Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

STUDI KASUS TENTANG SISWI YANG MEMILIKI KEPRIBADIAN

MASKULIN DI KELAS XI SMA NEGERI 9 PONTIANAK


TAHUN 2016

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
RISMAWATI
NIM. F26112047

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

STUDI KASUS TENTANG SISWI YANG MEMILIKI KEPRIBADIAN


MASKULIN DI KELAS XI SMA NEGERI 9 PONTIANAK
TAHUN 2016

ARTIKEL PENELTIAN

RISMAWATI
NIM F26112047

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Yuline, M.Pd Dra. Sri Lestari, M.Pd


NIP. 196103291986112001 NIP.195302211986032002

Mengetaui

Dekan FKIP Ketua Jurusan IP

Dr. H. Martono Dr. Fadilah, M.Pd


NIP. 196803161994031014 NIP. 195610211985032004
STUDI KASUS TENTANG SISWI YANG MEMILIKI KEPRIBADIAN
MASKULIN DI KELAS XI SMA NEGERI 9 PONTIANAK
TAHUN 2016

Rismawati, Yuline, Sri Lestari


Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNTAN Pontianak
Email :Rismawatti2@gmail.com

Abstract
Personality is the character of a person who is seen through his behavior as a whole so
that it describes a specific and consistent personal identity. Masculine is the inherent
nature of men describing the condition of men who tend to be free, aggressive, and
emotional. Students who have masculine personalities are female students who have the
nature and appearance of men who are not necessarily owned by women. General
research problem: "How do you deal with female students who have masculine
personalities?" The sub problem is: (1) What are the characteristics of female students
who have masculine personalities? (2) What are the factors that cause female students to
have masculine personalities? (3) What are the relief efforts that can be done to
overcome female students who have masculine personalities?The method used in this
study is a descriptive method, with a form of case study research. Using 2 case subjects
and the techniques used are interviews, observation and home visits. The data collection
tool is an observation guide. The subject matter in this study were 2 case subjects. The
general conclusion is the effort to overcome female students who have masculine
personality in class XI Pontianak 9 SMA Negeri uses two counseling models namely
behavioral counseling model and rational emotive counseling therapy model. Suggestions
for case I subjects and case subject II are expected to continue to carry out the
alternative assistance that has been given.

Keywords: Efforts, Students, Masculine Personality.

