1211 5511 3 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2020.11.

301-317
Diterima: 11-06-2020; Direvisi: 19-08-2020; Disetujui Diterbitkan: 19-08-2020

EKONOMI VERSUS HAK ASASI MANUSIA DALAM PENANGANAN


COVID-19: DIKOTOMI ATAU HARMONISASI
(The Economy versus Human Rights In Handling Covid-19: Dichotomy or
Harmonization)
Mei Susanto; Teguh Tresna Puja Asmara
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung
m.susanto@unpad.ac.id

ABSTRACT
This article discusses economic and human rights issues in handling Covid-19. The question, is appropriate
the dichotomy of economic versus human rights in handling Covid-19? How about the harmonization of
health and economic policies as an impact of Covid-19 based on human rights? Using legal research, this
article concludes, first, the dichotomy of the economy and human rights is inappropriate and misleading
because the economy is also a human right according to the principle of indivisible, interdependent,
interrelated, and inalienable. The economy right and the health right are the two most affected rights from
the Covid-19 pandemic so as needed is policy harmonization rather than a dichotomy. Second, the
harmonization of economic policies as an impact of Covid-19 must mainstream health rights. The economic
policy such as easing large-scale social restrictions or "new normal" must be based on epidemiological
studies. Health and economic policy must be based on universal principles, equality, and non-discrimination
in order to save many people from the Covid-19 crisis. It is recommended to increase control in order to
succeed in the harmonization of health and economic policies and to prevent corrupt actions that utilize
economic policies during the Covid-19 crisis through state institutions and public participation.
Keywords: the rights to health; economy; covid-19; harmonization; and dichotomy.

ABSTRAK
Artikel ini membahas persoalan ekonomi dan hak asasi manusia dalam penanganan Covid-19. Pertanyaan
yang diajukan, tepatkah dikotomi ekonomi versus hak asasi manusia dalam penanganan Covid-19? Dan
bagaimana harmonisasi kebijakan kesehatan dan kebijakan ekonomi sebagai dampak Covid-19 yang
berbasiskan hak asasi manusia? Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode penelitian
hukum, dengan kesimpulan, pertama, pendikotomian ekonomi dan hak asasi manusia adalah tidak tepat
bahkan menyesatkan, dikarenakan ekonomi juga merupakan hak asasi manusia yang mempunyai prinsip
tidak dapat dibagi, saling bergantung, saling terkait, dan tidak dapat dicabut. Hak ekonomi maupun hak
kesehatan menjadi dua hak yang paling terdampak dari Pandemi Covid-19 sehingga yang dibutuhkan adalah
harmonisasi kebijakan bukan pendikotomian. Kedua, harmonisasi kebijakan ekonomi sebagai dampak
Covid-19 harus mengarusutamakan hak kesehatan, dalam arti setiap kebijakan ekonomi seperti pelonggaran
pembatasan sosial ataupun "normal baru" harus didasarkan pada kajian epidemiologi. Kebijakan kesehatan
dan ekonomi juga harus didasarkan pada prinsip universal, kesetaraan, dan non-diskriminasi sehingga dapat
sebesar mungkin menyelamatkan seluruh rakyat dari krisis Covid-19. Disarankan perlunya peningkatan
pengawasan guna menyukseskan harmonisasi kebijakan kesehatan dan ekonomi akibat Covid-19 serta
mencegah terjadinya tindakan koruptif yang memanfaatkan kebijakan ekonomi pada saat krisis Covid-19
melalui institusi kenegaraan dan partisipasi masyarakat.
Kata kunci: hak kesehatan; ekonomi; covid-19; harmonisasi; dikotomi.

301
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

PENDAHULUAN Itu artinya, krisis kesehatan akibat Covid-19


bertambah dengan potensi munculnya krisis
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang
ekonomi.6
ditetapkan World Health Organization (WHO)
sebagai pandemi global pada 11 Maret 20201, Dari sisi pengalaman, negara-negara di
menjadikan negara-negara harus responsif dan dunia pernah menghadapi beberapa kali krisis
tanggap menanggulanginya. Data WHO pada 4 ekonomi di antaranya pada tahun 1997/1998 yakni
Juni 2020 menunjukkan ada 6.416.828 orang krisis ekonomi Asia dan tahun 2008 krisis ekonomi
terkonfirmasi positif tertular, 382.867 meninggal global. Krisis ekonomi tahun 1997/1998
dunia, dan 216 negara tertular.2 Angka-angka yang merupakan krisis ekonomi yang diawali oleh
menunjukkan telah terjadi penyebaran yang sangat serangkaian krisis mata uang yang berkembang
masif yang membahayakan hak hidup dan hak menjadi krisis keuangan dan ekonomi7 sedangkan
kesehatan bagi seluruh manusia. Sementara itu di krisis ekonomi 2008 merupakan krisis yang
Indonesia, sampai dengan 4 Juni 2020, angka diawali oleh krisis finansial domestik di Amerika
positif 28.818, sembuh 8.892 orang, dan 1.721 Serikat yang dampaknya menyebar ke seluruh
meninggal dunia.3 Inilah dampak terbesar Covid- dunia melalui perdagangan global dan hubungan
19 terhadap hak asasi manusia yang membuat keuangan sehingga menyebabkan kegagalan bank,
perlunya penanganan khusus terhadap kedaruratan turunnya indeks saham, dan penurunan permintaan
kesehatan masyarakat (krisis kesehatan) tersebut. dunia untuk banyak produk manufaktur yang
diekspor oleh negara-negara berkembang.8 Dengan
Secara praktis, negara-negara
pengalaman menghadapi beberapa krisis ekonomi
memberlakukan kebijakan isolasi, karantina, dan
tersebut, seharusnya negara-negara yang
pembatasan sosial dalam upaya mencegah
terdampak sudah mempunyai formula guna
penularan virus dengan level komitmen dan
menghadapi krisis ekonomi selanjutnya. Namun
efektivitas yang berbeda. Kebijakan pembatasan
menurut Chatib Basri, krisis ekonomi yang
guna mencegah penularan tersebut, secara
diakibatkan oleh pandemi Covid-19 saat ini
langsung berpengaruh terhadap perekonomian.
berbeda dan lebih unik dibandingkan krisis
Juan Pablo Bohoslavsky, ahli PBB dalam urusan
ekonomi sebelumnya. Selain penanganannya
hutang dan hak asasi manusia (United Nations
berbeda, pandemi ini juga mempengaruhi perilaku
Independent Expert on Debt and Human Rights),
dan pola aktivitas ekonomi, usaha, serta peluang
menyatakan krisis kesehatan akibat Covid-19
bisnis.9 Kondisi ini yang menyebabkan banyak
membawa dunia ke dalam resesi ekonomi.4 Andrea
pengambil kebijakan mengalami keraguan dalam
Lidwina, Dwi Hadya Jayani, dan Yosepha
implementasi penanganan Covid-19 khususnya
Pusparisa, juga memberikan analisis bahwa
ekonomi dunia menanggung beban dalam bentuk
2020,
perlambatan ekonomi sebagai dampak Covid-19.5
https://katadata.co.id/analisisdata/2020/03/16/ekono
mi-dunia-menanggung-beban-covid-19.
1
“WHO Directo-General’s Opening Remarks at the 6
Sarah Joseph mengungkap Covid 19 telah
Media Briefing on Covid-19 -11 March 2020,” last mengakibatkan a global public healt emergency, a
modified 2020, diakses April 20, 2020, global econonmic emergency, dan a global human
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who- rights emergency. Lihat Sarah Joseph, “COVID-19
director-general-s-opening-remarks-at-the-media- and Human Rights: Past, Present and Future,”
briefing-on-covid-19---11-march-2020. Grifith Law School Research Paper 20, no. 3
2
“Corona Virus Disease (Covid-19) Outbreak (2020): 1–11.
Situation,” last modified 2020, diakses Juni 4, 2020, 7
Ross P. Buckley, “Three Major Financial Crisis:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel- What Have We Learned?,” UNSW Law Research
coronavirus-2019. Paper 18 (2018): 1–36.
3
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 8
Tulus T. H. Tambunan, “The Impact of The
“Data Sebaran Covid-19 Di Indonesia,” Economic Crisis on Micro, Small, and Medium
Covid19.go.id, last modified 2020, diakses Juni 4, Enterprises and Their Crisis Mitigation Measures in
2020, https://covid19.go.id. Southeast Asia with Reference to Indonesia,” Asia &
4
Juan Pablo Bohoslavsky, “Covid-19 Economy vs The Pacific Policy Studies 06, no. 02 (2018): 21.
Human Rights: Misleading Dichotomy,” last 9
Dalam Yura Syahrul, “Krisis Covid-19 Unik dan
modified 2020, diakses April 20, 2020, Rumit, Perlu Penanganan Berbeda (Bagian 1):
https://www.hhrjournal.org/2020/04/covid-19- Wawancara M. Chatib Basri,” katadata.co.id, last
economy-vs-human-rights-a-misleading-dichotomy/. modified 2020, diakses Mei 20, 2020,
5
Andrea Lidwina, Dwi Hadya Jayani, dan Yoshepha https://katadata.co.id/opini /2020/05/09/krisis-covid-
Pusparisa, “Ekonomi Dunia Menanggung Beban 19-unik-dan-rumit-perlu-penanganan-berbeda-
Covid-19,” last modified 2020, diakses Mei 20, bagian-1.
302
Ekonomi Versus Hak Asasi Manusia dalam Penanganan Covid-19: Dikotomi atau Harmonisasi
Mei Susanto; Teguh Tresna Puja Asmara

keinginan menyelamatkan nyawa (kesehatan) di Dalam konteks ini, seolah menunjukkan


