola perpustakaan http://pspi.upi.edu.
perpustakaan dalam hal pengembangan Jumlah keseluruhan yang
jasa layanan infomasi dalam pembelajaran mendaftar untuk mengikuti kegiatan
disekolah. pembelajaran dalam bentuk MOOC yaitu
Secara umum pengembangan 40 orang, namun dalam pelaksanaan
MOOC telah dilaksanakan dan kegiatan pembelajaran yang terekam
kelengkapan pembelajaran telah selesai menyelesaikan kegiatan pembelajaran
disiapkan yang meliputi: kurikulum adalah sebanyak 28 orang sampai dengan
pembelajaran, panduan teknis tuntas (proses akhir pembelajaran yaitu
pembelajaran, jadwal pembelajaran, materi tahapan evaluasi). Berikut pengolahan
pembelajaran, video pembelajaran, web hasil belajar y ang memberikan
pembelajaran yang dapat di akses dalam pemahaman tentang ketercapaian
http://risettekpen.org dimana kemampuan literasi informasi.
pembelajaran ini akan terinte

Tabel 1. Deskripsi Hasil Belajar


N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Hasil _Pre 28 53.4821 7.54122 37.50 73.75
Hasil_Post 28 62.9107 10.98825 43.00 91.00

Peserta pembelajaran MOOC hal ini belum bisa dijadikan sebagai


menunjukan keseriusan dalam proses penarikan kesimpulan bahwa model
pembelajaran secara online dari mulai pembelajaran online ini dikatakan efektif.
kegiatan awal baik dalam pre test, tes Untuk mengetahui efektifitasnya harus
formatif, latihan dan post test. Hasil pre dibuktikan dengan pengujian perbedaan
test sebesar rata-rata sebesar 53.48, kedua rata-rata tersebut.
peningkatan nilai akhir yang diperoleh Sebelum melakukan perhitungan
peserta pembelajaran hasil post test yang uji perbedaan hasil tes pada tahap ujicoba
menunjukan rata-rata nilai sebesar 62.91, terbatas yang disebabkan oleh pemberian
hal ini menunjukan adanya peningkatan perlakuan dengan membandingkan skor
hasil belajar peserta pembelajaran yang pretes dan postes, maka terlebih dahulu
terlihat meningkat dari rata-rata nilai pre dilakukan pengujian normalitas datanya.
test yang dilakukan sebelumnya, namun Hal itu akan menentukan perhitu
ngan uji hipotesis menggunakan uji
parametrik atau non parametrik.

Tabel 2. Uji Normalitas Data


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Hasil Pre Test Hasil Post Test
N 28 28
a
Normal Parameters Mean 53.4821 62.9107
Std. Deviation 7.54122 10.98825
Most Extreme Differences Absolute .159 .124
Positive .159 .124
Negative -.133 -.111

211
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Kolmogorov-Smirnov Z .841 .654


Asymp. Sig. (2-tailed) .479 .785
a. Test distribution is Normal.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa uji Kemudian untuk mengetahui
Kolmogorov-Smirnov untuk pre test dan homogenitasnya dilakukan pengujian
post test berturut-turut sebesar 0.479 dan homogenitas varians dengan
0.785. Dari kedua data tersebut nilainya membandingkan hasil pre test dan post test
lebih besar daripada taraf nyata 0.05. menggunakan uji levene, hasil yang
Dengan demikian, dapat disimpulkan diperoleh sebagai berikut
bahwa hasil pre test dan post test berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
.
Tabel 3
Hasil Uji Homogenitas Data

Uji Homogenitas Varians


Levene
Nama Tes df1 df2 Sig.
Statistic
Uji MOOC 3.530 1 54 0.066

Dari tabel di atas tampak bahwa nilai penelitian ini memiliki distribusi yang
signifikansi uji levene pada hasil pre test bersifat normal dan varians yang homogen.
dan post test diperoleh nilai sebesar 0.066 Dengan demikian, data tersebut telah
nilai signifikansi tersebut lebih besar memenuhi syarat untuk dianalisis lebih
daripada taraf nyata 0.05. Dengan lanjut, yakni untuk menguji
demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil kebermaknaannya atau peningkatannya.
tes yang diberikan berasal dari populasi Data hasil tes masing-masing
yang memiliki varians yang sama, atau dianalisis dan diuji perbedaannya dengan
dengan kata lain varians yang dimiliki oleh uji t. Pengujian uji t sampel dependen
hasil pre test dan post test bersifat terhadap masing-masing pre test dan post
homogen. Dari uraian di atas dapat test yang diperoleh dari hasil penelitian
disimpulkan bahwa data hasil tes dalam
sebagai berikut.
Tabel 4
Uji t Sampel Berpasangan