PENDAHULUAN suatu periode yang sangat penting dalam


Pria dan wanita tentu memiliki pembentukan kepribadian. Asrori
perbedaan yang sangat jelas, baik dari (2008:9) menyatakan bahwa: “Remaja
postur tubuh, pribadi, watak, dan berada di antara anak dan orang dewasa,
tingkah laku. Laki-laki cenderung oleh karena itu, remaja seringkali
maskulin sedangkan wanita feminim. dikenal dengan fase mencari jati diri
Berbagai macam hal yang dilakukan atau fase topan dan badai.” Remaja
agar tampak tampil sebaik-baiknya sangat membutuhkan pedoman,
supaya dirasakan baik dari gaya pegangan, atau petunjuk dalam mencari
pemakaian, cara hidup, dan citra diri. identitas diri menuju kepribadian yang
Kehidupan siswi di sekolah tidak semakin matang”. Secara psikologis
lepas dari kehidupan remaja yang proses-proses dalam diri mereka
sedang dilaluinya. Masa remaja semuanya tengah mengalami perubahan
merupakan masa memberontak, dalam komponen-komponen fisiologis,
berusaha melepaskan diri dari emosional, dan kognitif sedang
lingkungan orang tua untuk menemukan mengalami perubahan besar.
jati dirinya, maka usia remaja menjadi
Sulit bagi siswi untuk memerankan siswi itu merasa malu menampakan sisi
identitas diri yang sebenarnya dan sering kewanitaannya dan lebih bersikap
kali tidak mampu menjalankan tugasnya seperti laki-laki dari segi penampilan
sebagai pelajar yang bertanggung jawab, dan perilakunya, seperti berbicara kasar
baik secara pendidikan, moral, agama, dan memakai rambut pendek. Sikap
maupun sosial. Menurut peningkatan siswi tersebut tentu didukung media
status dari anak-anak menjadi remaja, informasi baik dari koran, majalah
mengalami perkembangan psikologi maupun televisi yang menyajikan
yang hebat, mereka belajar cara model-model wanita dengan pribadi
menempatkan diri menjadi seorang kelaki-lakian. Remaja tidak paham
remaja yang dapat dibanggakan, mencari bahwa apa yang dilakukannya salah
identitas diri dan mereka mencari nilai- karena kurangnya penanaman nilai-nilai
nilai kehidupan. agama dan moral dalam keluarga
Pembentukan sikap dilakukan sehingga hal ini dianggap benar. Selain
dengan cara identitas dan imitasi itu sikap siswi tersebut juga diakibatkan
terhadap tokoh atau model tertentu oleh faktor-faktor lain yang bersifat
untuk mengembangkan dirinya. Apabila psikologis, sosiologis, dan fisiologis,
orang tua atau orang dewasa berusaha sehingga pada akhirnya menyebabkan
memaksakan nilai-nilai yang dianutnya siswi tersebut terlena dengan arus zaman
kepada remaja, sementara itu mereka yang terus mengikis moral mereka
seringkali menunjukan perilaku yang sedikit demi sedikit.
tidak konsisten, maka terjadilah sikap Ditinjau dari perkembangan fisik,
menentang pada remaja atau siswi terdapat perbedaan yang jelas antara pria
tersebut, hal itu merupakan hal yang dan wanita dalam rata-rata tinggi badan,
wajar sebagai bentuk berfikir kritis organ genitalia eksternal, payudara,
terhadap segala sesuatu yang dihadapi kumis, dan pola-pola pertumbuhan
dalam dunia nyata. rambut. Selain itu, pria dan wanita
Terbentuknya sikap yang kerap kali memiliki perbedaan fisiologis yang
menyimpang pada remaja dikarenakan bersifat internal dan substansial. Sebagai
belum menemukan sosok figur yang contoh, pria dan wanita memiliki
baik, mereka cenderung melakukan hal- perbedaan tingkat hormonal yang
hal yang menentang sehingga mempengaruhi variasi ciri-ciri biologis.
menimbulkan kecemasan orang tua. Freud (Jamaludin Ahmad,
Zaman sekarang begitu banyak http//:www.pria-wanita-beda.com,12 Jan
masalah yang kompleks tanpa remaja 2007), menyatakan anatomi pria dan
ketahui secara sadar, seperti remaja wanita tentunya berbeda dalam berfikir,
wanita terbiasa bersikap seperti laki-laki bertindak dan merasakan sesuatu, hal ini
bahkan mereka bangga menyandang karena alasan biologis dan kepribadian
status “cewek tomboi”. Remaja wanita pria dan wanita terdapat perbedaan
tersebut mengalami suatu gangguan signifikan. Bem (dalam
kepribadian yaitu memiliki kepribadian Sarwono,2004:89) mengemukakan
maskulin. Menurut Backer dan Johnson bahwa ada empat macam manusia
(dalam Emery:2013:115)Menyatakan ditinjau dari peran seksualnya yaitu
bahwa: “Para penderita gangguan sebagai berikut : (1) Tipe maskulin,
kepribadian identitas gender tidak secara yaitu yang sifat kelaki-lakiannya diatas
harfiah percaya bahwa dirinya adalah rata-rata, sifat kewanitaannya kurang
anggota lawan jenis. Alih-alih. Mereka kurang dari rata-rata. (2) Tipe feminim,
merasa bahwa, kecuali anatomi fisik yaitu sifat kewanitaannya diatas rat-rata,
mereka, mereka lebih seperti gender sifat kelaki-lakiannya kurang dari rata-
lain.” Dalam hal ini remaja wanita atau rata. (3) Tipe andorgin, yaitu yang sifat
kelaki-lakiannya maupun kewanitaannya orang yaitu dikelas XI MIA 2 dan kelas
diatas rata-rata. (4) Tipe tidak XI MIA 3. Siswi ini menganggap
tergolongkan (undiferentiated), yaitu dirinya keren dan malu apabila terlihat
yang sifat kelaki-lakiaannya maupun lemah lembut dan menampakkan sifat
kewanitaannya dibawah rata-rata. perempuannya, dengan faktor yang
Perlu adanya usaha untuk mencari berbeda-beda.
faktor penyebab siswi memiliki Sifat siswi ini menyimpang dari
kepribadian maskulin, dalam hal ini norma yang berlaku dan apabila
diperlukan kerjasama yang baik dari dibiarkan tanpa lebih cepat memberikan
pihak wali kelas, sekolah, orang tua, penanganan dan bantuan akan berakibat
teman dekat siswi serta siswi itu sendiri fatal terhadap perkembangan moral dan
untuk bersama-sama menanggulangi psikis siswi. Hal inilah yang membuat
faktor penyebab siswi memiliki penulis tertarik malakukan penelitian
kepribadian maskulin. Faktor penyebab studi kasus tentang siswi yang memiliki
siswi memiliki kepribadian maskulin kepribadian maskulin di kelas XI SMA
bisa disebabkan oleh faktor internal dan Negeri 9 Pontianak. Sebagai penunjang
