Score), Dan Zmijewski (X-Score) Dalam Memprediksi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

ANALISIS PERBANDINGAN METODE ALTMAN (Z-SCORE), SPRINGATE (S-

SCORE), DAN ZMIJEWSKI (X-SCORE) DALAM MEMPREDIKSI


KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2016)

Dian Puspita Arum


Siti Ragil Handayani
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Еmail: dianpuspitaarum8@gmail.com

ABSTRACT

This research is based on the decreasing the number of textile and garment’s export in Indonesia when
compared to the number of the import. If we compared with the other countries it showed that textile and
garment in Indonesia are in weak condition. So that, it can threaten the Indonesia’s companies which listed
in textile and garment sub-sectors. This study is meant to find out the potential bankruptcy of companies in
textile and garment sub-sectors listed in Indonesia Stock Exchange Period of 2012-2016. By using descriptive
research method and quantitative approach with the object is the companies in textile and garment sub-sectors
listed in Indonesia Stock Exchange period of 2012-2016. The kind of data used secondary data that the
researcher get from the balance sheet and income statement of the the object. The data obtained from the
official website of Indonesia Stock Exchange is www.idx.co.id. The determination of the research sample used
purposive sampling method to filter seventeen companies as the population so there are fourteen companies
become the research sample. The data analysis technique in this research is using Altman Z-Score method,
Springate S-Score, and Zmijewski X-Score by combining each different ratio and also determining different
cut-off point.

Kеywords: Bankruptcy, Altman Z-Score, Springate S-Score, Zmijewski X-Score

АBSTRАK

Penelitian ini didasari oleh semakin mengecilnya ekspor tekstil dan garmen di Indonesia apabila dibandingkan
dengan impor. Hal itu menunjukkan bahwa tekstil dan garmen di Indonesia dalam keadaan lemah bila
dibandingkan dengan negara lain. Sehingga hal tersebut dapat mengancam perusahaan di Indonesia yang
bergerak pada sub sektor tekstil dan garmen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kebangkrutan
perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
objek penelitian perusahaan pada sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2012-2016. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa neraca dan laporan laba rugi
perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id. Penelitian ini menggunakan purposive sampling untuk menyaring tujuh belas perusahaan pada
sub sektor tekstil dan garmen yang menjadi populasi penelitian sehingga diperoleh empat belas perusahaan
yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Altman Z-Score, Springate S-Score, dan Zmijewski X-Score dengan mengkombinasikan masing-
masing rasio yang berbeda dan juga penentuan titik cut-off yang berbeda pula.

Kаtа Kunci: Kebangkrutan, Altman Z-Score, Springate S-Score, Zmijewski X-Score

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 1 Juli 2018| 109


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PЕNDАHULUАN dimulai pada tahun 2000-an. Selain itu, Indonesia
Sub sektor dari sektor aneka industri juga kalah saing dengan Bangladesh
berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri (validnews.co.id).
Nasional (RIPIN) pada 2015-2035 yang
diprioritaskan untuk dikembangkan adalah sub
sektor tekstil dan garmen. Menurut Kementerian
Perindustrian, sub sektor tekstil dan garmen
memiliki potensi yang besar untuk tumbuh dan
berkembang pada masa depan
(industri.bisnis.com). Selain itu, menurut Direktur
Jenderal Basis Industri Manufaktur, Harjanto,
mengatakan sub sektor Tekstil dan Produk Tekstil
(TPT) merupakan salah satu faktor strategis yang
terus memberikan kontribusi cukup besar terhadap
perekonomian nasional, diantaranya sebagai
penyumbang devisa ekspor non migas, penyerapan
tenaga kerja, dan pemenuhan kebutuhan dalam Gambar 1 Sepuluh Negara Eksportir Tekstil Dunia
negeri. Harjanto juga menjelaskan bahwa sub 2016
sektor TPT menjadi perusahaan penyedia lapangan Sumber : World Trade Statistical Review 2016
kerja yang cukup besar di Indonesia. Tenaga kerja
yang terserap pada tahun 2013 sebanyak 1,55 juta
orang di perusahaan tekstil dan sekitar 570 ribu
orang di perusahaan pakaian jadi (garmen). Sub
sektor tekstil juga menjadi salah satu penyumbang
devisa ekspor tertinggi di Indonesia
(www.kemenperin.go.id).

Tabel 1. Penyumbang Devisa Ekspor Terbesar di


Indonesia
No. Sektor / Jenis Jumlah
1 Kelapa Sawit Rp 239 Triliun
2 Pariwisata Rp 190 Triliun Gambar 2 Sepuluh Negara Eksportir Garmen
3 Tekstil Rp 159 Triliun Dunia 2016
4 Migas Rp 170 Triliun Sumber : World Trade Statistical Review 2016
5 Batubara Rp 150 Triliun Selain ekspor tekstil Indonesia kalah jauh
6 Jasa TKI Rp 140 Triliun dengan negara tetangga, impor tekstil dan pakaian
7 Elektronik Rp 80 Triliun jadi (garmen) Indonesia juga cenderung
8 Hasil Kayu Hutan Rp 70 Triliun meningkat. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan
9 Karet Rp 65 Triliun Indonesia, Ade Sudrajat, mengatakan bahwa bahan
10 Sepatu dan Sandal Rp 60 Triliun baku tekstil Indonesia lebih dari 70% berasal dari
Sumber : Data diolah, 2017 impor, terbesar dari China. Dari data Kementerian
Perindustrian, impor bahan baku tekstil pada tahun
Meskipun sub sektor tekstil merupakan salah 2015 tercatat sebesar US$ 6,7 miliar, kemudian
satu penyumbang ekspor devisa terbesar dan diakui meningkat pada tahun 2016 sebesar US$ 6,51
sebagai sub sektor prioritas, namun kenyataannya miliar. Sementara itu, untuk impor produk pakaian
ekspor Indonesia bahkan kalah jauh dibandingkan jadi (garmen) pada tahun 2016 tercatat sebesar US$
negara tetangga, yaitu Vietnam. Menjadi ironi 436,33 juta, atau naik 4,39% dibandingkan tahun
sebab sub sektor TPT di Vietnam baru berkembang 2015 yakni US$ 421,61 juta
di tahun 2000-an, sedangkan sub sektor TPT (www.finance.detik.com).
Indonesia sudah mulai bergeliat sejak awal tahun
1980-an. Menurut Ketua Asosiasi Tekstil
Indonesia, Ade Sudrajat menuturkan bahwa
Indonesia harus introspeksi mengapa bisa kalah
dengan Vietnam yang sub sektor tekstil-nya baru

