Professional Documents
Culture Documents
Model Pengakuan Hak Konstitusional Dalam Beragama (Studi Komparasi Menurut Uud Indonesia 1945 Dan Konstitusi Malaysia 1957)
Model Pengakuan Hak Konstitusional Dalam Beragama (Studi Komparasi Menurut Uud Indonesia 1945 Dan Konstitusi Malaysia 1957)
Abstract
This study aims to describe how the Model of Recognition of Constitutional Rights in Religion
(Comparative Study according to the 1945 Constitution and the Malaysian Constitution 1957).
Where both countries have the same culture but adhere to different legal systems. The object of the
research is the Model of Recognition of Constitutional Rights in Religion and the source of local
culture that is thick with traditional Malay traditions which if managed properly will provide
welfare for the relations of the two countries. The authenticity of this research is that in recognizing
constitutional rights for citizens clearly in religion, it is important as a source of inspiration in the
formation of law. The type of research used is normative legal research. The results of this study
indicate that in Indonesia, although there is no clear recognition that Islam is a state religion, there
is a clear recognition of Islam in both the Third Paragraph and the Fourth Opening of the 1945
Constitution and in Article 29. The 1945 Constitution as a state religion. In Indonesia, in practice
the recognition of religious rights can be seen in the making of several laws and regulations such as
Hajj Law, Zakat Law, Sharia Banking Law, Religious Courts Law, Marriage Law, Qanun in Aceh
and Sharia Regulations in several Provinces in Indonesia. In the Malaysian constitution, the
principle of protecting constitutional rights in religion occupies a very important, universal position
and at the same time asserts that Malaysia is characterized as a state of law, but in the practice of
daily life there are still many things to consider. adjusted to the rule of law. In work or work there
are still many violations of religious freedom, the issue of prohibiting employers and labor agents
on the freedom of Muslim domestic workers to fast, pray and avoid pigs and dogs in connection with
their religious beliefs is abuse and violation of religious freedom as protected In the Universal
Declaration of Rights Humanity. Although in the Malaysian Constitution it is clear that Islam is the
official religion of the state, but the practice of prohibition and pressure to carry out religious duties
in the workplace remains a very serious obstacle.
Abstrak
123
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
dalam mengakui hak-hak konstitusional untuk warga negara secara jelas dalam agama, penting
sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan hukum. Tipe penelitian yang digunakan adalah
penelitian hukum normatif . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Di Indonesia, meskipun tidak
ada pengakuan yang jelas bahwa Islam adalah agama negara, ada pengakuan yang jelas tentang
Islam baik dalam Paragraf Ketiga dan Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 serta
dalam Pasal 29. Badan UUD 1945 sebagai agama negara. Di Indonesia, dalam praktik pengakuan
hak-hak agama dapat dilihat dalam pembuatan beberapa undang-undang dan peraturan seperti
Hukum Haji, Hukum Zakat, Hukum Perbankan Syariah, Hukum Pengadilan Agama, Hukum
Perkawinan, Qanun di Aceh dan Peraturan Syariah di beberapa Provinsi di Indonesia. Dalam
konstitusi Malaysia, prinsip perlindungan hak-hak konstitusional dalam agama menempati posisi
yang sangat penting, universal dan pada saat yang sama menegaskan Malaysia dicirikan sebagai
negara hukum, tetapi dalam praktik kehidupan sehari-hari masih banyak hal yang perlu
diperhatikan. disesuaikan dengan aturan hukum. Dalam pekerjaan atau pekerjaan masih ada banyak
pelanggaran kebebasan beragama, masalah larangan majikan dan agen tenaga kerja pada kebebasan
pekerja rumah tangga Muslim untuk berpuasa, berdoa dan menghindari babi dan anjing sehubungan
dengan keyakinan agama mereka adalah pelecehan dan pelanggaran agama kebebasan sebagai
dilindungi Dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Meskipun dalam Konstitusi Malaysia
jelas bahwa Islam adalah agama resmi negara, tetapi praktik larangan dan tekanan untuk melakukan
tugas-tugas keagamaan di tempat kerja tetap menjadi hambatan yang sangat serius.
