Analisis Kemiskinan Dan Ketersediaan Infrastruktur Di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

ANALISIS KEMISKINAN DAN KETERSEDIAAN

INFRASTRUKTUR DI PEDESAAN KAWASAN JALAN


LINTAS SELATAN JAWA TIMUR

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh:

Annisa Tri Hastuti


125020101111007

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
ANALISIS KEMISKINAN DAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DI PEDESAAN
KAWASAN JALAN LINTAS SELATAN JAWA TIMUR
Annisa Tri Hastuti, Dr. rer. pol. Wildan Syafitri, SE., ME.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Email: annisa.trii@yahoo.com

ABSTRACT

Poverty is a multidimensional issue as it relates to the inability of access to economic,


social, cultural, political and participation in society. Therefore, solutions are needed to solve the
poverty problem. This research focuses on the poverty of rural communities in terms of social
(non-income), the lack of access to physical facilities (infrastructure) in fulfilling the basic needs
of rural communities, so the purpose of this study was to determine whether the availability of
infrastructure in roads, health services, education, electricity, clean water, and sanitation are
significant influence in an effort to reduce rural poverty in the South Region of East Java.
This research is a quantitative approach. The study used logistic regression that is a
regression model using qualitative response variable. Data used in the form of cross section. Type
of data in this research is secondary data obtained through surveys Podes 2014.
The results showed that the variables roads, electricity and clean water significantly
positively on poverty in Rural Areas of East Java. Results of the comparison between KJLS and
Non KJLS Region shows that economically and socially southern region is still far behind. Poverty
reduction efforts can be done in terms of social infrastructure, namely improved access roads,
electricity, and clean water as well as in terms of the economy, namely in terms of agriculture.
This is because agriculture in the area of JLS is subsectors base in East Java.

Keywords : Rural, Poverty, Disparity, Infrastructure, and KJLS

A. PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena berkaitan dengan ketidakmampuan


masyarakat dalam mengakses ekonomi, sosial, budaya, politik serta partisipasi dalam masyarakat.
lebih dalam lagi, kemiskinan berkaitan langsung dengan ketidakmampuan masyarakat mencapai
aspek di luar pendapatan (non-incom factors) seperti akses kebutuhan dasar layanan kesehatan,
pendidikan, air bersih, serta sanitasi (BPS, 2005). Dari data yang diperoleh dari Bappeda Provinsi
Jawa Timur Tahun 2014 terlihat bahwa jumlah masyarakat miskin di Jawa Timur menurun dari
tahun 2009 sebesar 16,68%, mencapai 12, 28% pada tahun 2014. Hal ini diduga terjadi karena
peningkatan pembangunan sosial dan ekonomi pada tahun tersebut.

Permasalahanya adalah, pertumbuhan ekonomi serta pembangunan wilayah yang baik di


Jawa Timur masil belum terlepas dari masalah kesenjangan antar wilayah. Hal ini terbukti bahwa
kawasan di bagian selatan Jawa Timur yaitu Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar,
Malang, Lumajang, Jember, serta Banyuwangi merupakan kawasan yang masih tertinggal dari segi
sosial serta ekonominya dibandingkan dengan lain di Jawa Timur. Kawasan Selatan Jawa Timur
juga memiliki rata-rata penduduk miskin di bandingkan dengan kawasan di daerah lain di Jawa
Timur.

Gambar 1 : Rerata Penduduk Miskin KJLS Vs. Non KJLS


penduduk
jumlah

miskin

Jatim Non KJLS KJLS


Melihat adanya fakta tersebut, melalui kebijakan pemerintah nasional dalam menyikapi
permasalah disparitas antar wilayah dan kemiskinan di Kawasan Selatan Jawa Timur melakukan
pendekatan dari segi sosial (non-income) sejak tahun 2002 telah diadakan kebijakan yaitu
Pembangunan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur. Kebijakan pembangunan JLS tersebut yaitu
pembangunan jalan daerah-daerah terisolir di kawasan selatan Jawa Timur yang menghubungkan 8
Kabupaten yaitu Pacitan, Trenggalek, Blitar, Malang, Lumajang, Serta Banyuwangi. Kawasan
tersebut memang kawasan yang tertinggal baik dari aspek sosial maupun ekonomi. Dilihat dari
pendapatan perkapita kabupaten, delapan kawasa tersebut tertinggal jauh dibandingkan dengan
kawasan lain di Jawa timur

