852 37 2424 1 10 20190423 PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT BERDASARKAN

METODE ABC, EOQ DAN ROP


(Studi Kasus Pada Gudang Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik)

Anna Fitrotun Nisa


Fitrotunnisa29@gmail.com
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Gresik

Abstract
In the supply of medicines in the pharmacy warehouse of Muhammadiyah Gresik
Hospital, there has been drug void and expired date. This research was conducted
by using descriptive qualitative research approach. Based on the analysis of ABC,
the use of drugs in group A was 43 drugs or 7.75% of all drug supplies with
90323 items or 69.59% of total drug usage. Medicines belonging to group B are
78 types of drugs or 14.05% of all types of drug supplies with the amount of use
as much as 26371 items or 20.32% of total drug usage. While the drugs that
include group C as much as 434 types of drugs or 78.25% of all types of drug
supplies with the amount of use as much as 13103 items or 10.09% of total drug
usage. Based on analysis of ABC Investment classified as A is as much as 78 types
of drugs or 14.5% of all drugs with an investment of Rp 250,733,719.00 or
69.28% of the total drug investment. The drugs belonging to group B are as many
as 135 types of drugs or 24.32% of all drugs with an investment value of Rp
82,624,061.00 or 22.83% of the total drug investment. While the drugs belonging
to group C are as many as 342 types of drugs or 61.63% of all drugs with an
investment of Rp 28,513,928.00 or 7.89% of the total drug investment. Based on
EOQ analysis then the optimum order amount from Group A with high investment
value varies from 1-2565 items. While according to ROP analysis obtained point
reorder/time reorder for 78 drugs that belong to group A with high investment
value varies from 1-2861 item.

Keywords: ABC Analysis, Economic Order Quantity (EOQ), and Reorder Poit
(ROP)

PENDAHULUAN stock) yang mengakibatkan obat


Pelayanan kefarmasian merupakan tersebut mencapai expride date.
suatu pelayanan langsung dan Instalasi farmasi merupakan
bertanggung jawab kepada pasien satu-satunya bagian unit rumah sakit
yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang betanggung jawab penuh atas
dengan maksud mencapai hasil yang pengelolaan dan penyediaan seluruh
pasti untuk meningkatkan mutu sediaan farmasi yang beredar di rumah
kehidupan pasien ( Peraturan Menteri sakit. Untuk mewujudkan layanan
Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 yang efektif dan efisien maka bagian
tentang standar pelayanan kefarmasian farmasi harus dapat memenuhi semua
di Rumah Sakit). Pengelolaan obat permintaan obat yang ada tanpa terjadi
yang efektif yang dilakukan untuk kelebihan stok yang berakibat pada
mencegah terjadinya kekurangan obat terjadinya obat menumpuk dan obat
(stock out), kelebihan obat (over tersebut menjadi expired date atau

