LIK. Vol.012o.09/September72008
PENGARUH PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING
TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN DAN KELUARGA
TENTANG PERAWATAN PASCAOPERAS! KATARAK
Nurul Hidayati, Dwi Harjanto, Haryani :
Program Studi limu Keperawatan/FK UGM,
Yoayakarta
ABSTRACT
‘Background: The main cause ot vision decrease at over 39,
Gf bltdness at 60 years old Is cataract. Top eyes illness in RUD Banyumas with 9 days
treatment, stil need treatment at home so that Discharge Planning should be given
‘Objectives: The objectives ofthis study are to know the patients and families knowledge on
fepost cataract operation about treatment of post cataract operation and increasing
Knowledge that can be able to get by giving discharge planning
Matinod: Quasi experimental with design one group pretest postiest. The subjectis 11 pavients
tr colee’ patients who got treatment in RSUD Banyumas, by inclusion itera. Data is
etilected using pre and post discharge planning questioner. Analysis by test
Haste The average knowledge increasing from patient is about 3, 27 (SD 2.573) end he
Fesage Knowledge increasing from patient family is~3, 00 (SD 2,191) after geting dischage
sara, The confident eignifcent is 05%, tvalue patient is ~4.219, family is ~4.541 and p-
Value patient i 0,002, p-value family is 0,001.
Canzlusion: There is diference signficent on the knowledge of pre and post given discharge
planning. fective in efforts to increase patients knowledge and family post cataract operation
Keywords: discharge planning, knowledge, cataract,
PENDAHULUAN
‘Sejalan dengan semakin meningkatnya tingkat
pendidikan dan keadaan sosial ekonomi
Masyarakat, kebutuhan den tuntutan masyarakat
akan kesehatan semakin meningkat. Untuk dapat
‘memenuhi kebutuhan dan tuntutan tersebut, tidak
ada upaya lain yang dapat dilakukan, kecuali
lenggarakan pelayanan kesehatan yang
8 nya.! Salah satu upaya untuk
‘mewujudkan hal tersebut adalah dengan melakukan
discharge planning sebagai tindaken untuk
‘mempersiapkan pasien kembali ke rumah?
Katarak merupakan penyebab utama
bberkurangnya pengihatan pada usia $5 tahun ataulebin
‘dan60% dari kebutaan diatas usia 60 tahun. Di Rumah
‘SakitUmum Daerah (RSUD) Banyumas setama tahun
2003 katarak menempati urutan pertama dari kasus
penyakit mata yaitu seyumian 1006 kasus dan yang
dilakukan tindakan pembedahan Ekstra Kapsular
Exstraksi Katarak (EKEK) sejumlah 254 pasien.?
Bordacarkan tingginya prevalensi penyakit
keatarak dan tindakan pembedahan yang ditakukan di
RSUD Banyumas, serta mengingat waktu perawatan
dirumah lebih lama dari waktu perawatan diRS (rata-
rata hari rawat 1-3 hari), maka akan sangat
memeriukan bantuan dari anggota keluarga untuk
melanjutkan perawatan di rumah. Oleh sebab itu,
discharge planning sangat ponting diberikan pada
114
pasien pascaoperasi katarak dan keluarga. Di cini
Sangat penting peran perawat dalam mempersiapkan
kepulangan pasien dan keluarga dalam pemberian
discharge planning yang balk sehingga pengetahuan
pasien dan keluarga meningkat dan dapat melanjutkan
perawatan di rumah guna menentukan langkah yang
hharus ditempuh dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Dari hasil wawancara dengan beberapa perawat
di RSUD Banyumas didapatkan informasi bahwa
discharge planning tetah dilaksanakan dan biasanya
dilokukan pada saat pasion akan pulang dengan
diverikan petunjuk tertulis yang dapat dibawa pulang,
Sejauh pengetahuan penulis, pengaruh pemberian
discharge planning tethadap peningkatan
pengetahuan pasien pascaoperasi katarak dan
keluarga belum pernah dievaluasi, begitu juga
pengaruhnya terhadap kesiapan perawatan di rumah.
