PIDATO
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PENGANTAR DAN KETERANGAN
PEMERINTAH ATAS KERANGKA EKONOMI
MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN
FISKAL
TAHUN 2021
DI DEPAN RAPAT PARIPURNA DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 12 Mei 2020
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi, Salam sejahtera bagi kita semua,
Om Swastiastu, Namo Buddhaya,
Yang saya hormati, Saudara Ketua, para Wakil Ketua,
dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia,
Pertama-tama marilah kita mengagungkan nama
Allah, Tuhan Semesta Alam. Tuhan Yang Maha
Perkasa dengan kekuasaan-Nya yang meliputi segala
penjuru langit dan bumi. Saat ini umat manusia di
seluruh dunia tengah menghadapi bencana kesehatan
dan kemanusiaan, pandemi Covid-19, yang telah
mengakibatkan korban jiwa manusia dan mengubah
sangat fundamental aktivitas dan interaksi sosial
ekonomi manusia. Namun sebagai umat beragama,
kita harus percaya bahwa tidak ada ujian yang tidak
membawa hikmah. Dan kita pun harus yakin bahwa
dalam setiap kesukaran pasti ada kemudahan. Oleh
karena itu, marilah kita seluruh komponen bangsa,
mengokohkan ikatan kegotong-royongan dan
solidaritas sesama, mengokohkan rasa
perikemanusiaan untuk bersatu menghadapi pandemi
Covid-19 dengan terus melipatgandakan ikhtiar dan
SPEECH OF
MINISTER OF FINANCE OF THE REPUBLIC OF
INDONESIA INTRODUCTION AND
GOVERNMENT INFORMATION ON MACRO
ECONOMIC FRAMEWORK AND FISCAL
POLICIES
YEAR 2021
ON PLENARY SESSION IN FRONT OF HOUSE
OF REPRESENTATIVE OF REPUBLIC
INDONESIA
Jakarta, 12 Mei 2020
Bismillaahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Good Morning, May we be bestowed with peace and
prosperity,
Om Swastyastu, Namo Buddhaya,
Honorable Speaker, Vice Speakers, and Members of
the House of Representatives of the Republic of
Indonesia,
Your excellency Chairman, the Deputy Chairmen and
Members of House of Representative of the Republic
of Indonesia
First of all, let us praise the name of Allah, Lord of the
Universe. Almighty God with His power that covers
all corners of heaven and earth. Currently all of
humankind around the world is facing a health and
humanitarian disaster, Covid-19 has resulted in human
casualties and fundamentally changed human socio-
economic activities and interactions. However as a
religious community, we must believe that no test
which is not wisdom. And we must also believe that in
every dark there will be a light. Therefore, let us all
nation components, strengthen the bond of mutual
solidarity and cooperation, strengthen a sense of
humanity and gather as one facing the Covid-19
pandemic by continuing to multiply our efforts and
prayers so that we are able to overcome this challenge.
Ladies, gentlemen, our honorable members of the
board,
doa agar kita mampu mengatasi tantangan ini dengan
sebaik-baiknya.
Ibu, Bapak, Para Anggota Dewan yang kami
muliakan,
Atas nama Pemerintah, kami mengucapkan terima
kasih kepada seluruh anggota dewan, yang telah
memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk
menyampaikan Pengantar dan Keterangan Pemerintah
atas Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok
Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Tahun 2021.
Dokumen ini akan digunakan sebagai bahan
Pembicaraan Pendahuluan dalam penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) Tahun 2021.
Dokumen KEM-PPKF Tahun 2021 ini disusun dengan
mengacu kepada Arah Pembangunan yang tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang telah ditetapkan
melalui Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020
tanggal 20 Januari 2020. Namun dengan terjadinya
pandemi global Covid-19 sejak awal tahun 2020,
menyebabkan perlunya penyesuaian fundamental
dalam pengelolaan perekonomian nasional yang
berdampak pada keuangan negara.
KEM-PPKF 2021 disusun di tengah pandemi Covid-
19 yang mencerminkan berbagai ketidakpastian tinggi
akibat penyebaran Covid-19 secara global, yang masih
belum dapat dipastikan kapan dan bagaimana akan
dapat diatasi. Semua negara melakukan berbagai
upaya luar biasa dan langkah kebijakan di bidang
kesehatan yang berimplikasi luas di bidang sosial,
ekonomi, dan keuangan. Semua negara saling melihat
On behalf of the government, we sent our gratitude to
all the board members, who have given a chance to the
government for delivering the Introduction and
Government Statement on the Macroeconomic
Framework and Fiscal Policy Principles (KEM-PPKF)
in 2021. This document will be used as material for
preliminary discussions in the preparation of the 2021
Draft State Revenue and Expenditure Budget
(RAPBN).
The 2021 KEM-PPKF document was prepared with
reference to the Development Direction stated in the
2020-2024 National Medium-Term Development Plan
(RPJMN) which was stipulated in Presidential
Regulation Number 18 of 2020 dated January 20,
2020. However, with the global Covid-19 pandemic
since the beginning of 2020, it is necessary to make
fundamental adjustments in the management of the
national economy which have an impact on state
finances.
KEM-PPKF 2021 was prepared in the midst of the
Covid-19 pandemic which reflects high uncertainties
due to the global spread of Covid-19, which is still
uncertain when and how it will be resolved. All
countries have made extraordinary efforts and policy
measures in the health sector with broad social,
economic and financial implications. All countries
look at each other and study to determine the most
appropriate steps for their countries, taking lessons
from the experiences of countries that are considered
successful.
Ladies and gentlemen,
The Covid-19 pandemic within four months has
spread very quickly and caused the number of infected
people in the world to reach 4 million and the death
toll reached more than 277 thousand people, at the
beginning of May 2020. In Indonesia, the number of
infections reached 14,265 with the number of deaths
reached 991 people. Until now the number of infected
people and victims is still increasing rapidly and
spreading widely.
dan mengkaji untuk menetapkan langkah yang paling
tepat bagi negaranya, mengambil pelajaran dari
pengalaman negara yang dianggap sukses.
Hadirin yang saya muliakan,
Pandemi Covid-19 dalam waktu empat bulan telah
menjalar sangat cepat dan menyebabkan jumlah
penderita di dunia mencapai hamper 4 juta orang dan
jumlah korban meninggal mencapai lebih dari 277 ribu depressed, production levels are constrained, and the
jiwa, pada posisi awal Mei 2020. Di Indonesia, jumlah huge drop in global output.
terinfeksi mencapai 14.265 dengan jumlah meninggal
dunia mencapai 991 orang. Hingga saat ini jumlah
penderita dan korban masih meningkat cepat dan
menyebar luas.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19, berbagai
langkah dilakukan di hampir semua negara.
Pembatasan sosial (social distancing), berupa larangan
perjalanan, penutupan perbatasan, penutupan sekolah,
kantor, dan tempat ibadah bahkan isolasi suatu
wilayah pun dilakukan. Berbagai langkah ekstrim ini
menyebabkan aktivitas manusia turun drastis.
Aktivitas ekonomi terganggu dari dua sisi sekaligus,
baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran. people's safety, a threat to the socio-economic and
Tingkat konsumsi tertekan, tingkat produksi
terkendala, dan rantai pasok global terganggu; semua Lieu of Law (Perppu) No. 1/2020, which contains
itu berujung pada penurunan output global yang sangat
besar.
Pandemi Covid-19 dan langkah penanganan serta
dampaknya telah menyebabkan kepanikan di pasar
keuangan. Tingkat kecemasan investor di pasar saham
menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah. Negara-
negara berkembang mengalami arus modal keluar
yang sangat besar. Investor mencari aset yang aman,
To prevent the spread of Covid-19, various measures
are taken in almost all countries. Social distancing,
such as travel bans, border closures, school closures,
offices, and worship place and even the isolation of an
area are carried out. These extreme measures caused
human activity to drop dramatically. Economic
activity is disrupted from two sides at once, both in
terms of demand and supply. Consumption levels are
global supply chain is disrupted; all of that led to a
The Covid-19 pandemic and its handling measures as
well as the impacts have caused panic in financial
markets. Investor anxiety levels in the stock market
reached the highest level in history. Developing
countries are experiencing huge capital outflows.
Investors are looking for safe assets, moving their
financial assets to safe-haven assets, namely gold and
dollars. Capital outflows in Indonesia are much higher
than during the global financial crisis in 2008 and the
taper tantrum in 2013.
The Covid-19 pandemic has created a real threat to
financial system. The high crunch became the basis for
the government to issue Government Regulation in
legal basis for measure and policy in the field of State
Finance and State Budget and in maintaining the
national financial system.
The impact of Covid-19 is evident through various
indicators. Global economic growth is projected to
sharply decline and experience recession in 2020. In
January 2020, the IMF remains optimistic about global
economic projections for 2020, which will grow by 3.3
percent, but in April 2020 - due to Covid-19, the
projection is sharply corrected to minus 3.0 percent.

