KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA,
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
Alamat : Gd, Pelayanan Jantung Terpadu, Lt. 4, RSUP Sanglah Denpasar
11, Diponegoro, Denpasar Bali, 80225, Tl. (0361) 8421070
Laman :karsiologibali@gmal.com
SURAT KETERANGAN
Nomor :6274 / UN 14 2-2 \! 23/eD/ vu /2o18
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Perpustakaan PS.llmu Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah FK.UNUD menerangkan bahwa :
Nama AN) Loh Putu Dian Asriana Poter
NIM : 16719 1003
Program Studi : llmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK.UNUD
Memang benar telah menyerahkan 1 (satu) Eksemplar Laporan Penelitian di perpustakaan PS.
!lmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK.UNUD
Dengan ddl: Ee beaaon Pargron Rawbllitad Zanvrg Gini Pods Pasien
fasca Operas Fatup Glantung dan fosca Bedah Pintac
Arten Koroner
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Denpasar, BOQuU B08
Mengetahui ka, Perpustakaan
Koordinator Program Studi llmu Penyakit Jantung Program Studi lImu Penyakit Jantung
Dan Pembuluh Darah FK.UNUD Dan Pembuluh Darah FK.UNUD
e
dr. Nyoman Wiryawan,Sp.JP,FIHA dr. | Made Putra Swi Antara,Sp.JP(K),FIHA
NIP. 197509052008011016 NIP. 198201032008121002Penelitian Divisi Prevensi dan Rehabil
Perbedaan Program Rehabilitasi Jantung Dini Pada Pasien
Pasca Operasi Katup Jantung dan Pasca Bedah Pintas Arteri
Koroner
NILUH PUTU DIAN ASRIANA PUTRI
NIM 167 113 1003
PEMBIMBIN¢
dr. Nyoman Wiryawan,Sp.JP,FIHA
Prof.Dr.dr.I Wayan Wita,Sp.JP(K),FIHA,FASCC
PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEM BULUH DARAH.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.
DENPASAR
2018KATA PENGANTAR
Pujisyukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa berkat
Prevensi dan
Jantung Dini Pada Pasien
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian div
Rehabilitasi yang berjudul Perbedaan Program Rehat
Pasca Operasi Katup Jantung dan Pasea Bedah Pintas Arteri Koroner.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dr Nyoman Wiryawan, Sp.JP.FIHA dan Prof. DR. dr. | Wayan Wita, Sp.JP (K),
FIHA, FasCC selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran
serta seluruh staf bagian llmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK UNUD yang
telah memberikan tambahan informasi dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat_membangun sangat penulis harapkan. Semoga
Penelitian ini bisa bermanfaat bagi kegiatan ilmiah di masa mendatang.
Denpasar, Juli 2018
Luh Putu Dian A.PDAFTAR ISI
SAMPUL DALAM
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
2. KASUS
3. PEMBAHASAN
4, SIMPULAN
5. DAFTAR PUSTAKA.
au ken
26
27Pendahuluan
Pasien — pasien dengan gangguan katup yang disebabkan oleh penyakit jantung,
rematik banyak ditemukan di dunia, prevalensi di negara barat mencapai 2.5%.' Seperti
halnya BPAK pada penanganan penyakit jantung koroner, operasi katup jantung
merupakan salah satu pilihan pada penanganan penyakit katup jantung yang sudah
berat.
Program rehabilitasi jantung yang dilakukan setelah menjalani opera:
jantung dan BPAK dapat meningkatkan sebagian besar kapasitas fisik dan kualitas
hidup pasien. Program rehabilitasi jantung pasca operasi katup jantung dapat dimulai
catup
segera setelah pulang perawatan, Pada tahun 2010 ESC merekomendasikan rehabil
jantung dengan level | B pada pasien-pasien setelah operasi katup jantung dan BPAK.?