eksternal, faktor internal yaitu faktor penulis memilih SMA Negeri 9
dari dalam diri siswi tersebut seperti pontianak sebagai tempat penelitian
konsep diri yang buruk, kusrangnya dikarenakan berstatus negeri, terdapat
kesadaran diri serta keimanan yang siswi yang memiliki kepribadian
menipis. Sedangkan faktor eksternal maskulin, ada Guru Bimbingan dan
yaitu faktor yang berasal dari luar Konseling, terdapat sarana dan prasarana
seperti keluarga, lingkungan masyarakat, yang mendukung kegiatan penelitian
sekolah maupun dari teman sebayanya. serta memiliki pengajar yang cukup
Untuk membantu mengatasi memadai.
masalah siswi ini maka diperlukan
adanya guru bimbingan dan konseling di METODE PENELITIAN
sekolah guna memberikan dampak Pendekatan yang digunakan dalam
positif yang sangat besar terhadap penelitian ini adalah kualitatif dengan
perkembangan kepribadian siswa. Hal menggunakan metode deskriptif. Bentuk
ini mengingat banyaknya permasalahan penelitian adalah studi kasus. Faisal
tingkah laku siswi disekolah. (2003:22) menyatakan, “Studi kasus
Berdasarkan pra-survei yang merupakan tipe pendekatan dalam
dilakukan di SMA Negeri 9 Pontianak, penelitian yang penelahannya kepada
penulis melihat masih terdapat siswi suatu kasus dilakukan secara intensif,
yang perilaku atau kepribadiannya mendalam, mendetail, dan komprehensif
seperti laki-laki dan belum bersikap Pada metode ini diperlukan banyak
sesuai dengan diri sendiri. Hal ini tentu informasi guna mendapatkan bahan-
siswi memainkan peran yang bukan bahan yang agak luas. Teknik
sesungguhnya dari identitas pribadi pengumpulan data yang di gunakan
secara baik, seperti cara berjalan tidak adalah wawancara, observasi dan
sopan dan cenderung berlari-lari, sering kunjungan rumah (Home Visit). Alat
berteriak, menggunakan aksesoris laki- pengumpul data yang sesuai untuk
laki, bermain dengan lawan jenis secara menunjang teknik-teknik tersebut di
berlebihan, dan jarang memperlihatkan antaranya yaitu panduan wawancara dan
sifat feminim. panduan observasi. Panduan wawancara
Hal ini dapat kita lihat pada siswi di yaitu alat yang digunakan peneliti dalam
SMA Negeri 9 Pontianak Kelas XI menunjang teknik wawancara.
terdapat Siswi yang memiliki Sedangkan panduan observasi yaitu alat
kepribadian maskulin yaitu berjumlah 2 yang digunakan untuk menunjang teknik
observasi. Panduan wawancara untuk
orang tua dalam penelitian ini akan Prognosis
digunakan untuk menunjang teknik Setelah menetapkan masalah siswi
kunjungan rumah (home visit). Adapun yang memiliki kepribadian maskulin
alternatif bantuan yang diberikan yaitu tersebut, maka di rencanakankalah
dengan menggunakan pendekatan alternatif bantuan yang tepat untuk
konseling behavioral dengan teknik diberikan kepada subyek kasus sesuai
latihan asertif dan pengondisian operan dengan permasalahan yang dialami.
dengan metode penguatan positif di Alternatif bantuan yang di rencanakan
mana latihan ini subyek kasus yang dan ditetapkan kepada subyek kasus
memiliki permasalahan kepribadian yaitu dengan menggunakan pendekatan
maskulin dapat tegas terhadap diri konseling behavioral dengan teknik
sendiri melalui bermain peran, latihan latihan asertif dan teknik pengondisian
atau meniru model-model sosial. operan dengan metode penguatan
Kemudian dengan teknik pengondisian positif. Kemudian dengan menggunakan
operan melalui metode penguatan positif pendekatan konseling REBT dengan
agar membentuk suatu pola tingkah laku teknik direktif dan didaktik.
yang di inginkan. Selanjutnya
menggunakan pendekatan REBT dengan Treatment
teknik direktif dan didaktik. Dimana Langkah yang di lakukan dengan
dalam teknik ini pembimbing merealisasikan alternatif bantuan
mengarahkan subyek kasus agar berdasarkan masalah dan latar belakang
meninggalkan kebiasaan pola pikir yang yang menjadi penyebab. Pada langkah
irasional dan membiasakan berpikir ini dilaksanakanlah teknik kepada
rasional dan dengan teknik didaktik subyek kasus pertama yaitu teknik
maka pembimbing mengajarkan subyek bermain peran dan teknik penguatan.
kasus cara-cara berpikir yang rasional. Kemudian kepada subyek kasus kedua
Prosedur dalam penelitian ini terdiri di laksanakanlah teknik pemberian
dari 6 tahap, yaitu: 1) Identifikasi pandangan kepada subyek kasus dan
masalah, 2) Diagnosis, 3) Prognosis, 4) teknik pengaraan ke arah positif.
Treatment, 5) Evaluasi, dan 6) Tindak
lanjut. Evaluasi
Langkah evaluasi dilakukan untuk
Identifikasi Masalah melihat sejauh mana keberhasilan
Langkah-langkah yang dilakukan bantuan yang diberikan terhadap subyek
pada tahap identifikasi masalah yaitu kasus, maka peneliti melakukan evaluasi
peneliti mengenal kasus atau masalah terhadap perilaku subyek kasus yaitu
serta gejala-gejala yang nampak pada dengan wawancara pada guru mata
siswi yang memiliki kepribadian pelajaran, wali kelas, teman subyek
maskulin dengan mengamati kasus, orang tua serta kepada subyek
karakteristik siswi menggunakan teknik kasus itu sendiri.
observasi dengan alat pengumpul
datanya panduan observasi. Tindak Lanjut
Diagnosis Setelah diperoleh hasil dari tahap
Langkah diagnosis dilakukan evaluasi yang didapat, maka dilakukan
dengan menetapkan masalah siswi yang langkah tindak lanjut untuk melihat
memiliki konsep diri negatif perkembangan selanjutnya dari diri
berdasarkan temuan analisis dari siswi tersebut dalam jangka waktu yang
identifikasi yang menjadi penyebab lebih jauh agar subyek kasus dapat
timbulnya masalah. mengalami perubahan diri dan
karakternya secara optimal dengan
bekerjasama dengan masing-masing yang diperlukan, maka dilakukan
pihak yang terkait dengan subyek kasus penelitian langsung pada dua siswi kelas
seperti wali kelas, guru mata pelajaran, XI MIA 2 dan XI MIA 3 di SMA Negeri
dan orangtua subyek kasus. 9 Pontianak dengan inisial BL dan DA.
Adapun langkah-langkah yang
