Gambaran Nilai Monitoring Hemodinamik Non Invasif Padapasien Sepsis Di Ruang Intensif Care Mira

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

ARTIKEL PENELITIAN

Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 6, Nov 2019 : 268-278

GAMBARAN NILAI MONITORING HEMODINAMIK NON INVASIF


PADAPASIEN SEPSIS DI RUANG INTENSIF CARE

Mira1
1
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Jalan S. Parman Komp. RS. Islam
Banjarmasin, Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan, Kode Pos 70245
Email : mira.28my@gmail.com

Abstract

Sepsis is a syndrome of physiological, pathological and biochemical disorders caused by the body over-
response to infection. Rapid assessment of sepsis can help treat and prevent worsening of the patient
condition, in addition to monitoring the condition can be done by using non invasive hemodynamic
monitoring values.
This study aim to determine the description of the value non invasive hemodynamic monitoring in sepsis
patients in the ICU Ulin Hospital Banjarmasin This research method uses descriptive research with a
sample of 30 respondents and purposive sampling technique and use observation sheets as a data
collection sheet.
The results of this study showed that average age of respondents was mostly the elderly and female sex
categories, for the results of non-invasive hemodynamic monitoring value for systolic blood pressure
values ranging from 90-130 mmHg to 19 people and distolic blood pressure with a range of 60-90
mmHg as many as 23 people, the mean value of the arterial pressure (MAP) of the respondent is 60-100
mmHg as many as 26 people, the most respondents' heart rate was> 100 x / minute as many as 16 people
the respiration rate of the most respondent was> 24 x / minute as many as 17 people and the peripheral
oxygen saturation value (SpO2) the most respondents were ≥95% as many as 24 people

Keywords: Sepsis, qSOFA, non invasive hemodynamic


.
Abstrak

Sepsis merupakan suatu sindrom kelainan fisiologis, patologis, dan biokimia yang disebabkan oleh respon
tubuh berlebih terhadap infeksi. Penilaian sepsis yang cepat dapat membantu perawatan dan pencegahan
terhadap perburukkan kondisi pasien, selain itu untuk pemantauan kondisi bisa dilakukan dengan
menggunakan nilai monitoring hemodinamik non invasif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran nilai monitoring hemodinamik non invasif pada
pasien sepsis di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin. Metode penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif dengan jumlah sampel 30 responden dan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan
menggunakan lembar observasi sebagai lembar pengumpul data.
Hasil penelitian ini menunjukkan rerata usia responden sebagian besar adalah kategori lanjut usia dan
berjenis kelamin perempuan, hasil nilai monitoring hemodinamik non invasif nilai tekanan darah sistolik
dengan rentang 90-130 mmhg sebanyak 19 orang, tekanan darah distolik dengan rentang 60-90 mmhg
sebanyak 23 orang, nilai Mean Arteri Pressure (MAP) responden yang paling banyak adalah 60-100
mmhg sebanyak 26 orang, Nilai heart rate responden yang paling banyak adalah >100 x/menit sebanyak
16 orang,nilai respirasi responden yang paling banyak adalah >24 x/menit sebanyak 17 orang dan nilai
saturasi oksigen perifer (SpO2) responden yang paling banyak adalah ≥95% sebanyak 24 orang.

