Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/273775344

MODEL PERTUMBUHAN MATRIK TRANSISI UNTUK HUTAN ALAM BEKAS


TEBANGAN DI KALIMANTAN TENGAH (Transition Matrix Growth Models for
Logged-Over Natural Forest in Central Kalimantan)

Article · May 2008


DOI: 10.20886/jphka.2008.5.2.107-128

CITATION READS

1 720

3 authors, including:

Haruni Krisnawati
Forestry Research and Development Agency
83 PUBLICATIONS   687 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The Sustainable Wetlands Adaptation and Mitigation Program (SWAMP) View project

Tropical managed Forests Observatory View project

All content following this page was uploaded by Haruni Krisnawati on 21 March 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Model Pertumbuhan Matrik Transisi…(Haruni Krisnawati, dkk.)

MODEL PERTUMBUHAN MATRIK TRANSISI UNTUK HUTAN ALAM


BEKAS TEBANGAN DI KALIMANTAN TENGAH
(Transition Matrix Growth Models for Logged-Over Natural Forest in
Central Kalimantan)*)
Oleh/By:
Haruni Krisnawati , Endang Suhendang2, dan/and I.B. Putera Parthama3
1*

1
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam
Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp. 0251-8633234, 7520067; Fax 0251-8638111 Bogor
*e-mail: haruni@dephut.go.id
2
Fakultas Kehutanan IPB
Gd. Fahutan Jl. Lingkar Akademik Kampus IPB Darmaga PO BOX 168 Bogor
3
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
Jl. A. Wahab Syahrani, Sempaja – Samarinda Telp. (0541) 206364 Fax. (0541) 742298
e-mail : bpk-smd@samarinda.org Website : www.bp2k.go.id, Samarinda
*) Diterima : 16 April 2008; Disetujui : 21 Juli 2008

ABSTRACT
Transition matrix growth models were developed based on re-measurement data of permanent sample plots
collected from four blocks of logged-over forest areas in Central Kalimantan. Trees in the plots were
classified into thirteen 5 cm diameter classes ranging from 10 to 72.5+ cm and three species groups:
commercial dipterocarp, commercial non-dipterocarp and non-commercial. In the matrix growth models,
number of trees in the stand and number of trees in individual diameter classes of the species groups were
modelled as a function of time. The models comprised three components, i.e. ingrowth, upgrowth, and
mortality. Results of the model estimation indicated that ingrowth of a species was affected positively by the
number of individuals of the same species and influenced negatively by basal area of the stand. The
transition (upgrowth) and mortality probabilities of a species were found to be a function of the stand basal
area and tree diameter. The predictions of the number of trees in individual diameter classes were then tested
against actual data. Comparisons with actual data indicated that the predicted stand structures (diameter
distributions) over six years were unbiased.
Key words: Transition matrix, growth model, logged-over natural forest, Central Kalimantan

ABSTRAK
Model-model pertumbuhan matriks transisi telah disusun dari data hasil pengukuran ulang petak ukur
permanen yang dikumpulkan dari empat blok kawasan hutan bekas tebangan di Kalimantan Tengah. Pohon-
pohon dalam setiap petak dikelompokkan ke dalam 13 kelas diameter dengan lebar kelas lima cm dari 10
sampai 72,5+ cm dan tiga kelompok jenis: komersial Dipterocarpaceae, komersial Non-Dipterocarpaceae,
dan non-komersial. Di dalam model pertumbuhan matriks ini, jumlah pohon dalam tegakan dan jumlah
pohon pada setiap kelas diameter dari suatu kelompok jenis dimodelkan sebagai fungsi dari waktu. Model-
model yang tersusun terdiri atas tiga komponen, yaitu model alih tumbuh, tambah tumbuh, dan kematian.
Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa alih tumbuh suatu jenis dipengaruhi secara positif oleh jumlah
pohon jenis yang bersangkutan dan secara negatif oleh luas bidang dasar tegakannya. Peluang transisi
(tambah tumbuh) dan kematian pohon suatu jenis dipengaruhi oleh luas bidang dasar tegakan dan diameter
pohon. Dugaan jumlah pohon pada setiap kelas diameter kemudian diuji dengan data aktual. Hasil pengujian
dengan data aktual menunjukkan bahwa dugaan struktur tegakan (distribusi diameter) dalam enam tahun
tidak berbias.
Kata kunci: Matrik transisi, model pertumbuhan, hutan alam bekas tebangan, Kalimantan Tengah

107
Vol. V No. 2 : 107-128, 2008

I. PENDAHULUAN bangan juga dapat dihasilkan (Volin dan


Buongiorno, 1996).
Salah satu prasyarat dasar dalam pe- Tujuan dari penelitian ini adalah un-
ngelolaan hutan lestari adalah informasi tuk memperoleh model matriks pertum-
yang akurat tentang pertumbuhan dan ha- buhan hutan alam campuran di kawasan
sil tegakan hutan pada berbagai rejim pe- hutan bekas tebangan, Kalimantan Te-
ngelolaan dan alternatif silvikultur (Kim- ngah. Model matriks yang dihasilkan re-
mins, 1997). Meskipun demikian, keter- latif simpel tetapi cukup akurat dalam
sediaan informasi tersebut relatif masih menggambarkan dinamika struktur tegak-
terbatas untuk hutan alam tropis di Indo- an yang terjadi sehingga mudah diguna-
nesia. Beberapa penelitian tentang per- kan untuk menduga dinamika jumlah po-
tumbuhan dan hasil tegakan di beberapa hon dalam kelas-kelas diameter sebagai
lokasi penelitian telah dihasilkan, antara fungsi dari waktu.
lain oleh Wahjono dan Krisnawati
(2002), Krisnawati dan Wahjono (2004),
dan Wahjono dan Imanuddin (2007), na- II. METODE PENELITIAN
mun hasil-hasil tersebut masih relatif se-
dikit mengingat sangat bervariasinya A. Lokasi Pengumpulan Data
kondisi hutan di Indonesia.
Lokasi pengumpulan data adalah ka-
Untuk mengetahui informasi yang
wasan hutan Sei Kalek-Nahiang, Kali-
akurat mengenai pertumbuhan dan hasil
mantan Tengah yang secara geografis ter-
tegakan hutan dapat dilakukan melalui
letak di antara 11200‟-112029‟ Bujur Ti-
pemodelan, di mana parameter-parameter
mur dan 1023‟-2026‟ Lintang Selatan.
model diduga berdasarkan data hasil
Menurut pembagian wilayah administrasi
pengukuran Petak Ukur Permanen (PUP).
pemerintahan, lokasi tersebut termasuk
Menurut Hao et al. (2005), ada beberapa
dalam Desa Kuala Kuayan, Kecamatan
tipe model pertumbuhan dan hasil yang
Mentaya Hulu, Kabupaten Kotawaringin
dapat digunakan untuk hutan alam cam-
Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Se-
puran: (1) model-model level tegakan, (2)
dangkan menurut pembagian wilayah ad-
sistem persamaan diferensial, (3) rantai
ministrasi kehutanan, termasuk dalam Di-
Markov, (4) tabel proyeksi tegakan non-
nas Kehutanan Kabupaten Kotawaringin
linear, dan (5) model matriks. Di antara
Timur, Dinas Kehutanan Provinsi Kali-
kelima tipe model ini, model matriks le-
mantan Tengah. Kawasan tersebut meru-
bih banyak digunakan untuk mensimula-
pakan hutan alam tanah kering dengan to-
sikan perkembangan dinamika tegakan di
pografi yang bervariasi dari datar sampai
hutan campuran (contoh Buongiorno dan
berbukit. Ketinggian tempat antara 190
Michie, 1980; Buongiorno et al., 1995;
sampai 225 m di atas permukaan laut.
Schulte dan Buongiorno, 1998; Mendoza
Iklim setempat menurut klasifikasi
et al., 2000; Orois dan Soalleiro, 2002).
Schmidt dan Ferguson (1951) termasuk
Pada tegakan hutan alam bekas te-
dalam tipe iklim A dengan nilai Q = 8%
bangan, pemodelan dinamika pertumbuh-
dan kelembaban udara berkisar antara 74
an tegakan hutan selain dapat digunakan
sampai 85,6%. Curah hujan rata-rata ta-
sebagai dasar dalam menentukan strategi
hunan 3.520 mm dengan jumlah hari hu-
pengaturan hasil seperti penetapan siklus
jan rata-rata 159 hari.
tebang dan jatah tebangan berikutnya, ju-
Vegetasi di lokasi penelitian sebagian
ga sangat diperlukan sebagai dasar dalam
besar didominasi oleh jenis-jenis dari su-
menetapkan perlakuan silvikultur atau
ku Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Laura-
pembinaan terhadap tegakan tinggal. Dari
model yang telah tersusun, simulasi te- ceae, Anacardiaceae, dan Myristicaceae.
Jenis penyusun vegetasi bawah yang
gakan pada berbagai skenario pene-
umum dijumpai adalah jenis-jenis tum-
108
Model Pertumbuhan Matrik Transisi…(Haruni Krisnawati, dkk.)