17
kekurangan stok yang berakibat KAJIAN PUSTAKA
konsumen harus membeli obat Manajemen Logistik
tersebut ditempat lain. Menurut staff Menurut Wolper (2005) dalam
bagian farmasi selama ini metode RS Sabarguna (2009), manajemen
Muhammadiyah Gresik dalam logistik adalah pengendalian barang-
pengadaan obat, yaitu dengan barang, layanan, dan perlengkapan
melakukan permintaan saat obat mulai dari akuisisi sampai pada
tersebut habis. Hal ini mengakibatkan diposisi dan ada elemen penting yaitu
jumlah pemesanan tidak jelas, dan strategi terpadu untuk menjamin
kadang terlalu banyak, sehingga bahwa barang, jasa dan perlengkapan
menimbulkan beberapa obat terlalu dibeli dengan biaya total yang
lama disimpan sehingga terjadi terendah, strategi terkait untuk
kadaluarsa. menjamin bahwa persediaan dan
Menurut John dan Harding biaya disimpan dipantau dan
(2011) untuk memastikan bahwa dikendalikan secara agresif.
pengendalian persediaan efektif, maka Menurut Quick (1997),
tiga pertanyaan dasar yang harus pembelanjaan untuk obat
dijawab adalah apa yang akan menghabiskan 40% dari total
dikendalikan, berapa banyak yang anggaran rumah sakit, sehingga
hendak dipesan, dan kapan memesan pengelolaan harus dilakukan dengan
kembali. Jawaban dari pertanyaan efektif dan efisien agar kelancaran
tersebut, dalam penelitian ini pelayanan kesehatan tidak terganggu
digunakan metode ABC untuk dan pendapatan rumah sakit juga
mengklasifikasikan obat yang akan dapat ditingkatkan. Selain sebagai
diteliti. Selanjutnya obat yang cost center, instalasi juga merupakan
tergolong kelompok A akan dihitung revenue centre.
menggunakan metode Economic
Order Quantity (EOQ) untuk Persediaan
mengetahui jumlah optimum Persediaan merupakan salah satu asset
pemesanan yang dapat perusahaan yang sangat penting
mengefesiensikan biaya yang akan karena berpengaruh langsung terhadap
dikeluarkan rumah sakit untuk kemampuan perusahaan untuk
pembelian obat ke pabrik farmasi. memperoleh pendapatan. Karena itu,
Untuk dapat mengetahui kapan obat persediaan harus dikelola dan dicatat
tersebut dipesan kembali maka dengan baik agar perusahaan dapat
peneliti menggunakan metode Reorder menjual produknya serta memperoleh
Point (ROP) sehingga dapat mengatasi pendapatan sehingga tujuan
kekurangan stok. perusahaan tercapai (Rudianto,
Tujuan dari penelitian ini adalah 2012:222).
untuk mengetahui dan menganalisa Persediaan menurut Sritomo
pengelompokan obat berdasarkan (2003:385) merupakan “timbunan”
metode ABC, mengetahui jumlah barang (bahan baku, produk setengah
optimum pemesanan obat jadi, atau produk akhir, dan lain-lain)
menggunakan metode EOQ dan yang secara sengaja disimpan sebagai
mengetahui waktu pemesanan kembali cadangan (safety atau buffer-stock)
menggunakan metode ROP pada untuk menghadapi kelangkaan pada
Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik. saat proses produksi berlangsung.

18
Metode Pengendalian Persediaan S : Biaya pemesanan untuk setiap
a. Analisis ABC pesanan
Metode analisis ABC merupakan H : Biaya penyimpanan per unit
metode pembuatan kelompok atau EOQ penerapannya sangat tepat
penggolongan berdasarkan perangkat dalam kaitannya kurangnya stok
nilai dari nilai tertinggi hingga akhir. Dengan menerapkan
terendah dan dibagi menjadi 3 kebijaksanaan EOQ maka dalam
kelompok besar yang disebut setiap tahun dapat ditentukan
kelompok A (nilai investasi tinggi), B banyaknya order sehingga dapat
(nilai investasi sedang) dan C (nilai mengatasi kemungkinan kehabisan
investasi rendah). Metode ini sangat stok.
berguna di dalam memfokuskan c. Reorder Point (ROP)
perhatian manajemen terhadap Reorder Point (ROP) adalah
penentuan jenis barang yang paling metode untuk memutuskan kapan
penting dan perlu diprioritaskan dalam mengajukan pemesanan kembali
persediaan (Heizer dan Reider, 2010). agar terciptanya keseimbangan
Menurut Seto (2004), sistem ABC antara persediaan dengan
dalam proses pengendalian persediaan permintaan sedangkan buffer stook
obat digolongkan menjadi salah satu adalah persediaan tambahan yang
dari kategori : diadakan untuk melindungi dan
1) Kelompok A mewakili 20% menjaga kemungkinan terjadinya
obat dalam persediaan dan 70% kekurangan bahan (John dan
total penjualan. Harding, 2001:71). Rumus yang
2) Kelompok B mewakili 30% digunakan menurut John dan
obat dalam persediaan dan 20% Harding (2001) adalah :
total penjualan. ROP = (d X L) + SS
3) Kelompok C mewakili 50% Keterangan :
obat tetapi hanya kira-kira 10% ROP = Reorder Point
total penjualan. d = Permintaan harian
b. Economic Order Quantity L = Lead Time (waktu tunggu)
(EOQ) SS =Persediaan pengaman (Safety
Economic Order Quantity (EOQ) Stock)/Buffer Stock
adalah sejumlah persediaan barang
yang dapat dipesan pada suatu periode METODE
untuk tujuan meminimalkan biaya dari Jenis penelitian dalam penelitian ini
persediaan barang tersebut adalah penelitian kualitatif deskriptif.
(Sabarguna, 2004).Rumus untuk Pendekatan penelitian yang digunakan
menentukan jumlah pemesanan oleh peneliti adalah pendekatan studi
optimum menurut Heizer dan Render kasus, dengan tujuan menggungkap
(2010:562),yaitu: fakta, keadaan dan fenomena. Menurut
Cresswell (2010;20) pendekatan studi
kasus adalah pendekatan kualitatif di
mana peneliti mengeksplorasi suatu
Keterangan: kasus atau beberapa dari waktu ke
Q : Jumlah optimum unit per waktu, secara terperinci, pengumpulan
pesanan (EOQ) data yang mendalam, melibatkan
D : Permintaan tahunan dalam unit berbagai sumber informasi dan
untuk barang persediaan laporan deskripsi.