memindahkan aset keuangannya ke safe-haven assets,
yaitu emas dan dolar. Angka arus modal keluar di
Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan
periode krisis keuangan global tahun 2008 dan taper
tantrum 2013.
Pandemi Covid-19 telah menciptakan ancaman nyata
bagi keselamatan rakyat, ancaman terhadap sosial
ekonomi dan sistem keuangan. Kegentingan yang
sangat tinggi menjadi dasar bagi pemerintah untuk
mengeluarkan Perppu No. 1/2020, yang berisi
landasan hukum bagi langkah dan kebijakan di bidang
Keuangan Negara dan APBN serta dalam menjaga
sistem keuangan nasional.
Dampak Covid-19 terlihat nyata melalui berbagai
indikator. Pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan
akan merosot sangat tajam dan mengalami resesi di
tahun 2020. Pada bulan Januari 2020, IMF masih
optimis dengan proyeksi ekonomi global di tahun
2020 yang akan tumbuh 3,3 persen, namun pada bulan
April 2020 - akibat Covid-19, proyeksi dikoreksi
tajam menjadi minus 3,0 persen. Artinya proyeksi
ekonomi dunia mengalami kemerosotan lebih dari 6
persen, potensi output yang hilang ini lebih besar dari
perekonomian Jepang. Pada kuartal I 2020, berbagai
negara telah mengalami pertumbuhan negatif:
Tiongkok -6,8 persen, Perancis -5,4 persen, dan
Singapura -2,2 persen. Indonesia masih tumbuh positif
2,97 persen, meski ini juga merupakan koreksi yang
cukup tajam.
Dampak dari resesi global, banyak masyarakat yang
tidak bisa bekerja dan terancam kehilangan sumber
pendapatannya. Jika tidak diantisipasi dengan segera,
This means that the world economic projections have
slumped by more than 6 percent, the potential for lost
output is greater than the Japanese economy. In the
first quarter of 2020, various countries have
experienced negative growth: China -6.8 percent,
France -5.4 percent, and Singapore -2.2 percent.
Indonesia is still growing positively at 2.97 percent,
although this is also a sharp correction.
The impact of the global recession, many people were
unable to work and threatened to lose their sources of
income. If not anticipated immediately, this condition
will spread to the financial sector, increasing non-
performing loans or even potentially disrupting
financial system stability. To prevent this, the whole
world is taking extraordinary measures to save people
and the economy. A very large amount of fiscal
stimulus was prepared. Singapore, the United States
and Malaysia have issued stimulus and fiscal support
that accounted for more than 10 percent of its GDP.
Policy measures in various countries can be grouped
into four categories, namely: direct handling of the
impact of Covid-19 in the health sector, expansion of
social safety net, stimulus to help the recovery of the
business world, and protection of financial system
stability.
Dear Chairmen and Members of the Council,
The pandemic situation and high uncertainty require
the Government to prepare several scenarios for future
economic development. Economic growth in the first
quarter is only 2.97 percent indicates a sharp
correction. This indicates that heavier pressures will be
experienced throughout 2020, which means that
economic growth is threatened to move from the tough
scenario of 2.3 percent to the very tough scenario of