buhan hias, tumbuhan obat, anggrek, ser- diameter 10-15 cm) sampai dengan 72,5+
ta berbagai jenis herba dan liana. cm (meliputi pohon-pohon berdiameter
70 cm ke atas). Penggunaan lebar kelas
B. Pengumpulan Data lima cm dilakukan atas dasar pertimbang-
an ketelitian, karena semakin kecil lebar
Data yang digunakan dalam peneliti-
kelas, ketelitian dugaan yang dihasilkan
an ini adalah data hasil pengukuran 12
akan semakin tinggi (Vanclay, 1994).
PUP yang tidak mendapatkan perlakuan
Untuk menyederhanakan keragaman
setelah penebangan dengan luas setiap
jenis yang ditemukan dalam PUP, dalam
PUP adalah satu hektar (100 m x 100 m).
penelitian ini dilakukan pengelompokan
Petak Ukur Permanen tersebut diletakkan
jenis-jenis pohon menjadi tiga kelompok,
secara purposive pada blok-blok bekas
yaitu kelompok jenis dari suku Diptero-
tebangan (tiga buah pada masing-masing
carpaceae (jenis-jenis komersial yang ter-
blok/lokasi), dengan umur bekas tebang-
masuk dalam suku Dipterocarpaceae),
an bervariasi, yaitu 8, 6, 2, dan 1 tahun.
Non Dipterocarpaceae (jenis-jenis komer-
Setiap PUP terbagi menjadi 100 buah
sial yang tidak termasuk dalam suku Dip-
sub-petak berukuran 10 m x 10 m dengan
terocarpaceae), dan Non Komersial (je-
tujuan untuk kemudahan dalam pengu-
nis-jenis yang belum dimanfaatkan secara
kuran dan pencarian pohon pada saat
komersial). Pengelompokan jenis menja-
pengukuran ulang.
di Dipterocarpaceae dan Non Dipterocar-
Petak Ukur Permanen yang diamati
paceae juga telah umum dilakukan oleh
dibuat pada tahun 1994-1995 dan kemu-
peneliti-peneliti sebelumnya, seperti
dian diukur ulang setiap 1-2 tahun sekali.
Mendoza et al. (2000) dan Favrichon dan
Pada setiap kali pengukuran, semua po-
Kim (1998).
hon yang memiliki diameter 10 cm ke
atas diukur diameter setinggi dada (dbh)
sampai ketelitian 0,1 cm (diameter diukur D. Penyusunan Model Pertumbuhan
pada ketinggian 1,3 m di atas tanah atau Tegakan
20 cm di atas banir bagi pohon yang me- Model pertumbuhan tegakan yang di-
miliki banir di atas 1,3 m) dan diidenti- susun adalah modifikasi model dari Bu-
fikasi jenis serta dicatat keterangan-ke- ongiorno et al. (1995), yang kemudian di-
terangan lain mengenai kondisi pohon, gunakan oleh Volin dan Buongiorno
seperti alih tumbuh, mati, tumbang, ru- (1996) dan Orois dan Soallerio (2002).
sak, tumbuh abnormal, dan sebagainya. Model ini menerapkan salah satu varian
dari teknik pemodelan matriks transisi
C. Pengelompokan Data Leslie (Leslie, 1945) yang akan memben-
tuk proyeksi tabel tegakan. Model terdiri
Kegiatan pengelompokan data yang
atas tiga komponen: (1) ingrowth (alih
dilakukan meliputi pengelompokan po-
tumbuh), yaitu pohon-pohon yang masuk
hon menurut kelas diameter dan kelom-
ke dalam kelas diameter terkecil (dalam
pok jenis. Diameter pohon digunakan se-
penelitian ini 10 cm) selama periode
bagai dasar pengelompokan oleh karena
waktu tertentu, (2) upgrowth (tambah
variabel ini selalu diukur dalam kegiatan
tumbuh), yaitu pohon-pohon yang tetap
inventarisasi untuk perencanaan pengelo-
hidup tetapi pindah ke kelas diameter
laan dan memiliki korelasi yang sangat
berikutnya selama periode waktu tertentu,
erat terhadap pertumbuhan individu po-
dan (3) mortality (kematian), yaitu po-
hon (Favrichon dan Kim, 1998). Dalam
hon-pohon yang mati selama periode
penelitian ini, data dikelompokkan men-
waktu tertentu.
jadi 13 kelas diameter dengan lebar kelas
konstan lima cm, yaitu dari kelas diame- Dalam model ini, kondisi tegakan pa-
da waktu t dinyatakan dengan vektor:
ter 12,5 cm (meliputi pohon-pohon ber-

109
Vol. V No. 2 : 107-128, 2008

 
yt  yijt …………............………………..(1) dimana:
aij = fraksi pohon dari kelompok jenis i kelas
dimana: diameter j yang hidup dan tetap tinggal pa-
yijt = jumlah pohon tiap hektar dari kelompok je- da kelas diameter yang sama setelah selang
nis i dan kelas diameter j yang hidup pada waktu t (proportion of trees staying at the
waktu t (number of trees per hectare of same diameter class for species group i
species group i and diameter class j at time and diameter class j after the period of
t). time t),
bij = fraksi pohon dari kelompok jenis i kelas
Kondisi tegakan pada waktu yang diameter j yang hidup dan pindah ke kelas
akan datang (yt+t) merupakan produk diameter berikutnya setelah selang waktu
antara matriks transisi dengan kondisi te- t (proportion of trees moving to the next
gakan awal (yt) sebagai berikut: diameter class for species group i and dia-
meter class j after the period of time t),
yt+t = G(Bt) yt + c.......................................(2) i = 1, …, m; j = 1, …, n,
m = jumlah kelompok jenis (number of species
dimana: groups),
G(Bt) = A(Bt) + R.......................................(3) n = jumlah kelas diameter (number of diameter
classes).
dimana:
yt+t = tegakan pada waktu t+t tahun (state of
Peluang upgrowth (bij) dan mortality
the stand at time t+t),
G(Bt) = matriks transisi pertumbuhan tegakan (mij) pohon-pohon pada kelompok jenis i
(growth transition matrix of the stand), kelas diameter j antara periode t dan t+t
A(Bt) = matriks upgrowth (ugrowth matrix), serta peluang individu pohon masuk ke
R = matriks ingrowth (ingrowth matrix). kelas diameter terkecil selama selang
Penjabaran dari matriks dan vektor waktu t diduga dari data pengukuran
tersebut adalah sebagai berikut: PUP. Selanjutnya, peluang pohon-pohon
yang tetap tinggal dalam kelasnya (aij)
 A1 0 0
.. pada kelompok jenis i kelas diameter j
0 A2 0 
.. antara periode t dan t+t dapat diperoleh
A ,
 .. .. .. ..  dari perhitungan: aij = 1-bij-mij untuk j < n
  dan aij = 1-mij untuk j = n.
0 0 .. An 
 R11 R12 .. R1m  E. Validasi Model
R R22 .. R2 m 
R  21
,
Validasi sebuah model adalah proses
 .. .. .. ..  untuk mengoreksi input dan output model
  yang berhubungan untuk menentukan ke-
 Rm1 .. .. Rmm  akuratan. Tujuan dari validasi adalah un-
 y1t   c1  tuk menentukan apakah model yang diha-
y  c  silkan mampu menduga dinamika tegak-
y t   2t  , dan c   2  …………….(4) an hutan secara baik. Dalam penelitian ini
 ..   .. 
    validasi model dilakukan dengan cara
 y mt  c m  membandingkan hasil proyeksi tegakan
dengan data tegakan sebenarnya yang di-
Masing-masing matriks Ai menyata-
peroleh dari hasil pengukuran. Data yang
kan matriks upgrowth pohon dari kelom-
digunakan untuk memvalidasi model ada-
pok jenis i, yaitu:
lah data hasil pengukuran terakhir di la-
 ai1  pangan.
b ai 2  Pembandingan dilakukan dengan
Ai   i 2  ……………(5) menggunakan statistik uji khi-kuadrat
 .. ..  (2) dengan rumus:
 
