Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 81

Centre for Applied Human Rights

Research Centre for Social Sciences


University of York

HARI INI
SEPERTI BIASA
TOWARD AN
ORDINARY DAY

Taufik Darwis &


John Heryanto
PRAKATA
FOREWORD
1
2
3
4
5
favoritnya, mungkin juga bagi warga But something was different today,
lain yang tidak memakai sistem this time he tied a few ducks, hung a bag
genting untuk atap rumah. of rice and a number of fish in his vehicle.
Namun ada yang berbeda hari
ini, kali ini dia mengikatkan beberapa "Honey, check again if it's all complete?"
ekor bebek, menggantungkan said Ma Asih (his wife).
sekantung beras dan sejumlah ikan di "Yes, the other ingredients for the
kendaraannya. tumpeng will be brought and provided by
our children," replied Bah Ndi.
“Pak, periksa lagi apakah itu sudah
lengkap semua?” ungkap Ma Asih This somewhat different activity
(istrinya) occurred after more or less a week. Since
“Sudah, kan bahan bumbu lain untuk the news broke through the radio and wall
tumpeng nanti dari anak-anak” Jawab newspapers in the urban village, there was
Bah Ndi. a new disease epidemic that made people
lock themselves in their homes, turn off
Aktifitas yang agak berbeda ini the lights, someone went into the
terjadi setelah kurang lebih wardrobe and made all basements. Many
seminguan. semenjak tersiar kabar people begin to feel that they are
melaui radio dan koran dinding di constantly being watched by one another,
kelurahan, adanya wabah penyakit stiffening their bodies until they are
baru yang membuat orang-orang paralyzed by experiencing excessive
mengunci diri di rumahnya, anxiety, even just eating and drinking.
mematikan lampu, ada yang masuk This is happening, since people are
ke lemari baju dan hingga membuat increasingly doing their daily rou ne
ruang bawah tanah segala. Banyak digitally via the internet. Every profile or
orang yang mulai merasa terus account of an applica on has the risk of
diawasi oleh satu sama lain, membuat being tapped, duplicated, even illegally
tubuh kaku hingga lumpuh karena owned. Many people suffer losses
mengalami kecemasan berlebih, because of this. The financial bill suddenly
bahkan untuk sekedar makan dan grew. The family rela onship was broken
minum. because of the fake account. Even the
Hal ini terjadi sejak makin public does not know that there has been
terlalu biasanya orang-orang data buying and selling for business
melakukan rutinitas sehari-hari secara interests and campaigns of the poli cal
digital melalui internet. Setiap profile elite.
atau akun suatu aplikasi mempunyai The repor ng compe on is

6
resiko untuk disadap, digandakan, increasingly becoming. Not only between
bahkan dimiliki secara ilegal. Banyak government agencies and private
orang mengalami kerugian karena hal companies. Everyone reports to each
ini, tagihan keuangan tiba-tiba other, pointing out the possibility of
membengkak, hubungan keluarga hacking and leaking private data from each
rusak karena akun palsu, bahkan other. For the people who commented a
masyarakat tidak tau telah terjadi jual lot on government work, they were
beli data untuk kepentingan bisnis immediately arrested by the police on the
dan kampanye para elit politik.
pretext of being accused of defamation,
Adu laporpun semakin menjadi,
being considered as saying hatred, or being
tidak hanya antar lembaga
labeled as spreading fake news.
pemerintah dan perusahan swasta,
This criss-cross of digital life has
setiap orang saling melaporkan ,
occurred since the last 10 years where
saling menuding kemungkinan
everyone is looking for new ways to meet,
peretasan dan pembocoran data-data
engage with each other and survive via the
privat satu sama lain. Bagi
internet. That's because the economy and
masyarakat yang banyak
daily routine are disrupted and even
mengomentari kinerja pemerintah,
paralyzed by the corona virus. While the
mereka langsung ditangkap oleh
vaccine was only invented in 2026, it also
pihak kepolisian dengan dalih dituduh
had to be purchased at a very high cost.
mencemarkan nama baik lah,
During the outbreak and transition to
dianggap mengujaran kebencian lah,
vaccine discovery, Indonesia has
atau dianggap sebagai penyebar
experienced two changes in the country's
berita bohong.
leadership.
Silang sengkarut kehidupan
The first president decided to
digital ini terjadi sejak 10 tahun
resign from office because of the pressure
terakhir di mana setiap orang mencari
of the community and he felt that he had
cara baru untuk saling jumpa, saling
failed to face the plague. Meanwhile, the
terlibat dan bertahan hidup melalui
second president was elected because he
internet. Ituu karena ekonomi dan
won the General Election which at that
rutinitas sehari-hari terganggu
time seemed obliged to campaign for the
bahkan lumpuh karena virus corona.
vision of a healthy life and caring for the
Sedangkan vaksinya baru ditemukan
environment. The elected president then
di tahun 2026, itu juga harus dibeli
fulfilled his promise by distributing solar
dengan biaya yang sangat mahal.
panels and a two-person drone vehicle for
Selama masa wabah dan transisi
each head of the family.
penemuan vaksin, Indonesia sudah
But even though the government

7
mengalami pergantian kepemimpinan seems to have replaced with a more
negara sebanyak dua kali. environmentally conscious face and the
Presiden yang pertama discovery of a corona virus vaccine, it
memutuskan mengundurkan diri, does not make people return to life that is
karena di desak masyarakat serta considered normal. They were still
merasa gagal menghadapi wabah, suspicious of each other. Even the state is
sedangkan presiden yang kedua increasingly suspicious of its citizens.
terpilih karena memenangkan Abah Ndi and his wife are categorized as
PEMILU, yang saat itu seperti wajib elderly, which also means that they are
mengampanyekan visi hidup sehat considered very susceptible to catching
dan peduli lingkungan. diseases, they have the luck not to put
Presiden yang terpilih their lives on the internet.
kemudian memenuhi janjinya dengan They also have habits that have
membagikan panel-panel surya dan been passed down from generation to
kendaraan drone bermuatan dua generation from the community who still
orang untuk setiap kepala keluarga. believe in collective rituals in dealing with
Tapi walapun pemerintah disease outbreaks.
seperti berganti dengan wajah yang Moreover, they aspire to have a
lebih sadar lingkungan dan duck cage, fish pond, and garden in old age.
ditemukannya vaksin virus corona, They are not too worried about the food
tidak membuat orang-orang kembali crisis. This habit is followed by their

8
ke kehidupan yang dianggap normal. children and grandchildren who live close
Mereka masih menyimpan curiga together to form a new village on the
terhadap satu-sama lain. Bahkan Bandung-Cicalengka border.
negara pun semakin curiga kepada After everything was well prepared,
warganya. Abah ndi and Ma Asih then dressed like a
Abah Ndi dan istrinya pilot's clothes to take the flight. These
dikategorikan sebagai lansia, yang flight attire was more or less different
juga berarti dianggap sangat rentan from the clothing provided by the
terjangkit penyakit, mereka government. Because it has been
mempunyai keberuntungan untuk redesigned by his own son who is a
tidak menaruh hidupnya di internet. famous fashion designer. The combination
Mereka mempunyai kebiasaan of army colors used on the clothes makes
yang dilakukan secara turun temurun the impression look cool and handsome
dari lingkungan masyarakat yang for an elderly person to wear. The jacket
masih percaya pada upacara bersama fits his well, as well as a hidden safety
dalam menghadapi wabah penyakit. device that is designed in such a way that
Terlebih mereka bercita-cita it doesn't interfere with his comfort when
untuk mempunyai kandang itik, he wears it. Also do not forget the clothes
kolam ikan, dan berkebun di masa are equipped with a helmet and glasses.
tua. After Abah Endi and Ma Asih
Mereka tidak terlalu hawatir finished wearing their riding clothes, they
atas krisis pangan. double-checked to make sure that their
Kebiasan ini dituruti oleh anak- belongings were tied tightly and solidly.
cucunya yang tinggal berdekatan Then Abah Endi put a helmet on Ma Asih's
membentuk sebuah kampung baru di head very carefully. They got into the
perbatasan Bandung-Cicalengka. vehicle, Ma Asih got the first turn with the
Setelah semua tersiapkan help of Bah Endi. Then it was his turn to
dengan baik, Abah ndi dan ma Asih take the steering wheel. The engine of the
kemudian mengenakan pakaian vehicle is started at the push of a button.
seperti pakaian pilot untuk melakukan The engine starts, the propellers spin.
penerbangan. Pakaian penerbangan Slowly the vehicle rises and starts to
ini kurang-lebih berbeda dengan distance from the roof floor of the house.
pakaian yang diberikan pemerintah They then flew and drove.
karena sudah didesain ulang oleh The tumpengan ceremony was
anaknya sendiri yang merupakan planned for two days in advance. Precisely
fashion designer terkenal. Perpaduan just before the evening prayer, Abah uses a
warna army yang digunakan pada dandang (round metal water container) to

9
pakaian itu, menjadikan kesan terlihat communicate with their children who also
keren dan gagah untuk dikenakan use a similar tool. Dandang was used by
sorang lansia, jaketnya yang pas his father and children for communication
ditubuh, dilengkapi dengan media. Abah Endi called it a way of
perangkat keamanan tersembunyi communicating inwardly, as an alternative
dibalik baju yang dirancang way of communicating without the
sedemikian rupa sehingga tidak internet.
menggangu kenyamanan saat ...
dikenakan, tidak lupa pakaian In a quarter of the trip, other
dilengkapi dengan helm dan residents' vehicles also passed in an
kacamata. orderly manner. At the intersection of
Setelah Abah Endi dan Ma Asih Buahbatu and Soekarno Hatta roads, they
selesai mengenakan pakaian met three vehicles of their children and
berkendara, mereka mengecek ulang their grandchildren who were waiting.
memastikan barang bawaan terikat They also seem to tie supplies to their
dengan kuat dan solid . Kemudian vehicle. Abah stopped his speed right in
abah endi memasangkan helm ke front of his son's vehicle, and raised his left
kepala Ma Asih dengan sangat hati- hand, which was followed by his sons as a
hati. Mereka menaiki kendaraan, Ma sign that they were ready for the convoy
asih mendapatkan giliran pertama and driving together. Soon they were
dengan bantuan bah endi. Kemudian driving together.
giliran abah endi kursi kemudi. Mesin The two children who drove with
kendaraan dinyalakan dengan him were the forerunner and the youngest
menekan satu tombol. Mesin mulai (fashion designer). They are not like Abah
menyala, baling-baling berputar. Endi's other children who choose to live
secara perlahan kendaraan naik dan in the Bandung-Cicalengka border area.
berjarak dengan lantai atap rumah. That choice was because they could still
Mereka pun kemudian terbang dan come quickly if suddenly needed and visit
melaju. anytime if they missed Bah Endi and Ma
Upacara tumpengan ini Asih.
direncanakan Abah dua hari They finally reached the roof of
sebelumnya. Tepatnya saat menjelang one of the children 's house after nearly
magrib abah dengan menggunakan an hour's drive. The house looks quite
seeng atau dandang berkomunikasi spacious so it is often used as a place for
dengan para anaknya yang juga tumpengan events. All of his children and
menggunakan alat yang serupa. grandchildren were waiting in the middle
Seeng digunakan oleh Abah dan of the house, including other neighbors.

10
anak-anaknya untuk media After untying their carry-on, they then
berkomunikasi, abah endi went downstairs and were friendly while
menyebutnya sebagai komunikasi joking.
secara batin sebagai cara alternatif
berkomunikasi tanpa internet. "So back in the 50-60s, when Abah was a
Di seperempat perjalanan, kid. Oh yeah, Abah is not a native Bandung
kendaraan warga lain juga ikut berlalu person, but from Garut (a city in West
lalang dengan tertib. Di perempatan Java). My father moved to Bandung to
daerah Buahbatu-SoekarnoHatta, make money by selling goods transport
mereka bertemu dengan tiga services at the station, using a wagon. My
kendaraan anak dan cucunya yang father used to have a wagon. Meanwhile, in
menunggu. Mereka nampak juga the past, people rarely owned cars or
mengikatkan perbekalan di motorbikes. Back when I was a kid, I
kendaraannya. attended an anchovy Tumpeng event like
Abah memberhentikan lajunya this, to reject reinforcements because all
tepat di depan 3 kendaraan anaknya, residents in one village were affected by
dan melangitkan tangan kirinya ke Kuris, or now it's called smallpox. This
atas, yang diikuti oleh pengemudi di disease is contagious like the Corona Virus

11
belakangnya sebagai tanda bahwa and like now. The effect can reach ulcers
mereka siap untuk konvoi dan melaju all over the body, to the face. For those
bersama. Tak lama kemudian mereka who travel to the entire body. They cannot
melaju. use clothes made of cloth, because it will
Kedua anak yang melaju be sticky and will make the ulcers worse.
bersamanya adalah si cikal dan si Instead they use banana leaves. In the past,
bungsu (fashion designer), mereka it was the same as the Corona Virus, we
tidak seperti anak-anak abah endi and our family could not be close to each
yang lain yang memilih tinggal di other, we had to keep our distance from
perbatasan Bandung-Cicalengka. each other.
Pilihan itu dikarenakan agar mereka Medical or health science is not yet
tetap bisa datang dengan cepat jika socialized. So we treated us with ashes
tiba-tiba diperlukan dan berkunjung from coconut or kawung that were
kapan saja jika merasa kangen burned. We put the ashes on the body. But
dengan Bah Endi dan Ma Asih. indeed, people are more afraid of ghosts
Setelah hampir satu jam perjalanan, than disease.
mereka akhirnya sampai di atap Every time before the evening call to
rumah salah satu anaknya. Rumah itu prayer, the residents choose to close the
tampak cukup luas sehingga sering door and stay at their house. So the
dijadikan sebagai tempat numpeng atmosphere of the village was very quiet.
bersama. Semua anak cucunya sudah But before that, the residents had to install
menunggu di tengah rumah, a cempor lamp (lighting from a device that
termasuk tetangga lain. Setelah uses coconut oil that emits a small fire)
melepaskan ikatan barang bawaanya, which was placed on a 'ayakan' (a
mereka kemudian turun dan beramah traditional bamboo tool for separating /
tamah sambil bercanda. filtering rice) which was hung in front of
the residents' houses. The shadow of the
“Abahh, Emaaa..... ihh Abah kangen. .” cempor lamp that reflects on the ayakan
seru para cucunya yang menyambut produces light forms in the form of spots,
kedatangan Abah Endi dan Ma Asih. such as kuris or smallpox. Residents
believe light can drive Jurig Kuris out, the
“Sini, sini, Abah peluk” Abah pun culprit of the plague.
mulai memeluk satu persatu cucunya. My parents and the health worker said
that this disease was caused by Jurig Kuris,
“Sini, Sini Ema Peluk juga.. cucuk ccuk which scratches the human body. Jurig
kesayangan ema.... tersayang..” Ma Kuris will appear to a family where one of
Asih tak mau kalah. Ma asih its members will or has already had

12
Ma Asih menyambut pelukan hangat smallpox. That's why everyone needs to
kepada cucu-cunya. make a mark on the skin of the shoulder
Tak lama setiap orang area of the hand to trick Jurig Kuris into
mengambil tugasnya masing-masing not coming. The only way is to cut the skin
menyiapkan tumpeng, ada yang a little, make the wound / cut with a tool
mengolah beras, menyembelih itik like iron which is usually used to write
dan ayam, membersihkan ikan, calligraphy that is carried by health
merebus telur, menyiapkan kopi dan workers. The skin is watered with rubbing
makanan ringan. Abah Endi dan Ma alcohol, because there is no alcohol. Even
Asih sibuk menyiapkan barang- though I was an adult, I knew that it was
barang ritual bersama beberapa called a vaccine.
orang tua yang lain, sedangkan Many residents fled and hid for fear of
beberapa warga dan para cucu yang being slashed. They may think that healthy
tidak kebagian atau selesai people are actually making pain. Especially