Kata kunci: Model Pengakuan; Hak Konstitusi dalam Beragama; UUD RI 1945; Konstitusi;
Malaysia 1957
124
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
beragama merupakan hak konstitusional dikurangi dan dibatasi dalam kondisi apapun.
warga negara yang di jamin dalam UUD Bahkan Pasal 28 ayat 4 UUD 1945 perubahan
1945. Perlindungan warga negara Indonesia kedua, mempertegas kewajiban negara
seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD terutama pemerintah untuk melindungi,
1945 Alinea IV dan dalam Pasal 29 UUD memajukan, menegakkan dan memenuhi
1945 merupakan perlindungan yang diberikan HAM. Kewajiban negara melindungi dan
negara kepada seseorang warga negara memenuhi hak atas kebebasan beragama dan
Indonesia ataupun lembaga-lembaga negara kepercayaan mengandung pengertian, bahwa
dalam melaksanakan ajaran agamanya. Di negara tidak mempunyai wewenang
Indonesia pengakuan hak konstitusi dalam mencampuri urusan agama dan kepercayaan
beragama sudah diatur secara jelas, meskipun setiap warga negaranya. Sebaliknya, negara
Indonesia tidak mengakui agama Islam harus memberikan perlindungan terhadap
sebagai agama resmi negara. setiap warga negaranya untuk melaksanakan
Di Malaysia, masalah perlindungan hak ibadah keagamaan atau kepercayaan.
konstitusi dalam beragama juga sudah diatur Perkara 11 tentang Kebebasan Beragama
dalam Konsitusi Malaysia 1957. Malaysia dalam Undang-undang Perlembagaan
mengakui agama Islam sebagai agama resmi Persekutuan Malaysia menyatakan bahwa:
negara. Oleh karena itu, sangat menarik bila (1) Tiap-tiap orang adalah berhak menganuti
kita mengkaji dan menelaah model pengakuan dan mengamalkan agamanya dan, tertakluk
hak konstitusional beragama tersebut dalam kepada pasal (4), mengembangkan.
pelaksanaannya di kedua negara. (2) Tiada seorang pun boleh dipaksa
Memberikan perlindungan hak bagi membayar apa-apa cukai yang hasilnya
warga negara dalam menjalankan agama diuntukkan khas kesemuanya atau
berada di tangan pemerintah meskipun sudah sebahagiannya bagi maksud sesuatu agama
diatur dalam konstitusi, namun tanpa ada selain agamanya sendiri.
pemahaman dari warga negara masing-masing (3) Tiap-tiapkumpulan agama berhak
negara dalam pelaksanaan fungsi (a) Menguruskan hal ihwal agamanya
perlindungan akan sangat sulit dilakukan dan sendiri;
warga negara juga harus tahu hak dan (b)Menubuh dan menyelenggara yayasan
kewajibannya. 3 untuk tujuan agama masing-masing dan
Kebebasan beragama di negara Indonesia khairat, memperolehi dan
mengacu pada UUD 1945 pasal 29 ayat 2. (c)Mempunyai harta serta memegang dan
Pasal ini menyatakan bahwa setiap warga mentadbirkannya mengikut Undang-
diberi kemerdekaan atau kebebasan untuk undang.
memeluk agamanya masing-masing dan (4) Undang-undang Negeri dan mengenai
beribadat menurut agama dan Wilayah-wilayah Persekutuan Kuala Lumpur
kepercayaannya. Pasal 28 ayat 1 UUD 1945 dan Labuan, Undang-undang Persekutuan
perubahan kedua mengakui adanya hak setiap boleh mengawal atau menyekat
warga negara atas kebebasan beragama atau pengembangan apa-apa iktikad atau
kepercayaan, demikian juga Pasal 28 ayat 1 kepercayaan agama antara orang-orang yang
UUD 1945 perubahan kedua, menjelaskan hak menganuti agama Islam.
beragama dan berkepercayaan adalah Hak (5) Perkara ini tidaklah membenarkan apa-
Asasi Manusia (HAM) yang tidak bisa apa perbuatan yang berlawanan dengan
mana-manaUndang-undang yang
3
Neil Maccormick, 1986, Legal Right and Social
Democracy, Oxford: Clarendon Press, hlm.15.
