Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Jurnal Teknik Sipil Unaya, Vol.6, No.

1, Januari 2019 : 1-13


http://jurnal.abulyatama.ac.id/tekniksipilunaya
ISSN 2407-9200 (Online)

Available online at www.jurnal.abulyatama.ac.id/tekniksipil


ISSN 2407-9200 (Online)

Universitas Abulyatama
Jurnal Teknik Sipil Unaya

Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process Dalam Penentuan


Prioritas Penanganan Jalan

Firdasari1* , Iqbal1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sains Cut Nyak Dhien, Kota Langsa, 24354, Indonesia.
*Email korespondensi: firdaatiby@gmail.com

Diterima 18 November 2019; Disetujui 7 Desember 2019.; Dipublikasi 4 Januari 2019

Abstract: Maintenance of disaster evacuation routes is a priority in the field of disaster management
to anticipate victims and losses. Supporting factors such as stable road conditions, the presence of
security, relatively short distances and roadworthiness are criteria used as conditions for evacuation
routes so that road handling needs to be maximized to function optimally. Decision making on road
handling for evacuation routes in Langsa City must use a method so that alternative priorities from the
disaster evacuation route can be identified. Analytical Hierarchy Process (AHP) method is one of the
decision-making methods that has been widely used in determining the priority of road handling. The
purpose of this study is to apply the AHP method as a decision making tool in determining the priority
of road sections for evacuation routes for road handling in Langsa City. The stages of the method in
this study were carried out by selecting criteria and alternatives that became the basis in determining
road handling. The results obtained from this study were priority handling for flood evacuation routes
with a weight of 46%, evacuation routes for natural disasters due to tidal waves 27% and other natural
disasters by 9%. The results of this study are expected to assist local governments in making policies
regarding the priority of handling roads that become disaster evacuation routes

Keywords: AHP Method, Road Handling, Evacuation Route.

Abstrak: Pemeliharaan jalur evakuasi bencana menjadi prioritas dalam bidang penanganan bencana
untuk mengantisipasi korban dan kerugian yang terjadi. Faktor-faktor pendukung seperti kondisi jalan
yang stabil, adanya keamanan, jarak tempuh yang relatif singkat dan kelayakan jalan merupakan kriteria
yang digunakan sebagai syarat bagi jalur evakuasi sehingga perlu mendapat penanganan jalan agar
dapat berfungsi maksimal. Pengambilan keputusan terhadap penanganan jalan untuk jalur evakuasi di
Kota Langsa harus menggunakan suatu metode sehingga dapat diketahui alternatif prioritas dari jalur
evakuasi bencana. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode
pengambilan keputusan yang telah banyak digunakan dalam penentuan prioritas penanganan jalan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan metode AHP sebagai alat bantu pengambilan
keputusan dalam penentuan prioritas ruas jalan untuk jalur evakuasi pada penanganan jalan di Kota
Langsa. Tahapan metode dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pemilihan kriteria dan alternatif
yang menjadilandasan dalam penentuan penanganan jalan.Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah
prioritas penanganan untuk jalur evakuasi banjir dengan bobot 46% , jalur evakuasi bencana alam
akibat gelombang pasang 27% dan bencana alam lainnya sebesar 9%. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat membantu pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan terhadap prioritas penanganan jalan
yang menjadi jalur evakuasi bencana.

Kata kunci : Metode AHP, Penanganan jalan, Jalur Evakuasi.

-1-
ISSN 2407-9200 (Online)