Peneltian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui
pengaruh pemberian discharge planning tethadap
ppeningkatan pengetahuan pasien dan keluarga tentang
perawatan pascaoperasi katarek di uang rawat inap
SUD Banyumas, 2) mengetahuitingkat pengetahuan
pasien pascaoperasi katarak dan keluarga sebelum
pemberian discharge planning, 3) mengetahuitingkat
pengetanuan pasien pascaoperasi katerak dan
keluarga sesudah pemberian discharge planning. 4)
mengetahui berapa besar peningkatan pengetahuan
pasion dan keluarga tentang perawatan pascaoperasikatarak di ruang rawat inap RSUD Banyumas
ssesudah pemberian discharge planning.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
‘quasiexperiment dengan desain peneitian yang dipakai
‘one group pretest-posttest. Veriabel peneitian ini
‘menggunakan vaiabel bebas yay pemberian oischargo
planning tentang perawatan pascaoperasi katarak dan
variabel terikat yaitu peningkatan pengetahuan tentang
perawatan pascaoperasi katarak.
‘Analisis data yang dilakukan adalah dengan
menggunakan uji t-test (paired t-test). Analisis hasil
dlakukan dengan Kepulusan pengujan hipotesis yang
didasarkan pada tara signifikansip.0,08. Ujiini untuk
'membandingkan hasil pretest dan post-test periakuan.*
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4, Karakteristik Responden
2. Karakteriatik bordacarkan umur
‘abel 4, Distribusi Frekuensi Umiur Pasien Katarak
‘di RSUD Banyumas
Petiode 1 Nopember-18 Desember 2004
Tabel 1 menunjukkan bahwa pasien
katarak yang menjadi responden paling banyak
dalam rentang umur 65-74 tahun yaitu 45,45%.
Penyebab utama terjadinya katarak adalah
proses penuaan. Dengan bertambahnya usi
akomodas! melambat karena lensa secare
bertahap kehilangan sifat elastisitasnya dan
‘menjadi massa yang relatif lebih padat. Pada
Usia 60 tahun hampir 2/3 mulal mengalami
katarak atau lensa keruh.* Hasil penelitian
terhadap penghuni Panti Wreda di Kodia
‘Semarang didapatkan 15 jenis kelainan mata
yang sering ditemukan. Katarak didapatkan
76.21% yang menduduki peringkat keempat*
‘Tabet 2. Distribuel Frekuens! Umur Keluarga Pasien
Katarak di RSUD Banyumas
Pengarun Pemberian Discharge Planning
Tabel 2 menunjukkan bahwa keluarga
pasien yang terlibat dalam perawatan pasien
katarak 63,6% berusia antara 31-40 tahun.
b. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar
pasion katarak berpendidikan rendah, yokni
sebanyak 18,2% tidak lulus SD dan 54,5%
berpendidikan SD. Tingkat pendidikan
‘mempunyai peranan terhadap proses transfer
informasi,
‘abel 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasion
Katarak di RSUD Banyumas
Periode 1 Nopember - 15 Desember 2004
Tingkat pendidikxan Jumlah Persentase
TdakuusSD 218.2
‘SDISR 6 545%
suP 1 9.1%
SLTA 2 182%
7 7 700%
‘Sumber: Data Primer
Perawat harus menyadari bagaimana
Perubahan normal yang terjadi pada proses
penuaan yang ‘akan mempengaruhi
kemampuen pembelajeran. Perubehon dalam
kognisi yang diakibatkan dari usia termasuk
melambatnya fungsi mental, ingatan jangka
pendek yang menurun, berpikir abstrak, dan
kemampuan berkonsentrasi. Mengingat usia
yang sudah tua dan didukung dengan tingkat
Pendidikan pasien katarak yang rata-rata
Fendah, maka datarn rifénerima informasi dari
perawat diperlukan anggota keluarga sebagai
pendamping dalam pemberian informasi
tersebut sebagai pendukung. 5
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan keluarga pasien adalah merata
‘antara yang SD sampai dengan perguruan tinggi
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
engetahuan yang diperoleh juga akan lebih
banyak,
‘abel 4. Distribus! Frokuensi Pendidikan
Keluarga Pasion Katarak di RSUD Banyumas
Periode 1 Nopember ~ 16 Desember 2004
BSC ras eaae iste agkat Pendidikan Jumlah Pereentat
OT ae 0 3 Bat
‘“Umur tahun) —Jumlah “Persentase- sue 2 certs
31-40 7 63.6% SUTA 3 2727%
41-50 2 182% Perguruan Tinggi 3 2727%
16 2
a. = JAE, Total a 700%
ot 700%
Sumber Data Primer
Sumber data primer
115LIK. Volo UNo.03/September2006
2. Tingkat Pengetahuan tentang Perawatan
Pascaoperasi Katarak
Pengukuran tingkat pengetahuan pada aie
peneliian yang ted dari 11 sampel masing-masing
fesse: tert yaitu pada kelompok sebelum
diberikan discharge planning | (pretest) dan sesudan
mendapatkan discharge planning (post-test). Hasil
dari pengukuran tersebut ‘dapat dilinat pada Tabel 5.