kondisi ini akan menjalar ke sektor keuangan,
meningkatkan kredit bermasalah atau bahkan
berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.
Untuk mencegah hal tersebut, seluruh dunia
mengambil langkah-langkah luar biasa untuk
menyelamatkan manusia dan perekonomian. Stimulus
fiskal dalam jumlah yang sangat besar disiapkan.
Singapura, Amerika Serikat, dan Malaysia telah
mengeluarkan stimulus dan dukungan fiskal yang
mencapai lebih dari 10 persen PDB-nya. Langkah
kebijakan di berbagai negara dapat dikelompokkan
dalam empat kategori yaitu: penanganan langsung
dampak Covid-19 di sektor kesehatan, perluasan social and vulnerable, and (
safety net, stimulus untuk membantu pemulihan dunia 3) maintaining the resilience of the business world and
usaha, dan perlindungan terhadap stabilitas sistem
keuangan.
Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat,
Situasi pandemi dan ketidakpastian yang tinggi
mengharuskan Pemerintah untuk mempersiapkan
beberapa skenario perkembangan ekonomi ke depan.
Pertumbuhan ekonomi kuartal I yang hanya sebesar
2,97 persen menunjukkan telah terjadi koreksi yang
cukup tajam. Hal ini mengindikasikan tekanan lebih
berat akan dialami sepanjang tahun 2020, yang artinya
pertumbuhan ekonomi terancam bergerak dari
skenario berat sebesar 2,3 persen menuju skenario
sangat berat yaitu kontraksi -0,4 persen. Untuk itu,
langkah dan kebijakan penanganan pandemi Covid-19
dan dampak social ekonomi harus terus diperkuat dan
dilaksanakan dengan efektif agar pemburukan lebih
lanjut dapat diminimalkan.
-0.4 percent contraction. For this reason, steps and
policies for handling the Covid-19 pandemic and its
socio-economic impacts must continue to be
strengthened and implemented effectively so that
further deterioration can be minimized
The government realizes that health recovery is a
priority and a prerequisite for socio-economic
recovery. Therefore, the 2020 State Budget is
refocused and reallocated to address three main
priorities, namely:
(1) health care,
(2) expansion of social safety nets to protect the poor
supporting recovery. economic activity.
Ladies and gentlemen, our honorable members of the
board,
Learning from the history of the 1918 Spanish Flu
pandemic which lasted for 18 months, Covid-19 is
also expected to last a short period of time, which will
weaken the socio-economic conditions of the
community. However, we must not become
discouraged and lose orientation. Precisely with the
Covid-19 pandemic crisis, it must be used to carry out
reforms in various fields. Recovery and reform efforts
in the health, social and economic sectors must be
started together with the handling of the pandemic.
And this will last until 2021. Thus, macroeconomic
policy and fiscal policy direction in 2021 will focus on
economic recovery efforts as well as reform efforts to
address medium-long-term economic fundamental
problems towards an Advanced Indonesia Vision
2045.
Pemerintah menyadari, pemulihan kesehatan adalah
prioritas dan prasyarat terjadinya pemulihan sosial
ekonomi. Oleh karena itu, APBN 2020 dilakukan
refocusing dan realokasi untuk menangani tiga
prioritas utama, yaitu:
(1) penanganan kesehatan, (2) perluasan jaring
pengaman sosial untuk melindungi masyarakat miskin
dan rentan, dan (3) menjaga daya tahan dunia usaha
dan mendukung pemulihan aktivitas ekonomi.
Ibu, Bapak, Para Anggota Dewan yang kami
muliakan,
Belajar dari sejarah pandemi Flu Spanyol tahun 1918
yang berlangsung hingga 18 bulan, Covid-19 juga
diperkirakan akan berlangsung tidak singkat, yang
akan mengakibatkan perlemahan kondisi sosial
ekonomi masyarakat. Namun kita tidak boleh patah
semangat dan kehilangan orientasi. Justru dengan
adanya krisis pandemi Covid-19, harus dapat
dimanfaatkan untuk melakukan reformasi di berbagai
bidang. Upaya pemulihan dan reformasi bidang
kesehatan, sosial dan ekonomi harus dimulai bersama
dengan penanganan pandemi. Dan hal ini akan
berlangsung hingga 2021. Dengan demikian,
kebijakan ekonomi makro dan arah kebijakan fiskal di
tahun 2021 akan berfokus pada upaya-upaya
pemulihan ekonomi sekaligus upaya reformasi untuk
mengatasi masalah fundamental ekonomi jangka
menengah-panjang menuju Visi Indonesia Maju 2045.
Sejak penyebaran Covid-19 telah dilakukan berbagai
langkah untuk menangani dampak negatif pada
Since the spread of Covid -19 measures have been
taken to deal with negative impacts on society and
restore the economy. There is step t o expand social
assistance to protect the poor and affected, including
those who experienced termination of employment.
The business world, especially small and medium
enterprises, also received government support in the
form of loan delays and loan interest subsidy
assistance. This step is expected to be able to increase
the resilience of the business world to face the very
heavy pressure of Covid-19. The government is also
taking steps to recover the economy as regulated in
Government Regulation in lie of Law No. 1/2020,
namely through state spending, placement of
government funds, guarantees, and state investment.
While the economic recovery process is being pursued
and will continue, Indonesia needs to carry out
reforms to get out of the Middle Income Trap by
increasing productivity and competitiveness. To
increase productivity, Indonesia still needs to continue
to fix the infrastructure gap and increase the ability to
adopt technology. On the competitiveness side, many
things still need to be addressed, including a business
climate that is not conducive to investment, inefficient
bureaucracy and regulations, and a high cost economy
that hinders export competitiveness. In this regard, the
quality of human resources or labor has always been a
central part in increasing Indonesia's productivity and
competitiveness.
To overcome these challenges, the President has given
five highly relevant strategic directions, namely:
development of the quality of human resources,
continuing infrastructure development, reforming the
bureaucracy and simplifying regulations, and
transforming the economy. The acceleration of
infrastructure development has been running;
sustainability needs to be maintained. Improving the
quality of human resources is a must to enter a new
era, the knowledge economy era or the industrial era
4.0. The Indonesian economy must undergo a
transformation towards a knowledge economy. The

