Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

DETERMINASI SEROVAR BAKTERI LEPTOSPIRA PADA RESERVOIR

DI KABUPATEN BANYUMAS

Determination of Leptospira Serovar in Reservoir


in Banyumas District

Tri Ramadhani, Diah Widyastuti, Dwi Priyantol


Penelth Balai Litbang P2B2 Banjamegara
Email: 3rdhani@gmail.com

Diterima: 27 Agustus 2014; Direvisi: 11 Desember 2014; Disetujui: 27 Maret 2015

ABSTRACT

Leptospirosis is an infectious disease caused by pathogenic Leptospira. Leptospirosis transmitted to human


through direct contact with body fluids of infected animals or indirectly through contaminated puddles .
The prevalence of leptospirosis in Banyumas tends to increase for 3 years. The purpose of this study was to
determine the leptospira serovar in reservoir to prove of a current infection. Surveys was conducted using
single live traps for three consecutive days, determination of leptospira serovar was conducted using
Microscopic Aglutination Test (MAT). Data analysis was performed by univariate and presented in tables
and graphs. The results showed that the trapped animals consisted of Rattus tanezumi (70.6%) and Suncus
murinus (29.4%) with 6.5% succsess trap. Rattus tanezumi were dominantly caught inside the house (51%)
than outside the house (49%). Female rats were dominantly caught (66.7%) than male rats (33.3%). Suncus
murinus and Rattus tanezumi shown a titer of 1/100 to be infected with L.icterohaemorrhagiae , L.javanica
and L.cynopteri which are pathogenic Leptospira in humans. Efforts are needed to improve community
participation in preventing tranmission of leptospirosis by avoiding contact with contaminated water and
soil. For people who are risk of exposure to infected animal should wear protective clothes or footwear.

Keywords: Serovar,leptospira, determination, microscopic agglutination test

ABSTRAK

Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dari genus Leptospira yang patogen.
Penularan leptospirosis pada manusia karena adanya kontak dengan hewan yang terinfeksi bakteri
Leptospira atau secara tidak langsung melalui genangan air yang terkontaminasi. Kejadian leptospirosis di
Kabupaten Banyumas cenderung mengalami kenaikan selama 3 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendeteksi serovar bakteri Leptospira yang ada di reservoir. Survei tikus dilakukan dengan perangkap live
trap selama tiga hari berturut-turut, serovar bakteri leptospira dilakukan dengan metode Microscopic
Aglutination Test (MAT). Analisis data dilakukan secara univariat dan disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik. Hasil penelitian menunjukkan spesies tikus yang tertangkap hanya jenis Rattus tanezumi (70,6%)
dan insektivora jenis Suncus murinus (29,4%) dengan trap success 6,5%. Rattus tanezumi labih banyak
yang tertangkap di dalam rumah (51%) dibandingkan di luar rumah (49%) dengan jenis kelamin betina
(66,7%) lebih banyak dibandingkan tikus jantan (33,3%). Rattus tanezumi dan Suncus murinus terbukti
terinfeksi bakteri leptospira serovar L.icterohaemorrhagiae, L javanica dan L.cynopteri dengan titer 1/100
yang merupakan jenis bakteri Leptospira patogen pada manusia. Upaya yang diperlukan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mencegah penularan leptospirosis adalah menghindari kontak
dengan air dan tanah yang terkontaminasi. Orang—orang yang mempunyai risiko terpapar oleh hewan yang
terinfeksi hams menggunakan pakaian pelindung atau alas kaki.

Kata kunci: Serovar, leptospira, determinasi, Microscopic Agglutination Test

PENDAHULUAN berbiak di tubuh hewan. Semua hewan bisa


terjangkiti, paling banyak tikus dan hewan
Leptospirosis adalah penyakit yang
pengerat lainnya, selain hewan ternak, hewan
disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira
piaraan dan hewan liar pun dapat terjangkit
berbentuk spiral yang menyerang hewan dan
juga (Zelvino dkk, 2005). Leptospira
manusia dan dapat hidup di air tawar selama
mempunyai lebih dari 170 serovar pathogen
lebih kurang 1 bulan. Kuman ini hidup dan