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 1 Juli 2018| 110


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
negara tersebut. Hal itu berarti bahwa sub sektor
Tabel 2 Impor dan Ekspor Sub Sektor Tekstil garmen di Indonesia dalam keadaan yang lemah,
Indonesia (dalam jutaan dollar) sama halnya dengan sub sektor tekstil.
Tahun Berdasarkan uraian dari kedua tabel di atas,
No Negara Jenis
2012 2013 2014 2015 2016 dapat diketahui bahwa ekspor tekstil dan garmen
Impor 2.228 2.316 2.425 2.472 2.710 Indonesia semakin mengecil apabila dibandingkan
1 China dengan impornya. Hal itu menunjukkan bahwa
Ekspor 373 455 480 498 447
Impor
perusahaan yang bergerak pada sub sektor tekstil
1.359 1.358 1.380 1.197 1.220
2
Korea dan garmen di Indonesia masih kalah saing dengan
Selatan Ekspor 344 329 262 256 294 negara-negara lain. Hal tersebut apabila dibiarkan
Impor 651 668 678 664 607 terjadi secara terus menerus dapat mengancam
3 Hongkong
Ekspor 72 74 65 61 39 keberlangsungan perusahaan sub sektor tekstil dan
Sumber : www.kemenperin.go.id diolah, 2018 garmen yang juga merupakan penghasil produk
utama selain pangan.
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa Di Indonesia sendiri perusahaan yang
ada beberapa negara pengimpor tekstil di bergerak pada sub sektor tekstil dan garmen cukup
Indonesia, antara lain China, Korea Selatan, dan banyak. Untuk perusahaan yang go public sampai
Hongkong. Tabel di atas menunjukkan bahwa saat ini terdapat 17 perusahaan yang tercatat di
impor sub sektor tekstil Indonesia cenderung Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hal tersebut,
meningkat setiap tahunnya. Indonesia tidak hanya perusahaan berharap agar dapat bertahan dalam
mengimpor tekstil dari negara-negara tersebut, jangka waktu panjang yang tak terbatas. Asumsi ini
namun Indonesia juga melakukan ekspor tekstil ke sesuai dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu
negara-negara tersebut. Namun, jumlah ekspor Going Concern. Konsep perusahaan berjalan atau
tekstil menunjukkan angka yang cenderung yang terus berlanjut (going concern concept)
menurun, bahkan kalah jauh dibandingkan dengan merupakan justifikasi pencatatan aktiva tetap
impor dari negara-negara tersebut. Hal itu dengan harga perolehannya dan menyusutkannya
menunjukkan bahwa sub sektor tekstil Indonesia dengan cara yang teratur tanpa harus memandang
dalam keadaan yang lemah apabila dibandingkan nilai yang dapat direalisasi pada saat berjalan
dengan negara-negara tersebut. (Niswonger, 1992:527).
Perusahaan didirikan dengan harapan akan
Tabel 3 Impor dan Ekspor Sub Sektor Garmen beroperasi dalam jangka panjang dan mencapai
Indonesia (dalam jutaan dollar) tujuan yang telah ditetapkan. Diasumsikan bahwa
Tahun suatu kesatuan usaha diharapkan akan terus aktif
No Negara Jenis dalam kegiatan usahanya untuk mencari profit
2012 2013 2014 2015 2016
Impor dalam periode waktu yang tak terbatas (Niswonger,
178 235 189 162 186
1 China
Ekspor
1992:527). Namun banyak perusahaan yang tidak
75 118 135 171 174
dapat mempertahankan kondisi tersebut. Banyak
Impor 9 15 16 20 22 perusahaan yang ditengah-tengah perjalanan
2 Vietnam
Ekspor 4 4 5 3 4 usahanya mengalami kondisi yang menurun dari
Impor 11 15 14 14 14 sebelumnya.
3 India Kondisi keuangan perusahaan dapat menjadi
Ekspor 6 10 12 7 8
tolok ukur suatu perusahaan sampai sejauh mana
Sumber : www.kemenperin.go.id diolah, 2018 perusahaan tersebut mampu menjaga kelancaran
operasi perusahaan agar sesuai dengan tujuan awal
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui perusahaan. Dalam upaya untuk mencapai tujuan,
beberapa negara pengimpor garmen Indonesia, perusahaan perlu melakukan analisis dan evaluasi
yaitu China, Vietnam, dan India. Tabel di atas dari laporan keuangan. Laporan Keuangan adalah
menunjukkan bahwa jumlah impor garmen dari laporan yang diharapkan bisa memberi informasi
negara-negara tersebut cenderung meningkat. mengenai perusahaan dan digabungkan dengan
Sama halnya dengan sub sektor tekstil yang telah informasi yang lain, seperti industri dan kondisi
diuraikan sebelumnya, Indonesia juga melakukan ekonomi yang bisa memberikan gambaran lebih
ekspor garmen ke negara pengimpor. Namun, baik mengenai prospek dan risiko perusahaan
jumlah ekspor Indonesia ke negara pengimpor (Hanafi dan Abdul, 2002:63). Salah satu cara untuk
tersebut masih kalah dengan impor dari negara- mengetahui kondisi suatu perusahaan adalah

