2907 5171 1 SM PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

THE COACHING DISCIPLINE STUDENTS THROUGH MODEL OF

HABITUATION IN DAARUT TAUHID BOARDING SCHOOL BANDUNG

PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI MODEL


PEMBIASAAN DI SMP DAARUT TAUHID BOARDING SCHOOL
BANDUNG
1
Anisa Fitriani, 2Dasim Budimansyah, 3Kokom Komalasari
1
Mahasiswa Departemen Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI
2
Dosen Departemen Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI
fitriani_anisa24@yahoo.com.

ABSTRACT
The research aimed to explore and analyze the data gained from the field concerning the habituation
model applied to build student discipline in Daarut Tauhid Junior Secondary Boarding School. The
analysis was done using qualitative approach with case study method. The results showed that: (1)
The habituation model applied at Daarut Tauhid Junior Secondary Boarding School in building
student discipline was aimed to create pious and well-mannered individuals; (2) The process of
building student discipline through habituation was successfully implemented according to the
curriculum specially designed by Daarut Tauhid Boarding School; (3) The well-disciplined attitudes
of the students were observable during their classroom activities, extracurricular activities, and daily
activities in the dormitory; and (4) Exemplary, consistency, good regulations, and cooperation from
all parties became the supporting factors in building student discipline. Meanwhile, students’ varying
characteristics, minimum infrastructure, and negative effects of the development of science and
technology were the hindrances of the process of building student discipline at Daarut Tauhid Junior
Secondary Boarding School Bandung.

Keywords: Discipline, Model Habituation, Boarding School

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menggali, menganalisis data yang telah diperoleh di
lapangan mengenai model pembiasaan yang diterapkan untuk membina kedisiplinan siswa di SMP
Daarut Tauhid Boarding School Bandung. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kulaitatif
dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan: (1) model pembiasaan yang diterapkan di
SMP DTBS Bandung dalam membina kedisiplinan siswa bertujuan untuk mencetak pribadi sholeh
dan berakhlakul karimah, (2) proses pelaksanaan pembinaan kedisiplinan melalui pembiasaan telah
berhasil dilaksanakan sesuai dengan rancangan kurikulum khas sekolah Pesantren Daarut Tauhid,
(3) Bentuk perilaku disiplin siswa terlihat dalam kegiatan di kelas, kegiatan eksrakurikuler dan dalam
keseharian siswa di Asrama, (4) Keteladanan, keistiqomahan, aturan yang baik dan kerja sama dari
semua pihak menjadi faktor pendukung dalam membina kedisiplinan siswa. Sedangkan perbedaan
karakteristik siswa, minimnya sarana dan prasarana serta efek negatif dari perkembangan IPTEK
menjadi kendala dalam proses pembinaan kedisiplinan siswa di SMP DTBS Bandung.

Keywords: Discipline, Model Habituation, Boarding School

Sebagaimana yang telah disadari tidak dibarengi dengan filter dan benteng yang
bersama bahwa gencarnya arus globalisasi kuat dari diri masyarakat, akan mengakibatkan
yang ditandai dengan pesatnya perkembangan masyarakat mudah terbawa arus yang
teknologi dan informasi telah memberikan berdampak terhadap menurunnya kualitas
corak dan warna tersendiri dalam kehidupan moral dan hilangnya nilai-nilai luhur budaya
masyarakat. Apabila arus globalisasi tersebut bangsa Indonesia. Padahal sesungguhnya nilai-
24
nilai luhur budaya masyarakat Indonesia adanya suatu upaya perbaikan, maka akan
memiliki sejumlah tata nilai yang baik, yang menjadi sebuah ancaman besar terhadap
dapat menjunjung tinggi harkat dan martabat kemajuan bangsa ini di masa yang akan
manusia. datang. Presiden Soeharto (20 Mei 1995)
Disiplin diri merupakan salah satu nilai mengatakan bahwa “bangsa-bangsa yang maju
luhur budaya yang telah hilang dari jiwa dengan cepat adalah bangsa-bangsa yang
bangsa Indonesia saat ini, yang dicirikan oleh berdisipllin tinggi”. Maka perbaikan disiplin
“maraknya praktek Korupsi, Kolusi, dan merupakan kunci terpenting agar bangsa yang
Nepotisme (KKN), terjadinya konflik (antar besar jumlah penduduknya ini bisa keluar dari
etnis, agama, politis, pelajar), meningkatnya krisis dan menyongsong nasibnya yang baru.
kriminalitas, etos kerja yang semakin rendah Sekolah sebagai lembaga pendidikan
merupakan praktik pelanggaran moral berupa formal merupakan komponen yang sangat
kurangnya sikap tanggung jawab dan berperan dalam mengembangkan disiplin
rendahnya sikap disiplin” (Megawangi, siswa. Hal ini didasarkan bahwa sekolah dapat
2004:14). Sejalan dengan hal itu, kondisi menciptakan peraturan dan ketentuan yang
paradoksial bangsa saat ini dipaparkan oleh cenderung akan ditaati oleh siswanya. Dari
Budimansyah (2011:47) yaitu berupa tindak sinilah karakter disiplin akan tertanam dalam
kekerasan, pelanggaran lalu lintas, diri siswa yang terejawantahkan dalam
kebohongan publik, arogansi kekuasaan, kehidupan sehari-hari. Zaenul (2012:10)
korupsi kolektif, korupsi dengan baju menyebutkan bahwa “ yang dapat
profesionalisme, nepotisme lokal dan dikembangkan untuk mendukung keberhasilan
institusional. pendidikan karakter di sekolah adalah melalui
Ketidaksipilinan diri merupakan proses secara bertahap, yaitu : (a) sosialisasi;
kelemahan mentalitas bangsa Indonesia yang (b) internalisasi; (c) pembiasaan, dan (d)
sudah ada sejak lama dalam sistem nilai pembudayaan di sekolah”.
budaya Indonesia yang tradisional. Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja
Sebagaimana yang dikemukakan oleh dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu
Koentjaraningrat, (1985:51) bahwa “Sifat itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan
tidak berdisiplin secara murni merupakan sebenarnya berintikan pengalaman, yang
suatu sifat yang justru dalam zaman setelah dibiasakan kemudian diamalkan secara terus
revolusi tampak semakin memburuk dan menerus (kontinue). Hal tersebut sesuai
merupakan pangkal daripada banyak masalah dengan pendapat Budimansyah (2010:57),
sosial budaya yang sekarang ini kita hadapi”. yang mengungkapkan bahwa “Di dalam
Di samping itu, lemahnya mentalitas disiplin habituasi atau pembiasaan diciptakan situasi
bangsa Indonesia juga nampak saat dan kondisi serta peguatan yang
berlalulintas di jalan raya yang mengakibatkan memungkinkan peserta didik pada satuan
terjadinya kecelakaan. pendidikannya, di rumahnya, di lingkungan
Keadaan faktual yang terjadi, masyarakatnya dapat membiasakan diri
memposisikan siswa sebagai pelaku utama berperilaku sesuai dengan nilai dan menjadi
penyebab adanya ketidakdisiplinan berlalu karakter yang telah diinternalisasikan dan
lintas. Padahal sesungguhnya siswa memiliki dipersonalisasi dari dan melalui proses
potensi yang besar untuk memiliki berbagai intervensi”.
khasanah ilmu pengetahun yang mempuni dan Studi awal terhadap beberapa sekolah,
karakter yang baik yang nantinya digunakan ternyata tidak semua sekolah mempunyai
untuk membangun bangsa ini. Budimansyah model khusus dalam membina kedisiplinan
(2010: 140) mengungkapkan bahwa “setiap siswa, sehingga hasilnya pun menunjukkan
generasi adalah masyarakat baru yang harus masih terjadi kemerosotan dalam perilaku
memperoleh pengetahuan, mempelajari siswa. Apabila permasalahan tersebut tidak
keahlian, dan mengembangkan karakter atau dicarikan solusinya, maka akan berdampak
watak publik maupun privat yang sejalan terhadap pembinaan kedisiplinan pada
dengan demokrasi konstitusional”. lingkungan pendidikan di Indonesia.
Apabila kemerosotan nilai-nilai luhur Atas dasar latar belakang di atas, penulis
budaya, khusunya disiplin dibiarkan tanpa tergerak untuk melakukan penelitian di SMP

