Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.

1 Januari-Juni 2018

PENGGUNAAN KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM


PENYELESAIAN MASALAH PEMAKAIAN AIR IRIGASI DI
KALANGAN PETANI DI WILAYAH KERJA UNIT PELAKSANA
TEKNIS JAMPUE DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
KABUPATEN PINRANG
The Use of Group Communications in Solving Problems Irrigation Water Consumption
Among Farmers Regional Technical Implementation Unit Jampue Department Of
Water Resources Management Pinrang

Supardi1, Andi Alimuddin Unde2, Hafed Cangara3


Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin
(Email: pardipar77@yahoo.co.id)
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin
(Email: undealimuddin@yahoo.co.id)
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin
(Email: cangara_hafied@yahoo.com)

ABSTRACT

Group communications has a very important role in solving the problem of irrigation water use in Pinrang because
of water problems among farmers often cause problems if not handled properly. This study aimed to describe and
study about the use of Group Communications in Solving Problems among Farmers Irrigation Water Use at
Regional Technical Implementation Unit Jampue Department of Water Resources Management Pinrang. This
research is the study of group communication are qualitative. Data collected through observation, study o f
documents and interviews. Data were analyzed by examining, reduce, present, and conclusion. Data from
observation presented in the form of images. Data from the literature are presented in the form of quotations to
strengthen the research findings. The results showed that the setting and the use of irrigation water by the discharge
requirements per tertiary, especially prevalent in the dry season when the water flow is reduced and the behavior
of farmers who have not been able to give an appreciation of the economic value of irrigation water so that the
efficiency of irrigation water use can not be achieved. To address these issues, the role of group communication
through regular meetings can reduce the problems that exist among farmers and other meetings conducted in
completion of irrigation water use. As for decision making by consensus and expert opinion. On that basis, it
suggests to improve the implementation of regular meetings by P3A / GP3A

Keywoord: Group communications, Irrigation Water Problems, farmers

ABSTRAK

Komunikasi kelompok mempunyai peran yang sangat penting dalam penyelesaian masalah pemakaian air irigasi
Di Kabupaten Pinrang karena masalah air sering menimbulkan masalah dikalangan petani jika tidak ditangani
dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan komunikasi kelompok dalam penyelesaian
masalah pemakaian air irigasi dikalangan petani di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Jampue Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air Kabupaten Pinrang. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah kualitatif deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, studi dokumen dan wawancara dengan 30 orang sebagai informan
sampai pada Data dianalisis dengan menelaah, mereduksi, menyajikan, dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengaturan dan pemakaian air irigasi berdasarkan debit kebutuhan per petak
tersier, terutama banyak terjadi pada musim kemarau dimana debit air berkurang serta perilaku petani yang
belum bisa memberikan apresiasi terhadap nilai ekonomi air irigasi sehingga efisiensi penggunaan air irigasi
belum bisa tercapai. Untuk penyelesaian masalah ini, maka peran komunikasi kelompok melalui rapat rutin dapat
mengurangi permasalahan yang ada dikalangan petani serta rapat-rapat lain yang dilakukan dalam penyelesaian
pemakaian air irigasi. Adapun pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan musyawarah dan pendapat
ahli. Atas dasar tersebut, penelitian ini menyarankan untuk meningkatkan pelaksanaan rapat rutin oleh
P3A/GP3A.