Gambar 2 : PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2009-2013

350.000.00
300.000.00
250.000.00
200.000.00
150.000.00
100.000.00
50.000.00
0.00

Kota Blitar
Kediri

Tuban
Nganjuk
Sidoarjo
Pacitan
Ponorogo

Bondowoso
Banyuwangi

Situbondo

Kota Kediri
Pasuruan

Kota Pasuruan
Tulungagung

Kota Batu
Malang

Jember

Mojokerto

Sampang

Sumenep
Probolinggo

Madiun
Magetan

Gresik

Kota Mojokerto

Kota Surabaya
Lumajang

Ngawi

Kota Malang
Kota Probolinggo

Kota Madiun
Trenggalek

Blitar

Bojonegoro

Lamongan

Pamekasan
Jombang

Bangkalan

Kemiskinan mencakup beberapa faktor, yaitu (1) Kekurangan fasilitas fisik bagi
kehidupan yang normal, (2) Gangguan dan tingginya resiko kesehatan, (3) Resiko keamanan dan
kerawanan kehidupan sosial ekonomi dan lingkunganya, (4) Kekurangan pendapatan yang
mengakibatkan tidak dapat hidup dengan layak, dan (5) Kekurangan dalam kehidupan sosial yang
dapat ditunjukan oleh keterselisihan sosial, keterselisihan dalam proses politik serta kualitas
pendidik yang rendah (Specker dalam Sudarsana, 2009). Fokus dalam penelitian ini adalah pada
poin pertama yaitu kemiskinan yang berhubungan dengan akses terhadap fasilitas fisik
(infrastuktur) dasar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa Kawasan Selatan Jawa Timur.

Menurut Winoto dan Siregar (2006), ketersediaan infrastrutur dapat berpengaruh pada
peningkatan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga meningkatkan produktivitasnya dan
pada giliranya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Semakin besar investasi yang diberikan,
dampak ekonomi yang timbul akan meningkat dengan rata-rata yang semakin mengecil, karena
sifat infrastruktur lebih kepada mendorong mendorong rata-rata untuk daerah yang masih belum
maju secara ekonomi maupun fasilitasi untuk daerah yang telah maju.

B. KAJIAN PUSTAKA

Konsep Kemiskinan Amartya Sen

Menurut Sen dalam bukunya yang berjudul Poverty and Famine : An Essay Entitlement
and Deprivation, Sen menyebutkan bahwa kemiskinan dan kelaparan bukan hanya karena bencana
alam, tetapi juga kediktatoran dalam sistem politik suatu negara. Sen banyak membahasan tentang
pembangunan sebagai salah satu cara untuk menuntaskan kemiskinan. Kebebasan merupakan
sebuah tolok ukur pembangunan dengan dua alasan:

a. Alasan evaluatif, penilaian atas keberhasilan pembangunan dipahami berdasarkan sejauh


mana kebebasan manusia meningkat. Dengan peningkatan kebebasan, manusia semakin
mampu untuk mengungkapkan dan berusaha memenuhi kebutuhanya.
b. Alasan evektifitas, keberhasilan pembangunan sepenuhnya tergantung pada manusia yang
bebas. Dengan kebebasan yang dimilika manusia mampu menentukan tujuan dan cara
pemenuhan kebutuhanya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilihat dari dua sudut pandang yaitu the primary
end dan the principal means. Primary end atau konstitutif mengacu pada pentingnya membangun
manusia, dan principal means atau peran instrumental mengacu pada sarana-prasarana akses untuk
kesejahteraan masyarakat yaitu pada 5 atribut menurut Amartya Sen, pertama yaitu kebebasan
politik, kedua yaitu kesempatan dalam bidang ekonomi, yang ketiga kesempatan dalam bidang
sosial (pendidikan, layanan kesehatan dan lainya), jaminan adanya keterbukaan (transparan), serta
yang terakhir adalah jaminan keamanan.

Sarana dan Prasarana (Infrastruktur)

Komponen sarana dan prasarana wilayah terdapat empat golongan yaitu prasarana
transportasi, prasarana energi dan komunikasi, serta prasarana kesehatan. Tiga komponen tersebut
merupakan modal fisik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Banyak penelitian yang menyebutkan
peranan sarana prasarana penting dalam perekonomian. Upaya pembenahan kondisi infrastruktur
disadari berperan penting dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan dampak jangka
panjangnya bagi PDB perkapita (Calderon dalam Maryaningsih dkk, 2014)

Transportasi Energi Komunikasi Kesehatan

Hubungan Antara Kemiskinan dan Ketersediaan Infrastruktur

Kemiskinan merupakan masalah global yang sudah pasti dirasakan oleh setiap negara,
tidak terkecualali negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun. Seraca umum, kemiskinan
merupakan keadaan dimana seorang individu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Kondisi kemiskinan dapat digambarkan melalui beberapa
indikator yang disajikan melalui indeks kemiskinan manusia (IKM). Terdapat lima Indeks
Kemiskinan Manusia, yaitu : (1) presentasi penduduk yang meninggal sebelum usia 40 tahun, (2)
presentase buta huruf, (3) presentase penduduk yang tidak memiliki akses ke air bersih, (4)
presentase penduduk yang jarak ke fasiitas kesehatan lebih dari 5 km, (5) presentase balita
berstatus gizi kurang (Purwanto, 2007).