25
Daarut Tauhid Boarding School Bandung informasi secara intensif, terperinci, dan
Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan bersifat mendalam terhadap organisasi,
pada kenyataan bahwa kehadiran sekolah lembaga, atau gejala tertentu. Tempat yang
boarding school telah memberikan alternative dipilih sebagai objek penelitian yaitu SMP
pendidikan bagi para orang tua yang ingin Daarut Tauhid Boarding School Bandung
menyekolahkan anaknya. Apabila dilihat dari karena merupakan salah satu Sekolah
segi pembentukan karakter siswa yang Menengah Pertama yang pertama menerapkan
diusung, ternyata boarding school mampu kurikulum KTSP, kurikulum pengembangan
melangsungkan aksi-aksi nyata seperti diri, serta kurikulum Boarding school khas
kedisiplinan, kemandirian, tanggung jawab, Pesantren Daarut Tauhid yang berbasis
dan lain-lain yang dalam dunia pendidikan Karakter.
menjadi pilar pembentukan karakter. Pengambilan informan dalam penelitian
SMP Daarut Tauhiid Boarding School ini menggunakan teknik purposive sampling
adalah SMP yang pertama menerapkan yaitu mengambil orang-orang yang terpilih
kurikulum KTSP dan kurikulum Boarding betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik
School khas Pesantren Daarut Tauhiid yang yang dimiliki oleh sampel itu (Nasution,
berbasis Karakter. SMP tersebut mempunyai 2006:98). Sedangkan teknik yang digunakan
motto yaitu “Bertauhiid - Berakhlak – untuk mengumpulkan data dalam proses
Berprestasi”. Oleh karena itu, SMP Daarut penelitian ini melalui: (1) observasi partisipan
Tauhid Bandung sangat kental dengan nuansa yaitu peneliti datang ke sekolah dan ikut
pendidikan karakternya. Pembinaan terlibat dalam kegiatan yang diteliti; (2)
kedisiplinan di SMP Daarut Tauhid Boarding wawancara mendalam dengan PKS
School Bandung dikembangkan melalui model Kurikulum, PKS Kesiswaan, PKS
pembiasaan yang diarahkan pada upaya Pengasuhan, Pembina Ekstra kulikuler, guru
peningkatan nilai-nilai yang mendasari suatu PKn, Mudaris, serta informan penunjang yaitu
kebaikan sehingga menjadi suatu kepribadian siswa; dan (3) dokumentasi, dalam penelitian
diri warga Negara. ini berupa profil sekolah, data siswa, agenda
Adapun fokus permasalahan dalam kegiatan, foto, gambar. Analisis data dalam
penelitian ini yaitu bagaimana pembinaan penelitian ini menggunakan analisis data
kedisiplinan yang dilakukan melalui model kualitatif model Miles dan Huberman yang
pembiasaan pada siswa di lingkungan sekolah terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) reduksi data;
dan asrama. Penelitian ini bertujuan untuk (2) penyajian data; (3) verifikasi/penarikan
menggali, menganalisis data yang telah kesimpulan.
diperoleh di lapangan mengenai model
pembiasaan yang diterapkan untuk membina HASIL DAN PEMBAHASAN
kedisiplinana siswa, proses pembinaan Hasil
kedisiplinan melalui model pembiasaa, Model Pembiasaan yang Diterapkan di
bentuk-bentuk perilaku disiplin siswa yang SMP Daarut Tauhid Boarding School
tercermin di lingkungan sekolah dan asrama, Bandung dalam Membina Kedisiplinan
serta faktor pendukung dan penghambat dalam Siswa
melaksanakan pembinaan kedisiplinan siswa Berdasarkan data yang didapat dari hasil
melalui model pembiasaan. wawancara, observasi dan studi dokumentasi,
dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan di
METODE SMP Daarut Tauhid Boarding School
Berdasarkan fokus permasalahan, Bandung adalah untuk mencetak generasi
penelitian ini menggunakan pendekatan islami yang berakhlakul karimah mempunyai
kualitatif dengan metode studi kasus. prestatif, disiplin, mandiri, tangguh serta
Pendekatan kualitatif yaitu prosedur berwawasan lingkungan yang berlandaskan
pemecahan masalah yang diselidiki berupa tauhid. Model pembiasaan tersebut diarahkan
pemaparan gambaran mengenai situasi dan kepada upaya peningkatan nilai-nilai yang
fenomena yang terjadi selama proses mendasari suatu kebaikan sehingga menjadi
penelitian dalam bentuk uraian naratif. Metode suatu kepribadian diri warga Negara.
studi kasus bertujuan untuk menggali