125
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
126
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
127
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
128
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
129
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
logika deduktif guna menarik kesimpulan dari Malaysia, dan; Kedua, wawancara, dimana
hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat bahan hukum diperoleh dengan
individual. 20 mewawancarai warga negara, kelompok
Dalam kaitannya dengan penelitian agama di Indonesia maupun di Malaysia.
normatif disini digunakan beberapa Jenis bahan yang digunakan dalam
pendekatan, yaitu pendekatan perundang- penelitian ini, yakni; jenis bahan primer dan
undangan (statute approach). Pendekatan bahan sekunder. Jenis bahan primer, yakni
tersebut melakukan pengkajian peraturan jenis bahan yang di dapat berdasarkan hasil di
perundang-undangan yang berhubungan lapangan dengan wawancara dan sifatnya
dengan tema sentral penelitian. Selain itu juga sebagai pelengkap (komplementer),
digunakan pendekatan perbandingan sedangkan jenis bahan sekunder merupakan
(comparative approach), dan pendekatan jenis bahan yang di dapat bukan dari lapangan
sejarah (historical approach) yang diperlukan dan di dapat dalam bentuk tiga bahan hukum,
guna memperjelas analisis ilmiah yang yakni;
diperlukan dalam penelitian normatif. Bahan hukum yang dikaji meliputi
3. Prosedur Pengumpulan Bahan beberapa hal berikut :
Penelitian a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan
Untuk memperoleh bahan penelitian hukum yang formal, yakni UUD RI 1945
dilakukan dengan prosedur pengumpulan dan Konstitusi Malaysia 1957 dan
melalui dua cara, yakni: Pertama, studi peraturan perundang-undangan yang
kepustakaan, studi kepustakaan tidak saja berhubungan dengan perlindungan
terhadap bahan-bahan perundangan, penulis hukum dan pengakuan hak-hak dalam
juga mencari bahan pada buku-buku, jurnal- beragama.
jurnal, makalah-makalah, laporan-laporan, b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan
hasil penelitian, bahan-bahan yang diperoleh hukum yang terdiri atas buku-buku teks
dari internet dan keputusan-keputusan (textbooks) yang ditulis para ahli hukum
pengadilan terdahulu yang berhubungan yang berpengaruh, jurnal-jurnal hukum,
dengan masalah perlindungan hak beragama pendapat para sarjana, kasus-kasus
di Indonesia dan Malaysia serta menggali hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil
permasalahan-permasalahan yang timbul simposium mutakhir yang berkaitan
dalam penerapan Undang-Undang dan Akta dengan topik penelitian.
yang memuat perlindungan hak dalam c. Bahan-bahan tersier, yaitu bahan yang
menjalankan agama di Indonesia dan memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan
sekunder, seperti; kamus, ensiklopedi dan
administrative courts require different research
methods. As noted above, the problema for legal lain-lain.
scholar who embarks on a conventional positivist legal Setelah prosedur pengumpulan bahan
analysis. …..and I had together my material from hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
various sources. I obstained information on cases via bahan-bahan tersier dilakukan, kemudian
observation, press report and interviews”. bahan hukum tersebut diinventarisasi dan
20
Anwarul Yaqin, 2007, Legal Research and Writing,
Selangor DE, Lexis Nexis Malaysia Sdn.Bhd, hlm.10, diklasifikasi dengan menyesuaikan dengan
menjelaskan, in the doctrinal research “ justice, masalah yang dibahas. Bahan hukum yang
fairness, protection of rights, freedom and liberty are berhubungan dengan masalah yang dibahas
often used by the researcher as the criterion to evaluate dipaparkan, disistematisasi, kemudian
the relevance or effectiveness of laws, concepts or legal dianalisis untuk menginterpretasikan hukum
institutions. The underlying aim of such research is to
gain and present new knowledge and ideas or to yang berlaku.
suggest change and reform”.