0,002 dan nilai thasil untuk keluarga pasien—4,541
serta tarafsignifikansi (p)0,001. Tingkat kemaknaan
(@) yang digunakan dalam analisis adalan 9%
dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hal
tersebut diperoleh adanya perbedaan tingkat
pengetahuan yang bermakna antara scbelum dan
sesudah tinakan discharge planning pada pasien
pascaoperasi katarak dan keluarganya.
‘abel 6. Hasil Analisis Statistik Pengetahuan Pre dan Postest Pasien dan Keluarga Pasien Katarak
'RSUD Banyumas Periode 1 Nopember ~ 15 Desember 2004
ene Ee
Responden — TP
__Responden “Pretest _—_Posttest______
Pasion 24,0083,795
Keluarga _24,7322,240.
‘Sumber: data olahan |
B727s1.618
27,7320,905
a8
Asai
0,002
o.001
‘abel 6. Tingkat Pengetahuan Pasien tentang
Perawatan Pascaoperasi Katarak Berdasarkan Umur
rer ae rec
‘Mean Ungkat pengetahuan Peningkatan’
en Pretest Posttest_pengetanuan _P
ea 24,00 727,00 3,00 Os
a7 2280 27.00 420
TE _. 28,00 2
‘Sumber: data olahan
Dari Tabel 5 hasil uji analisis tersebut dapat
diketahui rerata pengetahuan pasien dan keluarga
pasien sebelum dan sesudah tindakan discharge
Planning. Sebelum dilakukan tindakan pasion
mempunyai rerata tingkat pengetahuan 24,00 (SD
3,795), setelah mendapatkan tindakan pasien
mempunyai erata 27,27 (SD 1,618). Untuk keluarga
pasien sebelum dilakuken tindakan keluarga pasien
‘mempunyai rerata tingkat pengetahuan 24,73 (SD
2,240), setelah mendapatkan tindakan keluarga
pasien mempunyai rerata 27,79 (SD 0,006). Dari
anaiisis yang dilakukan terlihat bahwa thitung untuk.
pasien—4,219, serta didapatkan taraf signifikansi (p)
Vari nasil analisis statistik pada penelitian
dapat disimpulkan bahwa Hipotesis (HO) pada
penelitian ini diterima, artinya ada pengaruh antara
‘pemberian discharge planning dengan peningkatan
pengetahuan pasien dan keluarga tentang perawatan ,-
pascaoperasi katarak.
Dari Tabel 6 dapat diihat bahwa golongan umur
‘yang mengalami peningkatan pengetahuan paling
banyak berada dalam tentang 65-74 tahun dengan
peningkatan sebesar 4,20. Apabila dilihat tingkat
komaknaannya antara umur responden pasien dan
peningkatan pengetahuan adalah tidak bermhakna
dengan rilai p: 0,543.