109
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018

Kata Kunci: Komunikasi Kelompok, Permasalahan Air Irigasi, petani

PENDAHULUAN ekonomi air irigasi terbentuk dan menjadi


Seiring dengan pertumbuhan dasar pengambilan keputusan dalam alokasi
penduduk, maka kebutuhan terhadap air sumberdaya tersebut. Jika kondisi seperti
irigasi untuk memproduksi pangan (padi) itu terbentuk, maka instrumen ekonomi
akan terus meningkat. Hal ini terkait dengan dapat diterapkan untuk mendorong
fakta bahwa pertumbuhan produktivitas motivasi petani menggunakan air irigasi
usahatani padi mengalami kemandegan secara lebih efisien. Alokasi air irigasi
sehingga peningkatan luas panen padi secara efektif dan efisien merupakan faktor
masih tetap merupakan salah satu tumpuan penentu keberhasilan usahatani padi di
pertumbuhan produksi padi. Kemandengan lahan sawah.
produktivitas itu terkait dengan Perlunya alokasi sumberdaya air
menurunnya kualitas lahan sawah akibat (irigasi) pada lahan sawah terkait dengan
dari sindroma over intensifikasi pada lahan kinerja pengelolaan air irigasi pada level
sawah dan penurunan kualitas irigasi usahatani yang masih jauh dari optimal,
(Simatupang, 2000). Sindroma over bahkan cenderung masih boros, sementara
intensifikasi terkait dengan dosis itu kehilangan air yang terjadi di saluran
pemupukan yang cenderung melebihi irigasi juga sulit ditekan, dan permasalahan
kabutuhan optimal (Adiningsih, 1997), tersebut juga diakibatkan oleh pola perilaku
sedangkan turunnya kualitas irigasi petani daerah hulu yang menimbun air,
merupakan akibat dari degradasi kinerja pertanaman yang tidak serempak,
jaringan irigasi (Arif, 1996; Sumaryanto et pengambilan air secara illegal dengan
al., 2006). menggunakan balombong yaitu mengambil
Sutawan (2001) menjelaskan bahwa air jalan pintas dengan membuat lubang
telah terjadi krisis air tanah di beberapa pada tanggul yang langsung di alirkan
provinsi di Indonesia, hal ini diakibatkan kepetak persawahan tanpa melalui saluran
oleh adanya kerusakan daerah aliran sungai tersier dan kwarter sehingga pengambilan
(DAS) yang merupakan sumber air sungai tak terukur mengakibatkan petani di daerah
yang tergabung dalam satuan wilayah hilir mengalami kekurangan air.
sungai yang dijadikan sumber air irigasi. Permasalahan
Tantangan yang kita hadapi adalah di satu pengatuaran/pembagian air irigasi yang
sisi kebutuhan air irigasi meningkat, di sisi berulang setiap tahunnya terutama pada
lain air yang tersedia untuk irigasi justru musim kemarau menimbulkan sikap apatis
semakin langka. Jawaban terhadap di masyarakat untuk diajak kerjasama
kelangkaan tersebut adalah peningkatan sehingga aturan-aturan yang sudah ada
efisiensi. Untuk meningkatkan efisiensi, sering dilanggar oleh petani akibat
dibutuhkan perbaikan sistem pengelolaan ketidakpuasannya. Rasa memiliki,
irigasi dalam semua level, bukan hanya di tangggung jawab, ikut berperan serta dalam
tingkat akuisisi, distribusi, maupun perbaikan dan pengelolaan irigasi tidak ada
drainase, tetapi juga di tingkat usahatani. sama sekali. Mereka secara sendiri-sendiri
Kesemuanya itu membutuhkan perbaikan menyelasaikan masalah tanpa melihat
secara simultan dalam aspek teknis di masalah orang lain. Dalam pikiran mereka
bidang irigasi maupun usahatani, yang ada hanyalah bagaimana caranya air
peningkatan kapasitas pembiayaan, dan yang dibutuhkan selalu ada dan dapat
penyempurnaan sistem kelembagaan dalam mengairi sawah mereka masing-masing.
pengelolaan irigasi. Partisipasi petani dalam operasi dan
Menurut sudut pandang ekonomi, pemeliharaan jaringan irigasi mutlak
efisiensi penggunaan air irigasi lebih mudah dilakuakan sepeti yang dimanahkan dalam
ditingkatkan jika apresiasi terhadap nilai Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2006