t df Sig. (2-tailed)
Uji beda MOOC 3.614 27 0.005

Berdasarkan hasil perhitungan diberikan perlakuan dan hasil tes setelah


seperti terlihat pada tabel di atas, maka t diberikan perlakuan hasilnya berbeda.
hitung adalah 3.614 dengan probabilitas Atau pembelajaran behasil untuk
0.05, dengan demikian Ho ditolak. meningkatkan kemampuan peserta
Disimpulkan bahwa hasil tes sebelum pembelajaran dengan online. Hasil
212
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

pengujian penggunaan pembelajaran Hobbs, R. 2011. “Empowering learnes


MOOC, tentunya didukung dengan with digital and media literacy”
kesadaran untuk memiliki kemampuan dalam Knowledge Quest vol. 39 no.
lebih dalam bidang pekerjaan yang sedang 5, hal. 12 – 17
digeluti, kemandirian, kedisiplinan, dan IFLA. 2012. Moscow declaration on
keseriusan peserta dalam pelaksanaan media and information literacy.
proses pembelajaran online sehingga [online]. Tersedia di:
MOOC ini memberikan bentuk lain untuk http://www.ifla.org/publications/mos
para pengelola perpustakaan kesempatan cow-declaration-on-media-and-
belajar sambil bekerj terutama dalam information-literacy. Diakses tanggal
mempelajari dan memperoleh kemampuan 15 Mei 2013
literasi informasi. Lankshear, C. & Knobel, M. 2003. New
Literacies : Everyday practices and
E. KESIMPULAN DAN classroom learning. Maidenhead :
REKOMENDASI Open University Press.
Hasil penelaahan memberikan Ong, W.J. 2002. Orality and literacy : the
gambaran sebagai berikut. Pertama technologizing of the word. [online].
kesadaran personil perpustakaan sekolah Tersedia di:
untuk berperan aktif, partisipatif dan http://monoskop.org/images/f/ff/
mandiri yang memiliki sebelumnya masih Ong,_Walter_J_-
belum atau kurang memiliki literasi _Orality_and_Literacy,_2nd_ed.pdf.
informasi dibangkitkan melalui partisipasi Diakses tanggal 11 nopember 2013
aktif mereka untuk mengembangkan diri Pendit, Putu Laxman. 2012. Memahami
melalui pembelajaran yang dikembangkan literasi, informasi dan media.
dalam riset ini. Kedua pengelolaan [online]. Tersedia di
perpustakaan meningkat kemampuan http://www.lib.atmajaya.ac.id/default
literasi informasinya dengan mengikuti .aspx?tabID=61&id=185149&src=k.
pembelajaran online dengan ruang ingkup Diakses tanggal 2 Januari 2013
yang dipelajari identifikasi kebutuhan Potter, W.J. 2010. “The State of media
informasi, pencarian informasi, kemasan literacy” dalam Journal of
informasi dan berbagi informasi juga Broadcasting & Electronic Media,
dikembangkan melalui pemberian kerja 54 (4), hal. 675–696.
praktek pada konsep dan sifat UNESCO. 2011. Media and information
pembelajaran online. literacy. [online]. Tersedia di:
Melalui bentuk MOOC maka http://portal.unesco.org/ci/en/ev.php-
diperoleh gambaran menyusun URL_ID=15886&URL_DO=DO_T
kemampuan literasi informasi dan paket OPIC&URL_SECTION=201.html.
informasi berbasis teknologi informasi dan Diakses tanggal 3 Desember 2012
komunikasi sebagai bentuk layanan dalam
pembelajaran perpustakaan dilatih dalam
kemasan akses online terbuka besar dan
perlu dilakukan dan dikembangkan.

F. REFERENSI
Bruce, C. 1997. The seven faces of
information literacy. Adelaide: Auslib
Press.
213

View publication stats

You might also like