19
Dalam penelitian ini akan display), dan penarikan kesimpulan
membahas tentang pengendalian atau verifikasi (conclutions).
persediaan obat di instalasi farmasi
rumah sakit, maka data dikumpulkan HASIL PENELITIAN DAN
dari gudang farmasi rumah sakit PEMBAHASAN
muhammadiyah Gresik. Dalam Hasil Penelitian
pemberian informasi dan data yang a. Pengendalian persediaan Obat
tepat mengenai proses pengendalian yang Diterapkan di Rumah Sakit
persediaan obat maka Informan yang Muhammadiyah Gresik
tepat adalah sebagai berikut : Dalam proses pengendalian
1. Kepala Bidang penunjang medis persediaan obat yang ada di gudang
yang bertanggung jawab atas farmasi Rumah Sakit
instalasi Farmasi sebagai salah satu Muhammadiyah Gresik
penunjang medis di Rumah Sakit menggunakan tiga cara yaitu
Muhammadiyah Gresik. dengan menggunakan stock
2. Staf gudang farmasi sebagai Opname, Buku anfra dan laporan.
pelaksana harian kegiatan di b. Penentuan Strategi yang Efektif
gudang farmasi Rumah Sakit Dalam Pengendalian Persediaan
Muhammadiyah Gresik. 1) Analisis ABC
Jenis dan sumber yang dipakai Jumlah keseluruhan pemakaian
adalah data primer dan data sekunder. obat yang digunakan pada bulan
Data sekunder dalam penelitian ini Februai adalah sebanyak 129797 obat.
adalah daftar nama obat, jumlah Sementara untuk jumlah baiya
pemakaian obat dan harga obat selama persediaan obat yang telah dihabiskan
satu periode yang diperoleh dari unit untuk pembelian obat yang ada di
gudang yang membagi tahapan dalam rumah sakit adalah sebanyak Rp
kegiatan analisis data dengan beberapa 361.871.708,00. Berikut adalah hasil
bagian yaitu Reduksi data (data analisis ABC berdasarkan jumlah
reduction), penyajian data (data pemakaian dengan menggunakan data
pada bulan Februari 2018 :
Tabel 1 Analisis ABC Berdasarkan Jumlah Pemakaian Bulan Februari 2018
Kel.Obat Jenis Obat JenisObat (%) Pemakaian Pemakaian (%)
Kel. A 43 7,75 90323 69,59
Kel. B 78 14,05 26371 20,32
Kel. C 434 78,25 13103 10,09
Total 555 100,00 129797 100,00
Sumber : Hasil Pengolahan data Sekunder
Tabel 1 menunjukkan bahwa pemakaian tinggi (fast moving). Obat
kelompok obat berdasarkan jumlah yang termasuk kelompok B sebanyak
pemakaian. Obat yang masuk dalah 78 jenis obat atau 14,05% dari seluruh
kelompok A adalah sebanyak 43 jenis jenis persediaan obat dengan jumlah
obat atau 7,75% dari seluruh jenis pemakaian sebanyak 26371 item atau
persediaan obat dengan jumlah 20,32% dari total pemakaian obat di
pemakain sebanyak 90323 item atau Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik.
69,59% dari total pemakain obat di Obat yang masuk dalam kelompok B
Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik. merupakan jenis obat yang
Obat yang masuk dalah kelompok A pemakaiannya sedang (moderate).
merupakan obat yang tergolong pada

