Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Hutan Lestari (2017) Vol. 5 (4) : 1079 - 1087
Jurnal Hutan Lestari (2017) Vol. 5 (4) : 1079 - 1087
(Diversity Of Meranti Species (Shorea spp.) In The IUPHHK-HTI Area PT. Bhatara Alam
Lestari Mempawah Regency West Kalimantan)
Abstract
Diversity Of Meranti Species (Shorea spp.) In The IUPHHK-HTI Area PT. Bhatara Alam
Lestari Mempawah Regency West Kalimantan. Meranti is a commercial tree species, meranti
timber market is not limited only to domestic market but also international market, although
meranti has become important commodity of forest product, but until now its production still
relies on natural forest. The purpose of this research is to know the diversity of meranti species.
The object of the study was the type of meranti (Shorea spp.) and the type of vegetation found in
the observation plot. This research was conducted at IUPHHK-HTI area of PT. Bhatara Alam
Lestari. Determination of plot and line of meranti species diversity in the field was using mixed
method. The results showed that there are 4 types of meranti namely meranti batu, meranti
bunga, meranti seraya and meranti sibo. The dominance index (C) at the growth rate of
seedlings, saplings and trees has a low average value of less than 0.5, so it can be said that the
spread of vegetation species is not concentrated in one particular species but spreads in all
species. Result of Species Diversity (H) Compiler shows more than 1 (H 1 <H <3) value for all
levels of vegetation growth means that species diversity (H) less than 1 (one) means species
diversity in low or non-diverse transects. Result of Abundance (e) vegetation in general that
Abundance of all growth rates of seedlings, saplings, poles and trees show the value (e) less
than 1 means that all species are unequal abundance at each growth rate within a forest area.
Keywords: Abundance, Diversity, Meranti.
1079
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 1079 - 1087
penting hasil hutan, namun sampai saat ini keanekaragaman jenis tegakan Meranti
produksinya masih mengandalkan hutan (Shorea spp.) dalam rangka pengelolaan
alam (Balitbanghut, 2003) dalam (Fajri, sumberdaya Meranti secara lestari dan
2008). Secara alami jenis-jenis berkelanjutan.
Dipterocarpaceae merupakan hutan alam METODE PENELITIAN
campuran dan relatif masih sedikit yang Penelitian ini dilaksanakan pada areal
sudah dibudidayakan dalam bentuk hutan IUPHHK Hutan Tanaman Industri PT.
tanaman murni. Penyebaran potensi hutan Bhatara Alam Lestari di Desa Bukit Batu,
alamnya di Indonesia merupakan data Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten
sementara, karena belum ada inventarisasi Mempawah Provinsi Kalimantan Barat.
secara menyeluruh (Alrasyid et al., 1991). Waktu penelitian mulai tanggal 12 Maret
Meranti (Shorea spp.) merupakan sampai 31 Maret 2017. Objek penelitian
kayu bernilai jual tinggi (komersial) dan adalah jenis Meranti (Shorea spp.) dan
merupakan komoditi utama kayu jenis vegetasi penyusun yang ditemukan di
perdagangan yang banyak diminati petak pengamatan. Jenis meranti dan jenis
masyarakat karena kayunya yang tahan penyusun yang diambil mulai dari tingkat
lama, karena kayu Meranti ada banyak semai, pancang, tiang, dan pohon.
