Professional Documents
Culture Documents
ID Determinasi Serovar Bakteri Leptospira
ID Determinasi Serovar Bakteri Leptospira
DI KABUPATEN BANYUMAS
ABSTRACT
ABSTRAK
Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dari genus Leptospira yang patogen.
Penularan leptospirosis pada manusia karena adanya kontak dengan hewan yang terinfeksi bakteri
Leptospira atau secara tidak langsung melalui genangan air yang terkontaminasi. Kejadian leptospirosis di
Kabupaten Banyumas cenderung mengalami kenaikan selama 3 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendeteksi serovar bakteri Leptospira yang ada di reservoir. Survei tikus dilakukan dengan perangkap live
trap selama tiga hari berturut-turut, serovar bakteri leptospira dilakukan dengan metode Microscopic
Aglutination Test (MAT). Analisis data dilakukan secara univariat dan disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik. Hasil penelitian menunjukkan spesies tikus yang tertangkap hanya jenis Rattus tanezumi (70,6%)
dan insektivora jenis Suncus murinus (29,4%) dengan trap success 6,5%. Rattus tanezumi labih banyak
yang tertangkap di dalam rumah (51%) dibandingkan di luar rumah (49%) dengan jenis kelamin betina
(66,7%) lebih banyak dibandingkan tikus jantan (33,3%). Rattus tanezumi dan Suncus murinus terbukti
terinfeksi bakteri leptospira serovar L.icterohaemorrhagiae, L javanica dan L.cynopteri dengan titer 1/100
yang merupakan jenis bakteri Leptospira patogen pada manusia. Upaya yang diperlukan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mencegah penularan leptospirosis adalah menghindari kontak
dengan air dan tanah yang terkontaminasi. Orang—orang yang mempunyai risiko terpapar oleh hewan yang
terinfeksi hams menggunakan pakaian pelindung atau alas kaki.
8
Determinasi Serovar Bakteri Leptospira ...(Tri R, Diah W & Dwi P)
yang telah diidentifikasi dan hampir ini. Terletak di antara 108 " 39' 17" - 109"
setengahnya terdapat di Indoensia. Bakteri 27' 15" bujur timur & di antara 7" 15' 05" -
spiral dengan pilinan yang rapat dan ujung- 7" 37' 10" lintang selatan, yang berarti
ujungnya yang bengkok, seperti kait dari berada di belahan selatan garis khatulistiwa.
bakteri leptospira menyebabkan gerakan Batas sebelah utara berupa Gunung Slamet,
leptospira sangat aktif, baik gerakan berputar Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang,
sepanjang sumbunya, maju mundur, maupun sebelah selatan Kabupaten Cilacap, sebelah
melengkung, karena ukurannya yang sangat barat Kabupaten Cilacap dan Kabupaten
kecil (Widarso dkk, 2005). Leptospira Brebes, sebelah timur Kabupaten
menyukai tinggal dipermukaan air dalam Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan
kurun waktu yang lama dan siap menginfeksi Kabupaten Banjarnegara. Luas wilayah
manusia apabila kontak dengannya, karena Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2
itu leptospirosis sering disebut sebagai atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan
penyakit yang timbul dari air (water born keadaan wilayah antara daratan dan
disease). Serovar yang pernah berhasil pegunungan dengan struktur pegunungan
diisolasi dari ternak sapi yaitu jenis L.hardjo, terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu
L.pomona, L.grippotyphosa, L.canicola dan untuk tanah pertanian, sebagian dataran
L. icterohaemorrahagiae. Dua yang tinggi untuk pemukiman dan pekarangan, dan
disebutkan terakhir umumnya menyerang sebagian pegunungan untuk perkebunan dan
pada anjing (Dharmojono, 2001). Bila infeksi hutan tropis terletak di lereng Gunung Slamet
terjadi, maka pada tubuh penderita dalam sebelah selatan. Keadaan cuaca dan iklim di
waktu 6-12 hari akan terbentuk zat kebal Kabupaten Banyumas karena tergolong di
aglutinasi (Dharmojono 2002). belahan selatan khatulistiwa masih memiliki
iklim tropis basah. Demikian juga karena
Di wilayah Jawa Tengah, Kota
terletak di antara lereng pegunungan jauh
Semarang dan Demak merupakan
dari permukaan pantai/lautan maka pengaruh
penyumbang leptospirosis paling besar tiap
angin laut tidak begitu tampak, namun
tahunnya. Data lima tahun terakhir (2007 —
dengan adanya dataran rendah yang
2011) menunjukkan kedua kabupaten kota
seimbang dengan pantai selatan angin hampir
tersebut menduduki peringkat tertinggi untuk
nampak bersimpangan antara pegunungan
kejadian Leptospirosis. Angka kematian
dengan lembah dengan tekanan rata-rata
(CFR) karena Leptospirosis mengalami
antara 1.001 mbs. Curah hujan di Kabupaten
peningkatan selama tiga tahun terakhir, pada
Banyumas cukup tinggi yaitu 2.579 mm per
tahun 2009 jumlah kejadian Leptospirosis
tahun, dengan suhu udara rata-rata 26,3°C,
sebanyak 252 kasus dengan CFR 5,56%,
suhu minimum sekitar 24,4°C dan suhu
tahun 2010 sebanyak 133 kasus CFR 10,53%
maksimum sekitar 30,9°C (Kabupaten
dan tahun 2011 sebanyak 142 kasus dengan
Banyumas 2011).