 bin ain 

110
Model Pertumbuhan Matrik Transisi…(Haruni Krisnawati, dkk.)

 y aktual  y mod el 2 diameter 72,5+ cm). Model dipilah me-


 2
hitung  …………(6) nurut kelompok jenis dari suku Diptero-
y mod el
carpaceae (seperti jenis-jenis Shorea sp.,
dengan hipotesis uji: H0 : ymodel = yaktual vs H1 : Hopea sp., Dipterocarpus sp., Vatica sp.,
ymodel  yaktual dan kriteria uji: 2hitung  2tabel : teri- Dryobalanops sp.), kelompok jenis Non-
ma H0; 2hitung  2tabel : tolak H0 Dipterocarpaceae (seperti jenis-jenis Po-
lyalthia sp., Xylopia sp., Koompassia sp.,
Dillenia sp., Mezzettia sp.), dan kelom-
III. HASIL DAN PEMBAHASAN pok jenis Non-Komersial (seperti jenis-
jenis Garcinia sp., Amoora sp., Memecy-
A. Model Pertumbuhan Tegakan lon sp., Artocarpus sp.).
Dalam penelitian ini tegakan dalam Struktur model pertumbuhan tegakan
petak penebangan yang sama diasumsi- yang telah disusun untuk empat lokasi
kan memiliki kondisi tempat tumbuh dan blok bekas tebangan (masing-masing
karakteristik tegakan yang homogen. Dari mencerminkan kondisi awal tegakan 8, 6,
12 PUP yang tersedia, telah disusun em- 2, dan 1 tahun setelah tebangan) terdiri
pat buah model pertumbuhan tegakan atas tiga komponen, yaitu model in-
yang masing-masing menerangkan model growth, upgrowth, dan mortality. Hasil
spesifik untuk petak-petak dengan kondi- selengkapnya diuraikan sebagai berikut :
si awal pengukuran yang sama.
1. Model Ingrowth
Periode pengukuran dan proyeksi
yang dipilih dalam pemodelan adalah dua Ingrowth dalam penelitian ini didefi-
tahun. Selain pertimbangan kepraktisan nisikan sebagai jumlah pohon tiap hektar
(untuk data-data hasil pengukuran perio- yang masuk ke dalam kelas diameter 12,5
dik dua tahun tidak perlu dilakukan inter- cm (diameter terkecil 10 cm) selama pe-
polasi ke satu tahun), hasil penelitian Su- riode waktu dua tahun. Faktor-faktor
hendang (1997) juga menyatakan bahwa yang diduga berpengaruh terhadap in-
periode pengukuran optimal PUP, yaitu growth atau alih tumbuh pohon suatu je-
jangka waktu yang diperlukan untuk dua nis adalah:
pengukuran yang berurutan pada PUP a. Kelimpahan atau banyaknya pohon
yang sama adalah dua tahun. Lebih lanjut dari jenis yang bersangkutan. Menu-
menurut Suhendang (1997), periode rut Alder (1995), ingrowth suatu jenis
pengukuran dua tahun akan menghasil- sangat dipengaruhi oleh kelimpahan
kan data yang lebih teliti berdasarkan pohon dari jenis yang bersangkutan,
pertimbangan kesalahan minimum yang terutama bagi permudaan jenis de-
diharapkan untuk pendugaan pertumbuh- ngan penyebaran dan masa dormansi
an dan riap diameter. Periode pengukuran benih yang pendek.
dua tahun juga telah digunakan oleh para b. Tingkat gangguan tegakan. Apabila
peneliti sebelumnya seperti Rusolono et tegakan hutan terganggu, misalnya
al. (1997) dan Favrichon (1998) dalam akibat penebangan, permudaan
penelitiannya tentang model dinamika umumnya akan meningkat untuk ke-
dan komposisi jenis hutan alam tropika mudian tumbuh menjadi pohon-po-
campuran, masing-masing di Pulau Laut hon ingrowth. Parameter yang meng-
dan Brazilia. indikasikan adanya gangguan adalah
Model pertumbuhan tegakan yang di- perubahan kerapatan tegakan yang di-
kembangkan memiliki 13 kelas diameter cirikan oleh bidang dasar tegakannya.
dengan lebar kelas lima cm, mulai dari Ingrowth dalam tegakan yang tidak
pohon-pohon berdiameter 10 cm (kelas terganggu (berarti bidang dasar tegak-
diameter 12,5 cm) sampai dengan pohon- an relatif konstan bahkan cenderung
pohon berdiameter 70 cm ke atas (kelas meningkat) cenderung lebih kecil di-

111
Vol. V No. 2 : 107-128, 2008

bandingkan dengan tegakan yang su- positif oleh jumlah pohon pada jenis yang
dah terganggu, di mana kerapatan te- bersangkutan dan dipengaruhi secara ne-
gakan umumnya lebih rendah. gatif oleh bidang dasar tegakannya. Hal
Didasarkan pada faktor-faktor terse- ini berarti bahwa tegakan yang lebih ra-
but, maka ingrowth suatu jenis dalam te- pat cenderung memiliki jumlah ingrowth
gakan diduga dipengaruhi secara lang- yang lebih kecil. Ingrowth untuk jenis
sung oleh jumlah pohon dari jenis yang tertentu (pada bidang dasar tertentu) da-
bersangkutan dan bidang dasar tegakan- lam tegakan cenderung akan lebih tinggi
nya. Nilai-nilai koefisien parameter, Fmo- apabila kehadiran jenis tersebut dalam te-
2
del, dan koefisien determinasi (R ) model- gakan cukup banyak.
model ingrowth yang dihasilkan pada Pengujian model ingrowth pada te-
masing-masing blok bekas tebangan di- gakan di empat lokasi bekas tebangan
sajikan pada Tabel 1 dengan bentuk menunjukkan bahwa secara parsial model
umum model ingrowth sebagai berikut: tersebut cukup valid, yaitu ingrowth sua-
n n tu jenis dipengaruhi secara positif dan
I t  c  d  B j  yit   e  yit  ………...(7) signifikan pada taraf nyata 5% oleh jum-
j 1 j 1 lah individu pohon pada jenis yang sama.
dimana: Akan tetapi, bidang dasar tegakan tidak
It = ingrowth selama periode dua tahun (in- semuanya berpengaruh secara signifikan
growth in a-two year period), terhadap ingrowth suatu jenis, seperti da-
Bj = bidang dasar rata-rata pohon pada kelas pat dilihat dari nilai peluang peubah pen-
diameter j (mean basal area of the trees for
duga tersebut (p value) yang lebih besar
diameter class j),
yit = jumlah pohon pada kelas diameter i pada dari 5% pada blok bekas tebangan C dan
waktu t (number of trees for diameter class D (masing-masing sebesar 17,2% dan
i at time t), 30,6%).
c, d, dan (and) e = koefisien regresi (regression Koefisien-koefisien peubah “dummy”
coefficients).
pada Tabel 1 menyatakan bahwa apabila
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa ke- kondisi-kondisi yang lain sama, ingrowth
empat model ingrowth memiliki tanda kelompok jenis dari suku Dipterocarpa-
koefisien regresi yang diharapkan, yaitu ceae dan Non-Dipterocarpaceae lebih
ingrowth suatu jenis dipengaruhi secara tinggi dari ingrowth kelompok jenis Non-

Tabel (Table) 1. Model-model alih tumbuh pohon dalam periode dua tahun untuk empat blok kawasan bekas
tebangan (Models of ingrowth in a-two year period for the four blocks of logged-over area)
Peubah bebas (Independent variable)
Blok Konstanta Jumlah pohon Bidang dasar R2
Dummy Dummy F model
(Block) (Constant) (No. of trees) (Basal area) (%)
Dipt. Non- Dipt
(N ha-1) (m2ha-1)
A 4,21 0,0505 -0,405 9,88 3,68 4,77 65,6
(0,265) (0,029*) (0,019*) (0,008**) (0,224) (0,021*)
B 5,83 0,0077 -0,281 9,06 3,64 4,18 60,2
(0,238) (0,047*) (0,041*) (0,054*) (0,209) (0,032*)
C 1,87 0,0105 -0,014 2,02 2,01 4,23 60,7
(0,298) (0,042*) (0,172) (0,049*) (0,240) (0,031*)
D 3,98 0,0269 -0,33 7,52 7,53 4,11 45,5
(0,358) (0,053*) (0,306) (0,053*) (0,132) (0,034*)
Keterangan (Remarks): * dan (and) ** = masing-masing signifikan pada taraf nyata 5% dan 1% (indicate
significance at 5% and 1% level, respectively); nilai dalam „tanda kurung‟ (value in
the „bracket‟) = p value; R2 = koefisien determinasi (coefficient of determination); A,
B, C, D masing-masing menunjukkan kondisi awal tegakan 8, 6, 2, dan 1 tahun
setelah tebangan (indicate initial stand states of 8, 6, 2, and 1 year after logging,
respectively).
112
Model Pertumbuhan Matrik Transisi…(Haruni Krisnawati, dkk.)