jenis dan belum adanya penelitian Penentuan petak dan jalur
keanekaragaman jenis Meranti di areal PT. pengamatan keanekaragaman jenis
BAL maka diperlukannya penelitian meranti dan jenis vegetasi penyusun di
keanekaragaman jenis Meranti untuk lapangan yaitu dengan menggunakan
mengetahui berapa jenis Shoreayang ada metode kombinasi yang merupakan
di lokasi penelitian areal hutan IUPHHK- kombinasi antara metode jalur dan garis
HTI PT. Bhatara Alam Lestari. berpetak. Penelitian mengambil 4 % dari
Penelitian. Penelitian ini bertujuan luasan total hutan yaitu 191,33 Hektar
untuk mengetahui keanekaragaman jenis dengan luas pengamatan 8 Hektar dengan
Meranti. Manfaat dari penelitian ini dapat panjang 500 m. Adapun contoh jalur petak
memberikan informasi data tentang pengamatan adalah sebagai berikut :
20 m
A Arah rintis
D dst
C
B
Sumber: Kusmana (1997)
1080
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 1079 - 1087
Keterangan :
Petak A: 20 m x 20 m untuk tingkat pohon (tree)
Petak B: 10 m x 10 m untuk tingkat tiang (pole)
Petak C: 5 m x 5 m untuk tingkat pancang (sapling)
Petak D: 2 m x 2m untuk tingkat semai (seedling)
Analisis Data a) Indeks nilai penting untuk tingkat
Kerapatan (Densitas) Nilai kerapatan semai
relatif, frekuensi relatif, dominansi INP = KR + FR
relatif diperoleh dari rumus b) Indeks nilai penting untuk tingkat
(Soerianegara dan Indrawan, 2005) : pancang, tiang, dan pohon.
a. Kerapatan suatu jenis (K) dan INP = KR + FR + DR
Kerapatan Relatif (KR) Indeks Dominansi (C). Menurut
Jumlah Individu suatu jenis Simpson (Ramdiana, 1999), rumus
K=
Luas seluruh petak ukur perhitungan indeks Dominansi adalah
Kerapatan suatu jenis sebagai berikut:
KR = x 100%
Kerapatan seluruh jenis 𝑛𝑖(𝑛𝑖−1)
b. Frekuensi F dan FR suatu jenis C=Σ
N(N−1)
dihitung dengan rumus: Keterangan:
Jumlah petak ditemukan jenis C = Indeks Dominansi
F=
Jumlah seluruh petak contoh ni = Jumlah individu dari spesies ke-i
Frekuensi suatu jenis N = Total individu seluruhnya
FR = x 100%
Frekuensi seluruh jenis Kriteria indeks dominansi Menurut
c. Luas Bidang Dasar (LBD). Untuk Simpsons (Odum, 1993) adalah :
mendapatkan nilai luas bidang dasar 0 < c < 0,5 = tidak ada jenis yang
pada perhitungan dominasi dapat mendominansi,
digunakan rumus sebagai berikut : 0,5> c > 1 = terdapat jenis yang
LBD = 1⁄4 𝜋𝑑 2 mendominansi
Keterangan : Indeks Keanekaragaman Jenis (H).
LBD adalah Luas Bidang Dasar Untuk memperkirakan indeks
D adalah diameter pohon keanekaragaman spesies yang dapat
𝜋 adalah 3.14 dipakai dalam analisis komunitas
d. Dominansi suatu jenis (D) dan sebagai berikut (Odum, 1993;
Dominansi Relatif (DR %) Soegianto, 1994; Indriyanto, 2006):
Jumlah luas bidang dasar suatu jenis
D= Indeks keanekaragaman jenis
Luas seluruh petak ukur n.i n.i
Dominansi suatu jenis (H) = -∑{( N ) log( )}
DR = x 100% N
Luas seluruh petak ukur Keterangan:
Indeks Nilai Penting (INP). Untuk H = Indeks Keanekaragaman Shannon
mengetahui indeks nilai penting ni = jumlah indeks nilai penting dari jenis
digunakan rumus sebagai berikut : ke-i
