Professional Documents
Culture Documents
Analisis Kemiskinan Dan Ketersediaan Infrastruktur Di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur
Analisis Kemiskinan Dan Ketersediaan Infrastruktur Di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur
Analisis Kemiskinan Dan Ketersediaan Infrastruktur Di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh:
ABSTRACT
A. PENDAHULUAN
miskin
350.000.00
300.000.00
250.000.00
200.000.00
150.000.00
100.000.00
50.000.00
0.00
Kota Blitar
Kediri
Tuban
Nganjuk
Sidoarjo
Pacitan
Ponorogo
Bondowoso
Banyuwangi
Situbondo
Kota Kediri
Pasuruan
Kota Pasuruan
Tulungagung
Kota Batu
Malang
Jember
Mojokerto
Sampang
Sumenep
Probolinggo
Madiun
Magetan
Gresik
Kota Mojokerto
Kota Surabaya
Lumajang
Ngawi
Kota Malang
Kota Probolinggo
Kota Madiun
Trenggalek
Blitar
Bojonegoro
Lamongan
Pamekasan
Jombang
Bangkalan
Kemiskinan mencakup beberapa faktor, yaitu (1) Kekurangan fasilitas fisik bagi
kehidupan yang normal, (2) Gangguan dan tingginya resiko kesehatan, (3) Resiko keamanan dan
kerawanan kehidupan sosial ekonomi dan lingkunganya, (4) Kekurangan pendapatan yang
mengakibatkan tidak dapat hidup dengan layak, dan (5) Kekurangan dalam kehidupan sosial yang
dapat ditunjukan oleh keterselisihan sosial, keterselisihan dalam proses politik serta kualitas
pendidik yang rendah (Specker dalam Sudarsana, 2009). Fokus dalam penelitian ini adalah pada
poin pertama yaitu kemiskinan yang berhubungan dengan akses terhadap fasilitas fisik
(infrastuktur) dasar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa Kawasan Selatan Jawa Timur.
Menurut Winoto dan Siregar (2006), ketersediaan infrastrutur dapat berpengaruh pada
peningkatan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga meningkatkan produktivitasnya dan
pada giliranya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Semakin besar investasi yang diberikan,
dampak ekonomi yang timbul akan meningkat dengan rata-rata yang semakin mengecil, karena
sifat infrastruktur lebih kepada mendorong mendorong rata-rata untuk daerah yang masih belum
maju secara ekonomi maupun fasilitasi untuk daerah yang telah maju.
B. KAJIAN PUSTAKA
Menurut Sen dalam bukunya yang berjudul Poverty and Famine : An Essay Entitlement
and Deprivation, Sen menyebutkan bahwa kemiskinan dan kelaparan bukan hanya karena bencana
alam, tetapi juga kediktatoran dalam sistem politik suatu negara. Sen banyak membahasan tentang
pembangunan sebagai salah satu cara untuk menuntaskan kemiskinan. Kebebasan merupakan
sebuah tolok ukur pembangunan dengan dua alasan:
Komponen sarana dan prasarana wilayah terdapat empat golongan yaitu prasarana
transportasi, prasarana energi dan komunikasi, serta prasarana kesehatan. Tiga komponen tersebut
merupakan modal fisik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Banyak penelitian yang menyebutkan
peranan sarana prasarana penting dalam perekonomian. Upaya pembenahan kondisi infrastruktur
disadari berperan penting dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan dampak jangka
panjangnya bagi PDB perkapita (Calderon dalam Maryaningsih dkk, 2014)
Kemiskinan merupakan masalah global yang sudah pasti dirasakan oleh setiap negara,
tidak terkecualali negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun. Seraca umum, kemiskinan
merupakan keadaan dimana seorang individu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Kondisi kemiskinan dapat digambarkan melalui beberapa
indikator yang disajikan melalui indeks kemiskinan manusia (IKM). Terdapat lima Indeks
Kemiskinan Manusia, yaitu : (1) presentasi penduduk yang meninggal sebelum usia 40 tahun, (2)
presentase buta huruf, (3) presentase penduduk yang tidak memiliki akses ke air bersih, (4)
presentase penduduk yang jarak ke fasiitas kesehatan lebih dari 5 km, (5) presentase balita
berstatus gizi kurang (Purwanto, 2007).
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data ceoss section yaitu data sekunder hasil survei Podes Tahun 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah Kawasan JLS Jawa Timur dengan total 1907 desa.