Sejumiah besar penelitian telah mengidentifikasi dampak positif rehabilitasi
jantung dini terhadap morbiditas dan mortalitas.Studi telah menunjukkan sejumlah
manfaat yang berkaitan dengan rehabilitasi jantung dini, termasuk perbaikan pada
statusfungsional dan kesehatan psikososial.**
Pasien dengan gangguan katup jantung, berbeda dengan pasien pasca BPAK,
biasanya akan mengalami abnormalitas kardiak dan penurunan fungsi yang terjadi
selama beberapa tahun sebelum operasi. Pada periode pasca operasi, terjadi penurunan
dari Kapasitas fungsional jantung. Pasien-pasien pasea operasi katup maupun pasca
BPAK akan memasuki program rehabilitasi jantung biasanya dengan kapasitas aerobik
yang rendah. Pada beberapa penelitian, terdapat perbedaan peningkatan kapasitas
fungsional pada pasien yang menjalani operasi katup jantung dan yang menjalani
BPAK, dimana biasanya pada pasien pasca operasi katup akan mengalami peningkatan
kapasitas aerobic yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien pasea BPAK.*
‘Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk menyajikan kasus pasien penyakit
jantung rematik pasca operasi penggantian katup mitral yang telah selesai menjalani
rehabilitasi fase Isecara dini serta mendiskusikan hal-hal yang penting berkaitan
dengan perbedaan antara rehabilitasi jantung pada pasien pasca operasi katup dengan
pasien pasca bedah pintas koroner.Kasus
Seorang laki-laki berusia 22 tahun datang ke Poliklinik Pelayanan Jantung Tepadu
Rumah Sakit Sanglabdengan keluhan utama berdebar. Keluhan berdebar dirasakan sejak
2.5 tahun yang lalu, terutama bila beraktifitas. Keluhan sesak dan nyeri dada tidak ada,
namun ada riwayat sesak saat beraktifitas, Tidak ada keluhan sesak saat berbaring.
Sebelumnya pasien sudah berobat sejak tahun 2015, namun putus pengobatan selama 2
tahun, dan kembali berobat pada September 2017. Tidak ada riwayat tekanan darah
tinggi, keneing manis, sakit ginjal, maupun stroke sebelumnya, Pasien tidak merokok
Ikohol.
Pemeriksaan fisis didapatkan status antopomet
dan tidak mengkonsum:
BB: 62 kg, TB 162 em, IMT 23
kg/m? (BB Ideal), kesadaran composmentis, TD: 120/60 mmHg, frekuensi nadi
‘94x/menit reguler, frekuensi nafas 20 x/menit, saturasi oksigen 99%. JVP 5-2 cmH20,
bunyi jantung 1 dan 2 normal,terdengar bising jantungmeniup saat fase diastolik derajat
24 di sela iga IV linea prasternal kiri, dan bising jantung holosistolik meniup derajat
3/4 di apex menjalar ke aksila . Suara nafas vesikular di kedua lapang paru tanpa adanya
suara nafas tambahan. Pemeriksaan fisik lain menunjukkan dalam batas normal.
hn rec Nene
ail
qe f .
ins an el $f ret sey a wi
; 5
1 “a “ j {
| Be
: ' fy
ape et Be il
Gambar |. Elektrokardiografi Pasien
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) menunjukkan irama sinus dengan taju
94x/menit, normaksis, gelombang P bifasik di V1, interval PR 0.16 detik, durasi QRS
0,06 detik:R/S di V1 3Smm, tidak ada perubahan segmen ST-T.Gambar 2. Foto Thorax Pasien
Foto torax pasien (posisi PA) menunjukkan CTR 56% dengan pinggang jantung
yang menghilang. Tidak ada peningkatan corakan bronkovaskular.
Hasil laboratorium menunjukkan Hb 13.11 gr/dl, HCT 41,11%, Leukosit
21.390/uL,, Trombosit 160.100 /uL, GDS 323, Ureum 10 mg/dl, Kreatinin 1.05 mg/dl.
Gambar 3. Echocardiography Pasien Pre Operasi
Pemeriksaan echocardiography transtorakalpada 17 Oktober 2017 menunjukkan
hasil dimensi ruang jantung LA,RA, LV,RV dilatasi, LVH eccentric, fungsi sistolik LV
normal (EF biplane 78%), kontraktilitas RV normal (TAPSE 3.0cm), pergerakandinding jantungglobal normokinetik, pada katup didapatkan : AR derajat sedang (AR jet
width/LVOT diam 29%, AR PHT 374 ms), tidak ada kalsifikasi, MR. derajat berat
akibat penebalan katup AML (ketebalan AMVL 6mm), disertai prolaps AML (VC MR
0.7om, MR ERO 0.53 m2, regurgitant volume 60.47mL),TR derajat_ringan-
probabilitas PH derajat sedang, tidak tampak SEC atau trombus, eRAP 8 mmHg. Hasil
echocardiography transesofageal menunjukkan hasil dimensi ruang jantung :LA dan
LV dilatasi, LVH eccentric, fungsi sistolik LV normal (EF biplane 77.6%),
kontraktilitas RV normal (TAPSE 2.6 em), pergerakan dinding jantung. global
. Katup jantung : AR ringan(AR VC 0.38cm, AR EROA 0.15 cm™ ,
regurgitant volume 20 mL), tidak ditemukan AS. Tampak restricted PML yang
menyebabkan MR berat (VC MR 0.6 cm, MR EROA 0.59 cm2, regurgitant volume
normokine
66mL dengan arah jet yang eksentrik ke posterior LA). Ukuran annulus mitral mayor
4.1 em, minor axis 4.0 cm. MV anterior leaflet 3.33cm, MV posterior leaflet
1.91cm. Tidak ditemukan MS. TR ringan, intermediate probability of PH, tidak tampak
SEC atau trombus, eRAP 8 mmHg.