130
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
21
I Made Pasek Diantha, Op.Cit, hlm.152.
131
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Persekutuan, dan setiap rakyat adalah sama di a. Jaminan kebebasan bagi setiap orang
sisi hukum dan tunduk kepada rule of law.22 (guaranteeing liberty of the person).
Ciri-ciri dasar Perlembagaan b. Perlindungan terhadap hukum pidana
Persekutuan (Konstitusi) Malaysia, sebagai yang lalu dan tuntutan yang berulang-
berikut: ulang (protection against retrospective
a. Malaysia adalah negara Federasi; criminal laws and repeated trials).
b. Malaysia sebagai negara Monarki dengan c. Persamaan (equality).
sistem Parlementer; Di samping pengaruh agama Islam,
c. Islam sebagai agama resmi Federasi; Malaysia adalah salah satu bekas jajahan
d. Perlembagaan Persekutuan sebagai Inggris, sehingga tradisi rule of law juga ikut
hukum tertinggi, dan berkedaulatan mempengaruhi konsep negara hukum
hukum; Malaysia. 24
e. Badan Eksekutif; Unsur utama negara hukum Malaysia
f. Adanya kebebasan kehakiman; dan adalah sebagai berikut:
g. Menjamin adanya tradisi seperti hak a. Bersumber pada agama Islam.
istimewa suatu kaum, bahasa kebangsaan b. Prinsip musyawarah
dan kerakyatan. c. Perlindungan hukum serta hak-hak
Menurut Johan S. Sabarudin, Konstitusi kewarganegaraan lainnya (citizenship).
modern Malaysia berakar dari sistem Inggris, d. Prinsip keadilan dan persamaan (equality
hal ini dapat dilihat dari pengaruh Inggris before the law)
yang dominan dari komposisi keanggotaan e. Kebebasan dasar (fundamental liberties)
Komisi Konstitusi yang merancang Konstitusi f. Badan kehakiman yang bebas dan tidak
Federal. Seperti halnya negara-negara Asia memihak.
yang lain, Konstitusi Amerika juga memberi
pengaruh dalam praktik konstitusi di Tentang prinsip perlindungan hukum
Malaysia. Di samping itu terdapat pengaruh dalam pasal 8 Konstitusi Malaysia 1957
Islam dalam Konsitusi Malaysia. Dengan dengan tegas menyatakan bahwa Malaysia
demikian, prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan memberikan perlindungan hukum terhadap
antara model konstitusi Barat dan model semua orang yang di akui sama di depan
konstitusi Islam membuat Konstitusi Malaysia hukum dan berhak mendapat perlindungan
bertambah atraktif dan menjadi sumber yang hukum yang sama.
dapat diterima, yang merupakan campuran Pasal 8 dari Konstitusi Malaysia yang
pengalaman-pengalaman asing dengan menyatakan bahwa “semua orang adalah sama
pengalaman-pengalaman lokal sehingga dihadapan hukum dan diberikan hak
mempengaruhi rule of law dalam konsep perlindungan hukum yang sama” dan
negara hukum Malaysia. penggunaan terminologi “orang” sebagai hal
Sedangkan unsur negara hukum Malaysia yang bertentangan terhadap “warga negara”
menurut Johan S.Sabarudin sebagai berikut:23 membuat hal tersebut sangat jelas bahwa
garansi hak-hak ini diberikan juga untuk
semua orang-orang termasuk pekerja migran,
22
Kamal Halili Hassan, 1990, Penulis dan Undang- baik yang berdokumen maupun yang tidak
Undang, Selangor DE: Dewan Bahasa dan Pustaka, berdokumen.25
hlm.10.
23
Johan S. Sabarudin, 2006, Constitutionalism-Concept
and Application in the Federal and State Goverments of
24
Malaysia, Jurnal of Malaysian and Comparative Law, Muhammad Tahir Azhary, Loc.Cit, hlm.217.