HASIL PENELITIAN DAN dilakukan sebagai berikut: 1)
PEMBAHASAN Mendatangi ruang BK di SMA Negeri 9
Pontianak untuk bertemu dengan guru
Hasil Penelitian BK di sekolah tersebut terkait mengenai
Pada bab ini akan dijelaskan hasil permasalahan subyek kasus di sekolah.
penelitian subyek kasus yang mengkaji 2) Berkonsultasi dengan wali kelas
tentang pengumpul data, diagnosis, mengenai masalah subyek kasus. 3)
prognosis, treatment, evaluasi, dan Melakukan observasi terhadap subyek
tindak lanjut. Adapun pihak-pihak yang kasus. 4) Menetapkan subyek kasus
dijadikan sebagai sumber data yang sebagai fokus penelitian.
dapat memberikan sumber informasi
tentang masalah yang diteliti adalah Pembahasan Penelitian
sebagai berikut: 1) Siswi kelas XI MIA Identifikasi Masalah
2 dan siswi kelas XI MIA 3 SMA Wawancara dengan wali kelas subyek
Negeri 9 Pontianak yang berinisial BL kasus I
dan DA dengan jenis kelamin Berdasarkan keterangan dari wali
perempuan. 2) Wali kelas subyek kasus. kelas, subyek kasus I merupakan siswi
3) Guru mata pelajaran subyek kasus. 4) biasa saja dalam pelajaran dan tidak
Teman satu kelas subyek kasus dan 5) mempunyai prestasi apapun, BL siswi
Orang tua subyek kasus. yang suka terlambat masuk sekolah serta
Adapun data yang terkumpul berpakaian tidak rapi kemudian BL
merupakan data deskriptif maka dalam adalah sisiwi yang suka mengganggu
analisis tidak memerlukan perhitungan siswi yang lainnya seperti mencubit.
statistik, melainkan data dianalisis
berdasarkan kerangka penulisan studi Wawancara dengan wali kelas subyek
kasus dengan menggunakan teknik non- kasus II
tes berupa panduan observasi dan Berdasarkan keterangan dengan
wawancara. wali kelas, subjek kasus II adalah siswi
Sebelum kegiatan penelitian yang biasa-biasa saja dalam berprestasi,
dilakukan, peneliti telah mengadakan rata-rata nilai ulangan hariannya hanya
pra penelitian untuk mendapatkan pas standar (KKM). Ia juga memiliki
masalah dan menemukan subyek kasus masalah di mata pelajarn tertentu seperti
yang ada pada SMA Negeri 9 Pontianak. matematika dan yang jenis hitung
Setelah menemukan masalah dan subyek menghitung. DA adalah anak yang
kasusnya maka peneliti menyusun tertutup dan kurang bergaul dengan
rencana penelitian agar data yang teman-teman yang lainnya terutama
diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. teman yang perempuan dikelas, ia lebih
Mengingat masalah penelitian yang sering bergaul dengan teman laki-laki di
masih dianggap tabu oleh masyarakat, kelas. DA juga tidak tahu nama-nama
maka dalam penulisan laporan guru karena sikap cuek nya tersebut.
penelitian, nama dan alamat sekolah
serta subyek kasus menggunakan inisial Wawancara dengan guru mata pelajaran
tetapi ditulis secara jujur, apa adanya subjek kasus I
tanpa mengurangi keaslian penelitian. Berdasarkan hasil wawancara
Setelah selesai mengurus surat izin dengan guru mata pelajaran matematika,
penelitian dan menyusun instrumen BL adalah siswi yang biasa saja dan
kurang respek dalam pelajaran serta berbicara serta berinteraksi. Ia lebih
diskusi, tapi sebenarnya menurut ibu ini suka didalam kelas jika jam istirahat. Ia
bahwa BL adalah anak yang lemah juga lebih suka mendengarkan temannya
lembut, ia sering mengganggu temannya cerita ketimbang ia bercerita. Tetapi
di kelas karena hanya semata-mata setelah ia mulai berteman dengan siswi
mencari perhatian. perempuan dikelas ia mulai menunjukan
perubahannya yaitu sekarang ia
Wawancara dengan guru mata pelajaran memakai jilbab. Dan lebih suka
subyek kasus II tersenyum jika bertemu sapa dengan
Berdasarkan wawancara dengan teman yang lain.
guru mata pelajaran bahasa indonesia,
subyek kasus adalah siswi yang jarang Wawancara dengan orang tua subyek
mengemukakan pendapatnya. Ia juga kasus I
tidak bersemangat dalam belajar. Berdasarkan hasil wawancara
Dikelas ia hanya duduk diam dan dengan sang ibu, BL adalah anak yang
mendengarkan tanpa berinteraksi dengan sangat mandiri dan tidak manja, tapi ia
yang lainnya. Menurut sang guru, adalah anak yang kurang terbuka dengan
sebenarnya DA dalam dirinya memiliki ibunya tentang masalahnya, BL
sebuah keseriusan dan potensi yang bisa mempunyai tekanan batin karena sering
digali yaitu adalah pada pelajaran bahasa diejek oleh temannya karena waktu SMP
indonesia ini. Nilai mata pelajaran dulu ayah BL pernah berpacaran dengan
bahasa indonesia tidak lah buruk. Ia juga teman sekelas BL. ia jarang curhat
rajin mengerjakan tugas dan soal jika dengan ibunya. Ia juga anak yang susah
dikelas. Tingkah lakunya dengan guru dikontrol oleh ibunya karena dirumah
itu hormat dan mukanya sedikit penakut hanya ada ia serta BL dan adiknya yang
jika ia disuruh untuk maju kedepan masih kecil, kakak pertma BL sudah
kelas, ia hanya tidak hafal dengan nama- bekerja di kota singkawang. Ayahnya
nama guru yang ia tahu adalah nama jarang pulang. BL sering nongkrong
mata pelajarannya saja. hingga larut malam. Karena tidak
adanya kontrol lebih dari ibunya.
Wawancara dengan teman subyek
kasus I Wawancara dengan orang tua subyek
Berdasarkan hasil wawancara kasus II
dengan salah satu teman subyek kasus, Berdasarkan hasil wawancara
ia mengungkapkan jika BL adalah siswi dengan ibu subjek kasus, BR adalah
yang mudah akrab dengan teman laki- anak yang sangat pendiam dan tertutup
laki tetapi tidak mudah akrab dengan bahkan dengan ibunya sendiri, ia tidak
teman perempuan. Menurutnya BL suka suka berinteraksi dengan keluarganya
nongkrong lama-lama di kantin dan yang lain dan juga tidak akrab dengan
mengganggu temannya, tetapi BL kedua adiknya. DA juga pernah
mempunyai sifat yang baik hati dan rajin ketahuan oleh orang tuanya sampai
jika disuruh untuk ke kantor . BL juga membuat ayah nya marah besar serta
sudah mempunyai teman akrab yang lain ibunya yang sangat terpukul yaitu ia
kelas yaitu ID, MN dan SC. berpacaran dengan sesama jenis.

