Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Sain Peternakan Indonesia P-ISSN 1978-3000

Available at https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jspi/index E-ISSN 2528-7109


DOI: https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.4.368-379 Volume 14 Nomor 4 edisi Oktober-Desember 2019

Pengaruh Lama Penyimpanan Ampas Kelapa yang Diberi Ekstrak Daun Kersen (Muntingiaca
labura L.) dalam Kemasan Karung Blacu terhadap Kualitas Fisik Organoleptik
Effect of Storage Duration of Coconut Waste Added with Cherry Leaf Extract in Cloth Sacks
on Organoleptic Physical Quality

R. A. Pertiwi, R. I. Pujaningsih dan S. Mukodiningsih

Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro


Corresponding Author: renni_anie@yahoo.com

ABSTRACT
This study aims to examine the problem of storage time for the organoleptic physical quality of coconut waste
added cherry leaf extract. Cherry leaf extract was extracted using the socletation method. Concentration of
cherry leaf extract is 50%. Coconut waste treated with A0 (without cherry of leaf extract), A1 (with cherry leaf
extract) giving cherry leaf extract with a ratio of 1: 10 (v / w) and given a different treatment of storage time
from each other, T0 (storage time 0 week), T1 (2nd week storage time) and T2 (4th week storage time). The
experiment method used was a Completely Randomized Design (CRD) with factorial 2 × 3 with 5 replications.
The parameters used were organoleptic test consisting of texture, color, flavour and presence of fungi. The
results showed that the duration of storage and adding of leaf extracts in coconut waste were not significant (P>
0.05) on organoleptic consisting of texture, color, flavour and presence or absence of fungi. Cherry leaf extract
that added to coconut waste can reduce the organoleptic quality which includes texture, color, flavour and
presence of fungi during storage.

Keywords: Coconut waste, cherry leaf extract, organoleptic test, storage time.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji pengaruh lama penyimpanan tarhadap kualitas fisik organoleptik
ampas kelapa yang diberi ekstrak daun kersen. Ekstrak daun kersen diekstraksi menggunakan metode sokletasi.
Konsentrasi ekstrak daun kersen yang digunakan adalah 50%. Ampas kelapa diberi perlakuan yaitu A0 (tanpa
pemberian ekstrak daun kersen), A1 (dengan pemberian ekstrak daun kersen) pemberian ekstrak daun kersen
dengan perbandingan 1 : 10 (v/w) dan diberi perlakuan lama penyimpanan yang berbeda, masing-masing T0
(lama penyimpanan minggu ke -0), T1 (lama penyimpanan minggu ke-2) dan T2 (lama penyimpanan minggu ke
– 4). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2 × 3 dengan 5 ulangan.
Parameter yang diamati yaitu uji organoleptik yang terdiri dari tekstur, warna, aroma dan ada tidaknya jamur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan dan pemberian ekstrak daun kersen pada ampas kelapa
berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap uji organoleptik yang terdiri dari tekstur, warna, aroma dan ada tidaknya
jamur. Ekstrak daun kersen yang ditambahkan pada ampas kelapa mampu menekan terjadinya penurunan
kualitas organoleptik yang meliputi tekstur, warna, aroma dan ada tidaknya jamur selama penyimpanan.

Kata kunci: Ampas kelapa, ekstrak daun kersen, uji organoleptik, lama penyimpanan.

PENDAHULUAN Ampas kelapa yang merupakan hasil


samping pembuatan santan yang masih
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai memiliki kandungan nutrisi yang cukup
pakan ternak merupakan salah satu cara tinggi. Produksi kelapa di Indonesia pada
pemecahan masalah biaya produksi yang tahun 2011 yang mencapai 3,1 juta ton,
tinggi pada industri peternakan. Kelayakan sedangkan penggunaan kelapa untuk
limbah pertanian dijadikan pakan didukung pembuatan santan di Indonesia mencapai 600
dengan kandungan nilai nutrisinya. Salah juta butir per tahun (Cahya dan Susanto,
satu limbah pertanian yang tersedia dalam 2014). Hal ini menyebabkan ampas kelapa
jumlah yang banyak dan belum dimanfaatkan
secara optimal sebagai bahan baku pakan
ialah ampas kelapa.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 368