Dalam undang-undang No 24 tahun 2007 timur merupakan endapan rawa-rawa dengan


tentang penanggulangan bencana di jelaskan penyebaran cukup luas (Rahmat, H. 2011).
bahwa wilayah Negara kesatuan republik Berdasarkan kondisi demografi dan topografi,
Indonesia memiliki kondisi geografis, biologis, Kota Langsa merupakan kota yang rawan bencana.
hidrologis, dan demografis yang memungkinkan Dalam menghadapi bencana alam lainnya,
terjadinya bencana, baik yang di sebabkan oleh maka penanganan dan pemeliharaan jalur evakuasi
faktor alam, faktor non-alam, maupun faktor perlu dilakukan untuk mengantisipasi korban dan
manusia yang menyebabkan timbulnya korban kerugian yang terjadi akibat bencana alam. Jalur
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian evakuasi menjadi titik vital yang harus diketahui
harta benda, dan dampak psikologis yang dalam bersama oleh masyarakat dan pemerintah
keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan kota/kabupaten dan perlu adanya penanganan dan
nasional. Negara Indonesia yang secara geografis pemeliharaan Jalan agar tetap dapat berfungsi
merupakan negara kepulauan yang terletakpada sebagaimana mestinya. Perkembangan
pertemuan empat lempeng yaitu lempeng benua pembangunan di KotaLangsa yang sangat
Asia, lempeng benua Australia, lempengbenua meningkat sebagai kota administrasi maka perlu
Hindia dan lempeng benua Pasifik. Faktor adanya prioritas dalam bidang penanganan
geografis yangmenyebabkan Negara Kesatuan bencana, termasuk pemeliharaan jalur evakuasi.
Republik Indonesia khususnya beberapa wilayah Faktor-faktor pendukung seperti kondisi jalan yang
di Provinsi Aceh sering terjadi bencana alam stabil, adanya keamanan, jarak tempuh yang relatif
sehingga antisipasi terhadap ancaman bencana singkat dan kelayakan jalan merupakan kriteria
yang timbul sangat perlu dilakukan. yang digunakan sebagai syarat bagi jalur evakuasi
Bencana nasional pada tahun 2004 dan sehingga perlu mendapat penanganan jalan agar
bencana yang terjadi di beberapa wilayah di dapat berfungsimaksimal. Pengambilan keputusan
Indonesia, seperti bencana gempa bumi di Lombok terhadap penanganan jalan untuk jalur evakuasi di
dan bencana gempa dan tsunami di palu Kota Langsa harus menggunakan suatu metode
dandonggala di Provinsi Sulawesi Tengah pada sehingga dapat diketahui alternatif prioritas
tahun 2018 lalu, memberikan kesadaran kepada penanganan jalan.
masyarakat bahwa bahaya dari bencana alam dapat Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
terjadi kapansajayang menyebabkan banyaknya merupakan salah satu metode
korban serta kerugian finansial. Kota Langsa pengambilankeputusan yang telah banyak
secara Topografi terletak pada dataran aluviasi digunakan untuk membantu dalam proses
pantai dengan elevasi berkisar sekitar 8 m dari pengambilan keputusantermasuk di dalam
permukaaan laut di bagian barat daya dan selatan penentuan prioritas penanganan jalan. Metode ini
di batasi oleh pegunungan lipatan bergelombang sudah sangat banyak diaplikasikan dalam
sedang, dengan elevasi 75 m, sedangkan di bagian pengambilan keputusan di bidang pemeliharaan

Penerapan Metode Analitycal....


(Firdasari & Iqbal, 2020) -2-
Jurnal Teknik Sipil Unaya, Vol.6, No.1, Januari 2020 :1-13
http://jurnal.abulyatama.ac.id/tekniksipilunaya

dan penanganan jalan Evakuasi merupakan suatu upaya


Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk pengungsian yang dilakukan karena terdapat
menentukan prioritas penanganan beberapa penyebab yang memaksa suatu individu
danpemeliharaan jalan untuk jalur evakuasi yang atau kelompok individu untuk melakukan
ada di Kota Langsa. Manfaat dari penelitian pengungsian. Penyebab evakuasi dapat berupa
iniyaitu para pejabat pemerintah khususnya Kota fenomena alam, seperti cuaca ekstrim (badai, angin
Langsa dapat mengetahui urutan penanganan jalan ribut, kebakaran karena kekeringan), fenomena
untuk jalur evakuasisesuai dengan kepentingan geologi (gempa bumi, aktivitas gunungapi, dan
berdasarkan kriteria kondisi jalan, keamanan, jarak tsunami), serta aktivitas dampak manusia
tempuh dan kelayakan pada masing-masing ruas (kecelakaan industri, kegagalan teknologi,
jalan dengan alternatif jalur evakuasi untuk benana kecelakaan dan serangan teroris). Evakuasi
banjir, jalur evakuasi bencana gelombang dilakukan untuk dapat menekan risiko dan
pasang,dan jalur evakuasi bencana alam lainnya. konsekuensi yang ada meskipun kejadian bencana
Adapun urgensi penelitian ini adalah diharapkan yang ada belum pasti mengenai wilayah tersebut
dapatmencegah terjadinya dampak korban serta (Zuilekom K et al,2006).
kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam Menurut Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013,
yangdapat terjadi sewaktu-waktu. Untuk itu perlu Jalur Evakuasi adalah jalan atau rute yang dapat
diadakan penelitian ini agar jalur evakuasi dan mudah digunakan oleh masyarakat untuk
tetaptertangani dan terpelihara guna mengantisipasi menyelamatkan diri ketika terjadi bencana ke
bahaya yang terjadi. tempat yang aman. Dalam modul Siap Siaga
Bencana Alam (2009:36) Jalur evakuasi adalah
KAJIAN PUSTAKA
lintasan yang digunakan sebagai pemindahan
Bencana Alam dan Jalur Evakuasi
langsung dan cepat dari orang-orang yang akan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
menjauh dari ancaman atau kejadian yang dapat
peristiwa yang mengancam dan mengganggu
membahayakan bahaya. Ada dua jenis evakuasi
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
yang dapat dibedakan yaitu evakuasi skala kecil
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau factor
dan evakuasi skala besar.Contoh dari evakuasi
nonalam maupun faktor manusia sehingga
skala kecil yaitu penyelematan yang dilakukan dari
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
sebuah bangunan yang disebabkan karena
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
ancaman bom atau kebakaran.Contoh dari
dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana
evakuasi skala besar yaitu penyelematan dari
yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
sebuah daerah karena banjir, letusan gunung berapi
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
atau badai.Dalam situasi ini yang melibatkan
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
manusia secara langsung atau pengungsi sebaiknya
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
didekontaminasi sebelum diangkut keluar dari
(UU No 24, 2007)

