Mekanisme Gangguan Neurologi Pada Epilepsi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Majalah Biomorfologi Volume 26 No.

1 Januari 2013

MEKANISME GANGGUAN NEUROLOGI PADA EPILEPSI


1
Yuni Kurniawaty, 2Viskasari Pintoko Kalanjati
1
STIKES Katolik St. Vincentius a Paulo, Surabaya
1
Mahasiswa Program Magister IKD Minat Anatomi dan Histologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Airlangga
2
Departemen Anatomi dan Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga

ABSTRACT
Epilepsy is a common and diverse set of chronic neurological disorder characterized by seizures. About 1-
3% of people will be diagnosed with epilepsy at some time in their lives. The International League Against
Epilepsy (ILAE) 1981 has revised the classification of epilepsy at 2010. Generalized and focal for seizures
as occuring in epileptic seizures result from abnormal, excessive or hypersynchronous neuronal activity in
the brain. There are different causes of epilepsy that are common in certain age groups. One speculated
mechanism for some forms of inherited epilepsy is mutations of the genes that code for sodium channel
proteins; these defective sodium channels stay open for too long, thus making the neuron hyper-excitable.
Glutamate, an excitatory neurotransmitter, may, therefore, be released from these neurons in large amounts,
which by binding with nearby glutamatergic neurons triggers excessive calcium (Ca2+) released in the post-
synaptic cells. Such excessive calcium release can induce neurotoxicity. Another possible mechanism
involves mutations leading to ineffective γ-aminobutyric acid (GABA), the adult mammalian brain's most
common inhibitory neurotransmitter. Epilepsy-related mutations in some non-ion channel genes have also
been identified. Other causes of epilepsy are brain lesions, where there is scar tissue or another abnormal
mass of tissue in specific area of the brain.
Keywords: Epilepsy, neurotransmitter

ABSTRAK
Epilepsi merupakan kelainan neurologi kronis umum dan beragam yang ditandai dengan kejang. Sekitar 1-
3% orang didiagnosis epilepsi dalam suatu waktu kehidupan. Organisasi The International League Against
Epilepsy (ILAE) tahun 1981 melakukan revisi tentang klasifikasi epilepsi pada tahun 2010. Kejang
generalisata dan kejang focal seperti yang terjadi pada kejang epilepsi merupakan akibat dari aktivitas
neuronal di otak yang abnormal, berlebihan atau hipersinkronisasi. Terdapat perbedaan penyebab epilepsi
yang sering terjadi pada kelompok usia tertentu. Satu mekanisme beberapa bentuk epilepsi bawaan adalah
adanya mutasi gen yang mengkode protein saluran ion natrium dimana defek saluran ion natrium tetap
terbuka pada waktu yang lama sehingga mengakibatkan hipereksitasi neoron. Glutamat, neurotransmiter
eksitator, dilepaskan oleh neuron tersebut dalam jumlah besar dimana akan terikat dengan neuron-neuron
glutamatergik terdekat memicu pelepasan kalsium (Ca2+) yang berlebihan pada sel pasca sinaptik. Pelepasan
kalsium yang berlebihan tersebut akan menginduksi terjadinya neurotoksisitas. Mekanisme lain yang
mungkin melibatkan mutasi mengarah pada ketidakefektifan γ-aminobutyric acid (GABA), yang merupakan
neurotransmiter inhibitor utama pada otak mamalia dewasa. Epilepsi berkaitan dengan mutasi pada beberapa
gen selain saluran ion juga telah diidentifikasi. Penyebab lain dari epilepsi adalah lesi otak, dimana terdapat
jaringan parut atau massa jaringan abnormal yang lain di daerah tertentu pada otak.
Kata kunci: Epilepsi, neurotransmiter

Korespondensi: Yuni Kurniawaty, Progran Studi D3 keperawatan STIKES Katolik St. Vincentius a Paulo,
Jl. Jambi No. 12-14 Surabaya 60008, Jawa Timur, telp 031-2952353_355, fax 031-5663894, email:
orchid_yuna@yahoo.co.id

