Professional Documents
Culture Documents
Sifat Polimer Dan Kemampuan Terbiodegradasi (L-Asam Laktat) (Plla)
Sifat Polimer Dan Kemampuan Terbiodegradasi (L-Asam Laktat) (Plla)
Sifat Polimer Dan Kemampuan Terbiodegradasi (L-Asam Laktat) (Plla)
79-86
Abstract
Keywords : enzymatic degradation; Poly(lactic acid); polymer blend; polymer properties; solution-
blending
Abstrak
Makalah ini membahas metoda blending Poli(D,L-asam laktat) (PDLLA) and poli(etilen glikol)
(PEG) dalam upaya modifikasi sifat mekanik, sifat termal dan sifat terbiodegradasi dari poli(L-asam
laktat) (PLLA) melalui suatu metoda solution blending dengan solven berupa campuran
dichlorometan-etanol. Sampel-sampel dari polimer dikarakterisasi menggunakan FTIR, DSC, UTM
dan uji degradasi enzimatik. Spektrum FTIR dari PLLA murni menghasilkan puncak absorpsi spesifik
IR pada panjang gelombang tertentu. Lebih jauh, sampel dari polymer blend PLLA/PDLLA
menghasilkan pergeseran puncak absorpsi pada panjang gelombang 1755 cm-1 dan 1382 cm-1 karena
terbentuknya interaksi stereocomplex dan pada 3429 cm-1 karena interaksi melalui ikatan hidrogen.
Hasil analisa DSC menunjukkan terjadinya perubahan temperatur leleh untuk seluruh sampel-sampel
polymer blend dibandingkan PLLA murni, khususnya dengan meningkatnya komposisi PDLLA atau
PEG dalam polymer blend. Untuk blend PLLA/PDLLA, terbentuk dua temperatur leleh dikarenakan
pembentukan fasa homocrystallite dan stereocomplex. Sementara itu, sampel-sampel PLLA/PEG
menghasilkan peningkatan konsentrasi kristalinitas menjadi 69% pada komposisi 20%-b PEG. Hasil
analisa pengukuran sifat mekanik menunjukkan bahwa penambahan sebesar 10%-b PDLLA ke PLLA
murni akan memberikan sifat mekanik yang lebih baik dari PLLA murni, sedangkan penambahan
20%-b PEG menghasilkan sifat elongation at break tertinggi sampai peningkatan nilainya sebesar
89%. Untuk sifat terbiodegradasi, sampel-sampel polymer blend terbiodegradasi secara enzimatik
dengan prosentase kehilangan maximum sampai sebesar 21% untuk blend sampel PLLA/PEG.
Kata kunci : degradasi enzimatik; Poli(asam laktat); polymer blend; sifat-sifat polimer; solution-
blending
79
Sifat Polimer dan Kemampuan... (Sitompul dkk.)
How to Cite This Article: Sitompul, J., Insyani, R., Prasetyo, D., Prajitno, H., dan Lee, H.W., (2014), Sifat Polimer
dan Kemampuan Terbiodegradasi Blend Biodegradable Polymer Poli(L-Asam Laktat) (PLLA), Reaktor, 15(2), 79-
86, http://dx.doi.org/ 10.14710/reaktor.15.2.79-86
80
Reaktor, Vol. 15 No. 2, Oktober 2014, Hal. 79-86
Produksi Polimer Blend PLA (Insyani, 2014) Analisis sifat termal dengan differential scanning
Polimer (PLLA, PDLLA, dan PEG), dengan calorimetry (DSC)
masing-masing berat 1,25 gram, dilarutkan terlebih Sampel diuji dengan peralatan DSC (TA
dahulu dengan pelarut campuran diklorometana-etanol Instruments, DSC 2010) pada rentang suhu 25-250oC
volume 25 ml. Kedua larutan polimer dicampurkan dengan kecepatan pemanasan 10oC/menit. Data yang
(PLLA/PDLLA dan PLLA/PEG) melalui metode diperoleh berupa termogram pola laju alir panas (heat
solution-blending selama dua sampai tiga jam pada flow) ketika dipanaskan dari suhu 25-250oC pada
kondisi temperatur 25oC di dalam water bath yang pemanasan kedua (second heating). Sebagai catatan,
dilengkapi dengan pengendali temperatur dan tekanan pemakaian pemanasan pertama (scan pertama) pada
atmosferik. Komposisi PDLLA dan PEG terhadap umumnya tidak dapat langsung digunakan untuk
PLLA divariasikan dengan rasio 0-20%-berat. mendeteksi temperatur kristalisasi (Tc).