8
Determinasi Serovar Bakteri Leptospira ...(Tri R, Diah W & Dwi P)

yang telah diidentifikasi dan hampir ini. Terletak di antara 108 " 39' 17" - 109"
setengahnya terdapat di Indoensia. Bakteri 27' 15" bujur timur & di antara 7" 15' 05" -
spiral dengan pilinan yang rapat dan ujung- 7" 37' 10" lintang selatan, yang berarti
ujungnya yang bengkok, seperti kait dari berada di belahan selatan garis khatulistiwa.
bakteri leptospira menyebabkan gerakan Batas sebelah utara berupa Gunung Slamet,
leptospira sangat aktif, baik gerakan berputar Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang,
sepanjang sumbunya, maju mundur, maupun sebelah selatan Kabupaten Cilacap, sebelah
melengkung, karena ukurannya yang sangat barat Kabupaten Cilacap dan Kabupaten
kecil (Widarso dkk, 2005). Leptospira Brebes, sebelah timur Kabupaten
menyukai tinggal dipermukaan air dalam Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan
kurun waktu yang lama dan siap menginfeksi Kabupaten Banjarnegara. Luas wilayah
manusia apabila kontak dengannya, karena Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2
itu leptospirosis sering disebut sebagai atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan
penyakit yang timbul dari air (water born keadaan wilayah antara daratan dan
disease). Serovar yang pernah berhasil pegunungan dengan struktur pegunungan
diisolasi dari ternak sapi yaitu jenis L.hardjo, terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu
L.pomona, L.grippotyphosa, L.canicola dan untuk tanah pertanian, sebagian dataran
L. icterohaemorrahagiae. Dua yang tinggi untuk pemukiman dan pekarangan, dan
disebutkan terakhir umumnya menyerang sebagian pegunungan untuk perkebunan dan
pada anjing (Dharmojono, 2001). Bila infeksi hutan tropis terletak di lereng Gunung Slamet
terjadi, maka pada tubuh penderita dalam sebelah selatan. Keadaan cuaca dan iklim di
waktu 6-12 hari akan terbentuk zat kebal Kabupaten Banyumas karena tergolong di
aglutinasi (Dharmojono 2002). belahan selatan khatulistiwa masih memiliki
iklim tropis basah. Demikian juga karena
Di wilayah Jawa Tengah, Kota
terletak di antara lereng pegunungan jauh
Semarang dan Demak merupakan
dari permukaan pantai/lautan maka pengaruh
penyumbang leptospirosis paling besar tiap
angin laut tidak begitu tampak, namun
tahunnya. Data lima tahun terakhir (2007 —
dengan adanya dataran rendah yang
2011) menunjukkan kedua kabupaten kota
seimbang dengan pantai selatan angin hampir
tersebut menduduki peringkat tertinggi untuk
nampak bersimpangan antara pegunungan
kejadian Leptospirosis. Angka kematian
dengan lembah dengan tekanan rata-rata
(CFR) karena Leptospirosis mengalami
antara 1.001 mbs. Curah hujan di Kabupaten
peningkatan selama tiga tahun terakhir, pada
Banyumas cukup tinggi yaitu 2.579 mm per
tahun 2009 jumlah kejadian Leptospirosis
tahun, dengan suhu udara rata-rata 26,3°C,
sebanyak 252 kasus dengan CFR 5,56%,
suhu minimum sekitar 24,4°C dan suhu
tahun 2010 sebanyak 133 kasus CFR 10,53%
maksimum sekitar 30,9°C (Kabupaten
dan tahun 2011 sebanyak 142 kasus dengan
Banyumas 2011).
CFR 17,02% (Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, 2012). Gejala klinis leptospirosis yang
hampir sama dengan penyakit lainnya (DBD,
Di Kabupaten Banyumas, pada kurun
malaria, typhus) menjadi salah satu alasan
waktu tahun 2007-2009 tidak dilaporkan
tidak cepatnya penderita leptospirosis
kasus leptospirosis. Peningkatan kasus terjadi
terdiagnosis oleh petugas kesehatan.
pada tahun 2010-2012 dengan ditemukannya
Penegakan diagnosis leptospirosis dilakukan
kejadian delapan kasus leptospirosis barn
dengan berbagai macam metode pemeriksaan
(Sarwani D, dkk 2013). Hal ini terjadi setelah
laboratorium dari mulai yang sederhana
adanya sosialisasi penyakit leptospirosis di
hingga modern. Manfaat dilakukannya
wilayah Kabupaten Banyumas bekerjasama
pemeriksaan laboratorium antara lain
dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
memastikan diagnosis leptospirosis, karena
Tengah dan Balai Litbang Pengendalian
penyakit ini secara klinis sangat sulit
Penyakit Bersumber Binatang (P2B2)
dibedakan dengan penyakit lainnya. Selain
Banjarnegara.
itu untuk menentukan serovar serogroup
Wilayah Kabupaten Banyumas penyebab infeksi yang sangat diperlukan
merupakan bagian dari propinsi Jawa Tengah dalam pencarian sumber penularan.
yang berada di sebelah barat daya propinsi