26
Model pembiasaan kedisiplinan ini, pembelajaran di kelas, kegiatan kebordingan
berbeda dengan sekolah-sekolah boarding di asrama dan kegiatan ekstrakurukuler.
lainnya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan Berdasaran hasil wawancara dengan PKS
SMP yang berada di dalam satu naungan Kurikulum, dapat diketahui bahwa kurikulum
yayasan Pondok Pesantren Daarut tauhid yang diterapkan di SMP Boarding School
Bandung. Maka, output yang diharapannya Daarut Tauhid Bandung adalah kurikulum
pun harus sesuai dengan karakter santri DT. yang merujuk kepada Standar Pendidikan
Penerapan pembiasaan kedisiplinan di SMP Nasional kemudian dikembangkan dan
Daarut Tauhid Boarding School Bandung dirancang sedemikian rupa guna
dimulai dari hal terkecil baik yang bersifat mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan,
fisik maupun non fisik. pemahaman, sikap dan keterampilan siswa
Pembiasaan yang ada di SMP Daarut untuk mampu berperan serta secara aktif dan
Tauhid Boarding School Bandung terwujud tanggung jawab dalam perubahan dunia. Dan
dalam kegiatan keseharian siswa yang dimulai pada akhirnya dapat diterapkan dalam kegiatan
dari sejak bangun tidur. Pembiasaan- kerja pada perusahaan sebagai tujuan
pembiasaan tersbebut berupa: (1) Keharusan penerapan ilmu yang di dapatkan dengan tidak
bagi seluruh santri untuk mengikuti shalat sombong dan selalu dengan mencari ridho
fardhu dan sholat tahajjud berjamaah di Allah SWT.
masjid, (2) Dibiasakan untuk shalat sunah Pada dasarnya proses pendidikan di
tahajud, dhuha, sunat rowatib dan shalat sunah sekolah boarding school dan di pesantren
lainnya, (3) Dibiasakan untuk melaksanakn hampir sama, namun hal spesifik yang
puasa sunah, yaitu shaum ayyamul bidh membedakannya adalah dari segi kurikulum
(shaum pertengahan bulan yang selanjutnya yang diterapkan. Apabila kurikulum sekolah
jika dirasa sudah mampu maka di tingkatkan boarding school masih merujuk kepada Dinas
ke shaum senin-kamis) dan shaum daud (satu Pendidikan dan Kebudayaan, maka peoses
hari shaum,satu hari tidak), (4) Mengikuti pembelajaran di pesantren disesuaikan dengan
seluruh kegiatan keboardingan tepat waktu karakteristik pesantern tersebut. Untuk
sesuai dengan peraturan, (5) Mengikuti jam mengetahui perkembangan kedisiplinan siswa,
pelajaran kitab (kegiatan boarding) tepat maka dilakukan evaluasi. Evaluasi terhadap
waktu, apabila telat diberi sanksi, (5) keberlangsungan pembiasaan kedisiplinan
Melaksanakan berbagai kegiatan secara siswa di sekolah dan di asrama dilakukan oleh
bersama dan dalam satu komando seperti semua pihak. Evaluasi guru-guru dan mudarris
makan, kegiatan kebersihan kamar dan dilaksanakan setiap dua minggu satu kali yang
lingkungan asrama, (6) Pergerakan/harokah disertai dengan laporan dari masing-masing
dari satu kegiatan kepada kagiatan yang lain guru dan mudarris. Evaluasi terdiri dari
dilakukan secara disiplin dan teratur tanpa evaluasi yang bersifat formal dan non formal
leha-leha, (7) Pembiasaan hidup bersih dan yang menyangkut dengan penilaian akademik,
rapi serta (8) Pembiasaan berperilaku yang dan penilaian sikap disiplin siswa dalam
baik berdasarkan implementasi nilai-nilai MQ. mentaati semua peraturan.
Pendekatan pembiasaan-pembiasaan di atas Seluruh siswa mempunyai catatan
telah dirancang dengan baik melalui kegiatan Mutaba’ah Yaumiyah yang harus diisi setiap
rutin, kegiatan spontan, kegiatan teladan, dan hari berdasarkan apa yang telah dilakukan.
kegiatan terprogram. Catatan tersebut berupa amalan cinta masjid,
cinta shalat, cinta Al-Quran, cinta shaum, cinta
Proses Pembinaan Kedisiplinan Siswa di shodaqoh, dan cinta dzikir. Dengan adanya
SMP Daarut Tauhid Boarding School mutaba’ah yaumiyah ini diharapkan dapat
Bandung Melalui Model Pembiasaan menumbuhkan kedisipllinan, kejujuran serta
Pembinaan kedisiplinan siswa melalui tanggung jawab siswa, sehingga ia senantias
model pembiasaan di SMP Daarut Tauhid melaksanakannya dengan penuh kesadaran
Bandung telah dapat mendayagunakan diri. Peraturan di SMP Daarut Tauhid
komponen–komponen belajar secara optimal. Boarding School Bandung sangat rinci, sanksi
Pembinaan kedisiplinan siswa dilakukan yang diterapkannya pun sudah jelas dan ketat.
secara komperhensif dalam kegiatan