Komersial. Hal ini dapat dilihat dari hasil sitif oleh ukuran (diameter) pohon (Bu-
analisis, di mana koefisien peubah “dum- ongiorno et al., 1995). Dugaan ini dicoba
my” kelompok jenis Non-Komersial „di- diterapkan terhadap data penelitian ini.
keluarkan‟ (excluded) dari model. Dari Berbagai persamaan telah diuji dengan
koefisien-koefisien tersebut juga terlihat memasukkan bidang dasar tegakan dan
bahwa kehadiran jenis-jenis dari suku diameter pohon sebagai peubah penduga-
Dipterocarpaceae berpengaruh secara sig- nya. Nilai-nilai koefisien parameter, Fmo-
2
nifikan (pada taraf 5%) terhadap in- del, dan koefisien determinasi (R ) model-
growth pada keempat blok bekas tebang- model upgrowth yang menerangkan pelu-
an, sedangkan kelompok jenis Non-Dip- ang transisi (tambah tumbuh) suatu po-
terocarpaceae pengaruh signifikannya ha- hon dari ketiga kelompok jenis pada ma-
nya pada taraf 13,2-24,0%. sing-masing lokasi bekas tebangan disaji-
Nilai koefisien determinasi model in- kan pada Tabel 2 dengan bentuk umum
growth menunjukkan bahwa lebih dari model upgrowth sebagai berikut:
60% keragaman ingrowth di antara petak-
bij  pi  qi  B j yijt   si D j ………(8)
m n
petak pengamatan dalam jangka waktu
yang sama setelah penebangan, dapat di- i 1 j 1

terangkan oleh jumlah pohon dan bidang dimana:


dasar tegakan, kecuali pada blok bekas bij = peluang pohon-pohon pada kelompok jenis
tebangan D (kondisi awal pengukuran i kelas diameter j yang tetap hidup tetapi
berumur satu tahun setelah penebangan), pindah ke kelas diameter berikutnya sela-
ma periode dua tahun (probability of trees
di mana nilai R2 hanya mencapai 45,5%.
moving to the next diameter class for spe-
Rendahnya nilai R2 ini mungkin dikare- cies group i and diameter class j in a two-
nakan oleh keterbatasan model (ada fak- year period),
tor-faktor lain selain jumlah pohon dan Bj = bidang dasar rata-rata pohon pada kelas di-
bidang dasar tegakan yang perlu diper- ameter j (mean basal area of the trees for
diameter class j),
timbangkan dalam model) atau kenyataan
Dj = diameter rata-rata dari kelas diameter j
bahwa ingrowth dalam suatu tegakan me- (mean diameter of diamter class i),
rupakan suatu proses yang random (Bu- pi, qi dan (and) si = koefisien regresi (regression
ongiorno et al., 1995; Volin dan Biongi- coefficients).
orno, 1996). Namun demikian, nilai R2 Hasil penyusunan model upgrowth
yang dihasilkan dari penelitian ini relatif pada Tabel 2 menunjukkan bahwa secara
lebih tinggi dibandingkan dengan peneli- umum laju upgrowth merupakan fungsi
tian-penelitian serupa lainnya yang hanya dari bidang dasar tegakan dan diameter
menghasilkan nilai R2 lebih kecil dari pohon. Hal yang menarik adalah model
40% (contoh Lin et al., 1996; Hao et al., upgrowth untuk kelompok jenis Diptero-
2005). Bahkan, karena sulitnya menduga carpaceae dan Non-Dipterocarpaceae un-
model ingrowth yang akurat, beberapa tuk semua lokasi merupakan fungsi kuad-
peneliti cenderung menggunakan nilai in- ratik dari diameter pohon, sedangkan un-
growth yang konstan pada setiap periode tuk kelompok jenis Non-Komersial tidak
waktu (contoh Mendoza dan Setyarso, demikian. Hasil yang serupa juga ditun-
1986; Hao et al., 2005). jukkan oleh Volin dan Buongiorno
(1996) untuk kelompok jenis Spruce di
2. Model Upgrowth
Italia. Pada bidang dasar tegakan tertentu,
Peluang tambah tumbuh (upgrowth), laju upgrowth jenis dari suku Dipterocar-
yaitu fraksi pohon yang hidup pada kelas paceae dan Non-Dipterocarpaceae dipe-
diameter pohon tertentu dan pindah ke ngaruhi secara signifikan oleh kerapatan
kelas diameter berikutnya selama selang tegakan dan ukuran pohon, sedangkan
waktu tertentu, diduga dipengaruhi secara untuk jenis Non-Komersial pengaruh sig-
negatif oleh bidang dasar tegakan dan po- nifikannya hanya terjadi pada kawasan bekas
113
Vol. V No. 2 : 107-128, 2008

Tabel (Table) 2. Model-model peluang transisi suatu pohon dalam periode dua tahun pada empat blok
kawasan bekas tebangan (Models of the transition probability of trees between diameter
classes in a two-year period for the four blocks of logged-over area)
Peubah bebas (Independent variable)
Kelompok jenis Konstanta Bidang dasar F R2
Diameter Diameter2
(Species group) (Constant) (Basal area) model (%)
(cm) (cm2)
(m2 ha-1)
Blok (Block) A
Dipterocarp 0,214 -0,00235 0,00925 -0,00012 2,61 29,6
(0,169) (0,051*) (0,128) (0,050*) (0,046*)
Non-Dipterocarp 0,084 -0,00387 0,0118 -0,000124 3,04 31,2
(0,152) (0,048*) (0,035*) (0,028*) (0,035*)
Non-Commercial 0,18 -0,00063 0,00022 2,18 20,1
(0,049*) (0,311) (0,307) (0,098)
Blok (Block) B
Dipterocarp 0,731 -0,0192 0,00493 -0,000073 4,31 36,6
(0,002**) (0,003**) (0,204) (0,052*) (0,008**)
Non-Dipterocarp -0,015 0,0031 0,00679 -0,000092 2,78 28,7
(0,298) (0,053*) (0,123) (0,043*) (0,038*)
Non-Commercial 0,275 -0,00338 -0,00202 3,17 24,9
(0,021*) (0,249) (0,289) (0,051*)
Blok (Block) C
Dipterocarp 0,266 -0,0058 0,00445 -0,000059 2,56 26,2
(0,045*) (0,048*) (0,193) (0,033*) (0,047*)
Non-Dipterocarp 0,188 -0,0014 -0,00081 -0,00001 4,10 31,7
(0,038*) (0,049*) (0,381) (0,001**) (0,009**)
Non-Commercial 0,265 -0,00461 -0,00092 2,68 22,5
(0,036*) (0,261) (0,109) (0,044*)
Blok (Block) D
Dipterocarp -0,095 0,0004 0,018 -0,000177 2,77 31,2
(0,259) (0,048*) (0,005**) (0,007**) (0,048*)
Non-Dipterocarp -0,305 0,018 0,00925 -0,000095 2,75 26,3
(0,283) (0,052*) (0,105) (0,049*) (0,051*)
Non-Commercial -0,087 0,0188 -0,00293 5,35 37,6
(0,203) (0,050*) (0,009**) (0,008**)
Keterangan (Remarks): * dan (and) ** = signifikan pada taraf nyata 5% dan 1% (indicate significance at 5%
and 1% level); nilai dalam „tanda kurung‟ (value in the „bracket‟) = p value; R2 =
koefisien determinasi (coefficient of determination); A, B, C, D masing-masing
menunjukkan kondisi awal tegakan 8, 6, 2, dan 1 tahun setelah tebangan (indicate
initial stand states of 8, 6, 2, and 1 year after logging, respectively)

tebangan satu tahun (Blok D). Apabila di- 20,1% sampai 37,6%. Hal ini mengindi-
lihat dari tanda koefisien regresi, model kasikan bahwa peubah-peubah penduga
umum upgrowth yang dihasilkan ternyata hanya menerangkan sebagian kecil dari
tidak dapat digeneralisasikan untuk se- proses upgrowth yang terjadi dalam te-
mua kelompok jenis pada masing-masing gakan. Hal yang sama juga ditunjukkan
kawasan hutan bekas tebangan. Hal ini oleh Buongiorno et al. (1995) dan Volin
menunjukkan bahwa model bersifat spe- dan Buongiorno (1996), di mana model
sifik untuk setiap kelompok jenis dan lo- upgrowth yang dihasilkan oleh masing-
kasi. masing penelitian hanya memiliki nilai R2
Koefisien determinasi yang dihasil- berkisar antara 13% dan 40% dan antara
kan oleh model upgrowth dari setiap ke- 6% dan 14%. Untuk data yang berasal
lompok jenis pada keempat lokasi terlihat dari alam, Suhendang (1998) mengemu-
lebih rendah bila dibandingkan dengan kakan bahwa rendahnya nilai R2 mungkin
model ingrowth, yaitu berkisar antara dipengaruhi oleh akibat tidak terkendalinya