9
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 1, Maret 2015: 8 —16

Leptospirosis pada anjing terbawa aliran air kemudian masuk ke tubuh


disebabkan oleh infeksi satu atau lebih manusia melalui permukaan kulit yang
serovar dari Leptospira interrogans. Serovar terluka, selaput lendir mata dan hidung.
yang telah diketahui dapat menyerang anjing Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan
yaitu L. australis, L.autumnalis, L.ballum, sekaligus penyebar utama Leptospirosis
L.batislava, L.canicola, L.grippotyphosa, karena bertindak sebagai inang alami dan
L.hardjo, L. ichterohemorarhagica, memiliki daya reproduksi tinggi Beberapa
L.pomona, dan L.tarassovi. Pada anjing, telah hewan lain seperti sapi, kambing, domba,
tersedia vaksin terhadap Leptospira yang kuda, babi, anjing dapat terserang
mengandung biakan serovar L.canicola dan Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke
L. icterohemorrhagica yang telah dimatikan manusia tidak sebesar tikus (Widodo
(Widarso dkk, 2005). Serovar yang dapat Judarwanto 2009).
menyerang sapi yaitu L. pamona dan
Diagnosis leptospirosis secara
L.gryptosa . Serovar yang diketahui terdapat
laboratorium masih terbatas positif negative
pada kucing adalah L. bratislava, L.canicola,
Leptospirosis, belum menemukan sumber
L.gryppothyphosa, dan L.pomona. Babi dapat
penularan atau serovar maupun lingkungan
terserang L. pamona dan L.interogans,
yang potensial untuk tempat
sedangkan tikus dapat terserang L. ballum dan
perkembangbiakan bakteri leptospira.
L. ichterohaemorhagicae (Yuliarti, 2007).
Microscopic Aglutination Test (MAT) adalah
Bila terkena bahan kimia atau dimakan oleh
tes untuk menentukan antibody aglutinasidi
fagosit, bakteri dapat kolaps menjadi bola
dalam serum penderita leptospirosis dan
berbentuk kubah dan tipis. Pada kondisi ini,
merupakan salah satu metode yang
leptospira tidak memiliki aktifitas patogenik
digunakan untuk survei epidemiologi, karena
Leptospira dapat hidup dalam waktu lama di
metode ini dapat juga digunakan untuk
air, tanah yang lembab, tanaman dan Lumpur
mendeteksi serum dari spesies binatang, dan
(Mari Okatini dkk, 2007).
banyaknya antigen serovar yang digunakan
Leptospirosis yang merupakan dapat ditambah atau dikurangi tergantung
penyakit bersumber binatang (zoonosis), kebutuhan (Ristiyanto, 2007). Cara
dapat ditularkan oleh hewan domestik melakukan tes adalah serum penderita
(anjing, kucing, babi, sapi) dan binatang direaksikan dengan suspensi antigen serovar
pengerat, terutama tikus. Jenis bakteri leptospira hidup atau mati. Setelah diinkubasi
Leptospira yang ditularkan oleh tikus reaksi antigen-antibodi diperiksa dibawah
merupakan bakteri yang paling berbahaya mikroskop lapang gelap untuk melihat
bagi manusia dibandingkan semua bakteri aglutinasi. Batas akhir pengenceran yang
yang ada pada hewan domestik. Bakteri dipakai adalah pengenceran serum tertinggi
leptospira sebagai penyebab leptospirosis yang memperlihatkan 50% aglutinasi (I
berbentuk spiral termasuk ke dalam Ordo Made Setiawan 2008).
Spirochaetales dalam family
Informasi basil pemeriksaan
Trepanometaceae. Lebih dari 170 serotipe
laboratorium yang mendukung penentuan
leptospira yang patogen telah diidentifikasi
hewan menyebar leptospirosis masih jarang
dan hampir setengahnya terdapat di
dilakukan dan ditemukan. Penelitian ini
Indonesia. Satu orang penderita bisa terkena
melengkapi hasil penelitian sebelumnya oleh
bakteri leptospira lebih dari satu macam
Bina Ikawati dkk (2012), akan tetapi belum
serovar dan infeksi dapat disebabkan oleh
ditemukan bakteri leptospira pada tikus
satu atau lebih serovar sekaligus.
berikut serovarnya. Diharapkan basil
Kasus leptospirosis di Jawa Tengah penelitian ini dapat digunakan oleh
penularan paling sering terjadi melalui tikus pemegang program untuk menentukan
baik pada musim kemarau maupun tindakan penanggulangan Leptospirosis
penghuj an. Adanya perubahan lingkungan secara tepat dan efisien. Artikel ini
seperti banyaknya genangan air, lingkungan merupakan bagian dari penelitian serovar
menjadi becek, berlumpur, serta banyak bakteri leptospirosis pada lingkungan dan
timbunan sampah yang menyebabkan tanah yang dilakukan di beberapa kabupaten
mudahnya bakteri Leptospira berkembang endemis di Jawa Tengah. Tujuan dari
biak (Paine S, dkk 1999). Air kencing tikus penelitian ini adalah mendeteksi serovar
10
Determinasi Serovar Bakteri Leptospira ...(Tri R, Diah W & Dwi P)