13
mengerjakan tugas ikut melihat for small children in schools. My teacher
bagaimana proses persiapan ritual. made a picture of a Jurig Sajodo or a pair
Selama proses persiapan, salah satu of ghosts pecking a human face. The tread
anak menyahut tentang Jurig atau of the peck is what becomes the kuris aka
Hantu Kuris. smallpox. And when the medics came, they
were running and hiding in the garden, in
“Bah, jadi ingat cerita Jurig Kuris. the stable, some even climbed into the
Coba cerita bah tentang jurig kuris, trees.”
mumpung cucu pada kumpul” kata si
bungsu "Including Abah?" said his clever grandson
“Oh Jurig kuris” Abah ikut teringat, who listened to the story.
“Cerita bah..cerita bah..” Cucu-
cucunya meminta. "Yes, including me, it was me who climbed
“Oh..Kuris..iya Jurig Kuris pembawa into the tree".
penyakit borok-borok sebadan. Kuris Everyone who heard laughed.
tuh apa ya bahasa Indonesianya....?
abah berusaha mengingat "But people with smart health, they came
“Cacar..” kata ma asih. to the village leader. There small children
“Iya cacar, pas Abah masih kecil, could not escape. I also could not run
waktu itu belum saling cinta yah away, aka being caught when I wanted to
mah..” Goda Abah Endi ke Ma Asih. run away. Every child mocked each other
Ma asih tertawa kecil, sambil tersipu because someone was afraid and someone
malu. was brave ,: Ah you cowardly child. , you
must be scared! That's how the children
“Jadi dulu tahun 50-60an, Abah masih tease each other. Because of his prestige,
kecil. Oh iya, Abah bukan orang Abah had to be brave. Moreover, my
bandung asli, tapi dari Garut. Bapak parents said it was pamali (prohibitions
abah pindah ke bandung untuk that should not be done), rather than
mencari uang dengan menjual jasa being scratched by Jurig Kuris.
angkut barang di stasiun, pake This is happening everywhere. Maybe as
delman. Bapaknya abah dulu punya West Java. Apart from suspicion, there
delman. Sementara dulu masih jarang used to be Cholera and Muntaber. We
orang yang punya mobil atau motor. were treated with kerosene, the main
Dulu pas masih kecil abah ikut acara ingredient in the kitchen. Our bodies are
numpeng teri sekampung kayak gini, covered in kerosene and we drink tea
syukuran tolak bala karena semua mixed with salt.
warga di satu RT terkena kuris, atau Whenever there is an outbreak we usually

14
sekarang disebut cacar. Penyakit ini usually like this, tumpeng. So that the
menular seper Corona dan seper disease doesn't exist anymore.
sekarang. Efeknya bisa sampai borok But the tumpengan will continue to exist.
seluruh badan, sampai ke wajah. Bagi It will not disappear, because there are
yang kurisnya sampai ke seluruh neighbors, there are relatives, there is
badan, mereka dak bisa something that makes us strong. "
menggunakan baju kain, karena akan
lengket dan akan membuat luka This sentence ended Abah Ndi's
borok makin parah. Sebagai gan nya story, and without realizing the other
mereka menggunakan daun pisang. family members, everyone had gathered in
Dulu juga sama seper Virus Corona, the middle of the house.
kita sekeluarga dak boleh saling Even though while telling Abah
berdekatan, harus saling menjaga Ndi's story, he could still pay attention to
jarak satu sama lain. the situation of the tumpengan
preparation. It turned out that during Abah
Medis atau ilmu kesehatan belum Ndi telling his story, every member who
bermasyarakat. Jadi kami berobat had finished cleaning up his task of
pakai abu dari pelapah kelapa atau preparing tumpeng sat in a circle listening
kawung yang dibakar. Abu itu kami to Abah Kandi in turn.
balur ke tubuh. Tapi memang, Now everyone has gathered in the
masyarakat lebih takut sama hantu middle of the house. Abah then started
dari pada penyakit. muttering a prayer. Everyone followed,
including the children.
Se ap sebelum azan magrib, para Prayer is not finished, even though
warga memilih menutup pintu dan Abah ended it. Tumpeng began to be cut
berdiam di rumahnya. Jadi suasana and distributed to neighbors.
kampung itu sangat sepi. Tapi
sebelumnya, para warga harus ....
memasang lampu cempor
(pencahayaan dari alat yang
menggunakan minyak kelapa yang
mengeluarkan api kecil) yang
diletakkan pada 'ayakan' (alat
tradisional dari bambu untuk
memisahkan/menyaring beras) yang
digantung di depan rumah warga.
Bayangan lampu cempor yang

15
memantul pada ayakan menghasilkan bentuk
cahaya berupa totol-totol, seper kuris atau cacar.
Warga percaya cahaya dapat mengusir Jurig Kuris,
biang keladi wabah itu.

Kata orang tua Abah dan orang kesehatan yang


bertugas, penyakit ini disebabkan oleh Jurig Kuris,
yang mencakar tubuh manusia.
Jurig Kuris akan menampakkan diri kepada
keluarga yang salah satu anggotanya akan atau
sudah terkena cacar. Makanya se ap orang perlu
bikin tanda luka di kulit area bahu tangan untuk
menipu Jurig Kuris agar dak mau datang. Satu-
satunya caranya adalah dengan menyayat kulit
sedikit, membuat luka/diturih dengan alat
semacam besi yang biasa digunakan untuk
menulis kaligrafi yang dibawa oleh petugas
kesehatan. Kulit yang luka disirami spiritus, karena
belum ada alkohol. Padahal ke ka sudah dewasa,
Abah tahu itu yang disebut vaksin.

Banyak warga yang pada kabur sembunyi karena


takut disayat. Mereka mungkin berfikir, orang
sehat ko malah dibikin kesakitan. Apalagi bagi
anak kecil di sekolah-sekolah. Guru Abah
membuat gambar tentang Jurig Sajodo atau
sepasang hantu yang mematuk wajah manusia.
Tapak patukan itulah yang menjadi kuris alias
cacar. Dan ke ka petugas medis datang, mereka
berlarian sembunyi di kebun, di kandang, bahkan
ada yang naik ke pohon”.

“Termasuk Abah?” celetuk cucunya yg pintar


menyimak cerita.
“Iya termasuk Abah, itu kan saya yang naik ke
pohon”.

16
"Tapi orang kesehatan pinter, mereka datang ke ketua desa. Di situ
anak kecil gak bisa kabur. Abah juga dak bisa kabur, alias tertangkap
ke ka mau kabur. Se ap anak saling mengejek karena ada yang takut
dan ada yang berani,: Ah kamu anak penakut, kamu pas ketakutan!
Begitulah anak anak saling ejek satu sama lain. Karena gengsi, Abah
jadi terpaksa harus memberanikan diri. Apalagi orang tua Abah bilang
itu pamali (pantangan yang dak boleh dilakukan), daripada dicakar
sama Jurig Kuris.

Ini terjadi di mana-mana. Mungkin se jawa barat. Selain jurig kuris,


dulu ada juga Kolera dan Muntaber. Kami dioba dengan minyak
tanah, pokoknya bahan yang ada di dapur. Tubuh kami dibalur minyak
tanah dan minum air teh yang telah dicampur garam.
Se ap kali ada wabah biasanya kami seper ini, tumpeng. Biar
penyakit jangan sampai ada lagi.

Tapi tumpengan masih akan terus ada. Tidak akan hilang, karena ada
tetangga, ada sanak saudara, ada sesuatu yang membuat kita kuat."

Kalimat tersebut mengakhiri cerita Abah Ndi, dan tanpa disadari


anggota keluarga yang lain, se ap orang sudah berkumpul ditengah
rumah.

Walaupun sambil cerita Abah Ndi tetap bisa memperha kan situasi
persiapan tumpengan. Tenyata selama Abah Ndi menceritakan
kisahnya, secara bergiliran se ap anggota yang telah selesai
membereskan tugasnya dalam menyiapkan tumpeng ikut duduk
melingkar mendengarkan Abah Kandi.

Sekarang semua orang sudah berkumpul di tengah rumah. Abah


kemudian mulai menggumamkan doa. Semua orang turut
mengiku nya, termasuk anak-anak.

Doa dak selesai, walaupun abah mengakhirnya. Tumpeng mulai


dipotong dan dibagi-bagikan ke tetangga.

17
terpaksa harus memberanikan diri, apalagi orang
tua abah bilang itu pamali, sok dari pada dicakar
sama Jurig Kuris.
Ini terjadi di mana-mana. Mungkin se jawa barat.
Selain jurig kuris, dulu ada juga Kolera dan
Muntaber. Kami diobati pake minyak tanah
pokoknya bahan yang ada di dapur. Tubuh dibalur
minyak tanah dan minum air teh dicampur garam.
Setiap kali ada wabah biasanya kami numpeng,
seperti ini. Biar jangan sampai ada lagi.
Tumpengan masih akan terus ada. Tidak akan
hilang. Karena ada tetangga. Ada kerabat. Ada
yang membuat kita kuat.”

Kalimat tersebut mengakhiri cerita Abah


Ndi, dan tanpa disadari anggota keluarga yang
lain, setiap orang sudah berkumpul ditengah
rumah.
Walaupun sambil cerita Abah Ndi tetap bisa
memperhatikan situasi persiapan tumpengan.
Tenyata sejak awal Abah Ndi bercerita,
secara bergiliran setiap anggota yang telah selesai
membereskan tugasnya dalam menyiapkan
tumpeng ikut duduk melingkar mendengarkan
Abah Kandi.
Sekarang semua orang sudah berkumpul di
tengah rumah. Abah kemudian mulai
menggumamkan doa. Semua orang turut
mengikutinya, termasuk anak-anak.
Doa tidak selesai, walaupun abah
mengakhirnya. Tumpeng mulai dipotong dan
dibagi-bagikan ke tetangga.

18
19
BAH GEYOT

H T
ari ini, seperti biasa di era oday, as usual in the post-corona
setelah corona, pemerintah era, the government has always
selalu gagal menagani failed to deal with major problems,
masalah besar, inflasi dan krisis inflation and monetary crises can no
moneter tak dapat lagi dihindari. longer be avoided. Half of the population
Setengah dari jumlah penduduk di in Indonesia chose not to vote in three
Indonesia memilih golput dalam tiga general elections. Demonstrations,
kali Pemilu. Demonstrasi, penculikan, kidnappings, social media hacks and
peretasan sosial media dan evictions of Kampung Kota continue. A
pengusuran kampung kota terus vaccine for the coronavirus was
terjadi. Vaksin untuk corona baru discovered in 2025 at a high price, and
ditemukan tahun 2025 dengan harga only a handful of people could afford it.
yang mahal, hanya segelinir orang Bodies lay in narrow alleys and gutters.
yang mampu membeli. Mayat-mayat One third of Indonesia's population died
bergeletakan di gang-gang sempit
from the corona virus and those who
dan selokan, sebanyak sepertiga dari
remain alive are those whose bodies build
jumlah penduduk Indonesia mati
their own immunity.
karena corona dan yang tetap hidup
The buildings that used to be
ialah mereka yang tubuhnya
bankrupt malls and factories were bought
membangun kekebalan sendiri.
by workers and the urban poor in a joint
Gedung - gedung bekas mall
dan pabrik yang bangkrut kemudian venture. Then the building changed its
dibeli para buruh dan warga miskin function to become a residence and

20
kota dengan cara patungan. hydroponic garden. Half of the 350 urban
Kemudian gedung tersebut beralih villages that were evicted from 2005 to
fungsi jadi tempat tinggal dan kebun 2030 reconstructed their boundaries and
hidroponik. isolated themselves from the outside
Setengah dari 350 kampung world. In the newly built Kampung Kota,
kota yang digusur dari tahun 2005 there are only three things that are
sampai 2030 membagun ulang batas- important for all, namely education, health
batas wilayah dan mengisolasi diri and food. Nobody eats meat because all
dari dunia luar. Di Kampung Kota animals have the right to live. Money is no
yang baru di bangun itu hanya ada longer valid because everything is free. It
tiga hal yang penting untuk semua was in Kampung Kota that an old man,
yaitu pendidikan, kesehatan dan Mbah Geyot and his family lived and were
pangan. Tidak ada yang memakan in charge of managing food.
daging karena semua hewan berhak
untuk hidup. Uang tidak lagi berlaku
"Allahumma inni a'udzu bika minal barashi,
karena segalanya gratis. Di Kampung
wal jununi, wal judzami, wa sayyiil asqami. O
Kota itulah seorang tua, Mbah Geyot
Allah, I protect you from madness, leprosy, and
dan keluarganya tinggal dan bertugas
bad diseases.” Said Mbah Geyot when he
mengelola pangan.
was sunbathing in the morning, when his
body remembered a series of past
“Allahumma inni a'udzu bika minal
barashi, wal jununi, wal judzami, wa experiences.
sayyiil asqami.Ya Alloh, aku berlindung
kepadamu dari penyakit lepra, gila, No more stomping music, the
kusta, dan penyakit – penyakit buruk”. sound of glasses clashing or laughter from
Ucap Mbah Geyot saat berjemur pagi- the banquet tables. The Beer House
pagi, ketika tubuhnya teringat atas Triangle, where Mbah Geyot worked, was
rentetan pengalaman masa lalu. suddenly quiet and closed when the
coronavirus outbreak occurred. Everything
Tak ada lagi degup musik yang was 'sent home', only the cleaning and
menghentak , suara gelas beradu security staff still working at the place,
maupun gelak tawa dari meja-meja including Mbah Geyot. Apart from the
perjamuan. Beer House Triangle, Beer House, all entertainment and tourist
tempat Mbah Geyot bekerja mendadak places in the city of Bandung are closed
sepi dan tutup ketika wabah including shopping centers, offices and
viruscorona ada. Semuanya factories. Stagnation in economic activity
'dirumahkan', hanya tinggal pegawai has resulted in workers being laid off
kebersihan dan keamanan yang masih without pay, without allowances and
bekerja di tempat tersebut, termasuk without certainty, resulting in unilateral

21
Mbah Geyot. Selain Beer House, semua layoffs as experienced by their youngest
tempat hiburan dan wisata yang ada di son and nephew.
Kota Bandung ini tutup termasuk pusat Tonight, it's Mbah Geot's turn to
perbelanjaan, kantor dan pabrik . stand guard at the Beer House. He started
Tersendatnya aktivitas ekonomi around, checking one corner of the cafe
meyebabkan para perkerja room. "Yes, I have to be ready.Tomorrow or
dirumahkan tanpa gajih, tapa the day after, the security guard may also be
tunjangan dan tanpa kepastian, hingga sent off. I may not work for someone else
berujung PHK sepihak seperti yang forever.What's more, I'm old and sickly ”.
dialami oleh anak bungsu dan Mbah Geyot whispered while massaging
ponakannya. his infected leg three weeks ago.