110
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018

tentang irigasi, pengaturan air irigasi tingkat Pintu Air (PPA)(4 orang), GP3A (4 orang),
tersier sepenuhnya tanggung jawab Kepala Desa (4 orang), dan petani (16
sedangkan GP3A berhak mengatur air di orang).
tingkat sekunder bekerjasama dengan Sumber Data
pegawai dinas PSDA Sumber data yang digunakan untuk
Kelompok tani dibentuk dengan tujuan penelitian ini adalah data primer dan
sebagai wadah komunikasi antar petani, sekunder. Data primer didapatkan secara
sebagai wadah berbagi informasi, maka langsung dari narasumber atau informan.
komunikasi yang dilakukan dimaksudkan Sedangkan data sekunder adalah data yang
untuk menanamkan pengetahun, sebagai diperoleh secara tidak langsung karena
wadah pemecahan masalah, maka peran datanya sudah tersedia sehingga penulis
komunikasi kelompok melalui rapat rutin tinggal mencari dan mengumpulkan data
dapat mengurangi permasalahan yang ada tersebut. Peneliti mencoba mengumpulkan
dikalangan petani serta rapat-rapat lain data dengan menggunakan dokumen dan
yang dilakukan dalam penyelesaian arsip. Menurut Mulyana (2011), data yang
pemakaian air irigasi.. bersumber dari dokumen tersebut
sebaiknya dilengkapi dengan data yang
BAHAN DAN METODE diperoleh melalui wawancara dengan
Lokasi dan Rancangan Penelitian pihak-pihak terkait.
Penelitian dilaksanakan di wilayah
kerja Unit Pelaksana Teknis Jampue Dinas Teknik Pengumpulan Data
Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Teknik pengumpulan yang digunakan
Pinrang Propinsi Sulawesi Selatan yang untuk penelitian ini adalah data
terbagi di tiga kecamatan yakni Kecamatan dikumpulkan dengan teknik Observasi,
Watang Sawitto, Kecamatan Mattiro Bulu Wawancara, Studi Dokumentasi dan studi
dan Kecamatan Lanrisang. Jenis penelitian Pustaka. Untuk observasi menggunakan
yang digunakan ialah Penelitan kualitatif jenis obervasi non partisipatif, hanya
meminta data yang disajikan oleh UPT
Informan Penelitian Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Teknik penentuan informan dalam Jampue. Wawancara dilakukan dengan
penelitian ini menggunanakan teknik purposive sampling karena peneliti
purposive sampling yaitu teknik cenderung memilih informan yang
pengambilan sampel dan data dengan dianggap tahu dan dipercaya. Data yang
pertimbangan tertentu. (Sugiono 2009). diperoleh dari studi dokumentasi terdiri
Informan penelitian adalah orang yang atas berbagai data dan informasi.
dimanfaatkan untuk memberikan informasi Sedangkan studi pustaka mengumpulkan
tentang situasi dan kondisi latar belakang data dari hasil bacaan literatur, buku-buku,
penelitian (Moleong 2000 ). Informan karya ilmiah, jurnal, arsip-arsip laporan
dalam penelitian ini adalah pihak yang tertulis yang diperoleh terkait dengan
dianggap berkompoten dan mengetahui penelitian yang dilakukan.
banyak tentang masalah pemakaian air
irigasi dikalangan petani di wilayah kerja Teknis Analisis Data
UPT Jampue Dinas Pengelolaan Sumber Teknik analisis data yang
Daya Air Kabupaten Pinrang dengan digunakan dalam penelitian ini adalah
jumlah informan sebanyak 30 orang. analisis deskriptif dengan menggunkaan
Informan yang dipilih yaitu Kepala seluruh data fakta yang berhasil
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dikumpulkan dalam bentuk argumentasi
Kabupaten Pinrang (1 orang), Kepala UPT yang berlandaskan pada data yang telah
Dinas Pengelolaan sumber Daya Air diperoleh. Data dikumpulkan dilanjutkan
Kabupaten Pinrang (1 orang), Pengatur dengan kegiatan pengolahan data (data