Metode penelitian yang digunakan adalah Regresi Logistik dengan variabel respon
kualitatif yaitu 1 tidak miskin dan 0 miskin. Model regresi logistik yang digunakan sebagai
berikut:
Keterangan :
Y = Variabel Dependen dengan pendekatan Surat Keterangan Miskin
β0 = Konstanta
β1–β6 = Koefisien Variabel
e = error
Variabel dependen dalam penelitian ini diperoleh dari data survei podes dengan
menghitung persentasi jumlah surat miskin tiap desa, dimana jika persentasi surat miskin > 50%
maka variabel respon tersebut adalah 0 (miskin), dan jika < 50% adalah 1 (tidak miskin).
Variabel dependen dalam penelitian ini terdiri dari 6 infrastruktur fisik yang diperoleh
dari survei podes tahun 2014 yaitu :
1. Jalan (X1)
Data kategorik 1 = aspal , dan 0 = lainya
2. Layanan Kesehatan
Data numerik, diperoleh dari hasil penjumlahan layanan infrastruktur yang ada di Pedesaan
Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur
3. Pendidikan
Data numerik, diperoleh dari hasil penjumlahan jenjang pendidikan formal baik Negeri
maupun swasta di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan jawa Timur (SD, SMP, SMA).
4. Listrik
Data numerik, diperoleh dari hasil penjumlahan rumah tangga pengguna listrik di Pedesaan
Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur
5. Air Bersih
Data Kategork 1 = air bersih, dan 0 = lainya
6. Sanitasi
Data Kategorik 1 = jamban pribadi, dan 0 = jamban bersama
D. HASIL PENELITIAN
Dalam pembuktian model dan hasil penelitian peneliti menggunakan desktiptif analisis
dan ekonometrik model logit. Deskriptif analisis menunjukan karakteristik dari kemiskinan pada
pendekatan surat miskin maupun pada pendekatan jamkesmas. Pada model regresi logit,
menunjukan hasil signifikansi antara variabel independen yaitu jalan, layanan kesehatan,
pendidikan, telekomunikasi, internet dan air bersih, terhadap variabel dependen yaitu kemiskinan.
Deskriptif Statistik
Infrastruktur Jumlah
No. Poliklinik 0 1686
Nama Jumlah Desa 6
Desa 1-5 220
0 1844
1 Rumah Sakit
1-5 62
1323
0
Puskesmas 0 1707 499
2 1-5
rawat Inap 1 200
29
Puskesmas 0 1746 6-10
Prakktek
3 Tanpa Rawat 7 4
Dokter 11-15
Inap 1 82
1
16-20
0 733
1
4 Poskesdes 1-5 1173 21-30
0 1836 0 217
Rumah Sakit 1-5 70 1-5 1668
5 8 Praktek Bidan
Bersalin
6-10 40
6-10 1
Layanan kesehatan di Pedesaan Kawasan JLS didominasi oleh banyaknya dokter dan
bidan desa. Jika dihitung keseluruhan, tidak tiap desa di Kawasan JLS telah memiliki 3 layanan
kesehatan.
Tabel 2 : Deskriptif Statistik Infrastruktur Jenjang Pendidikan
0 776
0 14 SD/MI Swasta 1-5 2032
1-5 1636 4
6-10 42
1 SD Negeri 6-10 258 11-15 1
11-15 1
15-20 1
SMP/MTS 0 1046
Swata 1-5 847
5
6-10 14
SMP Negeri 0 1368 SMA/MA
2 6 0 1551
1-5 539 Swasta 1-5 356
Dari hasil desskriptif statistik jenjang pendidikan pada tabel 3 diketahui bahwa
pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling banyak berada didaerah pedesaan.
Sedangkan pada pendidikan formal SMP dan SMA, memiliki jumlah persentase yang masih
terbilang rendah. Jenjang pendidikan SMP dan SMA banyak dikontribusikan oleh pihak swasta
dibandingkan dengan pemerintah. Jika dihitung, rata-rata tiap desa di Kawasan JLS telah memiliki
5 pendidikan formal.
Sanitasi Jamban
Miskin 76 6 82
Secara keseluruhan, infrastruktur jamban desa telah baik. Hampir seluruh maysrakat desa
telah menggunakan jamban pribadi dengan mayoritas masyarakat tidak miskin sebanyak 1652
rumah tangga dan 76 rumah tangga miskin.
Regresi Logistik
Hasil uji Omnibus Test sebesar 0,002 < 0,05 sehingga dapat dinyatakan penggunaan variabel
independen dapat memberikan pengaruh nyata terhadap model, atau model dinyatakan fit. Hasil
dari Hosmer dan Lemeshow Test sebesar 0,835 > 0,05 sehingga dapat dikatan bahwa model sudah
tepat untuk diaplikasikan. Sedangkan ketepatan dalam penelitian ini adalah sebesar 95,7%
(Percentage Corrage).