-3-
ISSN 2407-9200 (Online)

daerah yang terkontaminasi. Syarat-syarat jalur 4. Lokasi evakuasi IV berada di


evakuasi yang layak dan memadai tersebut adalah: Gampong Alue Beurawe dengan jalur
a. Keamanan Jalur evakuasi Jalan Langsa Medan – Jalan
Jalur evakuasi yang akan digunakan untuk Teupin Bugeng.
evakuasi haruslah benar-benar aman dari b. Jalur evakuasi Bencana Gelombang
benda-benda yang berbahaya yang dapat Pasang:
menimpa diri. 1. Lokasi evakuasi I berada di Gampong
b. Jarak Tempuh Jalur Alue Beurawe dengan jalur evakuasi
Jarak jalur evakuasi yang akan dipakai melalui Jalan Kuala Langsa - Jalan
untuk evakuasi dari tempat tinggal semula Prof. Madjid Ibrahim – Jalan H. Agus
ketempat yang lebih aman haruslah jarak Salim– Jalan Petua Makam;
yang akan memungkinkan cepat sampai 2. Lokasi evakuasi II berada di Gampong
padatempat yang aman. Alue Dua dengan jalur evakuasi
c. Kelayakan Jalur melalui Jalan Prof. Madjid Ibrahim –
Jalur yang dipilih juga harus layak Jalan Langsa - Banda Aceh; dan
digunakan pada saat evakuasi sehingga 3. Lokasi evakuasi III berada di
tidak menghambat proses evakuasi. Gampong Matang Seutui dengan jalur
evakuasi melalui Jalan Langsa Medan–
Menurut Qanun Kota Langsa No 12 tahun Jalan Peutua Yasin.
2013, rencana jalur evakuasi bencana wilayah c. Jalur evakuasi Bencana Alam Lainnya
Kota Langsa meliputi: 1. Lokasi evakuasi I barat berada di
a. Jalur evakuasi Bencana Banjir : Gampong Alue Dua dengan jalur
1. Lokasi evakuasi I berada di Gampong evakuasi Jalan Jend. Ahmad Yani –
Meurandeh Dayah dengan jalur Jalan Prof. A. Madjid Ibrahim – Jalan
evakuasi melalui Jalan Langsa Medan Langsa Banda Aceh; dan
– Jalan Baru – Jalan Kebun Lama; 2. Lokasi evakuasi II berada di Gampong
2. Lokasi evakuasi II berada di Gampong Alue Beurawe melalui jalur evakuasi :
Geudubang Aceh dengan jalur • Jalan Kuala Langsa – Jalan Prof. A.
evakuasi melaluiJalan Panglima Polem Madjid Ibrahim – Jalan H.
– Jalan Lilawangsa; Agussalim – Jalan Peutua Makam;
3. Lokasi evakuasi III berada di dan
Gampong Pondok Kemuning dengan • Jalan Jend. Ahmad Yani – Jalan
jalur evakuasi melaluiJalan Suka Langsa Medan – Jalan Teupin
Rakyat – Jalan Khusus Perkebunan; Bugeng.

Penerapan Metode Analitycal....