111
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018

processing) yang mencakup editing dan HASIL


decoding, penyediaan data yang di maksud Cara kerja pembagian air dan pemakaian
dalam penelitian ini sekumpulan informan air irigasi di kalangan petani
yang tersusun dan dipaparkan secara Sistem irigasi yang digunakan pada
deskriptif guna penarikan kesimpulan. UPT Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air
Dalam proses analisis kualitatif, Jampue adalah irigasi gravitasi, sumber air
menurut Miles & Huberman (dalam diambil dari air yang ada di permukaan
sugiono 2008) terdapat tiga komponen bumi yaitu dari sungai. Pengaturan dan
utama yang harus benar-benar diahami, pembagian air irigasi menuju kepetak-petak
yaitu: reduksi data, sajian data dan yang dibutuhkan dilakukan secara
penarikan kesimpulan. gravitatif. Pembagian air irigasi dilakukan
Reduksi data merupakan dari hulu ke hilir secara berjenjang mulai
komponen pertama dalam analisis yang dari saluran induk, saluran sekunder,
merupakan proses seleksi, pemfokusan, saluaran tersier dan kwarter kepetak-petak
penyederhanaan, dan abstraksi dari semua sawah.
informan yang tertulis lengkap dalam Pemberian air irigasi berdasarkan
catatan lapangan (Fieldnonte). Proses ini rencana kebutuhan air dari hasil rapat
berlangsung sepanjang proyek yang komisi irigasi tingkat kabupaten dimana
berorientasi kualitatif berlangsung. usulan luas pertanaman diusulkan dari
Redukasi data adalah bagian dari proses perkumpulan petani pemakai air (P3A)
analisis yang mempertegas, yang tandangani oleh gabungan
memperpendek, membuat fokus, membuat perkumpulan petani pemakai air (GP3A)
hal-hal yang penting dan mengatur data beserta dari pengamat pengairan kemudian
sedemikian rupa sehingga narasi sajian data direkap dari setiap GP3A dan diteruskan ke
dan simpulan-simpulan dapat dilakukan. kabupaten untuk dibahas di rapat komisi
Sajian data merupakan suatu irigasi kabupaten, Hasil rapat komisi irigasi
rakitan organisasi informasi, deskripsi memuat tentang jadwal tanam dan jadwal
dalam bentuk narasi lengkap yang untuk pemberian air serta debit kebutuhan akan di
selanjutnya memungkinkan simpulan realisasikan.
penelitian dapat dilakukan. Sajian data Pengaturan air irigasi yang
merupakan narasi mengenai berbagai hal dilakukan yaitu mulai jaringan irigasi
terjadi atau ditemukan di lapangan, induk, sekunder sampai dengan bangunan
sehingga memungkinkan peneliti untuk bagi dan sadap harus diatur oleh petugas
berbuat sesuatu pada analis ataupun bekerjasama dengan GP3A supaya
tindakanlain berdasarkan pemahamannya menurunkan potensi konflik kemudian di
tersebut. Sajian data selain dalam bentuk tingkat tersier dan box-box tersier itu baru
narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai diberikan pemberdayaan ke P3A dan itupun
matriks, gambar/skema jaringan kerja tidak serta merta dilepas begitu saja tetapi
kaitan kegiatan, dan juga tabel debagai dilakukan pendampingan. Pemberian air
pendukung narasinya. irigasi diberikan berdasarkan keadaan
Kesimpulan merupakan hasil pertanaman perpetak tersiernya ini
akhir dari suatu penelitian kualitatif. dilakukan karena kondisi pertanaman yang
Peneliti berusaha untuk mmemberikan berbeda membutuhkan air yang berbeda
makna yang penuh dari data yang pula, laporan dari PPA mengenai kedaan
terkumpul. Simpulan perlu diverifikasi agar pertanaman diteruskan ke pengamat yang
cukup mantap dan benar-benar direkap untuk di teruskan ke kabupaten
dipertanggung jawabkan. untuk menjadi dasar pemberian air irigasi
ke setiap UPTD.
Pengaturan air irigasi oleh PPA
dilakukan setiap dua minggu sekali untuk