25
Vol.3, Kuala Lumpur: Faculty of Law, University of Charles Hector, 2006, Migrants and Rights in
Malaya, hlm.44. Malaysia more Important than Rights is the Access to
132
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Menurut Pasal 3 Ayat (1) Konstitusi UDHR menetapkan, hak untuk bebas berpikir,
Malaysia, menyatakan : berkehendak dan beragama. Dan kebebasan,
“Islam is the religion of the Federation, baik sendiri atau bersama orang lain di
but other religions may be practised in masyarakat dan di tempat umum ataupun di
peace and harmony in any part of the rumah, untuk mewujudkan rasa
Federation”. keagamaannya dalam pengajaran, praktik,
(Islam adalah agama Persekutuan, tetapi peribadatan dan ketaatan).
agama-agama lain yang dipraktikkan Meskipun dalam Konstitusi Malaysia
dalam cara damai dan harmoni adalah secara jelas Islam merupakan agama resmi
bagian dari Persekutuan). negara, tetapi praktik-praktik pelarangan dan
tekanan untuk menjalankan kewajiban agama
Pasal tersebut dengan tegas menyatakan di tempat kerja masih menjadi hambatan yang
bahwa Islam adalah agama negara Federasi. sangat serius.27
Ketentuan itu menunjukkan bahwa Federasi Mengenai persoalan apakah Malaysia
Malaysia adalah suatu negara yang termasuk negara sekuler atau teokrasi , Shad
mencantumkan dengan resmi Islam sebagai Saleem Faruqi, menyatakan:28
agama negara. Konsekuensi logis dari “On the issue of an Islamic or secular
ketentuan itu, adanya hubungan antara state, it can be stated categorically that
Federasi Malaysia sebagai negara dengan the Malaysian legal system is neither fully
agama Islam, sehingga Malaysia tidak dapat secular nor fully theocratic. It is hybrid.
dinamakan negara sekuler. Konsekuensi lebih It permits legal pluralism. It avoids the
jauh, ajaran Islam dan hukum Islam dianut extremes of American style secularism or
dan harus dilaksanakan di Federasi Malaysia Saudi, Iranian and Taliban type of
Dalam konstitusi Malaysia, prinsip religious control of all aspects of life. It
perlindungan hak konstitusional dalam mirrors the rich diversity and pluralism
beragama menempati posisi yang sangat of its population”.
penting, universal dan sekaligus menegaskan (Tentang persoalan apakah Malaysia
Malaysia berkarakteristik sebagai negara sebagai negara Islam atau sekuler, itu
hukum , namun demikian dalam praktik
kehidupan sehari-hari, masih banyak hal-hal 27
Abdul Rasyid Saliman, 2018, Politik Undang-
yang perlu disesuaikan dengan prinsip negara Undang Perburuhan dan Model Perlindungan Undang-
hukum.26 Misalnya di lapangan kerja atau Udang Integratif bagi Buruh Migran Indonesia di
pekerjaan masih banyak terjadi pelanggaran Malaysia, Artikel, dalam Peundangan Buruh malaysia-
terhadap kebebasan menjalankan agama, Indonesia dan Cabaran ASEAN, Bangi-Selangor DE:
persoalan larangan majikan dan agen tenaga UKM Cetak Sdn.Bhd, hlm.140.Biasanya persoalan
pelanggaran hubungan buruh dan majikan dalam
kerja atas kebebasan pekerja rumah tangga pelaksanaan masalah agama dapat berawal dari
Muslim untuk berpuasa, sholat dan penandatangan sampai pelaksanaan isi Kontrak
menghindari babi dan anjing sehubungan perkhidmatan itu sendiri, lihat dalam Kamal Halili
dengan keyakinan agama mereka merupakan Hassan, 2015,Cabaran Peundangan dalam Hubungan
pelecehan dan pelanggaran atas kemerdekaan Majikan dan Pekerja, Sektor Awam dan Swasta, Bangi-
Selangor DE: UKM Cetak Sdn.Bhd, hlm. 18, dan
beragama sebagaimana dilindungi dalam dalamKamal Halili Hassan, 2015,Buruh Asing dan
deklarasi hak asasi universal. (Lihat Pasal 18 Migrasi Isu Perundangan, Bangi-Selangor DE: UKM
Cetak Sdn.Bhd, hlm.72.