N = Jumlah total indeks nilai penting
1081
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 1079 - 1087
1082
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 1079 - 1087
Tabel 4. Rekapitulasi Kerapatan dan INP Jenis Penyusun Tingkat Tiang Dan
Pohon (Recapitulation of Density and INP of Compilers of Pole and Tree
Levels)
Tiang Pohon
No. Jenis
K INP K INP
1 Pasir-pasir 25,5 29,671 - -
2 Medang 41 16,342 10,9 20,718
3 Kandis 36 13,597 - -
4 Kayu malam 29,5 12,107 9,9 18,542
5 Melaban 32 12,982 - -
6 Jungkang - - 15,6 27,193
7 Ubah 25,5 10,852 15,9 26,346
8 Kempas - - 9,5 17,422
1083
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 1079 - 1087
1084
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 1079 - 1087
fisik lingkungan seperti kelembaban dan kawasan hutan, hal ini terjadi karena siklus
kecepatan angin juga sangat berpengaruh musim berbunga dan berbuah yang
terhadap pertumbuhan dan penyebaran berbeda-beda pada masing- masing jenis
biji. indukkan tegakan pohon hutan dan
Indeks Keanekaragaman Jenis (H) perbedaan jarak waktu berbunga dan
Meranti pada suatu transek sedikit atau berbuah, ada yang setahun, ada yang
tidak beragam, hal ini disebabkan karena memerlukan waktu bertahun-tahun untuk
jenis meranti di lokasi penelitian hanya berbunga dan berbuah pada suatu jenis
terdapat 4 jenis saja. Hal ini sejalan dengan tertentu, serta kemampuan biji untuk
pengertian keanekaragaman jenis menurut tumbuh (berkecambah) dan anakan pohon
Soegianto (1994) suatu komunitas (semai) yang mampu untuk bertahan hidup
dikatakan mempunyai keanekaragaman dalam kondisi tertentu yang dipengaruhi
jenis yang tinggi jika komunitas tersebut curah hujan, kecepatan angin, topografi,
banyak jenis. Menurut (Indriyanto, 2006) dan yang menyangkut terjadinya
suatu komunitas dikatakan memiliki penyebaran dan tumbuhnya suatu jenis,
keanekaragaman spesies yang tinggi jika sehingga terjadi pernyebaran jenis –jenis
komunitas itu disusun oleh banyak spesies. tegakan yang merata atau tidak merata
Sebaliknya suatu komunitas dikatakan dalam suatu kawasan hutan. Terjadinya
memiliki keanekaragaman spesies yang kelimpahan jenis dalam hutan menurut
rendah jika komunitas itu disusun oleh (Rahayu P.N, 2009) disebabkan karena
sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit adanya pengaruh persaingan dalam
saja spesies yang dominan. Sedangkan memanfaatkan sumber daya dan juga
untuk Indeks keanekaragaman jenis penguasaan terhadap tempat tumbuh serta
penyusun pada seluruh tingkatan penyesuaian terhadap tempat tumbuh
pertumbuhan vegetasi semai, pancang, tersebut. Selain itu adanya pemanfaatan
tiang, dan pohon menunjukkan indeks yang kurang bijaksana akibat aktivitas
keanekaragaman jenis sedang melimpah penduduk yang kurang memperhatikan
dikatakan sedang melimpah dikarenakan kelestarian lingkungan juga
nilai indeks keanekaragaman jenis mengakibatkan kondisi sumber daya alam
menunjukan nilai (H) lebih dari 1, hal ini cenderung menurun baik kualitas dan
disebabkan jenis vegetasi didalam hutan kuantitasnya.