Kemiskinan di indonesia merupakan kemiskinan multidimensi. Berbagai kebijakan


pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan diarahkan ke dalam bentuk peningkatan
kesejahteraan penduduk miskin. Upaya untuk mencapai sasaran tersebut diarahkan pada empat
fokus kebijakan yang sampai saat ini masih dijalankan oleh pemerintah. Empat kebijakan tersebut
diarahkan pada kebijakan pembangunan untuk menanggulangi kemiskinan yaitu : (1) perluasan
akses masyarakat miskin atas pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar, (2) perlindungan
sosial, (3) penanganan masalah gizi kurang dan rawan pangan, serta 94) perluasan kesempatan
berusaha (Sudarsana, 2009).

Sumodiningrat dalam bukunya “Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa” pada tahun 2009


menggambarkan alur akhir dari kemiskinan di Indonesia untuk tahun 2020. Meskipun secara tidak
langsung investasi publik berupa insfrastruktur menjadi salah satu lingkaran penuntasan
kemiskinan. Terlihat beberapa komponen di atas saling mempengaruhi dan berkaitan satu sama
lain. keberadaan infrastruktur akan mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
masyarakat miskin, selanjutnya dapat menjadi modal bagi masyarakat miskin yang akan kembali
lagi pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Jika variabel-variabel diatas dapat di laksanakan
secara optimal, bukan tidak mungkin penuntasan kemiskinan di Indonesia akan tercapai.
Gambar 3 : The End Of Poverty Indonesia By 2020

Sumber : Sumodiningrat, 2009

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data ceoss section yaitu data sekunder hasil survei Podes Tahun 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah Kawasan JLS Jawa Timur dengan total 1907 desa.

Metode penelitian yang digunakan adalah Regresi Logistik dengan variabel respon
kualitatif yaitu 1 tidak miskin dan 0 miskin. Model regresi logistik yang digunakan sebagai
berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e

Keterangan :
Y = Variabel Dependen dengan pendekatan Surat Keterangan Miskin
β0 = Konstanta
β1–β6 = Koefisien Variabel
e = error

Variabel dependen dalam penelitian ini diperoleh dari data survei podes dengan
menghitung persentasi jumlah surat miskin tiap desa, dimana jika persentasi surat miskin > 50%
maka variabel respon tersebut adalah 0 (miskin), dan jika < 50% adalah 1 (tidak miskin).

Variabel dependen dalam penelitian ini terdiri dari 6 infrastruktur fisik yang diperoleh
dari survei podes tahun 2014 yaitu :
1. Jalan (X1)
Data kategorik 1 = aspal , dan 0 = lainya

2. Layanan Kesehatan
Data numerik, diperoleh dari hasil penjumlahan layanan infrastruktur yang ada di Pedesaan
Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur

3. Pendidikan
Data numerik, diperoleh dari hasil penjumlahan jenjang pendidikan formal baik Negeri
maupun swasta di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan jawa Timur (SD, SMP, SMA).

4. Listrik
Data numerik, diperoleh dari hasil penjumlahan rumah tangga pengguna listrik di Pedesaan
Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur
5. Air Bersih
Data Kategork 1 = air bersih, dan 0 = lainya

6. Sanitasi
Data Kategorik 1 = jamban pribadi, dan 0 = jamban bersama

D. HASIL PENELITIAN

Dalam pembuktian model dan hasil penelitian peneliti menggunakan desktiptif analisis
dan ekonometrik model logit. Deskriptif analisis menunjukan karakteristik dari kemiskinan pada
pendekatan surat miskin maupun pada pendekatan jamkesmas. Pada model regresi logit,
menunjukan hasil signifikansi antara variabel independen yaitu jalan, layanan kesehatan,
pendidikan, telekomunikasi, internet dan air bersih, terhadap variabel dependen yaitu kemiskinan.