28
Shad Saleem Faruqi, 2004, Secularism or Theocracy
Justice, Insaf, Vol.XXXV, No.1, Kuala Lumpur: The - A Study of The Malaysian Constitution”, UiTM Law
Journal of The Malayan Bar, The Bar Council,hlm.145. Review, Vol.2, Shah Alam Selangor: Faculty of Law,
UiTM, hlm.183.
26
Muhammad Tahir Azhary,Loc.Cit, 217.
133
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
dapat dinyatakan dengan kategori bahwa dan dua Majelis Parlimen yaitu Dewan
sistem hukum Malaysia tidak secara Negara dan Dewan Rakyat. Dewan Negara
penuh sekuler maupun teokrasi. Itu terdiri dari para anggota, 2 (dua) orang “ahli”
adalah sistem campuran atau cangkokan. yang dipilih oleh tiap-tiap Dewan Negeri, 2
Ini memperkenalkan hukum pluralis. (dua) orang “ahli” yang dipilih bagi tiap-tiap
Untuk menghindari gaya sekulerisme persekutuan dan 40 (empat puluh) orang
Amerika yang ekstrem atau Saudi, Iran “ahli”. Mereka dilantik oleh yang Dipertuan
dan Taliban dengan gaya kontrol Agong yang memiliki kriteria sebagai orang
keagamaan terhadap semua aspek yang berjasa kepada rakyat atau dalam suatu
kehidupan. Ini adalah cerminan dari profesi, misalnya perdagangan, pertanian,
keanekaragaman dan pluralisme yang kebudayaan dan lain-lain.
kaya dari populasi nya). Tentang “Pentadbiran Agama Islam” di
Malaysia ada sejumlah peraturan misalnya
Sehubungan dengan implementasi sejak tahun 1959 sampai tahun 1983. Dalam
prinsip-prinsip nomokrasi Islam, maka di hubungan dengan pelaksanaan prinsip
bawah ini akan ditelaah sejauh mana prinsip- musyawarah sebagai suatu prinsip nomokrasi
prinsip itu telah diakomodasikan atau Islam, maka prinsip ini dilaksanakan dalam
dicantumkan dalam Konstitusi Malaysia, yaitu praktik pada Majelis Agama Islam, sebagai
prinsip-prinsip musyawarah, keadilan, badan perundangan yang diberi fungsi untuk
persamaan, kebebasan dasar (fundamental membuat peraturan yang berhubungan dengan
liberties), perlindungan hukum serta hak-hak “pentadbiran” pengaturan tentang
kewarganegaraan lainnya (citizenship). pengelolaan zakat, wakaf dan baitul maal.30
Tentang prinsip musyawarah dalam
Konstitusi Malaysia tidak dijumpai secara D. Simpulan dan Saran
tegas pengaturan mengenai prinsip ini. Tetapi
1. Simpulan
dalam Pasal 38 ayat (1) Konstitusi Malaysia Di Indonesia, meskipun tidak ada
ada suatu lembaga konstitusional yang pengakuan secara tegas bahwa Islam adalah
dinamakan “Majelis Raja-raja” (Conferences agama negara, tetapi ada pengakuan secara
of Rulers) yang mempunyai wewenang antara jelas agama Islam baik di dalam Alinea
lain memilih “ Yang Dipertuan Agong” dan Ketiga dan Alinea Keempat Pembukaan UUD
“Deputy Supreme Head of The Federation”. 1945 maupun di dalam Pasal 29 Batang
Dalam melaksanakan tugasnya Majelis Tubuh UUD 1945 sebagai agama negara. Di
Raja-raja tidak mengabaikan prinsip Indonesia, dalam praktik pengakuan hak
musyawarah sebagaimana diperintahkan oleh beragama dapat di lihat dalam pembuatan
Al-Qur’an, mengingat Federasi Malaysia beberapa peraturan perundang-undangan
secara konstitusional telah dengan tegas seperti UU Haji, UU Zakat, UU Perbankan
menyatakan bahwa agama Islam adalah Syariah, UU Perkawinan, UU Peradilan
agama resmi negara tersebut.29 Agama, Qanun-Qanun di Aceh dan Perda-
Di dalam praktik di Malaysia prinsip Perda Syariah yang berlaku di beberapa
musyawarah itu diterapkan pula pada lembaga Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia.