(Firdasari & Iqbal, 2020) -4-
Jurnal Teknik Sipil Unaya, Vol.6, No.1, Januari 2020 :1-13
http://jurnal.abulyatama.ac.id/tekniksipilunaya

3. Lokasi evakuasi III berada di mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi
Gampong Matang Seutui melalui jalur secara optimal. Pemeliharaan jalan dapat
evakuasi : dibedakan menjadi :
• Jalan Langsa Medan – Jalan Peutua 1. Pemeliharaan rutin jalan dilakukan
Yasin; untuk kondisi jalan yang baik atau
• Jalan Simpang Wie – Jalan Buket sedang.
Rata; dan 2. Pemeliharaan berkala jalan dilakukan
• Jalan Khusus Perkebunan – Jalan untuk penanganan pencegahan agar
Buket Rata. penurunan kondisi jalan yang rusak
4. Lokasi evakuasi IV berada di parah dapat dikembalikan pada kondisi
Gampong Meurandeh Dayah melalui baik.
jalur evakuasi 3. Rehabilitasi jalan dilakukan
• Jalan Langsa Medan–Jalan Baru– penanganan pencegahan dari suatu ruas
Jalan Kebun Lama; dan jalan dengan kondisi rusak ringan.
• Jalan Kebun Lama–Lokasi
Analytical Hierarchy Process (AHP)
evakuasi.
Aplikasi Analytical Hierarchy Process
5. Lokasi evakuasi V berada di Gampong
(AHP) dalam menentukan prioritas dapat
Geudubang Aceh melalui jalur
dilihat pada Gambar di bawah ini :
evakuasi :
• Jalan Panglima Polem – Jalan
Lilawangsa – Jalan Pipa – Jalan
Elak TVRI;dan
• Jalan Pipa Jalan Lilawangsa – Jalan
Elak TVRI.
Gambar 1.Struktur Hierarki AHP
6. Lokasi evakuasi VI berada di Sumber : Saaty (1993)

Gampong Pondok Kemuning jalur


Prosedur AHP merupakan prosedur yang
evakuasi melalui Jalan Suka Rakyat.
sistematik untuk mempresentasikan eleman
masalah secara hirarki. AHP mendeskripsikan
Penanganan dan pemeliharaan Jalan
suatu pendekatan terstruktur dalam mengambil
Menurut Permen PU No. 13/PRT/M/2011,
keputusan sebagai suatu pilihan terhadap sejumlah
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang
alternatif yang dianggap mampu memenuhi
meliputi segala bagian jalan yang diperuntukkan
serangkaian tujuan (Saaty, 1993). Berdasarkan
bagi lalulintas. Pemeliharaan jalan adalah kegiatan
Analytical Hierarchy Process (AHP). Mengutip
penanganan jalan, berupa pencegahan, perawatan
dari Saaty (1993), Sofyan,. M (2013), menetapkan
dan perbaikan yang diperlukan untuk
skala kuantitatif 1 (satu) sampai 9 (sembilan) untuk

-5-
ISSN 2407-9200 (Online)

menilai perbandingan tingkat pentingnya suatu tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan
elemen terhadap yang lain seperti terlihat pada elemen i merupakan kebalikannya.
Tabel berikut ini: Nilai a12 adalah perbandingan kepentingan
Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Pasangan elemen operasi A1 terhadap A2. Nilai a21 besarnya
Tingkat adalah 1/a12, yang menyatakan tingkat intensitas
Definisi
Kepentingan
Elemen yang sama pentingnya kepentingan elemen operasi A2 terhadap A1.
1 dibanding dengan elemen yang lain
Vektor pembobotan elemen-elemen operasi A1,
(Equal importance)
Elemen yang satu sedikit lebih A2, ... An jika dinyatakan sebagai vektor w,
3 penting dari pada elemen yang lain
(Moderate more importance)
dimana w = (w1, w2, ... wn ) maka nilai intensitas
Elemen yang satu jelas lebih penting kepentingan elemen operasi A1 terhadap A2
5 dari pada elemen yang lain (Essential,
Strong more importance) adalah (w1 / w2) sama dengan a12. Nilai
Elemen yang satu sangat jelas lebih (judgment) perbandingan berpasangan antara wi
7 penting dari pada elemen yang lain
(Demonstrated importance) dan wj ditunjukkan pada Persamaan (1)
Elemen yang satu mutlak lebih
Wi
9 penting dari pada elemen yang lain  aij  ; i, j  1,2,......n
Wj
(Absolutely more importance) ………. (1)
Apabila ragu-ragu antara dua nilai
2,4,6,8 Dari persamaan (1) akan diperoleh nilai aii
ruang berdekatan (gray area)
Sumber : Saaty (1988) sama dengan satu, dimana i = 1, 2, ... n. Matriks
Perbandingan berpasangan, dimulai dari level perbandingan berpasangan dapat dinyatakan dalam
hirarki paling atas yang ditunjukkan untuk memilih bentuk matriks perbandingan preferensi seperti
kriteria, misalnya A, kemudian elemen yang akan pada Gambar 2. Dari matriks perbandingan
dibandingkan, misal A1, A2, ... An. Penilaian preferensi, kemudian dilakukan perhitungan
perbandingan berpasangan dapat dilihat pada perkalian elemen-elemen dalam satu baris dan
Gambar 2. sebagai berikut : diakar pangkatkan dengan n seperti Persamaan (2).
A1 A2 ... An