20
Sedangkan obat yang termasuk Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik.
kelompok C sebanyak 434 jenis obat Obat yang termasuk dalam kelompok
atau 78,25% dari seluruh jenis C ini adalah pemakaian yang rendah
persediaan obat dengan jumlah (slow moving). Berikut hasil analisis
pemakaian sebanyak 13103 item atau ABC berdasarkan nilai investasi obat
10,09% dari total pemakaian obat di pada bulan Februari 2018:
Tabel 2 Analisis ABC berdasarkan Nilai Investasi Obat bulan Februari 2018
Kel. Obat Jenis Obat % Jenis Obat Nilai Investasi % Nilai Investasi
Kel. A 78 14,05 250.733.719 69,28
Kel. B 135 24,32 82.624.061 22,83
Kel. C 342 61,63 28.513.928 7,89
Total 555 100,00 361.871.708 100,00
Sumber : Hasil Pengolahan data Sekunder
Tabel 2 menunjukan bahwa permintaan obat, biaya pemesanan dan
kelompok obat berdasarkan nilai biaya penyimpanan.
investasi. Obat yang tergolong 1. Jumlah permintaan yang
kelompok A adalah sebanyak 78 telah diketahui dari analisis
jenis atau 14,5% dari seluruh obat ABC yang dilakukan sebalumnya
dengan nilai investasi sebesar Rp adalah sebanyak 129797 obat
250.733.719,00 atau 69,28% dari 2. Biaya Pemesanan mencakup biaya
total investasi obat di Gudang yang dibutuhkan untuk melakukan
Farmasi RS Muhammadiyah Gresik. pemesanan antara lain biaya
Obat yang tergolong kelompok B telepon dan biaya administrasi.
adalah sebanyak 135 jenis obat atau a. Berdasarkan wawancara, rata-
24,32% dari seluruh obat dengan rata waktu dibutuhkan dalam
nilai investasi sebesar Rp 82.624.061 tiap kali melakukan pemesanan
atau 22,83% dari total investasi obat 5 menit. Tarif telepon local
Gudang Farmasi RS Muhammadiyah adalah Rp 250,- per 2 menit
Gresik. Sedangkan obat yang (PT.TelkomIndonesia, 2016),
tergolong kelompok C adalah sehingga biaya telepon
sebanyak 342 jenis atau 61,63% dari permenit adalah Rp 125,-Maka
seluruh obat dengan nilai investasi biaya untuk 5 menit telepon
sebesar Rp 28.513.928,00 atau 7,89% adalah Rp 625,-
dari total investasi obat di Gudang b. Berdasar hasil wawancara
Farmasi RS Muhammadiyah Gresik. dengan informan, ATK yang
2) Analisis EOQ digunakan oleh bagian gudang
Menentukan jumlah pemesanan farmasi adalah surat pemesanan
optimum menggunakan metode EOQ, obat, buku tukar faktur, dan
diperlukan perhitungan mengenai tinta printer.
Tabel 3 Biaya ATK Dalam Pemesanan Setiap Bulan
No Barang Banyak Harga (Rp) Jumlah (Rp)
1 Surat Pemesanan (SP) 2 Box 30.000 60.000
2 Buku Tukar Faktur 2 Buku 7.500 15.000
3 Tinta Printer 1 Botol 30.000 30.000
Jumlah Biaya 105.000
Biaya Setiap Transaksi (179 transaksi) 590
Sumber : Hasil Pengolahan data Sekunder