satu sisi, dengan keinginan menyelamatkan adanya kesan, upaya mempertentangkan antara
ekonomi di sisi yang lain. ekonomi dengan hak atas kesehatan dan hak hidup
yang merupakan hak asasi manusia sebagai
Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu
dampak Covid-19. Bahkan ada yang menghadap-
negara yang tampak mengalami keraguan dalam
hadapkan secara diametral, bahwa harus dipilih
penanganan Covid-19. Hal tersebut dapat dilihat
salah satu, apakah penyelamatan ekonomi atau
dari lambannya pengambilan kebijakan
penyelamatan kesehatan. Argumentasinya, apabila
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada 31
yang diselamatkan ekonomi, maka sangat mungkin
Maret 202010, hampir 1 bulan sejak kasus posistif
penularan Covid-19 menyebar secara luas, namun
Covid-19 pertama kali diumumkan 2 Maret 202011.
krisis ekonomi dapat dicegah, sehingga ada
Implementasi PSBB-pun tampak tidak seragam,
anggapan kerugian yang diakibatkan hanya kecil
mengingat terjadi perbedaan pendapat di internal
yaitu orang-orang yang tidak kuat daya tahan
pemerintahan, misalnya Kementerian Kesehatan
tubuhnya saja yang akan terdampak (dengan
dan Kementerian Perhubungan dalam soal
kemungkinan paling fatal meninggal dunia).
kebijakan penumpang kendaraan bermotor.12
Sementara, apabila yang diselamatkan adalah
Demikian juga, kebijakan larangan mudik
kesehatan, maka mungkin banyak kesehatan dan
menjelang perayaan Idul Fitri, namun angkutan
nyawa terjaga, namun sangat mungkin terjadi
umum tidak dilarang beroperasi.13 Kebijakan yang
krisis ekonomi yang berakibat pada kerugian yang
dapat dikatakan kontradiktif. Namun dibalik itu,
lebih banyak dan bahkan dapat menimbulkan
ada maksud bahwa walau mudik dilarang, namun
kelaparan, kerusuhan dan gangguan keamanan.
perekonomian tidak boleh berhenti berputar.
Sebaliknya, ada juga pandangan yang mengatakan
Pemerintah sendiri mengaku, mengapa kerap
penyelamatan ekonomi akan percuma tanpa
terjadi kontradiksi, karena belum adanya
penyelamatan kesehatan terlebih dahulu. Presiden
pengalaman menghadapi situasi pandemi akibat
Ghana dalam salah satu pidatonya menyebut,
Covid-19.14 Persoalan mendasarnya, upaya
ekonomi dapat dipulihkan, namun nyawa tidak
penyelamatan Covid-19 telah berdampak pada
dapat dikembalikan.15 Upaya mempertentangkan
sektor perekonomian secara masif.
atau mendikotomikan antara ekonomi dan hak
asasi manusia (hak kesehatan dan hak hidup) ini
yang hendak dianalisis dalam artikel ini.
10
“Inilah PP Pembatasan Sosial Berskala Besar untuk
Percepatan Penanganan Covid-19,” last modified Dari persoalan tersebut, dua pertanyaan
2020, diakses Mei 20, 2020, yang hendak dikaji, pertama, tepatkah dikotomi
https://setkab.go.id/inilah-pp-pembatasan-sosial- ekonomi vs hak asasi manusia dalam penanganan
berskala-besar-untuk-percepatan-penanganan-covid- Covid-19? Kedua, bagaimana harmonisasi
19/. kebijakan kesehatan dan kebijakan ekonomi
11
“Breaking News: Jokowi Umumkan Dua Orang di sebagai upaya pemenuhan hak asasi manusia
Indonesia Positif Corona,” last modified 2020, dalam penanganan Covid-19? Berdasarkan dua
diakses Mei 20, 2020, https://nasional.kompas.com/ pertanyaan tersebut, artikel ini hendak memberikan
read/2020/03/02/11265921/breaking-news-jokowi-
analisis guna memahami posisi ekonomi dan hak
umumkan-dua-orang-di-indonesia-positif-corona.
12
“Kemenhub-Kemenkes Beda Aturan soal Ojol, asasi manusia (hak hidup dan hak kesehatan)
Pemerintah Nggak Kompak?,” last modified 2020, sebagai dampak Covid-19. Selanjutnya dari
diakses Mei 20, 2020, pemahaman posisi tersebut, diharapkan mampu
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d- memberikan analisis lanjutan dalam bentuk
4975195/kemenhub-kemenkes-beda-aturan-soal- harmonisasi kebijakan ekonomi dan kebijakan
ojol-pemerintah-nggak-kompak. kesehatan sebagai upaya pemenuhan hak asasi
13
“Jokowi Tegaskan Mudik Tetap Dilarang meski manusia dalam penanganan Covid-19.
Transportasi Kembali Beroperasi,” last modified
2020, diakses Juni 1, 2020,
https://nasional.kompas.com/
read/2020/05/18/13215481/jokowi-tegaskan-mudik-
tetap-dilarang-meski-transpor tasi-kembali- 15
“Presiden Ghana Soal Corona COVID-19: Ekonomi
beroperasi. Bisa Dihidupkan Lagi, Nyawa Tidak,” last modified
14
“Luhut Akui Pemerintah Belum Punya 2020, diakses Juni 3, 2020,
Pengalaman,” last modified 2020, diakses Juni 3, https://www.liputan6.com/
2020, global/read/4214023/presiden-ghana-soal-corona-
https://www.wartaekonomi.co.id/read286567/luhut- covid-19-ekonomi-bisa-dihidupkan-lagi-nyawa-
akui-pemerintah-belum-punya-pengalaman. tidak.
303
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

METODE PENELITIAN A. Ekonomi Versus Hak Asasi Manusia dalam


Penanganan Covid-19
Artikel ini menggunakan metode penelitian
hukum (legal research) dengan pendekatan Gagasan dan norma-norma hak asasi
perundang- undangan (statute approach), pendekatan manusia adalah hasil dari sebuah evolusi pemikiran
konseptual (conceptual approach), dan pendekatan dan berbagai upaya menciptakan kehidupan dan
kasus (case approach).16 Pendekatan perundang- tata dunia yang lebih terhormat dan bermartabat.18
undangan dalam bentuk melihat peraturan perundang- Hak asasi manusia sendiri merupakan seperangkat
undangan yang berkenaan dengan Hak Asasi Manusia, hak yang melekat pada hakikat keberadaan
persoalan ekonomi, dan penanganan kedaruratan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
kesehatan masyarakat. Misalnya UUD 1945, UU No. dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
Budaya, UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan manusia.19
Kesehatan, dan Perppu No. 1 Tahun 2020 tentang
Hal tersebut menunjukkan, betapa penting
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
hak asasi manusia bagi kehidupan dan peradaban
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
manusia. Yang harus dipahami bahwa setiap
Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka
bentuk dan model hak terus berkembang secara
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
evolutif sebagai bentuk kreasi peradaban manusia
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
itu sendiri. Salah satu evolusi hak asasi manusia
Keuangan (telah menjadi UU Nomor 2 Tahun 2020).
modern adalah dengan lahirnya Kovenan
Adapun pendekatan konseptual dipergunakan untuk
Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya/
melihat konsepsi-konsepsi hak asasi manusia dalam
International Covenant on Economic, Social, and
persoalan kesehatan dan ekonomi. Sementara
Cultural Rights (ICESCR) pada 1966 yang telah
pendekatan kasus dipergunakan untuk melihat
diratifikasi Indonesia dalam UU Nomor 11 Tahun
bagaimana implementasi kebijakan penanganan
2005 tentang Pengesahan ICESCR (Kovenan
Covid-19 di Indonesia, apakah berorientasi pada aspek
Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial,
pemenuhan hak asasi manusia secara keseluruhan
dan Budaya).
termasuk di dalamnya ekonomi, atau salah satunya
saja. Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan, ICESCR merupakan instrumen HAM
online research17, dan pengamatan terhadap praktik internasional yang dianggap sebagai hukum
kebijakan penanganan Covid-19 yang mencuat dan kebiasaan internasional, melalui pengakuan dalam
terangkum dalam pemberitaan media, untuk kemudian konvensi dan deklarasi lain serta melalui hukum
dianalisis secara konstruktif preskriptif guna menilai dan yurisprudensi nasional.20 Negara-negara di
dan menemukan aspek hukum yang tepat dan dapat dunia berkomitmen untuk merealisasikan hak asasi
direkomendasikan dalam penanganan Covid-19 dari manusia termasuk realisasi progresif (pemenuhan
segi ekonomi dan hak asasi manusia. maju) hak ekonomi, sosial dan budaya, dari semua
orang melalui ratifikasi beberapa perjanjian HAM
PEMBAHASAN internasional yang mengatur soal hak sosial-
ekonomi.21
Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang
diajukan, pembahasan akan dibagi dalam dua Hak ekonomi, sosial dan budaya yang
subbab. Pertama, membahas apakah tepat ekonomi terdapat dalam ICESCR adalah hak yang memiliki
dihadap-hadapkan dengan hak asasi manusia sifat ekonomi, sosial, atau budaya, dimana hak-hak
dalam penanganan Covid-19. Kedua, akan
membahas bagaimana harmonisasi kebijakan 18
Eko Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia: Perspektif
kesehatan dan kebijakan ekonomi sebagai upaya Internasional, Regional dan Nasional (Depok:
pemenuhan hak asasi manusia dalam penanganan Rajawali Pers, 2019), hlm. 10.
Covid-19. 19
Lihat Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Republik
16
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Edisi Indonesia, 1999).
20
Revisi) (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. Ilias Bantekas dan Lutz Oette, International Human
133-180. Rights Law and Practice (Cambridge: Cambridge
17
Online research dilakukan dengan melakukan University Press, 2016), hlm. 18.
21
penelitian daring di internet dengan kata kunci Manisuli Ssenjoyo, Social and Cultural Rights in
seperti Covid-19, ekonomi, dan hak kesehatan, yang International Law (2nd edition) (Oxford: Hart,
dilakukan dari Bulan Maret sampai Juni 2020. 2016), hlm. 18.
304
Ekonomi Versus Hak Asasi Manusia dalam Penanganan Covid-19: Dikotomi atau Harmonisasi
Mei Susanto; Teguh Tresna Puja Asmara

tersebut berkaitan dengan realisasi kebutuhan dasar perlindungan kesehatan.25 Sementara itu,
manusia dan termasuk hak subsisten atau hak-hak pemenuhan hak ekonomi pun merupakan upaya
dasar.22 ICESCR tersebut, dapat dibagi dalam 5 memenuhi martabat kemanusiaan karena tanpa ada
kelompok besar, pertama, hak atas dan dalam kemampuan dalam bidang ekonomi, manusia tidak
pekerjaan (Pasal 6, 7, dan 8); kedua, hak terkait akan mampu mempertahankan hidup dan
jaminan perlindungan (Pasal 9 dan 10); ketiga, hak bersanding secara setara dengan manusia lainnya.
kehidupan yang layak dan kesehatan (Pasal 11 dan Dari sini dapat dilihat bahwa upaya pemenuhan
12); keempat, hak atas pendidikan (Pasal 13 dan hak atas kesehatan maupun hak atas ekonomi
14); dan kelima, hak partisipasi budaya (Pasal adalah suatu kesatuan yang menjadi tanggung
15).23 jawab negara dan masyarakat secara bersamaan.
Dengan melihat Kovenan Internasional Dengan demikian, kebijakan kesehatan guna
tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya tersebut, penanggulangan Covid-19 adalah bentuk
maka hak ekonomi dan hak kesehatan adalah satu pemenuhan hak asasi manusia di bidang kesehatan.
kesatuan. Hak atas pekerjaan diantaranya hak atas Demikian pula, kebijakan ekonomi selama Covid-
pembinaan dalam rangka mencari pekerjaan, hak 19 sejatinya adalah bentuk dari pemenuhan hak
atas kondisi kerja yang layak dan adil yang di asasi manusia juga. Karenanya, pertentangan
dalamnya termasuk hak atas upah yang layak antara ekonomi versus hak asasi manusia adalah
untuk dirinya dan keluarganya, kondisi kerja yang pendikotomian yang menyesatkan "a misleading
aman dan sehat, kesempatan yang sama untuk dichotomy".26 Mengapa demikian? Tidak lain
promosi, hak atas istirahat dan liburan serta jam karena hak asasi manusia itu memiliki prinsip tak
kerja yang layak, hak untuk membentuk dan/atau terbagi (indivisibility), saling bergantung
bergabung ke serikat pekerja termasuk hak untuk (interdependent), saling terkait (interrelated)27 dan
melakukan mogok kerja. Hak-hak tersebut tidak dapat dicabut (inalienable).28
merupakan hak di bidang ekonomi, yang
Prinsip tak terbagi dimaknai bahwa semua
bersanding pula dalam hak dalam jaminan
hak asasi manusia adalah sama-sama penting dan
perlindungan yang di dalamnya terdapat hak atas
oleh karenanya tidak diperbolehkan mengeluarkan
jaminan sosial termasuk asuransi sosial, serta hak
hak-hak tertentu atau kategori hak tertentu dari
kehidupan yang layak berupa hak atas standar
bagiannya. Prinsip saling bergantung berarti bahwa
kehidupan yang layak bagi diri dan keluarga dan
terpenuhinya satu kategori hak tertentu akan selalu
hak dari bebas kelaparan. Sementara hak kesehatan
bergantung dengan terpenuhinya hak yang lain.
terdapat dalam hak jaminan perlindungan, dan hak
Prinsip saling terkait dimaknai bahwa keseluruhan
kehidupan yang layak bersanding dengan hak
hak asasi manusia merupakan bagian tak
kesehatan. Secara lebih rinci dalam poin ketiga,
terpisahkan dari yang lain dalam arti satu
yakni hak atas kehidupan yang layak dan
kesehatan, berupa hak atas standar kehidupan yang
layak bagi diri dan keluarga; hak bebas dari
kelaparan; hak atas standar tertinggi pemenuhan
25
Firdaus, “Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Bagi
fasilitas kesehatan fisik dan mental termasuk Penyandang Skizofrenia Di Daerah Istimewa
Yogyakarta,” Jurnal Ilmiah Kebijakan Publik 10,
penurunan angka kematian bayi perkembangan
no. 1 (2016): 87–103.
anak yang baik, perbaikan fasilitas kesehatan 26
Lihat Bohoslavsky, “Covid-19 Economy vs Human
dalam dunia industri, dan pencegahan penyebaran Rights: Misleading Dichotomy.”
penyakit endemik menular.24 27
Manfred Nowak menyebut prinsip hak asasi
Hak atas kesehatan merupakan hal yang manusia ada empat: universal (universality), tak
terbagi (indivisibility), saling bergantung
fundamental dalam hak asasi manusia dipandang
(interdependent), dan saling terkait (interrelated).
dari sisi martabat kemanusiaannya, Negara harus Manfred Nowak, Introduction to the International
memastikan bahwa seluruh masyarakat akan Human Rights Regime (Leiden: Martinus Nijhoff
diperlakukan dengan setara dan hormat oleh Publishers, 2003), hlm. 27. Sejalan juga dengan
mereka yang terlibat dalam perawatan dan Pasal 5 Konvensi Wina "all human rights are
universal, indivisible, interdependent, and
22
Amanda Cahill Ripley dan Diane Hendrick, interelated).
28
Economic, Social and Cultural Rights and Sementara UNAIDS menyebut "Human rights law
Sustaining Peace: An introduction (Geneva: mandates that all human rights are inalienable,
Friedrich Ebert Stiftung, 2018), hlm. 13. universal, interdependent, and indivisible.
23
Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia: Perspektif UNAIDS, Rights in the Time of COVID-19: Lesson
Internasional, Regional dan Nasional, hlm. 108-109. from HIV for an Effective, Community-Led Response
24
Ibid. (Geneva, 2020), hlm. 5.
305
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

