Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

J. Akad. Kim.

2(1): 5-10, February 2013


ISSN 2302-6030

PEMBUATAN ETANOL DARI BUAH SALAK (Salacca Zalacca) YANG TIDAK


LAYAK KONSUMSI

The Fermentation Process of Improper Consumed Salak (Salacca zalacca )

Lukman Yasin, *Minarni Rama Jura dan Supriadi


Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu 94118 - Indonesia 94118
Recieved 5 January 2013, Revised 25 February 2013, Accepted 27 February 2013

Abstract
Salak is a inclusive of into erudite tribe Moraceae name is a Salacca zalacca in English named
is a snake fruit and one of fruit type which is at most planted in the tropics. One of potency from of
salak which imporer konsume that is exploited permanent upon which making etanol, where glucose
can be exploited as etanol, because in it contain elements of karbon,hidrogen and oxygen. which is do
not consume that is tired damage storey level 90. The purpose of this research is to cultivate salak which
imporer konsume as raw material for making etanol by fermentation process and to determine the leves
of etanol produced from salak which imporer konsume. In this research using yeast fermentation with
tape, NPK fertilizer and urea fertilizer. Starter used by 20 mL each of three erlenmeyer. The starter and
then fermented for 5, 8, 11 and 14 days ago on distillation. After the distillation was measured levels
of etanol, the reaction with Na metal, solubility in water, density measurement and measure pH etanol.
Then the analysis show a 5 day fermentation obtained 13.8%, etanol content weight of 0.991 g/mL
and pH 5.02. Fermentation for 8 days derived etanol content of 10.79%, density 0.989 g/mL and pH
4.21. Fermentation for 11 days gained etanol content 6%, weight of 0.982 g/mL and pH 3.04. And
fermentation obtained 2.20%, density 1.002 g/ml and pH 2.25.

Keywords: Etanol, salak which imporer konsume, the fermentation process.

Pendahuluan
Dunia industri di masa sekarang sedang Arecaceae) asli Indonesia dan Malaysia. Buah
terfokus pada pencarian energi alternatif bahan tumbuh dalam kelompok di dasar telapak
bakar dari biomassa sebagai sumber energi tangan, dan juga dikenal sebagai buah ular
terbarukan (renewable). Hal ini disebabkan oleh karena kulit bersisik coklat kemerahan (Purbiati
semakin menipisnya persediaan bahan bakar & Soemarsono, 1999).
fosil, harga minyak dunia yang tidak stabil, Sebagian besar salak dapat dimanfaatkan
serta berbagai permasalahan terkait lingkungan dalam kehidupan manusia. Salak terutama
dan politik yang ikut mempengaruhi produksi ditanam untuk dimanfaatkan buahnya, yang
dan distribusi minyak dunia (Puspita, 2010). populer sebagai buah meja. Selain dimakan
Bahan bakar dari biomassa sebagai sumber segar, salak juga biasa dibuat manisan, asinan,
energi terbarukan (renewable) salah satunya dikalengkan, atau dikemas sebagai keripik salak
yaitu salak. Salak dalam bahasa Inggris disebut (Steenis, 1981).
snake fruit, sementara nama ilmiahnya adalah Selama ini buah salak yang telah membusuk,
snake fruit karena kulitnya mirip dengan sisik yang biasanya tidak dapat dipakai karena tidak
ular (Heyne, 1987). dapat dikonsumsi dan belum dimanfaatkan.
Salak adalah spesies pohon palem (keluarga Mengingat buah salak yang tidak layak
konsumsi mengandung kadar glukosa dan
* Korespondensi: belum dimanfaatkan maka dipandang
M. Ramajura sangatlah perlu bila dilakukan penelitian yang
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan bertujuan untuk membuat etanol dari buah
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Universitas
tadulako salak yang tidak layak dikonsumsi dengan
email: minarni.ramajura@gmail.com proses fermentasi. Salak diklasifikasikan oleh
© 2013 - Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako ahli taksonomi sebagai Salacca salak var.
5
Volume 2, No. 1, 2013: 5-10 Jurnal Akademika Kimia