Kemudian larutan polimer hasil blending dicetak
dengan metode solvent-casting (Auras dkk., 2010) di Analisis degradasi enzimatik dengan enzim
atas cetakan dan dikeringkan selama 24 jam pada Proteinase K
temperatur 25oC. Semua film polimer blend Semua sampel film polimer-blend dipotong
PLLA/PDLLA dan PLLA/PEG kemudian dianalisis dengan ukuran 20 mm 10 mm dimasukkan ke dalam
gugus fungsi, sifat termal, sifat mekanis dan vial yang mengandung 5 ml buffer karbonat
kemampuan biodegradasinya, yang dijelaskan dalam (NaHCO3-Na2CO3) dengan pH 8,5; 0,25 mg
paragraf berikut. Proteinase K; dan 1 mg natrium azida.
Uji degradasi dilakukan pada suhu 37oC dalam
Metoda Karakterisasi Polimer Blend PLA shaking incubator dengan kecepatan 140 rpm. Uji
Analisis gugus fungsi dengan spektroskopi Fourier degradasi dilakukan pada setiap sampel selama 48
Transform Infrared (FTIR) jam. Sampel diambil secara periodik, dicuci dengan
Film PLLA dan PLLA/PDLLA dan air destilasi, dan dikeringkan dalam oven 30oC pada
PLLA/PEG dimasukkan ke dalam tempat sampel pada temperatur ruang selama 24 jam. Sampel kering
peralatan FTIR (IRPrestige-21 Shimadzu). Spektra setelah degradasi kemudian ditimbang untuk
infra merahnya direkam pada bilangan gelombang 500 menghitung persen berat hilang selama uji degradasi.
cm-1 – 4000 cm-1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis sifat mekanis dengan universal testing Pengaruh Penambahan PDLLA dan PEG pada
machine (UTM). Struktur PLLA
Film polimer-blend dibentuk dengan ukuran Gambar 1 dan Gambar 2 berturut-turut
yang seragam, yaitu panjang 100 mm dan lebar 28 menunjukkan hasil spektra FT-IR dari polimer dan
mm. Uji tarik dilakukan dengan alat UTM polimer blend dan spectra FT-IR pada bilangan
(TESTONE, TO-101) pada kecepatan tarik 12,5 gelombang 1000 – 800 cm-1. Hasil analisa gambar-
mm/detik. Pengukuran dilakukan dengan menguji 4 gambar, terhadap spectra tersebut diberikan dalam
spesimen untuk setiap sampelnya. bentuk Tabel 1.
Gambar 1. Spektra FT-IR sampel PLLA, PLLA/PDLLA 20% dan PLLA/PEG 20%
81
Sifat Polimer dan Kemampuan... (Sitompul dkk.)
Gambar 2. Spektra FTIR PLLA, PDLLA, dan PLLA/PDLLA 20% pada bilangan gelombang 1000 – 800 cm-1
Sedangkan pada sampel polimer-blend stereokompleks (Tsuji, 2005; Zhang dkk., 2005;
PLLA/PEG, menunjukkan pola interaksi berbeda. Brizzolara dkk., 1996).