Kata Kunci : Sepsis, qSOFA, hemodinamik non invasif

268
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 6, Nov 2019 : 268-278

PENDAHULUAN melaporkan jumlah angka kematian


Sepsis menjadi salah satu masalah
terkait sepsis sebanyak 8.888 kasus
terbesar yang perlu diperhatikan, karena
dengan angka kenaikan kasus mencapai
sepsis merupakan penyebab utama
37% pada tahun 2015.
kematian dan penyakit kritis di seluruh
Meskipun pemahaman
dunia. Banyak faktor yang dapat
patofisiologi dan terapi meningkat,
menyebabkan terjadianya sepsis
penelitian Cristie et al (2017)
terutama pada pasien kritis dengan tirah
menyatakan sepsis tetap dilaporkan
baring lama yang dapat berisiko
menjadi penyebab dari kematian non-
terjadinya infeksi dan jika tidak
cardiac di Intensive Care Unit (ICU).
tertangani akan berkembang menjadi
Penelitian oleh Suka et al. (2006) yang
sepsis. Sepsis merupakan suatu sindrom
meneliti tingkat kejadian sepsis di 28
yang berlangsung progresif, yang dapat
ICU diseluruh rumah sakit di Jepang
menyebabkan disfungsi dan disregulasi
dalam waktu tertentu menemukan
tubuh akibat respon tubuh yang berlebih
insiden sepsis adalah 1,02 tiap 100
terhadap infeksi. Menurut Christopher
pasien yang masuk ICU atau tiap 1000
et al. (2016) sepsis merupakan suatu
pasien perhari. Penelitian Gatner dan
sindrom kelainan fisiologis, patologis,
Mason (2015) juga menyebutkan bahwa
dan biokimia, yang disebabkan oleh
sekitar setengah dari pasien yang
respon tubuh luar biasa terhadap
menderita sepsis berasal dari ruang ICU
infeksi, yang dapat menyebabkan
dengan presentase 11-14% dan sepsis
kerusakan jaringan, kegagalan organ,
berat sebanyak 3%.
serta kematian.
Di Indonesia salah satunya
Prevalensi tingkat kejadian sepsis
menurut data dari penelitian Tambajong
tergolongan besar dan angka mortalitas
(2016) yang meneliti tingkat
cukup tinggi bagi pasien yang
penyebaran sepsis selama Desember
mengalami perburukkan kondisi
2014 s/d November 2015 di RSUP Prof
menjadi severe sepsis atau syok.
Dr. R.D. Kandau Manado, mencatat
Menurut data Center for Disease
82,08% pasien mengalami sepsis,
Control/CDC (2016) tingkat kematian
11,04% mengalami sepsis berat dan
akhibat sepsis mencapai 28% sampai
5,7% mengalami syok berat, sedangkan
50%. Sedangkan menurut data dari
angka kematian akhibat sepsis
National sepsis reports (2016)

269
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 6, Nov 2019 : 268-278

tergolong tinggi mencapai 65,7%. Data merekomendasikan adanya penilaian


ini meunjukkan bahwa sepsis disfungsi organ dengan menggunakan
merupakan permasalahan yang serius di skoring quickSequential Organ Failure
rumah sakit. Departemen Ilmu Penyakit Asregasi (qSOFA) sebagai penunjuk
Dalam (RSCM) menyatakan renjatan sederhana untuk mengidentifikasipasien
septic merupakan penyebab kematian yang terinfeksi dan cenderung
tertinggi selama tiga tahun berturut- septic.Menurut Cristhoper et al. (2017)
turut (2009-2011), yaitu pada 49% Penilaian skor qSOFA ≥ 2 poin yang
kasus kematian pada tahun 2009 dan diukur dalam 24 jam pertama pasien
meningkat menjadi 55% pada tahun masuk perawatan digunakan untuk
2011 (Kemenkes RI, 2017). membedakan mortalitas pasien diantara
Meningkatnya kejadian sepsis membuat pasien dengan dugaan infeksi yang
banyak peneliti berusaha memberikan dirawat di ICU, sedangkan menurut
panduan penatalaksanaan sepsis yang penelitian Seymour et al. (2016)
tepat untuk menekan angka kematian melaporkan bahwa 75% pasien dengan
akhibat sepsis. dugaan infeksi yang memiliki dua atau
Berdasarkan konsesus lebih poin qSOFA juga memiliki
internasional ketiga (Sepsis-3) tahun setidaknya dua point SOFA.
2016 yang disepakati oleh SCCM dan Singer et al. (2016) menyebutkan
ESICM meredefinisikan sepsis untuk qSOFA dapat mendeteksi pasien sepsis
mencerminkan pandangan terbaru secara dini dengan menggunakan tiga
patobiologis yang utama, sehingga criteria: tekanan darah ≤100 mmhg,
dapat membedakan sepsis dari infeksi tingkat pernapasan tinggi ≥22 x/menit
tanpa komplikasi. Saat ini sepsis dan perubahan mental status (skor GCS
didefinisikan sebagai disfungsi organ < 15). Skor qSofa berkisar antaran 0
yang mengancam jiwa yang disebabkan sampai 3 poin, dimana hasil skor ≥ 2
oleh respon host terhadap infeksi poin qSOFA dikaitkan dengan risiko
(Singer et al., 2016). kematian dan perawatan intensif yang
Keterlibatan disfungsi organ lebih lama. Hasil dari penilaian qSOFA
mampu mengidentifikasi patobiologis dapat memberikan gambaran
yang kompleks, disamping itu hasil hemodinamik pada pasien sepsis
konsesus tersebut juga dimana secara umum menujukkan