Berdasarkan hasil penilaian dan pemeriksaan, pasien didiagnosis Penyakit Jantung
Rematik, MR berat(ec penebalan AML disertai prolaps AML), TR ringan, intermediate
probability of PH, AR ringan - EF 78%.
Pasien direncanakan untuk tindakan penggantian katup mitral mekanik pada
tanggal 6 Februari 2018, hasil baik. Pasien menggunakan katup mitral mekanik
Medtronik® ATS #31 Selama tindakan penggantian katup dan perawatan di ICU tidak
40 mg/dL, kolesterol total <200 mg/dL,
trigliserida<150 mg/dL.
LDL >100 mg/dL: konseling nutrisi dan manajemen berat
badan, pertimbangkan teray
| farmakologis statin sebagai pi
Intervensi dikontraindikasikan
HDL <40 mg/dL: menekankan olahraga, berhenti merokok,
pertimbangkan terapi
farmakologis sesuai target
Tyjuan
in utama kecuali
Penanganan Hipertensi
Mengukur tekanan darah istirahat pada dua atau lebih
Evaluasi Kunjungan
Menilai terapi saat ini dan kepatuhannya16
Tujuan
‘Tekanan darah optimal di bawah 120/80 mmHg
Intervensi
Pasien dengan tekanan darah sistolik >130 mmHg atau
diastolik >85 mmHg: memulai
modifikasi gaya hidup (meliputi olahraga, manajemen berat
badan, restriksi sodium,
membatasi alkohol dan berhenti merokok), tambahkan terapi
farmakologis pada pasien
dengan diabetes, gagal jantung, atau gagal ginjal
Pasien dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau
diastolik >90 mmHg: mulai modifikasi
gaya hidup dan terapi farmakologis antihipertensi
Penanganan Diabetes Mel
tus
Evaluasi
‘Memeriksakan kadar glukosa plasma puasa pada seluruh
pasien dan HbAIC pada pasien
diabetes untuk memantau terapi
‘Tujuan
Tujuan: Kadar glukosa plasma puasa mendekati normal (<100
mg/dL) dan kadar HbAIC
mendekati normal (<7)
Intervensi
Regimen terapi yang sesuai (termasuk Kontrol berat badan,
agen hipoglikemia oral dan/atau
insulin)
Monitor kadar gula darah sebelum dan/atau sesudah sesi
latihan, edukasi pasien untuk
mengenali hipoglikemia setelah latihan, Sesi latihan dilakukan
dengan perhatian pada pasien
kadar gula darah >300 mg/dL. (evaluasi urin keton)
Merokok
Evaluasi
Dokumentasikan Kebiasaan Konsumsi rokok/tembakau secara
detail, termasuk jumlah dan
Nilai kesiapan pasien untuk modifikasi kebiasaan tersebut
Tujuan
Berhenti merokok secara total
Intervensi
Konseling dan edukasi individual. Dorong pasien untuk
berhenti merokok pada setiap
kunjungan
Terapi pengganti nikotin dan terapi farmakologis yang sesuai
‘Manajemen Berat Badan
Evaluasi
Ukur berat badan, tinggi badan, dan Tingkar pingeang
Kalkulasi indeks massa tubuh (IMT)
Tujuan
IMT 21-25 kgim2, lingkar pingeang <80 em untuk wanita dan
<90 cm untuk pria
Intervensi
Untuk pasien dengan nilai di luar target kriteria, sarankan
Pengurangan asupan kalori total
dan peningkatkan pemakaian energi melalui program
kombinasi diet dan latihan
‘Target utama adalah penurunan tidak lebih dari 10%. Apabila
berhasil, penurunan lebih lanjut
bisa dilakukan sesuai indikasiv7
Penanganan Psikososial
Identifikasi pasien yang secara klinis mengalami depresi,
Evaluasi kecemasan, kemarahan, dan
penyalahgunaan obat
Tujuan Minimalisasi distres psikososial
Manajemen stres dan edukasi individual/grup untuk
‘membantu pasien mengatur
Intervensi penyakitnya
‘Apabila dibutuhkan, pasien dirujuk untuk penanganan
kejiwaan yang lebih lanjut
Efek Rehabilitasi Jantung pada Pasien Pasca MVR dan BPAK
Gangguan katup jantung seperti stenosis dan regurgitasi, menurunkan cardiac
ouput dan berefek terhadap peningkatan kinerja otot jantung untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis tubuh. Jantung akan mengalami hipertrofi dan hal ini bisa
menyebabkan timbulnya distensibilitas ventrikel dan disfungsi diastolik. Latihan fisik
tidak akan meningkatkan ataupun memperbaiki fungsi katup, tetapi akan meningkatkan
efisiensi dari ekstraksi oksigen oleh otot skeletal dan meningkatkan kapasitas kerja dari
individu itu sendiri. Secara umum, individu yang asimptomatik dengan gangguan katup