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 1 Juli 2018| 111


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
dengan cara menganalisis laporan keuangan. menentukan potensi kebangkrutan perusahaan.
Analisis laporan keuangan pada dasarnya Selain itu, ketiga model prediksi kebangkrutan
merupakan penghitungan rasio-rasio untuk menilai mempunyai komponen rasio yang berbeda dalam
keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat menentukan potensi kebangkrutan.
ini, dan kemungkinannya di masa depan Model Altman (1984) menemukan bahwa
(Syamsuddin, 2011:37). Rasio keuangan yang perusahaan dengan profitabilitas serta solvabilitas
digunakan untuk menilai keadaan keuangan yang rendah sangat berpotensi mengalami
perusahaan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, kebangkrutan. Altman mencoba mengembangkan
rasio leverage, rasio profitabilitas, dan rasio pasar. suatu model prediksi dengan menggunakan 22
Setelah melakukan analisa laporan keuangan, rasio keuangan yang diklasifikasikan ke dalam
maka dapat diketahui keadaan serta perkembangan lima kategori yaitu likuiditas, profitabilitas,
suatu perusahaan dan hasil-hasil apa yang telah leverage, rasio uji pasar, dan aktivitas. Altman
dicapai perusahaan tersebut. Analisa laporan mengembangkan modelnya dengan menggunakan
keuangan diperoleh dari laporan periodik analisis multidiskriminan. Altman menggunakan
perusahaan. Dari laporan periodik tersebut sampel 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan
diketahui bagaimana keadaan keuangan suatu tidak bangkrut untuk menguji modelnya tersebut
perusahaan. Pada waktu tertentu, perusahaan (Fanny, 2005:969).
mungkin akan mengalami kesulitan keuangan, Sedangkan model Springate (S-Score)
berawal dari kesulitan keuangan yang ringan. Hal dikembangkan dengan menggunakan analisis
tersebut jika tidak diselesaikan dengan benar, multidiskriminan, dengan menggunakan 40
kesulitan keuangan ringan dapat berkembang perusahaan sebagai sampelnya (Fanny, 2005:970).
menjadi kesulitan yang lebih besar dan berakibat Model yang terakhir untuk memprediksi
sampai pada kebangkrutan (Hanafi, 2015:637). kebangkrutan yaitu model Zmijewski (X-Score)
Suatu perusahaan dapat dinyatakan bangkrut menggunakan analisis rasio yang mengukur kinerja
apabila total kewajiban melebihi total aktiva leverage dan likuiditas suatu perusahaan untuk
(Hanafi, 2015:638). Kebangkrutan merupakan model prediksinya. Zmijewski menggunakan profit
persoalan yang serius dan memakan biaya, jika ada analisis yang diterapkan pada 40 perusahaan yang
early warning system yang bisa mendeteksi potensi telah bangkrut dan 800 perusahaan yang masih
kebangkrutan sejak awal, hal itu dapat membantu bertahan saat ini (Fanny, 2005:969).
manajemen. Manajemen bisa melakukan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan sedini
mungkin untuk menghindari kebangkrutan KАJIАN PUSTАKА
(Hanafi, 2015:654). Selain itu terdapat metode a. Model Analisis Altman (Z-Score)
analisis yang dapat digunakan untuk memprediksi Model prediksi kebangkrutan multivariate
kebangkrutan suatu perusahaan. yang cukup terkenal dan menjadi pioner adalah
Analisis untuk memprediksi kebangkrutan model kebangkrutan yang dikembangkan oleh
perusahaan terdapat beberapa metode, diantaranya Altman (1969). Model tersebut menggunakan
metode Altman (Z-Score), metode Springate (S- teknik statistik analisis diskriminan, dan secara
Score), dan metode Zmijewski (X-Score). Dengan umum bisa dituliskan sebagai berikut:
menggunakan ketiga metode analisis tersebut, hasil Z = a + a1 X1 + .... + an Xn
kesimpulan yang diperoleh kemungkinan berbeda- di mana Z merupakan skor kebangkrutan,
beda untuk masing-masing metode. Dengan hasil sedangkan X1 ...... Xn adalah variabel bebas.
yang diperoleh berbeda antara satu metode dengan Model yang dikembangkan oleh Altman
metode lainnya, maka dapat dipertimbangkan menghasilkan persamaan sebagai berikut:
dengan melihat metode yang menunjukkan hasil Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
yang relatif sama. Dengan begitu, pihak-pihak Sumber : Hanafi (2015:656)
yang berkepentingan terhadap perusahaan dapat
di mana X1= Modal Kerja / Total Aktiva
menjadikan hasil kesimpulan tersebut untuk X2= Laba Ditahan / Total Aktiva
mengambil tindakan yang tepat. X3= EBIT / Total Aktiva
Ketiga model yang digunakan untuk X4= Nilai Pasar Saham Biasa dan Saham Preferen
memprediksi kebangkrutan perusahaan / Nilai Buku Total Hutang
menggunakan laporan keuangan yang tersedia dari X5=Penjualan / Total Aktiva
perusahaan. Ketiga model tersebut juga
mempunyai titik cut-off yang berbeda dalam