Deskriptif Statistik

Kemiskinan di Pedesaan Kawasan Jaalan Lintas Selatan Jawa Timur di hitung


menggunakan data Survei Potensi Desa 2014 dengan Jumlah 1907 data, diolah menggunakan
aplikasi SPSS Statistic 18. Hasil dari deskriptif statistik crosstabulation dengan menggunakan
variabel kemiskinan, infrastruktur layanan kesehatan, infrastruktur pendidikan, serta sanitai
sebagai berikut :

Tabel 1: Deskriptif Statistik Layanan Kesehatan

Infrastruktur Jumlah
No. Poliklinik 0 1686
Nama Jumlah Desa 6
Desa 1-5 220
0 1844
1 Rumah Sakit
1-5 62
1323
0
Puskesmas 0 1707 499
2 1-5
rawat Inap 1 200
29
Puskesmas 0 1746 6-10
Prakktek
3 Tanpa Rawat 7 4
Dokter 11-15
Inap 1 82
1
16-20
0 733
1
4 Poskesdes 1-5 1173 21-30

0 1836 0 217
Rumah Sakit 1-5 70 1-5 1668
5 8 Praktek Bidan
Bersalin
6-10 40
6-10 1

Sumber : Survei Podes 2014, data diolah

Layanan kesehatan di Pedesaan Kawasan JLS didominasi oleh banyaknya dokter dan
bidan desa. Jika dihitung keseluruhan, tidak tiap desa di Kawasan JLS telah memiliki 3 layanan
kesehatan.
Tabel 2 : Deskriptif Statistik Infrastruktur Jenjang Pendidikan

No. Infrastruktur Jumlah SMA Negeri 0 1793


Desa 3
1-5 114
Nama Jumlah

0 776
0 14 SD/MI Swasta 1-5 2032
1-5 1636 4
6-10 42
1 SD Negeri 6-10 258 11-15 1
11-15 1
15-20 1

SMP/MTS 0 1046
Swata 1-5 847
5
6-10 14
SMP Negeri 0 1368 SMA/MA
2 6 0 1551
1-5 539 Swasta 1-5 356

Sumber : Survei Podes 2014, data diolah

Dari hasil desskriptif statistik jenjang pendidikan pada tabel 3 diketahui bahwa
pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling banyak berada didaerah pedesaan.
Sedangkan pada pendidikan formal SMP dan SMA, memiliki jumlah persentase yang masih
terbilang rendah. Jenjang pendidikan SMP dan SMA banyak dikontribusikan oleh pihak swasta
dibandingkan dengan pemerintah. Jika dihitung, rata-rata tiap desa di Kawasan JLS telah memiliki
5 pendidikan formal.

Tabel 3: Deskriptif Statistik Infrastruktur Sanitasi

Sanitasi Jamban

Kondisi Pribadi Bersama Total

Tidak Miskin 1652 173 1825

Miskin 76 6 82

Total 1728 179 1907

Sumber : Survei Podes 2014, data diolah

Secara keseluruhan, infrastruktur jamban desa telah baik. Hampir seluruh maysrakat desa
telah menggunakan jamban pribadi dengan mayoritas masyarakat tidak miskin sebanyak 1652
rumah tangga dan 76 rumah tangga miskin.
Regresi Logistik

Tabel 4 : Variabel In Equation

Omnibus Test 0,002

Hosmer and Lemeshow Test 0,835

Percentage Corrage 95,7%

No. Jenis Infrastruktur B SE Sig Exp (B)

1 Jalan* 1,093 ,306 ,000 2,982

2 Layanan Kesehatan -,780 ,529 ,140 ,458

3 Jenjang Pendidikan ,017 ,622 ,978 1,017

4 Listrik** ,950 ,403 ,018 2,585

5 Air Bersih*** ,728 ,435 ,094 2,070

6 Sanitasi ,343 ,439 ,434 1,410

Constant -,261 1,340 ,846 ,770

Sumber : Survei Podes 2014, data diolah (*0.01, **0,05, ***0,10)

Hasil uji Omnibus Test sebesar 0,002 < 0,05 sehingga dapat dinyatakan penggunaan variabel
independen dapat memberikan pengaruh nyata terhadap model, atau model dinyatakan fit. Hasil
dari Hosmer dan Lemeshow Test sebesar 0,835 > 0,05 sehingga dapat dikatan bahwa model sudah
tepat untuk diaplikasikan. Sedangkan ketepatan dalam penelitian ini adalah sebesar 95,7%
(Percentage Corrage).

Variabel Jalan memiliki signifikansi sebesar 0,000 < 0,01 sehingga jalan signifikan terhadap
kemiskinan di Pedesaan Kawasan JLS. Listrik memiliki signifikansi sebesar 0,018 < 0,05 sehingga
listrik berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Pedesaan Kawasan JLS, dan air bersih
memiliki signifikansi sebesar 0,94 < 0.10, sehingga listrik berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di pedesaan Kawasan JLS.