16
Kurniawaty, Kalanjati Patofisiologi epilepsi

Latar belakang epilepsi, mengalami retardasi mental, dan


Epilepsi merupakan kelompok gangguan yang gangguan psikiatri dan neurologik prognosis
ditandai oleh perubahan fungsi neurologis kronik, kurang baik (Liporace, 2006). Berdasarkan latar
rekuren dan paroksimal akibat abnormalitas belakang yang menunjukkan dampak dan
aktivitas elektrik otak (Dichter, 2000). Setiap prognosis dari epilepsi sangat bervariasi, sehingga
episode gangguan fungsi neurologik disebut penulis ingin membahas mekanisme terjadinya
kejang (seizure). Kejang bisa berupa konvulsif jika epilepsi khususnya pada epilepsi parsial kompleks
disertai dengan manifestasi motorik atau dapat dan epilepsi generalisata primer (absen).
bermanifestasi dengan perubahan lain pada fungsi
neurologik seperti peristiwa emosional, kognitif, Diskusi
sensorik). Klasifikasi epilepsi menurut ILAE Definisi epilepsi
kejang epilepsi fokal atau parsial berasal dari Dewasa ini epilepsi diidentifikasikan sebagai suatu
daerah spesifik korteks serebri dan dapat tetap gangguan paroksismal susunan saraf pusat yang
terlokalisasi atau sekunder menyeluruhsedangkan bersifat berulang dan berkaitan dengan lepasnya
kejang yang lain kejang epilepsi generalisata muatan listrik berlebihan dari neuron-neuron otak
primertampaknya telah menjadi menyeluruh (Liporace, 2006). Penulis lain mendefinisikan
melibatkan kedua hemisfer otak sejak dari epilepsi merupakan kondisi dimana memiliki
manifestasi kejang paling dini. Pada kejang kecenderungan kejang berulang sedikitnya terjadi
epilepsi fokal manifestasinya bervariasi, dua kali sebelum didiagnosa (Titus, et al., 2008).
tergantung bagian otak yang terkena (Dichter, Setiap episodik gangguan neurologik dinamakan
2000). Menurut ILAE etiologi terjadinya epilepsi kejang (seizure) bisa berupa konvulsif jika disertai
diantaranya genetik, struktural metabolik, dan dengan manifestasi motorik atau dapat
tidak diketahui penyebabnya (Berg, et al., 2010). bermanifestasi dengan perubahan lain pada fungsi
Prevalensi epilepsi di dunia mencapai 0,5-1% dan neurologik (seperti peristiwa emosional, kognitif,
kejadian seumur hidup sebanyak 1-3%. Insiden sensorik) (Dichter, 2000).
tertinggi terdapat pada golongan usia dini yang Klasifikasi epilepsi
akan menurun pada gabungan usia dewasa muda Manifestasi neurologis dari kejang epileptik
sampai setengah tua, kemudian meningkat lagi bervariasi. Klasifikasi yang sesuai dari jenis kejang
pada usia lanjut (< 2 tahun dan > 60 tahun) yang dialami individu penting untuk pelacakan
(Liporace, 2005). Estimasi kejadian epilepsi 1 diagnostik yang tepat, evaluasi prognostik dan
dibanding 200 orang, umumnya merupakan pemilihan terapi (Dichter, 2000). Menurut Berg, et
masalah kronis dengan dampak ekonomi yang al. (2010), yang menyatakan revisi klasifikasi
tinggi pada pasien karena dampak pribadi, sosial, epilepsi menurut ILAE, bahwa secara umum
ekonomi, seringkali mempengaruhi kemampuan kejang dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
memiliki pekerjaan dan kehidupan sosial (Oster, et epilepsi parsial atau lokal yaitu terjadi gangguan
al., 2005). pada satu hemisfer atau area tertentu di otak.
Pasien dengan epilepsi kecenderungan lebih tinggi Epilepsi parsial terdiri dari parsial simpel di mana
mengalami depresi dan berisiko tinggi untuk lokus berasal dari lobus frontal dan parietal, serta
bunuh diri (Liporace, 2006). Epilepsi memiliki parsial kompleks lobus temporal mesial tanpa
beban sakit yang signifikan, terutama di negara- melibatkan area lainnya. Jenis lainnya adalah
negara berkembang. Stigma sosial yang melekat epilepsi generalisata, kejang melibatkan kedua
pada epilepsi juga menghambat penyandangnya hemisfer otak. Sindrom elektroklinis dan epilepsi
untuk terlibat dalam kegiatan olahraga, pekerjaan, lainnya diantaranya adalah sindrom elektroklinis
pendidikan, dan pernikahan (Pinzon, 2007). berdasarkan onset umur (periode neonatal, masa
Prognosis umumnya baik, 70-80% pasien yang bayi, masa anak, remaja-dewasa), kurang
mengalami epilepsi akan sembuh, dan < 50% berhubungan dengan umur (epilepsi familial fokal
pasien akan bisa lepas obat, 20-30% mungkin akan dengan variasi fokus), klasifikasi khusus (epilepsi
berkembang menjadi epilepsi kronis dimana lobus temporal mesial dengan sklerosis
pengobatan semakin sulit, 5% diantaranya akan hipokampal atau mesial temporal lobe epilepsy
tergantung pada orang lain dalam kehidupan with hippocampal sclerosis (MTLE with HS),
sehari-hari, pasien dengan lebih dari satu jenis Sindroma Rasmussen, kejang gelastic dengan