Wi  n a11 xa12 x.......xa1n ....................... (2)


A1 1
𝑤1
...
𝑤1
𝑤2 𝑤𝑛

A2 𝑤2
1 ...
𝑤2
𝑤1 𝑤𝑛

...
Besarnya bobot masing-masing elemen dapat
... ... ... ...
diperoleh dengan Persamaan (3).
An 𝑤𝑛 𝑤𝑛
... 1
𝑤1 𝑤2
Wi
Xi 
Wi …………………………… (3)
Gambar 2: Matriks Perbandingan Berpasangan
Sumber : Saaty (1993)
Eigenvector maksimum diperoleh dengan
Apabila suatu elemen dibandingkan dengan Persamaan (4).
dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i λmaks = Σ (aij.xij) ………………… (4)
dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai
Penerapan Metode Analitycal....
(Firdasari & Iqbal, 2020) -6-
Jurnal Teknik Sipil Unaya, Vol.6, No.1, Januari 2020 :1-13
http://jurnal.abulyatama.ac.id/tekniksipilunaya

Penilaian konsistensi dalam pembobotan Prosedur penelitian ini dapat dilihat pada
matriks yang diperoleh, dilakukan berdasarkan gambar 3 berikut :
nilai CI (Consistency Index), yang dihitung
menggunakan Persamaan (5).

mak s  n  Data Data


CI 
n  1 ................................... (5) Primer Sekunder
(Kuisoner - Data
dan kondisi
dimana: λmak = eigenvalue maksimum, n = wawancar Penyusunan jalan
ukuran matrik. a Hirarki - Data
penentuan Model AHP Inventaris
Untuk mengetahui CI cukup baik atau tidak,
kriteria -Penentuan
PengolahanJalan
perlu diketahui consistency ratio (CR) yang pemilihan Kriteria
Data - Peraturan
merupakan parameter untuk memeriksa apakah penangan -Penentuan- peraturan
an jalur Alternatif
Uji - Qanun
perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan evakuasi ) Kon RTRW
konsekuen atau tidak menggunakan Persamaan Analisis
siste Kota
Data
nsi Langsa
(6).
Dengan
CR
CR 
CI Metode

RI ……………………………... (6) AHP
0.1
Gambar 3. Bagan Alir penelitian

Nilai Random Indeks (RI) tergantung dari Pengumpulan Data

ukuran matrik seperti terlihat pada Tabel 2. Proses pengumpulan data sebagai berikut :
Penetapan bobot komponen/elemen menggunakan 1. Data primer yang diperoleh adalah data yang
model Analytical Hierarchy Process (AHP) dicatat dan didapat langsung dari wawancara
dengan penyusunan matrik perbandingan dan dan kuesioner dengan masyarakat dalam
dapat diterima apabila CR ≤ 0,1 atau tidak lebih menentukan penangganan jalan untuk jalur
dari 10%. evakuasi Kota Langsa.
2. Data sekunder yang berupa pedoman
Tabel 2. Hubungan Antara Ukuran Matriks dan
Nilai RI perencanaan jalan Kota Langsa sesuai dengan

Ukuran peraturan perundang-undangan yang berlaku.


1 2 3 4 ... 8 9
matriks
Data sekunder ini diperlukan sebagai
RI 0 0 0,58 0,90 ... 1,41 1,45
pedoman pemilihan kriteria dan sub kriteria
Sumber : Saaty (1993)
dalam pengambilan keputusan dengan
menggunakan metode AHP.

Data yang diperoleh dari Dinas PUPR tentang


Kondisi ruas jalan di Kota Langsa Tahun 2017
METODE PENELITIAN

-7-
ISSN 2407-9200 (Online)

dapat dilihat berdasarkan pada Gambar 4. di bawah


ini :

Rusak
Berat
27%
Baik
50%

Rusak
Ringan Sedang
18% 5%

Gambar 2. : Persentase Kondisi Ruas Jalan di Kota Langsa


Sumber : Dinas PUPR Kota Langsa, 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengolahan dan analisa data dilakukan


dengan tahapan sebagai berikut :

1. Menentukan diagram hierarki analisis dari


kriteria dan alternatif yang didapatkan 3. Membuat Matriks perbandingan berpasangan
berdasarkan data sekunder. Gambar hirarki
Matriks perbandingan berpasangan
AHP sebagai berikut :
didapatkan dari hasil jawaban responden
berdasarkan tingkat perbandingannya.