CFR 17,02% (Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, 2012). Gejala klinis leptospirosis yang
hampir sama dengan penyakit lainnya (DBD,
Di Kabupaten Banyumas, pada kurun
malaria, typhus) menjadi salah satu alasan
waktu tahun 2007-2009 tidak dilaporkan
tidak cepatnya penderita leptospirosis
kasus leptospirosis. Peningkatan kasus terjadi
terdiagnosis oleh petugas kesehatan.
pada tahun 2010-2012 dengan ditemukannya
Penegakan diagnosis leptospirosis dilakukan
kejadian delapan kasus leptospirosis barn
dengan berbagai macam metode pemeriksaan
(Sarwani D, dkk 2013). Hal ini terjadi setelah
laboratorium dari mulai yang sederhana
adanya sosialisasi penyakit leptospirosis di
hingga modern. Manfaat dilakukannya
wilayah Kabupaten Banyumas bekerjasama
pemeriksaan laboratorium antara lain
dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
memastikan diagnosis leptospirosis, karena
Tengah dan Balai Litbang Pengendalian
penyakit ini secara klinis sangat sulit
Penyakit Bersumber Binatang (P2B2)
dibedakan dengan penyakit lainnya. Selain
Banjarnegara.
itu untuk menentukan serovar serogroup
Wilayah Kabupaten Banyumas penyebab infeksi yang sangat diperlukan
merupakan bagian dari propinsi Jawa Tengah dalam pencarian sumber penularan.
yang berada di sebelah barat daya propinsi
9
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 1, Maret 2015: 8 —16
bakteri Leptospira yang ada di reservoir identifikasi tikus, pengambilan serum, organ
sebagai data base untuk mencari sumber ginjal untuk pemeriksaan bakteri leptsopira.
penularan. Identifikasi Wats dilakukan dengan
cara films yang masih berada di dalam
kantong, dipingsankan dengan menyuntikkan
BAHAN DAN CARA
atropin dosis 0,02 — 0,05 mg/kg berat badan
Penelitian ob servasional ini films dilanjutkan Ketamin HCL dosis 50 —
menggunakan desain potong lintang dan 100 mg/kg berat badan tikus pada otot tebal
dilakukan di Kabupaten Banyumas mulai bagian paha tikus (Ristiyanto, 2007). Tahap
Bulan Mei sampai Desember 2013. Data identifikasi tikus yang tertangkap meliputi
tikus didapatkan dengan melakukan survei panjang total, dari ujung hidung sampai
tikus di Desa Pasinggangan dan Sikapat RT ujung ekor (Total Length/TL), panjang
02 RW II Kecamatan Sumbang Kabupaten ekomya, dari pangkal sampai ujung
Banyumas. Penangkapan tikus menggunakan panjang telapak kaki belakang, dari tumit
perangkap hidup (life trap) dilakukan 3 hari sampai ujung kuku (Hind Foot /HF), panjang
berturut-turut setiap lokasi dengan memasang telinga, dari pangkal daun telinga sampai
perangkap pada sore hari mulai pukul 16.00 ujung daun telinga (EarlE), penimbangan
WIB kemudian perangkapnya diambil esok berat badan (gram), tikus betina dihitung
harinya antara pukul 06.00 — 09.00 WIB. jumlah puting susu (mamae) pada bagian
Untuk penangkapan di dalam rumah, dada dan perut. Tikus diamati warna dan
diperlukan minimal dua perangkap jenis rambut bagian atas dan bagian
sedangkan di luar rumah, tiap area luasnya 10 bawahnya, warna dan panjang ekor serta
m2 cukup dipasang dua perangkap dengan bentuk dan ukuran tengkorak.
pintu perangkap saling bertolak belakang.