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 1 Juli 2018| 112


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Penelitian yang dilakukan oleh Altman untuk mengidentifikasi 4 rasio keuangan dari 19
(1969) dengan menggunakan data di Amerika rasio keuangan yang ada. Model Springate
Serikat menunjukkan bahwa skor kritis untuk mengambil model sebagai berikut (Rajasekar,
model tersebut adalah adalah 1,8. Jika suatu 2014:103):
perusahaan mempunyai skor di bawah 1,8, maka Sumber : Rajasekar (2014:103)
perusahaan tersebut mempunyai probabilitas yang Dimana
tinggi untuk bangkrut dan sebaliknya.
Menurut Hanafi (2015:657) model Altman S = 1,03 X1 + 3,07 X2 + 0,66 X3 + 0,4 X4
tersebut dapat digunakan di Indonesia untuk
perusahaan go-public. Tetapi untuk perusahaan Sumber : Rajasekar (2014:103)
yang tidak go-public nilai pasar saham tidak dapat X1=Modal Kerja / Total Aktiva
dihitung. Untuk mengganti nilai pasar tersebut, X2=EBIT / Total Aktiva
Altman kemudian menggunakan nilai buku saham X3=EBT / Hutang Lancar
biasa dan saham preferen sebagai salah satu X4=Penjualan / Total Aktiva
komponen variabel bebasnya, dan kemudian Model ini diuji oleh Gordon sendiri
mengembangkan model diskriminan mencapai tingkat akurasi 92,5 % dengan
kebangkrutan, dan memperoleh model sebagai menggunakan 40 perusahaan. Sedangkan Botheras
berikut: (1979) menguji menggunakan 50 perusahaan
dengan ukuran aset rata-rata $2,5 juta dan
Z = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,998 X5 menemukan tingkat akurasi 88,0 %. Sands (1980)
juga menguji Model Springate pada 24 perusahaan
Sumber : Hanafi (2015:657) dengan ukuran aset rata-rata $63,4 juta dan
X1=Modal Kerja / Total Aktiva menemukan tingkat akurasi 83,3 % (Rajasekar,
X2= Laba Ditahan / Total Aktiva 2014:104).
X3= EBIT / Total Aktiva Model Springate ini mempunyai standar
X4= Nilai Pasar Saham Biasa dan Saham Preferen dimana perusahaan yang mempunyai skor S >
/ Nilai Buku Total Hutang 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat
X5= Penjualan / Total Aktiva atau tidak bangkrut, sedangkan perusahaan yang
mempunyai skor S < 0,862 diklasifikasikan sebagai
Nilai Z kritis ditemukan sebagai 1,2. Hal perusahaan potensial bangkrut (Peter dan Yoseph,
tersebut berarti jika suatu perusahaan mempunyai 2011).
nilai Z di atas 1,2, maka perusahaan diperkirakan b.
tidak mengalami kebangkrutan, dan sebaliknya. c. Model Analisis Zmijewski (X-Score)
Model tersebut dapat digunakan untuk perusahaan Zmijewski (1983) melakukan perluasan studi
go-public maupun yang tidak go-public. dalam prediksi kebangkrutan. Zmijewski
Perbandingan nilai skor Z kritis dan skor Z menambah validitas rasio keuangan sebagai alat
daerah rawan dengan model yang baru bisa dilihat deteksi kegagalan perusahaan. Zmijewski
pada tabel berikut: melakukan studi dengan menelaah ulang studi
bidang kebangkrutan hasil riset sebelumnya selama
Tabel 4 nilai skor Z kritis dua puluh tahun. Rasio keuangan dipilih dari rasio-
Dengan Nilai Dengan Nilai
rasio keuangan penelitian terdahulu dan menguji
Pasar Buku
dengan menggunakan 75 perusahaan yang
Tidak Bangrut Z > 2,99 Z > 2,9 bangkrut, serta 3573 perusahaan tidak bangkrut
Bangkrut Z < 1,81 Z < 1,2 selama tahun 1972-1978, indikator F-test terhadap
Daerah Rawan 1,81 – 2,99 1,2 – 2,9
rasio-rasio kelompok , Rate of Return, liquidity,
Sumber : Hanafi (2015:657) leverage, turnover, fixed payment coverage,
trends, firm size, dan stock return volatility,
Model Analisis Springate (S-Score) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
Model Analisis Springate dikembangkan antara perusahaan yang sehat dan yang tidak sehat.
pada tahun 1978 di Simon Fraser University oleh Dengan kriteria penilaian semakin besar X maka
Gordon L.V. Springate. Gordon mengikuti semakin besar kemungkinan atau probabilitas
prosedur dari model yang dikembangkan oleh perusahaan tersebut bangkrut. Model yang berhasil
Altman di Amerika Serikat. Gordon menggunakan dikembangkan yaitu (Peter dan Yoseph, 2011):
analisis diskriminan dengan beberapa langkah