Malam ini, giliran Mbah Geot "Throw away all the trash and clean the
berjaga di Beer House. Ia mulai house, keep your body in shape by exercising,
berkeliling, memeriksa satu-satu sudut
eat fruits and vegetables and don't forget to
ruang cafe.
pray to be healthy," Mbah Geot's father and
mother advised when the outbreak of
“Ya, aku harus siap. Esok atau lusa
chikungunya in 1970, when teenage Mbah
mungkin Satpam juga dirumahkan.
Geot was treated at Hasan-Sadikin
Aku tidak mungkin selamanya bekerja
Hospital for a week.
kepada orang lain. Apa lagi aku sudah
tua dan sakit-sakitan”. Bisik Mbah
Geyot sambil memijat kaki yang infeksi All residents in Tamansari will work
akibat terkena tusukan sate tiga together to clean the village every Monday
minggu lalu. and Thursday. Every Friday afternoon the
... houses will be sprayed with smoke to
keep them free of mosquitoes. And every
“Buang semua sampah dan bersihkan Sunday morning residents will botram (eat
rumah, jaga kebugaran tubuh dengan together) and exercise together in the
olah raga, makan buah dan sayur serta grass field.
jangan lupa Shalat biar sehat” The chikungunya epidemic itself
begitulah ayah dan ibunya Mbah Geot first appeared in Africa in the 1960s and
berpesan ketika merebaknya wabah then spread to Europe and Asia until it
cikungunya di tahun 1970, ketika Mbah arrived in Indonesia. In the 60s in
Geot remaja dirawat di Rumah Sakit Tamansari there was an outbreak of
Hasan-Sadikin selama sepekan. smallpox, almost everyone in the village
had smallpox. Starting from the age of
Semua warga di Tamansari akan toddlers to the elderly. During the
kerja bakti membersihkan kampung outbreak of smallpox, Mbah Geyot was

22
setiap senin dan kamis. Setiap hari just born. His father, Sadikin, had just been
jumat siang rumah-rumah akan confirmed as a revolutionary veteran by
disemprot asap agar bebas nyamuk. the Indonesian government.
Dan setiap minggu pagi warga akan
botram (makan bersama) dan olah "Forgive your father and mother, it turns out
raga bersama di lapangan rumput. that we are called illegal residents" mumbled
Wabah cikungunya sendiri Mbak Geyot to the wind, when the house
pertama kali muncul di Afrika tahun inherited from her mother and father was
1960-an lalu meyebar ke Eropa dan evicted by the city government.
Asia hingga sampailah di Indonesia.
Tahun 60-an di Tamansari pernah The only building that survived the
merebak wabah cacar, hampir semua eviction at Tamansari RW 11 was the Al-
orang di kampung tersebut terkena Islam mosque. It was in this mosque that
cacar. Mulai dari usia balita hingga Mbah Geot's family and all Tamansari
lansia. Saat merebaknya wabah cacar
residents who were victims of the eviction
itulah, Mbah Geyot baru saja lahir.
stayed temporarily. Apart from Kampung
Ayahnya bernama Sadikin, baru saja
Tamansari, various other urban villages in
dikukuhkan sebagai veteran revolusi
Bandung were also forcibly evicted for five

23
oleh Pemerintah Indonesia. years from 2015 to 2020 such as Kampung
Kolage, Kampung Jalan Jakarta-Karawang,
“Maafkan Bapak sama Emak jeung Kampung Dago Elos, and Kampung Kebon
apa... geuning urang teh disebut warga Jeruk. It was in Mbah Geot's birthplace
ilegal” lirih Mbak Geyot pada angin, that evictions have taken place three times
saat rumah warisan dari ibu dan since 2005, namely for the construction of
bapaknya digusur paska oleh flyovers and malls.
Pe m e r i n t a h Ko t a . S a t u - s a t u n y a
bangunan yang selamat dari "Allahumma inni a'udzu bika minal barashi,
penggusuran di Tamansari RW 11 wal jununi, wal judzami, wa sayyiil asqami. (O
hanyalah Mesjid Al Islam. Allah, I take refuge in you from mad
disease, leprosy, and bad diseases) ". Said
Di mesjid inilah kemudian keluarga Mbah Geyot when he was sunbathing in
Mbah Geot dan semua warga the morning.
Tamansari yang menjadi korban
penggusuran tinggal sementara. Selain
Kampung Tamansari, berbagai
Kampung Kota lainnya di Bandung
juga digusur paksa selama lima tahun
dari tahun 2015 hingga 2020 seperti
Kampung Kolase, Kampung Jalan
Jakarta-Karawang, Kampung Dago
Elos, dan Kampung Kebon Jeruk. Di
tempat kelahiran Mbah Geot itulah,
penggusuran berlangsung sebayak
tiga kali sejak tahun 2005, yaitu untuk
pembangunan jalan layang dan mall.

“Allahumma inni a'udzu bika minal


barashi, wal jununi, wal judzami, wa
s a y y i i l a s q a m i . ( Ya A l l a h , a k u
berlindung kepadamu dari penyakit
gila, kusta, dan penyakit – penyakit
buruk)”. Ucap Mbah Geyot saat
berjemur pagi-pagi.

24
25
MAK ERAH

H T
ari ini, seperti biasa Mak Erah oday, as usual, Mak Erah sat on a
duduk di sebuah kursi plastik plastic chair in her yard wearing a
di halaman rumahnya negligee and ciput head. There was
dengan memakai daster dan ciput a small old wooden table beside it, where
kepala. Ada sebuah meja kayu tua there was a large glass of spice drink that
kecil di sampingnya, di mana terdapat was no longer hot. Mak Erah had been
satu gelas besar minuman rempah sitting there for more than an hour, facing
yang tak lagi panas. Mak Erah sudah the road. The expression on his face was
duduk di situ lebih dari satu jam like waiting for something to come. But
sambil menghadap ke arah jalan. also sometimes describes feelings of
Mimik mukanya seperti menunggu wonder, confusion, while seemingly
sesuatu datang. Tapi juga kadang remembering something. Indeed
menggambarkan perasaan heran, something had changed around her. Now
kebingungan, sambil terlihat there are no neighbors who often talk to
mengingat-ngingat sesuatu. Memang
her every morning, who live three steps in
ada yang berubah di sekitarnya. Kini
front of her house.
tidak ada lagi tetangga yang sering
It's been almost a month, since the
mengajaknya ngobrol setiap pagi,
eviction took place, Mak Erah's gaze was
yang tinggal tiga langkah di depan
people and vehicles passing by on the
rumahnya.
highway. Mak Erah, as well as several
Sudah hampir sebulan, sejak
neighbors beside and behind her house,
penggusuran terjadi, tatapan Mak
Erah adalah lalu lalang manusia dan are some of the fortunate residents who

26
kendaraan di jalan raya. Mak Erah, residents who were not included in the
juga beberapa tetangga di samping political plan of the change in urban spatial
dan di belakang rumahnya, adalah planning. At least for the time being,
beberapa warga yang beruntung because not many people know, that roads
karena tidak masuk dalam rencana are not only a place for vehicles to pass by,
politik dari perubahan tata ruang but also for other business and
kota. Setidaknya untuk sementara ini, development plans.
sebab tidak banyak yang tahu, bahwa It has been two years since the
jalan raya tak hanya menjadi tempat corona virus vaccine was discovered at
lalu lalang kendaraan, tapi juga the end of the third wave of the pandemic,
rencana-rencana bisnis dan but only a few weeks ago Mak Erah
pembangunan yang lain. became frequently out of her house. The
Sudah dua tahun kebelakang change occurred after one of her sons
vaksin virus corona ditemukan di akhir came to visit with some sappanwood,
pandemi gelombang ketiga , tapi baru
ginger, cinnamon and other spices. Through
beberapa minggu lalu Mak Erah
her son, she left a request to be frequently
menjadi sering keluar dari rumahnya.
visited by other relatives. Understandably,
Perubahan itu terjadi setelah salah
she did not really know the latest
satu anak laki-lakinya datang
technology apart from television.
mengunjunginya sambil
Mak Erah rarely leaves the house
membawakan beberapa kayu secang,
jahe dan kayu manis dan jenis rempah not only because she avoids the corona
yang lain. Melaui anaknya, Dia virus, but also because her mother always
menitipkan permintaan ingin sering educated her since she was a child to hide
dikunjungi sanak keluarganya yang in the house if there were dangers outside,
lain. Maklum ia memang tidak terlalu such as war, riots and disease. As in the
mengenal teknologi terkini selain evacuation process of Bandung Lautan Api
televisi. from Bandung to Majalaya, then back to
Mak Erah jarang keluar rumah Bandung, when Mother was only two
bukan hanya karena menghidari virus years old.
corona.Tapi juga karena memang Now, even though she is almost 80
sejak kecil selalu dididik Ibunya untuk years old, Mak Erah is still used to living
sembunyi di dalam rumah jika di luar and hiding in the house. Since her husband
terjadi mara bahaya, seperti perang, died 35 years ago, Mak Erah has lived
kerusuhan dan penyakit. Seperti pada alone and now lives with her younger
proses evakuasi Bandung Lautan Api sibling's child. As for his twelve children,
dari Bandung ke Majalaya, lalu and thirty-four of her great-grandchildren,
kembali ke Bandung, ketika Emak they live scattered in various regions.
baru berumur dua tahun. ....

27
Sekarang, walaupun di usianya Now Mak Erah slowly got up from
yang hampir 80 tahun akhir, Mak Erah her chair, her eyes that began to look less
masih terbiasa untuk tinggal dan alert when she saw two automatic
sembunyi di dalam rumah. Sejak motorbikes entered.Yes, it is the
suaminya meninggal pada 35 tahun motorbike of her granddaughter, Ati and
yang lalu, Mak Erah tinggal sendiri her husband, and their two children, Lulu
dan sekarang tinggal bersama anak and Azwa. Ma Erah's face had a smile on
dari adiknya. Sedang ke dua belas her face.
anak kadungnya, dan tiga puluh
empat cucu-buyutnya tinggal I guess who !? It's been a long time, huh! "
menyebar di berbagai daerah.
Sekarang Mak Erah perlahan In fact, when the corona virus began to
bangkit dari kursinya, matanya yang enter Bandung, until the time of limiting
mulai kurang awas melihat dua motor working hours, Ati and her husband, twice
matic masuk. Ya, itu adalah motor
a week, always entrusted Lulu and Azwa so
cucunya, Ati dan suaminya, dan dua
that they could continue working. At that

28
anaknya, Lulu dan Azwa. Wajah Ma time Lulu and Azwa were only seven and
Erah mengguritkan senyum. three years old, so they were still very
happy to hear stories. And Mak Erah has
“Sugan teh saha, lawas-ti lawas... (Aku many stories in his memory. That's
kira siapa!? Sudah sangat lama sekali because, apart from being a child, Mak
ya !” Erah liked to read books, she also often
heard stories from her mother, when she
Sebenanya ketika virus corona mulai told Mak Erah to stay at home.
masuk ke Bandung, hingga pada
masa-masa pembatasan jam kerja, Ati "Who is this? You have become boys and
dan Suaminya dalam dua kali girls like this ...?! ”
seminggu selalu menitipkan Lulu dan “Lulu and Azwa. Mak ... "
Azwa agar mereka bisa tetap bekerja. "Wow, oh yes! (He stares for a long time)
Pada saat itu Lulu dan Azwa masih Come on in, come in! "
berumur tujuh dan tiga tahun, jadi Ati, Indra (her husband), Lulu and Azwa
mereka masih sangat senang laughed. Mak Erah entered the house first.
mendengarkan cerita. Dan Mak Erah
mempunyai banyak cerita di
They then chatted. Ati's parents (son of his
ingatannya. Itu karena selain sejak
younger brother) who lived with Mak Erah
kecil Mak Erah suka membaca buku,
also joined in while opening the food they
ia juga sering mendengar cerita dari
brought.
ibunya, ketika menyuruh Mak Erah
untuk tetap diam di rumah.
"Mak, please tell me, Lulu and Azwa miss
hearing Ema's story"
“Ini siapa? Kalian sudah jadi laki-laki
"What is the story?"
dan gadis gini...?!”
"Leungli..Leungli ...!"
“Lulu sama Azwa. Mak...”
“Wah, oh ya! (Dia menatap lumayan "Leungli?"
lama) ayo masuk, masuk !”
Ati, Indra (suaminya), lulu dan Azwa Leungli is Lulu and Azwa's favorite story
tertawa-tawa. Mak Erah masuk since 10 years ago, when they were often
pertama ke dalam rumah. entrusted to Mother during the pandemic.
Mother uses stories to hold back the
Mereka kemudian bercakap-cakap, agility of Lulu and Azwa, who often play
Orang tua Ati (Anak dari adiknya) until they leave the house. And Leungli is
yang tinggal bersama Mak Erah juga the ultimate story if other stories are
ikut bergabung sambil membuka considered boring.
makananan yang dibawa.
“Mak, please change the story ..!."

29
“Mak, cerita dong, Lulu dan Azwa "Okay, wait. Mak remembered a story that
kangen denger cerita Ema” you have never told you before, but you
“Cerita apa?” have to sit and stay inside the house. Don't
“Leungli..Leungli...!” come out, even on the yard. “
“Leungli?“
Mak Erah often made deals with her great-
Leungli adalah cerita favorit grandparents, who really liked to disappear
Lulu dan Azwa sejak 10 tahun lalu, and ran out of the house in the middle of
ketika mereka sering didititipkan pada the story. Moreover, Mak Erah often
Emak di masa pandemi. Emak brakes when she is telling a story, to try to
menggunakan cerita untuk menahan remember.
kelincahan Lulu dan Azwa yang sering
main hingga keluar rumah. Dan "So this is it ...!” Mak Erah began to
Leungli adalah cerita pamungkas jika seriously tell stories, Lilu and Azwa
cerita lain dianggap membosankan. approached and were ready to listen while
lying down.
“Mak, ganti ceritanya...”
“Baik, tunggu. Mak teringat sebuah “There used to be two children. They
cerita yang belum pernah ceritakan were siblings, one boy named Leungli and
kepada kalian, tapi kalian harus duduk his sister named Neli, they both played in
dan tetap di dalam rumah. Jangan the garden. It is said that in the garden
ada yang keluar, sekalipun di
there is a guava tree whose height reaches
halaman.”
the sky. But their parents said children
were prohibited from approaching or
Mak Erah sering melakukan
climbing the tree because it was very high,
kesepakatan dengan para buyutnya
even though the guava tree bears very
yang memang suka menghilang lari
good fruit. The guava fruit was very
keluar rumah saat di tengah cerita.
delicious. Arriving at the garden, Leungli
Apalagi Mak Erah sering merem kalau
and Nengli saw a guava tree that looked
sedang bercerita, untuk berusaha
mengingat. fresh green to brass. "
"Neli, you wait here yes, I want that guava,
“Jadi gini..” you want it too right? It seems very tasty
Mak Erah mulai serius bercerita, Lilu and fresh."
dan Azwa mendekat dan siap "Yes, I want, but our mothers and fathers
menyimak sambil tiduran. said. We can't climb into that tree. "
“Dulu ada dua orang anak, mereka “It's okay, they just scare you.You wait
kaka beradik, yang satu laki-laki here while I get on huh. "

30
namanya Leungli dan adiknya "Yes."
perpuan bernama Neli, mereka "You wait on ground. If there is anything,
berdua main ke kebun. Konon di call me and don't be afraid."
kebun itu terdapat sebuah pohon "Yes."
jambu yang tingginya sampai
menjualang ke langit. Tapi Leungli climbed the very tall guava tree
orangtuanya bilang, anak-anak deftly. But before picking up lots of guava
dilarang mendekati atau memanjat fruit, Neli called.
pohon itu karena sangat tinggi, meski
pohon jambu itu berbuah sangat “Leungli, what is this Leungli? Crawling on
enak. Buah jambu itu sangat nikmat. the feet. "
Sesampainya di kebun, Leungli dan "Leungli, what is this Leungli? Crawling on
Nengli melihat pohon jambu yang the leg."
nampak segar hijau ke kuningan. "Just hit, just ants" Leungli calmed him
down as he continued to take fruit.
"Neli kamu tunggu disini ya , aku mau
“Leungli, what is this Leungli? Creeping
jambu itu , kamu mau juga kan?
and biting on the leg.
sepertinya sangat enak dan segar.“
“Iya mau, tapi kan ibu dan bapak kita
"Just hit, it's ants!" Leungli calmed down
bilang. Kita ga boleh naik ke pohon
again.
itu.”
"What is this Leungli-Leungli? Creeping in

31
“Tidak apa-apa, mereka hanya “What is this Leungli? Leungli? Creeping
menakut-nakuti saja. Kamu tunggu di on the leg and biting me!"
sini selagi aku naik ya.” "Just hit the ants" leungli soothed.
“Iya.” Then there was a sudden silence, Neli
"Kamu tunggu di bawah ya, Kalau ada didn't hear her voice.
apa apa panggil aku dan jangan When he came down from the tree
takut.” carrying guava, Leungli was surprised to
“Iya.” see a very large snake.