berpotensi untuk dimanfaatkan dan diolah Tujuan dari penyimpanan adalah untuk
menjadi bahan pakan. Berdasarkan hasil menjaga dan mempertahankan mutu
analisis ampas kelapa memiliki kandungan komoditi yang disimpan dengan cara
nutrisi protein kasar sebesar 5,78%, lemak menghindari, mengurangi ataupun
kasar 38,24% dan serat kasar 15,07% (Putri, menghilangkan berbagai faktor yang dapat
2010). menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi
Kandungan lemak yang tinggi pada tersebut (Izzah, 2011). Proses penyimpanan
ampas kelapa dapat menyebabkan ampas biasa dilakukan dengan cara menyimpan
kelapa mudah tengik dan mutunya menjadi bahan pakan di dalam gudang, namun proses
jelek selama penyimpanan. Rendahnya daya penyimpanan akan mempengaruhi mutu
simpan ampas kelapa dapat disebabkan oleh pakan yang dihasilkan apabila penyimpanan
kandungan lemak yang tinggi serta pengaruh dilakukan terlalu lama dan dalam kondisi
lingkungan serta oksigen dan kontaminsai yang tidak baik maka justru akan
mikroorganisme. Agar ampas kelapa ini menurunkan mutu bahan pakan. Lama
dapat bermanfaat dan mampu bertahan lama penyimpanan yang tidak sesuai dan cara
maka dapat dilakukan proses pengolahan dan menyimpan yang salah akan mengakibatkan
penyimpanan. pakan menjadi keras dan berjamur.
Selain proses pengolahan dan Kerusakan bahan pakan yang disebabkan
penyimpanan pada bahan pakan, diperlukan oleh lingkungan selama penyimpanan dapat
proses pengawetan yang digunakan untuk diatasi dengan cara mengemas produk pakan
mempertahankan mutu bahan pakan. Proses dengan kemasan yang baik. Kemasan yang
pengawetan dilakukan secara kimia yaitu biasa digunakan untuk mengemas bahan
dengan pemberian daun kersen (Muntingia pakan yaitu karung, plastik dan kemasan
calabura L.) yang berfungsi sebagai kertas (Wigati, 2009). Jenis kemasan yang
antibakteri, antioksidan dan antimikroba. digunakan adalah karung blacu. Karung
Daun kersen mengandung flavonoid, tanin blacu yang terbuat dari bahan kapas sebagai
dan saponin (Dwi, 2014). Kandungan bahan dasarnya ini memiliki sifat yang
tersebut yang membuat daun kersen fleksibel, ramah lingkungan dan dapat
(Muntingia calabura L.) memiliki potensi dengan mudah ditemukan di masyarakat.
antioksidan dan aktivitas antibakteri. Kualitas pakan yang disimpan akan turun
Flavonoid pada beberapa tumbuhan apabila disimpan melebihi batas waktu
diketahui memiliki sifat antibakteri tertentu, oleh sebab itu uji fisik organoleptik
(Mirzoeva et al., 1997). Flavonoid mampu penting untuk diketahui. Uji fisik
melepaskan energi transduksi terhadap organoleptik pakan merupakan uji dasar pada
membran sitoplasma bakteri dan pakan, sehingga dengan mengetahui uji fisik
menghambat motilitas bakteri. Senyawa organoleptik dari pakan dapat mengetahui
tannin pada daun kersen dapat menghambat batas maksimal penyimpanan pakan. Uji fisik
aktifitas enzim protease, selain itu tannin organoleptik meliputi : tekstur, aroma, warna
juga mampu mengkerutkan dinding sel dan ada tidaknya jamur. Penelitian ini
bakteri sehingga dapat menganggu bertujuan untuk mengkaji pengaruh lama
permeabilitas sel, sehingga sel bakteri penyimpanan tarhadap kualitas fisik
tersebut tidak dapat melakukan aktivitas organoleptik ampas kelapa yang diberi
hidup sehingga pertumbuhannya terhambat ekstrak daun kersen. Manfaat yang dapat
atau bahkan mati (Mahardika et al., 2014). diperoleh dari penelitian ini adalah
Saponin dalam daun kersen akan menganggu memperoleh informasi tentang pengaruh
tegangan permukaan dinding sel, sehingga lama penyimpanan terhadap kualitas fisik
zat antibakteri akan masuk dengan mudah ke organoleptik ampas kelapa yang diberi
dalam sel sehingga metabolisme terganggu ekstrak daun kersen.
dan bakteri akan mati (Karlina et al., 2013).

369 | Pengaruh penyimpanan ampas kelapa yang diberi ekstrak daun kersen (Pertiwi et al., 2019)
MATERI DAN METODE A0T0 : Ampas kelapa tidak ditambah
ekstrak daun kersen penyimpanan
Penelitian dilaksanakan selama 8 0 minggu, kemasan karung blacu
bulan di Laboratorium Teknologi Pakan, A0T1 : Ampas kelapa tidak ditambah
Fakultas Peternakan dan Pertanian, ekstrak daun kersen penyimpanan
Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis 2 minggu, kemasan karung blacu
Proksimat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan A0T2 : Ampas kelapa tidak ditambah
Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, ekstrak daun kersen penyimpanan
Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis 4 minggu, kemasan karung blacu
Flavonoid di Laboratorium Teknik Kimia, A1T0 : Ampas kelapa ditambah ekstrak
Fakultas Teknik, Universitas Negeri daun kersen 50 % penyimpanan 0
Semarang, Semarang. minggu, kemasan karung blacu
Materi yang digunakan pada A1T1 : Ampas kelapa ditambah ekstrak
penelitian ini adalah daun kersen yang daun kersen 50 % penyimpanan 2
berwarna hijau tua, ampas kelapa dan etanol minggu, kemasan karung blacu
97%. Alat yang digunakan adalah alat tulis, A1T2 : Ampas kelapa ditambah ekstrak
baskom untuk tempat daun kersen, plastik daun kersen 50 % penyimpanan 4
cor untuk alas menjemur daun kersen, loyang minggu, kemasan karung blacu
kecil untuk tempat untuk mengoven daun
kersen, stopless untuk tempat serbuk daun Prosedur penelitian ini meliputi tahap
kersen, karung blacu sebagai wadah untuk persiapan, tahap perlakuan, tahap
menyimpan ampas kelapa, alat jahit untuk pengumpulan data dan tahap analisis data.
menjahit karung blacu, oven untuk
mengoven daun kersen, blender untuk Tahap Persiapan
menghaluskan daun kersen, ayakan untuk Tahap Penelitian dilakukan dengan
mengayak daun kersen setelah diblender dan tiga tahapan meliputi penelitian pendahuluan,
timbangan analitik yang digunakan untuk penelitian lanjutan dan tahap analisis.
menimbang serbuk daun kersen dan ampas Penelitian pendahuluan meliputi persiapan
kelapa. Nampan digunakan untuk tempat alat dan bahan yang digunakan dalam
mengoven daun. Alumunium foil yang penelitian yaitu pembuatan ekstrak daun
digunakan untuk melapisi nampan saat kersen menggunakan metode sokletasi dan
mengoven daun, gelas ukur, botol sampel penyediaan ampas kelapa.
untuk menyimpan ekstrak daun kersen yang Tahapan pembuatan ekstrak daun
sudah di ekstraksi dan aquadest. Metode kersen diawali dengan mengumpulkan daun
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kersen yang dibutuhkan dan mencuci daun
rancangan penelitian, prosedur penelitian dan kersen tersebut. Daun yang telah dicuci
analisis data. diangin-anginkan selama semalam, kemudian
daun dimasukkan ke dalam oven dengan
Rancangan Penelitian suhu 60ºC selama 24 jam (Mahardika et al.,
Penelitian ini menggunakan RAL 2014). Daun yang telah dioven memiliki
pola faktorial 2×3 dengan 5 kali ulangan. kadar air sebesar 12%, kemudian dihaluskan
Faktor A adalah faktor penambahan ekstrak. menggunakan blender dan diperoleh serbuk
A0 adalah (ampas kelapa tidak diberi daun kersen. Selanjutnya dibuat ekstrak
ekstrak), A1 adalah (ampas kelapa diberi daun kersen dengan perbandingan serbuk dan
ekstrak 50%). Faktor T adalah perbedaan air 1 : 1, setelah itu dilakukan pemisahan
lama penyimpanan yaitu: T0 (penyimpanan 0 dengan metode sokletasi pada suhu 70ºC
minggu), T1(penyimpanan 2 minggu) dan T2 sampai tetesan tidak berwarna lagi.
(penyimpanan 4 minggu). Kombinasi Selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif dan
perlakuan tersebut yaitu sebagai berikut : kualitatif ekstrak daun kersen untuk
mengetahui nilai flavonoid.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 370