ringan, fungsi ventrikel yang normal dan memiliki tekanan arteri pulmonal yang normal
Giperbolehkan untuk menjalani latihan fisik atau olahraga yang bersifat kompe
Pasien dengan gangguan regurgitasi katup aorta atau mitral yang lebih dari derajat
ringan, dengan dilatasi LV dan fungsi sistolik yang abnormal harus menghindari
olahraga yang bersifat kompetisi. Pasien dengan katup mekanik harus membatasi
aktivitas fisik maksimal ke aktivitas fisik intensitas sedang. Pasien dengan terapi
antikoagulan (warfarin) untuk indikasi katup mekanik ataupun atrial fibrilasi’ harus
menghindari olahraga yang memungkinkan adanya kontak dengan sesama pemain
(contoh : martial art, rugby, tinju). Sebagian besar perubahan yang terjadi pada
miokardium yang disebabkan oleh gangguan pada katup jantung bersifat sementara,
sehingga memungkinkan pada pasca operasi untuk kembali asalkan proses remodelling
belum terjadi, Variasi waktu ini bervariasi di masing-masing orang. Sebagian besar
abnormalitas katup dapat dikoreksi dengan operasi. Setelah operasi, pasien disarankan
untuk menjalani program rehabilitasi jantung untuk meningkatkan toleransi latihan dan
mencegah gangguan permanen pada fungsi jantung. Saran ini juga berlaku pada pasien
pasca BPAK.'' Efek dari latihan fisik terhadap vascular, system saraf otonom, dan
hemostatic dijabarkan dalam tabel 3.18
Tabel 3. Efek dari latihan fisik terhadap vascular, system saraf otonom, dan
hemostatik'”
itary Vo E i
Autonomic Newous System
Pada pasien pasca BPAK yang menjalani rehabilitasi jantung, tanda-tanda
iskemia selama latihan fisik, seperti angina, depresi segmen ST, dan gangguan
hemodinamik lebih sering tejadi pada aktivitas fisik yang lebih berat. Disarankan pada
pasien pasca BPAK untuk memulai rehabilitasi sesegera mungkin yakni 2 minggu pasca
operasi, dan berfokus pada latihan aerobik. Latihan yang melibatkan pergerakan
cekstremitas superior harus dibatasi. Sambil menunggu penycmbuhan luka, pasien dapat
melakukan latihan fisik dengan target mencapai denyut jantung 80% dari HRR, 3-4 kali
seminggu, selama 20-60 menit. Setelah 10-12 minggu pasca operasi, ketika
Penyembuhan sternum sudah optimal, pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan porsi
yang sama dengan pasien CAD yang tidak menjalani BPAK.''Pasien- pasien dengan
CAD, harus menjalani pemanasan dengan intensitas yang ringan dan dalam waktu yang
cukup lama agar dapat mencegah dari timbulnya angina, depresi segmen ST, aritmia
maligna, dan disfungsi LV yang sifatnya sementara, Fase pendinginan juga penting
untuk mencegah turunnya denyut jantung dan tekanan darah yang tiba-tiba setelah
I
in yang menyebabkan hipotensi dan pening pasca latihan,19
Perbedaan Rehabilitasi Jantung pada Pasien Pasca Operasi Katup dengan
PascaBPAK
Penilaian kapasitas fungsional awal pasien pasca operasi jantung dinilai dengan
6MWT. Tes ini dilakukan 2 kali, pada saat rawat inap sebelum pulang, dan pada awal
memasuki rehabilitasi jantung fase 2. Six-min walking test (6MWT) adalah tes sederhana
Metode ini sering
yang tidak membutuhkan peralatan mahal atau latihan yang sulit
digunakan pada pasien dengan gagal jantung untuk menilai kapasitas latihan, efiek dari
terapi, dan prognosis. Tes
juga diaplikasikan pada pasien rehabilitasi jantung pasca
menjalani operasi jantung. Tes ini merupakan latihan fisik yang lebih natural
dibandingkan dengan bersepeda maupun treadmill, dan lebih mencerminkan aktifitas
fisik sehari-hari. Kekurangannya, tes ini merupakan tes fisik yang submaksimal.°
Kelompok yang termasuk dalam kategori intensitas ringan adalah kelompok
dengan CHF, BPAK dengan EF <40%, pasien-pasien geriatric, pasien dengan gangguan
katup, pasien dengan penyakit jantung kongenital, pasien dengan hipertensi
pulmonal.Kelompok yang termasuk kategori intensitas sedang adalah pasien post BPAK
dengan EF > 40% dan pasea PTCA. Kelompok yang termasuk kategori intensitas tinggi
adalah pasien sehat, yang melakukan medical check up.'"