17
Majalah Biomorfologi Volume 26 No. 1 Januari 2013

hamartoma hipotalamus, epilepsi hemikonvulsi pada usia dan jenis kejang sebagai berikut: pada
hemiplegi) dan epilepsi yang tidak termasuk dalam prenatal (Infeksi intrauteri, rubella, toxoplasmosis,
salah satu klasifikasi dapat dilihat pertama ada atau obat selama kehamilan, radiasi pada awal
tidaknya penyebab yang mendasari (metabolik kehamilan) (Dichter, 2000; Liporace, 2006, Berg,
atau struktural) dan tipe kejang yang muncul et al., 2010). Contoh predisposisi tersebut misalnya
pertama (generalisata atau fokal). Keadaan dengan pada bayi (0-2 tahun) yang menderita hipoksia
kejang epileptik yang tidak dikelompokkan perinatal, iskemia, trauma lahir intrakranial, infeksi
sebagai bentuk epilepsi yaitu kejang neonatal akut, gangguan metabolik (hipoglikemia,
benigna atau benign neonatal seizures (BNS) dan hikalsemia, hipomagnesia, defisiensi piridoksin,
kejang demam atau febrile seizures (FS). BNS malformasi kongenital, gangguan genetik; pada
dalam perkembangannya tidak diketahui anak (2-12 tahun) bisa terjadi idiopatik, infeksi
hubungannya dengan epilepsi dan variasi secara akut, trauma, febris konvulsi; sedangkan pada
luas pada kerusakan otak termasuk kognitif, anak remaja (12-18 tahun) bisa terjadi karena
perilaku, sakit psikis seperti kematian tiba-tiba dan idiopatik, trauma, penghentian obat, alkohol,
bunuh diri, oleh karena alasan inilah BNS tidak malformasi arteriosa. Pada dewasa muda (18-35
dikelompokkan sebagai bentuk epilepsi (Berg, et tahun) bisa terjadi epilepsi karena trauma,
al., 2010). FS merupakan tipe kejang bisa terjadi alkoholisme, tumor otak. Sedangkan pada dewasa
secara generalisata maupun parsial, pada umumnya yang lebih tua (>35 tahun) bisa terjadi epilepsi
terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun yang karena tumor otak, penyakit serebrovaskular,
dipicu oleh demam (Titus, et al., 2008). gangguan metabolik (remia, gagal hepar,
abnormalitas elektrolit, hipoglikemia), alko-
Etiologi epilepsi holisme.
Terdapat banyak mekanisme yang dapat Patofisiologi epilepsi
menimbulkan epilepsi yang timbul pada otak Kejang terjadi bila terdapat depolarisasi berlebihan
patologi maupun normal. Tiga mekanisme yang pada neuron dalam sistem saraf pusat. Depo-
lazim menurut Dichter (2000) meliputi larisasi terjadi akibat adanya potensial membran
pengurangan mekanisme inhibitor terutama sel neuron yang dipengaruhi oleh keseimbangan
inhibisi sinaptik akibat GABA, peningkatan antara Exitatory Post Synaptic Potential (EPSP)
mekanisme sinaptik eksitasi terutama yang dan Inhibitory Post Synaptic Potential (IPSP). Bila
diperantarai oleh N-metil-D-aspartat (NMDA) EPSP dan IPSP ini tidak seimbang akan terjadi
komponen respon glutamat, peningkatan ledakan bangkitan epilepsi (Engelborghs, et al., 2010).
neuron endogen yang membakar (biasanya dengan Beberapa neurotransmiter berperan dalam proses
meningkatkan aliran kalsium tergantung voltase). eksitasi. Eksitator asam amino terutama L-
Bentuk epilepsi manusia yang berbeda dapat glutamat, mempunyai peranan utama dalam
disebabkan oleh satu atau kombinasi mekanisme terjadinya bangkitan. Terdapat peningkatan pele-
ini. Menurut ILAE etiologi terjadinya epilepsi pasan glutamat di otak yang berhubungan dengan
diantaranya genetik, struktural metabolik, dan aktivitas epileptik. GABA merupakan neuro-
tidak diketahui penyebabnya. Penyebab genetik transmiter inhibisi yang utama di susunan saraf
seperti epilepsi mioklonik juvenil atau juvenile pusat (Titus, et al., 2008). Inhibisi GABAergic
myoclonic epilepsy (JME) dimana cara spesifik dapat terjadi di presinaptik (pelepasan GABA dari
yang diturunkan tidak digambarkan secara absolut saraf terminal GABAergic ke dalam presinaptik
(dominan autosomal atau resesif) tetapi gen untuk saraf terminal menyebabkan penurunan pelepasan
JME diduga terletak pada pengan pendek neurotransmiter) atau di postsinaptik (disebabkan
kromosom 6 (Dichter, 2000). Penyebab metabolik oleh interaksi antara GABA dengan reseptor
struktural dimana kerusakannya berasal dari spesifik postsinaptik) (Dichter, 2000). GABA
struktural lesi misalnya stroke, trauma dan infeksi berikatan dengan 2 macam reseptor yaitu GABA-
atau berasal dari penyakit genetik misalnya A dan GABA-B untuk menghasilkan inhibisi
sklerosis tuberositas, malformasi perkembangan neuron. GABA dikatabolisme di postsinaptik oleh
kortek. Pada epilepsi yang belum diketahui GABA-transaminase (Engelborghs, et al., 2010).
penyebabnya (Berg, et al., 2010) terdapat beberapa Tidak berfungsinya sistem GABA ini dapat
faktor predisposisi terjadinya kejang tergantung disebabkan oleh adanya defek pada pelepasan