270
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 6, Nov 2019 : 268-278

terganggunya sirkulasi mikro. RSUD Ulin selama 3 bulan terakhir


Pada pasien sepsis hal penting (April-Juni 2017) adalah sebanyak 241
yang perlu diperhatikan perawat adalah orang, sedangkan untuk jumlah angka
pemantauan terhadap perfusi, tekanan kematiannya sebanyak 123 orang, ini
darah, status mental, laktat darah, dan memperlihatkan bahwa angka
output urine, serta peran mendasar mortalitas di ruang ICU RSUD Ulin
dalam tindakan monitoring resusitasi masih tergolong tinggi yaitu sebesar
cairan seperti mengelola loading cairan 48,96% dan untuk data sepsis sendiri
dan memantau respon pasien terhadap peneliti belum bisa mendapatkan secara
resisutasi cairan (Dewi, 2016). Menilai pasti karena belum tercantum semua di
respon cairan terhadap proses catatan sensus. Hasil wawancara dengan
pergantian cairan dapat dilakukan ketika salah seorang perawat di ruang ICU
loading cairan, dan indikator untuk RSUD Ulin mengatakan bahwa untuk
terus melakukan loading cairan adalah tatalaksana pasien sepsis belum semua
perbaikan hemodinamik yang dapat mengetahui sehingga untuk
dilihat dari pernafasan, heart rate, penatalaksanaannya menunggu
tekanan darah dan artery pressure keputusan dari dokter.
apabila tidak terlihat tanda-tanda Penatalaksanaan pasien sepsis
perbaikan maka tetesan loading harus terutama yang terkait dengan terapi
dikurangi atau bahkan dihentikan atau cairan sangat penting diketahui karena
diganti dengan tetesan rumatan. resusitasi cairan diperlukan untuk
Penelitian Marik et al. (2011) menilai status hemodinamik pasien.
menyatakan pentingnya panduan akurat Selain itu kurangnya penilaian repon
resusitasi pada pasien sepsis pasien terhadap cairan akan memiliki
dikarenakan hanya sekitar setengah atau efek sangat negatif, tidak memadai
50% dari pasien kritis menunjukkan resusitasi cairan dapat menyebabkan
respon preload (kemampuan jantung hipoperfusi jaringan dan peningkatan
meningkatkan stroke volume (SV)). kerusakan organ, sedangkan resusitasi
Berdasarkan data awal yang cairan berlebih akan menyebabkan
dikumpulkan oleh peneliti dari studi edema jaringan yang memperparah
pendahuluan pada bulan Juli tahun 2017 kondisi pasien. Perawat juga
jumlah pasien yang masuk di ruang ICU mempunyai peran mendasar terhadap

271
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 6, Nov 2019 : 268-278

penilaian respon cairanketika loading sampel berjumlah 30 responden dan


cairan dan proses pergantian cairan analisa data dilakukan secara univariat.
dimanaindikator untuk terus melakukan
loading cairan adalah perbaikan HASIL DAN PEMBAHASAN
hemodinamik (Pernafasan, HR, TD dan Karakteristik Responden
artery pressure). Hasil penelitian ini menunjukkan
Rumusan masalah dari penelitian sebagian besar usia responden yang
ini adalah Bagaimana gambaran nilai terbanyak berada direntang ≥ 45tahun
monitoring hemodinamik non invasif (76,7%) sebanyak 23 responden. Lebih
pada pasien sepsis diruang Intensif Care dari separuh responden berjenis kelamin
Unit RSUD Ulin? perempuan (60%) sebanyak 18
Tujuan umum pada penelitian ini responden dan klasifikasi penyakit yang
mengidentifikasi gambaran nilai menyebabkan terjadinya sepsis adalah
monitoring hemodinamik non invasif penyakit bedah (post operasi) dengan
pada pasien sepsis diruang Intensif Care presentase (63,3%) sebanyak 19
Unit RSUD Ulin. responden.
Tabel 1 Distribusi Responden
berdasarkan Jenis Kelamin, Usia
METODE PENELITIAN
danKlasifikasi penyakit dengan
Penelitian ini merupakan kategori sepsis diruang ICU RSUD
Ulin bulanNovember s/d Desember
penelitian deskriptif yang akan
2017 (n=30)
menggambarkan nilai monitoring Karakteristik Jumlah (%)