Variabel Jalan memiliki signifikansi sebesar 0,000 < 0,01 sehingga jalan signifikan terhadap
kemiskinan di Pedesaan Kawasan JLS. Listrik memiliki signifikansi sebesar 0,018 < 0,05 sehingga
listrik berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Pedesaan Kawasan JLS, dan air bersih
memiliki signifikansi sebesar 0,94 < 0.10, sehingga listrik berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di pedesaan Kawasan JLS.
E. DISKUSI
Jalan (X1)
Variabel jalan memiliki nilai P Value uji wald (signifikansi) < 0,05, atau sebesar 0,002 < 0,05,
sehingga dapat dikatakan bahwa jalan di Pedesaan Kawasan JLS berpengaruh signifikan terhadap
Kemiskinan masyarakat di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan dalam model. Variabel jalan
memiliki slope positive, sehingga semakin besar luas jalan yang beraspal di Pedesaan Kawasan
JLS, maka peluang masyarakat untuk tidak miskin di kawasan tersebut semakin besar. Hal ini
diduga karena masyarakat yang tinggal di kawasan yang mudah akan akses jalan, lebih mudah
untuk mencapai ke pusat perekonomian atau pusat-pusat keramaian sehingga lebih mudah dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Selain itu, akses jalan yang mudah akan memperlancar
jalanya produktifitas barang dan jasa, sehingga akan akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Layanan Kesehatan (X2)
Variabel layanan kesehatan memiliki nilai P Value uji wald (signifikansi) sebesar 0,140 >
0,10, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah jenjang pendidikan di Pedesaan Kawasan JLS tidak
berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan masyarakat di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas
Selatan dalam model. Hal ini diduga karena jumlah layanan kesehatan di Pedesaan Kawasan JLS
sudah tersedia rata-rata 3 unit tiap desa, serta kemudahan dalam mengakses layanan kesehatan
telah didukung penuh oleh pemerintah. Hal ini terbukti bahwa hampir seluruh rumah tangga
masyarakat desa di Kawassan Selatan telah memperoleh bantuan kartu jamkesmas.
Pendidikan (X3)
Variabel pendidikan memiliki nilai P Value uji wald (signifikansi) sebesar 0,978 > 0,10,
sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah jenjang pendidikan di Pedesaan Kawasan JLS tidak
berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan masyarakat di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas
Selatan dalam model Hal ini diduga karena mudahnya ketersediaan akses terhadap jenjang
pendidikan formal di desa Kawasan Selatan Jawa Timur. Hal ini terbukti bahwa rata-rata tiap desa
Kawasan Selatan Jawa Timur telah memiliki 5 unit pendidikan formal, serta diperkuat oleh
deskriptif data bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendikan yang paling dominan di
Pedesaan. Dugaan bahwa kemungkinan jenjang pendidikan non-formal/pendidikan khusus akan
berpengaruh signifikan terhadap masyarakat desa.
Listrik (X4)
Variabel listrik memiliki nilai P Value uji wald (signifikansi) < 0,05 atau sebesar 0,018 <
0,05, sehingga dapat dikatakan penggunaan listrik berpengaruh sigifikan terhadap kemiskinan di
Pedesaan kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur. Variabel listrik memiliki slope positive,
sehingga semakin banyak rumah tangga di Pedesaan Kawasan JLS yang menggunakan listrik
sebagai alat penerangan mereka, maka peluang masyarakat untuk tidak miskin semakin besar di
kawasan tersebut. Hal ini diduga karena listrik merupakan kebutuhan dasar yang wajib terpenuhi,
karena seluruh alat yang digunakan untuk membantu kinerja manusia untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari memerlukan energi litrik. Dimulai dari hal yang paling dasar yaitu sebagai sumber
penerangan di malam hari, sampai hal besar seperti industri yang membutuhkan energi listrik
untuk mengoperasikan alat-alat beratnya. Masyarakat atau rumah tangga yang tidak/belum
menggunakan listrik, sudah dipastikan bahwa mereka adalah masyarakat yang benar-benar miskin
atau terbelakang, sehingga listrik sangat berhubungat erat dengan dimensi kemiskinan.
Penggunaan listrik dapat mengurangi pengeluaran masyarakat, hal ini dikarenakan penggunaan
energi listrik lebih terjangkau untuk sumber penerangan dibandingkan dengan minyak bumi yang
semakin langka dan semakin mahal.