21
Berdasarkan rincian biaya Jumlah hari dalam sebulan = 30
pemesanan tersebut disebutkan bahwa hari Maka, Jumlah pemakaian rata-
: Biaya pemesanan = rata (d)
Biaya Telepon + Biaya Administrasi = 1319 capsul / 30 hari
= Rp 625,- + Rp 590,- = 44 capsul
= Rp 1.215,- Z (95%)= 1,65
3. Biaya Penyimpanan menurut Safety Stock (SS) = z x d x l
Heizer dan Render (2010) adalah = 1,65 x 44 x 1
26% dari unit cost barang. = 72,5 capsul
Sebagai contoh perhitungan biaya Jadi, safety stock/stok pengaman
penyimpanan untuk obat Cefat untuk obat Cefat 500mg/100caps
500mg/100caps. Apabila harga adalah 72 capsul.
dari Cefat 500mg/100caps 3) Analisis ROP
Rp.10.885.00 maka diperoleh data Diketahui : d = 44 capsul
: Biaya penyimpanan = 26% X L = 1 hari SS = 72 capsul
Rp. 10.885,-=Rp 2.830,- Sehingga perhitungannya adalah :
Jadi biaya penyimpanan obat ROP = (d x l) + SS
Cefat 500mg/100caps adalah Rp = (44 x 1) + 72 = 117 capsul
2.830.00. Jadi, Reorder Point (ROP) untuk
Setelah biaya pemesanan dan obat Cefat 500mg/100caps adalah 117
biaya penyimpanan diketahui, maka capsul.
data tersebut dimasukkan kedalam
rumus. Sebagai contoh perhitungan Pembahasan
EOQ adalah obat Cefat Dari hasil penelitian pengendalian
500mg/100caps sebagi berikut : persediaan obat berdasarkan metode
Jumlah pemakaian = 1.319 capsul ABC, EOQ dan ROP pada gudang
Biaya penyimpanan = Rp. 2.830.00 farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah
Biaya pemesanan = Rp 1.215.00 Gresik disimpulkan hal-hal berikut :
Maka Economic Order Quantity 1. Proses pengawasan yang
(EOQ) adalah : dilakukan oleh unit farmasi
Q =√ 2DS Rumah Sakit Muhammadiyah
H Gresik dalam pengendalian
2
Q = 2.1319.1215 persediaan obat melalui stock
2830 opname, buku anfra dan laporan
2
Q = 3205170 bulanan.
2830 2. Perencanaan obat berdasarkan
2
Q = 1133 metode analisis ABC dapat
Q = 33,7 capsul dikelompokkan obat menurut
Jadi, jumlah pemesanan yang nilai pemakaian dan nilai
optimal dalam setiapkali pemesanan investasinya, sehingga lebih
obat Cefat 500mg/100caps adalah 33,7 memudahkan di dalam
capsul atau 34 capsul. Berikut ini perencanaan dan pengendalian
adalah contoh perhitungan Safety persediaannnya.
Stock obat Cefat 500mg/100 caps: 3. Dengan menggunakan metode
Jumlah pemakaian obat (D) EOQ dapat meminimalisir biaya
= 1319 capsul penyimpanan obat dan over
Lead time (l) = 1 hari stock. Hal ini karena pemesanan
Service level = 95% obat yang tidak terlalu berlebih.

