Professional Documents
Culture Documents
6477 16796 1 SM
6477 16796 1 SM
1 Januari-Juni 2018
ABSTRACT
Group communications has a very important role in solving the problem of irrigation water use in Pinrang because
of water problems among farmers often cause problems if not handled properly. This study aimed to describe and
study about the use of Group Communications in Solving Problems among Farmers Irrigation Water Use at
Regional Technical Implementation Unit Jampue Department of Water Resources Management Pinrang. This
research is the study of group communication are qualitative. Data collected through observation, study o f
documents and interviews. Data were analyzed by examining, reduce, present, and conclusion. Data from
observation presented in the form of images. Data from the literature are presented in the form of quotations to
strengthen the research findings. The results showed that the setting and the use of irrigation water by the discharge
requirements per tertiary, especially prevalent in the dry season when the water flow is reduced and the behavior
of farmers who have not been able to give an appreciation of the economic value of irrigation water so that the
efficiency of irrigation water use can not be achieved. To address these issues, the role of group communication
through regular meetings can reduce the problems that exist among farmers and other meetings conducted in
completion of irrigation water use. As for decision making by consensus and expert opinion. On that basis, it
suggests to improve the implementation of regular meetings by P3A / GP3A
ABSTRAK
Komunikasi kelompok mempunyai peran yang sangat penting dalam penyelesaian masalah pemakaian air irigasi
Di Kabupaten Pinrang karena masalah air sering menimbulkan masalah dikalangan petani jika tidak ditangani
dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan komunikasi kelompok dalam penyelesaian
masalah pemakaian air irigasi dikalangan petani di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Jampue Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air Kabupaten Pinrang. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah kualitatif deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, studi dokumen dan wawancara dengan 30 orang sebagai informan
sampai pada Data dianalisis dengan menelaah, mereduksi, menyajikan, dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengaturan dan pemakaian air irigasi berdasarkan debit kebutuhan per petak
tersier, terutama banyak terjadi pada musim kemarau dimana debit air berkurang serta perilaku petani yang
belum bisa memberikan apresiasi terhadap nilai ekonomi air irigasi sehingga efisiensi penggunaan air irigasi
belum bisa tercapai. Untuk penyelesaian masalah ini, maka peran komunikasi kelompok melalui rapat rutin dapat
mengurangi permasalahan yang ada dikalangan petani serta rapat-rapat lain yang dilakukan dalam penyelesaian
pemakaian air irigasi. Adapun pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan musyawarah dan pendapat
ahli. Atas dasar tersebut, penelitian ini menyarankan untuk meningkatkan pelaksanaan rapat rutin oleh
P3A/GP3A.
109
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018
110
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018
tentang irigasi, pengaturan air irigasi tingkat Pintu Air (PPA)(4 orang), GP3A (4 orang),
tersier sepenuhnya tanggung jawab Kepala Desa (4 orang), dan petani (16
sedangkan GP3A berhak mengatur air di orang).
tingkat sekunder bekerjasama dengan Sumber Data
pegawai dinas PSDA Sumber data yang digunakan untuk
Kelompok tani dibentuk dengan tujuan penelitian ini adalah data primer dan
sebagai wadah komunikasi antar petani, sekunder. Data primer didapatkan secara
sebagai wadah berbagi informasi, maka langsung dari narasumber atau informan.
komunikasi yang dilakukan dimaksudkan Sedangkan data sekunder adalah data yang
untuk menanamkan pengetahun, sebagai diperoleh secara tidak langsung karena
wadah pemecahan masalah, maka peran datanya sudah tersedia sehingga penulis
komunikasi kelompok melalui rapat rutin tinggal mencari dan mengumpulkan data
dapat mengurangi permasalahan yang ada tersebut. Peneliti mencoba mengumpulkan
dikalangan petani serta rapat-rapat lain data dengan menggunakan dokumen dan
yang dilakukan dalam penyelesaian arsip. Menurut Mulyana (2011), data yang
pemakaian air irigasi.. bersumber dari dokumen tersebut
sebaiknya dilengkapi dengan data yang
BAHAN DAN METODE diperoleh melalui wawancara dengan
Lokasi dan Rancangan Penelitian pihak-pihak terkait.
Penelitian dilaksanakan di wilayah
kerja Unit Pelaksana Teknis Jampue Dinas Teknik Pengumpulan Data
Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Teknik pengumpulan yang digunakan
Pinrang Propinsi Sulawesi Selatan yang untuk penelitian ini adalah data
terbagi di tiga kecamatan yakni Kecamatan dikumpulkan dengan teknik Observasi,
Watang Sawitto, Kecamatan Mattiro Bulu Wawancara, Studi Dokumentasi dan studi
dan Kecamatan Lanrisang. Jenis penelitian Pustaka. Untuk observasi menggunakan
yang digunakan ialah Penelitan kualitatif jenis obervasi non partisipatif, hanya
meminta data yang disajikan oleh UPT
Informan Penelitian Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Teknik penentuan informan dalam Jampue. Wawancara dilakukan dengan
penelitian ini menggunanakan teknik purposive sampling karena peneliti
purposive sampling yaitu teknik cenderung memilih informan yang
pengambilan sampel dan data dengan dianggap tahu dan dipercaya. Data yang
pertimbangan tertentu. (Sugiono 2009). diperoleh dari studi dokumentasi terdiri
Informan penelitian adalah orang yang atas berbagai data dan informasi.