paket/satu kesatuan.29 Sementara prinsip tidak Alasan kesehatan karena pandemi Covid-19
dapat dicabut bermakna hak asasi manusia tidak untuk kemudian membatasi pergerakan orang
dapat dicabut oleh alasan apa pun, karena hak asasi dalam bentuk pembatasan sosial maupun karantina
melekat pada manusia sebagai makhluk insani.30 dapat diterima sebagai sebuah usaha yang wajar
dan rasional dalam mencegah penyebaran Covid-
Berdasarkan prinsip tersebut, baik ekonomi
19.32 Karena itu, pada saat kebijakan pembatasan
sebagai hak, maupun hak kesehatan adalah sama-
sosial dan karantina diambil, maka negara harus
sama penting, dan tidak mungkin memisahkan satu
memberikan jaminan bagi warga negaranya untuk
sama lain begitu saja, apalagi mencabut salah
tetap terpenuhi hak-hak dasarnya, khususnya hak
satunya. Tidak mungkin memberikan pemenuhan
untuk bebas dari kelaparan, sebagai akibat
hak kesehatan sebagai akibat Covid-19, namun
kebijakan tersebut yang menyebabkan orang tidak
mengabaikan hak ekonomi warga negara. Tidak
dapat bekerja sebagaimana mestinya.
mungkin mencegah penularan Covid-19 dengan
kebijakan pembatasan sosial apalagi karantina, Dalam pengaturan UU No. 6 Tahun 2018
namun kemudian membiarkan orang yang dalam tentang Kekarantinaan Kesehatan yang
pembatasan atau karantina tersebut tidak terpenuhi memberikan tanggung jawab kepada Pemerintah
hak ekonominya, khususnya hak untuk bebas dari untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar bagi orang
kelaparan. yang berada dalam karantina rumah, karantina
wilayah, dan karantina rumah sakit33 adalah sebuah
Bila dicermati, Kebijakan pembatasan sosial
kebijakan yang dapat dikatakan telah sesuai
maupun karantina, dari segi hak asasi manusia
dengan prinsip pemenuhan hak asasi manusia.
tidak lain adalah pembatasan terhadap hak untuk
Karena tidak mungkin melakukan karantina untuk
bebas bergerak dalam wilayah/internal negara (the
kepentingan perlindungan kesehatan, namun hak
right to move freely within the territory of state),
dasar lainnya tidak dipenuhi. Namun demikian,
yang dijamin dalam Pasal 13 Ayat (1) Deklarasi
pengaturan dalam UU No. 6 Tahun 2018 tersebut,
Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) dan
tampaknya masih didasarkan pada anggapan
Pasal 12 Ayat (1) Kovenan Internasional tentang
kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat bersifat
Hak-Hak Sipil dan Politik (The Covenant on Civil
lokal kedaerahan, tidak sampai nasional apalagi
and Political Rights) yang telah diratifikasi
internasional seperti Covid-19 ini. Karenanya,
Indonesia dengan UU No. 12 Tahun 2005, dan
pemenuhan tanggung jawab akan kebutuhan dasar
Pasal 27 Ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 tentang
bagi setiap orang pada saat diambil kebijakan
Hak Asasi Manusia. Hak untuk bebas bergerak
karantina, masih dalam koridor yang terjangkau
dalam wilayah/internal negara tersebut
dan dapat dilaksanakan oleh Pemerintah.
dikategorikan sebagai hak yang dapat dibatasi
(limitation) dengan syarat ditentukan oleh hukum Hal yang tampaknya tidak diprediksi
guna melindungi keamanan nasional dan ketertiban sebelumnya, bahkan jika merujuk Naskah
umum, kesehatan atau moral masyarakat, atau hak- Akademik RUU Kekarantinaan Kesehatan, tidak
hak dan kebebasan dari orang lain.31 membahas kemungkinan jika kedaruratan
kesehatan masyarakat terjadi secara nasional dan
global, yang berakibat pada keterbatasan sumber
29
Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia: Perspektif daya Pemerintah dalam menanggung beban
Internasional, Regional dan Nasional, hlm. 26-27. kewajiban pemenuhan kebutuhan dasar tersebut.
30
Rhona K.M. Smith dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, Bahkan, kekarantinaan yang berakibat pada
ed. Knut D. Asplund dkk (Yogyakarta: Pusham UII, dampak ekonomi-pun tidak dielaborasi
2008), hlm. 11.
31
Lihat Pasal 12 Ayat (3) Undang-Undang No. 12
32
Tahun 2005 tentang Pengesahan International John J. Openshaw dan Mark A. Travassos menyebut
Convenant on Civil and Political Rights (Konvenan upaya pencegahan Covid-19 melalui kebujakan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik) karantina maupun penempatan pada lokasi khusus
(Republik Indonesia, 2005). Siracusa Principles harus disertai dengan jaminan pemenuhan dan
yang dikeluarkan PBB 1984 juga menyatakan bahwa perlindungan hak asasi manusia. Lihat John J.
pembatasan pergerakan orang dapat dilakukan Openshaw dan Mark A. Travassos, “COVID-19,
pemerintah dengan didasari hukum nasional yang Quarantines, Sheltering-in-Place, and Human
jelas, berlaku umum, tidak sewenang-wenang serta Rights: The Developing Crisis,” The American
dibuat secara demokratis. Lihat American Journal of Tropical Medicine and Hygiene (2020):
Association for the International Commission of 1–3.
33
Jurists, Siracusa Principiles: on the Limitation and Lihat Pasal 52, 55, dan 58 Undang-Undang No. 6
Derogation Provisions in the International Covenant Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
on Civil and Political Rights (New York, 1985). (Republik Indonesia, 2018).
306
Ekonomi Versus Hak Asasi Manusia dalam Penanganan Covid-19: Dikotomi atau Harmonisasi
Mei Susanto; Teguh Tresna Puja Asmara

pengaturannya dalam UU No. 6 Tahun 2018. kesehatan dan kebijakan ekonomi dalam upaya
Padahal dalam Naskah Akademik RUU tersebut, pemenuhan hak asasi manusia dalam penanganan
sempat memberikan perspektif dampak ekonomi Covid-19, bukan dikotomi. Lalu apakah kebijakan
yang mungkin diakibatkan kekarantinaan yang telah diambil dan kemudian dilaksanakan
kesehatan sebagai respons kedaruratan kesehatan (sebagian masih dalam proses pelaksanaan) telah
masyarakat.34 Konteks ini menunjukkan, Undang- menunjukkan harmonisasi tersebut? Pembahasan
Undang Kekarantinaan Kesehatan kurang kedua akan mencoba mengurai dan menganalisis
komprehensif menuangkan ide dan gagasan yang persoalan tersebut.
ada. Bahkan, beberapa hal teknis mengenai
Dengan berpegang pada prinsip "salus populi
kebijakan karantina dan PSBB, didelegasikan
suprema lex esto" keselamatan rakyat merupakan
untuk diatur lebih lanjut dalam peraturan
hukum tertinggi36, maka kebijakan kesehatan dalam
pemerintah (PP). Namun, PP belum dikeluarkan,35
rangka penyelamatan, pencegahan, maupun
Pandemi Covid-19 datang tanpa dapat dicegah,
penyembuhan dari Covid-19 harus menjadi prioritas
sehingga pelaksanaan penanganan Covid-19
pertama.37 Ini sejalan pula dalam doktrin keagamaan,
sempat mengalami persoalan sebagaimana telah
misalnya dalam Islam, yang mengenal Maqasid
disinggung pada Pendahuluan. Bahkan PP PSBB
Syariah (Tujuan Syariah), yaitu pentingnya
dikeluarkan hampir satu bulan setelah kasus positif
perlindungan atas jiwa (an-nafs) dalam sebuah
Covid-19 pertama diumumkan.
kebijakan untuk kemaslahatan manusia karena
Akibat kekurangkomprehensifan dan kedaruratan.38 Karenanya, upaya penerapan PSBB
ketiadaan pengalaman menjadikan penanganan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, yang
Covid-19 tampak lamban dan bahkan kerap kali secara praktis berkombinasi dengan karantina mandiri
dibenturkan pada permasalahan lain yaitu yang dilakukan oleh warga tempat PSBB diterapkan,
ekonomi. Hal yang seharusnya tidak terjadi, karena membuat persoalan perekonomian muncul, karena
baik ekonomi sebagai hak maupun penanganan terhalangnya aktivitas ekonomi warga akibat
Covid-19 sebagai hak kesehatan, adalah satu pembatasan, sehingga Pemerintah baik pusat maupun
kesatuan yang saling terkait dan tergantung, daerah harus bertanggung jawab memberikan bantuan
sehingga kebijakan satu akan berpengaruh kepada sosial kepada warga miskin dan warga terdampak dari
kebijakan lainnya. kebijakan PSBB tersebut. Dengan demikian, walau
aktivitas warga dibatasi dalam rangka pemenuhan hak
B. Harmonisasi Kebijakan Kesehatan dan
kesehatan akibat adanya Covid-19, namun hak
Ekonomi Sebagai Upaya Pemenuhan Hak
ekonomi warga khususnya hak untuk terbebas dari
Asasi Manusia Dalam Penanganan Covid-19
kelaparan harus tetap dipenuhi. Dalam praktik, sering
Berdasarkan pembahasan pertama, sudah kali muncul masalah khususnya dari sisi pendataan,
seharusnya terjadi harmonisasi kebijakan
36
Salus populi sumprema lex esto diartikan the health
34
Naskah Akademik RUU Kekarantinaan Kesehatan ('good' or 'welfare') of the people is the supreme
menjelaskan urgensi pengaturan kekarantinaan law. Lihat J.G.F. Powell, ed., Marcus Tullius Cicero,
kesehatan sebagai implikasi kewajiban International De Legibus (Oxford: Oxford University Press,
Health Regulations (IHR) 2005, menganalisis 2006), hlm. 241.
37
kemungkinan beban keuangan negara, menganalisis Phoebe E. Arde-Acquah menyatakan Salus Populi
kemungkinan dampak karantina kesehatan terhadap Suprema Lex Esto adalah tugas dan tanggung jawab
ekonomi seperti ekspor-impor. Namun demikian, negara terhadap kesehatan publik (termasuk di
tidak dijelaskan bagaimana dampak ekonomi secara dalamnya kesehatan dan keselamatan komunitas,
meluas akibat karantina kesehatan. Lihat masyarakat ataupun populasi manusia. Phoebe E
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Naskah Arde-acquah, “Salus Populi Suprema Lex Esto:
Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Balancing Civil Liberties and Public Healt
Kekarantinaan Kesehatan, 2015, hlm. 30, 35. Intervention in Modern Vaccination Policy,”
35
Pasal 96 ayat (1) Undang-Undang No. 6 Tahun 2018 Washington University Jurisprudence Review 7, no.
tentang Kekarantinaan Kesehatan. menentukan 2 (2015): 337–366.
38
peraturan pelaksana dari UU Kekarantinaan Maqasid Syariah, diantaranya untuk menjaga hifds
Kesehatan harus sudah ditetapkan paling lambat 3 ad-din (memelihara agama), hifdz an nafs
(tiga) tahun, yang artinya maksimal tahun 2021. (memelihara jiwa), hifdz al-aql (memelihara akal),
Namun, baru sekitar satu tahun lebih, darurat hifdl al-mal (memelihara harta), dan hifdz al-irdl
kesehatan masyarakat akibat Covid-19 telah datang, (memelihara kehormatan). Syahrul Sidiq, “Maqasid
yang menyebabkan persoalan dalam penanganannya Syari’ah & Tantangan Modernitas: Sebuah Telaah
menjadi lamban akibat peraturan pelaksana yang Pemikiran Jasser Auda,” IN RIGHT: Jurnal Agama
belum dibentuk. dan Hak Azazi Manusia 7, no. 1 (2017): 148.
307
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