Leungli naik ke atas pohon jambu "Neli ...!" Leungli was surprised
yang sangat tinggi itu dengan Neli was swallowed by a large snake.
cekatan. Tapi sebelu banyak The big snake looks full, its stomach is
mengambil buah jambu, Neli enlarged. Because the snake's body was
memanggil. heavy, the snake fell silent and fell asleep.
Leungli could only cry in the tree while
“Leungli, Leungli ini apa? Merayap di watching the snakes slept soundly eating
kaki.“ his beloved sister.
"Leungli, Leungli ini apa? Merayap di
kaki."
"Neli, my little sister!" Leungli was crying.
“Pukul saja, cuma semut” Leungli
Then there were the birds chirping
menenangkan sambil terus
around him.
mengambil buah.
“Down! ! Turit! Turih-Turih… ”the bird
“Leungli, Leungli ini apa? Merayap
chirped.
dan mengigigit di kaki.
Leungli remembered that there were
sharp turih leaves. Then while being
“Pukul saja, itu semut!” Leungli
kembali menenangkan. careful, Leungli slowly descended from the
“Leungli-Leungli ini apa? Merayap di tree, and immediately took Turih's leaves in
suku jeung ngegelan.. “ the bush.
“Pukul saja semut” leungli
menenangkan. With fear, Leungli petted the big snake
belly snake, and took out its contents. It
Lalu seketika hening, Neli tak dengar turned out that his younger brother had
suaranya.Ketika turun dari pohon crumbled into pieces of bones and his
membawa jambu, Leungli terkejut, flesh was crushed.
melihat ular yang sangat besar.
Then out of nowhere a grandfather
“Neli…!” Leungli terkejut appeared and gave him a cloth and
bamboo fan.

32
Neli ditelan oleh ular besar. "Cover your sister with a side cloth. Then
Ular besar itu terlihat kenyang, give him some air by hihid (bamboo fan),
perutnya membesar. Karena tubuh while stamped these prayers and jamps:
ular memberat, ularpun terdiam dan Shaking my bamboo fan. The Principal
tertidur kekenyangan. bamboo fan, a legacy of Grandma and
Leungli hanya bisa menangis di atas Grandpa.”
pohon sembari menyaksiakan ular
tertidur lelap memakan adik The mysterious grandpa disappeared.
kesayanganya. Leungli followed what grandpa ordered.

“Neli, adiku perempuanku!” Leungli "Shaking my bamboo fan. The Principal my


menangis. bamboo fan. Shaking my my bamboo fan.
Lalu ada burung yang berkicau-kicau The Principal my bamboo fan.Shaking my
di sekitarnya. my bamboo fan. The Principal my bamboo
“Turih! ! Turit! Turih-Turih…” burung fan.”
itu berkicau.
Leungli ingat ada daun turih yang Suddenly, behind the cloth something
tajam. Lalu sembari berhati-hati, moved, it turned out that his sister was
Leungli perlahan turun dari pohon,
back to life. His body was completely
dan segera mengambil daun Turih di
reunited.
semak semak.
"That's the story." Mak Erah ended the
story.
Dengan menahan takut, Leungli
membelek ular perut ular besar itu ,
Mak Erah is unconscious, now it is her
dan mengeluarkan isinya. Ternyata
grandchildren who are fast asleep.
adiknya sudah remuk menjadi
“In the past, Lulu and Azwa used to sleep
potongan tulang belulang dan
dagingnya hancur. while listening to Leungli's story. Now you
Lalu entah dari mana muncul seorang are big, and you eat big too. “
kakek dan meberinya kain dan hihid
(kipas kayu). Everyone laughed, including Lulu
and Azwa, who had been eating their
“Tutup adikmu dengan kain samping, mouth silently earlier, while listening to
lalu beri dia udara dengan Mak Erah's story.
mengibaskan kipas kayu, sambil cap Then the passing of vehicles on the road is
doa dan jampe-jampe ini... getting more crowded They are still
chatting in the house, while continuing to
“Geberr-geber hihid aing, hihid aing eat the souvenir food brought by the Ati
family.

33
kabuyutan (Kibas-kibas kipas tangan Mak Erah told another story. Now
ku. Kipas tangan Kebuyutan), titingal Mak Erah continues the story of how her
ti nini aki, sebanyak tiga kali.” neighbor had to move since she heard the
Kake misterius itu menghilang, news and received a notification that her
Leungli mengikuti apa yang kek itu house had to be evicted and turned into a
perintahkan. highway.

“Geber-geber hihid aing, hihid aing ...


kabuyutan, titingal ti nini aki. Geber-
geber hihid aing, hihid aing
kabuyutan, titingal ti nini aki. Geber-
geber hihid aing, hihid aing
kabuyutan, titingal ti nini aki (Kibas-
kibas kipas tangan ku. Kipas tangan
Kebuyutan, peninggalan kakek-nenek.
Kibas-kibas kipas tangan ku. Kipas
tangan Kebuyutan, peninggalan
kakek-nenek. Kibas-kibas kipas
tangan ku. Kipas tangan Kebuyutan,
peninggalan kakek-nenek.”

Tiba tiba di balik kain ada yang


bergerak, ternyata adiknya kembali
hidup. Tubuhnya bersatu kembali
secara utuh.

“Begitu ceritanya.” Mak Erah


mengakhiri cerita.

Mak Erah tak sadar, sekarang


gantian cucu-cucunya yang tertidur
lelap.

“Nah dulu Lulu dan Azwa sering tidur


sambil mendengar cerita Leungli.
Sekarang kalian sudah besar, dan
makannya pun juga besar.”
Semua orang tertawa, termasuk Lulu

34
dan Azwa yang sedari tadi mulutnya
tadi bisa diam makan, selama
mendengarkan cerita Mak Erah.
Lalu lalang kendaraan di jalan makin
ramai. Mereka masih beramah-tamah
di dalam rumah, sambil terus
memakan makanan oleh-oleh yang
dibawa keluarga Ati.
Mak Erah menceritakan cerita
yang lain. Kini Mak Erah melanjutkan
cerita tentang bagaimana
pengalaman tetangganya yang harus
pindah sejak mendengar kabar dan
mendapatkan surat pemberitahuan
bahwa rumahnya harus digusur dan
menjadi jalan raya.

....

35
36
NEK MARNI

H T
ari ini, seperti biasa, sudah oday, as usual, for several weeks,
beberapa minggu ini Nek Nek Marni always stopped for a
Marni selalu berhenti sejenak moment in the middle of the road
di tengah jalan setiap pulang dari every time she returned from the market.
pasar. Standing stiffly in the dust mixed with last
Berdiri kaku dalam debu yang night's rain, Nek Marni, who was carrying
bercampur sisa hujan semalam, Nek a basket filled with ingredients for making
Marni yang membawa keranjang fried foods, stared silently at a 2x3 meter
berisi bahan-bahan untuk membuat stall which was also her residence.
gorengan, menatap diam dalam jarak Nek Marni always remembered her
pada sebuah warung 2x3 meter yang oath, to sincerely fight until she was
juga merupakan tempat tinggalnya. crushed, to defend her place of residence
Nek Marni selalu teringat atas from forced eviction. This habit is
sumpah, untuk tulus melawan sampai deliberately done to try to keep talking to
remuk, mempertahankan tempat herself, because lately while in the hot oil,
tinggalnya dari penggusuran paksa. flour, vegetables, banana, tofu, tempeh,
Kebiasaan itu memang sengaja cassava, and sweet potato, she often thinks
dilakukannya untuk mencoba terus of renting a house or boarding house.
berbicara pada dirinya sendiri, karena Everyone's daily life is now under
akhir-akhir ini sambil di dalam gulatan the influence of the global economic crisis
minyak panas, tepung, sayuran, which has exacerbated the crisis of space
pisang, tahu, tempe, singkong, dan and residence. Health costs continue to

37
kerap muncul pikiran untuk to increase many times over and many
mengontrak sebuah rumah atau sick people can no longer afford to go to
kamar kos. the hospital. The new corona virus vaccine
Keseharian setiap orang was discovered after the third wave of the
sekarang ada dalam pengaruh krisis coronavirus outbreak spread globally. And
ekonomi global yang memperparah the price of the vaccine is high enough
krisis ruang dan tempat tinggal. Biaya that only a handful of people can afford it.
kesehatan terus naik berkali-kali lipat During the pandemic, many
dan banyak orang sakit tak lagi factories and companies received
mampu berobat ke Rumah Sakit. subsidies from the government. But
Vaksin corona virus baru ditemukan during the pandemic, factories cut
setelah gelombang ketiga wabah produc on costs to minimize losses by
corona menjalar secara global. Dan laying off workers. Instead of fixing the
harga vaksin tersebut cukup mahal economy, the old way of cunning
sehingga hanya segelintir orang yang coopera on between factories and
mampu. government has kept the crisis
Sepanjang pandemi inevitable.
berlangsung banyak pabrik dan Since 2023 there is no longer
perusahan mendapatkan subsidi dari the term permanent employee or
pemerintah. Tapi selama pandemi itu permanent employee. All workers at
pula, pabrik melakukan pemangkasan any me can be fired if they are
ongkos produksi, untuk meminimalisir considered no longer profitable or
kerugian dengan cara mem-PHK. hindering the company.
Alih-alih untuk memperbaiki ekonomi, Unemployment and poverty rates
cara lama kerjasama licik antara con nue to increase every year as a
pabrik dan pemerintah menyebabkan result of layoffs and ongoing evic ons.
krisis tetap tak terhindarkan. Un l 2024, the propor on of
Sejak tahun 2023 tak ada lagi people who die from disease and die
istilah karyawan tetap atau pegawai from starva on is slightly different.
tetap. Seluruh tenaga kerja sewaktu- The evic ons of Kampung Kota in the
waktu dapat dipecat jika dianggap city of Bandung con nue to occur for
tidak lagi menguntungkan atau the construc on of apartments and
menghambat perusahaan. Angka business centers. And half of the total
pengangguran dan kemiskinan terus urban popula on in Indonesia in 2027,
meningkat setiap tahun akibat dari will no longer have a house and live to
PHK dan penggusuran yang terus rent.
terjadi. Fer le lands in various regions
Hingga tahun 2024 in Indonesia have been evicted, and

38
perbandingan orang yang mati and converted into offices, factories,
karena penyakit dan mati karena mines and business centers un l 2030.
kelaparan, jumlahnya beda tipis. As a result of years of widespread land
Penggusuran Kampung Kota di kota conversion, the food crisis, water crisis
Bandung terus terjadi untuk and extreme weather can no longer be
pembangunan apartemen dan pusat avoided in Indonesia since 2025. And
bisnis. Dan setengah dari jumlah by 2030 all forests in Indonesia have
penduduk kota di Indonesia pada disappeared, what remains is only zoo
tahun 2027, tidak lagi punya rumah tours in urban centers.
dan tinggal mengontrak. Since the corona virus broke out
Lahan-lahan subur di berbagai daerah in 2020, many people have been
di Indonesia telah tergusur, dan pressured and forced all ac vi es and
beralih fungsi menjadi perkantoran, ac vi es to be carried out at home,
pabrik, tambang, dan pusat bisnis resul ng in an increase in KDRT
hingga tahun 2030. Akibat (Domes c Violence) by ten mes the
merebaknya alih fungsi lahan number of domes c violence cases in
bertahun-tahun, maka krisis pangan, the previous months or years. Even
krisis air dan cuaca ekstrim tak dapat though staying indoors for days to
lagi dihindari di Indonesia sejak tahun weeks because it is considered the

39
2025. Dan di tahun 2030 seluruh safest way to be free from the plague.
hutan di Indonesia telah lenyap, yang However, many people choose to do
tersisa tinggallah wisata kebun their usual ac vi es, especially those
binatang di pusat-pusat kota. who work on the streets, such as Bah
Sejak virus corona mewabah di tahun Maman who is a parking a endant, or
2020, banyak orang tertekan dan Nek Marni who con nues to sell fried
memaksaksakan segala kegiatan dan foods as usual at Bandung Train
aktivitas dilakukan di rumah sehingga Sta on.
berakibat pada meningkatnya KDRT Apart from them, public
sebanyak sepuluh kali lipat dari transporta on drivers, online
jumlah kasus KDRT di bulan-bulan motorcycle taxis, street vendors,
atau tahun sebelumnya. Meski berada scavengers, and other informal
di dalam rumah berhari-hari, hingga workers choose to con nue their
berminggu-minggu karena dianggap ac vi es as usual. They are more
sebagai cara paling aman untuk afraid of starving to death than they
terbebas dari wabah. Namun banyak are afraid of the corona virus because
orang memilih melakukan aktivitas they are unemployed and do not
seperti biasanya terutama mereka move.
yang bekerja di jalanan, semisal Mbah "Yes, if we don't work, don't
Maman yang menjadi tukang parkir, trade, we are wai ng silently for help.
atau Nek Marni yang tetap berjualan Will there be any help? In fact, we
gorengan seperti biasanya di Stasiun might die because we don't move,
Bandung. hahaha, ”joked Nek Marni, laughing at
Selain mereka, para supir one point.
angkot, ojol, pedagang kaki lima, The bodies of Nek Marni and
pemulung, dan para pekerja informal Bah Maman are certainly very
lainnya memilih tetap beraktivitas vulnerable to being exposed to the
sebagai mana biasanya. Mereka lebih corona virus. They are always outside
takut mati kelaparan daripada takut the home and meet many people
pada virus corona karena tak bekerja every day. This condi on is then
dan tidak bergerak. exacerbated by the lack of rest or
“Ya, kalau kita tidak kerja, tidak sleep at night because you always feel
dagang, terus diam nunggu bantuan. anxious about sleeping, suddenly
Emangnya bantuan bakalan ada? forcibly evicted by PT KAI (Indonesian
Malah bisa-bisa mati kita karena Railroad Company) and the Bandung
terus tidak bergera., Seloroh Nek City Government as happened in
Marni pada suatu ketika sambil 2016. Anxiety has started to emerge
tertawa. since five years. Her neighbors,

40
Tubuh Nek Marni dan Mbah Maman namely Pak Rosid, Pak Amin, Bu Itoh,
tentunya sangat rentan terpapar virus Bu Jamiah and Bu Yoyoh were
corona. Mereka selalu beraktivitas di criminalized by PT KAI and found guilty
luar rumah dan bertemu dengan by PTUN (State Administra ve Court)
banyak orang setiap hari. Kondisi ini for minor crimes related to cases of
kemudian diperparah dengan entering someone else's yard.
kurangnya istirahat atau tidur malam
karena senantiasa merasa cemas "Lahaula, Kawula may be saderma
kalau-kalau saat tidur, tiba-tiba mobah-mosik hyanng sukmo",
digusur paksa oleh PT KAI (Perusahan That morning the sun was shining as
Kereta Api Indonesia) dan Pemkot usual. Nek Marni said a prayer when
Bandung seperti kejadian di tahun she started walking slowly into her
2016. Rasa cemas itu mulai muncul shop. The wind blows around the
sejak lima tetangganya, yaitu Pak West Sta on, whose roads are broken
Rosid, Pak Amin, Bu Itoh, Bu Jamiah with holes, blowing dust off the dry
dan Bu Yoyoh dikriminalisai oleh PT ground and plas c trash.
KAI dan dinyatakan bersalah oleh
PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara “Allahumma 'aafinii fii bodily.
) atas tindak pidana ringan terkait Allahumma 'aafinii fii sam-'ii.
perkara memasuki pekarangan orang Allahumma affini fir bashorii. Laa
lain. ilaaha illaa anta. Allahumma in'nii a-
“Lahaula, Kawula mung saderma 'uudzu bika minal kufri wal faqri, wa a-
mobah-mosik hyanng sukmo”, 'uudzubika min 'adzaabil qobri. La
Pagi itu matahari memang bersinar ilaha illa anta. (O Allah, give health to
seperti biasanya. Nek Marni my body, for my hearing and my
mengucapkan suatu doa ketika mulai eyesight. There is no god that has the
melangkah perlahan ke warungnya. right to be worshiped but You. O Allah,
Angin berhembus di sekitar Stasiun I actually take refuge from disbelief
Barat yang jalannya rusak bolong- and poverty. Yes, Allah, I actually seek
bolong, menerbangkan debu dari refuge in You from the torment of the
tanah yang mulai mengering dan grave. No god has the right except
sampah palstik . You). "
Mbah Maman, her husband,
“Allahumma 'aafinii fii badani. also started the morning with a prayer.
Allahumma 'aafinii fii sam-'ii. As his parents taught him when he
Allahumma affini fir bashorii. Laa was a child, he started cleaning the
ilaaha illaa anta. Allahumma in'nii a- shop and drying clothes that were not
'uudzu bika minal kufri wal faqri, wa dry.