112
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018

menjaga agar pembagian air tetap merata mengakibatkan jatah air dibagian hilir
begitupun laporan pertanaman dilakukan berkurang.
dua minggu sekali untuk menjadi dasar
pemberian air irigasi selanjutnya. Adapun Peran komunikasi kelompok dalam
pemakaian air irigasi oleh petani dilkukan penyelesaian masalah pembagian dan
setelah diatur pemberiannya oleh P3A pemakaian air irigasi
dalam hal ini dilakukan oleh ketua bolok Komunikasi kelompok sangat
yang di koordinir oleh ulu-ulu untuk di berperan dalam penyelesaian masalah
salurkan kepetak-petak sawah. pembagian dan pemakaian air irigasi ini
sesuai dengan hasil wawancara bahwa
Faktor-faktor yang sering menjadi setiap permasalahan yang terjadi di
sumber masalah pembagian dan kalangan petani diselesaikan secara
pemakaian air irigasi interpersonal terlebih dahulu, kalau
Berdasarkan hasil wawancara kemudian tidak bisa diselesaikan maka
dengan informan bawa musim kemarau diadakanlah rapat didalam kelompok
merupakan waktu yang paling banyak dengan mengundang petani yang
terjadi permasalahan dalam pembagian dan bersangkutan serta pihak terkait yang
pemakaian air irigasi dimana debit air berkompeten guna menyelesaiakan
berkurang akibat merosotnya suplai air masalah tersebut. Rapat rutin oleh petani
sungai yang merupakan sumber air irigasi dapat mengurangi permasalahan
sehingga air yang dialirkan saluran irigasi pemakaian irigasi karena seperti yang
kepetak-petak persawahan juga berkurang. dilakukan oleh sebagian kelompok tani
Selain faktor sarana dan prasaran, faktor Untuk penyelesaian masalah ini, maka
yang paling utama untuk mencapai peran komunikasi kelompok melalui rapat
keberhasilan irigasi adalah Sumber Daya rutin dapat mengurangi permasalahan yang
Manusia itu sendiri. Sumber daya manusia ada dikalangan petani serta rapat-rapat lain
yang saya maksud dalam hal ini adalah para yang dilakukan dalam penyelesaian
petani. Perilaku petani dalam memandang pemakaian air irigasi. Adapun pengambilan
air yang masih bersifat sosial (bebas), keputusan yang dilakukan berdasarkan
Perilaku petani dalam mengelola sarana musyawarah dan berdasarkan pendapat ahli
dan prasarana irigasi masih minim (rasa sesuai dengan kondisi dari kelompok
memiliki sangatlah kurang). masing-masing.
Perilaku petani yang sering menjadi
sumber permasalahan dalam pembagian PEMBAHASAN
dan pemakaian air irigasi yaitu sebagian Wilayah UPT Dinas PSDA
petani yang memiliki sifat serakah yang merupakan daerah datar yang didukung
sengaja menimbun air demi kepentingan oleh bangunan bendung sehingga air
mereka sendiri dengan tujuan menghambat tersidia setiap saat serta bangunan utama
pertumbuhan gulma, adanya perilaku dan pelengkap lainnya memungkinkan
petani yang mengambil air secara illegal melakukan ketiga sistem pemberian air
dengan cara merusak/meotong tanggul irigasi tersebut seperti yang dikatan oleh
untuk dialirkan kesawah mereka tampa Sudjarwadi (1990) bahwa proses
melalui saluran tersier sehingga tidak penyediaan, pemberian, pengelolaan dan
terukur, pertanaman yang tidak serempak pengaturan air pada sistem irigasi
sehingga menimbulkan permasalahan pada permukaan harus memiliki ketersediaan air
saat panen serta adanya alih fungsi lahan yang cukup dengan ketersediaan bangunan
kebun menjadi sawah yang elevasinya bagi untuk mendukung sistem irigasi
masih tinggi sehingga untuk mengairinya tersebut,
diperlukan air yang cukup banyak serta Prosedur pengaturan air irigasi yaitu
muka air dipintu bagi harus dinaikkan yang dimulai dari permintaan luas rencana tanam