hemodinamik non invasif (tekanan a. perempuan 18 60.0


Jenis
b. laki-laki 12 40.0
darah, MAP, nadi, respirasi dan saturasi kelamin
Total 30 100,0
oksigen (SpO2) pada pasien sepsis. a. < 45 7 23.3
Usia
b. ≥ 45 23 76.7
Populasi penelitian ini adalah seluruh Total 30 100.0
pasien sepsis diruang ICU dengan Klasifikasi a. medis 11 36,7
penyakit
b. bedah 19 63.3
kriteria infeksi dan skore qSOFA ≥2. Total 30 100.0
Metode sampling yang digunakan Sumber: data primer (2018)

adalah accidental sampling selama satu Usia

bulan dari bulan November s/d Hasil penelitian ini diperoleh rata-

Desember 2017. Instrumen penelitian rata usia responden termuda adalah 23

menggunakan lembar observasi. Besar tahun dan tertua 82 tahun, rata-rata usia

272
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 6, Nov 2019 : 268-278

yang paling banyak pada penelitian ini lebih rendah, namun perbedaan angka
adalah ≥45 tahun dimana menurut kematian akhibat sepsis dijelaskan oleh
WHO kategori usia >45 termasuk lanjut perbedaan penyakit yang mendasari dan
usia awal. Sedangkan untuk klasifikasi lokasi infeksi (Derek et al.2001).
penyakit rata-rata responden yang Klasifikasi penyakit
termasuk kategori sepsis adalah Komorbiditas responden pada
responden post operasi (bedah). Insiden hasil penelitian ini lebih banyak pada
sepsis lebih tinggi terjadi pada anak dan pasien bedah (post operasi) sebanyak 19
usia lanjut (Jennam et al, 2017). Tahap responden (63,3%). Salah satu faktor
perkembangan sistem imun yang berperan terhadap mortalitas
menunjukkan bahwa semakin tua usia, sepsis adalah pemasangan alat invasif
semakin sedikit tingkat kekebalan dan prosedur invasif (Saraswati, 2014).
sistem imun sehingga semakin rendah Kondisi kritis seperti setelah operasi
pula kemampuan membunuh pathogen. atau saat berada di rumah sakit untuk
Imun pada usia lanjut dikatakan berada jangka waktu yang lama juga
pada keadaan imunosenesens yaitu merupakan penyebab terjadinya sepsis
penurunan kompetensi sistem imun (Si Xiang et al., 2016).
yang membuat lebih rentan terhadap Pasien dengan kondisi kritis dan
penyakit, khususnya infeksi termasuk tirah baring lama berisiko terjadinya
kehilangan atau terhambatnya infeksi dan setiap infeksi yang cukup
hipersensifitas, kemampuan parah bisa menyebabkan kondisi sepsis.
membersihkan infeksi dan sebagai Sepsis berkembang akhibat infeksi yang
predisposisi terhadap infeksi memiliki port d’entrée yang umumnya
nosokomial. berbentuk luka atau defek epitel
Jenis Kelamin lainnya. Selain itu, beberapa faktor yang
Berdasarkan jenis kelamin dijumpai sangat berperan pada
penelitian ini didapatkan mayoritas perkembangan sepsis. Faktor tersebut
responden berjenis kelamin perempuan. antara lain adalah patogenitas atau
Angka kejadian sepsis lebih banyak virulensi organisme mikro, faktor
pada pria (Jennam et al. 2017). pejamu dan faktor lingkungan.
Perempuan usia tertentu juga memiliki Distribusi Nilai monitoring
hemodinamik non invasif pada
kejadian sepsis dengan mortalitas yang
pasien sepsis