dimanfaatkan untuk memberikan informasi Sedangkan studi pustaka mengumpulkan
tentang situasi dan kondisi latar belakang data dari hasil bacaan literatur, buku-buku,
penelitian (Moleong 2000 ). Informan karya ilmiah, jurnal, arsip-arsip laporan
dalam penelitian ini adalah pihak yang tertulis yang diperoleh terkait dengan
dianggap berkompoten dan mengetahui penelitian yang dilakukan.
banyak tentang masalah pemakaian air
irigasi dikalangan petani di wilayah kerja Teknis Analisis Data
UPT Jampue Dinas Pengelolaan Sumber Teknik analisis data yang
Daya Air Kabupaten Pinrang dengan digunakan dalam penelitian ini adalah
jumlah informan sebanyak 30 orang. analisis deskriptif dengan menggunkaan
Informan yang dipilih yaitu Kepala seluruh data fakta yang berhasil
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dikumpulkan dalam bentuk argumentasi
Kabupaten Pinrang (1 orang), Kepala UPT yang berlandaskan pada data yang telah
Dinas Pengelolaan sumber Daya Air diperoleh. Data dikumpulkan dilanjutkan
Kabupaten Pinrang (1 orang), Pengatur dengan kegiatan pengolahan data (data
111
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018
112
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018
menjaga agar pembagian air tetap merata mengakibatkan jatah air dibagian hilir
begitupun laporan pertanaman dilakukan berkurang.
dua minggu sekali untuk menjadi dasar
pemberian air irigasi selanjutnya. Adapun Peran komunikasi kelompok dalam
pemakaian air irigasi oleh petani dilkukan penyelesaian masalah pembagian dan
setelah diatur pemberiannya oleh P3A pemakaian air irigasi
dalam hal ini dilakukan oleh ketua bolok Komunikasi kelompok sangat
yang di koordinir oleh ulu-ulu untuk di berperan dalam penyelesaian masalah
salurkan kepetak-petak sawah. pembagian dan pemakaian air irigasi ini
sesuai dengan hasil wawancara bahwa
Faktor-faktor yang sering menjadi setiap permasalahan yang terjadi di
sumber masalah pembagian dan kalangan petani diselesaikan secara
pemakaian air irigasi interpersonal terlebih dahulu, kalau
Berdasarkan hasil wawancara kemudian tidak bisa diselesaikan maka
dengan informan bawa musim kemarau diadakanlah rapat didalam kelompok
merupakan waktu yang paling banyak dengan mengundang petani yang
terjadi permasalahan dalam pembagian dan bersangkutan serta pihak terkait yang
pemakaian air irigasi dimana debit air berkompeten guna menyelesaiakan
berkurang akibat merosotnya suplai air masalah tersebut. Rapat rutin oleh petani
sungai yang merupakan sumber air irigasi dapat mengurangi permasalahan
sehingga air yang dialirkan saluran irigasi pemakaian irigasi karena seperti yang
kepetak-petak persawahan juga berkurang. dilakukan oleh sebagian kelompok tani
Selain faktor sarana dan prasaran, faktor Untuk penyelesaian masalah ini, maka
yang paling utama untuk mencapai peran komunikasi kelompok melalui rapat
keberhasilan irigasi adalah Sumber Daya rutin dapat mengurangi permasalahan yang
Manusia itu sendiri. Sumber daya manusia ada dikalangan petani serta rapat-rapat lain
yang saya maksud dalam hal ini adalah para yang dilakukan dalam penyelesaian
petani. Perilaku petani dalam memandang pemakaian air irigasi. Adapun pengambilan
air yang masih bersifat sosial (bebas), keputusan yang dilakukan berdasarkan
Perilaku petani dalam mengelola sarana musyawarah dan berdasarkan pendapat ahli
dan prasarana irigasi masih minim (rasa sesuai dengan kondisi dari kelompok
memiliki sangatlah kurang). masing-masing.