Pemeriksaan serovar bakteri
Perangkap diletakkan di tempat yang
Leptospira akan dilakukan menggunakan
diperkirakan sering dikunjungi tikus,
metode MAT yang bekerja sama dengan
misalnya dengan melihat bekas telapak kaki,
Balai Besar Penelitian Veteriner
kotoran, di lingkungan rumah, perangkap
(BBLITVET) Bogor . Metode MAT dipilih
diletakkan di dapur rumah. Umpan yang
dalam penelitian ini dengan alasan metode
digunakan dipasang kelapa bakar yang hams
serologis ini yang dianggap paling baik
diganti setiap hari. Perangkap dibiarkan di
hingga saat ini selain untuk deteksi antibody
tempat selama 2-3 hari, tetapi setiap hari
pada manusia juga dapat digunakan untuk
perangkap hams diperiksa. Perangkap yang
binatang. MAT juga merupakan tes yang
kosong dibiarkan selama 3 hari. Apabila pada
cukup baik untuk serosurvei epidemiologi
perangkap tertangkap binatang lain seperti
karena dapat dipakai untuk pemeriksaan
cecurut, garangan, tupai dan lain-lain,
binatang dan antigen yang dipakai dapat
perangkap hams segera dicuci bersih dan
ditambah atau dikurangi sesuai dengan
disikat. Perangkap yang telah didapati
kebutuhan dan dapat memberikan gambaran
tikus/binatang lain seperti tertulis diatas
umum tentang serogrup yang ada dalam
setelah diambil diganti dengan perangkap
populasi (I Made Setiawan, 2008). Prinsip tes
ham atau perangkap yang dipasang
ini adalah, serum tikus direaksikan dengan
sebelumnya namun telah dicuci dan dijemur.
suspensi antigen serovar Leptospira hidup.
Selanjutnya perangkap yang telah berisi films
Setelah diinkubasi, campuran antigen-serum
diberi label yang mencamtumkan tanggal,
diamati dengan mikroskop untuk melihat
bulan, tahun, tempat (atap, dapur, kebun,
adanya aglutinasi, kemudian titer antibodi
jenis pohon, dan sebagainya) serta kode
ditentukan berdasarkan pengenceran terakhir
lokasi daerah penangkapan. Setiap perangkap
yang masih menunjukkan adanya aglutinasi
kemudian dimasukkan ke dalam sebuah
(Levet PN dick, 2001).
kantong kain yang cukup twat, dan dibawa ke
laboratorium lapangan untuk diproses
11
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 1, Maret 2015 : 8 — 16
Tabel 2. Spesies tikus tertangkap menurut jenis kelamin dan letak perangkap,
Lokasi perangkap Jenis Kelamin
Spesies Luar Dalam Jantan Betina Jml %
n % n n n
R. tanezumi 15 41,7 21 58,3 9 25 27 75 36 70,6
Suncus murinus 10 66,7 5 33,3 8 53,3 7 46,7 15 29,4
Total 25 49 26 51 17 33,3 34 66,7 51 100
Trap success(%) 3,2 3,3 2,2 4,3 6,5
Tabel 2 menunjukkan hanya spesies Rattus tanezumi betina (75%) lebih dominan
Rattus tanezumi yang ditemukan di tertangkap dibandingkan jantan (25%), dan
Kabupaten Banyumas selain juga jenis banyak ditemukan pada perangkap yang
insektivora Suncus murinus. Kondisi ini dipasang di dalam rumah (58,3%), sementara
sangat berkaitan dengan lokasi penangkapan Suncus murinus lebih banyak di luar rumah
yang berada di lingkungan pemukiman. (66,7%).
Tabel 3. Hasil uji serologi positif bakteri leptospira pada tikus dengan metode MAT
menurut spesies
Jumlah Lokasi
Spesies tikus Pos (%) Serovar Leptospira
diperiksa Penangkapan
Pasinggangan, L. icterohaemorrhagiae,
R. tanezumi 36 1(2,7%)
Banyumas L javanica
Pasinggangan,
Suncus murinus 15 1(2,7%) L. cynopteri
Banyumas
Total 51 2 (3,9%)
Ket : Titer 1/100
12
Determinasi Serovar Bakteri Leptospira ...(Tri R, Diah W & Dwi P)
ans.
Kedungged
Kejawar
A
300 0 300 C00 Meter
Legenda
angrau Tikus positd
Pasinggangan • Kasus leptospirosis
ED Radius 100m dari kasus
I Radius 101 - 200m dart kasus
Tanggeran
Es Radius 201-300m dad kasus
Batas desa
niBatas kecamatan
e.