18
Kurniawaty, Kalanjati Patofisiologi epilepsi

GABA di sinaps atau reseptor GABA postsinaptik. terjadi dengan kemunculan pada lobus frontal dan
Pada kondisi normal, EPSP diikuti segera oleh temporal (Titus, et al., 2008). Individu yang
inhibisi GABAergic. Hipersinkronisasi sel-sel kehilangan kesadaran setelah kejang parsial
neuron terjadi bila mekanisme eksitasi lebih komplek dikarenakan kejang menjalar ke kedua
dominan. Jika aktivitas sel-sel neuron yang hiper- lobus temporal sehingga menyebabkan kerusakan
sinkronisasi ini berjalan terus, akan lebih banyak pada memori. Kejang parsial komplekslobus
lagi sel-sel neuron yang teraktivasi dan temporal yang disebabkan oleh sklerosis hipo-
menyebabkan bangkitan epilepsi. Hipersinkroni- kampus. Pada sklerosis hipokampus terjadi
sasi yang abnormal dapat memberikan hilangnya neuron di hilus dentatus dan sel
karakteristik yang abnormal pada elektroense- piramidal hipokampus. Pada keadaan normal
falogram (Titus, et al., 2008; Engelborghs, et al., terjadi input eksitatori dari korteks entorhinal ke
2010). hipokampus di sel granula dentatus dan input
Kecepatan untuk menjalarnya lepas muatan listrik inhibitori dari interneuron di lapisan molekular
sangat bervariasi, dapat merambat pada permukaan dalam (inner layer molecular). Sel granula
korteks serebri dengan kecepatan beberapa dentatus relatif resisten terhadap aktivitas
milimeter permenit seperti yang terjadi pada hipersinkroni, dan dapat menginhibisi propagasi
bangkitan fokal motor dari Jackson, dapat pula bangkitan yang berasal dari korteks entorhinal
menjalar melalui jaringan korteks dengan (Dichter, 2000).
kecepatan 10 – 40 cm/detik (Dichter, 2000). Pada Beberapa penyakit yang memberikan gambaran
beberapa jenis bangkitan, penjalaran sangat cepat kejang generalisata antara lain: benign neonatal
sehingga seluruh otak termasuk kedua hemisfer convulsion, benign myoclonic epilepsy, childhood
serebri terlibat secara simultan disertai gerakan absence epilepsy, juvenille absence epilepsy,
tonik klonik yang masif. Terdapat dua macam juvenille myoclonic epilepsy (Berg, et al., 2010;
penjalaran, spread yaitu penjalaran per Wolf, 1995). Salah satu epilepsi umum yang dapat
continuitatum dan propagation penjalaran melalui diterangkan patofisiologinya secara lengkap adalah
jaras aksonal. Disamping itu terdapat cara epilepsi tipe absen generalisata. Absen generalisata
penjalaran masih belum dapat dibuktikan se- adalah salah satu epilepsi umum, onset dimulai