Wawancara dengan teman subyek Diagnosis


kasus II Berdasarkan hasil pengamatan dan
Berdasarkan wawancara dengan wawancara yang diperoleh dari hasil
temannya dikelas, subjek kasus adalah identifikasi, maka dapat disimpulkan
siswi yang pendiam dan tidak banyak bahwa yang menjadi faktor penyebab
subyek kasus I ini memiliki kepribadian Untuk mengatasi masalah subyek kasus
maskulin yaitu : 1) Ketidak harmonisan I menggunakan pendekatan model
orang tua, 2) Pengaruh pergaulan antar konseling behavioral dengan teknik
teman sebayanya yang sejak kecil ia latihan asertif dan teknik pengondisian
hanya bergaul dengan laki-laki saja. 3) operan melalui penguatan positif.
Kekecewaan subjek kasus terhadap Teknik latihan asertif adalah latihan
perilaku sang ayah. 4) Kurangnya yang dilakukan subyek kasus dengan
kontrol dari orang tua , 5) Tidak adanya melakukan bermain peran dengan teman
keterbukaan subjek kasus dengan sang sekelas subyek kasus agar subyek kasus
ibu tentang masalahnya. 6) Teman satu merasakan penolakan dari teman-teman
gang serta saudaranya semuanya laki- dan guru dalam bentuk di kucilkan,
laki. 7) Kurangnya kesadaran dalam diri diasingkan dan tidak diterima di sekolah
subjek kasus tersebut, ia menganggap tersebut jika ia tetap mengganggu
bahwa perilaku dan penampilannya temannya dan berperilaku seperti laki-
tersebut baik dan trendi, 8) Kurangnya laki atau berkepribadian maskulin.
pengenalan dalam diri subjek kasus Kemudian teknik pengondisian operan
seperti tidak tahunya tentang keadaan dengan metode penguatan positif adalah
dirinya sendiri yang membuat ia susah subyek kasus ditingkatkan motivasinya
untuk membuat sebuah keputusan yang baik dalam dalam menjalani kehidupan
baik untuk dirinya kesehariannya sebagai perempuan dan
Berdasarkan hasil pengamatan dan siswi disekolah tersebut dengan
wawancara yang diperoleh dari hasil memberi pujian dalam bentuk hadiah
identifikasi, maka dapat disimpulkan kepada subyek kasus setelah subyek
bahwa yang menjadi faktor penyebab kasus banyak mengalami perubahan.
subyek kasus II ini memiliki Model konseling rasional emotif
kepribadian maskulin yaitu : 1) terapi atau REBT dengan model
Kurangnya kesadaran pada diri subjek konseling ini maka subyek kasus I
kasus tentang kerpibadiannya yang diberikan teknik direktif dan didaktik
maskulin itu tidaklah baik untuk dirinya yaitu teknik direktif diberikan ke subyek
serta masa depannya. 2) Sifatnya yang kasus I untuk memberikan pandangan
pendiam dan tertutup yang membuat ia tentang masalah yang di alami subyek
susah menerima masukan dari orang kasus I mengarahkannya ke arah pikiran
lain. 3) Ketidak dekatan orang tua serta yang rasional. Kemudian teknik didaktik
keluarga dengan subjek kasus. 4) adalah teknik yang di gunakan secara
Pergaulannya yang lebih suka bergaul langsung mengarahkan subyek kasus I
dengan laki-laki ketimbang dengan untuk berfikir rasional dengan cara
perempuan. 5) Ayah subjek kasus yang memuji potensi subyek kasus dan
jarang pulang karena bekerja yang mengarahkannya agar subyek kasus I
membuat subjek kasus merasa asing mengenal lingkungan lebih dalam.
dengan ayahnya. 6) Kegemarannya Alternatif bantuan yang diberikan
menonton drama korea dari ia SD,SMP untuk subyek kasus II adalah dengan
hingga SMA sekarang. model konseling behaviroal dengan
teknik latihan asertif dan teknik
Prognosis pengondisian operan melalui penguatan
Setelah mengetahui faktor-faktor positif dan teknik rasional emotif terapi
penyebabnya maka dirumuskan atau REBT dengan teknik direktif dan
alternatif bantuan yang akan diberikan teknik didiaktik. Teknik latihan asertif
kepada subyek kasus I secara bertahap adalah latihan yang dilakukan subyek
dan berlanjut untuk mengatasi masalah kasus dengan melakukan bermain peran
siswi memiliki kepribadian maskulin. dengan teman sekelas subyek kasus agar
subyek kasus merasakan penolakan dari membimbing subyek kasus I keruang
teman-teman dan guru dalam bentuk di BK untuk di berikan penjelasan tentang
kucilkan, diasingkan dan tidak diterima teknik asertif yaitu bermain peran yang
di sekolah tersebut jika ia tetap bertujuan untuk melatih diri subyek
mengganggu temannya dan berperilaku kasus I untuk bersikap tegas terhadap
seperti laki-laki atau berkepribadian diri sendiri, kemudian setelah itu subyek
maskulin. Kemudian teknik kasus I di bimbing menuju ke kelas nya
pengondisian operan dengan metode dan subyek kasus I menjadi sasaran
penguatan positif adalah subyek kasus utama bermain peran tersebut dan
ditingkatkan motivasinya baik dalam teman-teman subyek kasus berperan
dalam menjalani kehidupan menjadi teman yang mengasingkan dan
kesehariannya sebagai perempuan dan mengucilkan subyek kasus I agar subyek
siswi disekolah tersebut dengan kasus I mulai berfikir dan mengubah
memberi pujian dalam bentuk hadiah pola tingkah laku.
kepada subyek kasus setelah subyek kemudian penulis memberikan
kasus banyak mengalami perubahan. padangan terhadap subyek kasus I
Model konseling rasional emotif mengenai kondisi orang tua subyek
terapi atau REBT dengan model kasus I yang kurang harmonis, jika
konseling ini maka subyek kasus II subyek kasus tetap mempertahankan
diberikan teknik direktif dan didaktik sifat dan penampilannya yang maskulin
yaitu teknik direktif diberikan ke subyek maka akan membuat sang ibu makin
kasus I untuk memberikan pandangan tertekan dan membuat subyek kasus
tentang masalah yang di alami subyek tidak nyaman. Penulis juga memberikan
kasus I mengarahkannya ke arah pikiran bimbingan kepada subyek kasus I untuk
yang rasional. Kemudian teknik didaktik mengikuti kegiatan positif seperti
adalah teknik yang di gunakan secara ekstrakulikuler futsal karena subyek