Interaksi antar rantai PLLA dan PEG terjadi pada Pada penelitian ini, diperoleh hasil struktur
daerah vibrasi gugus hidroksil yang ditandai dengan stereokompleks yang terbentuk pada polimer blend
pergeseran besar puncak serapan hidroksil dari 3504 yang mengandung komponen PDLLA (Gambar 2).
cm-1 menjadi 3429 cm-1. Sedangkan serapan vibrasi Untuk sampel polimer blend PLLA/PDLLA terdapat
karbonilnya tidak teramati adanya perubahan. Hal ini pergeseran kecil pada puncak serapan gugus fungsi
membuktikan bahwa terdapat interaksi kuat gugus karbonil dari 1757 cm-1 menjadi 1755 cm-1 dan
–OH pada ujung rantai PLLA dengan –OH pada PEG pergeseran sangat kecil pada puncak serapan gugus
membentuk ikatan hidrogen dan kemungkinan tidak fungsi deformasi CH3 simetrik dari bilangan
terjadi interaksi pada gugus fungsi karbonil. gelombang 1381 cm-1 (PLLA) menjadi 1382 cm-1
Pergeseran puncak serapan hidroksil juga (PLLA/PDLLA 20%-berat). Zhang dkk. (2005)
telah disampaikan oleh Kister dkk. (1998). Mereka melaporkan bahwa analisis stereokompleks
melaporkan bahwa terdapat pergeseran puncak PLLA/PDLA dapat diobservasi pada rentang
serapan spektra IR dan Raman pada PLA bilangan gelombang 1500-1300 cm-1, lebih spesifk
stereokompleks. Lebih lanjut, Zhang dkk. (2005) puncak pita serapan pada mode CH3 asimetrik (1455
melaporkan bahwa pada spektra FTIR PLA teramati cm-1) dan deformasi CH3 simetrik (1383 cm-1).
pergeseran puncak serapan sangat kecil sebesar 1 Selain itu, analisis spektra FTIR pada bilangan
cm-1 pada vibrasi gugus fungsi CH3 asimetrik dari gelombang 1000-800 cm-1 menunjukkan temuan
2995 cm-1 menjadi 2994 cm-1 dan vibrasi gugus yang sangat mirip dengan literatur yang disampaikan
fungsi karbonil (C=O) dari 1754 cm-1 menjadi 1749 oleh Zhang dkk. (2005) yang menunjukkan adanya
cm-1 pada saat kristalisasi stereokompleks PLA. karakteristik pita serapan PLLA/PDLLA
Pergeseran ini dapat dijelaskan secara detail sebagai stereokompleks dalam bentuk kristal yaitu pada
berikut. Adanya interaksi antara CH3….O=C akan bilangan gelombang 908,47. Hal ini membuktikan
membentuk ikatan hidrogen (Tsuji, 2005; Zhang bahwa terdapat interaksi antara gugus fungsi metil
dkk., 2005) dan juga adanya interaksi van der Waals simterik dengan gugus fungsi karbonil berupa ikatan
antara hidrogen dari gugus CH3 dan oksigen dari hidrogen CH3….O=C yang memungkinkan
gugus O=C. Lebih jauh, ikatan hidrogen antara terbentuknya struktur stereokompleks (Tsuji, 2005).
CH3….O=C merupakan driving force (gaya
pendorong) terjadinya nukleasi dari kristalit PLA
82
Reaktor, Vol. 15 No. 2, Oktober 2014, Hal. 79-86
Pengaruh Penambahan PDLLA dan PEG pada mencapai nilai maksimum pada rasio equimolar
Sifat Termal PLLA PLLA dan PDLA.
Gambar 3 menunjukkan termogram dari Polimer blend PLLA/PDLLA, kristalinitas
Differential Scnning Chromatography (DSC) dan sampel terbagi menjadi dua jenis yaitu, kristalinitas
hasil analisis terhadap data DSC ini diberikan secara homokristalit PLLA (XHC) dan kristalinitas
singkat di Tabel 2. Dari Tabel 2 diperoleh stereokompleks kristalit (XSC). Hasil perhitungan
Homopolimer PLLA Tm sebesar 176,65oC dan ΔHm menunjukkan penurunan persen kristalinitas
sebesar 57,92 J/g. Kristalinitas film polimer PLLA homokristalit PLLA (XHC) hingga 27,18% pada
diperoleh sebesar 62,28%. Untuk semua polimer- komposisi PDLLA sebesar 20%-berat, sedangkan
blend PLLA, terjadi penurunan titik leleh (Tm dan kristalinitas stereokompleksnya meningkat dengan
ΔHm), untuk semua polimer-blend dibandingkan nilai maksimum 17,63% pada komposisi PDLLA
PLLA murni. Menurut Park dkk. (1999) menjelaskan sebesar 20%-berat.