“Parlimen” sebagai Badan perundang- Dalam Konstitusi Malaysia, prinsip
undangan bagi Persekutuan Malaysia. perlindungan hak konstitusional dalam
Parlimen terdiri dari Yang Dipertuan Agong
30
Ahmad Mohammad Ibrahim,1985, Sistem Undang-
29
Mohammad Agus Yusoff, 2006, Malaysian Undang di Malaysia, Kuala Lumpur: Kementerian
Federalism, Conflict or Consensus, Bangi: Universiti Pelajaran Malaysia, hlm.163.
Kebangsaan Malaysia,hlm.20.
134
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
beragama menempati posisi yang sangat saja, tetapi juga untuk warga negara pemeluk
penting, universal dan sekaligus menegaskan agama lainnya.
Malaysia berkarakteristik sebagai negara
hukum , namun demikian dalam praktik DAFTAR PUSTAKA
kehidupan sehari-hari, masih banyak hal-hal
yang perlu disesuaikan dengan prinsip negara Buku
hukum. Dalam lapangan kerja atau pekerjaan Abdul Rasyid Saliman, 2018, Politik Undang-
masih banyak terjadi pelanggaran terhadap Undang Perburuhan dan Model
kebebasan menjalankan agama, persoalan Perlindungan Undang-Udang Integratif
larangan majikan dan agen tenaga kerja atas bagi Buruh Migran Indonesia di
kebebasan pekerja rumah tangga Muslim Malaysia, Artikel, dalam Perundangan
untuk berpuasa, sholat dan menghindari babi Buruh Malaysia-Indonesia dan Cabaran
dan anjing sehubungan dengan keyakinan ASEAN, Bangi-Selangor DE: UKM
agama mereka merupakan pelecehan dan Cetak Sdn.Bhd.
pelanggaran atas kemerdekaan beragama Austin Sarat dan Thomas R. Kearns, 2000,
sebagaimana dilindungi dalam deklarasi hak Legal Rights, Michigan: The University
asasi universal. of Michigam Press.
Meskipun dalam Konstitusi Malaysia Adriaan Bedner, 2001, Administrative Courts
secara jelas Islam merupakan agama resmi in Indonesia, A Socio-Legal Study, The
negara, tetapi praktik-praktik pelarangan dan Hague-Netherland: Kluwer Law
tekanan untuk menjalankan kewajiban agama International.
di tempat kerja masih menjadi hambatan yang Ahmad Mohammad Ibrahim, 1985, Sistem
sangat serius. Undang-Undang di Malaysia, Kuala
2. Saran Lumpur: Kementerian Pelajaran
Masalah perlindungan dan pengakuan hak Malaysia.
beragama di Indonesia, walaupun agama Ade Maman Suherman, 2004, Pengantar
Islam belum diakui dalam UUD 945 sebagai Perbandingan Sistem Hukum,
agama resmi negara, tetapi pengaturan dan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
pengakuan hak beragama secara materil Anwarul Yaqin, 2007, Legal Research and
diakui dalam beberapa produk perundang- Writing, Selangor DE: Lexis Nexis
undangan bidang keagamaan. Oleh karena itu, Malaysia Sdn.Bhd.
bagi pemerintah Indonesia saat ini adalah Albert Van Dicey, 1952, Introduction to the
perlu memperkuat pemahaman hak dan Study of the Law of the Constitution,
kewajiban sebagai warga negara dan London: McMillan and Co., Limited
penguatan lebih lanjut paham-paham St.Martin’s Street, Terjemahan 2007 oleh
kebangsaan dari perkembangan pemikiran Nurhadi, Bandung:
baru ideologi agama yang sering dijadikan Nusamedia.Internasional, Vol. 3, No. 3,
alat perjuangan oleh kelompok intoleransi. Jakarta: LPHI-FH-Universitas Indonesia.