41
wa a-'uudzubika min 'adzaabil qobri. The shop looks clean, Nek Marni has
La ilaha illa anta. (Ya Allah, berikanlah also separated the ingredients for the
kesehatan untuk badanku, bagi frying. As usual, they then divided the
pendengaranku dan penglihatanku. tasks. With skilled hands or rather
Tidak ada sesembahan yang berhak they are very used to it, then they
untuk disembah selain Engkau. Ya prepare fried ingredients and
Allah, sesungguhnya aku berlindung occasionally they talk.
dari kekufuran dan kefakiran. Ya,
Alloh, sesungguhnya Aku berindung "Mah, if later we are evicted again or
diri kepada-Mu dari siksa kubur. Tidak told to move from here, where will we
ada sesembahan yang berhak selain be?" asked ABah.
Engkau).”
Mbah Maman, suaminya, juga Then Nek Marni said, Yes, anywhere,
memulai pagi itu dengan doa. the important thing is we are healthy
Sebagaimana yang diajarkan orang and not starving. "
tuanya ketika masih kecil, sambil
mulai membersihkan warung dan For Nek Marni, this was not the only
menjemur pakaian yang belum me the search was done. Three years
kering. before buying land and se ling in the
Warung, sudah tampak bersih, Nek vicinity of Statsiun Bandung in the late
Marni pun sudah memisahkan bahan- 60s - early 70s, her brother's house in
bahan untuk gorangan. Seperti Kalibata (Jakarta) and his residence
biasanya, mereka kemudian membagi were forcibly evicted by the
tugas. Dengan tangan yang terampil Indonesian Government for the
atau lebih tepatnya sudah sangat expansion of the Heroes' grave from 5
terbiasa, kemudian mereka mengolah hectares to 25 hectares. At that me,
bahan-bahan gorengan dan sesekali various evic ons of Kampung Kota in
mereka bicara. Jakarta took place in the name of
“Mah, kalau nanti kita digusur lagi welcoming the development era.
atau disuruh pindah dari sini, kemana Nek Marni's teenage years in Jakarta,
ya?” tanya Abah. was spent selling jamu at Pancoran
Lantas Nek marni pun bilang, and became the conductor of the
Masa-masa remaja Nek Marni Sodaranta bus, Pasar Minggu-
di Jakarta, dihabiskan dengan Manggarai Department. In the 50s to
bejualan jamu di Pancoran dan 70s in Jakarta there was an outbreak
menjadi kondektur bus Sodaranta of vomi ng and smallpox. Some
Jurusan Pasar Minggu–Manggarai. Chinatown villages o en hold
Tahun 50an sampai 70an di jakarta (Barongsai) lion dance performances

42
sedang merebaknya wabah muntaber around the village to ward off calamity
dan cacar. Beberapa kampung and disease. And when the plague
pecinaan sering menggelar broke out, Nek Marni had typhus for
pertunjukan barongsai mengelilingi three weeks. Since typhus, Nek Marni
perkampungan untuk mengusir believes that regularly drinking
malapetaka dan penyakit. Dan saat saffron-colored rice can keep her body
merebaknya wabah tersebut Nek in shape.
Marni sakit tipes tiga minggu. Sejak
sakit tipes itulah Nek Marni percaya "Ahh, where are we going again. This
dengan rutin minum beras kencur is ABah's hometown .. "said MBah
secara rutin dapat menjaga Maman.
kebugaran tubuhnya.
“Ahh, lagian kita mau kemana lagi. Nek Marni laughed as she said:
Inikan kampung halaman Abah..” ucap “Yes, we are old, we just have to go
Mbah Maman. back to Gus Allah. What are we doing
Nek Marni pun tertawa sambil again? a er all, no property. “
berucap: .
“Ya, kita kan sudah tua, tinggal pulang ...
ke Gusti Allah. Mau ngapain lagi kita?
toh harta benda gak punya.”

43
ABAH AHO

“Derwati dulu kota tai, "Derwati used to be the city of feces,


sekarang kota santri”. now the city of students.".

H T
ari ini, seperti biasa, setiap oday, as usual, every morning Abah
pagi Abah Aho selalu Aho always sings and plays guitar
bernyanyi dan bermain gitar in the bamboo bale behind the
kopong di bale bambu belakang rumah house before gardening.
sebelum berkebun. He really likes to sing popular old
Ia memang sangat suka dangdut songs. But also sometimes like
menyayikan lagu-lagu dangdut lawas today, Abah Aho repeatedly sings chunks of
populer. Tapi juga kadang seperti hari “King Bactery” songs while cleaning the
ini, Abah Aho secara berulang grass that grows between his vegetables.
menyanyikan potongan lagu-lagu King Bactery is a band that he
'King Baktery' sambil membersihkan formed with some of his neighbors in the
rumput yang tumbuh di sela-sela Derwati area, Bandung. Unfortunately,
tanaman sayurannya. “King Bactery” had to disband when the
King Baktery adalah sebuah coronavirus outbreak came ten years ago.
band yang dia bentuk bersama Kampung Derwati must be evicted
beberapa tetangganya di daerah for the sake of developing East Bandung as
Derwati, Bandung. Sayangnya, 'King the Bandung Teknopolis area which will
Baktery' harus bubar ketika wabah take place massively in 2028. Especially for
corona datang sepuluh tahun yang the construction of malls and apartments.
lalu. Meanwhile, other infrastructure, such as
Kampung Derwati harus the Gelora Bandung Lautan Api Stadium
tergusur demi pembangunan (GBLA, football stadium), West Java Grand

45
Bandung Timur sebagai kawasan Grand Mosque, the Bandung-Jakarta Fast
Bandung Teknopolis yang Train Station, the Gede Bade office
berlangsung secara masif di tahun complex, as well as various companies and
2028. Terutama untuk pembangunan factories have been built regularly since
mall dan apartemen. Sementara 2013.
infrastruktur lain, seperti Stadion
Gelora Bandung Lautan Api, Mesjid "Derwati used to be the city of students, now
Agung Jawa Barat, Statsiun Kereta Api the city of bread."
Cepat Bandung-Jakarta, komplek
perkantoran Gede Bade, serta Since deciding to move with his
berbagai perusahan dan pabrik telah family to his wife's hometown in
dibangun secara berkala sejak tahun Purbalingga early last year, Abah Aho has
2013. land for gardening, raising fish and raising
several native chickens. Abah Aho chose to
“Derwati dulu kota santri sekarang move out of town, like most other
kota roti.” Derwati residents. Only a handful of
people choose to stay on location and try
Sejak memutuskan pindah to reorganize life after the pandemic is
bersama keluarganya ke kampung over. Including Kiki, Abah Aho's first child.
halaman istrinya di Purbalingga awal Apart from gardening and raising
tahun lalu, Abah Aho mempunyai livestock, now Abah Aho is also a football
lahan untuk berkebun, berternak ikan, coach for village youths. And made the
dan memelihara beberapa ekor ayam initiative to hold an inter-village football
kampung. Abah Aho memilih pindah tournament once a year after Eid.
ke luar kota, seperti kebanyakan Abah Aho has never been a soccer
warga Derwati lainya. Hanya segelintir coach directly. His knowledge of football
orang yang memilih untuk bertahan tactics was obtained from his track record
di lokasi dan mencoba menata of activities as a match commentator at
kembali kehidupan setelah pandemi the Siliwangi Stadium and for radio
berakhir. Termasuk Kiki, anak pertama broadcasts for RRI West Java in the 90s.
Abah Aho. Such as for the Aa Tarmana era Mayor Cup
Selain berkebun dan berternak, tournament and Persib matches in the
sekarang Abah Aho juga menjadi national league.
pelatih sepak bola bagi para pemuda
desa. Dan membuat inisiatif "Derwati used to be the city of bread, now the
menyelenggarakan turnamen sepak city of ecstasy".
bola antar desa setahun sekali setelah
lebaran. For Abah Aho, singing and playing

46
Abah Aho memang tidak
pernah menjadi pelatih sepak bola
secara langsung. Pengetahuan taktik
sepak bolanya, didapatkan dari jejak
rekam aktivitasnya sebagai
komentator pertandingan di Stadion
Siliwangi dan untuk siaran radio RRI
Jawa Barat tahun 90-an. Seperti untuk
turnamen Walikota Cup era Aa
Tarmana dan pertandingan-
pertandingan Persib di liga nasional.

“Derwati dulu kota roti,sekarang kota


ekstasi”.

Bagi Abah Aho, benyanyi dan


bermain gitar sebelum berkebun di
setiap pagi bukan urusan untuk the guitar before gardening every morning
melepas penat, tapi sebagai cara is not a business to relieve fatigue, but as a
untuk terus mengingat. Maklum, way to remember. Understandably, now he
sekarang dia memiliki rutinitas yang has a completely different routine when
sama sekali berbeda ketika masih he was living in Derwati.
tinggal di Derwati. Kampung Derwati in the 70-80s
tended to be known as a country of shard
Kampung Derwati pada era 70- or rock, namely the village of thugs or
80an cenderung dikenal sebagai criminals. Many people say that Derwati
negara beling atau cadas, yaitu has similarities with Kampung Cicadas.
perkampungan para preman atau Derwati Village is also famous for the
kriminal. Banyak orang mengatakan champions of benjang (traditional
bahwa Derwati punya kemiripan wrestling), pencak silat and free boxing,
dengan Kampung Cicadas. Di namely Iyang Barjah, Si Eel Putih, Uday,
Kampung Derwati juga terkenal para Dede Hery, and others. So that at night,
jawara benjang, pencak silat dan tinju almost no vehicles or public
bebas, sebut saja Iyang Barjah, Si transportation pass the Derwati area for
Belut Putih, Uday, Dede Hery, dan fear of thief. This tendency led Abah Aho
lain-lain. Sehingga kalau malam hari, and some of his neighbors to form the
hampir tak ada kendaraan maupun band "King Bactery" to fight the criminal
angkutan umum yang lewat daerah village stigma attached to Derwati.

47
karena takut begal. Kecenderungan "Derwati used to be a city of ecstasy, now a
tersebut membuat Abah Aho dan city of depression ...".
beberapa tetangganya membentuk
band 'King Bactery' untuk melawan Abah Aho is really happy this morning,
stigma kampung kriminal yang because the vegetables are ready to be
melekat pada Derwati. harvested. But immediately he stopped the
machete while clearing the weeds
“Derwati dulu kota esktasi, sekarang between the vegetables. Memories of hard
kota depresi...”. times as a result of the outbreak of
coronavirus follow the memories of good
Abah Aho memang senang sekali di events.
pagi ini, karena sayuran sudah siap
untuk dipanen. Tapi seketika dia "You are not working cleaning at school.
menghentikan kibasan parang ketika Your canteen shop can't sell, what about
membereskan rumput liar di sela-sela the cost of operating your cancer? " asked
tanaman sayur. Ingatan masa-masa the youngest, when his father told him
sulit dampak dari mewabahnya that his mother had cancer of the lymph
corona mengikuti ingatan-ingatan nodes.
peristiwa baiknya.
“Allah won't sleep. As long as we pray and
“Bapakan sudah gak bekerja bersih- try, there must be a way.You have to live
besih di Sekolah. Warung kantin with eating and reciting." Said Aho with a
bapak jadinya gak bisa jualan, smile.
gimana dengan biaya operasi kangker
ibu?” tanya si Bungsu, ketika Abahnya "The money from the sale of the house
memberitahu bahwa ibunya has been used up for treatment for the
mengidap kangker kelenjar getah paralysis of the father for the past four
bening. years. Now you are healthy, but you are
even sick. Where does it cost? " Said the
“Allah gak akan tidur . Selama kita youngest anxiously.
berdoa dan berusaha, jalan pasti ada.
Da hidup mesti ngejo jeung ngaji "Yes, just trust Allah.Yesterday too, we
(Makan dan Mengaji).” Ucap bah Aho didn't have a place to live, but finally we
sambil tersenyum. were able to live in the area of this
elementary school. “
“Uang hasil penjualan dari Rumah kan
sudah habis untuk berobat sakit "But now is the season of coronavirus!"
lumpuh bapak selama empat tahun said the youngest again, worrying
constantly.

48
kebelakang ini. Sekarang bapak sudah "Kejo warriors (food seekers), 100%
sehat, tapi ibu malah sakit. Biayanya euweuh nuts (never feel tired)". He
dari mana, Pak?” Ucap si bungsu remembered his online motorcycle taxi
dengan cemas. community.
“Sudah, percayakan saja sama
Allah. Kemarin juga, kita kan gak “Wow, even though the months are good,
punya tempat tinggal, tapikan it's great. Eeh, there is a corora virus ”.
akhirnya bisa juga tinggal di area said something when he stopped at the
sekolah SD ini." house after Eid.
“Tapi sekarangkan musimnya
corona, Pak!” ucap si bungsu lagi, tak "Yes, Dul. It seems that people are afraid
hentinya hawatir. to make a celebration even after Eid. But
“Pejuang Kejo (Pencari Makan), what else can we do, we are call musicians,
100% euweuh kacape (tidak pernah so it depends on who calls us ”. Said Abah
merasakan lelah)”. Dia teringat ..
komunitas ojek onlinenya. "Bah, don't forget this afternoon the
“Duh padahal mah ini bulan- opening football match". Shouted one of
bulan bagus, raya gung. Eeh, ada virus the young men from beside his house
corora”. celetuk temanya abah seuatu suddenly, at the same time waking Abah
ketika saat mampir ke rumah setelah Aho's reverie.
lebaran. “
“Iya, Dul. Sepertinya orang- Yes, of course! 1 wants to take a break
orang pada takut untuk bikin hajatan first, then finish cleaning the garden. I'll be
walapun setelah lebaran. Tapi mau there at 2 o'clock." said Abah as he
gimana lagi, kita kan pemusik hurried to the bamboo bale near the
panggilan, jadi tergantung yang kitchen, to take a break for lunch.
manggil saja”. Ucap Abah.
...
“Bah, jangan lupa nanti sore
pembukaan pertandingan sepak
bola”. Teriak salah salah satu pemuda
dari samping rumahnya secara tiba-
tiba, sekaligus membangunkan
lamunan Abah Aho.