27
Bentuk-Bentuk Perilaku Disiplin Siswa Membina Kedisiplinan Siswa di SMP
yang Tercermin dalam Kegiatan di Daarut Tauhid Boarding School Bandung
Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Berdasarkan kenyataan di lapangan
Asrama menunjukan bahwa terdapat beberapa faktor
Berdasarkan data yang diperoleh pendukung dalam membina kedisiplinan siswa
melalui wawancara, observasi dan studi melalui model pembiasaan, diantaranya yaitu:
dokumentasi, dapat diketahui bahwa bentuk- adanya peneladanan yang baik dari guru dan
bentuk kedisiplinan siswa di lingkungan mudarrisah, keistiqomahan dalam diri siswa,
sekolah meliputi kedisiplinannya dalam adanya aturan yang baik, serta adanya kerja
kegiatan belajar di kelas, dan kegiatan sama yang baik antara pihak sekolah dengan
ekstrakurikuler. Di kelas, siswa sangat terlihat orang tua. Akan tetapi dalam rangka
dalam kegaitan belajar mengajar yang tidak membentuk disiplin siswa melalui model
berisik, ketika ulangan tidak ada siswa yang pembiasaan di SMP Daarut Tauhid Boarding
berani mencontek, dan berani bertanya ketika School Bandung masih ditemui kendala-
ada pelajaran yang kurang dipahami. Apabila kendala yaitu adanya karakter siswa dengan
ada siswa yang mengobrol, maka KM latar belakang keluarga yang berbeda, masih
langsung memperingatinya, siswa selalu mimimnya sarana dan prasarana, pengaruh
melapor kepada Pembina Kesiswaan ketika ia buruk dari perkembangan IPTEK yang
tidak bisa masuk kelas dengan semakin canggih.
mengungkapkan alasan yang jujur, apabila ada
siswa yang tidak mengerjakan tugas, ia
langsung lapor kepada gurunya dengan jujur Pembahasan
bahwa ia tidak mengerjakan tugas disertai Pada rumusan masalah pertama, model
alasannya. pembiasaan bertujuan untuk
Sedangkan dalam kegiatan menumbuhkembangkan karakter atau watak
ekstrakurikuler, kedisiplinan siswa terlihat seseorang, sehingga diharapkan dapat
pada komitmen siswa untuk mengikuti ekskul berperilaku sesuai dengan aturan dan norma
dengan serius, datang tepat waktu sesuai yang berlaku. Model pembiasaan kedisiplinan
dengan peraturan yang berlaku, tidak berani yang diterapkan di SMP Daarut Tauhid
izin (tidak mengikuti) ekskul apabila tidak ada Boarding School Bandung Bandung lebih
halangan, siap dihukum apabila mereka mengarah kepada kedisiplinan untuk
melakukan kesalahan, serta berani berpendapat membentuk pribadi yang sholeh yang
apabila ada sesuatu yang kurang difahami. diarahkan pada upaya peningkatan nilai-nilai
Setiap kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti yang mendasari suatu kebaikan sehingga
siswa selalu menghasilkan suatu kebaikan dan menjadi suatu kepribadian diri warga Negara.
kebermanfaatan. Kedisiplinan merupakan salah satu karakter
Adapun bentuk- bentuk kedisiplinan yang diibaratkan seperti otot, sebagaimana
siswa di asrama terlihat dari mulai bangun ungkapan Aristoteles (Megawangi, 2004:113)
tidur pukul 03.00 WIB, ketaatan dalam bahwa karakter itu erat kaitannya dengan
melaksanakan ibadah seperti shalat tepat “habit ” atau kebiasaan yang terus menerus
waktu secara berjamaah, melaksanakn shalat dilakukan. Diilustrasikan bahwa karakter
subat duha, tahajud dan lainnya secara adalah ibarat “otot”, dimana “otot-otot”
konsisten, puasa Senin-Kamis dan puas Daud karakter akan menjadi lembek apabila tidak
dengan rajin, mengaji bersama dalam satu pernah dilatih, dan akan kuat dan kokoh
komando, menjaga kebersihan dengan baik, apabila sering dilatih dan dipakai. Seperti
tanggung jawab melaksanakan piket, belajar seorang binaragawan (body builder) yang
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, terus menerus berlatih untuk membentuk
serta melaksanakan berbagai kegiatan dengan ototnya, “otot-otot” karakter juga akan
harakoh yang disiplin dan teratur. terbentuk dengan praktek-praktek latihan yang
akhirnya akan menjadi kebiasaan (habit).
Faktor Pendukung dan Penghambat Apabila disiplin senantiasa dipakai dan dilatih
Pelaksanaan Model Pembiasaan dalam secara terus menerus di lingkungan sekolah,
asrama dan lingkungan keluarga maka akan