‘abel 7. Tingkat Pengotahuan Keluarga Pasien
tentang Perawatan Pascaoperasi Katarak Berdasarkan Umur
— Meant wan r
Pretest if
340 24,00 2787 Oo
41-50 26.00 28,50
51-60. 26,00 27:50 450
‘Sumber: data olahan
‘abel 8. Tingkat Pengetahuan
joperasi Katarak Berdasarkan Tingkat Pendidikan
‘Umur _ ——Mean tingket pengetahuan—_
Pretest Post-test
tentang Porawatan P:
Tidak arvat SD 25,00
so 23:33,
site 23.00
omic 25.50
‘Sumber: data olahan
116
wan
27,50 250 OsiF
2347 ae
26,00 3.00
28,00
pice ee gece eel gapPengarun Pemberian Discharge Prenning
‘abel 9. Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien tentang Perawatan
Pascaoperasi Katarak Bordasarkan Tingkat Pendidikan
Peningratan og
Umur _M@antingkat pengetahuan st
oe
site 24:50 28,00 350 oxs7
‘SLTA 2687 28.33 187,
eT 7 367
‘Sumber: data olanan
Malihat Tabel 7 peningkatan pengetahuan
paling tinggi pada responden dalam rentang umut
31-40 dengan peningkatan pengetahuan sebesar
3,57, namun bila dilhat p antara umur responden
Koluarga pesien dengan peningkatan pengetahuan
tidak terdapat hubungan yang bermakna, dengan p
yang didapatkan 0,518, Dimungkinkan faktor usia
berpengaruh terhadap kemampuan kognitif
‘seseorang. Di samping faktor kognitif masin banyak
faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
ssesorang. 3
“Tingkat pendidikan mempunyoi peranan
tethadap proses transfer informasi. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang berjudul Pengetahuan,
‘Sikap dan perlaku Ibu tentang Pencegahan Penyakit
Demam Tifoid pada Anak Usia Sekolah Dasar di
Kelurahan Utan Kayu Utara, bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan
yang rendah dengan pengetahuan yang kurang.”
Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian ini
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan pasien dengan peningkatan
pengetahuan. Dapat dilhat pada Tabel 8 dengan nila
yang didapatkan 0,917.
Demikian juga untuk keluarga pasien, dari Tabel 9
dapat diihat behwa tidak tordapat hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan keluarga
ppasien dengan peningkatan pengetahuan dengan nai
yang didapat 0,737.
Pengetahuan mencakup ingatan mengenaihal-
hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam
ingatan. Hal-hal tersebut dapat berupa fakta, norma,
prinsip dan metode yang diketahui. Faktorfektor yang
dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan terdiri dari
faktorintrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktorintrinsik
yaitu: kecerdasan, motivasi belajar, dan kemampuan
kognitig. Faktor ekstrinsik berupa pengalaman,
informasi yang didapatkan, latar belakang
pengidikan, dan sosial ekonomi*
“Tindakan berupa pemberian discharge planning
terhadap pasien pascaoperasi | katarak dan keluarg
di RSUD Banyumas memberikan pengaruh
bermakna terhadap peningkatan pengetahuan
tentang perawatan pascaoperast katarak.
KEPUSTAKAAN
1. AzwarA., Menjago Mutu Pelayanan
Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan. 1996.
2. Gillies, D. A., Nursing Management: A System
‘Approach. WB. Saunders, Philadelphia. 1994
3. Rekan Medik RSU Banyumas. 2003.
4. Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta, Jakarta,
1998.
5. Ilyas, S., limu Penyakit Mata, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta. 2002.
6. Dewi, PA, Kelainan Mata pada Usia Laniut,
Journal Media Medika Indonesia, FK Universi-
tas Diponegoro, Semarang. 2000.
7. Sekartini, R., Sudiyanto., Soejatmiko.,
Wawolumaya, C., Rahman, S. U., Primawan,
T., Evriyanti, ‘Susanto. |, Paramita, R.,
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu tentang
Pencagahan Penyakit Domam Tifeld pada Anak
Usia SD di Kelurahan Utan Kayu Utara, Bagian
limu Kesehatan Anak, Bagian limu Kedokteran
omuntas, Mahasswa ingkat VFKU Jakarta,
8. Marwaningsih, R., Tingkat Pengetahuan Pasien
Diabetes Mellitus Tipe I! di Poliklinik RS Panti
Rapin Yogyakarta, Skripsi, FK UGM,
Yogyakarta, 2004.
17