Perilaku petani yang sering menjadi
sumber permasalahan dalam pembagian PEMBAHASAN
dan pemakaian air irigasi yaitu sebagian Wilayah UPT Dinas PSDA
petani yang memiliki sifat serakah yang merupakan daerah datar yang didukung
sengaja menimbun air demi kepentingan oleh bangunan bendung sehingga air
mereka sendiri dengan tujuan menghambat tersidia setiap saat serta bangunan utama
pertumbuhan gulma, adanya perilaku dan pelengkap lainnya memungkinkan
petani yang mengambil air secara illegal melakukan ketiga sistem pemberian air
dengan cara merusak/meotong tanggul irigasi tersebut seperti yang dikatan oleh
untuk dialirkan kesawah mereka tampa Sudjarwadi (1990) bahwa proses
melalui saluran tersier sehingga tidak penyediaan, pemberian, pengelolaan dan
terukur, pertanaman yang tidak serempak pengaturan air pada sistem irigasi
sehingga menimbulkan permasalahan pada permukaan harus memiliki ketersediaan air
saat panen serta adanya alih fungsi lahan yang cukup dengan ketersediaan bangunan
kebun menjadi sawah yang elevasinya bagi untuk mendukung sistem irigasi
masih tinggi sehingga untuk mengairinya tersebut,
diperlukan air yang cukup banyak serta Prosedur pengaturan air irigasi yaitu
muka air dipintu bagi harus dinaikkan yang dimulai dari permintaan luas rencana tanam
113
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018
oleh petani/P3A kemudian usulan tersebut barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan
disampaikan kedinas PSDA di ketahui imbalan (reward) turut menentukan
GP3A dan Kepala UPT, usulan inilah yang hubungan.
dibawa PSDA kedalam rapat komisi irigasi, Hasil penelitian menunjukkan
Rapat komisi irigasi merupakan rapat bahwa permasalahan pemberian dan
terpadu antara instansi terkait yang pemakaian air irigasi merupakan akibat dari
membidangi, dalam rapat membahas berkurangnya debit air akibat kemarau
mengenai jadwal tanam dan tutup tanam, yang memicu penomena sosial pada petani
jenis varietas yang digunakan, sampai mana yang berakibat munculnya permasalahan
batas areal persawahan yang sanggup diairi dalam pengaturan dan pemakaian air irigasi
PSDA, jadwal buka pintu air dan tutup dikalangan petani diantaranya: penimbunan
pintu air serta dibahas kemungkinan air oleh sebagian petani dilkukan dengan
penyakit yang akan menyerang pada saat tujuan menghambat pertumbuhan gulma
pertanaman. serta menjaga ketersediaan air dipetak
Dari hasil keputusan komisi irigasi sawahnya. Kondisi in memicu terjadinya
di implementasikan dilapangan dimana perselisihan antar petani seperti yang
pengaturan air mulai dari bendung, saluran terjadi pada petak tersier Maroangin yang
primer, sekunder sampai bangunan bagi berkelahi gara-gara ada petani yang
dilakukan oleh Dinas PSDA yang seenaknya terhadap penguasaan air
pelaksanaannya dilapangan langsung oleh (menimbun air irigasi) sehingga sebelah
PPA bekerja sama dengan GP3A petak sawahnya kekurangan air yang
sedangkan dari pintu bagi ke saluran tersier, berujung pertengkaran, hal ini terjadi petani
kwarter dari petak sawah kepetak sawah tersebut merasa tidak diuntungkan apabila
lainya diatur oleh P3A/petani. melepas air kepetak sebelahnya malahan
Proses pengaturan dan pemberian merugikan dia karena berkurangnya air
air irigasi menampakkan adanya dapat mempercepat tumbuhnya gulma.
komunikasi yang dilakukan oleh petani di Fenomena ini dapat dikaji oleh teori
dalamnya baik secara personal maupun pertukaran sosial yang di kembangkan oleh
secara kelompok, penetuan usulan tanam Thibaut dan Kelly (dalam Tuti Bahfiarti :
yang merupakan dasar pemberian debit air 2012) yang berasumsi bahwa interaksi
yang disesuaiakan dengan luas areal menusia melibatkan pertukaran barang dan
pertanaman, penentuannya dilakukan rapat jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan
oleh petani untuk menentukan luas areal (reward) turut menentukan hubungan
yang akan diusulkan (padi atau pelawija) sosial.
sebelum diserahkan GP3A selanjutnya Pertanaman tidak serempak
UPT Dinas PSDA, koordinasi yang merupakan salah satu faktor yang menjadi
dilakukan oleh GP3A dengan pegawai permasalahan pembagian dan pemakaian
PSDA dalam penetuan usulan tanam dapat air irigasi yang dapat mengakibatkan
dikaji melalui teori pertukaran sosial oleh perselisihan petani, penyebabnya yaitu
Thibaut dan Kelly (dalam Tuti Bahfiarti : adanya petani yang tidak mematuhi jadwal
2012) Teori pertukaran sosial ini tanam sehingga di petak tersier yang sama,
didasarkan pada pemikiran bahwa ada yang duluan pertanamannya dan ada
seseorang dapat mencapai satu pengertian yang dibelakang, seperti pemaparan dihasil
mengenai sifat kompleks dari kelompok bahwa beda status pertanaman beda
dengan mengkaji hubungan di antara dua kebutuhan airnya sehingga menimbulkan
orang (dydic relationship). Suatu kelompok masalah pembagian air, petani yang satu
dipertimbangkan untuk kumpulan dari masih membutuhkan air karena lambat
hubungan antara dua partisipan tersebut. pertanamannya sedangkan petani yang satu
Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa sudah tidak membutuhkan air karena sudah
interaksi menusia melibatkan pertukaran panen.
114
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018
115
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7 No.1 Januari-Juni 2018
116