Pada pasien gangguan katup yang menjalani operasi katup dan pada pasien
penyakit jantung coroner yang menjalani BPAK, terdapat persamaan dari hasil akhir
menjalani rehabilitasi jantung. Pada kedua kelompok pasien ditemukan peningkatan
kapasitas fungsional yang relatf signifikan, Hal ini mematahkan hipotesa dari penelitian20
‘Tabel 4. Rekomendasi Tingkatan Latihan ""
x 2: Recommenced evel of exererequred to
frgrove physical actnty an nen bv for Bet
Senet
Laententy ig etfrt arabe exert
mes retest days fe week
+ aml: yh ering ht ating
Nogerate- erat serbi ner
+ 3Saaysper weet
+ Exams: bg wag (18 29 in pr mle, dancing
igitenty erode exercoe
20. Ba of eat rae reset GOMES
+ 3S per neck
+ Eales: ome. smog
fesstance ane ent exerese
+ 12s oh st 812 rept of 6 aetret
fesatace emus tedrte ety a ge
the large mae you 2 dapper week
+ Fel vey a at pope may eed emg
more renttnt 01) tcompurat fr 3 ome
+ Gere eating, Beng ad sitcng eres of the
‘ta race oust tron ey tha oc
‘etter W a0 econ for aren 23 Sp pe
‘ween reterany 47
sebelumnya yang menyatakan bahwa dikarenakan pada kelompok pasien yang
menjalani operasi katup telah terdapat gangguan struktur katup yang cukup lama
sehingga bisa menimbulkan gejala, dianggap pasien dengan gangguan katup akan
memiliki fungsi jantung yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien dengan
penyakit jantung coroner yang akan dilakukan BPAK, sehingga pencapaian pasca
rehabilitasi jantung akan lebih rendah.'*Pada penelitian yang dilakukan oleh Oliveira
dkk (2014) menyebutkan bahwa jika jarak tempuh 6MWT pada pasien yang akan
dilakukan operasi jantung > 300 meterakan meningkatkan angka ketahanan hidup 5
tahun. Ketidakmampuan pasien untuk melakukan 6MWT dengan jarak tempuh > 300
‘meter merupakan faktor prediktor dari komplikasi pasca operasi dan mortalitas.'*an
Fiorina, et al (2007) telah membandingkan antara kondisi pasien dengan
berbagai variable, yang telah menjalani operasi katup dan BPAK. Penelitiannya sebagai
berikut : 1370 pasien (70% terdiri dari laki-laki usia 64 + 10 tahun), diberikan perlakuan
OMWT 15 hari setelah menjalani beberapa jenis operasi jantung (67% BPAK, 25%
penggantian katup, 4% keduanya, 4% tidak keduanya). Kemudian 6MWT diulang lagi
pada subgroup yang terdiri dati 348 pasien setelah 15 + 3 hari menjalaniprogram
rehabilitasi jantung. Hasilnya adalah : 6MWT dapat dilakukan disemua pasien. Jarak
rata-rata yang bisa ditempuh adalah 304+ 89 meter (58415 dari predicted value), Jarak
yang ditempuh lebih pendek pada usia tua jika dibandingkan dengan usia muda ( p <
251+ 78 meter vs
0.05) dan juga pada wanita jika dibandingkan dengan tal
328434 meter ( p < 0.001). Jarak yang lebih pendek juga ditempuh pada pasien dengan
DM dibandingkan dengan non-DM (283+ 85 meter vs 302 + 87 meter, p= 0.001), dan
juga pada pasien non BPAK dibandingkan dengan pasien pasca BPAK (285 + 91 m vs
303 + 84 m, p < 0.001); tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara LV EF
dengan jarak tempuh ( p = 0.5). Gender, usia, factor komorbid dan jenis operasi secara
independen berasosiasi dengan 6MWT. Pada subgroup yang dilakukan 6MWT di akhit
rehabilitasi jantung fase 2, jarak tempuh menjadi bertambah ( dari 281 + 90 m menjadi
41] £107 m, p < 0.001). Peningkatan jarak tempuh terjadi di semua grup, dipengaruhi
oleh jenis kelamin, usia, ada atau tidaknya DM, dan jenis operasi.'?