114
Model Pertumbuhan Matrik Transisi…(Haruni Krisnawati, dkk.)

pengaruh berbagai faktor lingkungan, ba- dua tahun (probability of trees dying for
ik yang bersifat hayati (pohon dari jenis species group i and diameter class j in a-
two year period),
lain dan tumbuhan selain pohon-pohon- Bj = bidang dasar rata-rata pohon pada kelas
an) maupun non hayati (aspek, kemiring- diameter j (mean basal area of the trees for
an lapangan, sifat fisik dan kimia tanah, diameter class j),
dan lain-lain) serta interaksi di antara fak- Dj = diameter rata-rata dari kelas diameter j
tor-faktor tersebut. Akibat dari rendahnya (mean diameter of diamter class i),
ui, vi dan (and) wi = koefisien regresi (regression
nilai R2 dan bahkan tidak adanya hubung- coefficients).
an yang signifikan antara peubah-peubah
penduga dengan peubah responnya, seba- Hasil penyusunan model mortality
gian peneliti cenderung menggunakan ra- (Tabel 3) menunjukkan bahwa peluang
ta-rata proporsi untuk menghitung pelu- kematian suatu pohon merupakan fungsi
ang upgrowth suatu jenis (contoh Hao et linier dari kerapatan tegakan yang diciri-
al., 2005). kan oleh bidang dasar tegakan dan dia-
3. Model Mortality meter pohon. Akan tetapi, pengaruh sig-
nifikan tersebut tidak berlaku sama untuk
Vanclay (1994) mengklasifikasikan semua kelompok jenis di setiap kawasan
kematian pohon menjadi kematin regular hutan bekas tebangan. Dari model-model
(non-catastrophic) dan kematian irregul- yang dihasilkan pada Tabel 3, terlihat
ar (catastrophic). Kematian regular da- bahwa pengaruh signifikan dari kedua pe-
pat diduga dari berbagai faktor seperti ke- ubah penduga hanya terjadi pada kelom-
rapatan tegakan, ukuran pohon, dampak pok jenis Non-Dipterocarpaceae di semua
penebangan, dan sebagainya; sedangkan kawasan hutan bekas tebangan. Pada je-
kematian catastrophic pada umumnya nis kelompok Dipterocarpaceae, peluang
berhubungan dengan kejadian-kejadian kematian hanya dipengaruhi secara signi-
abnormal dan relatif jarang terjadi, seper- fikan oleh bidang dasar tegakan pada ka-
ti kematian akibat bencana atau kebakar- wasan hutan bekas tebangan delapan ta-
an hutan. Dalam penelitian ini, tidak dila- hun (Blok A) dan enam tahun (Blok B),
kukan pemisahan antara dua penyebab sedangkan pada kawasan hutan bekas te-
kematian ini. Semua pohon dalam PUP bangan dua dan satu tahun (Blok C dan
yang dilaporkan mati, baik karena penya- D) hanya dipengaruhi secara signifikan
kit, umur, tertekan, tumbang karena oleh diameter pohon. Untuk jenis-jenis
angin, dampak dari penebangan, dan se- Non-Komersial pengaruh signifikan ha-
bagainya digunakan dalam pemodelan. nya terjadi pada Blok D (dipengaruhi
Seperti halnya dengan model up- oleh ukuran pohon) dan pada Blok C (di-
growth, hasil pemodelan mortality me- pengaruhi oleh bidang dasar tegakan). Ti-
nunjukkan bahwa peluang pohon untuk dak adanya hubungan yang signifikan an-
mati dalam periode waktu dua tahun juga tara diameter dengan kematian pohon di
dipengaruhi oleh bidang dasar tegakan hutan campuran juga telah dilaporkan
dan ukuran diameter pohon. Hasil model oleh Carey et al. (1994) dan Lieberman
terpilih dari setiap kelompok jenis pada dan Lieberman (1987) dalam Favrichon
masing-masing kawasan hutan bekas te- (1998).
bangan disajikan pada Tabel 3 dengan
Seperti halnya dengan model up-
bentuk umum model mortality sebagai
growth, tanda koefisien regresi yang di-
berikut:
hasilkan oleh model mortality juga tidak
mij  ui  vi  B j yijt   wi D j …....(9)
m n
dapat digeneralisasikan. Nilai koefisien
i 1 i 1 determinasi yang dihasilkan juga cukup
dimana: rendah, berkisar antara 11,8% sampai de-
mij = peluang pohon-pohon pada kelompok jenis ngan 29,3%. Hal ini kemungkinan dise-
i kelas diameter j yang mati selama periode babkan oleh keragaman data mortality yang
115
Vol. V No. 2 : 107-128, 2008

Tabel (Table) 3. Model-model peluang kematian pohon dalam periode dua tahun pada empat blok areal
bekas tebangan (Models of the probability of tree dying in a two-year period for the four
blocks of logged-over area)
Peubah bebas (Independent variable)
Kelompok jenis Konstanta Bidang dasar F R2
Diameter Diameter2
(Species group) (Constant) (Basal area) model (%)
(cm) (cm2)
(m2 ha-1)
Blok (Block) A
Dipterocarp 0,0249 -0,00069 0,000672 2,50 11,8
(0,297) (0,047*) (0,139) (0,052*)
Non-Dipterocarp 0,111 -0,00248 0,000743 2,62 14,7
(0,048*) (0,045*) (0,052*) (0,047*)
Non-Commercial 0,095 -0,0001 -0,00115 1,82 22,4
(0,049*) (0,243) (0,257) (0,170)
Blok (Block) B
Dipterocarp 0,0372 -0,000197 0,00008 2,55 17,1
(0,128) (0,029*) (0,277) (0,049*)
Non-Dipterocarp 0,0609 -0,00305 0,00144 2,68 16,6
(0,121) (0,041*) (0,037*) (0,041*)
Non-Commercial 0,0237 0,000317 -0,000568 1,97 14,9
(0,301) (0,218) (0,133) (0,193)
Blok (Block) C
Dipterocarp 0,0685 -0,00217 0,000026 2,58 13,9
(0,030*) (0,062) (0,042*) (0,47*)
Non-Dipterocarp 0,218 -0,00408 0,000033 11,27 29,3
(0,102) (0,053*) (0,000**) (0,000**)
Non-Commercial 0,226 -0,00698 0,00111 2,60 15,4
(0,043*) (0,040*) (0,121) (0,046*)
Blok (Block) D
Dipterocarp 0,219 -0,0086 -0,00014 2,52 11,9
(0,103) (0,270) (0,048*) (0,051*)
Non-Dipterocarp 0,305 -0,0129 -0,00089 5,10 24,5
(0,001**) (0,016*) (0,042*) (0,009**)
Non-Commercial 0,073 -,0074 0,00457 4,59 25,5
(0,254) (0,283) (0,004**) (0,015*)
Keterangan (Remarks): * dan (and) ** = signifikan pada taraf nyata 5% dan 1% (indicate significance at 5%
and 1% level); nilai dalam „tanda kurung‟ (value in the „bracket‟) = p value; R2 =
koefisien determinasi (coefficient of determination); A, B, C, D masing-masing
menunjukkan kondisi awal tegakan 8, 6, 2, dan 1 tahun setelah tebangan (indicate
initial stand states of 8, 6, 2, and 1 year after logging, respectively)

sangat tinggi. Keragaman yang tinggi bi- terhadap laju kematian pohon-pohon be-
sa terjadi karena pohon-pohon besar ha- sar akan sangat berpengaruh terhadap pe-
nya menempati proporsi yang kecil dari rilaku model. Permasalahan seperti ini ju-
total jumlah pohon dalam tegakan, se- ga telah dialami oleh Clark dan Clark
hingga sulit untuk memberikan penduga- (1996) dalam penelitiannya di hutan hu-
an yang baik terhadap parameter-parame- jan tropis dataran rendah di Costa Rica.
ter dinamika tegakan, terutama laju ke- Keragaman mortality yang tinggi mung-
matian. Tetapi, pohon-pohon dengan dia- kin juga tidak terlepas dari kenyataan
meter besar sangat menentukan dalam bahwa kematian pohon dalam suatu te-
perhitungan bidang dasar tegakan total, gakan merupakan suatu proses yang kom-
suatu peubah yang sering digunakan da- pleks dan relatif sulit diprediksi karena
lam model dinamika tegakan hutan. Oleh banyaknya faktor yang saling berinteraksi
karena itu, prediksi yang kurang baik (Waring, 1987).