113
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018

oleh petani/P3A kemudian usulan tersebut barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan
disampaikan kedinas PSDA di ketahui imbalan (reward) turut menentukan
GP3A dan Kepala UPT, usulan inilah yang hubungan.
dibawa PSDA kedalam rapat komisi irigasi, Hasil penelitian menunjukkan
Rapat komisi irigasi merupakan rapat bahwa permasalahan pemberian dan
terpadu antara instansi terkait yang pemakaian air irigasi merupakan akibat dari
membidangi, dalam rapat membahas berkurangnya debit air akibat kemarau
mengenai jadwal tanam dan tutup tanam, yang memicu penomena sosial pada petani
jenis varietas yang digunakan, sampai mana yang berakibat munculnya permasalahan
batas areal persawahan yang sanggup diairi dalam pengaturan dan pemakaian air irigasi
PSDA, jadwal buka pintu air dan tutup dikalangan petani diantaranya: penimbunan
pintu air serta dibahas kemungkinan air oleh sebagian petani dilkukan dengan
penyakit yang akan menyerang pada saat tujuan menghambat pertumbuhan gulma
pertanaman. serta menjaga ketersediaan air dipetak
Dari hasil keputusan komisi irigasi sawahnya. Kondisi in memicu terjadinya
di implementasikan dilapangan dimana perselisihan antar petani seperti yang
pengaturan air mulai dari bendung, saluran terjadi pada petak tersier Maroangin yang
primer, sekunder sampai bangunan bagi berkelahi gara-gara ada petani yang
dilakukan oleh Dinas PSDA yang seenaknya terhadap penguasaan air
pelaksanaannya dilapangan langsung oleh (menimbun air irigasi) sehingga sebelah
PPA bekerja sama dengan GP3A petak sawahnya kekurangan air yang
sedangkan dari pintu bagi ke saluran tersier, berujung pertengkaran, hal ini terjadi petani
kwarter dari petak sawah kepetak sawah tersebut merasa tidak diuntungkan apabila
lainya diatur oleh P3A/petani. melepas air kepetak sebelahnya malahan
Proses pengaturan dan pemberian merugikan dia karena berkurangnya air
air irigasi menampakkan adanya dapat mempercepat tumbuhnya gulma.
komunikasi yang dilakukan oleh petani di Fenomena ini dapat dikaji oleh teori
dalamnya baik secara personal maupun pertukaran sosial yang di kembangkan oleh
secara kelompok, penetuan usulan tanam Thibaut dan Kelly (dalam Tuti Bahfiarti :
yang merupakan dasar pemberian debit air 2012) yang berasumsi bahwa interaksi
yang disesuaiakan dengan luas areal menusia melibatkan pertukaran barang dan
pertanaman, penentuannya dilakukan rapat jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan
oleh petani untuk menentukan luas areal (reward) turut menentukan hubungan
yang akan diusulkan (padi atau pelawija) sosial.
sebelum diserahkan GP3A selanjutnya Pertanaman tidak serempak
UPT Dinas PSDA, koordinasi yang merupakan salah satu faktor yang menjadi
dilakukan oleh GP3A dengan pegawai permasalahan pembagian dan pemakaian
PSDA dalam penetuan usulan tanam dapat air irigasi yang dapat mengakibatkan
dikaji melalui teori pertukaran sosial oleh perselisihan petani, penyebabnya yaitu
Thibaut dan Kelly (dalam Tuti Bahfiarti : adanya petani yang tidak mematuhi jadwal
2012) Teori pertukaran sosial ini tanam sehingga di petak tersier yang sama,
didasarkan pada pemikiran bahwa ada yang duluan pertanamannya dan ada
seseorang dapat mencapai satu pengertian yang dibelakang, seperti pemaparan dihasil
mengenai sifat kompleks dari kelompok bahwa beda status pertanaman beda
dengan mengkaji hubungan di antara dua kebutuhan airnya sehingga menimbulkan
orang (dydic relationship). Suatu kelompok masalah pembagian air, petani yang satu
dipertimbangkan untuk kumpulan dari masih membutuhkan air karena lambat
hubungan antara dua partisipan tersebut. pertanamannya sedangkan petani yang satu
Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa sudah tidak membutuhkan air karena sudah
interaksi menusia melibatkan pertukaran panen.