Kriteria K1 K2 K3 K4
K1 1,00 1,80 3,39 3,38
K2 0,56 1,00 3,44 1,27
K3 0,30 0,29 1,00 2,59
K4 0,30 0,79 0,39 1,00
Jumlah 2,15 3,87 8,21 8,24

Gambar 4. Hierarki AHP Penanganan Ruas Jalan Jalur Evakuasi 4. Menghitung Nilai faktor Eigen

2. Mencari nilai rata-rata dari jawaban responden

Setelah mendapatkan nilai faktor eigen,


matriks perbandingan semula akan dikalikan
dengan matriks pada nilai eigen. Sehingga:
Penerapan Metode Analitycal....
(Firdasari & Iqbal, 2020) -8-
Jurnal Teknik Sipil Unaya, Vol.6, No.1, Januari 2020 :1-13
http://jurnal.abulyatama.ac.id/tekniksipilunaya

R10 0,50 7,00 3,00


R11 7,00 7,00 3,00
R12 0,14 8,00 8,00
R13 7,00 9,00 5,00
R14 5,00 4,00 3,00
R15 0,17 0,14 0,14
5. Menghitung Konsistensi Hierarki R16 0,14 0,33 3,00
a. Perhitungan Indek Consistensi (CI) R17 3,00 5,00 0,20
λ maks = 1,85 + 1,19 + 0,67 + 0,53 R18 0,50 5,00 2,00
R19 0,33 5,00 0,33
= 4,24
R20 4,00 0,25 5,00
CI = ( λ maks. – n) / (n-1), dimana n= 4
Rata- 3,28 4,94 3,83
(ukuran matrik 4x4). rata

CI = (4,24 – 4) / (4-1) b. Matriks perbandingan berpasangan


CI = 0,089
Alternatif a1 a2 a3
b. Perhitungan Ratio Consistensi (CR)
a1 1,00 3,28 4,94
CR = CI/RI, (RI didapatkan dari Tabel 2.2 a2 0,30 1,00 3,83
sehingga RI = 0,9) a3 0,20 0,26 1,00
CR = 0,089 / 0,9 rata2 1,51 4,54 9,77
CR = 0,089 c. Menghitung Nilai faktor Eigen
Nilai CR < 0,1 berarti KONSISTEN

6. Menghitung Nilai Eigen pada alternatif

Perhitungan untuk setiap alternatif


dilakukan dengan langkah yang sama
seperti pada perhitungan kriteria.

Setelah mendapatkan nilai faktor eigen,


a. Rekap jawaban responden
matriks perbandingan semula akan dikalikan
PERSEPSI RESPONDEN
RESP. dengan matriks pada nilai eigen. Sehingga:
a1 : a2 a1 : a3 a2 : a3
R1 0,25 5,00 5,00
R2 0,25 1,00 3,00
R3 7,00 7,00 7,00
R4 8,00 7,00 1,00
R5 0,20 5,00 5,00
R6 0,17 6,00 6,00 d. Menghitung Konsistensi Hierarki
R7 7,00 6,00 5,00 Perhitungan Indek Consistensi (CI)
R8 7,00 7,00 7,00
λ maks = 1,98 + 0,82 + 0,29
R9 8,00 4,00 5,00
= 3,10

-9-
ISSN 2407-9200 (Online)