bakteri Leptospira yang ada di reservoir identifikasi tikus, pengambilan serum, organ
sebagai data base untuk mencari sumber ginjal untuk pemeriksaan bakteri leptsopira.
penularan. Identifikasi Wats dilakukan dengan
cara films yang masih berada di dalam
kantong, dipingsankan dengan menyuntikkan
BAHAN DAN CARA
atropin dosis 0,02 — 0,05 mg/kg berat badan
Penelitian ob servasional ini films dilanjutkan Ketamin HCL dosis 50 —
menggunakan desain potong lintang dan 100 mg/kg berat badan tikus pada otot tebal
dilakukan di Kabupaten Banyumas mulai bagian paha tikus (Ristiyanto, 2007). Tahap
Bulan Mei sampai Desember 2013. Data identifikasi tikus yang tertangkap meliputi
tikus didapatkan dengan melakukan survei panjang total, dari ujung hidung sampai
tikus di Desa Pasinggangan dan Sikapat RT ujung ekor (Total Length/TL), panjang
02 RW II Kecamatan Sumbang Kabupaten ekomya, dari pangkal sampai ujung
Banyumas. Penangkapan tikus menggunakan panjang telapak kaki belakang, dari tumit
perangkap hidup (life trap) dilakukan 3 hari sampai ujung kuku (Hind Foot /HF), panjang
berturut-turut setiap lokasi dengan memasang telinga, dari pangkal daun telinga sampai
perangkap pada sore hari mulai pukul 16.00 ujung daun telinga (EarlE), penimbangan
WIB kemudian perangkapnya diambil esok berat badan (gram), tikus betina dihitung
harinya antara pukul 06.00 — 09.00 WIB. jumlah puting susu (mamae) pada bagian
Untuk penangkapan di dalam rumah, dada dan perut. Tikus diamati warna dan
diperlukan minimal dua perangkap jenis rambut bagian atas dan bagian
sedangkan di luar rumah, tiap area luasnya 10 bawahnya, warna dan panjang ekor serta
m2 cukup dipasang dua perangkap dengan bentuk dan ukuran tengkorak.
pintu perangkap saling bertolak belakang.
Pemeriksaan serovar bakteri
Perangkap diletakkan di tempat yang
Leptospira akan dilakukan menggunakan
diperkirakan sering dikunjungi tikus,
metode MAT yang bekerja sama dengan
misalnya dengan melihat bekas telapak kaki,
Balai Besar Penelitian Veteriner
kotoran, di lingkungan rumah, perangkap
(BBLITVET) Bogor . Metode MAT dipilih
diletakkan di dapur rumah. Umpan yang
dalam penelitian ini dengan alasan metode
digunakan dipasang kelapa bakar yang hams
serologis ini yang dianggap paling baik
diganti setiap hari. Perangkap dibiarkan di
hingga saat ini selain untuk deteksi antibody
tempat selama 2-3 hari, tetapi setiap hari
pada manusia juga dapat digunakan untuk
perangkap hams diperiksa. Perangkap yang
binatang. MAT juga merupakan tes yang
kosong dibiarkan selama 3 hari. Apabila pada
cukup baik untuk serosurvei epidemiologi
perangkap tertangkap binatang lain seperti
karena dapat dipakai untuk pemeriksaan
cecurut, garangan, tupai dan lain-lain,
binatang dan antigen yang dipakai dapat
perangkap hams segera dicuci bersih dan
ditambah atau dikurangi sesuai dengan
disikat. Perangkap yang telah didapati
kebutuhan dan dapat memberikan gambaran
tikus/binatang lain seperti tertulis diatas
umum tentang serogrup yang ada dalam
setelah diambil diganti dengan perangkap
populasi (I Made Setiawan, 2008). Prinsip tes
ham atau perangkap yang dipasang
ini adalah, serum tikus direaksikan dengan
sebelumnya namun telah dicuci dan dijemur.
suspensi antigen serovar Leptospira hidup.
Selanjutnya perangkap yang telah berisi films
Setelah diinkubasi, campuran antigen-serum
diberi label yang mencamtumkan tanggal,
diamati dengan mikroskop untuk melihat
bulan, tahun, tempat (atap, dapur, kebun,
adanya aglutinasi, kemudian titer antibodi
jenis pohon, dan sebagainya) serta kode
ditentukan berdasarkan pengenceran terakhir
lokasi daerah penangkapan. Setiap perangkap
yang masih menunjukkan adanya aglutinasi
kemudian dimasukkan ke dalam sebuah
(Levet PN dick, 2001).
kantong kain yang cukup twat, dan dibawa ke
laboratorium lapangan untuk diproses

11
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 1, Maret 2015 : 8 — 16

HASIL sebanyak 51 ekor dengan trap success


Hasil survei menunjukkan tingkat sebesar 6,5%. Angka keberhasilan
keberhasilan penangkapan tikus di Desa penangkapan tikus dapat dijadikan indikator
Sikapat RT 02 RW II Kecamatan Sumbang kepadatan relatif tikus di suatu wilayah. Hasil
lebih tinggi dibandingkan di Desa tersebut menunjukkan kepadatan tikus di
Pasinggangan Kecamatan Banyumas. Hasil wilayah Banyumas relatif rendah, hal ini
tersebut dapat menggambarkan kepadatan dapat dikarenakan beberapa faktor antara lain
tikus relatif pada suatu wilayah. pemasangan umpan, jenis perangkap yang
digunakan, peletakan perangkap dan tingkah
Tabel 1 menunjukkan jumlah tikus laku tikus itu sendiri.
yang berhasil tertangkap selama tiga hari