namun secara konsptual, kebijakan PSBB yang Daya tahan perusahaan atau usaha yang terkena
diiringi dengan bantuan sosial menunjukkan telah ada dampak pembatasan kegiatan karena adanya
harmonisasi antara pemenuhan hak kesehatan dan hak kebijakan PSBB-pun cukup terbatas, sehingga
ekonomi. memungkinkan adanya gelombang pemutusan
hubungan kerja (PHK) yang secara langsung akan
Namun demikian, permasalahan baru timbul
berdampak pada terganggunya hak ekonomi warga
yang disebabkan oleh ketidakpastian kapan akan
negara. Demikian halnya dengan kemampuan
berakhirnya pandemi Covid-19. Banyak prediksi
negara dalam memberikan subsidi bagi warganya.
yang diajukan, namun belum mampu menjawab
Hal yang selama ini kurang diungkap oleh
secara pasti berakhirnya Covid-19. Misalnya
Pemerintah mengenai kemampuan negara dalam
prediksi para ilmuwan dari Singapore University of
menopang warga yang terdampak Covid-19, baik
Technology and Design (SUTD) pandemi Covid-
dari segi anggaran maupun waktu. Karena itu, dari
19 akan berakhir pada 1 September 202039,
segi hak ekonomi, tidak hanya hak untuk terbebas
sedangkan menurut para ilmuan yang berasal dari
dari kelaparan yang terancam, melainkan juga hak
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak
Surabaya dan Universitas Gadjah Mada (UGM)
mendapat imbalan dari pekerjaan, hak mendapat
Yogyakarta memprediksi bahwa pandemi Covid-
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
19 akan selesai pada akhir Mei 2020.40 Bahkan
kerja, dan hak bebas untuk memilih pekerjaan yang
sampai dengan artikel ini ditulis pada awal Juni
dijamin Pasal 27 Ayat (2), Pasal 28D Ayat (2) dan
2020 dan revisi pada Agustus 2020, prediksi
Pasal 28E Ayat (1) UUD 1945.41
berakhirnya Covid-19 di akhir Mei 2020 tersebut
tidak terbukti. Dampak ekonomi Covid-19 misalnya
terlihat dari data dari Badan Pusat Statistik
Ketidakjelasan prediksi dari para ahli
(BPS)42, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
mengenai kapan berakhirnya pandemi Covid-19
kuartal I tahun 2020 hanya sebesar 2,97% (dua
menyebabkan pasar ekonomi mengalami banyak
koma sembilan puluh tujuh persen) Year-on-Year
spekulasi dan ketidakstabilan. Bahkan,
(YoY). Pertumbuhan ekonomi tersebut mengalami
dikarenakan vaksin guna mengobati dan mencegah
penurunan dibandingkan pertumbuhan ekonomi
Covid-19 belum tersedia, mengakibatkan virus ini
pada kuartal I-2019 YoY yaitu sebesar 5,07%
seperti bola salju yang terus menggelinding dan
(lima koma nol tujuh persen) dan kuartal IV-2019
membesar yang berpotensi menghancurkan
yaitu sebesar 4,97% (empat koma sembilan puluh
ekonomi. Tidak lain, karena pandemi Covid-19
tujuh persen). Data Badan Pusat Statistik 5
menyebabkan terhentinya transaksi jual beli yang
Agustus 2020 bahkan menyebut terjadinya
secara konvensional merupakan salah satu hal yang
penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia
paling esensial dari aktivitas ekonomi sebagai
triwulan II-2020 sebesar -5,32 persen. Kondisi
akibat adanya kebijakan PSBB maupun karantina.
yang menunjukkan dampak Covid-19 terhadap
Selama pandemi Covid-19 masih menyebar maka
perekonomian yang cukup signifikan bahkan
dapat dipastikan mayoritas transaksi ekonomi akan
dianggap dapat mengarah kepada resesi ekonomi.43
terhenti atau setidak-tidaknya mengalami
gangguan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
merupakan salah satu bidang yang terhantam
Sementara itu, daya tahan ekonomi warga
dalam sektor ekonomi, dimana pada perdagangan
terbatas, sehingga sangat mungkin menimbulkan
terakhir pekan ke-4 di bulan Mei 2020 berada pada
persoalan ekonomi tidak hanya bagi warga miskin,
melainkan juga yang sebelumnya tidak miskin.
41
UUD 1945 (Republik Indonesia, n.d.).
39
Roy Franedya, “Ilmuwan Singapura Presidksi 42
Badan Pusat Statistik, “Pertumbuhan Ekonomi
Corona Hilang dari RI di September,” Indonesia Triwulan I-2020,” Berita Resmi Statistik
CNBCIndonesia.com, last modified 2020, diakses No. 39/05/Th.XXIII (Jakarta, 2020), hlm. 1.
Juni 2, 2020, 43
Badan Pusat Statistik, “Pertumbuhan Ekonomi
https://www.cnbcindonesia.com/tech/202004301232 Indonesia Triwulan II-2020,” Berita Resmi Statistik
51-37-155499/ilmuwan-singapura-prediksi-corona- No. 64/08/Th. XXIII, 5 Agustus 2020 (Jakarta, 2020),
hilang-dari-ri-di-september. hlm. 7. Data tersebut juga menunjukkan
40
Yus Mei Sawitri, “Prediksi Pakar Soal Akhir Wabah pertumbuhan ekonomi beberapa mitra dagang
Virus Corona Covid-19 di Indonesia,” Indonesia yang kurang baik seperti Amerika Serikat
Liputan6.com, last modified 2020, -9,5%, Singapura -12,6%, Korea Selatan, -2,9%,
https://www.liputan6.com/bola Hongkong -9,0%, Uni Eropa -14,4%. Yang
/read/4220216/prediksi-pakar-soal-akhir-wabah- mengalami pertumbuhan positif hanya Tiongkok
virus-corona-covid-19-di-indonesia. 3,2% dan Vietnam 0,3%. Ibid., hlm. 3.
308
Ekonomi Versus Hak Asasi Manusia dalam Penanganan Covid-19: Dikotomi atau Harmonisasi
Mei Susanto; Teguh Tresna Puja Asmara

level 4.753,61 atau mengalami penurunan kurang mengharmonisasi antara penyelamatan kesehatan
lebih 24,5% (dua puluh empat koma lima persen) di satu pihak dan penyelamatan dari krisis ekonomi
Year to Date (YTD).44 Sektor riil juga memperoleh di pihak lainnya.
dampak yang sangat besar dari pandemi Covid-19,
Berdasarkan pada pendapat Jimly
menurut prediksi BPS jika masa darurat pandemi
Asshiddiqie, yang menyebut krisis ekonomi dan
Covid-19 dapat berakhir pada 29 Mei 2020 maka
penyakit menular masuk dalam pengertian welfare
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2020
emergency yang menjadikan perlakuan selama
dapat mencapai kisaran 4,8% (empat koma delapan
krisis tersebut tidak hanya dengan mengandalkan
persen) sampai 5% (lima persen) dari total
sistem aturan yang biasa berlaku dalam keadaan
angkatan kerja. Namun jika masa pandemi tidak
normal, sehingga sangat mungkin menggunakan
kunjung dapat teratasi hingga kuartal II/2020
aturan yang didasarkan pada aspek kedaruratan.47
berakhir, maka TPT pada tahun 2020 dapat naik
Untuk itu, harmonisasi kebijakan kesehatan dan
lebih tinggi pada level di atas 5% (lima persen).45
ekonomi dalam rangka Covid-19 hendaknya
Selain itu, menurut Lembaga Demografi Fakultas
menggunakan doktrin kedaruratan yang tepat,
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI)
diantaranya adalah doktrin necessity dan
pandemi Covid-19 juga berdampak kepada
proportional48 yakni prinsip kebutuhan akan
penambahan jumlah rumah tangga miskin yang
penyelesaian krisis dan kedaruratan akibat Covid-
diprediksi dapat bertambah 17,5 juta keluarga di
19 yang bersifat proporsional, wajar, atau setimpal,
tahun 2020.46
sehingga tindakan yang diambil selama krisis tidak
Data-data tersebut menunjukkan bahwa boleh melebihi kewajaran yang menjadi dasar
dampak Covid-19 secara nyata tidak hanya kepada pembenaran bagi tindakan itu sendiri.49
kesehatan dan nyawa manusia, melainkan juga
Dengan berpegang pada doktrin kebutuhan
kepada perekonomian. Apalagi dengan lamanya
dan proporsionalitas tersebut, maka harmonisasi
waktu dan tidak ada kepastian kapan berakhirnya
kebijakan pelonggaran PSBB yang sebenarnya
pandemi Covid-19 mengakibatkan potensi resesi
dilematik karena masih terjadinya penyebaran
dan krisis ekonomi. Hal yang menunjukkan
Covid-19, dapat diambil dengan tetap
persoalan hak kesehatan dan hak ekonomi tidak
mengarusutamakan penyelamatan kesehatan.
dapat dipisahkan begitu saja. Akibat krisis
Maksudnya apa? Pelonggaran PSBB diambil
kesehatan Covid-19 yang belum pasti kapan
dalam rangka mendorong bergeliatnya kembali
berakhirnya, membuat terjadinya potensi krisis
roda perekonomian dengan tetap berpegang pada
ekonomi. Lalu, apakah diperlukan kebijakan
protokol kesehatan, karena secara proporsional dan
penyelamatan dari krisis ekonomi dengan
wajar penyebab krisis tidak lain adalah kesehatan
membuka kembali aktivitas warga secara normal,
itu sendiri yakni adanya penyebaran Covid-19.
namun berpotensi mempertaruhkan keselamatan
hak kesehatan warga sebagai akibat Covid-19? Pelonggaran aktivitas ekonomi di masa
Pertanyaan tersebut seolah-olah membenturkan pandemi Covid-19 dikenal dengan aktivitas normal
antara upaya penyelamatan krisis ekonomi dengan baru atau New Normal. Secara umum istilah New
hak kesehatan, padahal sebagaimana telah diulas, Normal dalam aktivitas ekonomi dapat diartikan
keduanya sama-sama hak asasi manusia. Karena sebagai perubahan perilaku untuk tetap
itu, kebijakan yang dimunculkan-pun bukan saling menjalankan aktivitas ekonomi secara normal
mempertentangkan, melainkan idealnya dengan memperhatikan protokol kesehatan guna
mencegah penularan Covid-19. Istilah ini sendiri
44
Indonesia Stock Exchange, “Equity Daily Trading kemudian dianggap kurang tepat sehingga muncul
Publication,” idx.co.id, last modified 2020, diakses istilah lain yakni adaptasi kebiasaan baru.
Juni 2, 2020, https://www.idx.co.id/data- Implementasi kebijakan adaptasi kebiasaan baru
pasar/laporan-statistik/statistik/.
45
Wike Dita Herlinda, “Pengangguran Akibat Covid-
19 Sulit Direm, Ini Konsekuensinya,” Bisnis.com, 47
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat
last modified 2020, diakses Juni 2, 2020, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), hlm. 66.
48
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200505/12/12368 Ibid, hlm. 83, dan hlm. 93-94.
49
10/pengangguran-akibat-covid-19-sulit-direm-ini- Audrey Lebret menyebut negara dalam mengambil
konse kuensinya. diskresi untuk mengatasi krisis akibat COvid 19
46
Addi M. Idhom, “Dampak Corona: Keluarga Miskin sebagai sebuah kebutuhan harus menerapkan prinsip
Diprediksi Tambah 17,5 Juta,” Tirto.id, last proportionality. Lihat Audrey Lebret, “COVID-19
modified 2020, diakses Juni 2, 2020, Pandemic and Derogation on Human Rights,”
https://tirto.id/dampak-corona-keluarga-miskin- Journal of Law and the Biosciences, no. March
diprediksi-tambah-175-juta-fzMh. (2020).
309
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