116
Model Pertumbuhan Matrik Transisi…(Haruni Krisnawati, dkk.)

B. Matriks Transisi Pertumbuhan pada periode awal proyeksi (kondisi awal


Tegakan pengukuran) di setiap kawasan hutan be-
kas tebangan.
Model ingrowth, upgrowth, dan mor-
Struktur matriks ingrowth diperoleh
tality yang dihasilkan (Tabel 1-3) selan-
dengan memasukkan parameter-parame-
jutnya digunakan untuk menyusun ma-
ter matriks yang spesifik dari model in-
triks transisi pertumbuhan [G(Bt)] (Persa-
growth (Tabel 1), sedangkan struktur
maan 2) seperti disajikan pada Tabel 4-7.
vektor c dalam Persamaan (2) diperoleh
Matriks transisi pertumbuhan [G(Bt)] di-
dengan memasukkan nilai konstanta dari
peroleh dari penjumlahan antara matriks
masing-masing model ingrowth. Nilai
upgrowth [A(Bt)] dan ingrowth [R] (Per-
konstanta c menunjukkan besarnya pohon
samaan 3). Struktur matriks upgrowth
ingrowth yang mungkin terjadi secara be-
terdiri atas komponen-komponen ai (pe-
bas, tidak tergantung dari kondisi tegak-
luang pohon-pohon yang tetap dalam ke-
an; oleh karena adanya penyebaran anak-
las diameternya selama periode waktu
an yang dapat terjadi secara random dari
dua tahun) dan bi (peluang pohon-pohon
tegakan di sekitarnya. Menurut Favrichon
yang pindah ke kelas diameter berikutnya
(1998), benih dorman untuk jenis-jenis
selama periode waktu dua tahun). Nilai bi
tertentu (seperti jenis pionir) dapat dijum-
diperoleh dengan memasukkan parame-
pai di dalam tanah, dan ingrowth mung-
ter-parameter dari model upgrowth (Ta-
kin saja dapat terjadi tanpa kehadiran po-
bel 2), sedangkan nilai ai diperoleh dari
hon-pohon induk dalam tegakan yang
hasil perhitungan: 1-bi-mi. Nilai mi (pelu-
bersangkutan.
ang pohon-pohon yang mati pada kelas
diameternya selama periode waktu dua Dari keempat matriks transisi tersebut
tahun) diperoleh dengan memasukkan pa- (Tabel 4-7) dapat dibuat contoh interpre-
rameter-parameter dari model mortality tasi nilai-nilai yang tercantum dalam ta-
(Tabel 3). Bidang dasar rata-rata tegakan bel seperti berikut ini. Baris pertama dari
yang digunakan dalam perhitungan ma- matriks transisi pada blok bekas tebangan
triks transisi adalah bidang dasar rata-rata A (Tabel 4) menunjukkan bahwa pengaruh

Tabel (Table) 4. Matrik transisi pertumbuhan untuk blok bekas tebangan A (Growth transition matrix for the
logged-over block A)
D Dipterocarp Non-Dipterocarp Non-Commercial Konst
(cm) 12,5 17,5 .. 72,5+ 12,5 17,5 .. 72,5+ 12,5 17,5 .. 72,5+ (Const)
Dipterocarp
12.5 0,79 0,04 .. -0,12 0,00 0,01 .. -0,17 0,00 -0,01 .. -0,17 14,09
17,5 0,25 0,71 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 0
22,5 0 0,28 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0,94 0 0 .. 0 0 0 .. 0
Non-Dipterocarp
12,5 0,00 -0,01 .. -0,17 0,89 0,04 .. -0,12 0,00 -0,01 .. -0,17 7,89
17,5 0 0 .. 0 0,11 0,79 .. 0 0 0 .. 0
22,5 0 0 .. 0 0 0,15 .. 0 0 0 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0 0 0 .. 0,90 0 0 .. 0
Non-Commercial
12,5 0,00 -0,01 .. -0,17 0,00 -0,01 .. -0,17 0,81 0,04 .. -0,12 4,21
17,5 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0,17 0,76 .. 0
22,5 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0 0,17 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 0,99
Keterangan (Remarks): bidang dasar tegakan rata-rata (mean stand basal area) = 26,7 m2 ha-1

117
Vol. V No. 2 : 107-128, 2008

jenis pohon-pohon dari suku Dipterocar- paceae pada kelas diameter 12,5 cm. Se-
paceae dari kelas diameter 72,5+ cm ter- dangkan pengaruh jenis-jenis Non-Dipte-
hadap penambahan satu pohon dari suku rocarpaceae terhadap terjadinya ingrowth
Dipterocarpaceae pada kelas diameter jenis kelompok Dipterocarpaceae dari ke-
terkecil (ingrowth) adalah 0,12 lebih ke- las diameter 72,5+ cm lebih kecil 0,17 di-
cil dibandingkan dengan ingrowth oleh bandingkan dengan ingrowth oleh jenis
jenis pohon-pohon dari suku Dipterocar- pohon-pohon dari suku Dipterocarpaceae

Tabel (Table) 5. Matrik transisi pertumbuhan untuk blok bekas tebangan B (Growth transition matrix for the
logged-over block B)
D Dipterocarp Non-Dipterocarp Non-Commercial Konst
(cm) 12,5 17,5 .. 72,5+ 12,5 17,5 .. 72,5+ 12,5 17,5 .. 72,5+ (Const)
Dipterocarp
12,5 0,61 0,00 .. -0,11 0,00 -0,01 .. -0,12 0,00 -0,01 .. -0,12 14,89
17,5 0,35 0,60 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 0
22,5 0 0,37 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0,96 0 0 .. 0 0 0 .. 0
Non-Dipterocarp
12,5 0,00 -0,01 .. -0,12 0,86 0,00 .. -0,11 0,00 -0,01 .. -0,12 9,47
17,5 0 0 .. 0 0,12 0,84 .. 0 0 0 .. 0
22,5 0 0 .. 0 0 0,15 .. 0 0 0 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0 0 0 .. 0,90 0 0 .. 0
Non-Commercial
12,5 0,00 -0,01 .. -0,12 0,00 -0,01 .. -0,17 0,80 0,00 .. -0,11 5,83
17,5 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0,17 0,82 .. 0
22,5 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0 0,16 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 1,00
Keterangan (Remarks): bidang dasar tegakan rata-rata (mean stand basal area) = 22,4 m2 ha-1

Tabel (Table) 6. Matrik transisi pertumbuhan untuk blok bekas tebangan C (Growth transition matrix for the
logged-over block C)
D Dipterocarp Non-Dipterocarp Non-Commercial Konst
(cm) 12,5 17,5 .. 72,5+ 12,5 17,5 .. 72,5+ 12,5 17,5 .. 72,5+ (Const)
Dipterocarp
12,5 0,81 0,01 .. 0,00 0,00 0,00 .. -0,01 0,00 0,00 .. -0,01 3,89
17,5 0,16 0,79 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 0
22,5 0 0,17 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0,95 0 0 .. 0 0 0 .. 0
Non-Dipterocarp
12,5 0,00 0,00 .. -0,01 0,85 0,01 .. 0,00 0,00 0,00 .. -0,01 3,88
17,5 0 0 .. 0 0,14 0,84 .. 0 0 0 .. 0
22,5 0 0 .. 0 0 0,13 .. 0 0 0 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0 0 0 .. 0,81 0 0 .. 0
Non-Commercial
12,5 0,00 0,00 .. -0,01 0,00 0,00 .. -0,01 0,82 0,01 .. 0,00 1,87
17,5 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0,13 0,81 .. 0
22,5 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0 0,13 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 0,88
Keterangan (Remarks): bidang dasar tegakan rata-rata (mean stand basal area) = 26,6 m2 ha-1
118
Model Pertumbuhan Matrik Transisi…(Haruni Krisnawati, dkk.)

Tabel (Table) 7. Matrik transisi pertumbuhan untuk blok bekas tebangan D (Growth transition matrix for
the logged-over block D)
D (cm) Dipterocarp Non-Dipterocarp Non-Commercial Konst
12,5 17,5 .. 72,5+ 12,5 17,5 .. 72,5+ 12,5 17,5 .. 72,5+ (Const)
Dipterocarp
12,5 0,83 0,02 .. -0,11 0,00 -0,01 .. -0,14 0,00 -0,01 .. -0,14 11,5
17,5 0,11 0,75 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 0
22,5 0 0,17 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0,93 0 0 .. 0 0 0 .. 0
Non-Dipterocarp
12,5 0,00 -0,01 .. -0,14 0,85 0,02 .. -0,11 0,00 -0,01 .. -0,14 11,51
17,5 0 0 .. 0 0,09 0,80 .. 0 0 0 .. 0
22,5 0 0 .. 0 0 0,12 .. 0 0 0 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0 0 0 .. 0,97 0 0 .. 0
Non-Commercial
12,5 0,00 -0,01 .. -0,14 0,00 -0,01 .. -0,14 0,83 0,02 .. -0,11 3,98
17,5 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0,18 0,80 .. 0
22,5 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0 0,17 .. 0
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
72,5+ 0 0 .. 0 0 0 .. 0 0 0 .. 0,72
Keterangan (Remarks): bidang dasar tegakan rata-rata (mean stand basal area) = 16,4 m2 ha-1.