CI = ( λ maks. – n) / (n-1), dimana n= 3 Pembahasan


(ukuran matrik 3x3). Berdasarkan perhitungan dengan
CI = (3,19 – 3) / (3-1) menggunakan metode AHP, hasil kriteria yang
CI = 0,085 paling prioritas dalam penanganan jalur evakuasi
c. Perhitungan Ratio Consistensi (CR) di Kota Langsa adalah berdasarkan Kondisi Jalan
CR = CI/RI, (RI didapatkan dari Tabel dengan nilai eigen 0,46 atau 46%. Dilanjutkan
2.2 sehingga RI = 0,9) dengan kriteria keamana sebesar 0,27 atau 27%,
CR = 0,089 / 0,58 kriteria jarak tempuh sebesar 0,15 atau 15% dan
CR = 0,085 kelayakan sebesar 0,12 atau 12%. Faktor kondisi
Nilai CR < 0,1 berarti KONSISTEN jalan untuk setia jalur evakuasi memang harus
7. Menghitung nilai eigen alternatif-kriteria selalu dilakukan pemeliharaan baik rutin maupun
dengan mengalikan nilai eigen kriteria berkala agar kondisi jalan tetap stabil.
dengan nilai eigen alternatif pada setiap Dari hasil perhitungan dengan
kriteria yang bersesuaian. menggunakan metode Analytical Hierachy
Process (AHP) diperlihatkan untuk nilai faktor
eigen yang tertinggi dalam pemilihan
alternatif, maka prioritas penanganan jalan
lebih diutamakan untuk jalur evakuasi bencana
banjir. Berdasarkan data yang didapat maka
jalur-jalur evakuasi untuk bencana banjir ada
empat yaitu :
8. Melakukan Scoring atau perangkingan 1. Jalan Langsa Medan – Jalan Baru –
Dari hasil perkalian antara setiap faktor eigen Jalan Kebun Lama;
kriteria dan alternatif, maka didapatkan nilai 2. Jalan Panglima Polem – Jalan
faktor eigen alternatif-kriteria. Setiap nilai Lilawangsa;
tersebut dijumlahkan. Nilai yang paling 3. Jalan Suka Rakyat – Jalan Khusus
tinggi merupakan nilai prioritas yang Perkebunan;
didaptkan untuk setiap alternatif-kriteria 4. Jalan Langsa Medan – Jalan Teupin
yaitu sebagai berikut : Bugeng.
Total
Rangking Alternatif
Nilai
Jalur Evakuasi Bencana Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan,
1 0,64
Banjir metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat
Jalur Evakuasi Bencana
2 0,27
Gelombang Pasang dijadikan sebagai alat bantu dalam menentukan
Jalur Evakuasi Alam
3 0,09 prioritas penanganan jalan untuk jalur evakuasi
Lainnya
bencana. Ini dapat dilaksanakan dengan adanya

Penerapan Metode Analitycal....


(Firdasari & Iqbal, 2020) - 10 -
Jurnal Teknik Sipil Unaya, Vol.6, No.1, Januari 2020 :1-13
http://jurnal.abulyatama.ac.id/tekniksipilunaya

data kuantitatif yang diperoleh sehingga dapat Pemeliharaan berkala dilakukan dalam selang
disusun suatu hierarki yang terdiri dari kriteria dan waktu beberapa tahun, sedangkan pemeliharaan
alternatif, serta adanya tingkat validitas konsistensi rutin dilakukan beberapa kali atau terus menerus
antar hierarki. Pengujian validitas ditentukan dari sepanjang tahun. Pemeliharaan dilakukan secara
rekomendasi alternatif yang ditetapkan dan didapat berkala tersebut adalah pemberian lapisan aus
dari pembobotan antar kriteria yang menunjukan menyeluruh dan lapisan tambahan fungsional.
peran penilai dalam memahami konsep Analytical Penanganan jalan lainnya bisa dilakukan
Hierarchy Process sangatlah berpengaruh. Dalam dengan pekerjaan penyangga jalan adalah
menentukan tingkat prioritas antar kriteria maka pekerjaan tahunan dengan biaya rendah yang
dapat ditentukan dari tingkat persentase yang diperlukan untuk perbaikan jalan agar kondisi jalan
diperoleh berdasarkan penilaian dari hasil scoring tidak semakin memburuk atau semakin parah. Hal
atau perangkingan antar alternatif-kriteria. ini dilakukan bila pekerjaan berat
Hasil yang diperoleh dari metode AHP dapat (peningkatan/rehabilitasi) yang harus dilakukan
diterapkan selanjutnya untuk tindakan penanganan tidak dibenarkan karena tingkat lalu lintas yang
jalan untuk jalur evakuasi, terutama jalur evakuasi melintasi jalan tersebut rendah atau dana yang
bencana banjir yangb menjadi prioritas pertama tersedia untuk melaksanakan pekerjaan berat
dari hasil perangkingan. Data yang diperoleh dari seperti rahabilitasi atau peningkatan tidak
Dinas PUPR Kota Langsa, maka kondisi jalan mencukupi.
yang ada di Kota Langsa sebesar 50% sudah dalam
KESIMPULAN DAN SARAN
keadaan baik. Berdasarkan survei lapangan kondisi
Kesimpulan
jalan yang melewati jalur evakuasi bencana banjir
1. Berdasarkan perhitungan dengan
dalam keadaan baik namun tetap perlu dilakukan
menggunakan metode AHP, hasil kriteria
pemeliharaan jalan. Pemeliharaan yang dilakukan
yang paling prioritas dalam penanganan
yaitu pemeliharaan rutin jalan dan pemeliharaan
jalaur evakuasi di Kota Langsa adalah
berkala jalan. Pemeliharaan rutin jalan adalah
kriteria Kondisi Jalan dengan nilai eigen
pekerjaan yang skalanya cukup kecil dan
0,46 atau 46%. Dilanjutkan dengan
dikerjakan tersebar diseluruh jaringan jalan secara
kriteria keamana sebesar 0,27 atau 27%,
rutin. Dengan melaksanakan pemeliharaan rutin
kriteria jarak tempuh sebesar 0,15 atau
diharapkan tingkat penurunan nilai kondisi
15% dan kelayakan sebesar 0,12 atau
struktural perkerasan akan sesuai dengan kurva
12%.
kecenderungan yang diperkirakan pada tahap
2. Dari hasil perhitungan faktor eigen untuk
desain.
alternatif, maka prioritas penanganann
Pemeliharaan Berkala Jalan dibedakan
jalan lebih diutamakan untuk jalur
dengan pemeliharaan rutin dalam hal ini periode
evakuasi bencana banjir. Jalur yang
waktu antar kegiatan pemeliharaan yang diberikan.