bahwa fenomena ini umum terjadi pada sistem yang Pada polimer blend PLLA/PEG, perilaku
blend miscible dan compatible (Pan dkk., 2009). puncak pelelehan (Tm dan ΔHm) tunggal. Puncak
Pada polimer-blend PLLA/PDLLA, muncul tunggal ini disebabkan karena adanya satu daerah
dua puncak temperatur leleh dimana Tm2 (206oC) fasa kristalin yang terbentuk pada saat blending
nilainya lebih tinggi dibandingkan Tm1 (172,79oC) PLLA/PEG 10%. Selain itu puncak Tg tunggal
dan Tm PLLA murni (176,65oC). Nilai Tm2 polimer blend PLLA/PEG menunjukkan bahwa
meningkat dengan peningkatan komposisi PDLLA polimer blend bersifat miscible. Terjadi penurunan
dari 10–20%-berat. Puncak Tm pada sekitar 170oC puncak temperatur leleh pada peningkatan komposisi
merupakan temperatur pelelehan homokristalit PLLA PEG dari 10-20%-berat dan peningkatan kristalinitas
sedangkan puncak Tm yang berada pada 206oC (XHC). Tidak muncul puncak pelelehan baru (Tm2
merupakan puncak khas dari stereokompleks (Tsuji, dan ΔHm2) pada temperatur sekitar 200oC karena
2005). Peningkatan komposisi PDLLA menyebabkan tidak terjadi pembentukan struktur stereokompleks,
Tm stereokompleks polimer blend semakin didukung dengan spektrum FTIR yang tidak
meningkat, hal ini menunjukkan bahwa pembentukan menunjukkan pergeseran puncak serapan akibat
struktur stereokompleks semakin mudah hingga interaksi stereokompleks.
83
Sifat Polimer dan Kemampuan... (Sitompul dkk.)
Peningkatan kristalinitas (XHC) dijelaskan Pola sifat mekanik polimer blend PLLA/PEG
dengan spektrum FTIR mendeteksi adanya interaksi menunjukkan penurunan B dan E, hal ini disebabkan
antara PLLA dan PEG pada bagian hidroksil pada PEG memiliki tensile strength yang lebih rendah
ujung terminal rantai PLLA membentuk ikatan dibandingkan PLLA murni (Pan dkk., 2009).
hidrogen yang dapat menginduksi proses kristalisasi Peningkatan komposisi PEG menghasilkan
PLLA sehingga dapat meningkatkan derajat peningkatan nilai B, hal ini lebih disebabkan bahwa
kristalinitas PLA (Park dkk., 1999; Pan dkk., 2009). PEG selain berperan sebagai agen nukleasi yang
Kristalinitas maksimum dicapai pada komposisi PEG dapat meningkatkan kristalinitas PLLA namun pada
20%-berat sebesar 69,52%. saat bersamaan PEG berperan sebagai plasticizer
(memberikan sifat plastik).
Pengaruh Penambahan PDLLA dan PEG pada
Sifat Mekanis PLLA Pengaruh Penambahan PDLLA dan PEG pada
Tabel 3 menunjukkan hasil uji mekanis Biodegradabilitas PLLA
homopolimer PLLA dan polimer blend Penambahan PDLLA atau PEG melalui
PLLA/PDLLA dan PLLA/PEG. PLLA memiliki sifat solution-blending dapat meningkatkan kemampuan
getas/ brittle yang direpresentasikan dengan modulus terbiodegradasi PLLA. Gambar 4 menunjukkan
elastisitas (E) yang tinggi dimana ketahanan terhadap persen hilang berat semua sampel polimer-blend
beban yang tinggi namun elongasinya rendah (Martin PLLA/PDLLA dan PLLA/PEG. Dari Gambar 4(a),
dkk., 2001; Pan dkk., 2009; Gui dkk., 2012). Pada untuk blend PLLA/PDLLA, penurunan persen hilang
penelitian ini, hasil uji mekanis dari film PLLA berat tertinggi dicapai pada komposisi PDLLA
menunjukkan sifat yang serupa yaitu stress at break sebesar 20%-berat. Dari grafik pada Gambar 4(b)
(B) (642,95 kPa) dan modulus elastisitas (E) (314, tersebut, sampel PLLA memiliki persen hilang berat
60 kPa) yang tinggi sedangkan nilai elongation at terendah pada selang waktu degradasi sampai 48 jam.