Tahap selanjutnya adalah tahap kersen : etanol 97%. Dilanjutkan dengan
penyediaan ampas kelapa. Ampas kelapa pencampuran ampas kelapa dan hasil
yang diperoleh dari pasar ditimbang beratnya ekstraksi daun kersen dengan pencampuran
kemudian dicuci. Setelah itu ampas kelapa ekstrak sebanyak 100 ml per 1000 g ampas
dikeringkan matahari sampai kira-kira ampas kelapa (perbandingan 1 : 10). Setelah
kelapa tidak terlalu basah untuk disimpan. pencampuran ampas kelapa dengan ekstrak,
Kemudian dilakukan analisis proksimat di ampas kelapa ditempatkan pada karung blacu
Laboratorium Nutrisi dan Pakan, Fakultas dengan berat masing – masing 250 gram.
Peternakan dan Pertanian, Universitas Pada tahap ini pengamatan sampel dilakukan
Diponegoro, Semarang. pada minggu ke-0, minggu ke-2 dan minggu
ke-4 selama penyimpanan. Uji mutu
Tahap Perlakuan organoleptik dinilai oleh 15 panelis semi
Tahap selanjutnya adalah tahap terlatih dan dilakukan pada saat ampas
perlakuan. Ampas kelapa diberi perlakuan kelapa sebelum diberi perlakuan, selama
yang berbeda yaitu dengan ditambahkan perlakuan dan sesudah perlakuan dengan
ekstrak daun kersen dan tidak ditambahkan mengamati tekstur, warna, aroma dan ada
ekstrak. Ekstrak daun kersen yang tidaknya jamur. Tabel penilaian mutu
didapatkan diencerkan terlebih dahulu organoleptik ampas kelapa terdapat pada
dengan perbandingan 1 : 1 yaitu ekstrak daun (Tabel 1.)

Tabel 1. Penilaian mutu organoleptik ampas kelapa


Skor
Kriteria
Nilai Angka
Penampilan Tekstur Ampas Kelapa
- Tekstur halus/lembut, tidak kasar, berair Sangat Baik 4
- Tekstur agak kasar, sedikit berair. Baik 3
- Tekstur kasar, kering tidak berair, remah. Jelek 2
- Tekstur sangat kasar, sangat remah Sangat Jelek 1
Penampilan Warna Ampas Kelapa
- Putih Merata Sangat Baik 4
- Putih kekuningan Baik 3
- Kuning kecoklatan Jelek 2
- Coklat kehitaman Sangat Jelek 1
Penampilan Aroma Ampas Kelapa
- Khas Ampas Kelapa Sangat Baik 4
- Agak tengik Baik 3
- Tengik Jelek 2
- Sangat Tengik Sangat Jelek 1
Penampilan Ada tidaknya Jamur
- Tidak terdapat jamur sama sekali Sangat Baik 4
- Terdapat jamur tapi sangat sedikit Baik 3
- Terdapat jamur agak banyak Jelek 2
- Terdapat jamur sangat banyak Sangat Jelek 1

371 | Pengaruh penyimpanan ampas kelapa yang diberi ekstrak daun kersen (Pertiwi et al., 2019)
Tahap Pengumpulan Data (Anova) taraf signifikasi 5% untuk
Tahap berikutnya adalah tahap mengetahui adanya pengaruh pada perlakuan
pengumpulan data yaitu mutu organoleptik terhadap kualitas fisik organoleptik. Apabila
pada ampas kelapa setelah penyimpanan terdapat pengaruh maka dilakukan uji lanjut
dengan lama yang berbeda. Mutu yaitu uji wilayah ganda Duncan untuk
organoleptik berupa tekstur, warna, aroma mengetahui perbedaan antar perlakuan.
dan jamur.
γijk : µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk ; i = (1,2) j =
Uji Organoleptik (1,2,3,4) k = (1,2,3)
Uji mutu organoleptik dilakukan
dengan menyiapkan sampel seberat 50 gr HASIL DAN PEMBAHASAN
yang telah diletakan di plastik untuk setiap
Tekstur Ampas Kelapa
perlakuan. Sampel tersebut kemudian akan
Berdasarkan hasil penelitian pada (Tabel
dinilai tekstur, warna, aroma dan ada
2.) menunjukkan bahwa interaksi antara
tidaknya jamur oleh 15 panelis semi terlatih
perlakuan penambahan ekstrak daun kersen
menggunakan kuesioner.
(A) dan lama penyimpanan (T) berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap tekstur ampas
Tahap Analisis Data kelapa.
Tahap berikutnya adalah analisis data.
Data dianalisis menggunakan analisis varians