Tabel 1. Jumlah tikus tertangkap,


Jumlah Jumlah tikus Trap succes
Lokasi Survei
Perangkap tertangkap (%)
Desa Pasinggangan, Kec.Banyumas 400 15 3,8
Desa Sikapat Kec. Sumbang 384 36 9,4
Total 784 51 6,5

Tabel 2. Spesies tikus tertangkap menurut jenis kelamin dan letak perangkap,
Lokasi perangkap Jenis Kelamin
Spesies Luar Dalam Jantan Betina Jml %
n % n n n
R. tanezumi 15 41,7 21 58,3 9 25 27 75 36 70,6
Suncus murinus 10 66,7 5 33,3 8 53,3 7 46,7 15 29,4
Total 25 49 26 51 17 33,3 34 66,7 51 100
Trap success(%) 3,2 3,3 2,2 4,3 6,5

Tabel 2 menunjukkan hanya spesies Rattus tanezumi betina (75%) lebih dominan
Rattus tanezumi yang ditemukan di tertangkap dibandingkan jantan (25%), dan
Kabupaten Banyumas selain juga jenis banyak ditemukan pada perangkap yang
insektivora Suncus murinus. Kondisi ini dipasang di dalam rumah (58,3%), sementara
sangat berkaitan dengan lokasi penangkapan Suncus murinus lebih banyak di luar rumah
yang berada di lingkungan pemukiman. (66,7%).

Tabel 3. Hasil uji serologi positif bakteri leptospira pada tikus dengan metode MAT
menurut spesies
Jumlah Lokasi
Spesies tikus Pos (%) Serovar Leptospira
diperiksa Penangkapan
Pasinggangan, L. icterohaemorrhagiae,
R. tanezumi 36 1(2,7%)
Banyumas L javanica
Pasinggangan,
Suncus murinus 15 1(2,7%) L. cynopteri
Banyumas
Total 51 2 (3,9%)
Ket : Titer 1/100

Tabel 3 menunjukkan ada tiga jenis pada tikus tertangkap yaitu


serovar bakteri leptospira yang ditemukan L. icterohaemorrhagiae, L javanica dan

12
Determinasi Serovar Bakteri Leptospira ...(Tri R, Diah W & Dwi P)

L.cynopteri. R.tanezumi terinfeksi bakteri L.cynopteri. Hasil tersebut menunjukkan satu


leptospira dengan serovar spesies tikus dapat terinfeksi lebih dari satu
L. icterohaemorrhagiae dan Ljavanica jenis serovar bakteri leptospira.
sedangkan Suncus murinus serovar

ans.

Kedungged

Kejawar
A
300 0 300 C00 Meter

Legenda
angrau Tikus positd
Pasinggangan • Kasus leptospirosis
ED Radius 100m dari kasus
I Radius 101 - 200m dart kasus
Tanggeran
Es Radius 201-300m dad kasus
Batas desa
niBatas kecamatan

e.

Pageratang

Adisana

103110 103118'

1031118371 181331',83

Gambar 1. Jarak kasus leptospirosis dengan tikus terinfeksi bakteri leptospira


Gambar 1 menunjukkan kejadian dengan unit pelayanan swasta yang ada di
leptospirosis terindikasi dari wilayah sekitarnya, merupakan salah satu upaya
setempat yang tidak jauh dari rumah tinggal. untuk mendeteksi sedini mungkin kasus
Hal ini didukung ditemukannya tikus yang Leptospirosis. Banyaknya kegiatan penelitian
terinfeksi bakteri leptospira disekitar leptospirosis termasuk penjaringan kasus,
penderita (<100 meter) dengan jenis serovar memberikan kontribusi dalam penemuan dan
yang sama pada penderita. diagnosis leptospirosis. Adanya kegiatan
tersebut dan didukung pemberitaan
diberbagai media menjadikan leptospirosis
PEMBAHASAN seolah-olah meningkat dari tahun ke tahun
Leptospirosis di Kabupaten seperti fenomena gunung es.
Banyumas masih menjadi masalah kesehatan Sejak tahun 2011 hingga 2013 kasus
dan mendapatkan perhatian berbagai pihak. leptospirosis di Kabupaten Banyumas
Hal ini berdampak semakin meningkatnya cenderung meningkat mulai 2 kasus (2011), 3
jumlah kasus tersangka leptospirosis yang kasus (2012) dan 4 kasus (2013) tanpa
dilaporkan. Peningkatan jumlah kasus kematian. Hal ini menunjukkan adanya upaya
tersebut dari sudut surveilans menunjukkan peningkatan dalam mendiagnosis dan
adanya (terjadi) peningkatan kinerja petugas pengobatan leptospirosis sedini mungkin
kesehatan setempat. Dengan adanya sehingga tidak berlanjut menjadi
peningkatan jumlah kasus yang dilaporkan, leptospirosis berat, bahkan mengakibatkan
mengindikasikan bahwa pengelola program, kematian. Penelitian mengenai serovar
tenaga kesehatan baik di rumah sakit maupun leptospira pada tikus sangat penting untuk
puskesmas mulai mempertimbangkan dilakukan dengan sudut pandang tikus
leptospirosis dalam mendiagnosis penyakit. sebagai reservoir utama dan dapat ditularkan
Hal ini tidak terlepas dari terus pada manusia. Mengingat tikus sebagai
ditingkatkannya sosialisasi Leptospirosis di binatang yang sangat dekat dan akrab dengan
kalangan paramedis baik pada unit pelayanan kehidupan manusia dan hewan lainnya.
pemerintah maupun swasta. Koordinasi yang
Keberhasilan penangkapan (trap
baik antara dinar kesehatan kabupaten
success) sebesar 6,5% (tabel 1) menunjukkan