masyarakat dan memulihkan ekonomi. Langkah
perluasan bantuan sosial untuk melindungi masyarakat
miskin dan terdampak, termasuk yang mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja. Dunia usaha terutama
usaha kecil dan menengah juga mendapatkan
dukungan pemerintah berupa penundaan pinjaman dan
bantuan subsidi bunga pinjaman. Langkah ini
diharapkan mampu menambah ketahanan dunia usaha
menghadapi tekanan Covid-19 yang sangat berat.
Pemerintah juga sedang dan akan melakukan langkah
pemulihan ekonomi seperti yang diatur dalam Perppu
No. 1/2020 yaitu melalui belanja negara, penempatan
dana pemerintah, penjaminan, dan penanaman modal
negara.
Sementara proses pemulihan ekonomi terus
diupayakan dan akan berlangsung, Indonesia perlu
melakukan reformasi untuk keluar dari Middle Income
Trap melalui peningkatan produktivitas dan daya
saing. Untuk meningkatkan produktivitas, Indonesia
masih perlu terus memperbaiki gap infrastruktur dan
meningkatkan kemampuan adopsi teknologi. Di sisi
daya saing, banyak hal yang masih perlu dibenahi,
antara lain iklim usaha yang kurang kondusif untuk
investasi, birokrasi dan regulasi yang belum efisien,
serta high cost economy yang menghambat daya saing
ekspor. Terkait hal ini, kualitas SDM atau tenaga kerja
selalu menjadi bagian sentral dalam peningkatan
produktivitas maupun daya saing Indonesia.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut,
Presiden telah memberikan lima arahan strategis yang
sangat relevan, yaitu: pembangunan kualitas SDM,
melanjutkan pembangunan infrastruktur, reformasi
birokrasi dan penyederhanaan regulasi, serta
human resources must be of high quality, the
infrastructure must be supportive, the business climate
must be facilitated. Therefore, bureaucratic reform and
simplification of regulations are key.
With this perspective, the 2021 fiscal policy will take
the theme "Accelerating Economic Recovery and
Strengthening Reforms." This theme is in line with the
theme of the Government Work Plan (GWP) for 2021,
namely "Accelerating Economic Recovery and Social
Reform", with a focus on development on industrial
recovery, tourism and investment, national health
system reform and social safety nets and disaster
resilience system reform. This development focus is
expected to be able to revive the national economic
engine which is currently in the momentum of growth.
Taking all the risks and uncertainties that exist, as well
as the potential for global and national economic
recovery in the next year, the Government proposes a
range of macroeconomic indicators to be used as the
basis for the preparation of the 2021 Draft State
Budget, which are as follows: economic growth 4.5-
5.5 percent; inflation from 2.0 to 4.0 percent; 10-year
Draft Government Regulation interest rate from 6.67
to 9.56 percent; Rupiah exchange rate of IDR 14,900-
IDR 15,300 / US $; Indonesian crude oil prices US $
40-50 / barrel; oil lifting 677-737 thousand barrels per
day; and natural gas lifting 1,085-1,173 thousand
barrels of oil equivalent per day.
Honorable Chairman and the members of the board,
With focusing on economic recovery and challenges
that will be faced in the future, reforms are directed at
health, social protection, education, Transfer to
Regions and Village Funds (TKDD), as well as state
spending. In the health sector, reforms are directed to
support the acceleration of Covid-19 recovery, central
and regional synergy/coordination, improvement of
health services including health security preparedness,
and reform of National Health Insurance (JKN) to
realize Universal Health Coverage (UHC). In the field