Tabel 2. Rata-rata skor nilai tekstur pada ampas kelapa


Lama Penyimpanan
Pemberian
Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4 Rata-rata
Ekstrak
T0 T1 T2
Tanpa Ekstrak (A0) 3,23a 2,84bc 2,36bc 2,81
Dengan Ekstrak (A1) 3,36a 2,94b 2,79d 3,03
Rata-rata 3,29 2,89 2,57
Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,05)

Nilai rata-rata organoleptik terhadap Retnani et al. (2009) kadar air pada
tekstur berkisar antara 2,36 - 3,36. Nilai permukaan bahan dipengaruhi oleh
tertinggi diperoleh pada perlakuan A1T0, ini kelembaban nisbi (RH) udara sekitarnya, bila
terjadi karena tekstur yang dihasilkan pada kadar air bahan rendah atau suhu bahan
perlakuan A1T0 masih lembut dan tidak tinggi sedangkan RH disekitarnya tinggi
kasar. Perlakuan A0T2 memiliki skor maka terjadi penyerapan uap air dari udara
terendah karena tekstur ampas kelapa sehingga bahan menjadi lembab atau kadar
menjadi sangat kasar dan remah. Selama air bahan menjadi tinggi.
proses penyimpanan tekstur ampas kelapa Uji beda Duncan terhadap perlakuan
menjadi kasar dan remah. Hal ini diperoleh hasil bahwa perlakuan A1T2
kemungkinan terjadi karena adanya berbeda nyata (p<0,05) terhadap A1T0,
penurunan kadar air dari 14,56 menjadi A0T0, A1T1, A0T1 dan A0T2. Perlakuan
11,81%, sehingga proses penyimpanan pada A1T0 tidak berbeda nyata dengan A0T0,
ampas kelapa mempengaruhi tekstur ampas tetapi berbeda nyata dengan A1T1, A0T1,
kelapa. Hal ini sesuai dengan pendapat A0T2 dan A1T2. Perlakuan A1T1 tidak
Miftahudin et al. (2015) yang menyatakan berbeda nyata dengan A0T1 dan A0T2,
bahwa selama penyimpanan pakan akan tertapi berbeda nyata dengan A1T0, A0T0
terjadi proses evaporasi dari pakan ke dan A1T2. Hal ini menunjukkan bahwa
lingkungan sekitar sehingga mengakibatkan penurunan mutu organoleptik khususnya
penurunan nilai kadar air. Menurut pendapat tekstur ampas kelapa terjadi seiring

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 372


meningkat dan menurunnya kandungan kadar mengalami reaksi oksidasi sehingga
air pada ampas kelapa. Tekstur ampas kelapa kandungan lemak kasar rendah sedangkan
yang tidak ditambah ekstrak daun kersen ampas kelapa yang diberi ekstrak daun
memiliki tekstur yang remah dan kasar pada kersen proses oksidasinya dapat dicegah oleh
perlakuan T2. Halus dan kasarnya tekstur adanya flavonoid yang berguna sebagai
ampas kelapa dipengaruhi oleh kandungan antioksidan. Daun kersen mengandung
dari bahan seperti kadar air dan kadar lemak. flavonoid, tanin dan saponin, kandungan
Rendahnya kandungan lemak pada ampas tersebut memiliki potensi antioksidan
kelapa akan membuat tekstur ampas kelapa sehingga reaksi oksidasi pada ampas kelapa
menjadi lebih kering. Hal ini sesuai dengan yang diberi ekstrak daun kersen dapat
pendapat Ninsix (2012) yang menyatakan diturunkan. Hal ini sesuai dengan pendapat
bahwa tekstur suatu bahan dapat dipengaruhi Kuntorini et al. (2013) yang menyatakan
dari kandungan yang ada pada bahan tersebut bahwa dalam kandungan daun kersen
yaitu lemak, serat dan protein. Menurut terdapat flavonoid, flavonoid merupakan
pendapat Kurniawan et al. (2016) yang suatu antioksidan alam yang mempunyai
menyatakan bahwa ampas kelapa yang aktivitas biologis yang digunakan sebagai
memiliki kadar air yang tinggi akan antioksidan yang mampu menghambat
menyebabkan pelebaran pori-pori sehingga berbagai reaksi oksidasi.
tekstur menjadi lembut.
Nilai rataan lemak kasar pada Warna Ampas Kelapa
perlakuan T0 dan T1 yaitu 8,53% dan Berdasarkan hasil penelitian
12,98%. Perbedaan tekstur ampas kelapa menunjukkan bahwa interaksi antara
yang diberi penambahan ekstrak daun kersen perlakuan penambahan ekstrak daun kersen
dan tidak diberi penambahan ekstrak daun (A) dan lama penyimpanan (T) berpengaruh
kersen bisa disebabkan oleh kerusakan lemak sangat nyata (P<0,05) terhadap warna ampas
karena reaksi oksidasi. Ampas kelapa yang kelapa.
tidak diberi ekstrak daun kersen akan