E. DISKUSI

Jalan (X1)

Variabel jalan memiliki nilai P Value uji wald (signifikansi) < 0,05, atau sebesar 0,002 < 0,05,
sehingga dapat dikatakan bahwa jalan di Pedesaan Kawasan JLS berpengaruh signifikan terhadap
Kemiskinan masyarakat di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan dalam model. Variabel jalan
memiliki slope positive, sehingga semakin besar luas jalan yang beraspal di Pedesaan Kawasan
JLS, maka peluang masyarakat untuk tidak miskin di kawasan tersebut semakin besar. Hal ini
diduga karena masyarakat yang tinggal di kawasan yang mudah akan akses jalan, lebih mudah
untuk mencapai ke pusat perekonomian atau pusat-pusat keramaian sehingga lebih mudah dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Selain itu, akses jalan yang mudah akan memperlancar
jalanya produktifitas barang dan jasa, sehingga akan akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Layanan Kesehatan (X2)

Variabel layanan kesehatan memiliki nilai P Value uji wald (signifikansi) sebesar 0,140 >
0,10, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah jenjang pendidikan di Pedesaan Kawasan JLS tidak
berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan masyarakat di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas
Selatan dalam model. Hal ini diduga karena jumlah layanan kesehatan di Pedesaan Kawasan JLS
sudah tersedia rata-rata 3 unit tiap desa, serta kemudahan dalam mengakses layanan kesehatan
telah didukung penuh oleh pemerintah. Hal ini terbukti bahwa hampir seluruh rumah tangga
masyarakat desa di Kawassan Selatan telah memperoleh bantuan kartu jamkesmas.

Pendidikan (X3)

Variabel pendidikan memiliki nilai P Value uji wald (signifikansi) sebesar 0,978 > 0,10,
sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah jenjang pendidikan di Pedesaan Kawasan JLS tidak
berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan masyarakat di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas
Selatan dalam model Hal ini diduga karena mudahnya ketersediaan akses terhadap jenjang
pendidikan formal di desa Kawasan Selatan Jawa Timur. Hal ini terbukti bahwa rata-rata tiap desa
Kawasan Selatan Jawa Timur telah memiliki 5 unit pendidikan formal, serta diperkuat oleh
deskriptif data bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendikan yang paling dominan di
Pedesaan. Dugaan bahwa kemungkinan jenjang pendidikan non-formal/pendidikan khusus akan
berpengaruh signifikan terhadap masyarakat desa.

Listrik (X4)

Variabel listrik memiliki nilai P Value uji wald (signifikansi) < 0,05 atau sebesar 0,018 <
0,05, sehingga dapat dikatakan penggunaan listrik berpengaruh sigifikan terhadap kemiskinan di
Pedesaan kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur. Variabel listrik memiliki slope positive,
sehingga semakin banyak rumah tangga di Pedesaan Kawasan JLS yang menggunakan listrik
sebagai alat penerangan mereka, maka peluang masyarakat untuk tidak miskin semakin besar di
kawasan tersebut. Hal ini diduga karena listrik merupakan kebutuhan dasar yang wajib terpenuhi,
karena seluruh alat yang digunakan untuk membantu kinerja manusia untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari memerlukan energi litrik. Dimulai dari hal yang paling dasar yaitu sebagai sumber
penerangan di malam hari, sampai hal besar seperti industri yang membutuhkan energi listrik
untuk mengoperasikan alat-alat beratnya. Masyarakat atau rumah tangga yang tidak/belum
menggunakan listrik, sudah dipastikan bahwa mereka adalah masyarakat yang benar-benar miskin
atau terbelakang, sehingga listrik sangat berhubungat erat dengan dimensi kemiskinan.
Penggunaan listrik dapat mengurangi pengeluaran masyarakat, hal ini dikarenakan penggunaan
energi listrik lebih terjangkau untuk sumber penerangan dibandingkan dengan minyak bumi yang
semakin langka dan semakin mahal.