28
menjadi suatu kebiasaan yang nantinya akan pada akhirnya dapat diterapkan dalam kegiatan
mengarah kepada watak seseorang. Dengan kerja pada perusahaan sebagai tujuan
tidak dipaksa atau disuruh, peserta didik akan penerapan ilmu yang di dapatkan dengan tidak
dengan sendirinya melaksanakan tugas yang sombong dan selalu dengan mencari ridho
menjadi tanggung jawabnya dan senantiasa Allah SWT. Menurut Berkowitz (Megawangi,
taat terhadap peraturan yang berlaku. 2004: 119) bahwa “pendidikan karakter di
Pendekatan pembiasaan di SMP DTBS sekolah yang dianggap efektif adalah dengan
Bandung diterapkan dalam setiap kegiatan menggunakan kurikulum pendidikan karakter
yang terjadwal dengan baik. Berdasarkan formal, atau kurikulum yang secara eksplisit
rujukan dari Pusat Kurikulum Balitbang mempunyai tujuan pembentukan karakter
Depdiknas bahwasannya ada empat kegiatan anak”. Selain itu, sekolah juga harus memiliki
belajar pembiasaan dalam ranah visi dan misi yang bertujuan untuk membentuk
pengembangan diri, yaitu: (a) kegiatan rutin, anak yang berkarakter.
(b) kegiatan teladan, (c) kegiatan teladan, dan Pembiasaan kedisiplinan di SMP Daarut
(d) kegaitan terprogram. Kegaiatn rutin adalah Tauhid Boarding School Bandung disesuaikan
kegiatan yang terus dilakukan baik di sekolah dengan konsep budaya Daarut Tauhid berikut
maupun di asrama yang bertujuan untuk rumus-rumusnya yang terdapat dalam Buku
membiasakan siswa konsisten dalam Panduan yang disusun langsung oleh
mengerjakan sesuatu. Adapun kegiatan KH.Abdullah Gymnastiar selaku Pengasuh
spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara Yayasan Daarut Tauhid Bandung. Evaluasi
sadar kapan saja, dimana saja dan tidak terhadap keberlangsungan pembiasaan
dibatasi oleh ruang dan waktu. Perilaku kedisiplinan siswa di sekolah dan di asrama
spontan ini adalah buah dari adanya dilakukan oleh semua pihak. Evaluasi terdiri
pembiasaan siswa terhadap peraturan terutama dari evaluasi yang bersifat formal, yang
dalam disiplin berperilaku sopan santun. menyangkut dengan penilaian akademik, dan
Kegiatan teladan adalah adanya figur dari bersifat non formal, yang menyangkut
guru, mudaris yang ada di lingkungan sekolah pembinaan sikap disiplin siswa dalam mentaati
dan asrama. Keteladanan dari para pemimpin semua peraturan. Peraturan di SMP Daarut
dan orang-orang yang berpengaruh di sekitar Tauhid Boarding School Bandung sangat rinci,
anak merupakan salah satu cara terbaik sanksi yang diterapkannya pun sudah jelas dan
mengajarkan dunia afektif. Sedangkan sangat ketat. siswa yang melanggar peraturan
kegiatan terprogram, yaitu kegiatan yang diberi hukuman. Hukuman merupakan slah
sudah dirancang sedemikian rupa oleh seluruh satu unur disiplin yang harus diteagakan.
komponen yang ada SMP Daarut Tauhid Sebagaimana yang diungkapkan Hurlock
Boarding School Bandung yang sudah (1999:89) bahwa “Hukuman berarti
terprogram di dalam Buku Panduan. menjatuhkan hukuman pada seseorang karena
Pada rumusan masalah kedua, proses sutau kesalahan, perlawanan atau pelanggaran
pembinaan kedisiplinan siswa melalui model sebagai ganjaran atau pembalasan. Hukuman
pembiasaan di SMP Daarut Tauhid Boarding memiliki tiga fungsi, yaitu untuk menghalangi
School Bandung telah dapat mendayagunakan pengulangan tindakan yang tidak diinginkan
komponen–komponen belajar secara optimal. oleh masyarakat, membentuk sebuah pola
Pembinaan kedisiplinan siswa dilakukan yang mampu mendidik masyarakat, dan
secara komperhensif dalam kegiatan memberikan motivasi untuk menghindari
pembelajaran di kelas, kegiatan kebordingan perilaku yang tidak diterima masyarakat”.
di asrama dan kegiatan ekstrakurukuler. Pada rumusan masalah ketiga, bentuk-
Pembiasaan kedisiplinan telah dirancang bentuk kedisiplinan siswa tercermin di
sedemikian rupa di dalam kurikulum khas lingkungan sekolah dan asrama. Sekolah
pesantren Daarut Tauhid yang merujuk kepada adalah alah satu tempat yang sangat strategis
Standar Pendidikan Nasional guna untuk membina dan mendidik karakter anak.
mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan, Berbagai pelajaran akan ia dapatkan di
pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sekolah, sehingga apa yang ia dapatkan akan
untuk mampu berperan serta secara aktif dan berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan
tanggung jawab dalam perubahan dunia. Dan perilakunya. Pernyataan ini senada dengan