Amboinensis, menawarkan potensi yang baik Penyiapan Sampel


untuk ekspor. Saat ini, ada perubahan nyata Alat yang digunakan pada penelitian ini
dari pola konsumen terhadap produk organik adalah blender, kain bersih, gelas ukur, gelas
adalah melalui permintaan produk organik kimia, pipet tetes, seperangkat alat destilasi,
lebih tinggi hortikultura, termasuk permintaan erlenmeyer, neraca digital, pH meter, pengaduk,
buah (Wahyunindyawati, dkk, 1999). pompa vakum, alumunium foil, kertas saring,
Produksi alkohol, telah dilakukan 2.000 corong, autoklaf, cawan petri, dan picnometer.
tahun yang lalu. Alkohol digunakan pula Bahan yang digunakan pada penelitian ini
sebagai bahan bakar. Setelah banyaknya adalah buah salak yang tidak layak konsumsi,
ditemukan sumber bahan bakar minyak, ragi tape, pupuk urea, pupuk NPK, aquades,
maka penggunaan alkohol menjadi berkurang logam Na, dan indikator pp.
(Wijaya, dkk, 2005). Dengan meningkatnya Prosedur kerja penelitian ini meliputi
harga bahan bakar minyak, maka alkohol Persiapan awal yaitu dimulai dengan mengambil
menjadi penting lagi. Menurut Smith & Van buah salak yang tidak layak konsumsi, dicuci
(1959) penggunaan alkohol antara lain, (1) bersih kemudian ditimbang sebanyak 1000
bahan baku industri atau senyawa kimia, gram. Langkah selanjutnya yaitu pembuatan
contoh: industri minuman beralkohol, (2) starter dimulai dengan memblender 1000
pelarut dalam industri, contoh: industri farmasi, gram saak yang tidak layak konsumsi seteah
kosmetika dan plastik, (3) bahan desinfektan, itu disaring dengan kain bersih untuk diambil
contoh: peralatan kedokteran, rumah tangga filtratnya. Filtrat yang diperoleh dimasukkan
dan peralatan di rumah sakit, (4) bahan baku kedalam gelas kimia dan disterilisasi dalam
campuran pembuatan biodisel motor. autoklaf pada suhu 121 oC dan tekanan 1
Alkohol dibuat secara fermentasi dengan atm selama 15 menit, lalu didinginkan. Filtrat
menggunakan mikroba, organisme yang buah salak yang sudah dingin tersebut dibagi
disebut khamir adalah termasuk subdivisi empat buah Erlenmeyer, setiap erlenmeyer diisi
thallopyta dan digolongkan dalam tiga famili sebanyak 20 mL filtrat buah salak. Kemudian
yaitu Sacharomyces cereviceae, Sporabolomy ditambahkan 0,3 gram pupuk urea dan 0,08
cereviceae, dan Cryptocceae. Ciri khas organisme gram pupuk NPK sebagai sumber nutrient,
ini adalah reproduksinya yang vegetatif disebut masing-masing erlenmeyer dikocok hingga
Budding atau penyembulan (Muldjiono, semua larut. Masing-masing erlenmeyer
1978). Ragi yang biasa digunakan dalam proses ditambahkan lagi 10 mL pasta ragi. Pasta ragi
fermentasi adalah saccharomyses cerevisiae dibuat dengan jalan : menimbang 10 gram ragi
yang merupakan mikroorganisme uniseluler tape dan ditambahkan 40 mL aquades ke dalam
yang bersifat makhluk mikroskopis, yaitu gelas kimia kemudian diaduk hingga semua
menggunakan gula sebagai untuk metabolisme. ragi larut. Setelah pasta ragi dicampurkan
(Wijaya, dkk, 2005). kedalam masing-masing erlenmeyer tersebut,
Zymomonas mobilis memiliki beberapa selanjutnya masing-masing starter ditutup
kelebihan dibandingkan Saccaromyces dengan alumunium foil dan diinkubasi selama
cerevisiae, diantaranya lebih toleran terhadap 2 hari.
suhu, pH rendah, serta tahan terhadap etanol
konsentrasi tinggi (Zhang & Freg, 2010). Fermentasi
Supaya mikroba Sacharomyces cereviceae Langkah selanjutnya yaitu pembuatan
dapat tumbuh baik dalam suatu media, perlu sampel dimana sisa filtrat dari pembuatan starter
dipenuhi syarat-syarat yang pertama yaitu di atas dibagi menjadi 4 bagian dan dimasukan
media harus mengandung semua nutrisi yang ke dalam erlenmeyer. Starter dan sampel
mudah digunakan oleh mikroba, syarat yang dicampur lalu difermentasikan selama 5 hari,
kedua yaitu media harus mempunyai tekanan 8 hari, 11 hari, dan 14 hari pada suhu kamar,
osmosis, tegangan permukaan, dan pH yang yaitu 32 oC. Setelah ketiga larutan tersebut
sesuai, syarat yang ketiga yaitu media harus difermentasi ,larutan tersebut disaring dengan
steril. (Arya, dkk, 2001). menggunakan pompa vakum untuk diambil
Fakta-fakta di atas membuat peneliti tertarik filtratnya lalu diefaporator untuk mendapatkan
untuk meneliti pembuatan etanol dari buah etanol yang diinginkan. Evaporator dilakukan
salak yang tidak layak konsumsi dengan proses dengan menggunakan penangas air dan di
fermentasi, dengan memanfaatkan buah salak distilasi dilakukan pada suhu 78,5 oC sesuai
yang tidak layak konsumsi sebagai bahan baku dengan titik didih etanol. Langkah dasar
pembuatan etanol. yang dibutuhkan untuk memproduksi etanol
Metode adalah fermentasi jamur khamir, distilasi,