114
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018

Kondisi diatas mengakibatkan kelompok yang mengarah terhadap


permasalahan dalam pembagian dan penyelasaian kelompok yang menyatu.
pemakaian air irigasi yang memicu konflik, Kondisi diatas tercermin teori groupthink
hal ini sesuai dengan teori konflik sebagaimana yang dikemukakan Turner
menyebutkan bahwa pertentangan itu dan West (2008).
terjadi krena adanya perbedaan Permasalahan pembagian dan
kepentingan, Menurut Dahrendorf bawha pemakaian air irigasi pada setiap
masyarakat memiliki dua wajah, yakni P3A/GP3A pada dasarnya sama yaitu
konflik dan consensus. Teori konflik ini dengan melakukan rapat terkait
akan menguji konflik kepentingan dan permasalahan terebut namun pengambilan
penggunaan kekerasan didalam masyarakat keputusan berbeda, ada yang berdasarkan
seperti yang terjadi pada petani petak tersier kesepakatan dan ada yang berdasarkan
maroangin yang berkelahi gara-gara pendapat ahli seperti pengambilan
kepentingan penggunaaan air irigasi. keputusan yang dilkukan P3A Harapan
Ralf Dahrendorf percaya bahwa Maju yang mengedepankan pendapat-
dalam setiap masyarakat beberapa pendapat anggota dalam penentuan hasil
anggotanya akan menjadi korban rapat sedangkan dari P3A samaulue
pemaksaan oleh anggota yang lainnya. Jadi melakukan keputusan rapat berdasarkan
anggota kelompok yang status sosialnya pendapat ahli dengan mendengarkan
dibawah akan jadi korban, artinya bahwa pendapat anggota yang telah turun temurun
konflik merupakan sesuatu yang tidak di percaya mampu menentukan hari baik
dapat dihindari sehingga perubahan sosial akan turun sawah sehingga membawa
sebagai dampak dari konflik itu juga tidak petani dalam meningkatkan hasil panennya.
terelakkan pula. Selain pemecahan masalah melalui
Hasil penelitian menunujukkan rapat-rapat yang dilakukan secara resmi
bahwa penyelesaian masalah pembagian dan terstruktur anggota kelompok biasanya
dan pemakaian air irigasi lebih banyak dalam kelompok kecil dimana mereka
dilakuakan oleh kelompok tani itu sendiri meluangkan waktu berkumpul setelah
baik P3A ataupun GP3A, penyelesaian pulang dari sawah disekertariat atau rumah-
masalah dilakukan dengan mengadakan rumah sawah mereka. Kegitan rapat turun
rapat dengan mengundang semua anggota sawah yang dilakukan secara rutin oleh
untuk membahas permasalahan yang ada sebagian kelompok dapat mengurangi
seperti yang dilakukan oleh GP3A permasalahan air irigasi yang
Marannu, yang menylesaikan persoalan mencerminkan adanya kohevitas yang
yang terjadi petak tersier maroangin tinggi dari anggota kelompok, sehingga
dengan mengundan kelompok yang adanya keputusan kelompok yang menyatu.
tergabung dalam petak tersier tersebut serta ( West dan Turner 2008 )
pihak-pihak yang berkompeten seperti
kepala desa, Kepala UPT serta pihak KESIMPULAN DAN SARAN
kepolisian. Berdasarkan hasil kajian dan
Rapat yang berlangsung kalangan pembahasan, maka dapat ditarik
petani ini merupakan pengambilan kesimpulan bahwa pembagian air irigasi di
keputusan secara mufakat. Dalam rapat tingkat sekunder yang dilkukan oleh
peserta diberi kesempatan mengutarakan pegawai PSDA bekerjasama Dengan GP3A
pendapatnya sehingga kesepakatan dapat sedangkan pengaturan air disaluran tersier
tercapai dan terjadi interaksi antar anggota dilakukan oleh P3A dalam hal ini Ulu-ulu
yang memungkinkan terjadinya hubungan bersama ketua-ketua blok. Faktor-faktor
emosional yang lebih dekat serta yang sering menjadi masalah dalam
menumbuhkan karakteristik antar anggota pembagian dan pemakaian air irigasi yaitu
sehingga terdapat kohevitas dalam adanya perilaku petani yang masih serakah