13
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 1, Maret 2015 : 8 — 16

kepadatan relatif films di lingkungan Cecurut rumah atau Suncus murinus


pemukiman tergolong rendah. Menurut Hadi adalah jenis insektivora yang aktivitasnya
dalam Ristiyanto keberhasilan penangkapan membuat sarang, berkembangbiak,
di sekitar rumah sebesar 7% sementara di berlindung dan mencari pakan cenderung
luar rumah 2%. Keberhasilan penangkapan lebih banyak dilakukan di luar rumah
tikus ini dapat menggambarkan populasi dibandingkan di dalam rumah (tabel 2). Hasil
tikus secara kasar di suatu lingkungan. Hasil ini selaras dengan penelitian Ristiyanto
penelitian Murtiningsih di Provinsi (2006) di daerah Jogonalan Kabupaten
Yogyakarta, menunjukkan bahwa keberadaan Klaten. Menurut Harrison dan Quah Siew-
tikus di dalam rumah merupakan faktor risiko Keen dalam Ristiyanto (2006) Suncus
kejadian leptospirosis di pemukiman murinus memakan segala serangga, terutama
penduduk dengan odd rasio (OR) 4,5 — 6,8 lipas, jangkrik dan pernah dijumpai memakan
(Berty Murtiningsih,dkk, 2004). anak tikus. Cecurut ini masuk rumah secara
kebetulan terutama dengan kondisi sanitasi
Hasil survei tikus hanya ditemukan
yang jelek banyak lubang pada dinding
dari jenis R.tanezumi (70,6%) dan insektifora
rumah yang memungkinkan cecurut masuk
jenis Suncus murinus sebesar 29,4%. Hal ini
dan berkembangbiak di dalam rumah
berkaitan dengan lokasi pemasangan
(Ristiyanto dkk, 2006).
perangkap berada di sekitar pemukiman yang
relatif padat pendudukriya.R.tanezumi R.tanezumi dikenal sebagai tikus
dikenal sebagai tikes komensal yang berarti rumah yang keberadaannya sangat dekat
mempunyai habitat di dalam rumah dan dengan manusia, dimana tikus tersebut
berperan penting dalam penularan bersarang, mencari makan, dan
leptospirosis. R.tanezumi menghabiskan berkembangbiak disekitar kehidupan
seluruh hidupnya untuk mencari makan, manusia. Keberadaan tikus di dalam rumah
bersarang, berlindung dan berkembangbiak meningkatkan risiko terinfeksi leptospira
di dalam rumah, dengan demikian jumlah dengan OR 7,360 dan secara statistik
tikus yang tertangkap lebih banyak di dalam bermakna (Berty Murtiningsih dkk, 2004).
rumah (51%) dibandingkan di luar rumah Infeksi leptospira terjadi karena kondisi
(49%). Tikus betina lebih banyak tertangkap lingkungan pemukiman yang ditemukan tikus
(66,7%) dibandingkan jantan (33,3%). Hal sehingga apabila terjadi kontaminasi oleh
tersebut dimungkinkan dapat terjadi karena urin tikus yang terinfeksi bakteri leptospira
tikus betina mempunyai tugas mencari dapat dengan mudah tertular ke manusia.
makan untuk anak-anaknya, sehingga dapat Penularan dapat melalui kontak antara kulit,
berulang kali keluar dari sarangnya untuk terutama jika kulit dalam kondisi luka dan
mendapatkan lebih banyak lagi makanan membran mukosa dengan air, tanah lembab
selama masa menyusui dan kehamilan. atau tanaman yang terkontaminasi urin
Pernyataan tersebut sama dengan pendapat binatang terinfeksi leptospira (Chin, J, 2000).
dari Priyambodo (2006) yang menyatakan Hasil analisis spasial menunjukkan jarak
tikus betina merupakan individu pencari radius kasus leptospirosis dengan tikus yang
makan untuk anak-anaknya sedangkan tikus terinfeksi bakteri leptospira < 100 meter, hal
jantan berperan sebagai penjaga sarang atau ini menunjukkan penderita tertular tidak jauh
wilayah teritorialnya sehingga tikus betina dengan aktifitas sehari-hari melalui genangan
cenderung lebih mudah tertangkap karena air yang tercemar urin tikus yang
aktivitas mencari pakan ini, selain itu terkontaminasi bakteri leptospira (lingkungan
perilaku tikus dalam menjaga sarang dan pemukiman). Kondisi ini berbeda dengan
berkelahi bagi tikus jantan, serta naluri kejadian di Kabupaten Klaten dimana faktor
merawat dan mengasuh anak bagi tikus risiko banyak terjadi di daerah persawahan
betina dipengaruhi oleh hormone pituitary dengan radius sampai 400 meter dari
dan hormon kelamin yang dihasilkan oleh penderita leptospirosis.
kelenjar endokrin yang terdapat pada
Leptospirosis disebabkan oleh
hipotalamus yaitu dasar dan nisi yang
bakteri leptospira pathogen yang
menebal pada ventrikulus ke tiga dari otak
diklasifikasikan menjadi beberapa spesies
depan tikus (Priyambodo S, 2006).
berdasarkan hibridisasi DNA-DNA dan juga
diklasifikasikan menjadi beberapa serovar
14
Determinasi Serovar Bakteri Leptospira ...(Tri R, Diah W & Dwi P)