Air Bersih (X5)

Variabel air bersih memiliki P Value uji wald (signifikansi) sebesar 0,094 (< 0,10)
sehingga dapat dikatakan bahwa air berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan masyarakat di
Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur dalam model. Variabel air bersih memiliki
slope positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi penggunaan akses air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari masyarakat maka semakin besar peluang masyarakat Pedesaan Kawasan
JLS untuk tidak miskin. Hal ini diduga karena air bersih merupakan kebutuhan dasar yang
memang harus terpenuhi oleh seluruh masyarakat baik miskin ataupun tidak miskin sehingga
kemudahan akses untuk mendapatkan air bersih sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Problematika di pedesaan adalah masyarakat desa sering kali masih
terpaku terhadap penggunaan sumber mata air. Sehingga, seringkali satu sumur dapat dipakai oleh
2 atau lebih rumah tangga di pedesaan. Hal ini dilakukan agar biaya yang dikeluarkan oleh
masyarakat akan akses air dapat dibagi rata. Selain itu, masyarakat desa masih cenderung
menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian mereka, dimana penggunaan air tersebut akan
akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan masyarakat.
Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan air bersih di pedesaan, pemerintah dapat
melakukan upaya perluasan saluran PDAM hingga ke arah pedesaan. Melakukan pembangunan
bersama terhadap fasilitas sumur, serta melakukan penyuluhan tentang pentingnya pengggunaan
air bersih dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat menarik, karna air bersih merupakan
kebutuhan dasar sehingga di zaman modern seperti saat ini masyaraat yang masih sulit
mendapatkan akses air bersih perlu mendapatkan perhatian lebih oleh pemerintah.

Sanitasi (X6)

Variabel sanitasi memiliki P Value uji wald (signifikansi) sebesar 0,434 (>0,10) sehingga
dapat dikatakan bahwa sanitasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Pedesaan
Kawasan Jalan Lintas selatan Jawa Timur. Hal ini diduga karena hampir seluruh masyarakat di
Pedeaan Kawasan JLS telah menggunakan fasilitas jamban pribadi dengan kondisi infrastruktur
yang telah baik. Hal tersebut dapat dilihat kembali pada hasil deskriptif statistik pada infrastruktur
sanitasi bahwa sebesar 90,6% masyarakat desa Kawasan JLS telah menggunakan jamban pribadi
dan hanya sebesar 9,4% masyarakat desa Kawasan JLS yang masih menggunakan fasilitas jamban
bersama. Selain itu, sebesar 95,7% kondisi jamban di Pedesaan Kawasan JLS telah baik dan
sebesar 4,3% jamban di Pedesaan Kawasan JLS dalam kondisi yang kurang baik.

F. PENUTUP

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :

1. Berdasarkan hasil deskripstif statistik data dapat diketahuikarakterisitk infrastruktur di


desa Kawasan Selatan Jawa Timur. Infrastruktur Jalan di Kawasan tersebut mayoritas
telah beraspal, layanan kesehatan paling banyak didominasi oleh praktek dokter dan
bidan desa, pendidikan paling besar yang tersedia adalah sekolah dasar, dan penggunaan
jamban rumah tangga desa mayoritas telah menggunakan jamban pribadi.
2. Variabel jalan berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Pedesaan Kawasan JLS
Jatim
3. Variabel listrik berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Pedesaan Kawasan JLS
Jatim
4. Variabel air bersih berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Pedesaan Kawasan
JLS Jatim.

Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta kesimpulan pada penelitian ini, adapun saran-
saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik,
yaitu:

1. Secara keseluruhan, infrastruktur di Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan sudah


tersedia dan berfungsi dengan baik. Untuk mempertahankan infrastruktur agar mudah dan
bermanfaat bagi seluruh masyarakat, pemerintah dapat melakukan pemeliharaan
infrastruktur dengan cara survei lapangan setiap satu semester sekali, serta mengadakan
penyuluhan-penyuluhan terhadap masyarakat desa tentang pentingnya menjaga
infrastruktur dasar sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan dan ketertinggalan
daerah. Untuk infrastruktur jenjang pendidikan smp dan sma, karena kuota yang ada di
lapangan lebih besar disediakan oleh pihak swasta, pemerintah harus melakukan
koordinasi untuk menyelaraskan tujuan dengan pihak yang terkait, agar masyarakat
miskin maupun tidak miskin tetap dapat melanjutkan study tanpa terbebani oleh mahalnya
biaya pendidikan.
2. Peningkatan akses serta kualitas infrastruktur agar tercapai tujuan pembangunan desa
seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
yaitu :
- Pasal 1 ayat 8
Pembangunan Desa adalah upaya untuk peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa
- Pasal 4 poin f
Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat
perwujudan kesejahteraan umum
- Pasal 4 poin h
Memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional
- Pasal 4 poin i
Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Ryan Aditya dan Naipospos, Binsar P.H. 2014. Prioritas Pertimbangan Swasta Dalam
Penyediaan Infrasturktur Air Bersih Dengan Skema Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS).
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1