Bagi pemerintah Malaysia, meskipun Charles Hector, 2006, Migrants and Rights in
agama Islam secara formal diakui dalam Malaysia more Important than
konstitusi sebagai agama resmi negara, tetapi Rights is the Access to Justice, Insaf,
dalam tataran pelaksanaan masih banyak Vol.XXXV, No.1,
hambatan dalam pelaksanaannya. Oleh karena Kuala Lumpur: The Journal of The
itu pemerintah Malaysia perlu memperkuat Malayan Bar, The Bar Council.
kesetaraan hak bagi setiap warga negara, tidak
hanya warga negara yang beragama Islam
135
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 123-136 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Fokky Fuad Wasitaatmadja, 2017, Filsafat Muhammad Tahir Azhary, 2004, Negara
Hukum, Akar Religiositas Hukum, Hukum, Suatu Studi tentang Prinsip-
Jakarta: Prenadamedia Group. Prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam,
Ian Shapiro, 2006, Evolusi Hak dalam Teori Implementasinya pada Periode Negara
Liberal, Jakarta: Freedom Institute dan Madinah dan Masa Kini, Jakarta: Prenada
Yayasan Obor Indonesia. Media.
I Made Pasek Diantha, 2016, Metodologi Munir Fuady, 2014, Teori-Teori Besar dalam
Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Hukum, Jakarta: Prenadamedia Group.
Prenadamedia Group. Neil Maccormick, 1986, Legal Right and
Johan S. Sabarudin, 2006, Constitutionalism- Social Democracy, Oxford: Clarendon
Concept and Application in the Pres.
Federal and State Goverments of Malaysia, Shad Saleem Faruqi, 2004, Secularism or
Jurnal of Malaysian and Comparative Theocracy - A Study of The Malaysian
Law, Vol.3, Kuala Lumpur: Faculty of Constitution”, UiTM Law Review, Vol.2,
Law, University of Malaya. Shah Alam Selangor: Faculty of Law,
Johnny Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi UiTM.
Penelitian Hukum Normatif,
Malang: Bayumedia Publishing. Peraturan Perundang-Undangan
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, 2018, Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945
Metode Penelitian Hukum, Normatif dan Konstitusi Malaysia 1957 ( 1957 Malaysia
Empiris, Jakarta Prenadamedia Group. Constituition )
Kamal Halili Hassan, 1990, Penulis dan Akta Pekerjaan Malaysia 1955 (1955
Undang-Undang, Selangor DE: Dewan Employment Act of Malaysia)
Bahasa dan Pustaka. Akta Pampasan Malaysia 1952 ( 1952
.............................., 2015,Cabaran Workmen’s Compensation Act of
Peundangan dalam Hubungan Majikan Malaysia)
dan Pekerja, Sektor Awam dan Swasta, Akta Keselamatan Dalam Negeri 1960 (1960
Bangi-Selangor DE: UKM Cetak Internal Security Act)
Sdn.Bhd. Akta Imigresyen 1154 Malaysia 2002
.............................., 2015,Buruh Asing dan
Migrasi Isu Perundangan, Bangi- Jurnal
Selangor DE: UKM Cetak Sdn.Bhd. Universal Declaration of Human Rights
Lili Rasjidi dan Liza Sonia Rasjidi, 2005, (UDHR)
Pengantar Metode Penelitian dan Convention on the Elimination of All Forms of
Penulisan Karya Ilmiah Hukum, Discrimination againts Women (CEDAW)
Bandung: FH-UNPAD.
Mohammad Agus Yusoff, 2006, Malaysian Website
Federalism, Conflict or Consensus, http://www.hrw.org.indonesian/reports.
Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.
136