Variabel air bersih memiliki P Value uji wald (signifikansi) sebesar 0,094 (< 0,10)
sehingga dapat dikatakan bahwa air berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan masyarakat di
Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur dalam model. Variabel air bersih memiliki
slope positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi penggunaan akses air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari masyarakat maka semakin besar peluang masyarakat Pedesaan Kawasan
JLS untuk tidak miskin. Hal ini diduga karena air bersih merupakan kebutuhan dasar yang
memang harus terpenuhi oleh seluruh masyarakat baik miskin ataupun tidak miskin sehingga
kemudahan akses untuk mendapatkan air bersih sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Problematika di pedesaan adalah masyarakat desa sering kali masih
terpaku terhadap penggunaan sumber mata air. Sehingga, seringkali satu sumur dapat dipakai oleh
2 atau lebih rumah tangga di pedesaan. Hal ini dilakukan agar biaya yang dikeluarkan oleh
masyarakat akan akses air dapat dibagi rata. Selain itu, masyarakat desa masih cenderung
menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian mereka, dimana penggunaan air tersebut akan
akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan masyarakat.
Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan air bersih di pedesaan, pemerintah dapat
melakukan upaya perluasan saluran PDAM hingga ke arah pedesaan. Melakukan pembangunan
bersama terhadap fasilitas sumur, serta melakukan penyuluhan tentang pentingnya pengggunaan
air bersih dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat menarik, karna air bersih merupakan
kebutuhan dasar sehingga di zaman modern seperti saat ini masyaraat yang masih sulit
mendapatkan akses air bersih perlu mendapatkan perhatian lebih oleh pemerintah.
Sanitasi (X6)
Variabel sanitasi memiliki P Value uji wald (signifikansi) sebesar 0,434 (>0,10) sehingga
dapat dikatakan bahwa sanitasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Pedesaan
Kawasan Jalan Lintas selatan Jawa Timur. Hal ini diduga karena hampir seluruh masyarakat di
Pedeaan Kawasan JLS telah menggunakan fasilitas jamban pribadi dengan kondisi infrastruktur
yang telah baik. Hal tersebut dapat dilihat kembali pada hasil deskriptif statistik pada infrastruktur
sanitasi bahwa sebesar 90,6% masyarakat desa Kawasan JLS telah menggunakan jamban pribadi
dan hanya sebesar 9,4% masyarakat desa Kawasan JLS yang masih menggunakan fasilitas jamban
bersama. Selain itu, sebesar 95,7% kondisi jamban di Pedesaan Kawasan JLS telah baik dan
sebesar 4,3% jamban di Pedesaan Kawasan JLS dalam kondisi yang kurang baik.
F. PENUTUP
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta kesimpulan pada penelitian ini, adapun saran-
saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik,
yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Ryan Aditya dan Naipospos, Binsar P.H. 2014. Prioritas Pertimbangan Swasta Dalam
Penyediaan Infrasturktur Air Bersih Dengan Skema Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS).
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1
Andias, Tri. 2014. Analisis Terhadap Alasan Individu Bekerja Ke Luar Kota dan Luar Negri.
Skripsi. Universitas Brawijaya
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2013. Laporan Hasil Sensus Pertanian (2013)
Pencacahan Lengkap. BPS Jatim. Hlm 14
Badan Pusat Statistik. 2014. Perhitungan dan Analisis Makro Indonesia Tahun 2014. BPS. Hlm
14-15
Bappeda Provinsi Jawa Timur. 2015. Prioritas RKPD Jawa Timur 2016.
Bappenas. 2008. Seminar Nasional Percepatan Pembangunan Sosial Ekonomi Daerag Tertinggal.
Dit. Kawasan Khusus Daerah Tertinggal
BPS Provinsi Jawa Timur. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Timur Tahun 2009-2013
Budiarto, Wasis dan Rastrini. 2013. The Comparison Of Jamkesmas and Jamkesda Programme
Implementation in Three Districts/Municipalities in East Java. Buletin Penelitian dan
Sistem Kesehatan. Vol 16 (194-202)
Budhi, Made Kembar Sri. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengentasan
Kemiskinan di Bali: Analisis FEM Data Panel. Journal ISSN (2301-8968)
Calderon, Cesar dan Serven, Luis. 2004. The Effect Of Infrastructure Development On Growth
and Income Distribution. Working Papers Of The Central Bank Of Chile
Cooper, R. Donald dan Emory, C. Wiliam. 1996. Metode Pendekatan Bisnis. Terjemahan Ellen
Gunawan dan Iman Nurmawan. Jakarta: Erlangga
Fan, Shenggen dan Kang, Connie Chan. 2008. Regional Road Development, Rural and Urban
Poverty: Edvidence From China. Journal Transport Policy. Vol 15 (305-2014)
Gujarati, Damodar N dan Porter, Dawn C. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika, Buku 2 Edisi 5.