transformasi ekonomi. Akselerasi pembangunan
infrastruktur telah berjalan; perlu dijaga
keberlanjutannya. Peningkatan kualitas SDM adalah
keharusan memasuki era baru, era knowledge
economy atau era industri 4.0. Perekonomian
Indonesia harus mengalami transformasi menuju
knowledge economy. SDM-nya harus berkualitas,
infrastrukturnya harus mendukung, iklim usaha harus
dipermudah. Oleh karena itu, reformasi birokrasi dan
penyederhanaan regulasi menjadi kunci.
Dengan perspektif ini maka kebijakan fiskal tahun
2021 mengangkat tema “Percepatan Pemulihan
Ekonomi dan Penguatan Reformasi.” Tema ini selaras
dengan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun
2021 yaitu “Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan
Reformasi Sosial”, dengan fokus pembangunan pada
pemulihan industri, pariwisata, dan investasi,
reformasi sistem kesehatan nasional dan jaring
pengaman sosial serta reformasi sistem ketahanan
bencana. Fokus pembangunan ini diharapkan mampu
menghidupkan kembali mesin ekonomi nasional yang
sedang berada dalam momentum pertumbuhan.
Dengan mempertimbangkan segala risiko dan
ketidakpastian yang ada, serta potensi pemulihan
ekonomi global dan nasional di tahun depan,
Pemerintah mengusulkan kisaran indikator ekonomi
makro yang digunakan sebagai dasar penyusunan
RAPBN 2021 adalah sebagai berikut: pertumbuhan
ekonomi 4,5-5,5 persen; inflasi 2,0-4,0 persen; tingkat
suku bunga SBN 10 tahun 6,67-9,56 persen; nilai
tukar Rupiah Rp14.900-Rp15.300/US$; harga minyak
mentah Indonesia US$40-50/barel; lifting minyak
bumi 677-737 ribu barel per hari; dan lifting gas bumi
of social protection, reforms are directed towards
integration and synergy between programs to ensure
target accuracy and increased effectiveness. This is an
important step to create a comprehensive, lifecycle-
based social protection program, including in
anticipation of an aging population.
In education, the biggest challenge is the quality of
education that is not yet optimal. PISA scores have
continued to decline since 2009, interprovincial
teacher competencies have not been evenly
distributed, and the attention portion of early
childhood education (PAUD) has not been adequate.
The issue of miss-match skills with the needs of the
job market also needs to be addressed. Therefore,
reform efforts are directed towards improving the
quality of national education, among others, by
transforming school leadership; transforming
education and teachers; simplification of the
curriculum; adoption of global standards and
strengthening the character of the nation; and
partnerships between central, local and civil society
governments.
The impact of Covid-19 opens up the fact of the need
to look again at the pattern of Central-Regional
relations in carrying out national development. The
measures to handle Covid-19 show how important
fiscal synergy is in supporting governance and
development. As part of the state's finances, regional
finances share the same responsibility in supporting
national goals. TKDD volume that continues to
increase from year to year must be followed by
improvement of public services throughout the region.
The fact that there are still gaps in the provision of
basic public services between regions and
development inequality gives an absolute signal to
find the best format of central-regional budget
allocation in order to achieve the convergence of
national development achievement.