break nya (B) sangat rendah (1%). Modifikasi PLLA Sedangkan, sampel polimer-blend memiliki persen
dengan polimer biodegradable lain ternyata dapat hilang berat sampel lebih besar dibandingkan PLLA
menurunan nilai modulus elastisitas (E) yang disertai murni. Hal ini disebabkan karena PLLA merupakan
dengan peningkatan nilai elongation at break (B). polimer dengan kristalinitas lebih tinggi
Nilai modulus elastisitas (E) pada Tabel 3 dibandingkan PLLA/PDLLA (Tsuji dkk., 2001).
diperoleh dari perbandingan antara yield stress (y) Pada sampel PLLA/PDLLA, peningkatan
dengan yield strain (y) dimana masing-masing nilai komposisi PDLLA menghasilkan persen hilang berat
tersebut berada pada daerah linier kurva stress-strain. sampel lebih besar dibandingkan PLLA murni karena
Sedangkan nilai stress (B) dan elongation at break memiliki daerah fasa amorf lebih besar yang
(B), diperoleh dari perhitungan pada term peak load ditunjukkan dengan penurunan kristalinitas
dan peak elongation. Dalam hal ini, istilah peak homokristalit PLLA (XHC). Sedangkan terjadi
adalah keadaan ketika sampel tidak lagi mampu penurunan persen hilang berat pada komposisi
menahan beban sehingga sampel rusak atau patah. PDLLA sebesar 20%-berat yang disebabkan adanya
Peak load dikonversi menjadi peak stress atau stress peningkatan kristalinitas stereokompleks (XSC).
at break (B). Selain itu, penambahan PDLLA dapat meningkatkan
fraksi komposisi unit D (XD) yang tidak dapat
Tabel 3. Hasil uji mekanis polimer blend PLA dihidrolisis oleh enzim proteinase K akibat perbedaan
Sampel B (kPa) B (%) E (kPa) struktur substrat dengan bagian situs katalitik
PLLA 642,95 1,00 314,60 (binding site) enzim. Penurunan persen hilang
PLLA 90%/PDLLA 10% 746,36 2,75 349,77 maksimum mencapai 21% untuk blend PLLA-PEG.
PLLA 80%/PDLLA 20% 537,61 6,25 237,77 Pada sampel PLLA/PEG, peningkatan persen
PLLA 90%/PEG 10% 589,22 29,50 280,77 komposisi PEG dalam matriks PLLA menunjukkan
PLLA 80%/PEG 20% 330,10 89,00 228,35 persen hilang berat terbesar dibandingkan polimer
lainnya. Sedangkan data DSC menunjukkan bahwa
Pada sampel polimer-blend PLLA/PDLLA, peningkatan konsentrasi PEG menghasilkan
peningkatan komposisi PDLLA ke dalam matriks peningkatan kristalinitas homokristalit (XHC). Hal ini
PLLA dapat mengubah sifat mekanik PLLA. Hasil kemungkinan disebabkan oleh pelarutan sebagian
uji mekanik menunjukkan bahwa penambahan 10%- fraksi PEG media degradasi dapat meningkatkan
berat PDLLA memiliki nilai yang lebih besar dari porositas blend sehingga akan menghasilkan area
semua bagian kekuatan mekanis dibandingkan permukaan film yang lebih besar untuk diakses oleh
dengan PLLA murni, yaitu B = 746,36 kPa, B = enzim proteinase K (Sheth dkk., 1997). Lebih jauh,
2,75%, dan E = 349,77 kPa. Sehinga dapat terdapat kemungkinan peningkatan hidrofilisitas pada
disimpulkan bahwa secara keseluruhan term kekuatan permukaan film polimer, yang dapat mempercepat
mekanik PLLA/PDLLA 10%-berat sedikit lebih kuat degradasi dan juga meningkatkan mobilitas rantai
dibandingkan dengan PLLA murni. Hal ini molekul PLA sehingga memberikan kemudahan
disebabkan adanya komponen PDLLA memberi akses degradasi enzimatik.