penuhnya. Lepas muatan listrik dari fokus epilepsi usia 6-14 tahun dengan aktivitas normal mendadak
di korteks serebri akan mengaktivasi bagian berhenti selama beberapa detik kemudian kembali
talamus, kemudian talamus akan mengaktivasi ke normal dan tidak ingat kejadian tersebut.
daerah korteks serebri yang lain. Bentuk klinik dari Kejang absen murni terdiri dari penghentian
bangkitan epilepsi tergantung dari jaras-jaras mana mendadak aktivitas kesadaran yang berlangsung
yang dilalui dalam penjalaran dari lepas muatan tanpa aktivitas kejang otot atau hilangnya kendali
listrik (Dichter, 2000; Engelborghs, et al., 2010). posisi (Dichter, 2000). Beberapa penelitian
Gejala kejang awal parsial (iktus) dapat tetap menyimpulkan bahwa absen diduga terjadi akibat
terbatas pada satu daerah atau mungkin menyebar perubahan pada sirkuit antara thalamus dan korteks
dari daerah yang terkena ke bagian tubuh serebri. Pada absen terjadi sirkuit abnormal pada
ipsilateral berdekatan seperti ibu jari kanan ke jaras thalamo-kortikal akibat adanya mutasi ion
tangan kanan ke lengan kanan ke sisi kanan wajah kalsium sehingga menyebabkan aktivasi ritmik
yang disebut “Mars Jacksonian” pertama kali korteks saat sadar, dimana secara normal aktivitas
diuraikan oleh Hughlings Jackson disebabkan oleh ritmik pada korteks terjadi pada saat tidur non-
perkembangan perubahan epileptiformis yang rapid eyes movement (n-REM)3 (Titus, et al.,
diperlihatkan pada korteks motorik kontralateral 2008). Patofisiologi epilepsi yang lain adalah
dapat terjadi beberapa detik dan menit (Dichter, disebabkan adanya mutasi genetik. Mutasi genetik
2000). Manifestasi kejang parsial sederhana gejala terjadi sebagian besar pada gen yang mengkode
sensori seperti parastesia, perasaan vertigo, protein kanal ion. Contoh: generalized epilepsy
halusinasi visual, atau pendengaran sederhana with febrile seizure plus, benign familial neonatal
terjadi dengan munculnya epileptiformis pada convulsions. Pada kanal ion yang normal terjadi
korteks sensori kontralateral dan gejala psikis dan keseimbangan antara masuknya ion natrium
autonomik seperti sensasi dejavu perasaan tidak (natrium influks) dan keluarnya ion kalium
beralasan atas ketakutan atau kemarahan, ilusi (kalium refluks) sehingga terjadi aktivitas depo-

19
Majalah Biomorfologi Volume 26 No. 1 Januari 2013

Gambar 1. Disfungsi kanal ion berhubungan dengan epilepsi yang diwariskan (Denikrisna, 2012).