6
Lukman Yasin Pembuatan Etanol dari Buah Salak (Sallaca Zalacca)..........

dehidrasi, dan denaturasi. Adapun bakteri yang


di gunakan untuk fermentasi adalah bakteri,
saccaromieses cerevisiae dimana bakteri ini
memiliki kemampuan diantaranya adalah lebih
toleran terhadap suhu, pH rendah (Nowak,
2000), serta tahan terhadap etanol konsentrasi
tinggi (Busche, et al., 1992). Beberapa tanaman
membutuhkan hidrolisis karbohidrat seperti
selulosa dan amilum menjadi gula. Hidrolisis
selulosa disebut sebagai selulosis. Enzim
digunakan untuk mengubah amilum menjadi
gula (Kinver, 2006).

Analisis Alkohol yang Dihasilkan Gambar 1 diagram kadar etanol hasil distilasi
Analisis yang dilakukan dalam penelitian
adalah uji kualitatif dengan logam Na dengan Berat jenis etanol yang diperoleh dengan
cara memasukan sepotong kecil logam Na ke menggunakan piknometer adalah berat jenis
dalam cawan petri yang berisi larutan etanol 0,991 g/mL dengan lama fermentasi selama 5
hasil distilasi. Uji yang kedua yaitu uji kelarutan hari, berat jenis etanol dengan lama fermentasi
dalam air dengan cara mengambil 2 ml larutan 8 hari adalah 0,989 g/ml, berat jenis etanol
etanol hasil distilasi, kemudian dilarutkan dengan lama fermenasi 11 hari adalah 0,982 g/
ke dalam gelas kimia yang berisi 4 ml air, mL, berat jenis etanol dengan lama fermentasi
hasilnya lautan menjadi bercampur. Etanol 14 hari adalah 1,002 g/mL. Perubahan massa
mengandung bahan-bahan yang dapat larut dan jenis dengan lama fermentasi dapat di lihat
tidak dapat larut. (Brinkman, dkk, 2008). Uji pada Gambar 2.
yang ketiga adalah penentuan pH yaitu etanol
yang diperoleh dari hasil distilasi dimasukkan
kedalam gelas kimia lalu diukur pHnya dengan
menggunakan alat pHmeter. Uji yang terakhir
adalah penentuan berat jenis etanol hasil distilasi
diukur berat jenisnya dengan menggunakan
alat piknometer, dilakukan dengan prosedur :