29
pendapat Prijodarminto (1992:24) banhwa juga bertempat tinggal dan hidup menyatu
“Sikap mental seseorang terhadap nilai budaya dengan lembaga tersebut. Sebagaimana
yang ada di sekitarnya dapat dibentuk dan ungkapan Maksudin (2006:8) bahwa boarding
dikembangkan dengan berbagai cara, salah school adalah sekolah yang memiliki asrama,
satunya melalui pendidikan formal di di mana para siswa hidup, belajar secara total
sekolah”. Sekolah sebagai suatu organisasi di lingkungan sekolah dengan tujuan untuk
formal yang memiliki struktur dan kultur. mencetak para pemimpin serta mencetak aspek
Dalam konteks membangun generasi disiplin, kemandirian dan kepribadian yang utuh sesuai
maka budaya sekolah (school culture) menjadi dengan visi dan misi dari lembaga yang
kekuatan penting. Hal ini berdasarkan kepada bersangkutan.
pendapat Hakim (2012: 44-45) bahwa “Hanya Di samping itu, keunggulan boarding
di sekolah dengan disiplin yang konsistenlah school dapat dilihat dari beberapa keakteristik
proses belajar dapat berlangsung dengan baik sebagaimana ungkapan A’la (2006:49) yaitu :
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan (1) dari segi soial, sistem boarding school
oleh kurikulum”. Maka, dengan adanya dapat mengisolasi anak didik dari lingkungan
disiplin yang konsisten, sekolah dapat sosial yang heterogen yang cenderung buruk.
menjalankan peranannya sbaagai lembaga Keberagaman latar belakang siswa yang ada di
pendidikan formal yang mampu meningkatkan asrama akan menjadi suatu khasanah
kualitas tingkah laku siswa. perbedaan. Dari sisnlah anak akan belajar
Dengan demikian dapat diketahui mengahargai berbagai perbedaan, (2) dari segi
bahwa di dalam kegiatan di sekolah, religiusitas menjanjikan pendidikan yang
kedisiplinan siswa terlihat di berbagai seimbang antara kebutuhan jasmanai dan
kegiatan, dan kedisiplinan ini merupakan rohani, intelektual dan spiritual. Kedisiplinan
karakter positif yang harus dikembangkan dalam beribadah sangat diperhatikan, sehingga
untuk perkembangan diri siswa, sebagaimana diharapkan menumbuhkan kedisiplinan yang
diungkapkan Hurlock (1999:94) bahwa disipin timbul dari diri sendiri.
dalam porsi yang tepat akan berguna untuk Dengan demikian, bentuk-bentuk
membantu penyesuaian diri pada diri siswa, kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah
memberi rasa aman, memotivasi anak berbuat maupun di lingkungan Asrama menunjukan
baik, dan memperkaya kepribadian anak. bukti bahwa mereka memiliki tekad dan
Pembiasaan kedisiplinan tersebut melahirkan keinginan yang tinggi untuk berbenah diri
kejujuran, kebahagiaan, ketenangan, menuju perbaikan kualitas hidup.
keteraturan dan kesuksesan. Kedisiplinan ini Kedisiplinannya, kejujurannya, tanggjung
adalah watak yang melatih perkembangan jawabnya, serta keteraturan hidupnya patut
mental sehingga mempunyai visi (pandangan ditiru oleh anak-anak seusianya. Bentuk-
yang jauh ke depan) dan misi (rencana atau bentuk kedisiplinan yang tercerimin di
tugas yang jelas dalam menuju visi tersebut). lingkungan sekolah dan asrama merupakan
Adapun pembinaan kedisiplinan melalui bentuk disiplin demokratis yang positif,
pembiasaan di lingkungan asrama berlangsung sebagaimana yang diungkapkan oleh Hurlock
dalam suasana harmonis penuh kekeluargaan. (1992: 82) bahwa “ disiplin demokratis positif
Lingkungan asrama merupakan tempat yang menekankan kepada pertumbuhan di dalam
telah membentuk siswa untuk disiplin dengan diri yang mencakup disiplin diri (self
segala tata tertib yang jelas yang dapat discipline) yang mengarah dari motivasi diri
membangun rasa kekeluargaan melalui pola sendiri, dimana dalam melakukan sesuatu
hidup teratur, sehingga dapat mengontrol diri (mentaati aturan dan norma) itu harus datang
agar sesuai dengan tujuan di lingkungan sosial. dari kesadaran diri sendiri.
Sebagai sekolah boarding school, SMP Daarut Pada rumusan masalah keempat,
Tauhid Boarding School Bandung ini terdapat faktor pendukung dan penghambat
memiliki keunggulan dibandingkan dengan dalam membina kedisiplinan siswa di SMP
sekolah regular. Dilihat dari habituasi sosial, Daarut Tauhid Boarding School Bandung.
SMP Daarut Tauhid Boarding School Faktor pendukung tersebut yaitu: Pertama,
Bandung ini merupakan lembaga pendididkan adanya peneladanan yang baik dari guru dan
di mana para siswa tidak hanya belajar tetap mudarisah. Peneladanan yang baik (akhlakul