salah satunya dapat dilihat melalui disusunnya sekaligus, khususnya bidang ekonomi dan
rencana pelonggaran PSBB oleh Kementerian kesehatan.
Koordinator Perekonomian. Berdasarkan kajian
Pelonggaran pembatasan dalam rangka
awal Pemerintah, kebijakan pemulihan ekonomi
pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru merupakan
yang terdampak pandemi Covid-19 dibagi kepada
suatu hal yang tidak dapat dihindari. Aktivitas
lima fase yaitu: fase pertama memperbolehkan
ekonomi tidak dapat selamanya dilakukan
operasional industri dan jasa bisnis ke bisnis
pembatasan. Masyarakat secara umum dan para
dengan tetap menerapkan pembatasan sosial; fase
pelaku ekonomi secara khusus harus dapat
kedua memperbolehkan toko, pasar, dan mal
menyesuaikan dirinya agar dapat mengikuti
beroperasi kembali; fase ketiga membuka tempat-
adaptasi kebiasaan baru tersebut. Pemerintah
tempat kebudayaan dan sekolah mulai dibuka
sebagai pembuat kebijakan selain membuat
kembali, dengan tetap menerapkan pembatasan
panduan adaptasi kebiasaan baru juga harus
sosial, serta penyesuaian; fase keempat melakukan
memperhatikan dan mengutamakan bagaimana
evaluasi terhadap pembukaan sejumlah fasilitas,
cara menurunkan dan memetakan penyebaran
seperti restoran, hingga tempat ibadah; dan fase
Covid-19 menurut kaidah ilmu pengetahuan
kelima melakukan evaluasi fase keempat.50 Kelima
khususnya epidemiologi. Di sinilah yang dimaksud
fase pemulihan ekonomi tersebut direncanakan
dengan pengarusutamaan penyelamatan kesehatan
akan dilaksanakan pada awal bulan Juni sampai
selama Covid-19, dimana kebijakan pelonggaran
akhir Juli tahun 2020. Dengan target di akhir Juli
PSBB dalam rangka pemulihan ekonomi
atau awal Agustus tahun 2020, seluruh kegiatan
didasarkan pada pertimbangan kesehatan.51
ekonomi sudah dapat beroperasi dengan normal.
Misalnya sebagaimana dikatakan Dicky
Lebih lanjut, implementasi pelonggaran
Budiman ahli epidemiologi dari Griffith University
PSBB guna menghadapi New Normal agar
Australia, kebijakan New Normal atau adaptasi
aktivitas ekonomi tetap berjalan dilakukan oleh
kebiasaan baru dapat diberlakukan setelah
Pemerintah dengan diterbitkannya Surat Edaran
terpetakannya penyebaran Covid-19 melalui uji
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor S-
tes.52 Saat ini tingkat tes Covid-19 di Indonesia
336/MBU/05/2020 tentang Antisipasi Skenario
hanya 967 per 1 juta penduduk. Angka tersebut
The New Normal Badan Usaha Milik Negara dan
masih jauh dari angka ideal yang seharusnya
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
adalah 1 persen atau 10.000 dari 1 juta jiwa
Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 Tentang
penduduk. Tingkat uji tes yang masih sangat
Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona
rendah menyebabkan belum diketahuinya secara
Virus Disease 2019 (Covid-19) di Tempat Kerja
ilmiah derajat keparahan atau kondisi suatu
Perkantoran dan Industri Dalam Mendukung
wilayah terkait dengan penyebaran Covid-19
Keberlangsungan Usaha Pada Situasi Pandemi
dalam rangka pemberlakuan dan antisipasi New
(Kepmenkes Panduan Covid-19).
Normal atau adaptasi kebiasaan baru.53 Selain itu,
Kepmenkes Panduan Covid-19 merupakan Dicky Budiman juga mengatakan perlunya melihat
panduan utama yang dapat dijadikan acuan oleh R0 dan Rt. R0 adalah angka reproduksi suatu
para pelaku ekonomi guna tetap melakukan penyakit menular, semakin tinggi angkanya maka
aktivitas usaha atau bisnis di tengah pandemi
Covid-19. Protokol kesehatan dalam aktivitas 51
ekonomi tersebut dibuat sebagai upaya mitigasi Juan Pablo Bohoslavsky menyatakan "It is of utmost
dan kesiapan tempat kerja seoptimal mungkin agar importance to ensure that emergency economic
dapat beradaptasi melalui perubahan pola hidup policies adopted to keep the economy functioning
are consistent with massive testing, physical
pada situasi pandemi Covid-19. Seperti halnya
distancing, isolation, health measures and caring for
peribahasa sambil menyelam minum air, dengan the isolated." Juan Pablo Bohoslavsky, COVID-19:
dibuatkan protokol kesehatan di tengah Urgent Appeal for a Human Rights Response to the
pelonggaran pembatasan ekonomi, diharapkan Economic Recession, United Nations Human Rights
dapat menyelesaikan beberapa permasalahan Special Procedures (Geneva, 2020), hlm. 10.
52
Dalam Luthfia Ayu Azanella, “Epidemiolog: Tes
Covid-19 Masih Rendah, Jangan Dulu Berpikir New
Normal,” Kompas.com, last modified 2020, diakses
50
Aleksandra Nugroho, “Pemerintah Susun Rencana Juni 2, 2020,
Pelonggaran PSBB, Ini Tahapannya,” Kompas.tv, https://www.kompas.com/tren/read/2020/05
last modified 2020, diakses Juni 2, 2020, /30/201000065/epidemiolog--tes-covid-19-masih-
https://www.kompas.tv/article/80567/pemerintah- rendah-jangan-dulu-berpikir-new-normal-?page=2.
53
susun-rencana-pelonggaran-psbb-ini-tahapannya. Ibid.
310
Ekonomi Versus Hak Asasi Manusia dalam Penanganan Covid-19: Dikotomi atau Harmonisasi
Mei Susanto; Teguh Tresna Puja Asmara

semakin menular, demikian sebaliknya. Sedangkan dengan istilah PSBB transisi ataupun bahkan
Rt atau R effective, adalah angka reproduksi yang pencabutan status PSBB tanpa didasari pada kajian
terjadi setelah adanya intervensi kebijakan, epidemiologi dipastikan akan berdampak besar
misalnya dengan PSBB dan karantina. Angka Rt terhadap keselamatan dan kesehatan rakyat,
ideal untuk penerapan New Normal sebelum sehingga kebijakan tersebut sangat mungkin akan
adanya vaksin Covid-19 adalah di bawah 1.54 melanggar pemenuhan hak atas kesehatan. Di
Selain itu, sebelum adaptasi kebiasaan baru sinilah diperlukannya kehati-hatian dan
diterapkan, WHO menetapkan beberapa kriteria, keterbukaan data oleh Pemerintah yang harus
yakni: mampu mengendalikan transmisi Covid-19; disertai sikap jujur sehingga kebijakan adaptasi
menyediakan sistem kesehatan yang memadai kebiasaan baru memang layak dan tepat
dalam mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, diterapkan, bukan karena pertimbangan ekonomi
melacak kontak, dan mengkarantina; dan yang utama, melainkan karena pertimbangan
meminimalkan risiko penularan terhadap orang kesehatan sesuai prinsip darurat kesehatan akibat
dalam kondisi rentan.55 Hal yang menjadi Covid-19 yang saat ini terjadi.
persoalan, tampaknya Indonesia belum memenuhi
Selain melakukan persiapan dan
kriteria tersebut. Berdasarkan data dari Gugus
implementasi pemberlakuan adaptasi kebiasaan
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang
baru tersebut, Pemerintah dalam rangka
sekarang tugasnya diserahkan kepada Komite
melindungi dan memenuhi hak kesehatan dan hak
Penanganan Covid-19,56 pada 5 Agustus 2020
ekonomi masyarakat juga harus menyiapkan
jumlah kumulatif kasus terkonfirmasi positif di
kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran baik
Indonesia mencapai 116.871 kasus. Sementara
kebijakan kesehatan maupun kebijakan ekonomi
total kumulatif pengujian adalah 1.603.781
guna pemenuhan hak asasi manusia. Untuk itu,
spesimen sejak 1 April 2020 yang diperoleh dari
uraian selanjutnya hendak menganalisis kebijakan
922.709 orang. Dari data tersebut, positivity rate
dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020 Tentang
Covid-19 berada di angka 12,7 persen. Positivity
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
rate adalah rasio kasus positif (116.871) dengan
Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona
jumlah orang yang diperiksa (922.709). Jumlah ini
Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam
masih jauh dari standar WHO sebesar 5 persen.
Rangka Menghadapi Ancaman yang
Penyebab utama dari tidak terpenuhinya standar
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
WHO tersebut salah satunya yaitu terkait
Stabilitas Sistem Keuangan yang telah menjadi UU
minimnya sarana dan prasarana khususnya
Nomor 2 Tahun 2020 (UU Penanganan Covid-
keterbatasan fasilitas laboratorium dalam menguji
19).57 Timbul pertanyaan, apakah kebijakan dalam
hasil tes.
UU Penanganan Covid-19 ini sudah tepat sasaran
Penulis menyadari bahwa epidemiologi dan mampu memberikan pemenuhan baik hak
bukanlah disiplin ilmu Penulis, oleh karenanya kesehatan dan hak ekonomi warga negara yang
Penulis tidak akan membahasnya lebih jauh. terdampak Covid-19 atau hanya menguntungkan
Namun yang menjadi catatan dan perlu ditekankan kelompok tertentu saja?
di sini adalah bahwa pertimbangan-pertimbangan
Dari sisi judul Perppu (kemudian menjadi
dalam pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru
UU), maka dapat dikatakan kebijakan dalam UU
haruslah mengarusutamakan kajian kesehatan
Penanganan Covid-19 ini lebih berorientasi pada
khususnya epidemiologi. Dengan demikian,
penyelamatan ekonomi dan tidak terlihat sisi
diharapkan terjadi harmonisasi antara kebijakan
penyelamatan kesehatan masyarakat. Sangat
dalam rangka pemenuhan hak kesehatan dan hak
mungkin Pemerintah beranggapan bahwa soal
ekonomi secara beriringan tanpa mengorbankan
nyawa manusia. Untuk itu, pelonggaran PSBB baik
57
UU Penanganan Covid 19 ini sebenarnya tidak
hanya mengatur mengenai penyelamatan ekonomi,
54
“Mengenal R0 dan Rt yang Disebut Jokowi soal melainkan juga mengatur mengenai perubahan
New Normal Corona,” CNNIndonesia.com, last mekanisme penganggaran negara dan daerah,
modified 2020, diakses Juni 2, 2020, termasuk pemberian kekebalan hukum bagi
https://www.cnnindonesia. pengambil kebijakan. Artikel ini tidak akan
com/teknologi/20200527145949- membahas hal tersebut, melainkan lebih berfokus
199507321/mengenal-r0-dan-rt-yang-disebut- pada kebijakan penyelamatan ekonomi yang terdapat
jokowi-soal-new-normal-corona. dalam UU tersebut yang dapat dilihat dalam dua hal
55
Ibid. yaitu kebijakan keuangan negara dan kebijakan
56
CNN Indonesia, Target Tes Spesimen Corona stabilitas sistem keuangan sebagai dampak pandemi
Pemerintah Belum Capai Standar WHO, 2020. Covid-19.
311
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