Jarak tempuh berbanding terbalik dengan usia (p < 0.001) dan lebih baik pada
pria dibanding wanita ( p < 0.001). Jarak tempuh lebih pendek pada pasien diabetes dan
operas kstup jantung dan tidak ditemukanperbedaan yang bermakna pada pasien
dengan EF >50% atau 10% jarak tempuh.'?2
‘Tabel 5. Jarak tempuh 6MWT berdasarkan jenis kelamin dan usia'>
oling test 1370 ptt ater care gery
mom 8 em 5 pee
" a a2 i
Sewr Ss5ea0 ders ete com
eas Sa
Women
wet lee Beer -0.0m
Prcictes sie ste
See the tet fo deta, TT cbtnce expend ab abut vale an
ecentage of pete vali omen and woman Sed accor to ope
Tabel 6. Jarak Tempuh setelah operasi jantung'*
(m) oa pvalue
Men (1 =955) 328 = 34 60214 0.001
Women (n=415) 251 +78 53215
Diabetes (n= 252) 283 +85 55=15 0.00
No diabetes (n = 1118) 302+ 87 57215
WEF < 50% (n= 1110) 274 100 5621 05
WEF > 50% (n= 260) 282 + 88 50 +82
CABG (n= 922) 303 = 84 58-14 0.001
No CABG (n = 448) 28591 53=15
GMWT distance according to gender, diabetes, LVEF and type of surgery.
Walking test in 1370 patients after cardiac surgery
Variables A+SE pvalue
Gender 55.36 + 5.56 0.0001
‘Toe of surgery 12.69 + 4.40 0.008
Age -3.07 + 0.19 <0.0001
Diabetes mellitus 0.90 + 0.28 0.0014
Multiple linear regression models evaluating the relationship between the 6
‘min walking test distance and different variables. Each line reports the results
of a separate, fully adjusted model.
Tabel 7. Efek program rehabilitasi pada 6MWT menurut gender, usia, factor komorbid,
LVEF, tipe operasi'?
Sams Pe tered et23
Menurut Savage, et al (2015), terdapat perbaikan kapasitas fungsional yang
sama pada pasien yang telah menjalani operasi jantung, baik operasi pergantian katup
maupun operasi BPAK. Namun, keberadaan factor komorbid, seperti DM type 2
berkorelasi positif terhadap minimnya peningkatan pada puncak VO2 pada pasien
dengan penyakit jantung koroner. Sedangkan pada pasien katup, DM tipe 2 dan kadar
HDAIC tidak berkorelasi terhadap perubahan kapasitas fungsional pada pasien pasca
operasi katup. Pada pasien dengan gangguan katup, usia merupakan factor predictor
independen, namun pada pasien dengan BPAK, usia tidak berpengaruh terhadap
perubahan pada puncak VO2.°
Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang menjalani operasi katup jantung
dan BPAK dapat mengalamai pemulihan tingkat kebugaran yang sama. Sebelumnya
telah dihipotesiskan bahwa pasien pasca BPAK mengalami peningkatan kebugaran
yang lebih signifikan, namun hal ini terbantahkan dari 2 penelitian di atas. Protokol
rehabilitasi jantung dapat diterapkan di kondisi: manapun dan secara jelas dapat
meingkatkan kapasitas fungsional. Peningkatam peak VO2 akibat rehabilitasi jantung
berkaitan dengan penurunan angka kematian. Studi yang dilakukan oleh Goel, et al
menyebutkan bahwa rehabilitasi jantung pada pasien pasca BPAK dan operasi katup
memiliki efek yang positif.°
Pada kasus ini selama tindakan operasi pasien tidak ada masalah, Untuk pasien
ini tidak ada masalah saat di ICU, ICCU, dan ruangan. Pada kasus pasien ini memulai
rehabilitasi fase II setelah 13 hari dilakukan operasi penggantian katup mitral, Dari hasil
6MWT, terdapat peningkatan pada masing-masing pasien. Pada pasien pasca MVR,
terdapat peningkatan jarak tempuh pasien dari pemeriksaan 6MWT pada akhir fase 1
dan saat memasuki rehabilitasi jantung fase 2 yaitu sebesar 375 meter yang setara
dengan 7.5 METs, menjadi 475 meter yang setara dengan 9.2 METs, Pada pasien pasca
4
BPAK juga terjadi peningkatan jarak tempuh y. 50 meter menjadi 300 meter
yang setara dengan 4.8 METs.