Pageratang
Adisana
103110 103118'
1031118371 181331',83
13
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 1, Maret 2015 : 8 — 16
berdasarkan tes MAT (I Made Setiawan menunjukkan bahwa tikus dapat berperan
2008). Bakteri L. icterohaemorrhagiae, dalam penjagaan leptospira di alam dan
javanica dan L.cynopteri merupakan sebagai sumber penularan leptospirosis
serogroup dari kelompok Leptospira patogen kepada manusia. Leptospira di dalam tubuh
yang ditemukan pada tikus dan diketahui tikus, dapat bertahan selama hewan tersebut
virulen bagi manusia. Penelitian untuk hidup tanpa menyebabkan sakit, dan
membedakan leptospira pathogen dan non leptospira akan dikeluarkan melalui urin dan
pathogen sangat penting dilakukan dan mencemari lingkungan disekitarnya
berguna untuk data epidemiologi dalam (Kusmiyati, 2005).
pengendalian leptospirosis di masyarakat.
Upaya pencegahan untuk tidak
Serovar tertentu akan berkembang menjadi
tertular leptospirosis dilakukan dengan
komensal atau mempunyai hubungan
membersihkan tempat-tempat yang menjadi
patogenik ringan dengan spesies hewan
habitat atau sarang tikus dan menghilangkan
reservoirnya, misalnya serovar harjo pada
akses tikus masuk ke lingkungan
ternak sapi, serovar canicola pada anjing, dan
pemukiman
tikus oleh icterohaemorrhagiae dan
copenhageni (I Made Setiawan, 2008).
Bakteri Leptospira khususnya KESIMPULAN DAN SARAN
species L. icterrohaemorrhagiae banyak
Kesimpulan
menyerang pada tikus got (Ratus norvegicus)
dan tikus rumah (Ratus tanezumi). Infeksi Spesies tikus yang ditemukan hanya
bakteri leptospira pada R. tanezumi diduga Rattus tanezumi dan insektivora jenis Suncus
terpelihara secara alami yang diwariskan murinus dengan trap success sebesar 6,5%.
melalui keturunan atau antar inang reservoir Rattus tanezumi dan Suncus murinus terbukti
yang terkena leptospirosis terlebih dahulu. terinfeksi bakteri leptospira serovar
R.tanezumi diketahui mempunyai pH urine L. icterohaemorrhagiae, Ljavanica dan
yang cocok bagi perkembangan bakteri L.cynopteri dengan titer 1/100.
leptospira sehingga tikus spesies ini paling
sering ditemukan bakteri leptospira
(Wahyuni Arumsari dick 2012). Keberadaan Saran
R.tanezumi yang dekat dengan manusia Diperlukan kesadaran akan
menjadikan risiko penularan leptospirosis pentingnya penggunaan alat pelindung diri di
semakin besar, sehingga perlu upaya tempat yang berisiko, dan peran serta
pengurangan sumber-sumber air yang masyarakat untuk menghindari penularan
tergenang, sebagai salah satu tempat leptospirosis di sekitar rumah dengan tikus
bersarangnya tikus. Hal ini diperlukan sebagai penular, diantisipasi dengan
mengingat leptospira paling mudah masuk meniadakan akses tikus ke lingkungan
menginfeksi manusia melalui permukaan pemukiman, membangun gudang
tubuh yang terbuka terutama luka, kulit yang penyimpanan makanan atau hasil pertanian ,
terendam lama akan jadi lembek dan lunak sumber penanpungan air dan pekarangan
sehingga mudah masuk. Leptospira mampu yang kedap tikus serta mengelola sampah
bertahan hidup di luar tubuh tikus selama 7 — secara saniter.
12 jam tergantung dan media tempat bakteri
berada, tetapi ada pendapat lain yang
mengatakan bahwa spora bakteri leptospira UCAPAN TERIMA KASIH
di luar tubuh tikus dapat bertahan sampai
berminggu-minggu lamanya pada media Ucapan terima kasih disampaikan
dengan pH alkali (Brooks, G.F., 2001). kepada Kepala Balai Litbang P2B2
Hasil pemeriksaan BBLITVET Banjarnegara, Kepala Dinas Kesehatan
menunjukkan pada tikus yang merupakan Kabupaten Banyumas beserta seluruh
hewan roden terdeteksi antibody anti- jajarannya terutama Seksi Pengendalian
leptospira sebanyak 29,46% pada tahun 2002 Penyakit (P2) Menular, serta semua pihak
dan 48,00% pada tahun 2004. Hal ini yang telah membantu dalam pelaksanaan
15
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 1, Maret 2015 : 8 — 16
penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan Levet PN, Branch SL, Whittington CU, Edwards CN,
lancar, tidak ada halangan apapun. Paxton H.(2001). Two methods for rapid
serological diagnosis of acute leptospirosis.