pada kelas diameter 12,5 cm. Begitu pula sekitar 0,5% per tahun. Interpretasi hasil
dengan jenis-jenis Non-Komersial, pe- pada ketiga matriks transisi pertumbuhan
ngaruhnya terhadap ingrowth jenis pohon yang lain (Tabel 5, 6, dan 7) juga dapat
dari suku Dipterocarpaceae sama dengan dilakukan dengan cara yang sama seperti
jenis-jenis Non-Dipterocarpaceae. Beri- yang sudah diuraikan untuk Tabel 4.
kutnya, nilai konstanta sebesar 14,09 me-
nunjukkan bahwa ingrowth jenis pohon C. Validasi Model
dari suku Dipterocarpaceae yang mung- Untuk tujuan validasi, model dinami-
kin terjadi secara bebas (tidak tergantung ka struktur tegakan yang dihasilkan de-
pada kondisi tegakan) adalah 14,09 po- ngan parameter-parameter yang disajikan
hon per hektar tiap periode dua tahun, pada Tabel 1-3 digunakan untuk mendu-
atau sekitar tujuh pohon per hektar per ta- ga kondisi setiap tegakan pada saat in-
hun. ventarisasi terakhir di lapangan (yaitu pa-
Baris kedua dari matriks transisi da- da tahun ke-6 sejak dilakukan pengukur-
lam Tabel 4 menunjukkan bahwa peluang an awal PUP). Hasil pendugaan selanjut-
sebuah pohon dari suku Dipterocarpaceae nya dibandingkan dengan kondisi aktual
pada kawasan hutan bekas tebangan dela- di lapangan. Gambar 1-4 menunjukkan
pan tahun pada kelas diameter 17,5 cm perbandingan antara rata-rata jumlah po-
yang pindah ke kelas diameter 22,5 cm hon yang diamati pada setiap kelas dia-
selama periode waktu dua tahun adalah meter menurut kelompok jenis dalam se-
0,28, sedangkan peluang bahwa sebuah tiap tegakan sampel (kawasan hutan be-
pohon jenis Dipterocarpaceae pada kelas kas tebangan) dan hasil pendugaan menu-
diameter 17,5 cm yang tetap tinggal pada rut model.
kelas diameter yang sama selama periode Dari Gambar 1-4 terlihat bahwa seca-
waktu 2 tahun adalah 0,71. Dengan de- ra umum hasil pendugaan struktur tegak-
mikian, peluang pohon jenis Dipterocar- an dengan menggunakan model-model
paceae untuk mati pada kelas diameter pertumbuhan matrik transisi cukup men-
17,5 cm adalah 1-0,28-0,71 = 0,01, yaitu dekati hasil pengamatan struktur tegakan
119
Vol. V No. 2 : 107-128, 2008

Dipterocarp

(Number of trees per ha)


Jumlah pohon per ha

Non-Dipterocarp
(Number of trees per ha)
Jumlah pohon per ha

Non-Commercial
(Number of trees per ha)
Jumlah pohon per ha

Gambar (Figure) 1. Perbandingan struktur tegakan aktual dengan hasil dugaan model menurut kelompok
jenis untuk blok bekas tebangan A (Comparisons of the actual and expected stand
structures by species group for the logged-over block A)

120
Model Pertumbuhan Matrik Transisi…(Haruni Krisnawati, dkk.)

Dipterocarp

(Number of trees per ha)


Jumlah pohon per ha

Non-Dipterocarp
(Number of trees per ha)
Jumlah pohon per ha

Non-Commercial
(Number of trees per ha)
Jumlah pohon per ha

Gambar (Figure) 2. Perbandingan struktur tegakan aktual dengan hasil dugaan model menurut kelompok
jenis untuk blok bekas tebangan B (Comparisons of the actual and expected stand
structures by species group for the logged-over block B)

121
Vol. V No. 2 : 107-128, 2008

Dipterocarp

(Number of trees per ha)


Jumlah pohon per ha

Non-Dipterocarp
(Number of trees per ha)
Jumlah pohon per ha

Non-Commercial
(Number of trees per ha)
Jumlah pohon per ha

Gambar (Figure) 3. Perbandingan struktur tegakan aktual dengan hasil dugaan model menurut kelompok
jenis untuk blok bekas tebangan C (Comparisons of the actual and expected stand
structures by species group for the logged-over block C)

122
Model Pertumbuhan Matrik Transisi…(Haruni Krisnawati, dkk.)

Dipterocarp

(Number of trees per ha)


Jumlah pohon per ha

Non-Dipterocarp
(Number of trees per ha)
Jumlah pohon per ha

Non-Commercial
(Number of trees per ha)
Jumlah pohon per ha

Gambar (Figure) 4. Perbandingan struktur tegakan aktual dengan hasil dugaan model menurut kelompok
jenis untuk blok bekas tebangan D (Comparison of the actual and expected stand
structures by species group for the logged-over block D)

di lapangan, meskipun pada beberapa ceae dan Non-Dipterocarpaceae pada


petak cenderung underestimate, teruta- kelas diameter kecil. Namun demikian,
ma untuk jenis kelompok Dipterocarpa- hasil uji statistik khi-kuadrat (Lampiran

123
Vol. V No. 2 : 107-128, 2008

1-4) menunjukkan bahwa semua hasil transisi untuk jenis pohon dari ke-
pendugaan struktur tegakan dengan lompok Dipterocarpaceae, Non-Dip-
menggunakan model matriks transisi terocarpaceae, dan Non-Komersial.
pertumbuhan tegakan pada keempat Penyusunan model sampai ke ting-
blok bekas tebangan tidak berbeda seca- kat kelompok jenis yang lebih spesi-
ra nyata dengan kondisi aktualnya pada fik berdasarkan karakteristik ekolo-
selang kepercayaan 99%, di mana nilai gis atau pola pertumbuhan (riap dia-
2 hitung berada pada kisaran 0,90 meter) perlu dilakukan.
sampai 7,77, jauh lebih rendah bila di- 2. Validasi model perlu dilanjutkan
bandingkan dengan nilai 2 tabel, yaitu untuk melihat dinamika/perubahan
sebesar 26,22 pada derajat bebas 12 dan sruktur tegakan jangka panjang se-
taraf nyata 1%. Hal ini berarti bahwa hingga data pengukuran periodik
penggunaan model matriks transisi per- PUP yang cukup banyak sangat di-
tumbuhan tegakan yang dihasilkan cu- perlukan.
kup terandalkan (akurat) dalam mene-
rangkan dinamika tegakan yang terjadi,
paling tidak sampai enam tahun sejak UCAPAN TERIMAKASIH
dilakukan pengukuran awal. Data untuk penelitian ini dikumpul-
kan dari areal hutan alam bekas tebang-
IV. KESIMPULAN DAN SARAN an yang dikelola oleh PT. Sarmiento Pa-
rakantja Timber di Kalimantan Tengah.
A. Kesimpulan Ucapan terimakasih kepada semua pi-
hak yang telah ikut membuat, mengu-
1. Berdasarkan data petak ukur perma- kur, dan mengelola database PUP yang
nen telah dihasilkan model-model digunakan dalam penelitian ini.
dinamika struktur tegakan untuk hu-
tan alam bekas tebangan di Kali-
mantan Tengah. Model berupa ma- DAFTAR PUSTAKA
trik transisi, yang mengintegrasikan
fungsi-fungsi ingrowth, upgrowth, Alder, D. 1995. Growth Modelling for
dan mortality. Karakteristik tegakan Mixed Tropical Forests. Oxford
dijadikan sebagai dasar penyusun Forestry Institute, Department of
model, yang dicirikan oleh kerapat- Plant Sciences, University of Ox-
an bidang dasar, jumlah pohon atau- ford. Tropical Forestry Paper No.
pun ukuran (diameter) pohon. 30.
2. Hasil validasi model menunjukkan Buongiorno, J. and B.R. Michie. 1980.
bahwa model yang dihasilkan cukup A Matrix Model for Uneven-aged
handal dalam menggambarkan dina- Forest Management. Forest Sci-
mika tegakan hutan alam bekas te- ence 26: 609-625.
bangan di lokasi penelitian (paling Buongiorno, J., J. Peyron, F. Houllier,
tidak selama enam tahun), di mana and M. Bruciamacchie. 1995.
hasil pendugaan dengan model tidak Growth and Management of
berbeda secara nyata dengan kondisi Mixed-species, Uneven-aged Fo-
aktualnya. rests in the French Jura: Implica-
tions for Economic Returns and
B. Saran Tree Diversity. Forest Science 41:
397-429.
1. Dalam penelitian ini telah disusun Carey, E.V., S. Brown, and A.J.R.
model-model pertumbuhan matrik Gillepsie. 1994. Tree Mortality in