30
karimah) disini mencakup bijaksana dalam diharapkan dapat menanamkan kedisiplinan
mengambil suatu keputusan, sopan dalam secara bersama. Kebersamaan dalam beramal
bersikap, lemah lembut dalam bertutur kata, islami, akan lebih membantu dan
tegas dan disiplin dalam bersikap, konsekuen mempermudah hal apapun yang akan kita
terhadap keputusan serta taat dalam beribadah. lakukan. Allah SWT telah menjanjikan
Dengan adanya suri tauladan yang baik dari balasan yang besar kepada orang-orang yang
guru, diharapkan dapat memberikan dampak istiqomah. “Sesunguhnya orang-orang yang
yang baik terhadap siswa. Keteladanan mengatakan: "Rabb kami ialah Allah",
seorang guru adalah perwujudan realisasi kemudian mereka tetap istiqomah maka tidak
kegiatan belajar mengajar dan menanamkan ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka
sikap kepercayaan kepada siswa. Dalam tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah
pendangan islam, keteladanan yang baik penghuni-penghuni surga, mereka kekal di
merupakan jurus jitu dalam mencetak akhlak dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah
mulia. Bahkan Rasulullah SAW diutus Allah mereka kerjakan. (QS. Al-Ahqaf:13-14).
ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak Ketiga, adanya aturan yang baik.
manusia. Beliau telah diakui dunia sebagai Pembiasaan kedisiplinan sangat erat
panutan tertinggi yang tidak bisa dikalahkan hubungannya dengan aturan, karena peraturan
oleh siapapun. Oleh karena itu, pembinaan merupakan salah stau unsur disiplin
kedisiplinan melalui pembiasaan di sekolah sebagaimana yang dikemukakan oleh
boarding school harus dipenuhi oleh Budimansyah (2000:48) bahwa “Disiplin
teladanan-teladan yang baik dari guru, mudaris merupakan suatu sistem peraturan atau metode
dan semua pihak yang ada di lingkungan tata cara berperilaku”. Senada dengan
boarding. pernyataan tersebut, Hurlock (1999)
Sebagai sekolah boarding school, segala menyatakan bahwa “Peraturan adalah pola
sesuatu yang dilakukan oleh mudaris akan yang ditetapkan untuk tingkah laku yang
diteladani oleh siswanya. Hal ini sebagaimana bertujuan untuk mewujudkan anak lebih
yang diungkapkan Dhofier (Tanzshil, 2012:54) bermoral dengan pedoman perilaku yang
bahwa pada lingkungan Pondok pesantren, diakui dalam situasi tertentu. Peraturan yang
hubungan antara pengajar (mudaris) dan murid jelas dan efektif akan membantu siswa
sedemikian rupa sehingga anjuran-anjuran terhindar dari perbuatan-perbuatan yang
yang diberikan oleh para pengajar dianggap menyimpang. Ketaatan hukum akan
oleh murid sebagai perintah yang mutlak harus terlaksana apabila adanya kesadaran dari
dikerjakan. Bahkan teori pembelajaran sosial seluruh elemen yang bersangkutan, mereka
dari Albert Banduran menyatakan bahwa mengatahui dan memahami dengan pasti hal-
sebagain besar teori tingkah laku manusia hal apa saja yang boleh dilakukan serta hal-hal
dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, apa saja yang tidak boleh dilakukan, kemudian
contohnya tingkah laku (modeling). mereka akan mengindahkan aturan-aturan
Kedua, adanya keistiqomahan dalam tersebut.
diri siswa. Istiqomah adalah sebuah komitmen Adapun kendala-kendala yang dialami
dalam menjalankan satu program untuk dalam pembentukan disiplin siswa melalui
menuju satu tujuan. Istiqomah mengandung model pembiasaan di SMP Daarut Tauhid
pengertian: (1) konsisten, sehingga secara Boarding School Bandung yaitu: Pertama,
terus menerus apa yang dianggap baik itu adanya perbedaan karakteristik dan latar
dijalankan, (2) tahan uji kepada godaan- belakang keluarga siswa. Sebagaimana yang
godaan yang mungkin menjadi penghambat, telah kita ketahui bahwa Masyarakat Indonesia
menjadi halangan kita sampai pada tujuan merupakan masyarakat dengan tingkat
yang cita-citakan. Keistiqomahan yang keanekaragaman yang sangat kompleks,
tercermin pada siswa seperti dengan berbagai keanekaragaman tersebut,
keistiqomahannya dalam ibadah: shalat masyarakat kita dikenal dengan istilah
berjamaah tepat waktu, puasa Senin-Kamis masyarakat multikultural. Multikultural
secara rutin, bahkan banyak yang sudah seharusnya menjadi salah satu prioritas utama
melaksanakan puasa Daud. Dengan adanya masa kini apabila kita ingin membangun
pembiasaan beribadah secara Jama’i bangsa yang kuat dan mandiri. Perilaku