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 1 Juli 2018| 113


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PT Indo
1,770 1,681 1,641 1,430 1,392
Rama
6 Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
X = -4,3 – 4,5 X1 + 5,7 X2 – 0,004 X3 Synthetic
ut ut ut ut ut
Tbk
PT Apac
Sumber : Peter dan Yoseph (2011) Citra
-0,202 0,052 -0,296 -0,769 -1,019
7 Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
X1=EAT / Total Aktiva Centertex
ut ut ut ut ut
Tbk
X2=Total Hutang / Total Aktiva 3,567 3,726 3,081
PT Pan 2,781 2,606
X3=Aktiva Lancar / Hutang Lancar 8 Brothers
Tidak Tidak Tidak
Daerah Daerah
Bangkr Bangkr Bangkr
Dari hasil perhitungan Model Zmijewski, Tbk
ut ut ut
Rawan Rawan
nilai X-Score yang di dapat dibagi menjadi dua. PT Asia
-8,451 -9,877 -13,525 -16,308 -16,632
Pasific
Jika X < 0 atau negatif, maka perusahaan tersebut 9
Fibers
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
ut ut ut ut ut
tergolong dalam kondisi sehat atau tidak bangkrut. Tbk
PT
Namun jika X > 0, maka perusahaan dapat Sunson 0,998 0,905 0,742 0,633 1,208
diklasifikasikan dalam kondisi tidak sehat atau 10 Textile Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Manufact ut ut ut ut ut
berpotensi bangkrut (Djamaluddin, 2017:134). ure Tbk
PT Star 1,339 1,458 1,312 1,474 1,483
11 Petroche Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
MЕTODELOGI PЕNЕLITIАN m Tbk ut ut ut ut ut
Pеnеlitian ini mеrupakan mеtodе pеnеlitian PT Tifico 3,492 4,965 7,174 8,081
2,687
Fiber Tidak Tidak Tidak Tidak
dеskriptif dеngan pеndеkatan kuantitatif. 12 Daerah
Indonesia Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Rawan
Tbk ut ut ut ut
5,242 4,980 4,277 4,140 3,694
Lokasi Penelitian PT Trisula
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
13 Internatio
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
nal Tbk
ut ut ut ut ut
mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) PT
atau Indonesian Stock Exchange yaitu Nusantara 0,423 0,247 0,362 0,424 0,473
14 Inti Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
www.idx.co.id. Alasan peneliti memilih lokasi Corpora ut ut ut ut ut
adalah karena seluruh data keuangan yang Tbk

dibutuhkan oleh peneliti telah tersedia pada situs Sumber : Data diolah, 2018
resmi BEI. Objek penelitian yang digunakan
adalah seluruh perusahaan yang ada pada sektor Berdasarkan dari hasil penelitian, telah
tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode dijelaskan hasil dari perhitungan rasio Z-Score dan
2012-2016. hasil dari perhitungan Z-Score. Hasil perhitungan
metode Z-Score menunjukkan terdapat sepuluh
Populasi dan Sampel perusahaan yang berpotensi bangkrut, satu
Dari hasil penyaringan populasi, dengan perusahaan tidak berpotensi bangkrut, dan tiga
berdasarkan kriteria sampel yang ditentukan oleh perusahaan lainnya berpotensi dari bangkrut
penulis, maka terpilih 14 (empat belas) perusahaan hingga rawan bangkrut dan tidak bangkrut.
tekstil dan garmen yang menjadi sampel penelitian Perusahaan dengan hasil prediksi berpotensi
bangkrut antara lain yaitu PT Polychem Indonesia
HАSIL DАN PЕMBАHАSАN Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Ever Shine Tex Tbk,
Metode Z-Score PT Panasia Indo Resources Tbk, PT Indo Rama
Tabel 5 Hasil Perhitungan Z-Score Synthetic Tbk, PT Apac Citra Centertex Tbk, PT
No Perusaha Prediksi Z-Score Asia Pasific Fibers Tbk, PT Sunson Textile
. an 2012 2013 2014 2015 2016
PT
Manufacture Tbk, PT Star Petrochem Tbk, dan PT
1,617 1,594 1,360 0,973 0,823
1
Polychem
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Nusantara Inti Corpora Tbk. Secara keseluruhan,
Indonesia
Tbk
ut ut ut ut ut perusahaan-perusahaan tersebut menunjukkan
PT Argo -0,812 -0,376 -1,982 -2,759 -3,359 hasil Z-Score kurang dari 1,81. Oleh karena itu, ke
2 Pantes Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Tbk ut ut ut ut ut
sepuluh perusahaan tersebut dikategorikan dalam
PT Eratex
1,386 1,679 1,873 2,386 2,390 kondisi yang berpotensi bangkrut. Selain itu,
3 Bangkr Bangkr Daerah Daerah Daerah
Djaja Tbk
ut ut Rawan Rawan Rawan
kondisi keuangan ke sepuluh perusahaan tersebut
PT Ever 0,712 -0,040 -0,451 -1,110 -0,714 rata-rata menunjukkan kondisi yang kurang baik,
4 Shine Tex Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr bahkan sebagian besar memiliki modal kerja yang
Tbk ut ut ut ut ut
PT negatif, saldo laba yang negatif, EBIT yang negatif,
Panasia 1,654 0,084 0,172 0,167 0,142 penjualan yang cenderung menurun, dan juga
5 Indo Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Resources ut ut ut ut ut harga penutupan saham yang fluktuatif selama lima
Tbk tahun penelitian. Sehingga menyebabkan hasil