Tabel 3. Rata-rata skor nilai warna pada ampas kelapa


Lama penyimpanan
Pemberian
Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4 Rata-rata
Ekstrak
T0 T1 T2
b c
Tanpa Ekstrak (A0) 3,09 2,64 2,40d 2,71
Dengan Ekstrak (A1) 3,25a 2,72c 2,81c 2,93
Rata-rata 3,17 2,68 2,61
Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,05)

Nilai rata-rata organoleptik terhadap Uji beda Duncan terhadap perlakuan


warna berkisar antara 2,40 - 3,25. Skor diperoleh hasil bahwa perlakuan A1T2
tertinggi diperoleh pada perlakuan A1T0, ini berbeda nyata (p<0,05) terhadap A1T0,
terjadi karena warna yang dihasilkan pada A0T0, A1T1, A0T1 dan A0T2. Perlakuan
perlakuan A1T0 masih seperti putih merata. A1T0 tidak berbeda nyata dengan A0T0,
Perlakuan A0T2 memiliki skor terendah tetapi berbeda nyata dengan A1T1, A0T1,
karena warna ampas kelapa menjadi coklat A0T2 dan A1T2. Perlakuan A1T1 tidak
kehitaman. Perubahan warna pada suatu berbeda nyata dengan A0T1 dan A0T2,
bahan pakan dapat dipengaruhi oleh tertapi berbeda nyata dengan A1T0, A0T0
penyimpanan dan adanya mikroorganisme dan A1T2. Hal ini menunjukkan bahwa
dari bahan pakan tersebut. warna ampas kelapa yang tidak ditambah
ekstrak daun kersen memiliki warna yang

373 | Pengaruh penyimpanan ampas kelapa yang diberi ekstrak daun kersen (Pertiwi et al., 2019)
kuning kecoklatan. Selama penyimpanan dinding sel, menggangu dan merusak dinding
pada saat kelembaban rendah maka cairan sel dan menghambat sintesis protein.
permukaan bahan akan banyak menguap Warna bahan pakan yang berubah
sehingga pertumbuhan mikroorganisme menjadi kehitam-hitaman menunjukkan
terhambat dehidrasi, dan sebaliknya saat bahwa bahan pakan tersebut telah ditumbuhi
kelembaban relatif tinggi maka bahan pakan jamur. Hal ini sesuai dengan pendapat
akan menyerap uap air sehingga Ahmad (2009) yang menyatakan bahwa
mikroorganisme akan mulai tumbuh dan perubahan warna pada bahan pakan menjadi
permukaan bahan menjadi gelap. Pemberian kehijauan dan kehitaman menandakan bahwa
ekstrak daun kersen pada ampas kelapa akan bahan pakan tersebut terserang jamur.
menghambat tumbuhnya mikroorganisme
karena daun kersen mempunyai kandungan Aroma Ampas Kelapa
flavonoid, tanin dan saponin yang memiliki Berdasarkan hasil penelitian
sifat sebagai antimikroba. Hal ini sesuai menunjukkan bahwa interaksi antara
dengan pendapat Mahardika et al. (2014) perlakuan penambahan ekstrak daun kersen
yang menyatakan bahwa ekstrak daun kersen (A) dan lama penyimpanan (T) berpengaruh
mengandung senyawa aktif yaitu flavonoid sangat nyata (P<0,05) terhadap aroma ampas
sebagai antimikroba, senyawa aktif dalam kelapa.
daun kersen akan menghambat sintesis

Tabel 4. Rata-rata skor nilai aroma pada ampas kelapa


Lama penyimpanan
Pemberian
Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4 Rata-rata
Ekstrak
T0 T1 T2
a cd
Tanpa Ekstrak (A0) 3,56 2,48 2,27d 2,77
Dengan Ekstrak (A1) 3,40a 2,88bc 2,63cd 2,97
Rata-rata 3,48 2,68 2,45
Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,05)

Nilai rata-rata organoleptik terhadap menyatakan bahwa ketengikan dapat


aroma berkisar antara 2,45 - 3,48. Perlakuan diakibatkan adanya kerusakan oksidatif dari
A0T0 dan A1T0 memiliki skor yang hampir lemak.
sama, hal ini terjadi akibat aroma yang Uji beda Duncan terhadap perlakuan
dihasilkan pada perlakuan A0T0 dan A1T0 diperoleh hasil bahwa perlakuan A1T2
belum ada pengaruh penyimpanan pada berbeda nyata (p<0,05) terhadap A0T1,
minggu awal sehingga aromanya masih A1T0 dan A1T1, tetapi tidak berbeda nyata
aroma asli khas ampas kelapa. Perlakuan dengan A0T2 dan A0T1. Perlakuan A0T0
A0T2 memiliki skor terendah karena aroma tidak berbeda nyata dengan A1T0, tetapi
ampas kelapa menjadi tengik. Proses berbeda nyata dengan A1T1, A0T1, A0T2
ketengikan dapat dipengaruhi oleh adanya dan A1T2. Perlakuan A1T1 tidak berbeda
prooksidan dan antioksidan. Prooksidan akan nyata dengan A0T1 dan A0T2, tertapi
mempercepat terjadinya oksidasi sedangkan berbeda nyata dengan A0T0, A1T0 dan
antioksidan akan menghambat proses A1T2. Hal ini menunjukkan bahwa aroma
oksidasi. Adanya antioksidan dalam lemak ampas kelapa yang tidak diberi ekstrak daun
akan mengurangi kecepatan proses oksidasi, kersen beraroma tengik, hal ini diakibatkan
sehingga semakin banyak antioksidan yang karena pada saat penyimpanan akan terjadi
diberikan maka semakin mempengaruhi kerusakan fisik, kimia dan mikrobiologis,
terjadinya proses oksidasi. Hal ini sesuai sehingga mengakibatkan aroma ampas
dengan pendapat Ninsix (2012) yang kelapa menjadi tengik. Nilai rata-rata