31
stereotipe (prasangka), etnosentrisme (menilai SIMPULAN
dengan ukuran budaya sendiri), dan Model pembiasaan (habituasi)
primordialisme (mengunggulkan daerah asal) merupakan bagian dari sistem nilai budaya
selalu menjadi hambatan terhadap kestabilan yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman
dan keutuhan berinteraksi peseta didik dalam untuk menanamkan kedisiplinan seseorang,
proses belajar. Begitupula dengan lingkungan yang harus dimulai sejak kanak-kanak melalui
sekolah boarding school, kondisi multikultur jalur pendidikan informal di dalam keluarga
sangat terasa karena 24 jam semua siswa dan masyarakat serta pendidikan formal di
berada di dalam lingkungan yang sama. sekolah. Pembinaan kedisiplinan melalui
Perbedaan tersebut terdiri dari perbedaan latar model pembiasaan di SMP Daarut Tauhid
belakang keluarga, perbedaan tingkat Boarding School Bandung meliputi semua
ekonoomi, bahasa, dan kebiasaan siswa di aktifitas kegiatan siswa yang berdasarkan pada
rumahnya masing-masing. nilai-nilai sebagai makhluk Tuhan, sebagai
Kedua, masih mimimnya sarana dan makhluk sosial serta nilai-nilai sebagai
prasarana. Pengelolaan fasilitas sarana dan makhluk individu, yang bersumber kepada Al-
prasarana merupakan salah satu faktor yang Quran dan Al-Hadits serta nilai-nilai luhur
harus diperhatikan oleh lembaga formal seperti Pancasila.
sekolah. Mulyasa (2010:72) mengungkapkan Keunggulan yang ada di SMP Daarut
bahwa pengelolaan sarana dan prasarana Tauhid Boarding School Bandung dapat
sekolah sudah sewajarnya dilakukan oleh terlihat dari kebiasaan-kebiasaan di
satuan pendidikan. Mulai dari pengadaan, lingkungan sekolah dan asrama yang telah
pemeliharaan dan perbaikan hingga dirancang khusus di dalam kurikulum khas
pengembangannya. Hal ini didasari oleh Pesantren Daarut Tauhid. Salah satu kebiasaan
kenyataan bahwa sekolah yang unggulan tersebut adalah adanya model
bersangkutanlah yang mengetahui akan pembiasaan kedisiplinan untuk mencetak dan
kebutuhan yang dapat menunjang untuk generasi unggulan yang berwawasan luas,
terlaksananaya proses pendidikan yang telah bertauhid tinggi dan berkahluk karimah dalam
direncanakan. Penjelasan mengenai sarana hubungannya dengan dimensi sosial
dan prasarana telah ditetapkan dalam UU (Hablumminannas) dan hubungan dimensi
SISDIKNAS No. 20/2003 Bab XII Pasal 45 dengan Allah (Hablumminalloh) yang
ayat 1 yang menyebutkan bahwa betapa meliputi: shalat shalat wajib berjamaah, shalat
pentingnya pemenuhan sarana dan prasarana sunnah (tahajjud, dhuha, witir, dan lainnya),
dalam satuan pendidikan, tanpa adanya sarana shaum sunnah (Senin, Kamis, shaum Daud,
yang menunjang, maka proses pendidikan di ayyamul bidh), pembiasaan hidup bersih dan
satuan pendidikan tidak akan berjalan efektif rapi, pembiasaan berperilaku yang baik serta
semuanya serba terbatas dan serba tidak pembiasaan dalam bergaul dengan orang lain
lengkap. yang berdasarkan implementasi nilai-nilai
Ketiga, pengaruh buruk dari MQ.
perkembangan IPTEK yang semakin canggih. Pengembangan kepribadian siswa
Perkembangan IPTEK yang semakin canggih, mencakup aspek moral knowing (pemberian
seharusnya menjadi kesempatan bagi manusia pengertahuan tentang moral) disampaikan
untuk memanfaatkannya dengan sebaik- pada dimensi sekolah dan kegiatan
baiknya. IPTEK telah membuat kehidupan keboardingan di asrama melalui penyampaian
sekarang ini menjadi lebih mudah, materi dari guru, ustadz dan para pengajar
medekatkan yang jauh seakan-akan hal-hal lainnya. Moral feeling dikembangkan melalui
yang tidak mungkin sekarang menjadi pengalaman langsung yang tergambar dalam
kenyataan. Pengaruh buruk dari adanya kehidupan sehari-hari siswa untuk berinteraksi
IPTEK membuat siswa menjadi tidak dengan teman-temannya, seolah-olah mereka
terkontrol sehingga seringkali berbuat hal-hal berada dalam kehidupan sosial
yang keluar dari aturan. kemasyarakatan yang nyata. Sedangkan moral
action diwujudkan melalui serangkaian model
pembiasaan kedisiplinan dalam seluruh
kegiatan yang telah ditetapkan oleh sekolah.

32
Serangkaian pembiasaan kedisiplinan di pengurus SMP Daarut Tauhid Boarding
SMP Daarut Tauhid Bandung, ternyata School Bandung.
mampu memberi dampak yang besar bagi
pembentukan kedisiplinan para siswa, hal ini DAFTAR RUJUKAN
dapat dilihat dari beberapa indikator berikut: A’la. 2006. Pembaruan Pesantren.
(1) Terdapat perubahan yang signifikan para Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
periaku, sikap dan tatakrama siswa baik itu di Hakim. 2012. Belajar secara efektif. Jakarta:
lingkungan sekolah dan asrama, (2) Puspa Swara.
Timbulnya kedisiplinan siswa dalam Hurlock. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta:
mengelola waktu, beribadah, belajar, menjaga Erlangga.
kebersihan lingkungan serta mentaati Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan
peraturan, baik yang ada di lingkungan Mentalitas dan Pembangunan.Jakarta:
sekolah maupun asrama, (3) Timbulnya PT. Gramedia.
kejujuran siswa ketika melakukan kesalahan,
serta (4) Timbulnya keberanian dan tanggung Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter
jawab siswa terhadap apa yang telah menjadi Solusi yang Tepat untuk Membangun
tugasnya. Bangsa. Jakarta:
Keteladanan, keistiqomahan, aturan Maksudin. 2006. Pendidikan Nilai Sistem
yang baik serta adanya kerja sama dari semua Boarding School di SMP IT Abu
pihak merupakan faktor pendukung terfadap Bakar. Disertasi pada Program Pasca
tegaknya pembinaan kedisiplinan siswa. Sarjana UIN Sunan Kalijaga.
Namun dalam pelaksanaanya, tidak terlepas Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
dari adanya faktor penghambat baik bersifat Mulyasa, 2012. Manajemen Pendidikan
internal maupun eksternal seperti minimnya Karakter. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
saran dan prasarana, adanya perbedaan latar Nasution. 2003. Metode Research.Jakarata:
belakang siswa serta pengaruh buruk dari bumi Aksara.
perkembangan IPTEK menjadi hambatan Prijodarminto, S. 1992. Disiplin Kiat Menuju
yang dihadapai oleh sekolah. Akan tetapi, Sukses. Jakarta: PT.Abadi.
sejuah ini, beberapa kendala tersebut masih Zaenul, F. 2012. Penididikan Karakter
dapat ditangani secara baik oleh semua Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

33

You might also like