115
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018

dalam pemakaian air, pengambilan air disampaikan pada Praseminar


secara illegal dengan cara memotong Nasional Sektor Pertanian Tahun
tanggul langsung dari saluran, adanya 2002: Kendala, Tantangan dan
pencetakan sawah baru serta tidak Prospek, Bogor 4 Oktober 2000,
mematuhi jadwal tanam yang telah Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
ditentukan. Penyelesaian masalah dikalangan Pertanian, Bogor.
petani diselasaikan dengan mengadakan rapat
untuk membahas masalah yang terjadi dengan Ritzer. George dan Douglas J. Goodman.
mengundang semua anggota kelompok, serta (2008). Teori Sosiologi Cetakan
rapat rutin dilakukan untuk mengurangi Kesepuluh. Yogyakarta: Kreasi
permasalahan yang ada. Olehnya itu peneliti Wacana.
menyarankan agar lebih banyak melibatkan
P3A/GP3A dalam pengaturan air irigasi, Sudjarwadi. (1990). Teori dan peraktek
pendampingan dan pelatihan bagi petani perlu irigasi. Pusat Antara Universitas
dilakukan serta rapat rutin pelu dilaksanakan
Ilmu Teknik . UGM. Yogyakarta.
oleh semua P3A/GP3A
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Adiningsih J.S. (1997). Peranan Efisiensi
Penggunaan Pupuk untuk Sutawan, Nyoman. (2001). Pengelolaan
Melestarikan Swasembada Pangan. Sumber Daya Air untuk Pertanian
Jakarta: Perhimpunan Agronomi Berkelanjutan Denpasar :
Indonesia. Universitas Udayana Press.
Arif S.S. (1996). Ketidaksesuaian Rancang Bahfiarti T. (2012). Buku Ajar Dasar-dasar
Bangun Jaringan Irigasi di Tingkat Teori Komunikasi. Makassar:
Tersier dan Akibatnya Terhadap Universitas Hasanuddin.
Pelaksanaan Program
Penganekaragaman Tanaman: West & Turner (2008). Teori Komunikasi
Studi Kasus di Daerah Irigasi dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Cikuesik, Cirebon. Jurusan Teknik Humanika.
Pertanian, Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Wiryanto. (2005). Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta: Gramedia
Kementrian PU. (2006). Permen PU nmor Widiasarana Indonesia.
20/PRT/M2006 Tentang Irigasi.
Jakarta

Simatupang. P. (2000). Fenomena


Perlambatan dan Instabilitas
Pertumbuhan Produksi Beras
Nasional: Akar penyebab dan
kebijakan pemulihannya. Makalah
disampaikan pada Praseminar
Nasional Sektor Pertanian Tahun
2002: Kendala, Tantangan dan
Prospek, Bogor 4 Oktober 2000,
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian, Bogor.r penyebab dan
kebijakan pemulihannya. Makalah

116

You might also like