Rekomendasi pada pasien pasca operasi katup yang akan melakukan kegiatan
menyetir (pengemudi pribadi) adalah 6 minggu pasca perawatan RS dan tidak disertai
adanya gejala tromboemboli selama terapi antikoagulan, sedangkan kegiatan
‘mengemudi sebagai pengemudi komersial adalah 3 bulan pasca perawatan, tidak ada24
komplikasi tromboemboli, NYHA kelas I, serta dengan EF > 35%, Sedangkan untuk
kelayakan terbang pada pasien dengan post MVR tidak dilarang, bisa dengan tambahan
pendampingan tim medis bila diperlukan.Pada pasien pasca BPAK dengan Kelas
fungsional 1 — I, Kelayakan terbang dapat diberikan4 hari pasca_operasi
denganhemoglobin > 90 g/L dan perjalanan < 2 jam. Untuk berkendara (sebagai
pengemudi pribadi) adalah 1 bulan pasca perawatan RS, sedangkan sebagai pengemudi
komersil adalah 3 bulan pasca perawatan RS.
Aktivitas fisik yang bisa dilakukan, dapat digunakan pedoman tabel di bawab ini:
Kategori Kegiatan sehari- Pekerjaan Rekreasi Olah Raga
hari di rumah
Sangat Mencuci Kerja kantor Main kartu Jalan kaki 3.2
ringan Cukurjenggot -Penjaga took Billiard kmjjam
Memakai pakaian Pengemudi — Memanah Bersepeda
3 Mets Mencuci piring —truk Golf tempat
10 Mengemudi mobil Pengemudi Senam yang
mi/kg/min derek ringan
4 Keal
Ringan Membersihkan Tukang kayu Dansamenari Jalan Kaki 3-4
jendela ringan Golf (48-64)
3S Mets Menyapu Tukang las Berlayar kmjam
18.25 Memotong rumput Petugas arsip Menunggal kuda_Bersepeda
mi/kg/min Mengepel Bengkel Volly ball (6 (7.8-11.2 km)
6-8Keal — Mengecat motor orang) Senam ringan
Mengantar barang Assembling Tenis (double)
(7-13.5 kg) mesin kecil
Sedang Mengurus taman Tukang kayu Badminton Jalan kaki
Menyabit (sedang (kompetitif) (6.5-7 km)jjam
5-7Mets —rumput membangun Tenis (single) _—_—Bersepeda
18-25 Naik tangga rumah) Sepak bola (a4 16
mV/kg/min _ perlahan Menyapu —_—_Sepatu roda kmyjam6-8 keal
Berat
7-9 Mets
25-32
mVkg/min
8-10 keal
Sangat
berat
9 Mets
32
mi/kg/min
10 keal
Simpulan
Telah dipresentasikan pas
Membawa
barang(3.5-27 kg)
Mendayung
Naik tangga agak
cepat
Membawa barang,
27-41 kg)
Bawa barang naik
tangea
Membawa_barang
(41 kg)
Naik tangga
dengan cepat
sampah_
Mendongkrak
Tukang lebur
logam
Membersihak
an parit
(pekerja
kasar)
Buruh kasar
Menunggang
kuda (kuda lari)
Berperahu
Mendaki gunung
Main anggar
Polo air
Bola tangan
Squart
Basket
ball(kompetitif)
25,
Renang gaya
dada
Jogging (7.5
km)jjam
Renang gaya
bebas
Mendayung
cepat
Bersepeda 18
km
Senam berat
Berlari 9.6
kmijam
Bersepeda
20.8/jam atau
‘menanjak
Skipping
n dengan penyakit jantung rematik pasca
Penggantian katup mitral yang menjalani program rehabilitasi jantung dini pasca operasi
Katup jantung. Hasil rehabilitasi jantung pada pasien ini kemudian dibandingkan dengan
pasien pasca BPAK, dan kemudian didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan signifkan
dalam peningkatan kapasitas fungsional pasca menjalani rehabilitasi fase II. Perbedaan
bisa saja terjadi, dan berkaitan dengan factor komorbid pada pasien BPAK, seperti
hipertensi dan DM tipe II.26
DAFTAR PUSTAKA
. Kirstine, LS; Selina, KB; Tina, BH; Signe, SR; Trine, BR; Christian, Hassager;
et al, Effect of Comprehensive Cardiac Rehabilitation After Heart Valve Surgery
(CopenHeartVR): Study Protocol for A Randomised Clinical Trial. Trials, 2013;
14: 104, Acceseed
from://hutps://www.nebi.nlm.nih, gov/pme/articles/PMC3748823/
- Piepoli MF, Carre F, Heuschmann P,et al. Secondary Prevention Through
Cardiac Rehabilitation ; Physical Activity Counselling and Exercise raining.