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 1 Juli 2018| 114


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
perhitungan rasio yang fluktuatif selama lima tahun Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
penelitian. ut ut ut ut ut
Sedangkan untuk perusahaan yang tidak PT Asia -1,852 -2,163 -3,034 -3,474 -3,557
9 Pasific Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
berpotensi bangkrut menunjukkan hasil Z-Score Fibes Tbk ut ut ut ut ut
lebih dari 2,99. Pada sub sektor tekstil dan garmen, PT
Sunson 0,457 0,468 0,339 0,324 0,339
perusahaan yang menunjukkan hasil Z-Score tidak 10 Textile Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
berpotensi bangkrut yaitu PT Trisula International Manufact ut ut ut ut ut
ure Tbk
Tbk. PT Trisula International Tbk menunjukkan PT Star 0,570 0,629 0,577 0,596 0,513
kondisi keuangan yang cenderung stabil selama 11 Petroche Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
m Tbk ut ut ut ut ut
lima tahun. Sehingga, dapat mempertahankan PT Tifico
0,654 0,334 0,388 0,399 0,611
kondisi yang tidak bangkrut selama lima tahun 12
Fiber
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Indonesia
penelitian. Selain itu, PT Eratex Djaja Tbk Tbk
ut ut ut ut ut
menunjukkan hasil prediksi dari berpotensi PT Trisula
2,665 2,536 2,220 2,283 2,000
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
bangkrut hingga rawan bangkrut. Hal itu berarti PT 13 Internatio
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
nal Tbk
Eratex Djaja Tbk mampu memperbaiki kondisi ut ut ut ut ut
PT
keuangannya sehingga tidak berpotensi bangkrut di Nusantara 0,112 0,035 0,117 0,161 0,177
tiga tahun terakhir penelitian. Kemudian PT Pan 14 Inti Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Corpora ut ut ut ut ut
Brothers Tbk menunjukkan hasil prediksi dari tidak Tbk
berpotensi bangkrut hingga menurun menjadi Sumber : Data diolah, 2018
rawan bangkrut pada dua tahun terkahir penelitian.
hal itu berarti PT Pan Brothers Tbk tidak mampu Hasil dari perhitungan rasio S-Score dan juga
mempertahankan kinerja keuangannya yang perhitungan S-Score, dapat diketahui bahwa
sebelumnya baik. Selanjutnya PT Tifico Fiber terdapat sebelas perusahaan yang berpotensi
Indonesia Tbk menunjukkan hasil prediksi yang mengalami kebangkrutan. Perusahaan-perusahaan
cenderung tidak berpotensi bangkrut, namun pada tersebut menunjukkan nilai S-Score kurang dari
tahun 2013 menunjukkan hasil prediksi rawan 0,862 yaitu antara lain PT Polychem Indonesia
bangkrut, namun setelah itu mampu Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Ever Shine Tex Tbk,
mempertahankan kondisi tidak berpotensi bangkrut PT Panasia Indo Resources Tbk, PT Indo Rama
hingga akhir tahun penelitian. Synthetic Tbk, PT Apac Citra Centertex Tbk, PT
Asia Pasific Fibers Tbk, PT Sunson Textile
Metode S-Score Manufacture Tbk, PT Star Petrochem Tbk, PT
Tabel 6 Hasil Perhitungan S-Score Tifico Fiber Indonesia Tbk, dan PT Nusantara Inti
No Perusaha Prediksi S-Score
. an 2012 2013 2014 2015 2016 Corpora Tbk. Apabila dilihat dari kondisi
PT
0,725 0,823 0,175 0,089 0,033 keuangan perusahaan, perusahaan-perusahaan
Polychem
1
Indonesia
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr tersebut sebagian besar memiliki kondisi keuangan
ut ut ut ut ut
Tbk yang kurang baik, bahkan ada yang menunjukkan
PT Argo -0,206 0,132 -0,563 -0,501 -0,606
2 Pantes Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr angka negatif pada modal kerja dan laba serta
Tbk ut ut ut ut ut penjualan yang cenderung menurun. Sehingga
0,952 1,317 1,083
PT Eratex
0,628 0,829
Tidak Tidak Tidak menyebabkan nilai rasio perusahaan kurang baik.
3 Bangkr Bangkr
Djaja Tbk
ut ut
Bangkr Bangkr Bangkr Sedangkan untuk perusahaan yang tidak
ut ut ut
PT Ever 0,382 0,025 -0,158 -0,239 0,533 berpotensi bangkrut yaitu PT Pan Brothers Tbk dan
4 Shine Tex Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr PT Trisula International Tbk. Kondisi kinerja
Tbk ut ut ut ut ut
PT keuangan dari kedua perusahaan tersebut
Panasia 0,296 -0,312 -0,058 -0,271 -0,320 menunjukkan kondisi yang cukup baik, sehingga
5 Indo Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Resources ut ut ut ut ut dengan mengkombinasikan rumus S-Score dapat
Tbk diperoleh hasil nilai S lebih dari 0,862 yang berarti
PT Indo
Rama
0,711 0,736 0,753 0,594 0,627 perusahaan tidak berpotensi bangkrut. Selain itu,
6 Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Synthetic
ut ut ut ut ut
PT Eratex Djaja Tbk menunjukkan hasil prediksi
Tbk
PT Apac
dari berpotensi bangkrut hingga tidak berpotensi
-0,025 0,231 -0,099 -0,404 -0,395
7
Citra
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
bangkrut. Hal itu berarti PT Eratex Djaja Tbk
Centertex
Tbk
ut ut ut ut ut mampu memperbaiki kinerja keuangannya.
PT Pan
8 Brothers 1,265 1,818 1,408 1,359 1,437
Tbk