kesehatan telah diakomodir dalam UU pajak badan maupun perorangan. Pemerintah juga
Kekarantinaan Kesehatan dan PP PSBB, sementara melakukan stimulus ekonomi melalui pelaksanaan
kondisi krisis ekonomi lebih menjadi perhatian program pemulihan ekonomi nasional sebagaimana
sehingga judul UU Penanganan Covid-19 pun diatur dalam UU Penanganan Covid-19 dan
hanya berbicara mengenai kebijakan keuangan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020
negara dan stabilitas sistem keuangan dan/atau tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi
dalam rangka menghadapi ancaman yang Nasional Dalam Rangka Mendukung Kebijakan
membahayakan perekonomian nasional dan/atau Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi
stabilitas sistem keuangan. Padahal apabila dilihat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau
khususnya dalam hal persoalan stabilitas keuangan, Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
telah ada UU No. 9 Tahun 2016 tentang Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi Nasional
Keuangan. Dari sini maka dapat dilihat, preferensi (PP tentang Pemulihan Ekonomi Nasional).
Pemerintah lebih mengedepankan sisi Program pemulihan ekonomi nasional
penyelamatan ekonomi. dilaksanakan oleh Pemerintah melalui empat cara
yaitu Penyertaan Modal Negara (PMN) yang
Lalu bagaimana substansi kebijakan dalam
dilakukan oleh Pemerintah kepada atau melalui
UU Penanganan Covid-19 tersebut? Dengan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
didasarkan pada UU tersebut, maka dapat
ditunjuk, penempatan dana dan investasi
dilakukan realokasi dan refocusing anggaran yang
Pemerintah yang dapat dilakukan langsung oleh
dapat langsung bersentuhan dalam upaya
Pemerintah atau lembaga lain yang ditunjuk, serta
pemenuhan hak kesehatan maupun hak ekonomi.
penjaminan yang dapat dilakukan langsung oleh
Misalnya saja dalam alokasi anggaran kesehatan
Pemerintah atau beberapa badan usaha penjaminan
setelah realokasi dan refocusing menjadi Rp. 72
yang ditunjuk.
triliun kemudian bertambah menjadi RP. 75 triliun
bahkan terakhir menjadi Rp. 85,5 triliun. Dengan Selanjutnya dalam kebijakan stabilitas
porsi anggaran kesehatan yang cukup besar sistem keuangan, UU Penanganan Covid-19
tersebut, diharapkan dapat dipenuhinya hak menambah kewenangan BI, LPS, dan OJK. Namun
kesehatan akibat Covid-19, baik untuk perawatan demikian penambahan wewenang kepada lembaga-
rakyat yang terkonfirmasi tertular Covid-19, lembaga tersebut, harus mengutamakan
pemenuhan hak tenaga kesehatan, penyediaan alat pemberlakuan kebijakan yang dapat mendorong
pelindung diri, sarana-prasarana kesehatan dan lain lembaga keuangan untuk melakukan rescheduling
sebagainya. Namun sayangnya, implementasi dan refinancing utang-utang dari sektor swasta
masih lamban sehingga hak kesehatan tersebut termasuk di dalamnya yaitu UMKM. Rescheduling
belum terpenuhi secara utuh. Sampai dengan Juli dan refinancing ini penting untuk didorong
2020, anggaran yang terserap hanya 5,12% yang dikarenakan pandemi Covid-19 menyebabkan
menunjukkan sisi belum terpenuhinya hak-hak pendapatan para pelaku usaha tersebut mengalami
kesehatan dalam penanganan Covid-19.58 penurunan yang cukup signifikan. Dalam
pelaksanaannya kebijakan rescheduling dan
Sementara itu, di dalam kebijakan keuangan
refinancing guna meringankan para pelaku usaha
negara guna menstimulus ekonomi, UU
juga dapat dikolaborasikan dengan kebijakan
Penanganan Covid-19 mengatur mengenai
Pemerintah untuk mengurangi beban tanggungan
penganggaran pembiayaan, kebijakan perpajakan,
pelaku usaha yang wajib dibayarkan secara berkala
dan pelaksanaan program pemulihan ekonomi
seperti tarif dasar listrik, air bersih, dan lain-lain.
nasional. Implementasi dari stimulus ekonomi
melalui kebijakan keuangan negara tersebut dalam Bila dicermati lebih dalam, kebijakan
bentuk penerbitan Surat Utang Negara (SUN) Pemerintah yang didasarkan pada UU Penanganan
dan/atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN); Covid-19 melalui kebijakan keuangan negara dan
pinjaman kepada Lembaga Penjamin Simpanan kebijakan stabilitas sistem keuangan tidak
(LPS); dan insentif pada sektor perpajakan baik memberikan perlindungan langsung kepada hak-
hak ekonomi masyarakat. Tidak memberikan
perlindungan langsung tersebut dalam artian
58
Fajar Pebrianto, “Dari Rp. 87,55 T Anggaran pemenuhan hak-hak ekonomi yang dilakukan oleh
Kesehatan, Baru 5,12 Persen Tersalurkan,” negara tidak langsung menyasar warga negara,
Tempo.co, last modified 2020, melainkan masih melalui perantara. Pendekatan
https://bisnis.tempo.co/read/ 1362638/dari-rp-8755-
stimulus ekonomi berdasar UU Penanganan Covid-
t-anggaran-kesehatan-baru-512-persen-
tersalurkan/full&view=ok. 19 masih menggunakan ekonomi makro yang lebih
312
Ekonomi Versus Hak Asasi Manusia dalam Penanganan Covid-19: Dikotomi atau Harmonisasi
Mei Susanto; Teguh Tresna Puja Asmara

fokus kepada perlindungan pemilik modal tetapi tersebut kurang tepat sasaran sebagai stimulus
kurang memberikan perlindungan secara langsung ekonomi di masa pandemi Covid-19. Hal ini
kepada pekerjanya. Konteks inilah yang menjadi dikarenakan kebutuhan para pekerja yang telah di
masalah, mengingat dari segi hak asasi manusia, PHK tersebut saat ini adalah dana riil atau peluang
upaya penyelamatan ekonomi seharusnya yang pekerjaan (bukan pelatihan) guna memenuhi
dapat berdampak langsung bagi terjaminnya hak- kebutuhan dasarnya. Kebijakan yang tepat untuk
hak dasar warga negara. Karena itu, adanya perlindungan dan pemenuhan hak ekonomi bagi
persepsi kebijakan ekonomi Pemerintah belum para pekerja yang terkena PHK selain melalui
menyentuh penyelesaian pemenuhan hak asasi bantuan dana riil adalah dengan mengoptimalkan
manusia akibat Covid-19 ini tidak dapat program padat karya (atau padat karya tunai yang
dihindarkan. sedang dicanangkan Pemerintah). Kedua program
tersebut dapat dianggap tepat dikarenakan bantuan
Walau demikian, ada juga upaya Pemerintah
dana riil dapat meningkatkan daya beli masyarakat
dalam rangka perlindungan dan pemenuhan hak
guna menggerakkan perekonomian dan program
ekonomi yang secara langsung melindungi hak
padat karya dapat membuka peluang kerja untuk
ekonomi yakni hak atas pekerjaan dan hak atas
masyarakat.
imbalan kerja yang adil atau layak
diimplementasikan dengan diterbitkannya Surat Terbaru, terdapat juga rencana bantuan dana
Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor riil telah diberikan oleh Pemerintah melalui
M/3/HK.04/III/2020 tentang Pelindungan Program Keluarga Harapan (PKH) dan berencana
Pekerja/Buruh dan Kelangsungan Usaha Dalam ditambah dengan program bantuan gaji60 kepada
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan COVID- pekerja dengan gaji di bawah Rp.5.000.000,- per
19 (SE Kemenaker Penanggulangan Covid-19). bulan. Bantuan yang akan diberikan Pemerintah
Perlindungan dan pemenuhan hak atas pekerjaan kepada pekerja tersebut difokuskan kepada pekerja
dan pengupahan yang layak memberikan arti non PNS dan BUMN yang aktif terdaftar di BPJS
penting bagi pencapaian standar kehidupan yang Ketenagakerjaan dengan iuran di bawah
layak.59 Di dalam SE Kemenaker Penanggulangan Rp.150.000,- per bulan. Adapun besar bantuan gaji
Covid-19 tersebut, terdapat materi terkait yang akan diberikan sebanyak Rp.600.000 per
perlindungan pengupahan bagi pekerja/buruh di bulan. Meskipun rencana pemberian dana riil ini
antaranya pembayaran upah secara penuh bagi perlu diapresiasi karena dapat memberikan
pekerja/buruh yang berstatus suspect Covid-19 perlindungan langsung kepada hak-hak ekonomi
atau Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan bagi pekerja, namun perlu diberi catatan dikarenakan
perusahaan dalam rangka menghindari Pemutusan tidak memperhatikan pekerja non formal yang
Hubungan Kerja (PHK) dapat melakukan tidak terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan.
penyesuaian upah dan cara bayar bagi Seharusnya kebijakan perlindungan dan
pekerja/buruh sesuai dengan kesepakatan. Upaya pemenuhan hak-hak ekonomi dapat mengakomodir
perlindungan pekerja/buruh tersebut, sejalan semua kalangan masyarakat, sesuai dengan
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 prinsip-prinsip yang ada dalam HAM.
tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan)
Selain itu, kebijakan lain dalam rangka
tepatnya dalam Pasal 151 Ayat (1) yang mengatur
stimulus ekonomi di masa pandemi Covid-19 yang
bahwa pengusaha, pekerja/buruh, serikat
dapat dikatakan tepat sasaran karena memberikan
pekerja/serikat buruh, dan Pemerintah, dengan
perlindungan kepada hak-hak ekonomi sekaligus
segala upaya harus mengusahakan agar jangan
hak kesehatan adalah kebijakan ekonomi dalam
terjadi PHK. Hanya saja, tanpa bantuan
bidang logistik. Kebijakan di bidang logistik
pembiayaan bagi pelaku usaha, sangat mungkin
penting dikarenakan pandemi Covid-19
perusahaan-perusahaan tidak memiliki daya tahan
mengharuskan para pelaku ekonomi untuk tidak
yang lama sehingga tetap berpotensi menimbulkan
melakukan transaksi secara langsung yang mana
PHK.
hal ini diimplementasikan melalui dibuatnya aturan
Kebijakan Pemerintah lainnya dalam PSBB. Kunci ekonomi adalah aktivitas transaksi
penanggulangan PHK adalah dengan kartu
60
prakerja. Dapat dikatakan kebijakan kartu prakerja Anisa Indraini, Ini Syarat Pegawai Bisa Dapat
Bantuan Rp 600.000/Bulan Dari Jokowi, 2020,
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
59
Oki Wahju Budijanto, “Upah Layak Bagi 5122304/ini-syarat-pegawai-bisa-dapat-bantuan-rp-
Pekerja/Buruh Dalam Perspektif Hukum Dan 600000bulan-dari-jokowi?tag_from=wp_cb_mostPo
HAM,” Jurnal Penelitian Hukum De Jure 17, no. 3 pular_list&_ga=2.201752593.1004295257.1596693
(2017): 395–412. 405-1904562386.1596085742.
313
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