124
Model Pertumbuhan Matrik Transisi…(Haruni Krisnawati, dkk.)

Mature Lowland Tropical Moist Growth Mathematics. Biometrika


and Tropical Lower Montane 33: 183-212.
Moist Forests of Venezuela. Bio- Lin, C.R., J. Buongiorno, and M.
tropica 26: 255-265. Vasievich. 1996. A Multi-species,
Clark, D.B. and D.A. Clark. 1996. Density-dependent Matrix Growth
Abundance, Growth and Mortality Model to Predict Tree Diversity
of Very Large Trees in Neotro- and Income in Northern Hard-
pical Lowland Rain Forest. Forest wood Stands. Ecological Mo-
Ecology and Management 80: delling 91: 193-211.
235-244. Mendoza, G.A., H. Önal, and W. Soe-
Favrichon, V. 1998. Modelling the Dy- tjipto. 2000. Optimising Tree Di-
namics and Species Composition versity and Economic Returns
of A Tropical Mixed-species Un- from Managed Mixed Forests in
even-aged Natural Forest: Effects Kalimantan, Indonesia. Journal of
of Alternative Cutting Regimes. Tropical Forest Science 12: 298-
Forest Science 44: 113-124. 319.
Favrichon, V. and Y.C. Kim. 1998. Mo- Mendoza, G.A. and A. Setyarso. 1986.
delling the Dynamics of A Low- A Transition Matrix Forest
land Mixed Dipterocarp Forest Growth Model for Evaluating Al-
Stand: Application of A Density- ternative Harvesting Schemes in
Dependent Matrix Model. In: Indonesia. Forest Ecology and
Bertault, J-G and K. Kadir Management 15: 219-228.
(Editiors). 1998. Silvicultural Re- Orois, S.S. and R.R. Soalleiro. 2002.
search in A Lowland Mixed Dip- Modelling the Growth and Mana-
terocarp Forest of East Kaliman- gement of Mixed Uneven-aged
tan, The Contribution of STREK Maritime Pine - Broadleaved Spe-
Project, CIRAD-Forêt, FORDA, cies Forests in Galicia, North-
and PT. INHUTANI I. CIRAD- western Spain. Scandinavian Jour-
Forêt Publication: 229-245. nal of Forest Research 17: 538-
Hao, Q., F.R. Meng, Y. Zhou, and J. 347.
Wang. 2005. A Transition Matrix Rusolono, T., I.B.P. Parthama, and M.
Growth Model for Uneven-aged Rosmantika. 1997. Growth Model
Mixed-species Forests in Chang- and Dynamics of Logged-over
bai Mountains, Northeastern Chi- Forest Stand: Case Study in The
na. New Forests 29: 221-231. Natural Forest of Pulau Laut,
South Kalimantan. BIOTROP
Kimmins, J.P. 1997. Forest Ecology: A
Special Publication 60:125-137.
Foundation for Sustainable Mana-
Schmidt, F.H. and J.H.A. Fergusson.
gement. 2nd ed. Prentice Hall, New
1951. Rainfall Types Based on
Jersey.
Wet and Dry Period Ratios for In-
Krisnawati, H. dan D. Wahjono. 2004. donesia and Western New Gui-
Riap Diameter Tegakan Hutan neae. Verhand No. 42. Kementrian
Alam Rawa Bekas Tebangan di Perhubungan, Djawatan Meteoro-
Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian logi dan Geofisika, Jakarta.
Hutan dan Konservasi Alam 1: Schulte, B.J. and J. Buongiorno. 1998.
156-166. Effects of Uneven-aged Silvicul-
Leslie, P.H. 1945. On the Use of ture on The Stand Structure, Spe-
Matrices in Certain Population cies Composition, and Economic

125
Vol. V No. 2 : 107-128, 2008

Returns of Loblolly Pine Stands. ment Regimes on Forest Stand


Forest Ecology and Management Structure, Species Composition,
111: 83-101. and Income: A Model for The Ita-
Suhendang, E. 1997. Penentuan Periode lian Dolomites. Forest Ecology
Pengukuran Optimal untuk Petak and Management 87: 107-125.
Ukur Permanen di Hutan Alam Wahjono, D. dan H. Krisnawati. 2002.
Tanah Kering. Jurnal Manajemen Penyusunan Model Dinamika
Hutan Tropika 3: 1-14. Struktur Tegakan untuk Penduga-
Suhendang, E. 1998. Pengukuran Riap an Hasil di Hutan Alam Rawa Be-
Diameter Pohon Meranti (Shorea kas Tebangan di Provinsi Jambi.
spp.) pada Hutan Alam Bekas Te- Buletin Penelitian Hutan 632: 1-
bangan. Makalah disampaikan da- 16.
lam Diskusi Sehari: Pertumbuhan Wahjono, D. dan R. Imanuddin. 2007.
dan Hasil Tegakan. Pusat Peneli-
Model Dinamika Struktur Tegak-
tian dan Pengembangan Hutan dan an untuk Pendugaan Hasil di PT
Konservasi Alam. Bogor, 8 April Intracawood Manufacturing, Kali-
1998. mantan Timur. Jurnal Penelitian
Vanclay, J.K. 1994. Modelling Forest Hutan dan Konservasi Alam 4:
Growth and Yield: Applications to 419-428.
Mixed Tropical Forests. CAB In-
ternational, Wallingford. Waring, R.H. 1987. Characteristics of
Volin, V.C. and J. Buongiorno. 1996. Trees Predisposed to Die. Bio-
Effects of Alternative Manage- Science 37: 569-574.

126
Model Pertumbuhan Matrik Transisi…(Haruni Krisnawati, dkk.)

Lampiran (Appendix) 1. Hasil uji khi-kuadrat (2) antara data hasil pengamatan dan hasil dugaan untuk
blok bekas tebangan A (Results of the chi-square test between the observed and
expected values for the logged-over block A)
Kelas diameter Kelompok jenis (Species group)
(Diameter class) Dipterocarp Non-Dipterocarp Non-Commercial
12,5 0,13 0,11 0,08
17,5 0,01 0,09 0,06
22,5 0,15 0,30 0,16
27,5 0,04 0,01 0,03
32,5 0,00 0,00 0,01
37,5 0,49 0,85 0,00
42,5 0,00 0,63 0,05
47,5 0,38 0,33 0,00
52,5 0,33 0,00 0,02
57,5 0,23 0,23 0,13
62,5 0,01 0,05 0,18
67,5 0,28 0,18 0,08
72,5+ 0,01 0,03 0,11
Nilai (Value) 2 2,06* 2,81* 0,90*
Keterangan (Remarks): * Tidak berbeda nyata pada taraf 1% dengan derajat bebas 12 (Not significantly
different at 1% level and the degree of freedom of 12)

Lampiran (Appendix) 2. Hasil uji khi-kuadrat (2) antara data hasil pengamatan dan hasil dugaan untuk
blok bekas tebangan B (Results of the chi-square test between the observed and
expected values for the logged-over block B)
Kelas diameter Kelompok jenis (Species group)
(Diameter class) Dipterocarp Non-Dipterocarp Non-Commercial
12,5 0,61 0,10 0,15
17,5 0,10 0,37 0,57
22,5 0,16 0,03 0,08
27,5 0,59 0,15 0,27
32,5 0,11 0,02 0,05
37,5 0,13 0,31 0,41
42,5 0,23 0,13 0,05
47,5 0,28 0,41 0,06
52,5 0,01 0,18 0,14
57,5 0,04 0,00 0,10
62,5 0,01 0,77 0,52
67,5 0,04 0,22 0,00
72,5+ 0,03 0,01 0,04
Nilai (Value) 2 2,34* 2,71* 2,44*
Keterangan (Remarks): * Tidak berbeda nyata pada taraf 1% dengan derajat bebas 12 (Not significantly
different at 1% level and the degree of freedom of 12)

127
Vol. V No. 2 : 107-128, 2008

Lampiran (Appendix) 3. Hasil uji khi-kuadrat (2) antara data hasil pengamatan dan hasil dugaan untuk
blok bekas tebangan C (Results of the chi-square test between the observed and
expected values for the logged-over block C)
Kelas diameter Kelompok jenis (Species group)
(Diameter class) Dipterocarp Non-Dipterocarp Non-Commercial
12,5 0,09 0,13 0,89
17,5 0,00 0,39 0,70
22,5 0,20 1,09 0,06
27,5 1,13 0,23 0,56
32,5 0,16 0,04 0,15
37,5 0,07 0,55 0,40
42,5 0,00 0,49 0,37
47,5 0,04 0,01 0,81
52,5 0,03 0,03 0,19
57,5 1,88 0,12 0,58
62,5 1,84 0,40 0,10
67,5 0,02 0,03 0,01
72,5+ 0,20 0,05 0,00
Nilai (Value) 2 5,65* 3,56* 4,82*
Keterangan (Remarks): * Tidak berbeda nyata pada taraf 1% dengan derajat bebas 12 (Not significantly
different at 1% level and the degree of freedom of 12)

Lampiran (Appendix) 4. Hasil uji khi-kuadrat (2) antara data hasil pengamatan dan hasil dugaan untuk
blok bekas tebangan D (Results of the chi-square test between the observed and
expected values for the logged-over block D)
Kelas diameter Kelompok jenis (Species group)
(Diameter class) Dipterocarp Non-Dipterocarp Non-Commercial
12,5 0,00 0,00 0,01
17,5 1,36 3,20 0,40
22,5 0,20 0,01 2,65
27,5 0,19 0,00 0,62
32,5 0,62 0,04 0,03
37,5 0,01 0,17 0,04
42,5 0,54 0,62 0,02
47,5 0,01 0,08 0,01
52,5 0,77 0,10 0,04
57,5 0,09 0,04 1,00
62,5 0,04 0,32 0,00
67,5 0,00 2,37 0,31
72,5+ 0,01 0,81 0,36
Nilai (Value) 2 3,84* 7,77* 5,49*
Keterangan (Remarks): * Tidak berbeda nyata pada taraf 1% dengan derajat bebas 12 (Not significantly
different at 1% level and the degree of freedom of 12)

128

View publication stats

You might also like