“Ya, Abah mau istirahat dulu, baru


selesai bersih-bersih kebun, nanti jam
2-an ke sana” jawab Abah sambil
bergegas menuju bale-bale bambu.
49
50
WA UJU

H T
ari Ini, seperti biasa di setiap oday, as usual on every Saturday
sabtu sore setelah shalat afternoon after the Asr prayer, Wa
Ashar, Wa Uju Uju gathered the youths in his
mengumpulkan para pemuda di yard.
pekarangan rumahnya. He has indeed prepared everything
Ia memang sudah for today. Because Wa Uju had already
mempersiapkan segalanya hari ini. asked permission from his closest
Sebab Sudah sejak pagi Wa Uju neighbors to use their yard, in anticipation
meminta izin kepada para tetangga of the increasing number of youths who
terdekatnya untuk menggunakan had gathered.
pekarangan rumah mereka, untuk Wa Uju has a habit of often
mengatisipasi bertambahnya jumlah chatting with his neighbors. Especially after
pemuda yang ikut berkumpul. retiring from his job as a high school
Wa Uju mempunyai kebiasaan history teacher. Now he has a new way to
sering mengobrol dengan continue to be able to chat with his
tetangganya. Terlebih setelah neighbors every day, which is to always put
pengsiun dari pekerjaanya sebagai the subscription newspaper he has read
guru sejarah SMA. Kini dia on the page. Then when one of the
mempunyai cara baru untuk tetap neighbors came and read the newspaper,
bisa mengobrol dengan tetangganya he then came over and asked her to chat.
setiap hari, yaitu selalu meletakan The topic of chat can be anything, but Wa
koran langgangan yang sudah ia baca Uju always starts with what his neighbors

52
di halaman. Lalu ketika salah satu are interested in from what he reads. After
tetangganya datang dan asik that he connected with examples of
membaca koran, dia kemudian events that had occurred in the past.
menghampiri dan mengajaknya The number of young people
ngobrol. Topik obrolan bisa apapun, gathered today has indeed increased. It
tapi Wa Uju selalu memulai dengan seems that Wa Uju's strategy in using his
apa yang menarik bagi tetangganya children and nephews to campaign in the
dari apa yang dibaca. Setelah itu dia daily interactions of village youths is quite
hubungkan dengan contoh peristiwa successful.
yang pernah terjadi di masa lalu. Wa Uju's yard, which is only 3 x 3
Anak muda yang berkumpul meters wide, cannot accommodate all the
hari ini memang bertambah. youths who come. Moreover, Wa Uju is
Nampaknya, strategi Wa Uju dalam still loyal to the health protocol. The Wa
menggunakan anak dan ponakannya Uju yard is eaten away by everyone's
untuk berkampanye dalam pergaulan distance to keep it from being too close
sehari-hari pemuda kampung together.
terbilang cukup sukses. Wa Uju's yard is already filled with
Halaman rumah Wa Uju yang two wall shelves containing history books,
luasnya hanya 3 x 3 meter tak mampu a stack of Mangle magazines (Sundanese
menampung semua pemuda yang language magazines) and neatly arranged
datang. Apalagi Wa Uju masih tetap local newspapers. Plus some cookie tins
setia menggunakan protokol filled with spices that were deliberately
kesehatan. Halaman Wa Uju dimakan placed in the yard so that they could be
jarak setiap orang untuk tetap tidak taken at any time if neighbors needed. He
terlalu saling berdekatan. said that is one of the ways how we
Pekarangan rumah Wa Uju accept and help others. It was the same as
sudah terisi dua rak dinding berisi before, when every house put a water
buku-buku sejarah, tumpukan barrel in its yard. Because that way anyone
majalah Mangle (majalah berbahasa who travels can drink at any time if thirsty.
Sunda) dan koran lokal yang tersusun It has been two years since Wa Uju
rapih. Ditambah beberapa kaleng initiated The Kampung Jangjawokan
bekas kue yang berisi rempah yang Movement. As a retired high school
sengaja diletakan di halaman agar history teacher, Wa Uju in the past few
bisa diambil kapan saja jika tetangga years has increasingly believed that the
membutuhkan. Katanya itu corona virus that has plagued since early
merupakan salah satu cara bagaimana 2020 continues to create a condition of
kita menerima dan membatu orang uncertainty. Because even though the
lain. Sama seperti dulu, ketika setiap government has determined the New

53
rumah meletakan gentong air di Normal policy since mid-2020, the number
halamannya. Karena dengan begitu of people exposed to the coronavirus
siapa saja yang melakukan perjalanan continues to increase. And it doesn't just
bisa minum kapan saja jika kehausan. stop there, the uncertainty that has
Sudah dua tahun ini Wa Uju persisted for ten years to this day has had
menginisiasi sebuah Gerakan a profound impact on everyday life in his
Kampung Jangjawokan. Sebagai immediate environment in Cisatu. There
pengsiuan guru sejarah di sekolah have been several waves of the corona
menengah, Wa Uju dalam beberapa virus outbreak, domestic violence, suicide
tahun kebelakang semakin percaya attempts, and crime have often occurred.
bahwa virus corona yang mewabah
sejak taun 2020 awal terus "During the pandemic, no one was
menciptakan suatu kondisi infected in Cisatu. But if it is related to our
ketidakpastian. Karena meskipun knowledge, since there was a corona virus
pemerintah menentukan kebijakan we have been pressured by the question
Normal Baru sejak pertengahan taun of life today and how tomorrow, everyone
2020, jumlah orang yang terpapar needs to eat. I'm is not an epidemic
virus corona tetap bertambah. Dan expert, but every time an epidemic comes,
tidak hanya berhenti disitu, kondisi another epidemic will also emerge, namely
ketidakpastian yang tetap the epidemic of social diseases. Don't we
berlangsung sepuluh tahun sampai care? we care and will continue to care. "
hari ini sangat berdampak pada Said Uwa Uju in the middle of the chat.
keseharian di lingkungan terdekatnya
di Cisatu. Sudah beberapa kali The Kampung Jangjawokan
gelombang virus corona mewabah, movement is a movement to continue to
kekerasan dalam rumah tangga, be physically and psychologically healthy.
percobaan bunuh diri, dan Wa Uju's initiative to create this
kriminalitas sering terjadi. movement came after he never again
heard good news from news outlets on
“Selama pandemi memang tidak ada television or newspapers about the
yang terjangkit di Cisatu, Tapi kalau development of the corona virus. The
dikaitkan dengan pengetahuan kita, name Jangjawokan was used by Wa Uju
sejak ada virus corona kita terus after he felt that the history books he had
terdesak oleh pertanyaan hidup hari read and taught to his students for several
ini dan esok bagaimana, setiap orang years were not enough to make people
butuh makan. Uwa bukan ahli really learn from the past. There are daily
epidemi, tapi setiap wabah datang, events that are not written down but are
wabah yang lan akan juga yang yaitu very important to be learned for life now

54
wabah penyakit sosial. Apakah kita and in the future. Between the point of
tidak peduli? kita telah peduli dan despair and indifference, Wa Uju then re-
akan terus peduli." Ungkap Uwa Uju opened the old Mangle magazine which
di tengah-tengah obrolan. was published around the 80s. What made
him remember the old generation of
Gerakan Kampung Kampung Cisatu, such as his late father
Jangjawokan adalah gerakan untuk and especially Abah Oma.
terus sehat secara fisik dan psikis. "I've lived in Cisatu since 1977, so
Inisiatif Wa Uju untuk membuat I'm definitely not a native person here. I
gerakan ini muncul setelah dia tidak was born here because you worked at the
pernah lagi mendengar kabar baik home of the minister of interior, Ibu Ipik
dari pemeritaan di televisi atau pun on Gunung Kareumbi Cuimbuleuit road
koran tentang perkembangan virus after moving from Ciamis. Formerly the
corona. Nama Jangjawokan dipakai owner of this land and also the elder was
Wa Uju setelah dia merasakan bahwa Abah Oma. When I was a child, I often
buku-buku sejarah yang dia baca dan asked innocently to Abah Oma when a
diajarkan kepada murid-muridnya strange illness came in in the village. Abah
selama beberapa tahun tidaklah Oma always answered by connecting what
cukup untuk membuat orang benar- we call superstition. He said that strange
benar belajar dari masa lalu . Ada disease was a disease sent from ancestors,

55
peristiwa keseharian yang tidak because we had forgotten their mandate.
tertulis tapi sangat penting untuk The elder brother often treated the sick
diambil pelajarannya bagi hidup saat with a voice, incantations for prayer, and
ini dan masa depan. Di antara titik did not forget a glass of water. But how
putus asa dan acuh tak acuh, Wa Uju can someone recover if treated with
kemudian membuka-buka kembali sound? Since I was young, I just believed.
majalah Mangle lama yang terbit di But after gradually growing up, I started to
sekitar taun 80an. Yang membuatnya wonder. But I still can't explain why. Maybe
mengingat generasi lama Kampung now someone has proven it through
Cisatu, seperti almarhum bapaknya science. But at least I understand that
dan tertutama Abah Oma. what is no less important than this
treatment is how everyone feels cared for,
"Uwa tinggal di Cisatu sejak 1977, jadi accepted and has a meaningful life in the
Uwa bukan asli orang sini. Uwa lahir world. For what reason, besides the sound
karena Ibu bekerja di rumah menteri of prayer, relatives and neighbors also
dalam negeri Ibu Ipik di jalanGunung prayed around. A person can gradually
Kareumbi Cuimbuleuit setelah pindah recover because he is mentally driven to
dari Ciamis. Dulu pemilik tanah ini recover. And I also continued to watch as
dan juga dituakan adalah Abah Oma. time and knowledge spread in the
Saat masih kecil Uwa sering bertanya community, Abah Oma then also added
polos ke Abah Oma ketika di spices to treat the sick, especially when
kampung datang suatu penyakit yang dealing with diseases that were physically
aneh. Abah Oma selalu menjawab visible.”
dengan menghubungkan apa kita
sebut sebagai tahayul. Katanya
Wa Uju told a story while taking
penyakit yang aneh itu adalah
and showing the spices from the can. The
penyakit kiriman dari leluhur, karena
youths were stunned, some holding their
kita sudah melupakan amanat
chins with their hands while looking at the
mereka. Abah yang dituakan sering
sky.
mengobati yang sakit dengan suara,
Wa Uju then turned to the
jampi-jampi doa, dan tidak lupa
segelas air putih. newspaper published today. His mouth
slowly read out the figures from the
Tapi bagaimana seseorang bisa statistics on the number of people
sembuh jika diobati dengan suara? exposed to the virus. Several youths then
Karena masih kecil, Uwa percaya saja. let go of their chins and turned their gaze
Tapi setelah terus berangsur tumbuh to Wa Uju. The closest neighbors joined
dewasa, Uwa mulai bertanya-tanya. the practice at the door and at the
Tapi Uwa tetap belum dapat window.

56
penjelasan kenapa. Mungkin “We have lived in uncertainty for ten
sekarang ada yang sudah years. Life is so uncertain because we are
membuktikan melalui sains. a small society. But also we don't have to
Tapi minimal uwa paham bahwa yang add to the sum of these numbers. "
tak kalah penting dari pengobatan "Here there are two old friends who
tersebut adalah bagaimana setiap teach at high school. He will come here
orang merasa diperhatikan, diterima once a week on two different days. Every
dan hidupnya berarti di dunia. Sebab Friday and Saturday afternoon. " Wa Uju
apa, selain suara doa, para kerabat introduced two people who had been
dan tetangga juga ikut mendoakan di sitting at the door of the house.
sekeliling. Seseorang bisa lambat laun
pulih karena mentalnya terdorong "These are Pak Hanafi and Ibu Supini, Pak
untuk sembuh. Dan Uwa juga terus Hanafi is a social studies teacher and Bu
menyaksikan seturut waktu dan Supini is a science teacher at the high
pengetahuan yang tersebar di
school where uwa used to teach. Apart
masyarakat, Abah Oma kemudian
from teaching, they are also active in the
juga menambahkan rempah-rempah
community where school teachers gather
untuk mengobati yang sakit, terutama
and volunteer to share their knowledge
ketika menangani penyakit yang
with the community. They do not just
terlihat secara fisik.”Panjang Wa Uju
gather, at any time with technology they
bercerita sambi mengambil dan
memperlihatkan rempah-rempah dari can exchange information and update
dalam kaleng. their knowledge with teachers or
Para pemuda tertetegun, educators outside Bandung and abroad
beberapa menahan dagunya dengan who also carry out similar activities. So for
tangan sambil melihat ke langit. those of you who are interested in
Wa Uju kemudian beralih ke participating in this movement, come back
koran yang terbit di hari ini. Mulutnya here every Saturday and Sunday morning. "
pelan-pelan komat-kamit
membacakan angka-angka dari "We're going to study like in school, Wa?"
statistik jumlah orang yang terpapar One of the youth asked.
viruscorona. Beberapa pemuda
kemudian melepaskan dagunya dan "Yes, but maybe not. Mmm .. because of
mengalihkan pandangannya ke Wa this, here we will learn more about old
Uju. Para tetangga terdekat ikut knowledge to be updated and developed.
memperhatihan di depan pintu dan di So that we can find solutions and
jendela. understandings that we think are good for
our environment. “
“Sudah sepuluh tahun kita hidup di

57
dalam ketidakpastian. Hidup memang "Pak Hanafi will share his knowledge from
sudah demikian tidak pasti karena kita how imagination enables us to imagine the
masyarakat kecil. Tapi juga kita tidak existence of other people; the fate of
harus menambah jumlah dari angka- others; and the suffering of others.
angka ini. Di sini ada dua teman lama Meanwhile, Mrs. Supini will share her
uwa mengajar di sma. Beliau akan knowledge to find various anticipations for
kesini tiap seminggu sekali di dua hari things that are uncertain. “
yang berbeda. Tiap Jumat dan Sabtu
sore.” Wa Uju memperkenalkan dua The youths started frowning.
orang yang memang sedari tadi
duduk di depan pintu rumah. "I think Uwa gathered us together to
invite us to Pak RW to discuss the basic
“Beliau-beliau ini bernama Pak Hanafi needs assistance from the government,
dan Ibu Supini, Pak Hanafi adalah which has not come for a long time. My
guru IPS dan Bu Supini adalah guru
family at home is getting more and more
IPA di SMA di mana uwa dulu
troubled, Wa. And surely most of those
mengajar. Selain mengajar, mereka
who attended here were in distress as
juga aktif di komunitas dimana guru-
well. "
guru sekolah berkumpul dan
menyediakan diri sebagai relawan
"Yes, it will be one of the problems that
untuk berbagi ilmu-pengetahuan
mereka bagi masyarakat. Mereka we will try to find a solution to later with
tidak hanya berkumpul saja, setiap Pak Hanafi and Ibu Supini. But soon Pak
saat dengan teknologi mereka dapat RW will come here too. "
saling bertukar info dan
memperbaharui ilmu mereka dengan This afternoon, Uwa's house was
guru-guru atau pendidik di luar visited by more neighbors than usual. But
bandung dan luar negeri yang juga soon some of the youth chose to leave
membuat kegiatan yang serupa. Jadi without permission.
bagi kalian yang berminat untuk ikut
dalam gerakan ini, datang kembali A few minutes later, Pak RW came along
kesini setiap hari Sabtu dan Minggu with all RT heads in Kampung Cisatu.
pagi.”
"Asslamualaikum!”
“Kita tuh akan belajar kayak di
sekolah, Wa?” Salah satu pemuda ....
bertanya.

“Iya, tapi mungkin tidak. Mmm..