berdasarkan tes MAT (I Made Setiawan menunjukkan bahwa tikus dapat berperan
2008). Bakteri L. icterohaemorrhagiae, dalam penjagaan leptospira di alam dan
javanica dan L.cynopteri merupakan sebagai sumber penularan leptospirosis
serogroup dari kelompok Leptospira patogen kepada manusia. Leptospira di dalam tubuh
yang ditemukan pada tikus dan diketahui tikus, dapat bertahan selama hewan tersebut
virulen bagi manusia. Penelitian untuk hidup tanpa menyebabkan sakit, dan
membedakan leptospira pathogen dan non leptospira akan dikeluarkan melalui urin dan
pathogen sangat penting dilakukan dan mencemari lingkungan disekitarnya
berguna untuk data epidemiologi dalam (Kusmiyati, 2005).
pengendalian leptospirosis di masyarakat.
Upaya pencegahan untuk tidak
Serovar tertentu akan berkembang menjadi
tertular leptospirosis dilakukan dengan
komensal atau mempunyai hubungan
membersihkan tempat-tempat yang menjadi
patogenik ringan dengan spesies hewan
habitat atau sarang tikus dan menghilangkan
reservoirnya, misalnya serovar harjo pada
akses tikus masuk ke lingkungan
ternak sapi, serovar canicola pada anjing, dan
pemukiman
tikus oleh icterohaemorrhagiae dan
copenhageni (I Made Setiawan, 2008).
Bakteri Leptospira khususnya KESIMPULAN DAN SARAN
species L. icterrohaemorrhagiae banyak
Kesimpulan
menyerang pada tikus got (Ratus norvegicus)
dan tikus rumah (Ratus tanezumi). Infeksi Spesies tikus yang ditemukan hanya
bakteri leptospira pada R. tanezumi diduga Rattus tanezumi dan insektivora jenis Suncus
terpelihara secara alami yang diwariskan murinus dengan trap success sebesar 6,5%.
melalui keturunan atau antar inang reservoir Rattus tanezumi dan Suncus murinus terbukti
yang terkena leptospirosis terlebih dahulu. terinfeksi bakteri leptospira serovar
R.tanezumi diketahui mempunyai pH urine L. icterohaemorrhagiae, Ljavanica dan
yang cocok bagi perkembangan bakteri L.cynopteri dengan titer 1/100.
leptospira sehingga tikus spesies ini paling
sering ditemukan bakteri leptospira
(Wahyuni Arumsari dick 2012). Keberadaan Saran
R.tanezumi yang dekat dengan manusia Diperlukan kesadaran akan
menjadikan risiko penularan leptospirosis pentingnya penggunaan alat pelindung diri di
semakin besar, sehingga perlu upaya tempat yang berisiko, dan peran serta
pengurangan sumber-sumber air yang masyarakat untuk menghindari penularan
tergenang, sebagai salah satu tempat leptospirosis di sekitar rumah dengan tikus
bersarangnya tikus. Hal ini diperlukan sebagai penular, diantisipasi dengan
mengingat leptospira paling mudah masuk meniadakan akses tikus ke lingkungan
menginfeksi manusia melalui permukaan pemukiman, membangun gudang
tubuh yang terbuka terutama luka, kulit yang penyimpanan makanan atau hasil pertanian ,
terendam lama akan jadi lembek dan lunak sumber penanpungan air dan pekarangan
sehingga mudah masuk. Leptospira mampu yang kedap tikus serta mengelola sampah
bertahan hidup di luar tubuh tikus selama 7 — secara saniter.
12 jam tergantung dan media tempat bakteri
berada, tetapi ada pendapat lain yang
mengatakan bahwa spora bakteri leptospira UCAPAN TERIMA KASIH
di luar tubuh tikus dapat bertahan sampai
berminggu-minggu lamanya pada media Ucapan terima kasih disampaikan
dengan pH alkali (Brooks, G.F., 2001). kepada Kepala Balai Litbang P2B2
Hasil pemeriksaan BBLITVET Banjarnegara, Kepala Dinas Kesehatan
menunjukkan pada tikus yang merupakan Kabupaten Banyumas beserta seluruh
hewan roden terdeteksi antibody anti- jajarannya terutama Seksi Pengendalian
leptospira sebanyak 29,46% pada tahun 2002 Penyakit (P2) Menular, serta semua pihak
dan 48,00% pada tahun 2004. Hal ini yang telah membantu dalam pelaksanaan