1.085-1.173 ribu barel setara minyak per hari.
Pimpinan dan para anggota Dewan yang terhormat,
Dengan fokus kepada pemulihan ekonomi dan
tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang
maka reformasi diarahkan pada bidang kesehatan,
perlindungan sosial, pendidikan, Transfer ke Daerah
dan Dana Desa (TKDD), serta belanja negara. Di
bidang kesehatan, reformasi diarahkan untuk
mendukung percepatan pemulihan Covid-19,
sinergi/koordinasi Pusat dan Daerah, peningkatan
layanan kesehatan termasuk health security
preparedness, dan reformasi Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) untuk mewujudkan Universal Health
Coverage (UHC). Di bidang perlindungan sosial,
reformasi diarahkan untuk integrasi dan sinergi
antarprogram agar menjamin ketepatan sasaran dan
peningkatan efektivitas. Ini menjadi langkah penting
untuk menciptakan program perlindungan sosial yang
komprehensif, berbasis siklus hidup, termasuk untuk
mengantisipasi aging population.
Di bidang pendidikan, tantangan terbesar adalah
kualitas pendidikan yang belum optimal. Skor PISA
yang terus menurun sejak 2009, kompetensi guru
antarprovinsi belum merata, dan porsi perhatian
golden moment Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
belum memadai. Persoalan miss-match keterampilan
dengan kebutuhan dunia kerja juga perlu diatasi.
Untuk itu, upaya reformasi diarahkan pada
peningkatan kualitas pendidikan nasional antara lain
dengan transformasi kepemimpinan sekolah;
transformasi pendidikan dan guru; penyederhanaan
kurikulum; adopsi standar global dan pengokohan
The reallocation and refocusing that has been done by
the central and local governments in 2020 makes us
realize that the budget of APBN and APBD can still be
managed better. Budget reform will continue to be
carried out through zero-based budgeting, result-based
budgeting, and automatic stabilizer allocation as an
automatic shock-absorber in facing uncertainty. With
efforts to improve spending priorities and budgeting
reforms, state spending in 2021 is predicted to be in
the range of 13.11–15.17 percent of GDP.
The honorable chairman and the member of board
Reform in the sector of health, social protection,
education, TKDD (transfer to regions and village
fund) and the budgeting process must be supported by
reforms in the side of the tax revenue. The 2021 tax
policy is allocated on giving intensive more precisely,
relaxation to accelerate national economic recovery,
revenue optimization through expansion the tax base,
as well as increasing customs services and
extensification excisable goods.
By the need of accelerate economic recovery though
additional tax incentives (tax expenditure) and
economic activities that are still in the recovery
process, the tax ration in 2021 is predicted to be in the
range of 8.25-8.63 percent of GDP. The consistency in
the tax reform and economic recovery are expected to
gradually increase the tax ration in the future.
Meanwhile, the 2021 PNBP (Non Tax Revenue)
policy is directed to continue the reform process in the
line with Act number 9 of 2019 regard to PNBP.
Reforms measures are carried out by managing the
natural resource revenues in order to provide long term
benefits, improve service quality and 11 optimization
assets by implementing Highest and Best Use (HBU).
however, the lack of commodity prices is conceived to
suppress PNBP, so that the ratio of PNBP in 2021 is