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 374


kandungan lemak kasar pada perlakuan A0 yang berperan yaitu bakteri, jamur dan
dan A1 yaitu sebesar 8,53 dan 12,98. mikroflora.
Kandungan lemak kasar pada perlakuan A0 Ekstrak daun kersen yang
lebih rendah karena lemak yang terdapat ditambahkan pada ampas kelapa diduga
pada ampas kelapa telah mengalami proses mampu mengurangi jumlah bakteri pada
oksidasi sedangkan pada perlakuan T1 lemak ampas kelapa karena dalam kandungan daun
pada ampas kelapa proses oksidasinya kersen terdapat flavonoid, saponin dan tanin
dihambat oleh zat antioksidan yang terdapat yang memiliki beberapa fungsi salah satunya
pada ekstrak daun kersen. sebagai antibakteri. Hal ini sesuai dengan
Beberapa upaya dilakukan untuk pendapat Khasanah et al. (2014) yang
mengurangi kerusakan pada bahan pakan menyatakan bahwa zat-zat aktif yang yang
selain mengatur suhu dan kelembaban adalah terkandung pada daun kersen seperti tanin,
dengan menambahkan zat aditif seperti bahan flavonoid dan saponin memiliki fungsi
antioksidan dan anti jamur. Selama sebagai antibakteri, semakin tinggi
penyimpanan juga akan terjadi kerusakan konsentrasi ekstrak yang ditambahkan maka
lemak, kerusakan minyak selama proses akan semakin rendah jumlah bakteri yang
penyimpanan akan mengakibatkan timbulnya tumbuh.
ketengikan dan meningkatkan serangan
mikroorganisme, hal itu karena adanya Jamur pada Ampas Kelapa
keterkaitan antara tekanan uap, Berdasarkan hasil penelitian
kelembababan dan kadar air. Menurut menunjukkan bahwa interaksi antara
pendapat Solihin (2015) aroma yang berubah perlakuan penambahan ekstrak daun kersen
menjadi aroma yang tidak diinginkan terjadi (A) dan lama penyimpanan (T) berpengaruh
akibat mikroorganisme kerena sangat nyata (P<0,05) terhadap ada tidaknya
mikroorganisme tersebut menghasilkan bau jamur pada ampas kelapa.
yang tidak sedap (tengik), mikroorganisme

Tabel 5. Rata-rata skor nilai jamur pada ampas kelapa


Lama penyimpanan
Pemberian
Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4 Rata-rata
Ekstrak
T0 T1 T2
a b
Tanpa Ekstrak (A0) 3,48 2,89 2,24d 2,87
Dengan Ekstrak (A1) 3,47a 3,03b 2,64c 3,05
Rata-rata 3,48 2,96 2,44
Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,05)

Nilai rata-rata organoleptik terhadap Perlakuan A0T0 tidak berbeda nyata dengan
ada tidaknya jamur berkisar antara 2,44 - A1T0, tetapi berbeda nyata dengan A1T1,
3,48. Skor tertinggi diperoleh pada perlakuan A0T1, A1T2 dan A0T2. Perlakuan A1T1
A0T0, ini terjadi karena jamur masih belum tidak berbeda nyata dengan A0T1, tertapi
muncul pada ampas kelapa. Perlakuan A0T2 berbeda nyata dengan A1T2, A0T2, A0T0
memiliki skor terendah karena jamur mulai dan A1T0. Hal ini menunjukkan bahwa
bermunculan pada ampas kelapa. proses penyimpanan sangat mempengaruhi
Uji beda Duncan terhadap perlakuan kualitas ampas kelapa, salah satu indikator
diperoleh hasil bahwa perlakuan A1T2 penurunan kualitas yaitu adanya kontaminasi
berbeda nyata (p<0,05) terhadap A0T2, mikroorganisme yang ditandai dengan
A0T0, A1T0, A1T1 dan A0T1. Perlakuan munculnya jamur. Hal ini sesuai dengan
A0T2 berbeda nyata (p<0,05) terhadap pendapat Solihin et al. (2015) yang
A0T0, A1T0, A1T1, A0T1 dan A1T2. menyatakan bahwa perubahan kualitas pada