larisasi dan repolarisasi yang normal pada sel macam penyebab yang menurut ILAE etiologi
neuron (gambar 1A). Jika terjadi mutasi pada kanal terjadinya epilepsi diantaranya karena faktor
natrium seperti yang terdapat pada generalized genetik, struktural metabolik dan tidak diketahui
epilepsy with febrile seizures plus, maka terjadi penyebabnya (Dichter, 2000). Bentuk klinik dari
natrium influks yang berlebihan sedangkan kalium bangkitan epilepsi tergantung dari jaras-jaras mana
refluks tetap seperti semula sehingga terjadi yang dilalui dalam penjalaran dari lepas muatan
depolarisasi dan repolarisasi yang berlangsung listrik. Seperti pada epilepsi parsial sederhana,
berkali-kali dan cepat atau terjadi hipereksitasi parsial kompleks dan generalisata. Masing-masing
pada neuron (gambar 1B). Hal yang sama terjadi mempunyai penjalaran muatan listrik yang
pada benign familial neonatal convulsion dimana berbeda-beda dan menimbulkan manifestasi klinik
terdapat mutasi kanal kalium sehingga terjadi sesuai dengan area yang terganggu (Dichter, 2000;
refluks kalium yang berlebihan dan menyebabkan Engelborghs, et al., 2010; Titus, et al., 2008).
hipereksitasi pada sel neuron (gambar 1C)
(Dichter, 2000; Engelborghs, et al., 2010). Daftar pustaka
Anderjaska, V.A. et al., 2008. Pathology and
Simpulan pathophysiology of the amygdala in
Epilepsi merupakan suatu gangguan paroksismal epileptogenesis and epilepsy. Epilepsy Res.,
susunan saraf pusat yang bersifat berulang dan 78(2-3), hal.102–116.
berkaitan dengan lepasnya muatan listrik ber- Berg, A.T. et al., 2010. Revised terminology and
lebihan daripada neuron-neuron otak. Depolarisasi concepts for organization of seizures and
berlebihan pada neuron dalam sistem saraf pusat epilepsies: report of the ILAE Commision
terjadi akibat adanya potensial membran sel on Classification and Terminology.
neuron yang dipengaruhi oleh keseimbangan Epilepsia, 51(4), hal.676-685.
antara EPSP dan IPSP (Engelborghs, et al., 2010). Briar, C. 2004. Cellular physiology of the nervos
Jika abnormalitas aktivitas sel-sel neuron yang system. Di dalam: Nervous System. Edisi ke-
hipersinkronisasi ini berjalan terus, akan lebih 2. London: Elsevier, hal.19-35.
banyak lagi sel-sel neuron yang teraktivasi dan Dichter, M.A., 2000. Epilepsi dan gangguan
menyebabkan bangkitan epilepsi (Titus, et al., kejang. Di dalam: Harrison prinsip-prinsip
2008). Hipersinkronisasi terjadi akibat berbagai

20
Kurniawaty, Kalanjati Patofisiologi epilepsi

ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Jakarta: Pinzon, R., 2007. Dampak epilepsi. Cermin Dunia
EGC, hal.2453-2464. Kedokteran, 152, hal.192-195.
Denikrisna, 2012. Kanal ion. Diunduh: 29 Juni Titus, A.M. Patricia, R. & Peter, S., 2008. The
2012 dari http://denikrisna.wordpress.com nervous system. Philadelphia: Elsevier,
/page/2/. hal.258-270.
Engelborghs, S.R. D’Hooge, P.P. & Deyn, D., Ure, J.A. & Mónica, P., 2000. Update on the
2010. Pathophysiology of epilepsy. Acta pathophysiology of the epilepsies. Neuro-
Neuro., 100, hal.201-213. logical Sciences, 17, hal.1-17.
Liporace, J., 2006. Epilepsy. Di dalam: Neurology. Woermann, F.G., et al. 1999. Abnormal cerebral
Philadelphia: Elsevier, hal.127-131. structure in juvenile myoclonic epilepsy
Li, L.M. et al. 1999. Surgical outcome in patients demonstrated with voxel-based analysis of
with epilepsy and dual pathology. Brain, MRI. Brain, 122, hal.2101-2107.
122, hal.799-805. Wolf, P., 1995. Classification of idiopathic
Oster, J.M. Jose, A. Gutrecht, & Paul, T.G., 2005. generalized and localization-related
Epilepsy and syncope. Di dalam: Netter’s epilepsies. Epilepsi, 2, hal.53-56.
neurology international student edition.
USA: Media Media, hal.264-280.

21

You might also like