langsung mengarahkan subyek kasus II kasus I pernah menjuarai pertandingan
untuk berfikir rasional dengan cara futsal sekolah agar waktu tidak terbuang
memuji potensi subyek kasus dan percuma dengan nongkrong dengan
mengarahkannya agar subyek kasus II teman laki-lakinya hingga larut malam
mengenal lingkungan lebih dalam. yang membuat ibu nya makin sedih.
Langkah yang harus di siapkan oleh
Treatment subyek kassus II adalah subyek kasus II
Setelah peneliti merencanakan diajak untuk meniru model yang sesuai
bentuk alternatif bantuan yang akan dengan karaker dia sebagai perempuan.
diberikan oleh subyek kasus, maka Pertama-tama penulis membiming
dilaksanakanlah alternatif bantuan subyek kasus II untuk keruang BK untuk
tersebut dengan tindakan sebagai diberikan penjelasan tentang teknik
berikut: Langkah yang harus disiapkan latihan asertif yaitu meniru model,
oleh subyek kasus I adalah subjek kasus penulis menyuguhkan beberapa pilihan
diajak bermain peran dengan teman- model yang baik untuk siswi untuk
teman satu kelas. Subjek kasus dicontoh dalam keseharian siswi
diarahkan untuk membayangkan situasi tersebut, seminggu sekali penulis
misalnya penolakan dari teman-teman meninjau siswi tersebut. Penggunaan
dan guru dalam bentuk di kucilkan, teknik ini karena subyek kasus II sangat
diasingkan dan tidak diterima di sekolah menyukai drama korea sejak kecil yang
tersebut jika ia tetap mengganggu membuat subyek kasus II terpengaruh
temannya dan berperilaku seperti laki- menjadi memiliki kepribadian maskulin.
laki atau berkepribadian maskulin. Kemudian penulis juga memberikan
Sebelum teknik di laksanakan, peneliti pandangan tentang keadaan orang tua
subyek kasus II yang kurang harmonis mengalami perubahan yaitu dalam hal
dan jika subyek kasus II tetap penampilan yang sangat tampak, subjek
mempertahankan sifat dan kasus sudah memakai jilbab sekarang.
penampilannya yang maskulin maka Nada bicaranya juga sudah tidak lagi
akan membuat sang ibu makin tertekan keras-keras dan mulai melembut nada
dan saudara nya yang semua nya bicaranya. Subjek kasus juga sudah
perempuan butuh panutan yang baik dan jarang terlambat masuk sekolah dan ia
menyarankan subyek kasus II untuk pun jarang nongkrong dengan teman-
mengikuti ekstrakulikuler pramuka teman laki-laki saat jam istirahat. Ia
dimana dalam pramuka itu di ajarkan malah akrab sekali dengan siswi satu
untuk berinteraksi terhadap teman-teman kelas yang ber inisial IA, DI, MO, dan
dan pengenalan lingkungan seperti SI.
camping. Kemudian dengan Wawancara dengan subyek kasus I
menggunakan teknik didaktik subyek Berdasarkan hasil evaluasi dengan
kasus II diberikan pandangan bahwa ia subjek kasus, ternyata sekarang subjek
memiliki potensi dibidang akademik kasus sudah mengalami banyak
yaitu pelajaran bahasa indonesia. perubahan. Perubahan yang dimaksut
Peneliti memberikan bayangan bahwa adalah subjek kasus sudah mulai
ekstrakulikuler pramuka sangat baik mengenakan jilbab jika disekolah dan ia
agar siswi tersebut melampiaskan emosi juga sudah jarang keluar sampai larut
nya agar tidak hanya main hp saja malam. Subjek kasus juga sekarang
dirumah serta menjadi orang pendiam lebih suka ikut dalam ektrakulikuler
dirumah karena akan belajar interaksi futsal disekolah dan itu membuat subjek
serta mengenali lingkungan yang kasus merasa banyak pengalaman baru,
sebenarnya sangat menyenangkan. yang awalnya ia tidak pernah bergaul
dekat dengan sesama perempuan,
Evaluasi sekarang subjek kasus mulai bergaul dan
malah mempunyai teman yang akrab
Wawancara dengan guru mata pelajaran yaitu berjumlah empat siswi yang
seubyek kasus II berinisila IA, DI, MO dan SI yang
Berdasarkan hasil evaluasi dengan sangat feminim sekali. Bahkan kadang
guru mata pelajaran, subjek kasus sudah teman-teman subjek kasus tersebut
mengalami banyak perubahan terutama memotivasi subjek kasus untuk
dalam penampilannya. Subjek kasus memakai softlen dan memakai lipstik
sekarang sudah mengenakan jilbab, agar terlihat lebih rapi dan cantik.
jarang mencubit teman perempuan Subjek kasus mengungkapkan bahwa ia
dikelasnya dan ia sudah jarang terlambat ingin membuktikan kepada ayahnya
masuk kelas maupun sekolah. Subjek bahwa ia akan jadi anak yang lebih baik
kasus juga sudah mempunyai teman setidaknya ia tidak membuat ibunya
akrab dikelas yaitu berjumlah 4 siswi sedih akan perilakunya.
yang semuanya tentunya adalah Wawancara dengan guru mata pelajaran
perempuan. Mereka sering berkumpul subyek kasus II
bersama dan duduk bersama dikelas. Berdasarkan hasil evaluasi dengan
Subjek kasus juga nilainya mulai ada guru mata pelajaran, ternyata subjek
kenaikan yaitu dimata pelajaran kasus II banyak mengalami perubahan.
matematika yang ibu guru ini ampu. Perubahan yang dimaksud yaitu subjek
Wawancara dengan wali kelas subyek kasus sekarang sudah memakai jilbab di
kasus I semester II ini. Ia juga sekarang mau
Berdasarkan hasil evaluasi dengan untuk berteman dengan sesama siswi
wali kelas, subjek kasus sekarang sudah dikelas. Ia juga sekarang lebih rajin
mengerjakan tugas serta mengemukakan kepada kedua adiknya bahwa ia bisa
pendapatnya dikelas tidak seperti waktu menjadi kakak yang baik serta bisa jadi
ia masih semester awal ia sangat panutan kepada adiknya, ia juga ingin
pendiam dan acuh tak acuh dengan membahagiakan ayah dan ibunya.
pelajaran.
Keseriusan ia berubah mulai tampak, Tindak lanjut
tidak seperti tahun sebelumnya dan Dari hasil evaluasi untuk diperoleh
semester sebelumnya. Ia mulai berjilbab hasil yang optimal, maka dilakukan
dan nampak ceria saat berkumpul tindakan yaitu bekerjasama dengan
dengan sesama siswi yang lainnya. masing-masing pihak yang terkait
Wawancara dengan wali kelas subyek dengan individu, gunakan untuk tetap