375 | Pengaruh penyimpanan ampas kelapa yang diberi ekstrak daun kersen (Pertiwi et al., 2019)
pakan selama penyimpanan terjadi akibat DAFTAR PUSTAKA
aktivitas mikrobial seperti jamur. Penurunan
kualitas ampas kelapa pada minggu kedua
juga dapat disebabkan penggunaan kemasan Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 2009. Pakan
yang salah. Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Kain blacu yang memiliki sifat
menyerap air dan memiliki rongga udara Ahmad, 2009. Cemaran kapang pada pakan
yang luas sehingga terjadi pertukaran udara dan pengendaliannya. J Litbang
yang bebas, sehingga dapat diduga Pertanian. 28: 15-22.
kandungan air yang terdapat pada ampas
kelapa terserap oleh kain blacu sehingga Ahmad, R.Z. 2017. Cemaran kapang pada
menyebabkan kain blacu basah dan pakan dan pengendaliannya. J.
menimbulkan tumbuhnya jamur. Hal ini Penelitian dan Pengembangan
sesuai dengan pendapat Nurhasyibi dan Pertanian. 28(1) : 15-22.
Sudrajat (2016) yang menyatakan bahwa
Alamsyah, S dan M. Y. Karim. 2012. Uji
kain blacu menimbulkan kelembaban yang
Organolepti, fisik dan kimiawi
tinggi dan menyebabkan peningkatan kadar
pakanbuatan untuk ikan bandeng yang
air.
disubstitusi dengan tepung cacing tanah
Menurut Hermawan et al. (2015)
(Lumbricus sp). J. Akuakultur
adanya jamur pada bahan pakan
Indonesia 11(2) : 124-131.
dimungkinkan karena terjadinya peningkatan
kadar air pada waktu penyimpanan dan Asrawaty. 2015. Karakteristik tepung kelapa
adanya aktivitas mikroba. Penambahan limbah usaha pemarutan dan
ekstrak daun kersen pada ampas kelapa pemerasan santan di pasar inpres
diduga mampu mengurangi aktivitas mikroba manonda. Jurnal Kiat Universitas
sehingga jumlah jamur pada ampas kelapa Alkhairaat. 7(1) : 71-77.
mampu berkurang, karena dalam kandungan
daun kersen terdapat flavonoid, saponin dan Cahya, F dan W. H. Susanto. 2014. Pengaruh
tanin. Saponin dalam daun kersen memiliki pohon pasca sadap dan kematangan
peran sebagai antimikroba, karena saponin buah kelapa terhadap sifat fisik, kimia,
mampu menggangu permeabilitas membran organoleptik pasta santan. Jurnal
sel mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Pangan dan Agroindustri. 2(4) : 249-
Kurniawan et al. (2014) yang menyatakan 258.
bahwa saponin merupakan metabolit
sekunder yang bersifat antimikroba, saponin Dwi, A P dan H. Sasongko. 2014. Aktivitas
akan menggangu tegangan permukaan antibakteri ekstrak etanol 70% daun
dinding sel pada mikroba. kersen (Muntingia Calabura L.)
terhadap bakteri bacillus subtilis dan
KESIMPULAN Shigella dysenteriae Sebagai Materi
Pembelajaran Biologi SMA Kelas X
Lama penyimpanan mampu untuk mencapai Kd 3.4 pada
menurunkan kualitas organoleptik dan Kurikulum 2013. Jupemasi pbio. 1 (1) :
98-102.
pemberian ekstrak daun kersen pada ampas
kelapa mampu menekan terjadinya Elyana, P. 2011. Pengaruh penambahan
penurunan kualitas organoleptik dari ampas ampas kelapa hasil fermentasi
kelapa meliputi tekstur, warna, aroma dan Aspergillus oryzae dalam pakan
ada tidaknya jamur. komersial terhadap pertumbuhan ikan
nila (Oreochromis niloticus Linn.).
Fakultas Matematika dan Ilmu

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 376


(Portulaca oieracea L.) terhadap
Pengetahuan Alam Universitas staphylococcus aureus dan Eschericia
Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi coli. Electronic Journal UNESA
Sarjana Sains). Lentera Bio. 2(1): 87-93.

Handarsari, E. 2010. Eksperimen pembuatan Khasanah, I., Sarwiyono dan P.


sugar pastry dengan substitusi tepung Surjowardojo. 2014. Ekstrak etanol
ampas tahu. Jurnal Pangan dan Gizi. daun kersen (Muntingia calabura L.)
1(1) : 35-42. sebagai antibakteri terhadap
Streptococcus agalactiae penyebab
Harris, R. S. dan E. Karnas. 1989. Evaluasi mastitis subklinis pada sapi perah. J.
Nilai Gizi pada Pengolahan Bahan Ternak Tropika. 15(2): 7-14.
Pangan. ITB Press, Bandung.
Krisnan, R. 2008. Perubahan karakteristik
Herawati, H. 2008. Penentuan umur simpan fisik konsentrat domba selama
pada produk pangan. Jurnal Litbang penyimpanan. Seminar Nasional
Pertanian. 27(4) : 124-130. Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Bogor. Hal : 491-497.
Hermawan, S. R dan Muhtarudin. 2015.
Kualitas fisik, kadar air dan sebaran Kubra, N. 2018. Kualitas wafer dari bahan
jamur pada wafer limbah pertanian baku lokal sebagai pakan ternak
dengan lama simpan yang berbeda. ruminansia. J. Ilmiah Peternakan 6(1)
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(2) :51-57.
: 55-60.
Kuntorini, E. M., S. Fitriana dan M. D.
Imdad, H. P. dan A.A. Nawangsih. 1999. Astuti. 2013. Struktur Anatomi
Menyimpan Bahan Pangan. Penebar Antioksidan Ekstrak Metanol Daun
Swadaya, Jakarta. Kersen (Muntingia calabura).
Prosiding Semirata Fakultas MIPA,
Irena, A. 2010. Isolasi dan optimasi protease Universitas Lampung, Bandar
bakteritermofilik dari sumber air panas Lampung.
takuban perahu bandung. Fakultas
Matematika dan Pengetahuan Alam. Kurniawan, H., R. Utomo dan L. M. Yusiati.
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2016. Kualitas nutrisi ampas kelapa
(Skripsi Sarjana Sains). (cocos nucifera L.) fermentasi
menggunakan Aspergillus niger.
Ismanto, A., S. Sunarti, L.D. Mahfudz. 2012. Buletin Peternakan. 40 (1): 26-33
Pengaruh pemberian pakan bebas pilih
terhadap kecernaan protein burung Kushartono, B. 2000. Penentuan Kualitas
puyuh. Animal Agriculture Journal. Bahan Baku Pakan dengan Cara
1(2) : 238-245. Organoleptik. Balai Penelitian Bogor,
Bogor
Izzah, S.U. 2011. Pengaruh Diameter Pelet
dan Lama Penyimpanan Terhadap Mahardika, H.A., Sarwiyono dan P.
Kualitas Fisik Pelet Daun Legum Surjowardojo. 2014. Ekstrak metanol
Indigofera sp. Fakultas Peternakan. daun kersen (Muntingia calabura L.)
Institut Pertanian Bogor, Bogor. sebagai antimikroba alami terhadap
(Skripsi Sarjan Peternakan). bakteri Staphylococcus aureus
penyebab mastitis subklinis pada sapi
Karlina, C. Y., M. Ibrahim dan G.
Trimulyono. 2013. Aktivitas
antibakteri ekstrak herba krokot