karakter bangsa; serta kemitraan pemerintah pusat,
daerah, dan masyarakat sipil.
Dampak Covid-19 membuka fakta perlunya dilihat
kembali pola hubungan Pusat-Daerah dalam
melaksanakan pembangunan nasional. Langkah-
langkah penanganan Covid-19 menunjukkan betapa
pentingnya sinergi fiskal dalam mendukung
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Sebagai bagian dari keuangan negara, maka keuangan
daerah mempunyai tanggung jawab yang sama dalam
mendukung tujuan nasional. Volume TKDD yang
terus meningkat dari tahun ke tahun harus diikuti
dengan perbaikan pelayanan publik di seluruh daerah.
Fakta bahwa masih terdapat kesenjangan dalam
penyediaan pelayanan dasar publik antardaerah dan
ketimpangan pembangunan memberikan isyarat
mutlak untuk mencari format terbaik alokasi anggaran
pusat-daerah agar tercapai konvergensi pencapaian
pembangunan nasional.
Realokasi dan refokusing yang telah dilakukan oleh
pemerintah pusat maupun daerah di 2020
menyadarkan kita bahwa anggaran belanja APBN dan
APBD masih bisa dikelola dengan lebih baik lagi.
Reformasi anggaran belanja akan terus dilakukan
melalui penajaman fokus prioritas (zero-based
budgeting), beorientasi hasil (result-based budgeting),
dan perlu alokasi yang bersifat antisipatif (automatic
stabilizer) sebagai shock-absorber otomatis dalam
menghadapi ketidakpastian. Dengan upaya-upaya
perbaikan prioritas belanja dan reformasi
penganggaran, belanja negara di tahun 2021
diprakirakan berada dalam kisaran 13,11–15,17 persen
terhadap PDB.
predicted in the range of 1.60-2.30 percent of GDP.
Furthermore, the policy on the financing side in 2021
is directed at supporting the contercyclical economic
stabilization. Several steps were taken : (1) increasing
the access to finance UMKM (Small and Medium
Enterprise//SME) , UMI (ultra micro) and housing for
low-income people; (2) market exploration, borrowing
cost efficiency, and quasi-fiscal effectiveness to
accelerate competitiveness and increase exports; and
(3) support BUMN restructuring, strengthening BLU
(Public service agency) and sovereign wealth fund to
support economic recovery and accelerated
development.
Financing is carried out in a measured and prudent
manner by continuing to maintain sustainable sources
of financing so that the debt ratio is kept within safe
limits. The government continues to encourage the
role of the private sector in financing development
through the Public Private Partnership (PPP//KPBU)
framework, including encourage the issuance of other
creative financing instruments. The macro-fiscal
policy in 2021 is formulated as a consolidative
expansionary fiscal policy with a deficit in the range
of 3.21–4.17 percent of GDP and a debt ratio in
between 36.67 and 37.97 percent of GDP. The amount
of deficit financing above 3 percent refers to Perppu
No. 1/2020, so that the recovery process runs
gradually and does not experience a hard landing that
has the potential to shock the economy. This is
because fiscal policy is a very strategic and vital
instrument in the process of economic recovery.
The honorable chairman and the member of board
These are the Government's Introduction and
Statement on the Macroeconomic Framework and
Principles of Fiscal Policy for 2021 that the
government has compiled by considering the Covid-19
pandemic situation which still creates high
uncertainty. Furthermore, the government hopes for
the support, input, and cooperation of all respected
 DPR members in the discussion of the
Pimpinan dan para anggota Dewan yang terhormat, Macroeconomic Framework and the Principles of
Fiscal Policy in accordance with the prevailing laws
Reformasi di sektor kesehatan, perlindungan sosial, and regulations.