Terjemahan Mangunsong.. Jakarta: Salemba Empat.
Haughton, Jonathan dan Khander, Shahidur R. 2012. Pedoman Tentang Kemiskinan dan
Ketimpangan, Handbook on Poverty and Inequality. Terjemahan World Bank. Jakarta:
Salemba Empat.
Hendayana, Rachmat. 2012. Aplication Method Of Logistic Regression Analyze The Agricultural
Technology Adoption. Journal Informatika Pertanian. Vol 22 No. 01
Idrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Iilmu-ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.
Indro, Nur P. 2013. Kemiskinan Global dalam Perspektif “Development As Freedom” Amartya
Sen Kasus: Indonesia. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Krimi, M., Yusop, Z., & Hook L. 2010 Regional Development Disparities in Malaysia. Journal Of
American Science. Vol. 6 No 3
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untu Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga
Maryaningsih, N., Oki, H., & Savitri, M. 2014. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vol. 17 No 1.
Mukhtar. 2011. Masyarakat Tertinggal: Kebutuhan, Permasalahan, Aset, dan Konsep Model
Pemberdayaannya (Studi di Desa Jambu, Engkangin, Sendangmulyo & Mlatirejo). Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Vol. 16 No 1
Parikh, Priti., Fu, Kun., Parikh, Himansu., Mcrobie, Allan., dan George, Gerard. 2014.
Infrastructure Provision, Gender, and Poverty in Indian Slums. Journal World Development.
Vol. 66.
Pradhan, Rudra P & Bagchi, Tapan P. 2012. Effect of Transportation Infrastructure on Economic
Growth In India : The VECM approach. Journal Research in Transportation Economics. Vol
38 (139-148)
Purwanto, Agus Erwan. 2007. Mengkaji Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk Pembuatan
Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 10 No 3
Hal 295-324.
Rizal, Fahrul. 2012. Electricity To Poverty Reduction In Aceh. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
ISSN. Vol 3 (0852-9124)
Sjafrizal. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. 2008. Padang : Badouse Media.
Suhardi Imelda Yuliana dan Llewelyn Richard. 2001. Penggunaan Model Regresi Tobit untuk
Menganalisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepuasan Konsumen untuk Jasa
Pengangkutan Barang. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan. Vol. 3 No 2 (106-112)
Sultan dan Sodik, J. 2010. Analisis Ketimpangan Pendapatan Regional Di DIY-Jawa Tengah Serta
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Periode (2000-2004). Buletin Ekonomi. Vol. 8 No 1 Hal
1-70.
Suprapto, J. 2010. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Surd,Vasile., Kassai, Ianos., & Giurgiu, L. 2011. Romania Disparities in Regional Development.
Journal Social and Behavioral Sciences. Vol 19 (21-30)
Syafi’i, Rifki A dan Santoso, Eko Budi. 2015. Identifikasi Kemampuan Pelayanan Ekonomi dan
Aksesibilitas Pusat Kegiatan Lokal Ngasem di Kabupaten Kediri. Jurnal Teknik ITS. Vol. 4
No 1 (2301-9271).
Syafitri, Wildan. 2011. The Impact Of International Migration and Remittances on Agricultural
Production Patterns, Labor Relationships and Entrepreneurship, The Case of Rural Ecuador.
Disertasi. Kassel. Kassel university press GmbH.
SY, Ibrahima. 2013. The Monetary Poverty in Senegal between 2002-2006 : Regional Disparities
and Effect of Poverty Decomposition. Journal Economics and Sciences. Vol 5 (325-335)
Tambunan, Tulus TH. 1996. Perekonomian Indonesia, Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. BSM. http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-
jawab/klaster-i/program-bantuan-siswa-miskin-bsm/. Diakses pada tanggal 15 Desember
2015 pukul 08.00 WIBs
Warr, Menon, & Rasphone. 2014. Public Service And The Poor In Laos. Journal Economic
Development and Growth. 66 (371-382)
Winoto, Joyo dan Siregar, Hermanto. 2006. Peranan Pembangunan Infrastruktur Dalam
Menggerakan Sektor Rill. Jurnal Ekonomi Indonesia. No 1.
World Bank. 2006. Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. 2006. Jakarta:
Gradasi Aksara
NIM : 125020101111007
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 Januari 2016
NIM : 125020101111007
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 Januari 2016