dapat bertoleransi dengan jenis-jenis KESIMPULAN
lainnya serta dapat menyesuaikan diri pada Berdasarkan hasil penelitian
keadaan tempat tumbuhnya sehingga menunjukan bahwa di Areal hutan
keanekaragaman jenis beragam. IUPHHK-HTI PT. BAL Desa Bukit Batu
Indeks Kelimpahan Jenis terdapat 4 jenis Meranti yaitu Meranti
menunjukkan nilai (e) kurang dari 1 batu, Meranti bunga, Meranti seraya, dan
artinya seluruh jenis yang ada Meranti sibo, terdapat pada setiap
kelimpahannya tidak merata pada setiap tingkatan pertumbuhan dari tingkatan
tingkat pertumbuhan didalam suatu semai, pancang, tiang dan pohon, namun
1085
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 1079 - 1087
tidak mendominasi dalam suatu kawasan Dr. Ir. Burhanuddin, MP, Bapak Ir. Togar
hutan.Dominansi (C) pada tingkat Fernando Manurung, MP, Ibu Dr. Siti
pertumbuhan semai, pancang dan pohon Masitoh Kartikawati, S.Hut, M.Si, Comdev
memiliki nilai rata-rata yang rendah yaitu & Outreaching serta rekan- rekan
kurang dari 0,5 sehingga dapat dikatakan mahasiswa angkatan 2012 yang telah
penyebaran jenis-jenis vegetasi tidak memberikan bantuan terhadap penelitian
terpusat pada suatu jenis tertentu saja ini.
melainkan tersebar pada semua DAFTAR PUSTAKA
jenis.Keanekaragaman Jenis (H) Alrasyid, H.A., Marfuah., Wijayakusuma
Penyusunmenunjukkan nilai lebih dari 1 H., dan Hendarsyah D. 1991.
(satu) (H 1 ≤ H ≤ 3) untuk semua tingkatan Vademecum Dipterocarpaceae.
Badan Litbang Kehutanan. Jakarta
pertumbuhan vegetasi artinya bahwa
keanekaragaman jenis (H) Departemen Kehutanan. 2009. Hari
beragam.Keanekaragaman jenis (H) untuk Penanggulangan Degradasi Lahan
dan Kekeringan Sedunia Tanggal 17
khusus jenis Meranti menunjukkan (H)
Juni 2009.
kurang dari 1 (satu) artinya
keanekaragaman jenis pada transek rendah Ferianita, F.M. 2007. Metode Sampling
Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta
atau tidak beragam.Kelimpahan Jenis (e)
vegetasi secara umum bahwa kelimpahan Fajri, M. 2008. Perlunya Pengembangan
jenis semua tingkat pertumbuhan semai, HTI Jenis Meranti (Shorea Sp) di
Kalimantan Timur. Balai Besar
pancang, tiang, dan pohon menunjukkan
Penelitian Dipterokarpa.
nilai (e) kurang dari 1 artinya seluruh jenis
yang ada kelimpahannya tidak merata Hesti Lestari Tata dan Adi Susmianto,
2016. Prospek Paludikultur
pada setiap tingkat pertumbuhan didalam
Ekosistem Gambut Indonesia.
suatu kawasan hutan. FORDA PRESS. Bogor
SARAN
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi
Perlu adanya kesadaran, pengawasan,
Aksara. Jakarta
kepedulian dan usaha untuk
mempertahankan kelestarian dan sumber Jafarsidik Y.S., Sutomo, dan Anggana.
1988. Kunci Pengenalan Jenis
daya alam hutan desa bukit batu agar tidak
Dipterocarpaceae. Puslitbang Hutan
terjadi kebakaran hutan dan perlu adanya dan Konservasi Alam. Bogor
penanam pohon pada lahan hutan yang
Kusmana, C. 1995. Teknik Pengkuran
telah terbakar kerena bumi semakin panas Keanekaragaman Tumbuhan.
salah satu nya luas hutan yang semakin Pelatihan Teknik Pengukuran dan
berkurang. Monitoring Biodiversity di Hutan
UCAPAN TERIMA KASIH Tropika Indonesia. Bogor
Penulis mengucapkan terima kasih Kusmana, C. 1997. Metode Survey
terutama kepada yang terkasih Ayah dan Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian
Ibunda dan juga kepada yang terhormat Ibu Bogor.
Ir. Hj. Ratna Herawatiningsih, M.Si, Bapak
1086
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (4) : 1079 - 1087
1087