273
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 6, Nov 2019 : 268-278

vasopressor untuk mempertahankan


nilai tekanan darahnya sehingga rata-
rata nilai tekanan darah terpengaruh
oleh penggunaan obat tersebut. Hasil
Sumber: data primer (2018) penelitian ini diperkuat dengan
Dari distribusi data didapatkan penelitian Sanfillipo et al. (2015) yang
rata-rata nilai sistole pasien sepsis menyatakan disfungsi diastolik
berada direntang 90-130mmhg ventrikel kiri akan ditemukan pada
sebanyak 63,3%, dan rata-rata diastole pasien yang mengalami syok sepsis dan
rentang 60-90mmhg sebanyak 76,7 syok septic serta hal paling yang
Pada rata-rata nilai MAP didapatkan dominan muncul, setidaknya dua kali
lebih dari separuh responden berada lebih sering terjadi pada pasien dengan
direntang 60-100 mmhg sebanyak sepsis. Studi terbesar (n = 262),
86,7%.Nilai rata-rata HR didapatkan Landesberg et al. (2012) melaporkan
lebih banyak pada rentang >100 disfungsi diastolik pada 54% pasien
sebanyak 53,3%, rata-rata presentase dengan sepsis sedangkan 23% pasien
RR 56,7% direntang >24x/mnt mengalami disfungsi sistolik.
sedangkan untuk nilai rata-rata SpO2 MAP
berada pada rentang >95% sebanyak Nilai MAP mengambarkan
86,7% yang dikatakan masih dalam perfusi rata-rata dari peredaran darah
batas normal. sistemik, sangat penting untuk
Tekanan darah mempertahankan MAP diatas 60
Dellinger et al. (2013) mmHg, untuk menjamin perfusi otak,
menyatakan bahwa Hipotensi yang perfusi arteri coronaria, dan perfusi
terinduksi sepsis didefinisikan sebagai ginjal tetap terjaga. Hasil penelitian ini
tekanan darah sistolik (SBP) <90 didapatkan nilai MAP pada rentang
mmHg atau MAP <70 mmHg atau normal dimana hal tersebut terjadi
penurunan SBP> 40 mmHg atau kurang karena adanya pegaruh dari penggunaan
dari dua standar deviasi dibawah normal obat vasopressor.
sesuai usia tanpa sebab lain sebagai Secara umum pada kondisi sepsis
penyebab hipotensi. Pada hasil ditemukan maldistribusi dan penurunan
penelitian ini rata-rata responden aliran darah kapiler, hal ini dikarenakan
banyak yang menggunakan obat

274
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 6, Nov 2019 : 268-278

perubahan curah jantung yang yang telah mendapatkan resusitasi


dibutuhkan untuk mempertahankan cairan tekanan darah yang rendah dan
pengiriman oksigen, mempertahankan denyut jantung yang tinggi disebabkan
tekanan darah dan meyakinkan tekanan oleh tingginya cardiac output dan
perfusi adekuat pada sebagian besar rendahnya resistensi vascular dengan
organ tidak dapat melakukan auto tanda perifer yang hangat dan nadi yang
regulasi sehingga tidak dapat meningkat namun jika pasien belum
mengkompensasi gangguan sirkulasi dilakukan resusitasi terdapat cardiac
yang menyebabkan menurunnya output yang rendah dan resistensi
preload, disfungsi vasoregulasi, depresi vaskuler sistemik yang tinggi
miokard, dan meningkatnya kebutuhan didapatkan tanda akral yang dingin,
metabolism serta disfungsi berkeringat dengan nadi yang lemah
mikrosirkulasi. dan dibutuhkan resusitasi segera.
Tekanan Nadi Respirasi
Berdasarkan hasil penelitian ini Hasil penelitian ini mendapatkan
didapatkan data tekanan nadi yang data respirasi yang paling banyak pada
paling banyak pada rentang >100 rentang >24 x/menit sebanyak tujuh
x/menit sebanyak enam belas orang belas orang (56,7%). Hasil ini sejalan
(53,3%). Hasil ini sejalan dengan dengan penelitian Rello et al (2009)
penelitian Dellinger et al.(2013) yang yang menyatakan bahwa kriteria sepsis
menyebutkan laju irama jantung dan adalah pasien yang mempunyai infeksi
tahanan vascular paru sedikit meningkat dan dua dari keempat parameter (suhu
pada pasien sepsis. Penelitian Osbron >38 OC atau <36 OC, denyut nadi
TM (2006) menyebutkan perubahan >90x/mnt, jumlah pernafasan >20x/Mnt
dasar hemodinamik yang terjadi pada atau PCO2 <32mmHg, hasil hitung
pasien sepsis adalah kelaian patolegik leukosit >12 atau <4 x 109/l). Penelitian
arterial yang menyebabkan perubahan Rhodes, A et al. (2017) menyatakan
pada viskositas dan laju aliran pasien sepsis bisa dinilai dari tanda
pembuluh darah arteri.kemungkinan disfungsi 6 sistem organ (pernafasan,
lain sebagai penyebabnya adalah kardiovaskular, hati, koagulasi, ginjal
perubahan dalam metabolisme sendiri. dan neurologis). Pada pasien sepsis
Pada kodisi sepsis awal dan pada pasien terjadinya peningkatan frekuensi