- 11 -
ISSN 2407-9200 (Online)

dilakukan penanganan jalan untuk jalur DAFTAR PUSTAKA


evakuasi banjir ada empat yaitu :
a. Jalan Langsa Medan – Jalan Baru – Kementerian Pekerjaan Umum. (2011).
Jalan Kebun Lama; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
b. Jalan Panglima Polem – Jalan
Nomor: 13/PRT/M/2011 Tentang
Lilawangsa;
Tata Cara Pemeliharaan dan
c. Jalan Suka Rakyat – Jalan Khusus
Penilikan Jalan. Berita Negara RI
Perkebunan;
Tahun 2011, No. 612. Menteri
d. Jalan Langsa Medan – Jalan Teupin
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Bugeng.
3. Berdasarkan data yang diperoleh dari Jakarta.
Dinas PUPR Kota Langsa, kondisi jalan Palang Merah Indonesia. (2008). Ayo Siaga

yang ada di Kota Langsa sebesar 50% Bencana. Palang Merah Remaja Wira

sudah dalam keadaan baik. Edisi II. Jakarta.

4. Berdasarkan survei lapangan kondisi jalan Pemerintah Aceh. (2013). Qanun Aceh
yang melewati jalur evakuasi bencana Nomor 19 Tahun 2013 Tentang
banjir dalam keadaan baik namun tetap Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh
perlu dilakukan pemeliharaan jalan. Tahun 2013-2033. Lembaran Aceh
Pemeliharaan jalan yang dilakukan bisa Tahun 2014, No.1. Sekretaris Daerah
dengan pemeliharaan rutin jalan dan
Aceh. Banda Aceh.
pemeliharaan berkala jalan
Pemerintah Kota Langsa. (2013). Qanun
Saran Kota Langsa No 12 Tahun 2013
Penelitian ini hanya berfokus pada penerapan Tetang Rencana Tata Ruang Wilayah
metode AHP dalam penentuan prioritas Kota Langsa Tahun 2012-2032.
penanganan jalan untuk jalur evakuasi tanpa Lembaran Kota Langsa Tahun 2013,
adanya studi lebih lanjut tentang metode No.12. Sekretaris Daerah Kota
penanganan jalan yang digunakan. Perlu adanya
Langsa. Langsa.
analisa lanjutan untuk menentukan kondisi jalan
Republik Indonesia. (2007). Undang-
yang perlu dilakukan pemeliharaan dan perbaikan
Undang RI Nomor 24 Tahun 2007
jalan.
Tentang Penaggulangan Bencana.
Lembaran Negara RI Tahun 2007,
No. 66. Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Jakarta.
Saaty, T, L. (1993). Multicriteria Decision
Penerapan Metode Analitycal....
(Firdasari & Iqbal, 2020) - 12 -
Jurnal Teknik Sipil Unaya, Vol.6, No.1, Januari 2020 :1-13
http://jurnal.abulyatama.ac.id/tekniksipilunaya

Making . Forth edition, University of


Pittsburgh, RWS Publication.
Sofyan, M, Abbas, I,M, Firdasari. (2013).
Penerapan Metode Analytical Hierarchy
Process dalam penentuan penanganan
pemeliharaan jalan di Kota Banda Aceh.
Jurnal Transportasi, 13(2), 75-84.
Zuilekom K, Maarseveen M, Doef M. (2006).
A Decision Support System for
Preventive Evacuation of People. A
Decision Support System for Preventive
Evacuation of People. Netherland_.
2014. http://www.radarjogja.co.id
(Diakses pada 4/8/2018 pukul 9:24
WIB).

 How to cite this paper :

Firdasari, F., & Iqbal, I. (2020). Penerapan


Metode Analytical Hierarchy Process
Dalam Penentuan Prioritas Penanganan
Jalan. Jurnal Teknik Sipil UNAYA, 6(1),
1–12.

- 13 -

You might also like