DAFTAR PUSTAKA Clin Diagn Lab Immunol 2001; 8: 349-351
Mari Okatini, Rachmadhi Purwana, I Made Djaja
Berty Murtiningsih, Setyawan B, Suharyanto S.(2004), (2007). "Hubungan Faktor Lingkungan dan
Faktor Risiko Kejadian leptospirosis di Karakteristik Individu terhadap Kejadian
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Penyakit Leptospirosis di Jakarta, 2003-
Sekitamya, Sains Kesehatan , 17 (3) Juli 2005." (PDF), Jurnal Makara Kesehatan 11:
2004 17-24
Bina Ikawati, Sunaryo, Dyah Widiastuti, (2013), Priyambodo S, (2006) Tikus dalam Hama pemukiman
Leptospirosis Pada Manusia di Kabupaten Indonesia, Pengenalan Biologi dan
Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, Jumal Pengendalian Hama Pemukiman, In : Sigit
Balaba Vol. 9, no. 01, Juni 2013: 17-20 SH, ed Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan
Brooks, G.F., J.S. Butel dan S.A. Morse (2001), Institut pertanian Bogor
Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Ristiyanto, (2007). Modul Pelatihan Rodentologi.
Penerbit Buku Kedokteran Jakarta. B2P2VRP Salatiga
Chin, J, (2000), Control of Communicable Diseases Ristiyanto, Farida, Gambiro, Sri Wahyuni,(2006), Spot
Manual (17th,ed), Washington DC Survei Reservoir Leptopsirosis di Desa
Dharmojono, (2001). Limabelas Penyakit Menular dari Bakung Kecamatan Jogonalan Kabupaten
Binatang ke Manusia. Milenia Populer, Klaten, Buletin Penelitian Kesehatan Vol 34
Jakarta Nomor 3, 2006;105-110
Dharmojono. "I" (2002), (dalam bahasa Indonesia). Sarwani D, Sri Nurlaela, Devi Octaviana, (2013),
Leptospirosis-Antthrax-Mulut dan Kuku-Sapi Pemetaan dan Analisis Faktor Resiko
Gila, Waspadailah Akibatnya! (edisi ke-1). Leptospirosis, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Jakarta: Pustaka Populer Obor. hal. 1-10. vol 8 (4) hal 179-85.
ISBN 979-461 397-5 Wahyuni Arumsari,Dwi Sutiningsih,Retno
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, (2012), Buku Hestiningsih (2012), Analisis Faktor
Saku Kesehatan Tahun 2011 Lingkungan Abiotik yang Mempengaruhi
Faine S, Adler B, Bolin C, Perolat P (1999), Leptospira Keberadaan Leptospirosis pada Tikus di
and Leptospirosis, MediSci, Melbourne, Kelurahan Sambiroto Kecamatan Tembalang
Australia Kota Semarang, Jurnal Kesehatan
I Made Setiawan, (2008) Klasifikasi dan Tehnik Masyarakat, Volume 1 Nomor 2 tahun 2012
Klasifikasi Bakteri Leptospira (Kajian), Hal 514-524
Jurnal Media Litbang Kesehatan Volume Widarso, Wifried dan Siti G, (2005). Penanggulangan
XVIII Nomor 2 tahun 2008, page 98 — 106 Leptospirosis di Indonesia. Pusat Data
I Made Setiawan, (2008) Pemeriksaan Laboratorium Informasi-Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
untuk Mendiagnosa Penyakit Lptospirosis Indonesia.Jakarta
(Kajian), Jumal Media Litbang Kesehatan Widodo Judarwanto, (2009). "Leptospirosis pada
Volume XVIII Nomor 1 tahun 2008, page 44 Manusia" Jurnal Cermin Dunia Kedokteran
— 52 Vol 3 (5) 347-350
Kabupaten Banyumas (2011), Buku Putih Sanitasi Yuliarti, Nurheti. "1" (2007). di dalam Agnes Heni
Kabupaten Banyumas 2011 Triyuliana (dalam bahasa Indonesia). Hidup
Kusmiyati, Susan M Noor, Supar (2005) "Leptospirosis Sehat Bersama Hewan Kesayangan (edisi ke-
pada Hewan dan Manusia di Indonesia, 1). Yogyakarta: Andi Offset. hal. 243-250.
Wartazoa Vol 15 No 4 tahun 2005 ISBN 979-763-842-1
Zelvino, Evi. (2005). Tujuh Orang terjangkit
Leptospirosis. http://www.Tempo
interaktif.com, htm
16 "Nk