Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

KISAH IMAM SYAFI’I

Imam Syafi'i adalah pendiri mazhab Syafi'i yakni mazhab fikih dalam suni yang sangat
banyak pengikutnya. Imam Syafi'i merupakan satu-satunya imam mazhab dari keturunan
Quraisy yang nasabnya tersambung kepada Rasulullah SAW melalui 'Abdul Manaf.
Ustadz Teuku Khairul Fazli dalam buku Ushul Fiqih Mazhab Syafi'i yang diterbitkan Rumah
Fiqih Publishing menjelaskan kisah singkat perjalanan Imam Syafi'i dalam menuntut ilmu.
Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Muhammad bin Idris bin 'Abbas bin 'Usman bin Syaafi'
bin Saaib bin 'Ubaid bin 'Abdu Yazid bin Haasyim bin 'Abdul Mutthalib bin 'Abdul Manaf.
Beliau memulai perjalanan menuntut ilmunya dengan belajar membaca, menulis, dan
menghafal Alquran.Sehingga pada usia tujuh tahun, Imam Syafi'i telah menyelesaikan
hafalan Alquran dengan lancar. Setelah menyelesaikan hafalan Alquran, beliau melanjutkan
dengan menghafal berbagai macam syair-syair Arab dan kitab al-Muwattha' yang ditulis oleh
Imam Malik.
Ketika berada di Makkah, beliau berguru kepada Sufian bin 'Uyainah, salah seorang ahli
hadist di Makkah. Beliau juga seorang pembesar Tabi'u Tabi'in yang wafat pada 198 H. Imam
Syafi'i mengatakan, kalau bukan karena Malik dan Sufian, maka akan hilanglah ilmu
Hijaz.Imam Syafi'i juga berguru kepada Muslim bin Khalid al-Zanji, salah seorang ahli fikih di
Makkah. Beliau juga merupakan pembesar Tabi'u Tabi'in yang wafat pada 179 H.
Pada 163 H, Imam Syafi'i berangkat ke Madinah Munawwarah untuk berguru kepada
Imam Malik. Beliau merupakan salah seorang ulama ahli hadist sekaligus pakar fikih di
Madinah yang wafat pada 179 H. Pada saat itu Imam Syafi'i berumur 13 tahun. Imam Syafi'i
tidak meninggalkan kota Madinah kecuali setelah wafatnya Imam Malik. Ketika berumur 15
tahun, beliau mendapat rekomendasi dari gurunya Muslim bin Khalid untuk memberikan
fatwa dalam masalah agama.
Pada 184 H, Imam Syafi'i berangkat ke Iraq untuk diadili oleh Khalifah Harun al-Rasyid
atas tuduhan pemberontakan terhadap Khilafah Abbasiyah. Namun akhirnya beliau
dibebaskan atas rekomendasi Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani seorang murid terbaik
Imam Abu Hanifah yang pada saat itu menempati posisi Qadhi pada pemerintahan
Abbasiyah.Setelah wafatnya Muhammad bin Hasan pada 189 H, Imam Syafi'I meninggalkan
kota Baghdad menuju kota Makkah. Di Makkah beliau mengisi kajian fikih dan memberikan
fatwa di Masjidil Haram. Pada saat itulah beliau mulai merintis mazhabnya sendiri yang
berbeda dengan kedua gurunya, yaitu Imam Malik dan Muhammad bin Hasan.
Pada 195 H, Imam Syafi'i meninggalkan kota Makkah menuju ke Baghdad untuk yang
kedua kalinya setelah menetap di Makkah selama enam tahun. Tujuan beliau kembali lagi ke
Baghdad untuk mengembangkan dan menyebarluaskan mazhabnya.Selama berada di
Baghdad, beliau berhasil menulis kitab dalam bidang Usul Fikih yang berjudul Al-Risalah dan
dalam bidang fikih yang berjudul Al-Hujjah atau yang lebih dikenal dengan mazhab Qadim.
Murib-murid beliau di Baghdad adalah Imam Ahmad bin Hambal, Abu Tsaur al-Kalbi, Abu Ali
al-Karabisi, dan Hasan al-za'farani.
Pada 199 H, Imam Syafi'i berangkat menuju Mesir untuk menyebarluaskan mazhabnya.
Di antara murib beliau selama berada di Mesir adalah Abu Yaqub al-Buwaithi, Ismail al-
Muzani, dan Rabi' al-Muradi.Ketika berada di Mesir, Imam Syafi'i banyak merevisi fatwanya
dengan fatwa yang baru atau yang lebih dikenal dengan Mazhab Jadid yang dicantumkan
dalam kitab beliau yang berjudul al-Umm. Beliau menghabiskan masa hidupnya di Mesir
hingga beliau wafat pada 204 H.

You might also like