1. Piknometer dicuci dan dikeringkan kemudian


ditimbang bersama penutupnya pada neraca
dengan ketelitian 0,01 g (c).
2. Aquades diisi ke dalam piknometer sampai
tanda batas dan ditimbang bersama
penutupnya (a + d). Gambar 2 diagram berat jenis etanol hasil
3. Memasukan larutan uji ke dalam piknometer distilasi
sampai tanda batas dan ditimbang bersama
penutupnya ( a + b ). Hasil pengukuran pH etanol diperoleh
Berat jenis larutan uji dapat dihitung dengan pH 5,02 dengan fermentasi 5 hari, pH 4,21
menggunakan rumus Berat jenis larutan dengan lama fermentasi 8 hari, pH 3,04 dengan
lama fermentasi 11 hari, pH 2,55 dengan lama
Uji ( Bj ) = fermentasi 14 hari. Hasil pengukuran pH
etanol ini menunjukkan mekanisme menurun
Hasil dan Pembahasan dengan bertambahnya waktu fermentasi, hal
Hasil analisis menunjukan fermentasi ini dapat dilihat pada Gambar 3
selama 5 hari diperoleh kadar etanol sebesar Etanol adalah suatu senyawa organik yang
13,8%, fermentasi selama 8 hari diperoleh tersusun dari unsur karbon, hidrogen dan
kadar etanol sebesar 10,79%, fermentasi selama oksigen. Titik didih etanol yaitu 78,5 oC.
11 hari diperoleh kadar etanol sebesar 6%, Etanol memiliki rumus molekulnya C2H6O.
dan fermentasi selama 14 hari diperoleh kadar (Fessenden & Fessenden, 1990).
etanol sebesar 2,20%. Hubungan antara kadar Pembentukan alkohol melalui proses
etanol dengan lama fermentasi seperti terlihat fermentasi peran mikroorganisme sangat besar
pada Gambar 1. dan biasanya mikroorganisme yang digunakan