22
4. Penentuan titik ROP yang Asshobirin Tahun 2013. Jakarta:
merupakan keadaan dimana harus Skripsi UIN
memesan obat kembali, sangat
membantu dalam menjaga Freddy Rangkuti, 1995, Manajemen
ketersediaan obat sehingga Persediaan Aplikasi dibidang
memperkecil terjadinya stock out. Bisnis, Manajemen PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
KESIMPULAN
1. Pengendalian obat dilakukan Heizer, Jay dan Render, Barry. 2010.
dengan tiga metode yaitu Manajemen Operasi. Jakarta:
menggunakan Stock Opame, Buku Salemba Empat
Anfra, dan Laporan mempengaruhi
manajemen persediaan. Herjanto, Eddy. 1999.Manajemen
2. Analisis ABC kelompok A dengan Produksi dan Operasi Edisi
nilai investasi tinggi Kedua. Jakarta: Grasindo.
mempengaruhi proses
pengendalian obat. Johns, D.T dan Harding, H.A. 2011.
3. Stok obat yang dikendalikan Manajemen Operasi untuk
dengan perhitungan EOQ Meraih Keunggulan Kompetitif.
berpengaruh terhadap efesiensi Jakarta :PPM
biaya penyimpanan.
4. Waktu pemesanan obat dengan Lestary, Putri Ayu,dkk.2016. Analisis
menggunakan metode ROP Pengendalian Persediaan Obat
berpengaruh terhadap terjadinya Berdasarkan Metode Analisis
stock out. ABC Indeks Kritis Di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum
DAFTAR PUSTAKA Daerah Kota BauBau Tahun
Dirjen Peraturan Perundang- 2016. Jurnal Kesehatan
undangan Kementerian Hukum Masyarakat
dan Hak Asasi Manusia RI.
2016. Perubahan Atas Listyorini, Puguh Ika. 2016.
Peraturan Menteri Kesehatan Perencanaan dan Pengendalian
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Obat Generik dengan metode
Standar Pelayanan Analisis ABC, EOQ dan ROP
Kefarmasian Di Rumah Sakit. (Studi Kasus Di Unit Farmasi
Jakarta. RS PKU ‘Aisyiyah
Boyolali).Jurnal Infokes, Vol 6
Dwiantara, Lukas dan Rumsari Hadi No 2, November 2016
Sumarto.2009. Manajemen
Logistik Pedoman Praktis Bagi PT.Telkom. 2013. Telkom Lokal.
Sekretaris dan Staf Diakses dari situs
Administrasi. Jakarta: Grasindo. (www.telkom.co.id)

Fadhila, Rahmi. 2013. Studi Rudianto, 2012, Pengantar Akuntansi


Pengendalian Persediaan Obat Adaptasi IFRS, Erlangga,
Generik Melalui Metode Jakarta.
Analisis ABC, EOQ dan ROP di
Gudang Farmasi RS Islam

23
Sabarguna, Boy. S. 2009. Buku Sugiyono.2012. Metode Penelitian
Pegangan Mahasiswa Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Manajemen Rumah Sakit. Bandung:Alfabeta.
Jakarta: Sagung Seto.
Topowijono, Candra Yulia dan
Sekjen Kementerian Kesehatan RI. Nengah Sudjana. 2016.
2015. Rencana Strategis Penerapan Model EOQ
Kementerian Kesehatan RI (Economic Order Quantity)
Tahun 2015-2019. Jakarta. Dalam Rangka Meminimumkan
Biaya Persediaan Bahan Baku
Seto, Soerjono. 2004. Manajamen (Studi Pada UD. Sumber Rejo
Farmasi. Surabaya: Airlangga Kandangan-Kediri). Jurnal
University Press Administrasi Bisnis (JAB).
Vol.36 No.1, Juni 2016
Siagian, P., 1987, Penelitian
Operasional : Teori dan Wignjosoebroto, Sritomo, 2003,
Praktek, Universitas Indonesia Pengantar Teknik & Manajemen
Press. Jakarta. Industri, edisi pertama, Guna
Widya, Surabaya.
SK Majelis Pembina Kesehatan
Umum Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kabupaten
Gresik nomor
01/KEP/III.6/B/2015 tentang
Struktur Organisasi RS
Muhammadiyah Gresik.

Soeratno, dan Lincolin Arsyad. 2008.


Metodologi Penelitian untuk
Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Subagyo dkk, 2009, Dasar-Dasar


Operations Research, edisi
kedua, BPFE-Yogayakarta,
Yogyakarta.

Subiyanto, Ibnu, 2000, Metodologi


penelitian, Yogyakarta: UPP
AMPYKPN.

Suharsaputra, Uhar, 2014, Metode


Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan Tindakan, Bandung: PT.
Refika Aditama.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian


Bisnis. Bandung:Alfabeta

24

You might also like