Andias, Tri. 2014. Analisis Terhadap Alasan Individu Bekerja Ke Luar Kota dan Luar Negri.
Skripsi. Universitas Brawijaya

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2005. Pemantauan dan Evaluasi Program-Program


Penanggulangan Kemiskinan. Bappenas RI. Hlm 11

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2013. Laporan Hasil Sensus Pertanian (2013)
Pencacahan Lengkap. BPS Jatim. Hlm 14

Badan Pusat Statistik. 2014. Perhitungan dan Analisis Makro Indonesia Tahun 2014. BPS. Hlm
14-15

Bappeda Provinsi Jawa Timur. 2015. Prioritas RKPD Jawa Timur 2016.

Bappenas. 2008. Seminar Nasional Percepatan Pembangunan Sosial Ekonomi Daerag Tertinggal.
Dit. Kawasan Khusus Daerah Tertinggal

BPS Provinsi Jawa Timur. 2013. Geografi.


http://jatim.bps.go.id/Subjek/view/id/153#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1.
Diakses pada tangga 1 Desember 2015 pukul 10.00 WIBs

BPS Provinsi Jawa Timur. 2013. Lingkungan Hidup.


http://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/161. Diakses pada tanggal 1 Desember 2013
pukul 10.30 WIBs

BPS Provinsi Jawa Timur. 2013. Kemiskinan. http://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/182.


Diakses pada tanggal 1 Desember 2015 pukul 10.00 WIBs

BPS Provinsi Jawa Timur. 2013. Kependudukan. http://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/22.


Diakeses pada tanggal 1 Desember 2015 pukul 10.30 WIBs

BPS Provinsi Jawa Timur. 2013. Kesehatan. http://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/309.


Diakses pada tanggal 1 Desember 2015 pukul 10.30 WIBs
BPS Provinsi Jawa timur. 2014. Pendidikan.
http://jatim.bps.go.id/Subjek/view/id/28#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1.
Diakses pada tanggal 1 Desember 2015 pukul 10.30 WIBs

BPS Provinsi Jawa Timur. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Timur Tahun 2009-2013

Budiarto, Wasis dan Rastrini. 2013. The Comparison Of Jamkesmas and Jamkesda Programme
Implementation in Three Districts/Municipalities in East Java. Buletin Penelitian dan
Sistem Kesehatan. Vol 16 (194-202)

Budhi, Made Kembar Sri. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengentasan
Kemiskinan di Bali: Analisis FEM Data Panel. Journal ISSN (2301-8968)

Calderon, Cesar dan Serven, Luis. 2004. The Effect Of Infrastructure Development On Growth
and Income Distribution. Working Papers Of The Central Bank Of Chile

Cooper, R. Donald dan Emory, C. Wiliam. 1996. Metode Pendekatan Bisnis. Terjemahan Ellen
Gunawan dan Iman Nurmawan. Jakarta: Erlangga

Demuger, S. 2001. Infrastructure Development and Economic Growth : An Explanation for


Regional Disparities in China?. Journal Of Comparative Economics. Vol 29 (95-117)

Fan, Shenggen dan Kang, Connie Chan. 2008. Regional Road Development, Rural and Urban
Poverty: Edvidence From China. Journal Transport Policy. Vol 15 (305-2014)

Gujarati, Damodar N dan Porter, Dawn C. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika, Buku 2 Edisi 5.
Terjemahan Mangunsong.. Jakarta: Salemba Empat.

Guritno, Mangkoesoebroto. Ekonomi Publik Edisi Ketiga. 1995. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Haughton, Jonathan dan Khander, Shahidur R. 2012. Pedoman Tentang Kemiskinan dan
Ketimpangan, Handbook on Poverty and Inequality. Terjemahan World Bank. Jakarta:
Salemba Empat.

Hendayana, Rachmat. 2012. Aplication Method Of Logistic Regression Analyze The Agricultural
Technology Adoption. Journal Informatika Pertanian. Vol 22 No. 01

Idrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Iilmu-ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.

Indro, Nur P. 2013. Kemiskinan Global dalam Perspektif “Development As Freedom” Amartya
Sen Kasus: Indonesia. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional

Kodoatie, Robert J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. 2005. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Krimi, M., Yusop, Z., & Hook L. 2010 Regional Development Disparities in Malaysia. Journal Of
American Science. Vol. 6 No 3

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untu Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi & Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga.