275
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 6, Nov 2019 : 268-278

pernafasan disebabkan karena faktor pasien bedah (post operasi).


tahanan vascular paru yang meningkat 2. Rerata nilai sistole pasien sepsis
akibat dari maldistribusi dan penurunan berada direntang 90-130mmhg
darah kapiler sehingga menyebabkan sebanyak 63,3%, dan rerata diastole
ketidak cukupan suplai oksigen. rentang 60-90mmhg sebanyak 76,7
Penyebab lainnya adalah manifestasi Pada rerata nilai MAP didapatkan
klinis dari disfungsi paru dimana lebih dari separuh responden berada
kondisi sepsis dapat menyebabkan direntang 60-100 mmhg sebanyak
peningkatkan permeabilitas alveoli yang 86,7%. Nilai rerata HR didapatkan
menimbulkan gangguan fungsi paru. lebih banyak pada rentang >100
Saturasi Oksigen Perifer (SpO2) sebanyak 53,3%, rerata presentase
Hasil penelitian ini didapatkan RR 56,7% direntang >24x/mnt
bahwa SpO2 yang paling banyak pada sedangkan untuk nilai rerata SpO2
rentang ≥ 95% sebanyak dua puluh berada pada rentang >95% sebanyak
enam orang (86,7%). Secara umum 86,7% yang dikatakan masih dalam
pada sepsis ditemukan maldistribusi dan batas normal.
penurunan aliran darah kapiler yang
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi
mengakibatkan ketidakcukupan perfusi
gambaran hemodinamik non invasif
oksigen, sehingga kemampuan untuk
pada pasien sepsis dan sebagai bahan
meningkatkan ekstraksi oksigen perifer
rujukkan dalam melakukan
terganggu dan tergambar pada nilai
penatalaksanaan pasien sepsis. Untuk
SpO2 yang menurun akibatnya VO2
pengembangan penelitian keperawatan
(pengambilan oksigen dari
maka disarankan bagi peneliti
mikrosirkulasi) berkurang.
selanjutnya untuk dapat melakukan
SIMPULAN penelitian lanjutan yaitu keterkaitan
1. Rerata usia responden sebagian besar antara nilai monitoring hemodinamik
adalah dalam kategori lanjut usia, non invasif dengan responsivitas cairan
responden berjenis kelamin pada pasien sepsis.
perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-lakidan
Komorbiditasresponden pada hasil
penelitian ini lebih banyak pada

276
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 6, Nov 2019 : 268-278

UCAPAN TERIMA KASIH incidence, outcome, and


associated costs of care.
Ditujukan kepada Fakultas https://CriticalCareMedical: July
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UM 2001 - Volume 29 - Issue 7 - p
1303-1310.
Banjarmasin No.077.8/UMB- Gatner, D and mason C. 2015.
LP2M/T.1/VII/2018, ucapan Management of severe sepsis
anaesthesia and intensive care
terimakasih ditujukan pula kepada medicine
semua pihak yang terkait dengan https://IntensiveCareMed
2003;29:530-8 (Accessed 23 juli
penelitian, pengolahan data dan review 2017).
artikel. Jenna, et al. 2017. Racial Disparities in
Sepsis Related In Hospital
Mortality: Using a Broad Case
Capture Method and
DAFTAR PUSTAKA Multivariate Controls for
Centers for Disease Control and Clinical and Hospital Variables,
Prevention. 2016. Vital Signs: 2004-2013.
Epidemology of sepsis: http://journals.lww.com
Prevalence of Health Care (Accessed 25 agustus 2017).
Factors and Opporunities for Kementrian Kesehatan Republik
Preventionhttp://www.cdc.gov Indonesia. 2017. Pedoman
(Accessed 23 Juli 2017). Nasional Pelayanan Kedokteran
Christopher. W. et al. 2016. Assessment Tatalaksana Sepsis. Nomor
of clinical criteria for sepsis for Hk.01.07/MenKes/342
the third international consensus (Accessed 28 april 2017).
definitions for sepsis and septic Landesberg G , Gilon D , Meroz Y et al.
shock (Sepsis-3). JAMA 2012 . Diastolic dysfunction and
2016;315 (8):762- mortality in severe sepsis and
774.http://jamanetwork.com septic shock . Eur Heart J 2012
(Accessed 26 april 2017). ; 33 : 895 – 903 (Accessed 23
Cristine A, et al. 2017. ICU Admission agustus 2017).
source as a predictor of Marik, P, Monnet X, Teboul. 2011.
mortality for patient with Hemodynamic parameters to
sepsis.http://Journal.sagepub.co guide fluid therapy Western
m (Accessed 17 mei 2017). Journal of Emergency medicine
Dellinger RP, Levy MM, Rhodes et al, http://scholar.google.co.id
2012. Suviving sepsis campaign: (Accessed 22 Juli 2017).
International guidelines for Marik, Paul & J. Lemson. 2014. Fluid
management of severe sepsis responsiveness: an evolution of
and septic shock. our understanding. British
https://CriticalCareMedical. Journal of anaesthesia, Volume
2013:41(2):580-637 (Accessed 112. http://doi.org/10.1093/bja
23 juni 2017). (Accessed 10 july 2017).
Derek C, Angus,.et al .2001. National Sepsis Report, 2016.An
Epidemiology of severe sepsis in overview of the burden of sepsis-
the United States: Analysis of associated mortality and