atau pasar. Jika aktivitas tersebut dibatasi maka kesehatan dan kebijakan stimulus ekonomi guna
dapat dipastikan ekonomi pun akan terdampak. perlindungan dan pemenuhan hak kesehatan dan
Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dapat hak ekonomi, harus berlaku menyeluruh kepada
melalui stimulus di bidang logistik, dimana jika semua masyarakat (prinsip universal) dan berlaku
cost di bidang logistik dapat ditekan sekecil dengan setara (equal) tanpa membeda-bedakan
mungkin, maka diharapkan para pelaku ekonomi suku, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
baik itu produsen maupun konsumen mau pendapat politik atau pendapat lainnya, asal usul
melakukan mayoritas transaksi atau aktivitas kebangsaan atau sosial, kepemilikan, keturunan
ekonominya tanpa harus bertemu secara langsung atau status lain (prinsip kesetaraan dan prinsip non
(hak ekonomi dan hak hidup atau hak kesehatan diskriminasi).61 Ketiga prinsip tersebut menjadi
masyarakat dapat terlindungi dan terpenuhi dasar bahwa kebijakan kesehatan dan ekonomi
sekaligus). Stimulus ekonomi di bidang logistik dalam Pandemi Covid-19 adalah untuk seluruh
tersebut salah satunya dapat diimplementasikan rakyat, bukan segelintir kelompok orang. Hal yang
melalui penurunan harga Bahan Bakar Minyak telah diulas sebelumnya bahwa kebijakan yang
(BBM) dan pengoptimalan kewajiban pelayanan diambil pemerintah khususnya kebijakan ekonomi
umum atau Public Service Obligation (PSO) PT belum langsung berorientasi pada penyelamatan
Pos Indonesia (Persero) sebagai BUMN. hak asasi warga negara. Bahkan apabila
dikorelasikan dengan upaya memaksakan
Uraian di atas menunjukkan bahwa upaya
pembahasan Rancangan Undang-Undang Cipta
Pemerintah melakukan penyelamatan hak
Kerja di tengah kondisi Pandemi Covid-19,
kesehatan maupun hak ekonomi sebagai dampak
kebijakan ekonomi yang lebih berorientasi pada
Covid-19 masih belum berorientasi secara penuh
pemilik modal, dapat dilihat melalui materi muatan
terhadap pemenuhan hak asasi manusia karena
RUU Cipta Kerja tersebut yang dianggap lebih
belum melakukan harmonisasi secara utuh dan
banyak merugikan kelompok pekerja sehingga
komprehensif. Pertama, bahwa pendekatan
menimbulkan banyak kritik karena kurang
epidemiologi dalam harmonisasi pemenuhan hak
memberikan perlindungan warga negara secara
kesehatan dan hak ekonomi belum dilakukan
keseluruhan.
secara benar sesuai dengan rekomendasi maupun
kriteria WHO. Akibatnya, kebijakan adaptasi Dalam pemenuhan hak kesehatan dan hak
kebiasaan baru (new normal) lebih menunjukkan ekonomi dalam penanganan Covid-19, penting
sisi upaya penyelamatan ekonomi dibanding juga melihat bahwa ICESCR menawarkan prinsip
mengharmonisasi pemenuhan hak kesehatan dan pemenuhan maju (progressive realization) yang
hak ekonomi secara bersamaan. Kedua, kebijakan dimaknai pemenuhan hak ekonomi, sosial dan
ekonomi-pun masih terlihat lebih mengedepan budaya secara bertahap namun harus bergerak
untuk penyelamatan ekonomi pemilik modal maju, bukan mundur. Realisasi prinsip pemenuhan
dibanding untuk pemenuhan hak asasi manusia maju (progressive realization) dalam pemenuhan
warga negara dalam bidang ekonomi. Hal ini hak ekonomi, sosial dan budaya bertujuan agar
dikarenakan kebijakan ekonomi lebih banyak pemenuhan hak-hak tersebut terus mengalami
menyasar ekonomi makro yang tidak langsung kemajuan yang konstan.62 Pemenuhan bertahap hak
bersentuhan dengan rakyat. Walaupun ada ekonomi, sosial dan budaya disesuaikan dengan
kebijakan bantuan langsung untuk rakyat kapasitas ekonomi negara, sehingga ditengah-
terdampak melalui program bantuan sosial maupun tengah pandemi Covid-19, negara harus berupaya
PKH dan lain sebagainya, masih berorientasi pada menyelamatkan hak kesehatan dan hak ekonomi
upaya penggerakan roda perekonomian bukan secara harmonis, paling tidak mencegah semakin
dalam rangka pemenuhan hak asasi manusia secara
61
langsung. Dua hal ini yang menunjukkan bahwa Persoalan pembangunan ekonomi yang sering kali
Pemerintah belum mengambil kebijakan melanggar hak asasi manusia, umumnya karena
harmonisasi antara hak asasi bidang kesehatan melanggar prinsip non diskriminasi dan kesetaraan,
maupun bidang ekonomi dalam penanganan prinsip pemerataan (equity), prinsip pemberdayaan,
prinsip partisipasi, dan prinsip transparansi dan
Covid-19.
akuntabilitas. Pihri Buhaerah et al., Kajian MP3EI
Selain itu, hal penting perlu dicermati Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Komisi
mengenai kebijakan penyelamatan kesehatan dan Nasional Hak Asasi Manusia (Jakarta: Komisi
ekonomi yang harus didasarkan pada prinsip Nasional Hak Asasi Manusia, 2014), 52-82.
pemenuhan hak asasi manusia lainnya, seperti
62
Disca Betty Viviansari, “Tanggung Jawab Negara
Terhadap Hak Atas Pendidikan Anak Buruh Migran
prinsip universal, prinsip kesetaraan, prinsip non
Indonesia Di Malaysia,” Jurnal HAM 10, no. 2
diskriminasi. Pelaksanaan perlindungan hak (2019): 179–194.
314
Ekonomi Versus Hak Asasi Manusia dalam Penanganan Covid-19: Dikotomi atau Harmonisasi
Mei Susanto; Teguh Tresna Puja Asmara

banyaknya penyebaran Covid-19 maupun potensi bentuk pengaduan penerima bantuan sosial yang
terjadinya krisis ekonomi. Hal penting yang harus tidak tepat sasaran.66
diperhatikan juga, adalah potensi moral hazard dan
Dalam konteks nilai keindonesiaan,
penyalahgunaan kewenangan berupa tindakan
partisipasi tersebut dapat dimaknai sebagai gotong
koruptif memanfaatkan situasi kedaruratan akibat
royong yang telah menjadi budaya masyarakat
Covid-19. Karena itu peningkatan akuntabilitas
Indonesia. Selain agar kebijakan-kebijakan
oleh penyelenggara pemerintahan disertai kontrol
kesehatan dan ekonomi yang dikeluarkan oleh
dan pengawasan oleh unsur kelembagaan negara
Pemerintah presisi atau sesuai kebutuhan, juga
dan pengawasan masyarakat63 menjadi hal yang
membuka peluang untuk para pelaku kepentingan
terus dilakukan untuk menghindarkan terjadinya
lain (selain Pemerintah) guna bersama-sama
korupsi di tengah krisis Covid-19.64
menghadapi dan menyelesaikan masalah yang
Selain prinsip-prinsip tersebut, penting juga disebabkan pandemi Covid-19.67
untuk melakukan pelibatan masyarakat secara
aktif. Partisipasi masyarakat adalah salah satu KESIMPULAN
elemen penting guna menyukseskan penyelamatan
kesehatan dan perekonomian karena Covid-19.65 Pandemi Covid-19 telah menyebabkan krisis
Tidak mungkin menyukseskan PSBB guna dan kedaruratan yang termasuk ke dalam welfare
menurunkan angka penyebaran Covid-19, jika emergency. Sifat kedaruratan Covid-19 tidak hanya
masyarakat abai/ignorant dan tidak berpartisipasi bagi kesehatan, melainkan juga terhadap
aktif menyukseskan PSBB tersebut. Tidak perekonomian secara bersamaan sebagai akibat
mungkin juga mencegah kesalahan pemberian belum ditemukan secara pasti, kapan pandemi
bantuan sosial sebagai akibat kesalahan pendataan, Covid-19 berakhir. Dalam perspektif hak asasi
jika masyarakat tidak berpartisipasi aktif manusia, dikotomi ekonomi vs hak asasi manusia
melaporkan. Misalnya Pemerintahan Jawa Barat dalam penanganan pandemi Covid-19 adalah tidak
yang meluncurkan SOLIDARITAS (Sistem Online tepat bahkan bentuk kesesatan/misleading. Karena,
Data Penerima Bantuan Sosial) yang menjadi baik ekonomi maupun kesehatan sama-sama hak
upaya transparansi data sekaligus agar publik dapat asasi manusia yang tidak dapat dibagi
ikut mengawasi proses pemberian bansos dalam (indivisibility), saling bergantung (interdependent),
saling terkait (interrelated), dan tidak dicabut
(inalienable). Darurat kesehatan akibat Covid-19
63
Alessandra Spadaro mengungkap dibutuhkannya juga telah mengakibatkan darurat ekonomi. Untuk
pengawasan melalui pengadilan, badan legislatif, itu, penanganan Covid-19 dari sisi ekonomi dan
komunitas internasional dan masyarakat sipil dalam
kesehatan harus dijalankan secara harmonis dan
mengawasi penanganan krisis Covid-19. Alessandra
Spadaro, “COVID-19: Testing the Limits of Human beriringan berbasiskan hak asasi manusia. Prinsip
Rights,” European Journal of Risk Regulation 11, keselamatan rakyat sebagai hukum tertinggi harus
no. 2 (2020): 317–325. dipegang secara kuat, sehingga kebijakan
64
ICESR juga mengatur standar minimal anggota penanganan Covid-19 baik secara kesehatan dan
Konvensi, yaitu itikad baik (good faith), kewajiban ekonomi mengarusutamakan kesehatan. Jika PSBB
pencapaian hasil (obligations of result), kewajiban diambil dalam rangka membatasi pergerakan orang
melaksanakan kemauan dalam konvensi (obligation guna mencegah penularan Covid-19, maka negara
of conduct), dan kewajiban pelaksanaan secara bertanggungjawab untuk memenuhi hak ekonomi
transparan (obligation transparent assessment of khususnya warga miskin dan terdampak dalam
progress). Lihat Herebitus Jaka Triyana dan
bentuk bantuan sosial guna menjamin warga
Aminoto, “Implementasi Standar Internasional Hak
Ekosob Oleh Pemerintah Propinsi DIY,” Jurnal terpenuhi hak terbebas dari kelaparan. Sementara,
Mimbar Hukum 21, no. 3 (2009): 613. jika pelonggaran PSBB diambil maka harus
65
Dalam pembangunan ekonomi yang inklusif, selain dipastikan kajian kesehatan khususnya
isu kemiskinan, isu partisipasi dan kolaborasi juga epidemologi telah dilakukan, sehingga adaptasi
menjadiu kunci. Tulus Tambunan, Pembangunan
Ekonomi: Inklusif Sudah Sejauh Mana Indonesia
(Jakarta: LP3ES, 2016), 15. Kaladharan Nayar 66
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, “SOLIDARITAS:
menyebut "... citizens participation in the decision- Sistem Onlinde Data Penerima Bantuan Sosial,” last
making process can be an impediment to the modified 2020, diakses Juni 2, 2020,
realization of economic, social, and cultural rights bansos.pikobar.jabarprov.go.id.
67
as well." Bandingkan dengan M. G. Kaladharan Mohammad Hidayaturrahman dan Edy Purwanto,
Nayar, “Human Rights and Economic Development: “COVID-19: Public Support to Handle Economic
The Legal Foundations,” Universal Human Rights 2, Challenges,” Jurnal Inovasi Ekonomi 5, no. 2
no. 3 (1980): 71. (2020): 31–36.
315
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

kebiasaan baru dapat diambil secara bertahap dan Vaccination Policy.” Washington University
dengan protokol kesehatan yang ketat, seperti Jurisprudence Review 7, no. 2 (2015): 337–
pemakaian masker, jaga jarak (physical distancing) 366.
dan budaya mencuci tangan. Negara juga harus Asshiddiqie, Jimly. Hukum Tata Negara Darurat.
memastikan kebijakan ekonomi sebagai dampak Jakarta: Raja Grafindo, 2007.
Covid-19 harus dapat melindungi hak-hak Azanella, Luthfia Ayu. “Epidemiolog: Tes Covid-
ekonomi masyarakat secara langsung, tidak terlalu 19 Masih Rendah, Jangan Dulu Berpikir
berfokus kepada pendekatan stimulus ekonomi New Normal.” Kompas.com. Last modified
makro yang lebih berpihak kepada pemilik modal. 2020. Diakses Juni 2, 2020.
Dengan demikian diharapkan adanya harmonisasi https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/
kebijakan perlindungan hak kesehatan dan hak 30/201000065/epidemiolog--tes-covid-19-
ekonomi secara bersamaan sehingga terjadi usaha masih-rendah-jangan-dulu-berpikir-new-
penyelamatan nyawa dan kesehatan warga negara, normal-?page=2.
dibanding penyelamatan ekonomi pemilik modal Badan Pusat Statistik. “Pertumbuhan Ekonomi
saja. Indonesia Triwulan II-2020.” Berita Resmi
Statistik No. 64/08/Th. XXIII, 5 Agustus
SARAN 2020. Jakarta, 2020.
Bantekas, Ilias, dan Lutz Oette. International
Berdasarkan uraian pembahasan dan Human Rights Law and Practice.
kesimpulan yang telah disampaikan maka saran Cambridge: Cambridge University Press,
yang dapat disampaikan adalah perlunya 2016.
penjelasan Pemerintah mengenai kebijakan Bohoslavsky, Juan Pablo. COVID-19: Urgent
kesehatan dan ekonomi akibat Covid-19 yang Appeal for a Human Rights Response to the
berparadigma hak asasi manusia, dengan tetap Economic Recession. United Nations Human
mengarusutamakan kesehatan karena secara Rights Special Procedures. Geneva, 2020.
proporsional krisis yang dihadapi adalah krisis ———. “Covid-19 Economy vs Human Rights:
kesehatan. Dalam rangka pelaksanaan pemenuhan Misleading Dichotomy.” Last modified
hak kesehatan termasuk hak ekonomi harus 2020. Diakses April 20, 2020.
didasarkan pada prinsip universal, kesetaraan dan https://www.hhrjournal.org/2020/04/covid-
non-diskriminasi. Selain itu, diperlukan juga 19-economy-vs-human-rights-a-misleading-
pengawasan terhadap setiap kebijakan yang dichotomy/.
diambil untuk menghindari perilaku koruptif, Buckley, Ross P. “Three Major Financial Crises:
termasuk pelibatan partisipasi masyarakat baik What Have We Learned?” UNSW Law
dalam pengawasan maupun penyuksesan kebijakan Research Paper 18 (2018): 1–36.
Pemerintah dalam menangani Covid-19. Budijanto, Oki Wahju. “Upah Layak Bagi
Pekerja/Buruh Dalam Perspektif Hukum
UCAPAN TERIMAKASIH Dan HAM.” Jurnal Penelitian Hukum De
Jure 17, no. 3 (2017): 395–412.
Terima kasih kepada Kepala Departemen Buhaerah, Pihri, Arum Puspita Sari, Rusman
Hukum Tata Negara dan Kepala Departemen Nurjaman, dan Cherry Augusta. Kajian
Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas MP3EI Dalam Perspektif Hak Asasi
Padjadjaran yang telah mengizinkan penulis Manusia. Komisi Nasional Hak Asasi
berdua membuat artikel ini secara kolaboratif Manusia. Jakarta: Komisi Nasional Hak
dengan pendekatan hukum hak asasi manusia dan Asasi Manusia, 2014.
hukum ekonomi. Firdaus. “Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Bagi
Penyandang Skizofrenia Di Daerah
DAFTAR PUSTAKA Istimewa Yogyakarta.” Jurnal Ilmiah
Kebijakan Publik 10, no. 1 (2016): 87–103.
American Association for the International Franedya, Roy. “Ilmuwan Singapura Presidksi
Commission of Jurists. Siracusa Principiles: Corona Hilang dari RI di September.”
on the Limitation and Derogation Provisions CNBCIndonesia.com. Last modified 2020.
in the International Covenant on Civil and Diakses Juni 2, 2020.
Political Rights. New York, 1985. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200
Arde-acquah, Phoebe E. “Salus Populi Suprema 430123251-37-155499/ilmuwan-singapura-
Lex Esto: Balancing Civil Liberties and prediksi-corona-hilang-dari-ri-di-september.
Public Healt Intervention in Modern Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
316
Ekonomi Versus Hak Asasi Manusia dalam Penanganan Covid-19: Dikotomi atau Harmonisasi
Mei Susanto; Teguh Tresna Puja Asmara