Maryaningsih, N., Oki, H., & Savitri, M. 2014. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vol. 17 No 1.
Mukhtar. 2011. Masyarakat Tertinggal: Kebutuhan, Permasalahan, Aset, dan Konsep Model
Pemberdayaannya (Studi di Desa Jambu, Engkangin, Sendangmulyo & Mlatirejo). Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Vol. 16 No 1

Parikh, Priti., Fu, Kun., Parikh, Himansu., Mcrobie, Allan., dan George, Gerard. 2014.
Infrastructure Provision, Gender, and Poverty in Indian Slums. Journal World Development.
Vol. 66.

Pradhan, Rudra P & Bagchi, Tapan P. 2012. Effect of Transportation Infrastructure on Economic
Growth In India : The VECM approach. Journal Research in Transportation Economics. Vol
38 (139-148)

Purwanto, Agus Erwan. 2007. Mengkaji Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk Pembuatan
Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 10 No 3
Hal 295-324.

Rizal, Fahrul. 2012. Electricity To Poverty Reduction In Aceh. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
ISSN. Vol 3 (0852-9124)

Sjafrizal. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. 2008. Padang : Badouse Media.

Sudarsana. 2009. Program Raskin Sebagai Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal


Sosiologi. Vol. 21 No 2.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Suhardi Imelda Yuliana dan Llewelyn Richard. 2001. Penggunaan Model Regresi Tobit untuk
Menganalisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepuasan Konsumen untuk Jasa
Pengangkutan Barang. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan. Vol. 3 No 2 (106-112)

Sultan dan Sodik, J. 2010. Analisis Ketimpangan Pendapatan Regional Di DIY-Jawa Tengah Serta
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Periode (2000-2004). Buletin Ekonomi. Vol. 8 No 1 Hal
1-70.

Sumodiningrat, Gunawan. 2009. Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa. Jakarta: Gramedia

Sumodiningrat, Gunawan. 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, edisi


kedua. Jakarta: Bina Rena Pariwara.

Suprapto, J. 2010. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Surd,Vasile., Kassai, Ianos., & Giurgiu, L. 2011. Romania Disparities in Regional Development.
Journal Social and Behavioral Sciences. Vol 19 (21-30)

Syafi’i, Rifki A dan Santoso, Eko Budi. 2015. Identifikasi Kemampuan Pelayanan Ekonomi dan
Aksesibilitas Pusat Kegiatan Lokal Ngasem di Kabupaten Kediri. Jurnal Teknik ITS. Vol. 4
No 1 (2301-9271).

Syafitri, Wildan. 2011. The Impact Of International Migration and Remittances on Agricultural
Production Patterns, Labor Relationships and Entrepreneurship, The Case of Rural Ecuador.
Disertasi. Kassel. Kassel university press GmbH.

SY, Ibrahima. 2013. The Monetary Poverty in Senegal between 2002-2006 : Regional Disparities
and Effect of Poverty Decomposition. Journal Economics and Sciences. Vol 5 (325-335)

Tambunan, Tulus TH. 1996. Perekonomian Indonesia, Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. BSM. http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-
jawab/klaster-i/program-bantuan-siswa-miskin-bsm/. Diakses pada tanggal 15 Desember
2015 pukul 08.00 WIBs

Todaro, M. P. Dan Smith, S.C. (2006). Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Warr, Menon, & Rasphone. 2014. Public Service And The Poor In Laos. Journal Economic
Development and Growth. 66 (371-382)

Winoto, Joyo dan Siregar, Hermanto. 2006. Peranan Pembangunan Infrastruktur Dalam
Menggerakan Sektor Rill. Jurnal Ekonomi Indonesia. No 1.

World Bank. 2006. Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. 2006. Jakarta:
Gradasi Aksara

World Bank. 1996. World Development Report: Infrastructure for Development.


New York: Oxford University Press.
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

Artikel Jurnal dengan judul:

ANALISIS KEMISKINAN DAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DI


PEDESAAN KAWASAN JAAN LINTAS SELATAN JAWA TIMUR

Yang disusun oleh :

Nama : Annisa Tri Hastuti

NIM : 125020101111007
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 Januari 2016

Malang, 27 Januari 2016


Dosen Pembimbing,

Dr. Rer. pol. Wildan Syafitri, SE., ME.


NIP. 19691210 199703 1 003

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

Artikel Jurnal dengan judul:

ANALISIS KEMISKINAN DAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DI


PEDESAAN KAWASAN JAAN LINTAS SELATAN JAWA TIMUR

Yang disusun oleh :

Nama : Annisa Tri Hastuti

NIM : 125020101111007
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 Januari 2016

Malang, 27 Januari 2016


Dosen Pembimbing,

Dr. rer. pol. Wildan Syafitri, SE., ME.


NIP. 19680911 199103 2 003

You might also like