58
karena begini, di sini kita akan lebih banyak
mempelajari lagi pengetahuan-pengetahuan
lama untuk diperbaharui dan dikembangkan.
Supaya kita bisa menemukan solusi dan
pemahaman yang kita anggap baik bagi
lingkungan kita. Pak Hanafi akan berbagi
ilmunya dari bagaimana imajinasi membuat kita
dapat membayangkan keberadaan orang lain;
nasib orang lain; dan penderitaan orang lain.
Sementara Ibu Supini akan berbagi ilmunya
untuk menemukan berbagai antisipasi untuk
hal-hal yang tidak pasti.”

Para pemuda mulai mengerutkan dahinya.

“Saya kira Uwa mengumpulkan kami untuk


ngajak kami bersama ke Pak RW untuk
membicarakan bantuan sembako dari
pemerintah yang sudah lama tidak datang lagi.
Keluarga saya di rumah makin kesusahan, Wa.
Dan pasti sebagian besar yang hadir di sini
keluarganya sama-sama kesusahan. ”

“Iya, itu akan jadi salah satu masalah yang akan


kita coba temukan solusinya nanti bersama Pak
Hanafi dan Ibu Supini. Tapi sebentar lagi Pak
RW juga akan datang kesini kok.”

Sore ini halama rumah Uwa di datangi para


tetangga lebih banyak dari biasanya. Tapi Tak
lama beberapa pemuda memilih pergi tanpa
izin berpamitan.

Beberapa menit kemudian Pak RW pun datang


dengan semua ketua RT Se-Cisatu.

“Asslamualaikum!”
....

59
60
BAH YAYAN

H T
ari ini, seperti biasa, Bah oday, as usual, Bah Yayan looks
Yayan tampil beda di setiap different every Friday. He had
Jumat. Ia sudah merapihkan tidied up the wardrobe last night.
lemari pakaian semalam. Dan yang 60 And last but not least, he has prepared the
tak kalah penting, ia sudah best clothes from the top to the bottom.
menyiapkan setelan pakaian paling His behavior was almost no different from
bagus dari bagian tubuh atas sampai his habit when preparing clothes for the
bawah. Tingkah lakunya hampir tidak Eid prayer.
berbeda dengan kebiasaannya ketika There is not a single speck of soil
menyiapkan pakaian menjelang shalat that is usually left stuck between his ankles
Idul Fitri. even after bathing, all dissolved in the
Tidak ada setitikpun sisa-sisa water. He felt that his body was more
tanah yang biasanya dibiarkan radiant than usual after bathing. His hands
menempel di sela-sela pergelangan were getting more muscular as they kept
kakinya walaupun sudah mandi, swinging the hoe and waving the machete
semua larut hanyut bersama air. Ia like they were light and flexible, moving
merasa badannya lebih segar the iron between the buttons of the koko
bercahaya dari biasanya setelah shirt. Now Bah Yayan's appearance looks
mandi. Tanganya yang makin berotot very neat with a black cap, white turban,
karena terus mengayunkan cangkul cream koko shirt, brown plaid gloves and
dan mengibaskan parang seperti what is not too important is wearing a
ringan dan lentur menggerakan mask and rubber gloves.

60
setrika di sela-sela kancing baju koko. Yes, this is indeed a special day for
Kini penampilan Bah Yayan sudah Bah Yayan, because Friday is a day to visit
terlihat sangat rapih dengan peci his relatives who had passed away first.
hitam, sorban putih, baju koko warna Even the desire and the intention
krem, sarung coklat kotak-kotak dan to visit the grave of his family here has
yang tak kelewat penting ialah crossed Bah Yayan's mind since the
memakai masker dan sarung tangan outbreak of the coronavirus ten years ago
karet. in Bandung. However, this intention did
Ya, ini memang hari yang not come true until the years passed
spesial bagi Bah Yayan, karena hari because the business of trading glasses on
Juma't adalah hari berkunjung ke ABC Street was sluggish due to the
sanak sodaranya yang telah wafat outbreak of the coronavirus outbreak.
lebih dulu. Because more people buy PPE face shields
Bahkan keinginan dan niat than just to buy glasses. There is not
untuk mengunjugi makam enough capital for him to switch goods for
keluarganya di sini sudah terbersit sale.
dalam pikiran Bah Yayan sejak Now even though the plague
munculnya wabah viruscorona has passed, feelings of anxiety,
sepuluh tahun yang lalu di Bandung. anxiety, suspicion and fear of mee ng
Namun niat tersebut tak kunjung other people occasionally s ll appear
kesampaian hingga hingga tahun- in the hearts of Bah Yayan and other
tahun berlalu karena usaha dagang villagers. This is due to the massive
kaca matanya di jalan ABC lesu akibat news related to corona in various
merebaknya wabah corona. Karena mass and electronic media every day
orang-orang lebih banyak membeli since Indonesia is said to be the
pelindung muka APD daripada hanya highest corona case in Asia, from the
untuk membeli kaca mata. Tak ada beginning of the new normal era un l
modal yang cukup baginya untuk the following years.
beralih barang jualan. Before leaving the house, Bah
Kini walaupun wabah telah Yayan took a clay jug filled with water
berlalu, namun persaan was-was, that the Kulhu (Surah Al-Ikhlas) had
cemas, curiga dan takut bertemu read last night, the al-fa hah,
dengan orang lain sesekali masih shalawat, tahmid and tahlil. Then he
muncul di hati Bah Yayan maupun stepped into the yard, picked one by
warga desa lainnya. Ini diakibatan one the roses, ylang and jasmine that
karena masifnya pemberitaan terkait he had been caring for. All the petals
corona di berbagai media masa dan that are picked are immediately put
elektronik setiap harinya sejak into the clay jug.

61
awal era normal baru hingga tahun- "Gus , Herang panon is ceuli
tahun berikutnya. (God, it's clear to the eyes, cold to the
Sebelum berangkat keluar ears)." He whispered to himself as he
rumah, Bah Yayan mengambil kendi took a deep breath then smiled as if it
tanah liat berisi air yang semalam was his first me enjoying the rural
telah telah dibacakan Kulhu (surat Al- atmosphere. Even though he has lived
Ikhlas), surat al-fatihah, shalawat, here for almost a year.
tahmid dan tahlil. Kemudian Ia Understandably, as long as he
melangkah ke pekarangan, dipetiknya lived in Kebon Bibit Bandung, what he
satu persatu bunga mawar, kenanga saw every me he opened a door or
dan melati yang selama ini dia rawat. window was a wall. Even if there are
Semua kelopak bunga yang dipetik other views, it is the ruins of the
langsung dimasukan ke dalam kendi evic on ruins in the neighboring RW,
tanah liat. namely Kebon Kembang or Kampung
“Gusti, Herang panon tiis celi Tamansari RW 11.
(Tuhan, Ini jernih di mata, dingin di Friday, is like a holiday for Bah
telinga).” Bisiknya dalam hati saat Yayan. His face looks calmer and
menghirup nafas dalam-dalam lalu brighter. Before stepping outside, he
tersenyum seakan baru pertama checked Yassin's Le er Book and the
kalinya menikmati suasana pedesaan. handsani zer in his shirt pocket.
Padahal ia telah tinggal di sini sudah "Allahumma laa sahlaa illaa
hampir setahun. maa ja'altahu sahlaa wa anta taj'alul
Maklum saja karena selama ia hazna idza syi'ta sahlaa (Yes, Allah has
dulu tinggal di Kebon Bibit Bandung, no convenience except what you make
apa yang dilihatnya setiap membuka easy. While what is difficult can be
pintu atau jendela hanyalah tembok. made easy, if you punish it becomes
Kalaupun ada pemandangan lain itu easy)." Said Bah Yayan while taking a
adalah puing-puing reruntuhan deep breath, as he was about to step
penggusuran di RW sebelah yaitu his right foot out of the house.
Kebon Kembang atau Kampung Not many other residents have
Tamansari RW 11. crossed the house yet, the resident in
Hari Jumat, memang seperti the first house that was crossed has
hari raya buat Bah Yayan. Paras already greeted him,
wajahnya terlihat lebih tenang dan
lebih cerah. Sebelum melangkah "Nadran, Bah ...?"
keluar, ia memeriksa Buku Surat Yassin “Yes, excuse me). "
dan handsanitizer di saku bajunya. “Yes, please..." Likewise, un l Bah
Yayan arrived at the funeral door.

62
“Allahumma laa sahlaa illaa maa All residents are very familiar
ja'altahu sahlaa wa anta taj'alul hazna with his habits on Friday. Bah Yayan
idza syi'ta sahlaa (Ya, Allah tidak ada will leave Nadran to the graves of his
kemudahan kecuali apa yang engkau mother, father, grandfather, siblings
jadikan mudah. Sedang yang sulit bisa and ancestors. Then he con nued his
jadikan mudah, apabila engkau Friday prayers at the mosque, rested
menghendaakinya menjadi mudah).” and ate lunch in his garden hut. Where
Ucap Bah Yayan sambil menarik nafas he grows tomatoes, carrots, ginger,
dalam-dalam, saat hendak cucumber, cassava, sweet potatoes,
melangkahkan kaki kanan ke luar cayenne pepper, turmeric, corn, yam,
rumah. long beans, bananas and tubers.
Belum banyak melintasi rumah His family's grave is indeed
warga lain, warga di rumah pertama quite far away because it is located on
yang dilintasi sudah menyapanya, a hill near Sarkanjut Lake. It is said
that the forma on there was one of
“Nadran, Bah..” Prophet Adam's requests to maintain
“Muhun, punten ah. (Iya, permisi).” the water supply at that me.
“Muhun, Mangga. (Iya, silahkan).” "Nabi adam bambu hawa, cai
budahan, batu masih bareye (Prophet
Begitupun seterusnya, hingga Bah Adam is a companion for Si Eve,
Yayan sampai di pintu pemakaman. there is water that foams when the
Semua warga sudah sangat tau ground is s ll so ). "
kebiasaannya di hari Jumat. Bah Yayan “When the Dutch coloniza on
akan berangkat nadran ke makam ibu, took place, water from Sarkanjut lake
bapak, kakek, saudara dan leluhurnya. was o en used by the delegates of the
Lalu meneruskan shalat jumat di head of the colonizers, as one of the
mesjid, beristirahat dan makan siang water supply depots in irriga ng
dia saung kebunnya. Di mana dia agriculture that was carried out by
menanam tomat, wor tel, jahe, local residents. "He recalls a story
mentimun, singkong, ubi, cabe rawit, from his father as a child when he
kunyit, jagung, bengkuang, kacang walked to the edge of Sarkanjut lake,
panjang, pisang, dan umbi-umbian. where up to now there is s ll a lot of
Makam keluarganya memang water discharge.
terletak cukup jauh karena terletak di "Subhanallah." Bah Yayan
bukit dekat danau Sarkanjut. Konon whispered every now and then as he
terbentuknya situ itu merupakan salah walked to the grave about 100 meters
satu permintaan Nabi Adam untuk north of the house through the
menjaga pasokan air saat itu. vegetable fields and gardens that lined

63
“Nabi adam bambu hawa, cai the road as well as the Sarkanjut lake.
budahan, batu masih bareye (Nabi He saw the dew falling wet on the
adam pendamping buat Siti Hawa, grass and feet, the wind sweeping the
ada air yang berbuih saat tanah masih leaves. Also seen were his neighbors
lembek). “ digging in the fields and several young
Saat penjajahan Belanda men fishing in the lake.
berlangsung, air dari danau Sarkanjut Bah Yayan then stopped for a
kerap digunakan para utusan kepala moment to rest while gree ng some
penjajah, sebagai salah satu depot residents who were fishing.
pasokan air dalam mengairi pertanian
yang dikerjakan oleh warga sekitar. ” "Got the fish?"
Dia teringat kembali cerita dari "Eh Bah, not bad! As usual, Bah? "
bapaknya waktu kecil ketika berjalan "Yes, usual."
ditepi Situ Sarkanjut yang sampai saat "Yes, mango bah, but first rest here."
ini debit airnya masih banyak. "Yes, not because I'm just red, if I go

64
“Subhanallah.” Bisik Bah Yayan , if I go through here I like to laugh to
sekali-kali saat berjalan menuju myself"
makam sekitar 100 meter sebelah "Why?"
utara rumah melintasi ladang sayur "Like to remember the story first"
dan kebun yang berderet sepanjang "..Sarkanjut?"
jalan serta danau Sarkanjut. Dilihatnya "Yes .." The fisherman began to smile.
embun jatuh basah di rerumputan
dan kaki, angin menyapu daun-daun. "So my father once told me how great
Terlihat pula tetangga rumahnya the local figures were to face the
sedang mencangkul di ladang dan Dutch colonialists. They get a magical
beberapa pemuda sedang whisper to hold their genitals three
memancing ikan di danau. mes to be safe, including all the
Bah Yayan kemudian berhenti villagers. He said that in the past the
sejenak untuk beristirahat sambil en re village was saved without
menyapa beberapa warga yang anyone being caught or even killed by
sedang mancing. the invaders. "

“Dapat ikannya?” "Yes, I also remember the story of the


“Eh Bah, lumayan! Seperti biasa, Bah?” late Emak. Even in some of the
“Iya, biasa.” residents' daily ac vi es, such as
“Ya, mangga bah, Tapi istirahat dulu climbing trees, climbing mountains,
di sini.” traveling far out of town or facing
“iya, bukan karena hanya cape, kalau difficult situa ons, some people s ll
lewat sini saya suka pengen tertawa believe in this ritual." They both
sendiri” laughed.
“Kenapa?”
“Suka inget cerita dulu” “In the past, the father also told me
“..Sarkanjut?” that he had experienced unfortunate
“Iya..” events himself, when he received a
“Sudah kabayang sih, Bah..” ght raid by the Indonesian Na onal
pemancing ikan mulai senyum- Army (TNI) when there was a strong
senyum. uprising by the Indonesian Communist
“Jadi si bapak saya teh pernah Party (PKI). My father was once
bercerita, bagaimana hebatnya dulu assigned to carry three trucks of a
tokoh warga di sini menghadapi group of construc on workers to work
penjajah Belanda. Mereka in Jakarta, when he was prevented by
mendapatkan bisikan gaib untuk a police raid without a single person
memegang kemaluan hingga tiga kali carrying an iden ty card (KTP). He and

65
agar selamat, termasuk seluruh warga all his entourage were told by one of
kampung. Katanya dulu seluruh the residents to hold his genitals three
kampung ini selamat tanpa ada yang mes while reading a prayer. They
tertangkap bahkan terbunuh finally survived, even we were given
penjajah.” pocket money by the officers. " They
laughed again.
“Iya, saya juga inget cerita dari
almarhum Emak, bahkan dalam "Ah ... enough. OK, I'll go on again. We
beberapa kegiatan keseharian warga, will never stop laughing. "
seperti memanjat pohon, naik "Haha, yes please, Bah. Be carefull!"
gunung, bepergian jauh ke luar kota
atau menghadapi situasi sulit, For Bah Yayan, Nadran to go to
sebagian masyarakat masih percaya the grave is an ac vity that has never
dengan ritual itu.” Mereka berdua been missed on the sidelines of
tertawa-tawa. rou ne gardening since moving from
Kebon Bibit Bandung to Lewi Goong
“Dulu si bapak juga pernah cerita Garut in 2027. Nadran for him is an
mengaku pernah mengalami sendiri effort to always remember and
peristiwa nahas, saat mendapatkan maintain something that has been
razia ketat gabungan aparat Tentara guarded by his ancestors. Such as
Negara Indonesia (TNI) ketika ramai kinship, land and of course nature
pemberontakan Partai Komunis preserva on. And in that way, Bah
Indonesia (PKI). Bapak saya pernah Yayan was able to overcome his
ditugaskan membawa tiga truk loneliness as a widower.
rombongan pegawai tukang Before now becoming a
bangunan untuk bekerja di Jakarta, vegetable farmer and being an eye
mendapatkan hadangan razia aparat glasses maker, Bah Yayan, a teenager
tanpa satu orang pun yang membawa in the 70s, was o en invited by his
identitas kartu tanda penduduk (KTP). father to buy vegetables from farmers
Dia dan semua rombongan diberi to Lewi Goong to sell to Balubur and
tahu sama salah seorang warga untuk Caringin markets in Bandunf. Un l
pegang kemaluan tiga kali, sambil then a er gradua ng from SMAK
baca doa. Mereka akhirnya selamat (middle school) Kebon Ja , Bah Yayan
semua, bahkan kami diberi uang jajan worked on a planta on in Aceh from
oleh petugas.” Mereka kembali the 80s to the early 90s. He worked
tertawa-tawa. from clearing forests to clearing
gardens to harves ng amid the
“Ah..sudah. Oke, saya lanjut jalan lagi. malaria epidemic. Not infrequently he