kontribusi dalam pembentukan stereokompleks
(Tsuji, 2005; Liu dkk., 2014).
84
Reaktor, Vol. 15 No. 2, Oktober 2014, Hal. 79-86
(a) (b)
Gambar 4. Grafik hilang berat (%) (a) sampel PLLA/PDLLA dan (b) sampel PLLA/PEG
85
Sifat Polimer dan Kemampuan... (Sitompul dkk.)
Lee, H.W., Insyani, R., Prasetyo, D., Prajitno, H., Sheth, M., Kumar, R.A., Dave, V., Gross, R.A., and
Rasrendra, C.B., and Sitompul, J.P., (2013), McCarthy, S.P., (1997), Biodegradable Polymer
Polycondensation of Biodegradable PLA Synthesis Blends of Poly (lactic acid) and poly (ethylene glycol),
over Al2O3 and ZnO Catalyst, paper # BM-12, Proc. Journal of Applied Polymer Science, 66, pp. 1495-
Int’l Seminar on Chemical Engineering 2013, 9-11 1505.
October 2013, Bandung, Indonesia (best paper).
Sitompul, J.P., Simangunsong, R.F., Asrizal, A.A.,
Liu, Y., Shao, J., Sun, J., Bian, X., Feng, L., Xiang, S., Alisyahbana, H., Lee, H.W., and Rasrendra, C.B.,
Sun, B., Chen, Z., Li, G., and Chen, X., (2014) (2014), Catalytic Conversion of Empty Fruit Bunch of
Improved Mechanical and Thermal Properties of Palm Oil for Producing Lactic Acid, Procedia
PLLA by Solvent Blending with PDLA-b-PEG-b- Chemistry, 9, pp. 82-89.
PDLA, Polymer Degradation and Stability, 101, pp.
10-17. Tsuji, H. and Miyauchi, S., (2001), Enzymatic
hydrolysis of poly(lactide)s: effects of molecular
Martin, O. and Avrous, L., (2001), Poly (Lactic acid): weight, L-lactide content, and enantiomeric and
Plasticization and Properties of Biodegradable diastereoisomeric polymer blending,
Multiphase Systems, Polymer, 42(14), pp. 6209-6219. Biomacromolecules, 2, pp. 597–604.
Pan, P., Liang, Z., Zhu, B., Dong, T., and Inoue, Y., Tsuji, H., (2005) Poly(lactide) Stereocomplex:
(2009), Blending Effects on Polymorphic Formation, Structure, Properties, Degradation, and
Crystallization of Poly(L-lactide), Macromolecules, Application, Macromolecular Bioscience, 5, pp. 569-
42, pp. 3374-3380. 597.
Park, J.W., Lee, D.J., Yoo, W.J., Yoo, E.S., and Im, Younes, H. and Cohn, D., (1988), Phase Separation in
S.S., (1999), Biodegradable Polymer Blends of Poly(ethylene glycol)/Poly(lactic acid) Blends,
Poly(lactic acid) and Starch, Korean Polymer Journal, European Polymer Journal, 24(8), 765-773.
7(2), pp. 93-101.
Zhang, J., Sato, H., Tsuji, H., Noda, I., and Ozaki, Y.,
Rein, J., (2010), Biodegradable Poly(Lactic Acid): (2005) Infrared Specrtropic study of CH3…O=C
Synthesis, Modification, Processing and Applications, interaction during poly(L-lactide)/poly(D-lactide)
Springer Heidelberg Dordrecht, London. stereocomplex formation, Macromolecules, 38, pp.
1822-1828.
86