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 1 Juli 2018| 115


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Metode X-Score dilihat dari kondisi keuangan perusahaan, ketiga
Tabel 7 Hasil Prediksi X-Score perusahaan tersebut menunjukkan kondisi yang
No Perusaha Prediksi X-Score
. an 2012 2013 2014 2015 2016
kurang baik bahkan modal kerja dan labanya
PT -1,717 -1,873 -1,978 -1,985 -2,038 menunjukkan angka yang negatif selama lima
Polychem Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak tahun dan juga pendapatan yang diperoleh
1
Indonesia Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Tbk ut ut ut ut ut menunjukkan angka yang cenderung menurun
PT Argo 0,995 0,445 3,182 3,160 5,191 selam lima tahun.
2 Pantes Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Tbk ut ut ut ut ut Sedangkan untuk perusahaan yang tidak
0,188 0,019
-0,386 -0,900 -0,903 berpotensi bangkrut ada delapan perusahaan, yaitu
PT Eratex Tidak Tidak Tidak
3
Djaja Tbk
Bangkr Bangkr
Bangkr Bangkr Bangkr PT Polychem Indonesia Tbk, PT Indo Rama
ut ut
ut ut ut Synthetic Tbk, PT Pan Brothers Tbk, PT Sunson
-0,933 -0,509 -0,114 -0,752
PT Eratex Tidak Tidak Tidak
0,921
Tidak Textile Manufacture Tbk, PT Star Petrochem Tbk,
4 Bangkr
Djaja Tbk Bangkr Bangkr Bangkr
ut
Bangkr PT Tifico Fiber Indonesia Tbk, PT Trisula
ut ut ut ut
PT International Tbk, dan PT Nusantara Inti Corpora
-1,272
Panasia
Tidak
0,086 0,678 0,094 0,354 Tbk. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki
5 Indo Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Resources
Bangkr
ut ut ut ut hasil nilai X yang negatif selama lima tahun
ut
Tbk penelitian, sehingga tidak berpotensi mengalami
PT Indo -1,065 -0,924 -0,964 -0,763 -0,627
Rama Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak kebangkrutan. Selain itu, PT Eratex Djaja Tbk
6
Synthetic Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr menunjukkan hasil prediksi dari berpotensi
Tbk ut ut ut ut ut
PT Apac
bangkrut hingga tidak berpotensi bangkrut.
1,905 1,786 2,497 3,674 5,643
7
Citra
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Kemudian PT Ever Shine Tex Tbk menunjukkan
Centertex
Tbk
ut ut ut ut ut hasil prediksi yang cenderung tidak berpotensi
PT Pan
-1,154 -1,229 -1,922 -1,480 1,227 bangkrut, namun menunjukkan keadaan yang
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
8 Brothers
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
menurun dan menyebabkan berpotensi bangkrut
Tbk
ut ut ut ut ut pada tahun 2015. Selanjutnya PT Panasia Indo
PT Asia Resources Tbk menunjukkan hasil prediksi dari
13,035 15,131 21,526 24,431 24,750
Pasific
9 Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr berpotensi tidak bangkrut hingga berpotensi
Fibers
ut ut ut ut ut
Tbk bangkrut pada empat tahun terakhir penelitian. Hal
PT
-0,532 -0,462 -0,437 -0,466 -0,741 itu berarti kinerja keuangan PT Panasia Indo
Sunson
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
10 Textile Resources Tbk menunjukkan angka yang menurun
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Manufact
ut ut ut ut ut selama tahun penelitian.
ure Tbk
-2,323 -2,336 -2,209 -2,437 -2,657 Berdasarkan dari metode-metode yang
PT Star
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
11 Petroche digunakan untuk mengukur potensi kebangkrutan
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
m Tbk
ut ut ut ut ut perusahaan, ketiga metode tersebut menunjukkan
PT Tifico -3,185 -3,096 -3,365 -3,752 -3,857
Fiber Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak hasil yang tidak jauh berbeda antara metode satu
12
Indonesia Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr dengan metode lainnya. Hal itu dapat dilihat dari
Tbk ut ut ut ut ut
-2,930 -2,676 -2,284 -2,161 -1,872 hasil perhitungan masing-masing metode yang
PT Trisula
13 Internatio
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak menunjukkan hasil tidak jauh berbeda. Selain itu,
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
nal Tbk
ut ut ut ut ut komponen rasio yang digunakan oleh masing-
PT
-2,213 -1,604 -1,731 -1,613 -1,824 masing metode juga hampir sama.
Nusantara
14 Inti
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Metode yang lebih banyak digunakan dan
Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr Bangkr
Corpora
ut ut ut ut ut diketahui secara umum adalah metode Z-Score.
Tbk
Pada penelitian ini, hasil dari metode Z-Score di
Sumber : Data diolah, 2018
dukung dengan hasil dari metode S-Score yang
sebagian besar menunjukkan hasil yang sama.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio X-Score
Selain itu, untuk metode X-Score menunjukkan
dan nilai X, dapat diketahui ada tiga perusahaan
hasil yang cenderung berbeda dengan dua metode
yang berpotensi mengalami kebangkrutan. Ketiga
lainnya. Oleh karena itu, berdasarkan dari hasil
perusahaan itu adalah PT Argo Pantes Tbk, PT
penelitian ketiga metode, metode yang dapat
Apac Citra Centertex Tbk, dan PT Asia Pasific
dijadikan pertimbangan dalam mengambil
Fibers Tbk. Hasil dari nilai X ketiga perusahaan
keputusan oleh pihak yang berkepentingan
tersebut menunjukkan angka yang positif atau lebih
terhadap perusahaan adalah metode yang
dari nol, maka ketiga perusahaan tersebut
menunjukkan hasil relatif sama. Metode tersebut
berpotensi mengalami kebangkrutan. Apabila
adalah metode Z-Score dan metode S-Score.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 1 Juli 2018| 116