European Heart Journal 2010;31:1967-76.
Eagle KA, Guyton RA, Davidoff’ R, Edwards FH, Ewy GA, Gardner TJ, Hart
JC, Herrmann HC, Hillis LD, Hutter AM Jr, Lytle BW, Marlow RA, Nugent
WC, Orszulak TA, Antman EM, Smith SC Jr, Alpert JS, Anderson JL, Faxon
DP, Fuster V, Gibbons RJ, Gregoratos G, Helperin JL, Hiratzka LF, Hunt SA,
Jacobs AK, Omato JP. ACC/AHA 2004 guideline update for coronary artery
bypass graft surgery: a report of the American College of
Cardiology/AmericanHeart Association Task Force on Practice Guidelines.
Circulation 2004;110:340-437.
. Vahanian A, Baumgartner H, Bax J, Butchart E, Dion R, Filippatos G,
Flachskampf F, Hall R, lung B, Kasprzak J, Nataf P, Tomos P, Torracea L,
Wenink A. Guidelines on the management of valvular heart disease: The Task
Force on the Management of Valvular Heart Disease of the European Society of
Cardiology. Eur Heart J 2007;28:230-268.
. Butchart EG, Gohlke-Barwolf C, Antunes MJ, Tornos P, De Caterina R,
Cormier B, Prendergast B, lung B, Bjornstad H, Leport C, Hall RJ, Vahanian A.
Recommendations for the management of patients after heart valve surgery. Eur
Heart J 2005;26:2463-2471
Savage, PD; Rengo, JL; Menzies, KE; and Ades, PA, Cardiac Rehabilitation
‘after Heart Valve Surgery: Comparison with Coronary Artery Bypass Grafting
Patients. J Cardiopulm Rehabil Prev. 2015; 38(4): 231-237.
doi:10.1097/HCR.000000000000010427
7. Ades PA. Cardiac rehabilitation and secondary prevention of coronary heart
disease. N Engl J Med 2001; 345: 892-902
8. Windecker S, Kolh P, Alfonso F.et al. ESC/EACTS Guidelines on myocardial
revascularization : web addenda. Europiam Heart Journal, 2014;35: 8-12.
9. Fletcher GP, Baldy GJ, Ezra A, et al. Exercise standards for testing and training.
A statement for Healthcare professionals from the American Heart Association.
Circulation 2013; 104: 1694-740
10. Hsu C, Chen S, yang C,et al. The Effect of Early Cardiac Rehabilitation on
of Life among Heart Transplant Recipients and Patients
with Coronary Artery Bypass Graft Surgery. Department of physical medicine
and rehabilitation National Taiwan University Hospital.201 1
11. Swain, DP. ACSM’s Resource Manual for Guidelines for Exercise Testing and
Prescription, 7” edition, 2014. Baltimore: American College of Sports Medicine.
12, Gibbons, RJ; Antman, EM; Balady, GJ; Bricker, JT; Chaitman, BR; et al. 2002.
ACC/AHA 2002 Guideline Update for Exercise Testing : A Report of the
American College of Cardiology/American Heart Association,
13. Fiorina C, Vizzardi E, Lorusso R, Maggio M, De Cieco G, Nodari $, Faggiano
P, Dei Cas L. The 6-min Walking Test Early After Cardiac Surgery: Reference
Values and The Effects of Rehabilitation Programme. Eur_J Cardiothorac
‘Surg. 2007 Nov;32(5):724-9.
14, Oliveira, GU; Carvalho, VO; Cacau, LP; Filho, Amaro Afrinio; Neto, ML:
Junior, WM, et al. 2014. Determinants of distance walked during the six-minute
walk test in patients undergoing cardiac surgery at hospital discharge. Journal of
Cardiothoracic Surgery 2014, 9:95.
15. Simpson C, Ross D, Dorian P, et al. CCS Consensus Conference 2003:
Assessment of the cardiac patient for fitness to drive and fly — Executive
summary. Canadian Journal of Cardiology 2004;20:1313-23.