277
Mahakam Nursing Journal Vol 2, No. 6, Nov 2019 : 268-278

healthcare usage, 2011-2015, as Leg Raising in the Critically ill:


captured by the hospital in- A Meta-Analysis.
patient enquiry database http://www.scirp.org/journal/oje
(HIPE).http://www.hse.ie.com m (Accessed 28 april 2017).
(Accessed 23 april 2017). Si Xiang et al, 2016.Characteristics,
Nursalam. 2013. Metodelogi Penelitian: treatments, and outcomes of
Pendekatan Praktis, edisi 3. severe sepsis of 3195 ICU-
Jakarta: Salemba Medika. treated adult patients throughout
Rello J. Diaz E, Rodriquez. 2009. Japan during 2011–2013Journal
Management of sepsis the PIRO of Intensive Care 2016 4:44
Approach, Springer – verlag: https://doi.org Received: 3 June
Berlin pp147. 2016 Accepted: 8 July 2016
https://IntensiveCareMed Published: 12 July
(Accessed 08 Mei 2017). 2016(Accessed 27 april 2017).
Rhodes, A, laura et al. 2017. Surviving Singer M, Deutschman Cs, Seymour C
Sepsis campaign : international et al, 2016.The Third
Guidelines for Management of international consensus
Sepsis and Septic Shock: 2016. definitions for sepsis and sepsis
Critical Care Medicine.2017; 45 shock (Sepsis-
(3): 486-552. 3).http://jamanetwork.com
https://emergencypedia.com JAMA. 2016;315(8);801-10
(Accessed 8 juli 2017). (Accessed 17 mei 2017).
Sanfilippo F , Corredor C , Fletcher N Suka, M. Katsumi Y dan Jun T.
et al. 2015. Diastolic dysfunction 2006.Incidence and outcare of
and mortality in septic patients: sepsis in Japanese Intensive
a systematic review and meta- Care Unit. The Japanese
analysis Nosocomial Infection
.https://IntensiveCareMed2015 ; Surveilance
41 : 1004 – 13 (Accessed 17 mei System.Enviromental health and
2017). preventive medicine.11
Saraswati, Desy Dewi, Antonius H. November 298-
Pudjiadi, Mulyadi M. Djer, 303.https://IntensiveCareMed(A
Bambang Supriyatno, ccessed 17 mei 2017).
Damayanti R. Syarif, Nia Tambajong, Rheza, Dianna C. Lalenoh,
Kurniati. 2014. Faktor Risiko Lucky Kumaat. 2016. Profil
yang Berperan pada Mortalitas penderita sepsis di ICU RSUP
Sepsis. Vol. 15, No. 5, Jakarta: Prof. Dr. R.D. kandau manado
EGC periode desember 2014-
Seymour CW, liu V, Iwashyna Tj et al. november 2015. Universitas
2016. Assesment of clinical Sam Ratulangi Manado.Jurnal e-
criteria of clinic, volume 4, nomor 1,
sepsis.http://jamanetwork.com Januari - Juni
JAMA. 2016;315(8);801-10 2016.https://ejornal.unsrat.ac.id
(Accessed 17 mei 2017). (Accessed 23 juli 2017).
Si Xiang et al, 2016. Diagnostic
Accuracy of Transthoracic
Echocardiography to Predict
Fluid Responsiveness by Passive

278

You might also like