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Dengan begitu, maka akan semakin meyakinkan berpotensi rawan bangkrut, diharapkan dapat
pihak-pihak yang berkepentingan dengan segera memperbaiki kondisi keuangannya. Hal
perusahaan dalam mengambil keputusan. itu dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti meningkatkan kondisi likuiditas
KЕSIMPULАN DАN SАRАN perusahaan, dalam penelitian ini adalah rasio
Kеsimpulаn X1 metode Z-Score dan S-Score serta rasio X3
1. Metode Altman, Springate, dan Zmijewski X-Score, sehingga dengan memperbaiki
masing-masing memiliki titik cut-off yang likuiditas perusahaan, akan dapat meluasi
berbeda dan juga rasio serta koefisien yang hutang jangka pendeknya dengan
berbeda pula. Dalam penentuan titik cut-off, menggunakan aktiva lancar yang ada. Selain
metode Altman dibagi kedalam tiga kategori, itu, perusahaan diharapkan dapat
yaitu kategori bangrut, rawan bangkrut, dan meningkatkan profitabilitas, dengan cara
tidak bangkrut. Sedangkan metode Springate perusahaan berusaha untuk memperkecil
dan Zmijewski dibagi kedalam dua kategori, beban operasional dan beban pokok penjualan
yaitu kategori bangkrut dan tidak bangkrut. agar dapat memperoleh nilai EBIT dan EBT
Pada metode Altman, ada sepuluh perusahaan yang besar, sehingga tidak mengalami
yang diprediksi berpotensi bangkrut selama kerugian dan menghasilkan rasio X3 Z-Score,
lima tahun dan hanya ada satu perusahaan yang X2 dan X3 S-Score, serta X1 X-Score yang
diprediksi tidak bangkrut selama lima tahun. positif.
Sedangkan untuk perusahaan lain, hasil prediksi 2. Untuk perusahaan-perusahaan yang
menunjukkan kategori dari bangkrut, rawan memperoleh prediksi tidak berpotensi
bangkrut, hingga tidak bangkrut. Selain itu, mengalami kebangkrutan, diharapkan dapat
pada metode Springate ada sebelas perusahaan mempertahankan dan meningkatkan kondisi
yang menunjukkan hasil prediksi berpotensi keuangan yang dimiliki, sehingga tidak
bangkrut dan dua perusahaan yang diprediksi mengalami kesulitan keuangan dan berujung
berpotensi tidak bangkrut selama lima tahun. pada kebangkrutan.
Kemudian pada metode Zmijewski, 3. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat
menunjukkan hasil prediksi yang berbeda dari mengembangkan penelitian, yaitu dengan
dua metode sebelumnya. Hasil prediksi dari menggunakan metode prediksi yang berbeda,
Zmijewski menunjukkan ada delapan perusahaan atau sektor yang berbeda, dan
perusahaan yang diprediksi tidak berpotensi dapat menghitung tingkat akurasi metode yang
bangkrut dan ada tiga perusahaan yang digunakan serta mencantumkan kelebihan dan
diprediksi berpotensi bangkrut selama lima kelemahan dari masing-masing metode.
tahun berturut-turut.
2. Hasil prediksi dari ketiga metode yang
DАFTАR PUSTАKА
digunakan menunjukkan hasil yang berbeda dan
ada juga yang sama. Ada tiga perusahaan yang Hanafi, Mamduh M. 2015. Manajemen Keuangan
menunjukkan posisi yang berada pada potensi Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.
bangkrut dalam lima tahun pada ketiga metode, Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2003.
yaitu PT Argo Pantes Tbk, PT Apac Citra Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
Centertex Tbk, dan PT Asia Fibers Indonesia AMP-YKPN.
Tbk. Sedangkan untuk hasil yang menunjukkan
prediksi berpotensi tidak bangkrut selama lima Niswonger, C. Rollin, Philip L. Fess, dan Carl S.
tahun hanya ada satu perusahaan, yaitu PT Warren. 1992. Prinsip-prinsip Akuntansi.
Trisula International Tbk. Dan untuk Jakarta: Erlangga.
perusahaan lain, menunjukkan hasil yang Syamsuddin, Lukman. 2011. Manajemen
berbeda antara ketiga metode ataupun ada yang Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi
menunjukkan hasil yang sama hanya antara dua dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan
metode dari ketiga metode tersebut. Pengambilan Keputusan). Edisi Baru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sаrаn
1. Untuk perusahaan-perusahaan yang diprediksi JURNAL :
berpotensi mengalami kebangkrutan ataupun Ben, Ditiro Alam. 2015. Analisis metode Springate
perusahaan yang mendapatkan peringatan (S-Score) sebagai alat untuk memprediksi

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 1 Juli 2018| 117


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
kebangkrutan perusahaan pada Perusahaan
Property dan Real Estate yang listing di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.
Jurnal Administrasi Bisnis, 21(1).
Djamaluddin, Said, Melati Juwita Putridan, dan
Hapzi Ali. 2017. Financial distress
comparative analysis of Japanese electronic
manufacture after financial global crisis 2008
using Altman, Ohlson, and Zmijewski
Model. The International Journal of
Business and Management, 5(7): 131 141.
Fanny, Margaretha dan Sylvia Saputra. 2005.
Opini audit going concern: kajian
berdasarkan model prediksi kebangkrutan,
pertumbuhan perusahan, dan reputasi kantor
akuntan publik pada emiten Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi, VIII
Solo 15-16 September 2005: 966 978.
Peter dan Yoseph. 2011. Analisis kebangkrutan
dengan metode Z-Score Altman, Springate,
dan Zmijewski pada PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk periode 2005-2009. Jurnal
Ilmiah Akuntansi, Nomor 4 Tahun Ke-2
Januari-April 2011.
Rajasekar T., Sania Ashraf, dan Malabika Deo.
2014. An empirical enquiry on the financial
distress of Navratna Companies in India.
Journal of Accounting and Finance, 14(3):
100 110.
INTERNET :
Kementerian Perindustrian. “Industri Tekstil Harus
Tingkatkan Daya Saing”, diakses pada
tanggal 26 November 2017 dari
http://www.kemenperin.go.id/artikel/9346/I
ndustri-Tekstil-Harus-Tingkatkan-Daya-
Saing.
Kementerian Perindustrian, diakses pada tanggal 9
Maret 2018 dari www.kemenperin.go.id
World Trade Statistical Review 2017, diakses pada
tanggal 28 November 2017 dari
https://www.wto.org/english/res_e/statis_e/wt
s2017_e/wts2017_e.pdf.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 60 No. 1 Juli 2018| 118


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

You might also like