15
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 1, Maret 2015 : 8 — 16

penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan Levet PN, Branch SL, Whittington CU, Edwards CN,
lancar, tidak ada halangan apapun. Paxton H.(2001). Two methods for rapid
serological diagnosis of acute leptospirosis.
DAFTAR PUSTAKA Clin Diagn Lab Immunol 2001; 8: 349-351
Mari Okatini, Rachmadhi Purwana, I Made Djaja
Berty Murtiningsih, Setyawan B, Suharyanto S.(2004), (2007). "Hubungan Faktor Lingkungan dan
Faktor Risiko Kejadian leptospirosis di Karakteristik Individu terhadap Kejadian
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Penyakit Leptospirosis di Jakarta, 2003-
Sekitamya, Sains Kesehatan , 17 (3) Juli 2005." (PDF), Jurnal Makara Kesehatan 11:
2004 17-24
Bina Ikawati, Sunaryo, Dyah Widiastuti, (2013), Priyambodo S, (2006) Tikus dalam Hama pemukiman
Leptospirosis Pada Manusia di Kabupaten Indonesia, Pengenalan Biologi dan
Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, Jumal Pengendalian Hama Pemukiman, In : Sigit
Balaba Vol. 9, no. 01, Juni 2013: 17-20 SH, ed Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan
Brooks, G.F., J.S. Butel dan S.A. Morse (2001), Institut pertanian Bogor
Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Ristiyanto, (2007). Modul Pelatihan Rodentologi.
Penerbit Buku Kedokteran Jakarta. B2P2VRP Salatiga
Chin, J, (2000), Control of Communicable Diseases Ristiyanto, Farida, Gambiro, Sri Wahyuni,(2006), Spot
Manual (17th,ed), Washington DC Survei Reservoir Leptopsirosis di Desa
Dharmojono, (2001). Limabelas Penyakit Menular dari Bakung Kecamatan Jogonalan Kabupaten
Binatang ke Manusia. Milenia Populer, Klaten, Buletin Penelitian Kesehatan Vol 34
Jakarta Nomor 3, 2006;105-110
Dharmojono. "I" (2002), (dalam bahasa Indonesia). Sarwani D, Sri Nurlaela, Devi Octaviana, (2013),
Leptospirosis-Antthrax-Mulut dan Kuku-Sapi Pemetaan dan Analisis Faktor Resiko
Gila, Waspadailah Akibatnya! (edisi ke-1). Leptospirosis, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Jakarta: Pustaka Populer Obor. hal. 1-10. vol 8 (4) hal 179-85.
ISBN 979-461 397-5 Wahyuni Arumsari,Dwi Sutiningsih,Retno
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, (2012), Buku Hestiningsih (2012), Analisis Faktor
Saku Kesehatan Tahun 2011 Lingkungan Abiotik yang Mempengaruhi
Faine S, Adler B, Bolin C, Perolat P (1999), Leptospira Keberadaan Leptospirosis pada Tikus di
and Leptospirosis, MediSci, Melbourne, Kelurahan Sambiroto Kecamatan Tembalang
Australia Kota Semarang, Jurnal Kesehatan
I Made Setiawan, (2008) Klasifikasi dan Tehnik Masyarakat, Volume 1 Nomor 2 tahun 2012
Klasifikasi Bakteri Leptospira (Kajian), Hal 514-524
Jurnal Media Litbang Kesehatan Volume Widarso, Wifried dan Siti G, (2005). Penanggulangan
XVIII Nomor 2 tahun 2008, page 98 — 106 Leptospirosis di Indonesia. Pusat Data
I Made Setiawan, (2008) Pemeriksaan Laboratorium Informasi-Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
untuk Mendiagnosa Penyakit Lptospirosis Indonesia.Jakarta
(Kajian), Jumal Media Litbang Kesehatan Widodo Judarwanto, (2009). "Leptospirosis pada
Volume XVIII Nomor 1 tahun 2008, page 44 Manusia" Jurnal Cermin Dunia Kedokteran
— 52 Vol 3 (5) 347-350
Kabupaten Banyumas (2011), Buku Putih Sanitasi Yuliarti, Nurheti. "1" (2007). di dalam Agnes Heni
Kabupaten Banyumas 2011 Triyuliana (dalam bahasa Indonesia). Hidup
Kusmiyati, Susan M Noor, Supar (2005) "Leptospirosis Sehat Bersama Hewan Kesayangan (edisi ke-
pada Hewan dan Manusia di Indonesia, 1). Yogyakarta: Andi Offset. hal. 243-250.
Wartazoa Vol 15 No 4 tahun 2005 ISBN 979-763-842-1
Zelvino, Evi. (2005). Tujuh Orang terjangkit
Leptospirosis. http://www.Tempo
interaktif.com, htm

16 "Nk

You might also like