“Data Sebaran Covid-19 Di Indonesia.” Human Rights Regime. Leiden: Martinus


Covid19.go.id. Last modified 2020. Diakses Nijhoff Publishers, 2003.
Juni 4, 2020. https://covid19.go.id. Nugroho, Aleksandra. “Pemerintah Susun Rencana
Herlinda, Wike Dita. “Pengangguran Akibat Pelonggaran PSBB, Ini Tahapannya.”
Covid-19 Sulit Direm, Ini Konsekuensinya.” Kompas.tv. Last modified 2020. Diakses
Bisnis.com. Last modified 2020. Diakses Juni 2, 2020.
Juni 2, 2020. https://www.kompas.tv/article/80567/pemeri
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200505/1 ntah-susun-rencana-pelonggaran-psbb-ini-
2/1236810/pengangguran-akibat-covid-19- tahapannya.
sulit-direm-ini-konsekuensinya. Openshaw, John J., dan Mark A. Travassos.
Hidayaturrahman, Mohammad, dan Edy Purwanto. “COVID-19, Quarantines, Sheltering-in-
“COVID-19: Public Support to Handle Place, and Human Rights: The Developing
Economic Challenges.” Jurnal Inovasi Crisis.” The American Journal of Tropical
Ekonomi 5, no. 2 (2020): 31–36. Medicine and Hygiene (2020): 1–3.
Idhom, Addi M. “Dampak Corona: Keluarga Pebrianto, Fajar. “Dari Rp. 87,55 T Anggaran
Miskin Diprediksi Tambah 17,5 Juta.” Kesehatan, Baru 5,12 Persen Tersalurkan.”
Tirto.id. Last modified 2020. Diakses Juni 2, Tempo.co. Last modified 2020.
2020. https://tirto.id/dampak-corona- https://bisnis.tempo.co/read/1362638/dari-
keluarga-miskin-diprediksi-tambah-175- rp-8755-t-anggaran-kesehatan-baru-512-
juta-fzMh. persen-tersalurkan/full&view=ok.
Indonesia, CNN. Target Tes Spesimen Corona Pemerintah Provinsi Jawa Barat. “SOLIDARITAS:
Pemerintah Belum Capai Standar WHO, Sistem Onlinde Data Penerima Bantuan
2020. Sosial.” Last modified 2020. Diakses Juni 2,
Indonesia Stock Exchange. “Equity Daily Trading 2020. bansos.pikobar.jabarprov.go.id.
Publication.” idx.co.id. Last modified 2020. Powell, J.G.F., ed. Marcus Tullius Cicero, De
Diakses Juni 2, 2020. Legibus. Oxford: Oxford University Press,
https://www.idx.co.id/data-pasar/laporan- 2006.
statistik/statistik/. Ripley, Amanda Cahill, dan Diane Hendrick.
Indraini, Anisa. Ini Syarat Pegawai Bisa Dapat Economic, Social and Cultural Rights and
Bantuan Rp 600.000/Bulan dari Jokowi, Sustaining Peace: An introduction. Geneva:
2020. Friedrich Ebert Stiftung, 2018.
Joseph, Sarah. “COVID-19 and Human Rights: Riyadi, Eko. Hukum Hak Asasi Manusia:
Past, Present and Future.” Grifith Law Perspektif Internasional, Regional dan
School Research Paper 20, no. 3 (2020): 1– Nasional. Depok: Rajawali Pers, 2019.
11. Sawitri, Yus Mei. “Prediksi Pakar Soal Akhir
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Wabah Virus Corona Covid-19 di
Naskah Akademik Rancangan Undang- Indonesia.” Liputan6.com. Last modified
Undang tentang Kekarantinaan Kesehatan, 2020.
2015. https://www.liputan6.com/bola/read/422021
Lebret, Audrey. “COVID-19 Pandemic and 6/prediksi-pakar-soal-akhir-wabah-virus-
Derogation on Human Rights.” Journal of corona-covid-19-di-indonesia.
Law and the Biosciences, no. March (2020). Sidiq, Syahrul. “Maqasid Syari’ah & Tantangan
Lidwina, Andrea, Dwi Hadya Jayani, dan Modernitas: Sebuah Telaah Pemikiran Jasser
Yoshepha Pusparisa. “Ekonomi Dunia Auda.” IN RIGHT: Jurnal Agama dan Hak
Menanggung Beban Covid-19.” Last Azazi Manusia 7, no. 1 (2017): 140–161.
modified 2020. Diakses Mei 20, 2020. Smith dkk, Rhona K.M. Hukum Hak Asasi
https://katadata.co.id/analisisdata/2020/03/1 Manusia. Diedit oleh Knut D. Asplund dkk.
6/ekonomi-dunia-menanggung-beban-covid- Yogyakarta: Pusham UII, 2008.
19. Spadaro, Alessandra. “COVID-19: Testing the
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum (Edisi Limits of Human Rights.” European Journal
Revisi). Jakarta: Prenadamedia Group, 2016. of Risk Regulation 11, no. 2 (2020): 317–
Nayar, M. G. Kaladharan. “Human Rights and 325.
Economic Development: The Legal Ssenjoyo, Manisuli. Social and Cultural Rights in
Foundations.” Universal Human Rights 2, International Law (2nd edition). Oxford:
no. 3 (1980): 55–81. Hart, 2016.
Nowak, Manfred. Introduction to the International Syahrul, Yura. “Krisis Covid-19 Unik dan Rumit,
317
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

Perlu Penanganan Berbeda (Bagian 1): https://finance.detik.com/berita-ekonomi-


Wawancara M. Chatib Basri.” bisnis/d-4975195/kemenhub-kemenkes-
katadata.co.id. Last modified 2020. Diakses beda-aturan-soal-ojol-pemerintah-nggak-
Mei 20, 2020. kompak.
https://katadata.co.id/opini/2020/05/09/krisis
-covid-19-unik-dan-rumit-perlu- “Luhut Akui Pemerintah Belum Punya
penanganan-berbeda-bagian-1. Pengalaman.” Last modified 2020. Diakses
Tambunan, Tulus. Pembangunan Ekonomi: Juni 3, 2020.
Inklusif Sudah Sejauh Mana Indonesia. https://www.wartaekonomi.co.id/read28656
Jakarta: LP3ES, 2016. 7/luhut-akui-pemerintah-belum-punya-
Tambunan, Tulus T. H. “The Impact of The pengalaman.
Economic Crisis on Micro, Small, and “Mengenal R0 dan Rt yang Disebut Jokowi soal
Medium Enterprises and Their Crisis New Normal Corona.” CNNIndonesia.com.
Mitigation Measures in Southeast Asia with Last modified 2020. Diakses Juni 2, 2020.
Reference to Indonesia.” Asia & The Pacific https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20
Policy Studies 06, no. 02 (2018): 19–39. 200527145949-199-507321/mengenal-r0-
Triyana, Herebitus Jaka, dan Aminoto. dan-rt-yang-disebut-jokowi-soal-new-
“Implementasi Standar Internasional Hak normal-corona.
Ekosob Oleh Pemerintah Propinsi DIY.” “Presiden Ghana Soal Corona COVID-19:
Jurnal Mimbar Hukum 21, no. 3 (2009): Ekonomi Bisa Dihidupkan Lagi, Nyawa
609–628. Tidak.” Last modified 2020. Diakses Juni 3,
UNAIDS. Rights in the Time of COVID-19: Lesson 2020.
from HIV for an Effective, Community-Led https://www.liputan6.com/global/read/42140
Response. Geneva, 2020. 23/presiden-ghana-soal-corona-covid-19-
Viviansari, Disca Betty. “Tanggung Jawab Negara ekonomi-bisa-dihidupkan-lagi-nyawa-tidak.
Terhadap Hak Atas Pendidikan Anak Buruh Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 tentang
Migran Indonesia Di Malaysia.” Jurnal Pengesahan International Convenant on
HAM 10, no. 2 (2019): 179–194. Civil and Political Rights (Konvenan
“Breaking News: Jokowi Umumkan Dua Orang di Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan
Indonesia Positif Corona.” Last modified Politik). Republik Indonesia, 2005.
2020. Diakses Mei 20, 2020. Undang-Undang No. 6 Tahun 2018 tentang
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/0 Kekarantinaan Kesehatan. Republik
2/11265921/breaking-news-jokowi- Indonesia, 2018.
umumkan-dua-orang-di-indonesia-positif- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
corona. Hak Asasi Manusia. Republik Indonesia,
“Corona Virus Disease (Covid-19) Outbreak 1999.
Situation.” Last modified 2020. Diakses Juni UUD 1945. Republik Indonesia, n.d.
4, 2020. “WHO Directo-General’s Opening Remarks at the
https://www.who.int/emergencies/diseases/n Media Briefing on Covid-19 -11 March
ovel-coronavirus-2019. 2020.” Last modified 2020. Diakses April
“Inilah PP Pembatasan Sosial Berskala Besar 20, 2020.
untuk Percepatan Penanganan Covid-19.” https://www.who.int/dg/speeches/detail/who
Last modified 2020. Diakses Mei 20, 2020. -director-general-s-opening-remarks-at-the-
https://setkab.go.id/inilah-pp-pembatasan- media-briefing-on-covid-19---11-march-
sosial-berskala-besar-untuk-percepatan- 2020.
penanganan-covid-19/.
“Jokowi Tegaskan Mudik Tetap Dilarang meski
Transportasi Kembali Beroperasi.” Last
modified 2020. Diakses Juni 1, 2020.
https://nasional.kompas.com/read/2020/05/1
8/13215481/jokowi-tegaskan-mudik-tetap-
dilarang-meski-transportasi-kembali-
beroperasi.
“Kemenhub-Kemenkes Beda Aturan soal Ojol,
Pemerintah Nggak Kompak?” Last modified
2020. Diakses Mei 20, 2020.
318

You might also like