7
Volume 2, No. 1, 2013: 5-10 Jurnal Akademika Kimia

Pada fermentasi hari ke-8 terjadi penurunan


kadar etanol, hal ini disebabkan pada hari ke
8 dan seterusnya metanol ang sudah terbentuk
teroksidasi menjadi asam cuka, hal ini
ditunjukkan dengan menurunya kadar etanol
dengan bertambahnya waktu fermentasi. Dari
1000 gram salak yang tidak layak konsumsi
diperoleh 298 mL etanol hasil distilasi dengan
kadar etanol yang berbeda.
Etanol hasil dari distilasi pada fermentasi hari
ke-5, ke-8,ke-11 dan ke-14 diuji kereaktifannya
dengan menggunakan logam Na. Sepotong
Gambar 3 diagram pH etanol hasil destilasi logam Na dimasukkan kedalam cawan petri
untuk fermentasi mempunyai beberapa syarat yang telah berisi etanol hasil distilasi tersebut.
sebagai berikut mempunyai kemampuan Reaksi yang terjadi antara logam Na dan etanol:
untuk memfermentasi karbohidrat yang cocok 4CH3CH2OH + 4Na → 4CH3CH2ONa + H2
secara cepat bersifat membentuk flokulasi dan Logam Na dengan etanol bereaksi dengan
sedimentasi (misal sel-selyeast selalu ada pada baik hal ini ditandai dengan terjadinya ledakan
bagian bawah tangki fermentasi. Mempunyai kecil ketika logam Na dimasukan ke dalam
genetik yang stabil atau tidak mudah mengalami etanol hasil distilasi, hal ini disebabkan karena
mutasi (Ansory, 1992). etanol yang dihasilkan bereaksi hebat dengan
Salah satu bahan baku pembuatan etanol asam menghasilkan garam dan hidrogen,
adalah salak tidak layak konsumsi. Sebelum Juga perlu dipastikan agar tidak terdapat air
membuat etanol, maka dilakukan uji meskipun dalam jumlah kecil dalam larutan
pendahuluan terlebih dahulu untuk mengetahui karena natrium bereaksi lebih baik dengan
jenis karbohidrat yang terdapat pada buah salak. gugus -OH dalam air dibanding dengan
Setelah filtrat salak ditambahkan dengan larutan gugus -OH dalam sebuah alkohol. Tetapi
benedict lalu dipanaskan ternyata terdapat setelah ditetesi dengan indikator PP ternyata
endapan merah bata. Hal ini menunjukan larutannya berubah menjadi warna merah
bahwa jenis monosakarida yang terdapat dalam muda, ini menandakan bahwa masih terdapat
salak adalah glukosa sehingga filtrat salak yang etanol dari hasil distilasi karena gugus hidroksil
akan dijadikan bahan baku pembuatan etanol pada etanol bersifat sedikit basa. Tujuan dari
tidak dihidrolisis lagi karena monosakarida reaksi antara etanol dengan logam Na adalah
merupakan karbohidrat paling sederhana dan untuk menguji keberadaan air pada etanol yang
tidak dapat diuraikan lagi. Kemudian salak dihasilkan (Clark, 2007).
yang telah di blender dibuat starter, dimana
starter ini merupakan media pembiakan ragi Etanol yang diperoleh dari hasil distilasi
dan tujuan dibiakkannya ragi dalam stater dilarutkan kedalam air murni. Hasil
adalah mengadaptasikan sel terhadap media pengamatan menunjukkan bahwa etanol
fermentasi. Adapun hasil analisisnya adalah. larut dalam air dan membentuk campuran
Setelah dilakukan pengukuran kadar etanol yang homogen dimana tidak terlihat adanya
hasil distilasi, ternyata terdapat perbedaan bidang batas antara air murni dan etanol hasil
kadar etanol pada hari ke-5, ke-8,ke 11 dan ke- distilasi tersebut. Etanol larut sempurna dalam
14. Pada hari ke-5 kadar etanol yang diperoleh air karena air bersifat polar dan pada etanol
yaitu 13,8%, pada hari ke-8 diperoleh etanol terdapat gugus –OH yang bersifat polar, rantai
dengan kadar 10,79% dan pada hari ke-11 gugus alkil pada etanol tidak terlalu panjang
diperoleh kadar etanol 3,04% dan pada hari ke- sehingga lebih mudah membentuk ikatan
14 diperoleh kadar etanol 2,20%. Kadar etanol hidrogen. Etanol hasil distilasi diukur berat
yang paling besar yaitu pada fermentasi hari jenisnya, dari hasil pengukuran berat jenis
ke-5 dan yang paling rendah kadar etanolnya diperoleh berat jenis pada fermentasi hari ke-5
pada fermentasi hari ke-14. Pada hari ke-5 yaitu 0,991 g/mL, hari ke-8 diperoleh berat
kadar etanol sudah mencapai maksimum hal jenis 0,989 g/mL, pada hari ke-11 diperoleh
ini disebabkan glukosa dapat terurai sempurna berat jenis 0,982 g/mL dan pada hari ke-14
menjadi etanol. Kadar etanol yang diperoleh diperoleh berat jenis 1,002. Adanya perbedaan
pada hari ke-5 adalah kadar etanol yang tertinggi berat jenis yang diperoleh disebabkan karena
yaitu 13,8% disebabkan karena pada hari ke-5 etanol yang diperoleh belum 100% murni atau
glukosa telah terurai sempurna menjadi etanol. dapat dikatakan etanol yang dihasilkan masih