pendidikan, TKDD, serta proses penganggaran harus

didukung dengan reformasi di sisi penerimaan
perpajakan. Kebijakan perpajakan 2021 diarahkan
antara lain pada pemberian insentif yang lebih tepat,
relaksasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi
nasional, optimalisasi penerimaan melalui perluasan
basis pajak, serta peningkatan pelayanan kepabeanan
dan ekstensifikasi barang kena cukai.
Dengan adanya kebutuhan untuk mempercepat
pemulihan ekonomi melalui tambahan insentif
perpajakan (tax expenditure) dan aktivitas ekonomi
yang masih dalam proses pemulihan maka angka rasio
perpajakan tahun 2021 diprakirakan dalam kisaran
8,25–8,63 persen terhadap PDB. Konsistensi dalam
melakukan reformasi perpajakan dan pemulihan
ekonomi diharapkan mampu meningkatkan rasio
perpajakan secara bertahap di masa yang akan datang.
"genuinely with difficulties there are many
conveniences". May Allah SWT always bless us with
His guidance and protection, to be able to get through
difficult times today. Hopefully we will be given the
strength to be able to carry out our duties and
mandates, to serve all Indonesian people in the efforts
to sovereign, advanced, just and prosperous nation.
Amen.
Wassalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Jakarta, 12 May 2020 On behalf of the Government of
the Republic of Indonesia Minister of Finance, signed
Sri Mulyani Indrawati

Sementara itu, kebijakan PNBP 2021 diarahkan untuk

melanjutkan proses reformasi sejalan dengan amanat
UU No. 9 Tahun 2019 tentang PNBP. Langkah
reformasi dilakukan dengan pengelolaan penerimaan
sumber daya alam agar memberi manfaat jangka
panjang, peningkatan kualitas layanan, dan
optimalisasi aset dengan penerapan highest and best
use (HBU). Namun, lemahnya harga komoditas
diproyeksikan akan menekan PNBP, sehingga rasio
PNBP di tahun 2021 diprakirakan dalam kisaran 1,60–
2,30 persen terhadap PDB.

Selanjutnya, kebijakan sisi pembiayaan tahun 2021

diarahkan untuk mendukung countercyclical stabilisasi
ekonomi. Berbagai langkah dilakukan: (1) peningkatan
akses pembiayaan bagi UMKM, UMI, dan perumahan
bagi masyarakat berpenghasilan rendah; (2)
pendalaman pasar, efisiensi cost of borrowing, dan
efektivitas quasi fiskal untuk akselerasi daya saing dan
peningkatan ekspor; serta (3) dukungan restrukturisasi
BUMN, penguatan BLU dan Sovereign Wealth Fund
untuk mendukung pemulihan ekonomi dan akselerasi
pembangunan.

Pembiayaan dilakukan secara terukur dan berhati-hati

dengan terus menjaga sumber-sumber pembiayaan
yang berkelanjutan (sustainable) agar rasio utang
terjaga dalam batas aman. Pemerintah terus
mendorong peran swasta dalam pembiayaan
pembangunan melalui kerangka Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), termasuk
mendorong penerbitan instrumen pembiayaan kreatif
lainnya. Kebijakan makro-fiskal tahun 2021
dirumuskan sebagai kebijakan fiskal ekspansif
konsolidatif dengan defisit pada pada kisaran 3,21–
4,17 persen terhadap PDB serta rasio utang di kisaran
36,67– 37,97 persen terhadap PDB. Besaran
pembiayaan defisit di atas 3 persen ini mengacu
kepada Perppu No. 1/2020, agar proses pemulihan
berjalan secara bertahap dan tidak mengalami hard
landing yang berpotensi memberikan guncangan bagi
perekonomian. Hal ini mengingat, kebijakan fiskal
menjadi instrumen yang sangat strategis dan vital
dalam proses pemulihan ekonomi.

Pimpinan dan para anggota Dewan yang terhormat,

Demikianlah Pengantar dan Keterangan Pemerintah

atas Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok
Kebijakan Fiskal Tahun 2021 yang telah pemerintah
susun dengan mempertimbangkan situasi pandemi
Covid-19 yang masih menimbulkan ketidakpastian
yang tinggi. Selanjutnya pemerintah mengharapkan
dukungan, masukan, dan kerja sama seluruh anggota
Dewan yang terhormat dalam pembahasan Kerangka
Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal
tersebut sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

“Sungguh bersama kesulitan ada banyak kemudahan”.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
bimbingan dan perlindungan-Nya, untuk dapat
melewati masa-masa sulit sekarang ini. Semoga kita
diberikan kekuatan untuk dapat melaksanakan tugas
dan amanah, melayani seluruh rakyat Indonesia dalam
upaya menuju bangsa yang berdaulat, maju, adil, dan
makmur. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 12 Mei 2020

Atas nama Pemerintah Republik Indonesia

Menteri Keuangan,

ttd

Sri Mulyani Indrawati