66
Kita tidak akan habis-habisnya he o en heard gunfire between
tertawa-tawa.” soldiers of the Free Aceh Movement
“haha, ya silahkan, Bah. Hati-hati!” (GAM) and the Indonesian army.
"Assalaamu'alaikum qaaro qoumin
Bagi Bah Yayan nadran ke mu'minin wa inna insyaa allohu bikum
makam merupakan kegiatan yang tak laahiquun (Salva on for you, O
pernah terlewatkan di sela-sela inhabitants of the house of the
rutininas berkebun sejak pindah dari believers. We will inshaAllah follow
Kebon Bibit Bandung ke Lewi Goong you).”
Garut tahun 2027. Nadran baginya Bah Yayan said as he entered
merupakan salah satu upaya agar the funeral gate, which was greeted by
senantiasa mengingat dan the sound of cicadas on the frangipani
memelihara sesuatu yang telah dijaga branches.
oleh leluhurnya. Seperti kekerabatan,
tanah dan tentu saja kelestarian alam. ....
Dan dengan cara itu, Bah Yayan dapat
mengatasi rasa kesepian sebagai
duda. Sebelum sekarang jadi petani
sayur dan pernah menjadi tukang
kaca mata,
Bah Yayan remaja di tahun 70-
an sering diajak Ayahnya membeli
sayuran dari para petani ke Lewi
Goong untuk dijual ke Pasar Balubur
dan Caringin di Bandunf. Hingga
kemudian setamatnya dari SMAK
Kebon Jati, Bah Yayan kerja di salah
satu perkebunan di Aceh dari tahun
80-an sampai awal 90-an. Ia bekerja
mulai dari membabat hutan untuk
pembukaan lahan kebun sampai
panen di tengah wabah malaria. Tak
jarang dia sering mendengar suara
baku tembak antara tenatara Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) dan tentara
Indonesia.

67
“Assalaamu'alaikum qaaro qoumin
mu'minin wa inna insyaa allohu bikum
laahiquun (Keselamatan untuk kalian
wahai penguni rumah kaum
mukminin. Kami insyaaAllah akan
menyusul kalian).” Ucap Bah Yayan
saat memasuki gerbang pemakaman
yang disambut suara tongeret di
dahan-dahan kemboja.
.
....

68
TESTIMONI & TANGGAPAN PENDENGAR
HEARING TESTIMONY & RESPONSE

69
Bayu, Penggiat Hip-hop Di Bandung
Mendengarkan cerita-cerita di Hari Ini Seperti biasa, saya seperti
jalan-jalan masuk ke gang-gang dan perkampungan yang aneh di Bandung.
Aneh karena saya sendiri orang Bandung tapi baru tahu ada hal-hal seperti
itu di Bandung. Kisah-kisahnya tidak bisa diduga, sangat imajinatif tidak
seperti sandiwara radio yang pernah saya dengar, misalnya cerita drama
Pinangan podcastnya Komunitas Salihara yang kemarin-kemarin saya
dengar. Kalau yang ini (Hari Ini Seperti Biasa) berbeda dan terasa ada lebih
dekat di sekitar kita.
Pada satu sisi saya seperti memiliki bayangan dan kemungkinan lain
tentang masa depan. Namun pada sisi yang lain kadang terasa sangat
mengerikan jika harus membayangkan masa depan bersama wabah. Apa
lagi sampai sekarang juga penyakit viruscorona itu belum beres-beres juga.
Mungkin juga bener seperti cerita di podcast itu kalau corona akan berakhir
tahun 2025...hahaha (tertawa). Lihat aja kelakukan pemerintah dalam
menangani virus corona tidak mengutamakan kesehatan. Ya, wajar kalau
tidak kelar-kelar.
Saya pertama kali memutar podcast ini sambil berkendara naik
motor menuju pulang ke rumah di Cimahi, ketika malem-malem pulang
dari Kampung Tamansari. Pas naik motor sambil denger itu podcast yang
ceritanya Abah Endi, saya seperti tidak sedang di Bandung. Ceritanyanya itu
seperti Science Fiction gitu. Terus saja juga dengarkan cerita-cerita yang
lainnya. Ada juga yang ceritanya itu kayak orang-orang sufi gitu, itu yang
tiap hari ke makam. Terus ada juga yang diam terus di rumah.
Mendengar cerita-cerita dari podcast itu, saya jadi ingin ketemu
dengan orangnya langsung, seperti apa gitu. Jadi penasaran, seperti apa sih
mereka hidup. Lihat orangnya langsung dan kehidupannya itu cuma Mbah
Geyot saja. Saya jadi ingin lihat kehidupan orang-orang yang diceritakan
dalam podcast itu. Kalau yang cerita Mbah Geyot terkait Tamansari, saya
percaya kalau Tamansari pasti akan menang melawan penindasan
pemerintah kota Bandung. Soalnya kalau dilihat-lihat sudah hampir empat
tahun warganya masih bertahan di lokasi penggusuran, artinya kan sudah
teruji usahanya untuk mencapai kemenangan.
Ya kalau boleh saya simpulkan cerita-ceritanya itu distopia masa
depan. Kapan atuh ada cerita baru, ingin dengar lagi.

70
Bayu, A Hip-hop Activist In Bandung
Listening to the stories of the Day As usual, I like walking into strange
alleys and settlements in Bandung. It's strange because I am a Bandung person, but
just found out that there are such things in Bandung. The stories are unpredictable,
very imaginative, unlike the radio plays I have ever heard, for example the story of
the drama Pinangan podcast of Komunitas Salihara, which I heard yesterday.
If this one is different and feels closer around us. On the one hand, I seemed
to have a shadow and another possibility about the future. But on the other hand,
sometimes it feels really terrible to imagine a future with the plague. What's more,
until now the corona virus has not been resolved too. Maybe it's also true like the
story on the podcast that the corona will end in 2025, hahaha (laughs). Just look at
the government's behavior in dealing with the corona virus not prioritizing health.
Yes, it's natural that you don't hang around.
I played this podcast for the first time while driving on a motorbike to go
home in Cimahi, when I returned home from Kampung Tamansari at night. When I
was riding a motorbike while listening to the podcast Abah Endi, I felt like I wasn't
in Bandung. The story is like a Science Fiction story. Then I also listen to other
stories. There are also stories that are like Sufis, that is the one who goes to the
grave every day. Then there are those who stay still at home.
Hearing the stories from the podcast, I wanted to meet the person directly,
what was that like. So curious, what kind of life they are. I only saw the person
directly and their life was just Mbah Geyot. I wanted to see the lives of the people
who were told on the podcast. If Mbah Geyot's story is related to Tamansari, I
believe that Tamansari will definitely win against the oppression of the Bandung city
government. The problem is that if you look around, it has been nearly four years
since its citizens have remained at the eviction site. This means that his efforts have
been tested to achieve victory.
Yes, if I may conclude that the stories are a dystopia of the future. When are
there any new stories? I want to hear more.

71
Nazer, Aktivis Gerakan Buruh Di Ksn ( Konfederasi Serikat Nasional)
Saya dengar podcast ini setiap saya mau tidur. Kadang satu cerita itu
bisa sampai tiga hari atau empat hari diputar berulang-ulang. Karena seringnya
cerita belum selesai. Tapi saya sudah keburu tidur, jadinya besoknya putar lagi
dan lagi. Kalau saya memang senang dengar cerita-cerita. Salah satunya karena
mungkin waktu kecil sering, saya sering didongengin cerita sama orang tua.
Biasanya kan saya itu kalau mau tidur akan pasang hadset dan setel musik di
handphone. Saya itu bisa dibilang tidak bisa tidur kalau tidak sambil dengarkan
sesutau di telinga, jadi harus setel terus musik di handphone. Ya, sudah
kebiasaan dari dulu. Nah kalau mendengar musik sambil tidur, itu hanya tidur
biasa. Tapi kalau dengerin cerita di podcast ini, saya tidak hanya dengar saja
tapi juga sambil membayangkan kejadiannya ituseperti apa.
Cerita-ceritanya bagus karena bukan hanya ngomongin perkara pandemi
saja, tapi juga terhubung dengan isu-isu lainnya yang terjadi hari ini. Semisal
cerita tentang anak dan keponakan Mbah geyot yang di PHK secara sepihak
oleh perusahaan tempatnya bekerja. Soal PHK inikan terjadi di mana-mana
ribuan buruh di PHK secara masal tanpa jaminan yang jelas. Semisal contoh
yang terdekat di Bandung yaitu buruh CV Sandangsari yang punya tunggakan
gajih para pekerjanya, di tambah THR buruh yang belum dibayar hingga kini,
dan sebagian lagi kena PHK. Selain itu perusahaan juga tidak menjalankan
protokol kesehatan dan nasib buruh ini benar-benar terancam. Apalagi para
buruh ini kemudian dikriminalisasi oleh perusahaan karena berdemo menuntut
hak.
Nah bukan hak-hak pekerja yang di penuhi, tapiperusahaan malah
berniat memenjarakan buruh dan meneuntut sebesar 150 milyar untuk ganti
rugi perusahaan. Aneh kalau perusahaan untung para pekerja tidak dapat
untung. Giliran perusahaan rugi atau omsetnya menurun, tapi malah pekerja
yang harus tanggung. Ini gila. Lantas apa yang dilakukan pemerintah? Ya, tidak
ada! Justru pemerintah malah memberikan subsidi pada perusahaan. Nah para
pekerja ini bagaimana nasibnya? Apalagi akan disahkannya omnibuslaw.
Selain soal buruh, di podcast ini juga membicarakan isu agraria seperti
ceritanya Nek Marni yang di Kebon Jeruk maupun ceritanya Mbah Geyot yang
di Tamansari. Nah soal agraria ini, belum ada omnibuslaw saja negara sudah
biadab. Apalagi kalau omnibuslaw disahkan, akan makin gila perampasan tanah
di mana-mana.

72
Nazer, Labor Movement Activist At Ksn (confederation Of National
Unions)
I listen to this podcast every time I want to sleep. Sometimes a story can
be played over and over for three days or four days. Because often the story isn't
finished. But I was already in bed, so the next day I turned it around again and again.
I really like hearing stories. For one thing, maybe as a child, I was often told stories
with my parents. Usually, if I want to sleep, I will put on my hadset and play music
on my cellphone. I could say that I couldn't sleep if I didn't listen to something in
my ear, so I had to keep the music on my cellphone.Yes, it's been a habit from long
ago. So if you hear music while sleeping, it's just normal sleep. But if I listen to the
story on this podcast, I don't just hear it but also imagine what it was like.
The stories are good because they not only talk about the pandemic, but
they are also connected to other issues that are happening today. For example, a
story about Mbah Geyot's son and nephew who was unilaterally laid off by the
company where he worked. The question of layoffs has occurred everywhere,
thousands of workers have experienced massive layoffs without clear guarantees.
For example, the closest example in Bandung is the CV. Sandangsari, who has
arrears of workers' salaries, is added to the holiday allowance (THR) for workers
who have not been paid until now, and some have been laid off. In addition, the
company does not follow health protocols and the fate of these workers is
seriously threatened. Moreover, these workers were later criminalized by the
company for demonstrating demanding rights.
So, the workers' rights are not fulfilled, but the company intends to
imprison the workers and demand 150 billion in compensation for the company. It
is strange that the company is profitable, the workers are not profitable. The
company turns to lose or its turnover decreases, but instead the workers have to
bear. This is crazy. So what is the government doing? Yes, nothing! Instead, the
government provides subsidies to companies. So what are the fate of these
workers? Moreover, the omnibuslaw will be passed.
Apart from labor issues, this podcast also discusses agrarian issues such as
the story of Nek Marni in Kebon Jeruk and the story of Mbah Geyot who was in
Tamansari. Now about agrarian affairs, there is no omnibuslaw, but the country is
barbaric. Moreover, if the omnibuslaw was passed, land grabbing would get even
crazier.

73
Kiki Sahrul Maulana, Mahasiswa Bahasa Indonesia Fkip Unibba.
Kalau mendengar podcast ini (Hari Ini Seperti Biasa), ini saya
membayangkan cara penulisannya mungkin seperti Pramudya Ananta Toer yang
juga menulis kisah dari kejadian-kejadian yang terjadi bukan ngarang-ngarang
tapi ini lebih seperti doku-drama. Cuman kalau ini mungkin bentukya cerpen,
kalau Pram kan novel.
Ini anti mainstreem bukanlah cerita-cerita orang-orang yang sukses seperti
cerita-cerita motivator, ini cerita orang-orang biasa yang tidak dikenal sama-sekali,
ia hanyalah warga biasa. Namun disitulah menariknya, ini seperti antologi cerita
warga kota dan bagaimana warga hidup dan bersiasat.

Pilamo Miton, Aktivis Amp (aliansi Mahasiswa Papua) Bandung.


Mendengarkan podcsat ini, saya menemukan banyak hal yang setidaknya
gambaran imajinasi warga Bandung di masa yang akan datang versi warga. Ini
menarik karena selama ini kan seluruh pembangunan kota termasuk penanganan
viruscorona semuanya diputuskan di atas. Semestinyakan dari bawah ke atas
apalagi ngomongin hajat hidup orang banyak. Dari cerita-cerita tersebut saya jadi
tahu bahwa warga nyatanya lebih berdaya, memiliki siasat cara penanganan
wabah secara mandiri.
Mendengarkan podcast ini (Hari Ini Seperti Biasa), saya jadi punya idea
kalau nanti saya pulang ke Papua mungkin akan buat podcast seperti ini. Saya
akan ngumpulin cerita-cerita warga Papua terkait pengalamannya dalam
menghadapi operasi militer yang dibuat Indonesia di tanah Papua.

74
Kiki Sahrul Maulana, Indonesian Language Student, Fkip Unibba
When I hear this podcast, I imagine the way it is written is probably like Pramudya
Ananta Toer, who also writes stories of events that occur, not making things up but this is
more like docu-drama. But if this might be in the form of a short story, while Pram wrote
it in the form of a novel.
This anti mainstreem is not stories of successful people like motivator stories,
these are stories of ordinary people who are not known at all, they are just ordinary
citizens. But that's where it gets interesting, it's like an anthology of urban stories and how
citizensts live and work around them.

Pilamo Miton, activist of AMP (Papuan Student Alliance) Bandung


Listening to this podcsat, I found a lot of things that at least illustrate the
imaginations of the citizens of Bandung in the future by the citizens version. This is
interesting because so far all city development, including handling the coronavirus, have all
been decided from top to bottom. It should be from bottom to the up. Especially if we
talk about the lives of many people. From these stories, I came to know that the citizens
are more empowered, because they have strategy for how to handle the plague
independently.
Listening to this podcast, I have an idea that when I return to Papua, I might make a
podcast like this one. I will collect the stories of Papuans related to their experiences in
dealing with military operations that Indonesia has made in Papua.

75
76

You might also like