377 | Pengaruh penyimpanan ampas kelapa yang diberi ekstrak daun kersen (Pertiwi et al., 2019)
flavonoid total ekstrak etanol daun
perah. Jurnal Ternak Tropika. 15(2): kersen (Muntingia calabura). Fakultas
15-22. Farmasi, Universitas Wahid Hasyim,
Semarang.
Miftahudin, Liman dan F. Fathul. 2015.
Pengaruh masa simpan terhadap Putri, M. F. 2010. Tepung ampas kelapa pada
kualitas fisik dan kadar air pada wafer umur panen 11-12 bulan sebagai bahan
limbah pertanian berbasis wortel. pangan sumber kesehatan. Jurusan
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Teknologi Jasa dan Produksi,
3(3): 121-126. Universitas Negeri Semarang.
Semarang. Jurnal Kompetisi Teknik
Mirzoeva, O. K., R. N. Grishanin and P. C.
Calder. 1997. Antimicrobial Action of Retnani, Y., D. Wigati dan A.D. Hasjmy.
Propolis and Some of Its Components: 2009. Pengaruh jenis kemasan dan
the Effect on Growth, Membrane lama penyimpanan terhadap serangan
Potential and Motility of Bacteria. serangga dan sifat fisik ransum Broiler
Microbial. Res.152 (5): 239-46. starter berbentuk crumble. J. Ilmu-ilmu
Peternakan. Agustus 12(3) 137:145.
Miskiyah., I. Mulyawati dan W. Haliza.
2006. Pemanfaataan ampas kelapa Solihin., Muhtarudin dan R. Sutrisna. 2015.
limbah pengolahan minyak kelapa Pengaruh lama penyimpanan terhadap
murni menjadi pakan . Seminar kadar air kualitas fisik dan sebaran
Nasional Teknologi Peternakan dan jamur wafer limbah sayur dan umbi-
Veteriner. Bogor. Hal : 880- 884. umbian. J. Ilmu Peternakan Terpadu.
3(2) :48-54.
Ninsix, R. 2012. Pengaruh ekstraksi lemak
terhadap rendemen dan karakteristik Syam, P. L. 2017. Perbandingan metode
tepung ampas kelapa yang dihasilkan. ekstrasi terhadap kadar flavonoid total
J. Teknologi Pertanian. 1(1) : 1-77. ekstrak metanol daun kresen
(Muntingia calabura L.). Fakultas
Nurhasyibi dan D. J. Sudrajat. Penentuan Farmasi Universitas Wahid Hasyim,
daya simpan benih suren (Toona sureni Semarang. (Skripsi Sarjana Farmasi)
Merr.) di alam melalui penyimpanan
soil seed bank. J. Pembenihan tanaman Syarief dan Halid. 1994. Teknologi
hutan. 4(1) : 33-41. Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan.
Pusat Antar Universitas Pangan dan
Pasaribu, T., T. Purwadaria., A.P. Sinurat., J. Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rosida dan D.O.D Saputra. 2001.
Evaluasi nilai gizi lumpur sawit hasil Triyanto, E., B.W.H.E. Prasetiyono dan S.
fermentasi dengan Aspergillus niger Mukodiningsih. 2013. Pengaruh bahan
pada berbagai perlakuan penyimpanan. pengemasan dan lama simpan terhadap
J. Ilmu Ternak dan Veteriner 6(4) : kualitas fisik dan kimia wafer pakan
233-238. komplit berbasis limbah agroindustri.
Animal Agriculture Journal. 2(1) : 400-
Purbajanti, E. D. 2013. Rumput dan Legum 409.
Sebagai Hijauan Makanan Ternak.
Graha Ilmu, Yogyakarta. Wigati, D. 2009. Pengaruh jenis kemasan dan
lama penyimpanan terhadap serangan-
Puspitasari, A. D. dan L. S. Prayogo. 2016. serangan dan sifat fisik ransum broiler
Perbandingan metode ekstraksi starter berbentuk crumble. Fakultas
maserasi dan sokletasi terhadap kadar

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 14 (4) 2019 Edisi Oktober-Desember | 378


Peternakan Institut Pertanian Bogor, Yuswantina, R. 2009. Uji aktivitas
Bogor. (Skripsi Sarjana Peternakan) penangkap radikal dari ekstrak
petroleum eter, etil asetat dan etanol
Yulvianti, M ., M. Ernayati., Tarsono dan M. rhizoma binahong (Anredera cordifolia
Alfian R. 2015. Pemanfaatan ampas (Tenore) Steen) dengan metode DPPH
kelapa sebagai bahan baku tepung (2,2-difenil-1-pikrihidrazil). Fakultas
kelapa tinggi serat dengan metode Farmasi Universitas Muhammadiyah,
Freeze Drying. Jurnal Integrasi Proses. Surakarta. (Skripsi Sarjana Farmasi)
5(2) : 101-107.

379 | Pengaruh penyimpanan ampas kelapa yang diberi ekstrak daun kersen (Pertiwi et al., 2019)

You might also like