kasus II mempertahankan perubahan yang sudah
Berdasarkan hasil evaluasi dengan subyek kasus dapatkan yaitu :
wali kelas, ternyata subjek kasus sudah Subjek kasus I tetap akan
mengalami perubahan, yang dimaksud mempertahankan perubahannya
perubahan yaitu ia mulai memakai jilbab sekarang.
dan sudah mau berinteraksi dengan Berkerjasama dengan wali kelas
sesama siswi yang lainnya. Sebelumnya subyek kasus I guna untuk memonitor
ia tidak punya teman dikelas sesama perkembangan dan perubahan-
siswi, temannya semuanya laki-laki dan perubahan pada diri subyek kasus agar
suka diolok dengan panggilan Jo jika tetap bertahan. Memberikan kesempatan
dikelas. Ia juga sekarang sudah kepada subyek kasus untuk
mengenal nama guru seperti wali mengeksplorasi kemampuan yang ia
kelasnya sendiri. Subjek kasus juga miliki.
sekarang mengikuti ekstrakulikuler Berkerjasama dengan guru
pramuka yang diselenggakan seminggu matapelajaran subyek kasus Iguna untuk
sekali di sekolah, serta sekarang ia sudah melihat perkembangan dan perubahan-
jadi penggalang di pramuka tersebut perubahan yang ada pada diri subyek
walau kadang ia juga tidak masuk saat kasus agar tetap bertahan. Selain itu
pramuka tapi itu jarang. Informasi itu libatkan subyek kasus dalam diskusi
didapatkan dari guru yang mengajar kelompok agar subyek kasus bisa
pramuka. mengeluarkan buah pikir yang ada
Wawancara dengan subyek kasus II dipikirannya supaya subyek kasus bisa
Berdasarkan hasil evaluasi dengan aktif dikelas serta bisa lebih berprestasi
subjek kasus, ternyata subjek kasus di olahraga futsal tersebut.
sekarang sudah mengalami banyak Bekerjasama dengan orang tua,
perubahan, yaitu subjek kasus sudah agar orang tua tetap memantau
mau memakai jilbab dan ia juga mau perubahan dan perkembangan anaknya.
berteman dengan sesama siswi dikelas Berilah pujian dan hadiah pada diri anak
bahkan ia juga punya teman kelompok supaya perubahannya tetap bertahan dan
belajar yang semuanyaberanggotakan memberikan dukungan kepadanya agar
perempuan, walaupun ia juga belum tetap semangat.
terlalu banyak bicara, ia hanya lebih Selanjutnya subyek kasus II akan
suka mendengar ketimbang berbicara menjalankan dengan baik semua
saat belajar bersama temannya. alternatif bantuan yang sudah diberikan
Subjek kasus juga mengatakan ia oleh peneliti. Subyek kasus juga akan
sudah tidak lagi berpacaran dengan mengusahakan untuk berinteraksi
sesama jenis, ia sudah tidak dengan teman-temannya khusus teman
berkomunikasi dengan temannya perempuan dan ingin membuktikan
tersebut karena ia ingin membuktikan
kepada keluarga ia bisa menjadi anak Subyek kasus I
yang dibanggakan oleh orang tua. 1) Karakteristik siswi yang memiliki
Bekerjasama dengan wali kelas subyek kerpibadian maskulin yang dialami oleh
kasus II guna untuk selalu memonitor subyek kasus I adalah berpenampilan
perubahan dan perkembangan subyek seperti laki-laki yaitu dengan ciri-ciri
kasus agar bisa tetap bertahan. Dan memotong rambut dengan model yang
memberikan dorongan serta pujian sama persis dengan laki-laki, bersikap
kepada konseli. seperti laki-laki, Ia juga sering terlambat
Bekerjasama dengan guru matapelajaran masuk sekolah Sering ditegur oleh guru
subyek kasus II guna untuk tetap mata pelajaran maupun guru BK tetapi
memonitor perubahan dan kurang diperhatikan, siswi ini bangga
perkembangan dari subyek kasus agar menyebut dirinya tomboy.
bisa tetap bertahan. Libatkan konseli Kemudian siswi ini mengkonsumsi
dalam proses belajar, baik dalam diskusi rokok diluar sekolah dan sering
kelompok maupun dalam sesi Tanya nongkrong dengan teman-temannya
jawab. sampai larut malam diatas pukul 00.00
Kerjasama dengan orang tua WIB
subyek kasus II guna untuk tetap 2) Faktor-faktor a) Ketidak harmonisan
memonitor perubahan dan orang tua b) Pengaruh pergaulan antar
perkembangan subyek kasus supaya bisa teman sebayanya yang sejak kecil ia
tetap bertahan. Memberi pujian dan hanya bergaul dengan laki-laki saja. c)
hadiah kepada konseli agar perubahan Kekecewaan terhadap perilaku sang
dan perkembangan tetap bertahan dan ayah d) Kurangnya kontrol dari orang
menambahkan semangat konseli dalam tua e) Tidak adanya keterbukaan dengan
belajar serta berinteraksi dengan orang sang ibu tentang masalahnya. f) Teman
tua dan keluarga agar ia tidak lagi satu gang serta saudaranya semuanya
menjadi anak yang tertutup dan acuh tak laki-laki g) Kurangnya kesadaran dalam
acuh. diri subjek kasus tersebut h) Kurangnya
pengenalan dalam diri subjek kasus
KESIMPULAN DAN SARAN seperti tidak tahunya tentang keadaan
Kesimpulan dirinya sendiri yang membuat ia susah
untuk membuat sebuah keputusan yang
Berdasarkan analisis data, maka
baik untuk dirinya 3) Bantuan yang
dapat disimpulkan bahwa kasus siswi
diberikan kepada subyek kasus untuk
yang memiliki kepribadian maskulin
mengatasi siswi yang memiliki
ditemukan pada subyek kasus I dan
kerpibadian maskulin.
subyek kasus II yang merupakan siswi
Menggunakan dua teknik dari
kelas XI MIA 2 dan XI MIA 3 SMA
konseling behavioral dan dua teknik dari
Negeri 9 Pontianak. Pengentasan
terapi rasional emotif yaitu Model
masalah siswi yang memiliki
konseling behavioral, teknik latihan
kerpibadian maskulin di kelas XI SMA
asertif, teknik pengondisian operan
Negeri 9 Pontianak dilakukan dengan
dengan metode penguatan positif, model
menggunakan pendekatan kualitatif
konseling rasional emotif terapi, teknik
dengan metode deskriptif dalam bentuk
direktif, teknik didaktik
penelitian studi kasus. Bentuk
4) Hasil penelitian setelah diberi bantuan
karakteristik, faktor-faktor penyebab
subyek kasus I sudah banyak mengalami
serta alternatif bantuan yang diberikan
perubahan terutama dalam hal
kepada subyek kasus I dan subyek kasus