8
Lukman Yasin Pembuatan Etanol dari Buah Salak (Sallaca Zalacca)..........

banyak terdapat air. methanol (M85) and ethanol (Ed85),


Dari pengukuran pH etanol hasil distilasi SAE Technical Paper 940764.
diperoleh pH etanol pada fermentasi hari
ke-5 yaitu 5,02, hari ke-8 yaitu 4,21 , hari ke- Clark, J. (2007). Reaksi alkohol dengan logam
11 yaitu 3,04, dan hari ke-14 yaitu 2,55. pH Na. Diunduh kembali dari http://www.
etanol hasil distilasi tertinggi yaitu 5,02 yaitu chem-is-try.org .
terjadi pada hari ke-5. Sedangkan pada hari
ke-14 pH etanol yang dihasilkan mengalami Fessendens & Fessenden. (1990). Kimia
penurunan yang sangat signifikan yaitu 2,55. organik. Jakarta: Erlangga.
Hal ini disebabkan etanol pada hari ke-14
telah berubah menjadi asam akibat masuknya Heyne, K. (1987). Tumbuhan berguna
oksigen, sehingga etanol teroksidasi dan Indonesia, jilid. 1. Jakarta: Yayasan Sarana
menjadi asam asetat dan juga terjadinya selisih Wana Jaya.
pH yang dihasilkan kemungkinan disebabkan
karena adanya zat-zat pengotor dalam etanol Kinver, M. (2006). Biofuels look to the next
yang tidak sempat terpisah pada saat distilasi generation. BBC News. Diakses pada 27
dilakukan. Agustus 2011.

Kesimpulan Muldjiono. (1978). Laporan penelitian mutu


Buah salak yang tidak layak konsumsi dapat minyak & nilai gizi biji jambu mete
diolah menjadi bahan baku pembuatan etanol Kalimantan Selatan, Balai Penelitian
melalui proses fermentasi. Fermentasi yang Banjar Baru: Pescott, Dunn.
dilakukan selama 5 hari merupakan fermentasi
yang baik jika dibandingkan dengan 8, 11 dan Nowak, J. (2000). Ethanol yield and
14 hari sdengan kadar etanol 13,8%. productivity of zymomonas mobilis in
various fermentation methods. Electronic
Ucapan Terima Kasih Journal of Polish Agriculture Universities.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan 3(2), 4.
terimakasih kepada bapak Tasrik laboran di
Laboratorium FKIP Universitas Tadulako Purbiati, T. & Soemarsono, S. R. (1999).
dan semua rekan-rekan yang telah banyak Field test and financial analysis of salacca
membantu penulis dalam melakukan penelitian nursery seedling cv. Bali derived from
ini. marcotting and seeds. Jurnal Hortikultura
(Indonesia). 9(1), 59-66.

Referensi Puspita, E. (2010). Fermentasi etanol dari


molasses dengan zymomonas mobilis A3
yang diamobilisasi pada κ-Karaginan.
Ansory, R. (1992).Teknologi fermentasi, Jakarta: ISSN: 1411-4216.
Arcan.
Steenis, C. G. G. J. V. (1981). Flora, untuk
Arya, N., Suprapta, D. N. & Sudana, M. sekolah di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya
(2001). Introduce of biopesticide to Paramita.
control banana wilt disease. Journal of
ISSAAS, 7, 1-9. Smith, J. M. & Van Ness Hc. (1959).
Introduction to chemical engineering
Busche, R. M., Scott C. D., Davidson B. H., & thermodynamic, (Ed. 2nd), Tokyo: Mc
Lynd L. R. (1992). Ethanol, the ultimate Graw Hill, Kogakusha Ltd.
feedstock. a technoeconomic evaluation
of ethanol manufacture in fluized bed Wahyunindyawati, F. Kasijadi, F., Pubiati,
bioreactors operating with immobilized T., Suryadi, A. & Soemarsono, S.
cells. Journal Application of Biochemistry R. (1999). Survey on technology
and Biotechnology. 34(35), 395-415. adoption of vegetative propagation
technique of salacca in the production
Brinkman, N., Halsall, R., Jorgensen, S. W., & centres of salacca in Bali and East Java.
Kirwan, J. E. (2008) . The development Jurnal Hortikultura (Indonesia). 9(3),
of improved fuel specifications for 235-242.

9
Volume 2, No. 1, 2013: 5-10 Jurnal Akademika Kimia

Wijaya, H., Ulrich, D., Lestari, R., Schippel, Zhang, K., & Freng, H. (2010). Fermentation
K., & Ebert, G. (2005). Identification of potentials of zymomonas mobilis and
potent odorants in different cultivars of Its application in ethanol production
snake fruit [Salacca zalacca (Gaert.) voss] from low-cost raw sweet potato.
using gas chromatography-olfactometry. African Journal of Biotechnology. 9(37),
J. Agric. Food Chem. 53(5), 1637-1641. 6122-6128.

10

You might also like