penampilan. Subjek kasus sudah
II dapat dirincikan sebagai berikut :
memakai jilbab sekarang dan ia sudah
tidak lagi mengganggu temannya
dikelas, sebelumnya ia suka mencubit dengan sesama siswi dikelas, ia juga
temannya terutama siswi perempuan. sudah mempunyai kelompok belajar
Subjek kasus sekarang juga sudah jarang yang beranggotakan siswi perempuan
berkumpul dengan teman laki-laki, ia semuanya, ia mulai sedikit terbuka
bahkan sudah mempunyai teman akrab sekarang ia mulai menunjukan
yang berjumlah empat siswi yaitu perubahannya bahkan ia juga sudah
berinisial IA, DI, MO dan SI. tidak lagi berpacaran dengan sesama
Nilai mata pelajaran sudah jenis, ia sudah tidak berkomunikasi
mengalami peningkatan yaitu di dengan temannya tersebut, ia ingin
pelajaran sejarah, sudah jarang terlambat berubah menjadi panutan yang baik
masuk kelas untuk kedua adiknya dan
Subyek kasus II membanggakan kedua orang tuanya
1) Karakteristik yang muncul pada diri terutama ayahnya.
subyek kasus II yang memiliki
kepribadian maskulin ini adalah Saran
berpenampilan seperti laki-laki dengan
Berdasarkan kesimpulan diatas
ciri memotong rambut dengan model
bahwa upaya pengentasan siswi yang
yang sama persis seperti laki-laki,
memiliki kepribadian maskulin
bersikap seperti laki-laki seperti suka
disarankan untuk memberikan
bergerombol dengan siswa laki-laki.
pengertian dan perhatian yang intensif
Lebih suka duduk dengan siswa laki-laki
dalam membimbing dan memperhatikan
dikelas. Selanjutnya tidak mau memakai
perkembangan kepribadian subyek
anting. Ia juga sangat pendiam dan acuh
kasus. Oleh sebab itu, maka perlu
tak acuh dengan teman, guru maupun
kerjasama antara kepala sekolah, wali
pelajaran di sekolah.
kelas, guru matapelajaran, dan orang tua
2) Faktor- faktor a) Kurangnya
subyek kasus.
kesadaran pada diri subjek kasus II b)
Subyek kasus I disarankan untuk
Sifatnya yang pendiam dan tertutup, c)
tetap menjalankan alternatif bantuan
Ketidak dekatan orang tua serta keluarga
yang sudah diberikan. Membuat jadwal
dengan subjek kasus, d) Lebih suka
belajar dirumah, Meningkatkan terus
bergaul dengan laki-laki f) Ayah subjek
semangat belajar serta bergaul dengan
kasus yang jarang pulang g)
teman-teman yang baik, terus belajar
Kegemarannya menonton drama korea
berubah lebih baik dari segi penampilan
3) Bantuan yang diberikan kepada
dan sikap kamu, membuktian kepada
subyek kasus untuk mengatasi masalah
ayah bahwa subyek kasus I bisa menjadi
siswi yang memiliki kepribadian
anak yang dibanggakan oleh orang tua,
maskulin, mengunakan dua teknik dari
meskipun tanpa perhatian dan kasih
model konseling behavioral dan dua
sayang dari ayah.
teknik dari terapi rasional emotif yaitu
Subyek kasus II disarankan untuk
Model konseling behavioral, teknik
tetap menjalankan alternatif bantuan
latihan asertif, teknik pengondisian
yang sudah diberikan oleh peneliti.
operan dengan metode penguatan
Tetap berbuat baik dan mulai belajar
positif, model konseling rasional emotif
untuk berteman dengan teman yang baik
terapi, teknik direktif, teknik didaktik
serta bersikaplah baik mulai untuk
4) Hasil penelitian setelah diberi
mempunyai rasa empati kepada sesama
bantuan subjek kasus sudah mengalami
teman dan orang lain, mulai lah belajar
banyak perubahan, yaitu dalam hal
banyak tentang apa yang ingin dipelajari
penampilan dan sifat serta sikapnya. Ia
seperti belajar psikologi, dan membuat
sudah memakai jilbab sekarang, subjek
jadwal belajar dirumah agar waktu tidak
kasus juga sudah mau berinteraksi
terbuang sia-sia untuk bermain Hp dan Siswa Pasca Penganiayaan Di
menonton drama Korea saja. SCCC (Surabaya Children Crisis
Centre). (online).
DAFTAR RUJUKAN (jurnalbki.uninsby.ac.id/index.php/J
ABKIN. (2013). Pelayanan Bimbingan PPI/article/view/289/208, diakses 4
Dan Konseling. Permendikbud No. November 2016)
81. A Soekanto. (2010). Latar Belakang
Perilaku Menyimpang. (online).
Rineka Cipta (http//:www.perilaku.menyimpang.
Dermantoto, Argyo. (2010). Pengertian html, diakses 6 november 2016).
Maskulin. (online), Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
(http://maskulinitas.uns.ac.id/? Kuantitaf, Kualitatif Dan R & D.
Dwinita, Dina. (2012). Pelaksanaan Bandung: Alfabeta.
Bimbingan dan Konseling Anak Winkel dan Hastuti, Sri. (2013).
Berkebutuhan Khusus di SMK N 4 Bimbingan Dan Konseling Di
Padang. (online). Institusi Pendidikan. Yogyakarta:
(http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ Media Abadi.
jupekhu, diakses 4 November 2016) Yuline. (2012). Bahan Ajar Pendalaman
Gibson, Robert L dan Mitchell, Materi Bimbingan Dan Konseling
Marianne H. (1981). Introduction to Di Sekolah. Pontianak: CV. Kami
Guidance. New York: Macmillar. Pontianak.
Publishing Co, INC. Yusuf, Syamsus dan Nurihsan, Juntika.
Gross, Richard. (2013). Psychology The (2011). Landasan Bimbingan Dan
Science Of Mind And Behaviour. Konseling. Bandung: PT. Remaja
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rosdakarya.
Gusti. (2010). Larangan wanita
menyerupai laki-laki. (online).
(http://namakugusti.wordpress.com/
2010/09/15/larangan-terhadap-
wanita-yang-menyerupai-laki-laki-
dan-laki-laki-yang-menyerupai-
wanita/,diakses 19 Oktobe 2016).
Kartono. (2009). Perilaku Menyimpang.
(online). (
Lahey, Bejamin B. (2009). Psychology
an Introduction. New York:
McGraw-Hill.
Muhidin, Sambas, Ali, dan
Abdurahman, Maman. (2009).
Analisis Korelasi,
Regresi, dan Jalur Dalam
Penelitian. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Nelson, Richard C. (1969). Guidance
and Counseling In The Elementary
School. New York: Holt, Rinehart
and Winston, INC.
Riyanto, Hadi dan Syakur, Abd. (2013).
Bimbingan dan Konseling Islam
dalam menangani Trauma Seorang

You might also like